Erupsi Volume 11: November 2016

Page 1

ERUPSI Volume 11 | November 2016

Š Ganjar Cahyadi

Jaringan Konservasionis Muda Indonesia

Goresan:

Amfibi: Yang Jarang Dilirik, Yang Paling Terusik Oleh Ganjar Cahyadi

www.tamboramuda.org

tambora.muda@gmail.com

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

1


ea th iby as l Appi f ol

er na ©

Ach mad Ridha Junaid

konten GORESAN

1

7 BEASISWA KONFERENSI 8 9

SEMINAR KOMPETISI

1

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

10


G

GORESAN Amfibi: Yang Jarang Dilirik, Yang Paling Terusik Oleh e-mail

: Ganjar Cahyadi - Junior Biologist Herpetologist, Fauna Flora International Indonesia Programme : ganjar.cahyadi@gmail.com

Kepunahan dan penurunan drastis populasi amfibi

diceritakan kepada generasi berikutnya.

Betul, spesies itu adalah katak, hewan yang unia baru saja kehilangan lagi salah satu sering dianggap menjijikan oleh kebanyakan penghuninya. Baru ditemukan pertama orang. Dalam ranah penelitian pun, kelompok kali oleh peneliti pada tahun 2005 dan yang termasuk kedalam kelas amfibi ini tidak dinyatakan sebagai spesies baru pada tahun banyak diketahui dan diteliti serta status 2008, spesies ini langsung masuk daftar merah mengenai ancamannya cenderung dianggap IUCN dengan kategori Critically Endangered remeh. Padahal menurut penelitian, setidaknya (CR) pada tahun 2009 karena penurunan 32% dari amfibi yang telah dideskripsi saat ini populasi yang sangat drastis. Spesies ini adalah sedang terancam kepunahan. Dalam 20 tahun Ecnomiohyla rabborum, jenis katak pohon terakhir ini, sekitar 2,2% spesies amfibi punah yang baru saja dinyatakan dan Ecnomiohyla rabborum menambah daftar amfibi punah tepatnya 26 yang punah dari muka September 2016 lalu bumi menjadi sekitar 169 ketika satu-satunya spesies. Selain itu, sebanyak individu yang tersisa mati hampir 2500 spesies amfibi setelah menjadi penghuni mengalami penurunan penangkaran selama populasi (Gambar 3). hampir 12 tahun terakhir Hal ini mengindikasikan ini (Gambar 1 dan 2). bahwa jumlah kepunahan Dapat dibayangkan, relatif dan ancaman terhadap sangat cepat spesies keberlangsungan hidup ini menghilang setelah amfibi semakin bertambah pertama kali dikenalkan 8 tahun lalu. Hari ini yang Gambar 1. Katak pohon Ecnomiohyla rabborum dan menjadikan amfibi tersisa hanyalah beberapa terakhir yang bernama Toughie, dipelihara sebagai hewan vertebrata dalam akuarium penangkaran di Atlanta tulisan, sejumlah foto, Botanical Garden, Amerika Serikat. Foto diambil yang paling terancam. dan secuil jaringan dari tahun 2011 lalu. tubuhnya saja yang dapat ŠBrian Gratwicke

D

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

1


Gambar 2. Keadaan ruangan di dalam frogPOD Atlanta Botanical Garden, Amerika Serikat yang menjadi tempat konservasi eksitu bagi spesies amfibi langka dan terancam. ©atlantabg.org

Penyebab terancamnya amfibi Mungkin ada yang bertanya, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Kelompok hewan yang sudah menduduki bumi sejak 300 juta tahun lalu ini sekarang satu persatu mulai menghadapi ancaman kepunahan hanya dalam kurun waktu dua dekade. Suatu perbedaan waktu yang signifikan sekali kelihatannya, seakan tidak masuk dalam logika. Hal ini juga menimbulkan suatu pertanyaan: “Apakah yang menyebabkan penurunan populasi amfibi yang begitu drastis?” Menurut beberapa penelitian, faktor yang mengakibatkan penurunan populasi amfibi secara drastis diantaranya kerusakan dan hilangnya habitat; spesies introduksi; eksploitasi berlebihan; perubahan iklim; radiasi sinar UVB; pencemaran habitat oleh zat kimia; penyakit; dan sinergisme dari beberapa faktor tersebut. Sekilas dapat dilihat bahwa sebagian besar faktor tersebut merupakan faktor antropogenik yang langsung dilakukan oleh manusia. Jika kita melihat lagi kejadian Ecnomiohyla rabborum yang baru saja punah, disamping

2

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

memiliki penyebaran terbatas dan habitat spesifik di hutan hujan Panama, penurunan populasi yang drastis dari katak ini diduga akibat penyakit chytridiomycosis. Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi jamur Batrachochytrium dendrobatidis yang dapat menyebabkan kematian suatu populasi amfibi bahkan hingga 100%. Chytridiomycosis hampir ditemukan di seluruh belahan dunia termasuk Asia, Eropa, Amerika, Afrika, Australia dan Selandia Baru. Selain di Panama, jamur yang baru dikenal ini (dideskripsi tahun 1999) ditengarai sebagai penyebab utama dalam penurunan populasi amfibi di Meksiko dan Guatemala pada tahun 1980an. Penyakit ini bahkan masuk ke dalam daftar penyakit hewan akuatik nasional Australia yang harus dilaporkan ke World Organisation for Animal Health setelah menyebabkan kepunahan spesies amfibi sejak 1990 di Australia.

“Namun, mengapa baru sekarang penyakit itu “beraksi”?” “Apakah itu memang penyakit baru?” Departemen Lingkungan Pemerintah Australia sebagai salah satu yang peduli terhadap


penyakit ini menyebutkan bahwa banyak sekali yang belum diketahui dari jamur dan penyakit yang disebabkannya: bagaimana jamur ini menyebar dan menyebabkan kematian inangnya serta bagaimana jamur ini bertahan jika tidak ada amfibi sebagai inangnya. Namun ada pernyataan yang menarik bahwa spesies amfibi yang punah di Australia diduga mengalami stres akibat perubahan iklim dan kenaikan paparan radiasi sinar UV sehingga menyebabkan penurunan resistensi terhadap infeksi. Hal ini menunjukkan adanya sinergisme faktor penurun populasi amfibi yang telah disebutkan sebelumnya dan jelas ada peran manusia di dalamnya. Amfibi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan termasuk perubahan temperatur dan kelembaban di habitat tempat hidupnya. Perubahan kecil pun dapat mengubah perilaku dan kesuksesan reproduksi bahkan dapat mengakibatkan hilangnya seluruh generasi suatu spesies di wilayah tersebut karena bukan hanya individu dewasa yang akan terkena dampaknya, tetapi perubahan itu memiliki pengaruh yang besar bahkan saat masih berbentuk telur dan larva. Apalagi kalau perubahan sangat besar seperti perubahan iklim akibat pemanasan global atau perubahan alih fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan dan hilangnya habitat. Dampaknya tidak

ada yang lain selain ancaman kepunahan. Secara teori, sebagian besar spesies amfibi memiliki strategi reproduksi r-selection dengan menghasilkan relatif banyak keturunan dalam sekali reproduksi dan memiliki masa reproduksi yang relatif cepat. Meskipun begitu, adanya perubahan yang besar terhadap lingkungan dan habitat dapat menjadi masalah yang serius bagi keberlangsungan hidup amfibi dan jelas dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam ekosistem walaupun dampaknya tidak terlihat saat ini. Peran amfibi dalam jaring makanan menjadi hilang sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan populasi organisme yang menjadi mangsa maupun predatornya. Keadaan amfibi di Indonesia Indonesia sebagai salah satu negara megabiodiversitas memiliki setidaknya 7% spesies amfibi dunia dan masih mungkin bertambah mengingat banyak daerah yang masih belum tereksplorasi dan didukung oleh tingkat endemisitas yang tinggi. Namun penelitian mengenai amfibi masih sangat minim di Indonesia dan lebih lambat dibandingkan dengan negara tetangga, bukan hanya dalam hal status taksonomi melainkan juga dalam hal informasi dasar mengenai biologi dan ekologi dari kebanyakan spesies. Padahal hal tersebut sangat dibutuhkan untuk strategi konservasi dan perbaikan manajemen pada banyak

Gambar 3. Peta penurunan populasi amfibi di seluruh dunia. Merah: Jumlah spesies dengan status Extinct, Extinct in the Wild, dan Critically Endangered. Jingga: Jumlah spesies dengan status Endangered dan Vulnerable. Putih: Total jumlah spesies dalam bioma tersebut. Šamphibiaweb.org terakhir diperbaharui 30 Agustus 2015. ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org 3


area konservasi serta memperkuat kawasan potensial untuk dijadikan area konservasi di Indonesia.

Gambar 4. Penampakan kodok merah (Leptophryne cruentata) beserta status konservasinya. ©Muhammad Yazid

Salah satu amfibi terancam punah juga terdapat di Indonesia. Leptophryne cruentata, kodok merah yang saat ini populasinya hanya terkonsentrasi di hutan pegunungan Pulau Jawa pada ketinggian 1000-2000 mdpl (Gambar 4). Kodok berstatus Critically Endangered (CR) ini populasinya menurun drastis diduga karena letusan gunung berapi di tahun 1987. Tren populasinya pun mengalami penurunan dan ancaman besar masih ”menghantui” kodok ini hingga sekarang termasuk chytridiomycosis meskipun belum ada informasi yang dilaporkan terkait hal ini. Area hutan di Pulau Jawa sebagai pulau utama pusat pemerintahan dan segala aktivitas perekonomian pun semakin menyusut bahkan area pegunungan di beberapa daerah di Jawa Barat saat ini sudah dibuka untuk kepentingan antropogenik, padahal fungsi hutan tersebut sangat vital (Gambar 5). Selain

“Apakah kita mau meninggalkan pohon dan tanaman yang tidak bisa berbuah lagi untuk cucu-cucu kita?”

Gambar 5. Salah satu pemandangan perbukitan di Jawa Barat yang sudah berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan warga. Pembukaan lahan dan pengelolaan yang tidak baik dapat menjadi bumerang bagi warga itu sendiri dalam bentuk bencana seperti banjir dan tanah longsor. ©Ganjar Cahyadi.

4

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org


itu, beberapa jenis amfibi memiliki habitat dan kondisi lingkungan yang spesifik (contohnya pada Gambar 6). Hal ini tentu bisa menekan keberadaan amfibi yang sangat sensitif terhadap perubahan seperti ini. Upaya konservasi jelas harus dilakukan untuk menyelamatkan kodok merah yang terancam punah ini. Hal ini berlaku juga terhadap spesies amfibi lain yang kebanyakan belum dievaluasi status konservasinya (NE) disamping penelitiannya yang sangat minim. Jangan sampai kita baru mengenal spesies tersebut ketika statusnya sudah sangat kritis atau hanya melihat spesimennya saja karena spesies tersebut sudah punah. Hal ini pernah dialami oleh seorang peneliti di Amerika yang telah berkontribusi dalam mendeskripsikan 32 spesies katak baru, namun 4 spesies diantaranya diyakini sudah punah. Untuk menghindari hal tersebut, upaya konservasi harus dilakukan secara komprehensif terutama dalam melindungi habitat alami dari spesies terancam tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan adanya kerjasama dari berbagai pihak

Rhacophorus reinwardtii ŠGanjar Cahyadi

Gambar 6. Spesies amfibi yang memiliki karakteristik habitat serta area penyebaran yang hampir sama dengan kodok merah. Kongkang jeram Jawa Huia masonii (status: Vulnerable), katak endemik dan spesialis yang jarang ditemui di tempat lain kecuali sungai berarus deras dengan air jernih dan berbatu. ŠGanjar Cahyadi.

termasuk didalamnya pembuatan kebijakan yang sesuai, pengelolaan berkelanjutan, penelitian intensif dan penyadaran kepada masyarakat. Semoga dengan adanya upaya konservasi ini, keanekaragaman hayati di

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

5


Indonesia dapat terjaga dan bencana akibat Species 2004: e.T54815A11207443. http:// kecerobohan manusia dalam merusak alam dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2004.RLTS. bisa dihindari. “Apakah kita mau meninggalkan T54815A11207443.en. Downloaded on 15 hanya gundukan tanah gersang untuk generasi October 2016. berikutnya?” “Apakah kita mau meninggalkan 4. Iskandar, D.T. & Erdelen, W.R. 2006. air kotor berlumpur bercampur dengan Conservation of amphibians and reptiles in sampah yang kita buang kepada anak-anak Indonesia: issues and problems. Amphibian and Reptile Conservation, 4(1): 60–87. kita?” “Apakah kita mau meninggalkan pohon dan tanaman yang tidak bisa berbuah lagi untuk 5. Mendelson III, J.R, Savage, J.M., Griffith, E., Ross, H., Kubicki, B., Gagliardo, R. cucu-cucu kita?” “Ataukah manusia sudah cukup 2008. Spectacular new gliding species of kaya dan perkasa, bisa menggantikan peran Ecnomiohyla (Anura: Hylidae) from Central semua biodiversitas dalam menjalani proses Panama. Journal of Herpetology, 42 (4): evolusi?”. 750–759. Rasanya tidak, mereka hanya terbawa hawa 6. Mendelson, J.R. & Angulo, A. 2009. nafsu dan egonya saja. Ecnomiohyla rabborum. The IUCN Red List of Threatened Species 2009: Daftar Pustaka e.T158613A5241303. http://dx.doi. 1. AmphibiaWeb. 2016. Worldwide Amphibian o r g / 1 0 . 2 3 0 5 / I U C N .U K . 2 0 0 9 - 2 . R LT S . Declines: How big is the problem, what are the T158613A5241303.en. Downloaded on 15 causes and what can be done? http://www. October 2016. amphibiaweb.org/declines/declines.html 7. Mendelson III, J.R. 2011. Shifted baselines, University of California, Berkeley, CA, USA. forensic taxonomy, and Rabbs’ fringe-limbed Accessed 15 October 2016. treefrog: the changing role of biologists in an 2. Department of Sustainability, Environment, era of amphibian declines and extinctions. Herpetological Review, 42 (1): 21–25. Water, Population and Communities Australian Government. 2016. 8. Stuart, S., Chanson, J. S., Cox, N. A., Young, B. Chytridiomycosis (Amphibian Chytrid Fungus E., Rodrigues, A. S. L., Fishman, D. L., Waller, Disease). https://www.environment.gov. R. W. 2004. Status and trends of amphibian au/system/files/resources/279bf387declines and extinctions worldwide. – Science, 306: 1783–1786. 09e0-433f-8973-3e18158febb6/files/c9. Zippel, K.C. & Mendelson III, J.R. 2008. The disease_1.pdf. Accessed 15 October 2016. amphibian extinction crisis: a call to action. 3. Iskandar, D.T. & Mumpuni. 2004. Leptophryne Herpetological Review, 39: 23–29. cruentata. The IUCN Red List of Threatened

6

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

©Bhisma Gusti


Padda oryzivora ©Achmad RIdha Junaid

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

7


B

BEASISWA CSE Belajar Bersama:

Social Specialist Centre of Social Excellence (CSE) mengadakan Belajar Bersama dalam rangka mentransformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang: kolaborasi sebagai jalan terbaik dalam pengelolaan SDA, risiko-risiko pengelolaan SDA dan cara-cara mitigasi dan inovasi yang dilakukan dalam pengelolaan SDA yang bertanggung jawab. Catat tanggal pentingnya: • Pendaftaran (Pengiriman Surat Lamaran dan CV): 20 November 2016 – 2 Januari 2017 • Seleksi Calon Warga Belajar: 3-6 Januari 2017 • Pengumuman Warga Belajar Terpilih: 9 Januari 2017 • Pendaftaran Ulang: 10-15 Januari 2017 • Pelaksanaan Belajar Bersama: 23 Januari – 1 Februari 2017 Info lebih lanjut: http://www.tamboramuda. org/2016/11/cse-belajar-bersama-socialspecialist.html

8

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

Labuan Terata, Sumbawa ©Azhar Muttaqin ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org 8


K

KONFERENSI

Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung ke-3 Deadline : 31 Desember 2016 (Abstrak) Lokasi : Kampus Kampus Universitas Udayana, Bali

ic En

ur us

ve l Ca atus ©Ganjar

a hy

di

Menghadirkan topik utama simposium meliputi burung di habitat alaminya, burung di luar habitat alaminya atau di habitat yang dimodifikasi, serta topik khusus tentang burung Curik Bali. Tanggal penting : »» 31 Desember 2016 : batas akhir penerimaan abstrak »» 10 Januari 2017 : pengumuman abstrak diterima »» 1 Februari 2017 : Batas akhir penerimaan naskah lengkap (full paper) »» 2-3 Februari 2017 : symposium »» 4 februari 2017 : workshop Biaya symposium : mahasiswa dan umum : 150rb – 300rb; workshop: 100rb CP: Eswaryanti K Yuni (081239992669)/email: luh_eswaryanti@unud.ac.id Info selanjutnya: http://www.tamboramuda. org/2016/10/konferensi-peneliti-danpemerhati.html ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

9


©Bhisma Gusti

10

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org


Minahasa Utara ŠAzhar Muttaqin

S

SEMINAR Peringatan Hari Perubahan Iklim: Kemah Aksi Bakti Kali Untuk Bumi #1KaliKuning Waktu Lokasi

: 3-4 Desember 2016. : Puri Dimas, Kali Kuning, Sempu Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

Dalam rangka memperingati hari perubahan iklim, Sekber PPA DIY mengadakan sarasehan gerakan restorasi sungai bersama Komunitas Pelestari Sungai Se- DIY yang disambung dengan acara adopsi pohon, malam kesenian dan bersih sungai. Acara tersebut diadakan pada tanggal 3-4 Desember 2016. Informasi pendaftaran lebih lanjut, sila cek link: http://www.tamboramuda. org/2016/11/sekber-ppa-diy-peringatanhari-perubaha.html

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

11


K

KOMPETISI Lomba Film Pendek #StopDeforestasi Deadline Tema

: 10 Desember 2016 : Pohon Sumber Kehidupan

Kompetisi ini diperuntukkan bagi mahasiswa dan pelajar untuk mengekspresikan karya nya melalui film pendek berdurasi 3-5 menit. Karya terbaik dapat dikirim ke forestfilm@fwi. or.id untuk memenangkan total hadiah 24 juta rupiah. Info lebih lanjut: http://www.tamboramuda. org/2016/11/lomba-film-pendekstopdeforestasi.html

12

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org


Chrysopelea paradisi ©Ganjar Cahyadi

ERUPSI Newsletter Team

Achmad Ridha Junaid

Zahrah Afifah

Nuruliawati “Nuy”

Azhar Muttaqin ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org

13


ŠGanjar Cahyadi

Mari bergabung dalam jaringan Tambora, kunjungi

www.tamboramuda.org

14

Tambora Muda @tamboramuda

ERUPSI Vol. 11 | www.tamboramuda.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.