ERUPSI Volume 6 | Juni 2016
Jaringan Konservasionis Muda Indonesia
Goresan:
Menyebarkan Benih Semangat Konservasi Oleh Pramita Indrarini
www.tamboramuda.org
tambora.muda@gmail.com
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
1
lia wa ti
u ur n ©
KONTEN GORESAN 1 TAMU TAMBORA 6 BEASISWA 11 KONFERENSI 15 ONLINE COURSE 16 1
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
G
GORESAN
Menyebarkan Benih Semangat Konservasi Oleh e-mail
P
: Pramita Indrarini (Project Manager at Ligula Ecotourism) : mita.indrarini@gmail.com
ertemuan pertama saya dengan dunia konservasi dimulai saat masih duduk di bangku SMA. Lebih tepatnya saya pertama kali mengetahui bahwa isu kerusakan lingkungan sedang marak dari guru biologi saya pada saat itu yaitu Ibu Yanti. Salah satu tugas yang paling saya ingat adalah membuat daftar aksi-aksi kesadaran lingkungan. Semakin banyak poin kegiatan yang dilakukan maka semakin tinggi nilai kami. Saya yang pada awalnya mengerjakan hanya demi nilai semata, akhirnya tergerak untuk berkecimpung lebih dalam di dunia konservasi lingkungan. Wawasan saya mengenai kondisi lingkungan Indonesia menjadi cukup terbuka. Saat itu saya baru tahu bahwa Indonesia merupakan negara dengan berbagai hewan langka dan hutan yang lebat. Sekarang saya bekerja bersama teman-teman saya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan kepada masyarakat umum, khususnya anakanak sekolah melalui kegiatan ekoturisme. Ekoturisme adalah kegiatan turisme yang berkelanjutan. Selain mendatangi lokasi agar peserta dapat berinteraksi langsung dengan alam, peserta diharapkan dapat memelajari nilai-nilai konservasi. Kegiatan tersebut juga merupakan kerjasama dengan masyarakat lokal. Keterlibatan mereka dalam setiap
kegiatan kami, membuahkan manfaat dari sisi ekonomi dan juga pengetahuan bagi mereka. Berinteraksi dengan anak-anak sekolah membuat saya sadar bahwa masih banyak pekerjaan rumah untuk aksi penyadartahuan. Namun dibalik itu semua, saya juga sadar bahwa masih ada harapan. Walaupun bukan mayoritas, terdapat anak-anak yang memiliki kesadaran untuk mengkonservasi lingkungannya. Hal tersebut memang dapat disebabkan banyak faktor. Anak-anak bisa memelajari pentingnya konservasi dari kurikulum sekolahnya, bisa dari nilai yang dipelajari dari keluarganya, bisa dari informasi yang tersebar di sosial media, atau bahkan bisa jadi karena mengikuti serangkaian kegiatan ekoturisme kami. Kesadaran akan konservasi dapat dihasilkan dari rangkaian sebab-sebab tersebut. Hal yang paling penting adalah bahwa sekecil apapun pengaruh yang diberikan, tetap saja berdampak bagi sang anak. Terdapat beberapa anak yang menunjukkan aksi kesadaran lingkungannya secara eksplisit. Ada yang langsung menggalang dana untuk kegiatan konservasi satwa liar seperti owa jawa. Ada pula yang langsung menegur seorang perokok yang membuang bekas putungnya di hutan mangrove. Namun yang ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
1
paling bermakna bagi saya adalah ketika terdapat anak-anak dengan minat dan latar yang berbeda, mengobrol sederhana dengan kami para pelaksana kegiatan ekoturisme dan menunjukkan keinginannya untuk memahami lebih dalam mengenai kekayaan alam Indonesia serta upaya konservasinya. Dorongan tersebut berasal dari diri mereka sendiri, bukan paksaan dari guru. Sekecil apapun keinginan untuk konservasi, tetap saja merupakan sebuah bentuk keinginan dan dapat menjadi langkah awal menuju aksi yang lebih di kemudian hari. Saya yakin tidak seluruh peserta kegiatan ekoturisme langsung tersentuh dan bercitacita menjadi peneliti. Saya hanya berharap apa yang dipelajari dapat menjadi ilmu yang bermanfaat,sehingga di bidang apapun yang akan mereka geluti nantinya, mereka dapat membuat keputusan yang eco-friendly dan pro-masyarakat lokal. Suatu hari saya kembali ke SMA saya untuk acara hari karir dimana alumni dipersilahkan berbagi pengalamannya. Kebetulan saya berbagi dengan adik-adik kelas satu yang masih bingung menentukan jurusan IPA atau IPS. Ketika bertanya mengenai minat mereka, saya terkejut ketika ada yang tersentuh dengan kegiatan konservasi gajah yang digalakkan oleh Nadya Hutagalung. Hal tersebut membuatnya yakin ingin meneruskan sekolah di jurusan IPA. Alumni lain juga ternyata ada yang bekerja menjadi konsultan di bidang lingkungan. Walaupun tidak banyak, tetapi benih semangat konservasi tersebut ternyata tersebar dan mulai tumbuh. Saya teringat kembali dengan tugas daftaraksi lingkungan Ibu Yanti. Beliau kini telah berpulang, tetapi benih semangat konservasi yang disebarkan oleh beliau telah tumbuh pada diri saya dan semoga pada teman-teman lain. Tumbuh tidak berarti harus menggeluti bidang konservasi. Seperti halnya harapan saya kepada peserta kegiatan ekoturisme, yang penting kesadaran terhadap lingkungan memengaruhi keputusan dalam kehidupan mereka. Dari mana pun benih tersebut berasal, jika terus dipupuk dengan semangat yang serupa, maka benih dapat tumbuh. Layaknya efek riak pada air (ripple effect), benih yang tumbuh akan menebarkan benih semangat baru kepada orang lain.
2
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
Saya mengutip Baba Dioum, seorang insinyur kehutanan dari Senegal:
“In the end, we will conserve only what we love, we will love only what we understand, and we will understand only what we are taught.� Kutipan tersebut kurang lebih berarti bahwa kita akan mengkonservasi apa yang kita cintai, kita cintai apa yang kita pahami, dan kita pahami apa yang kita pelajari. Akan lebih mudah melaksanakan aksi konservasi jika lebih banyak yang paham. Memicu masyarakat untuk memelajari konservasi merupakan tanggung jawab seluruh penggiat konservasi. Saya yakin banyak rekan-rekan yang telah menjadi bagian ripple effectnya masing-masing dalam menyebarkan semangat konservasi. Tambora juga akan terus bekerja menyatukan penggiat konservasi dari seluruh Indonesia agar ripple effect kita semakin besar dan bisa menyebabkan ombak aksi nyata untuk konservasi di Indonesia.
©Achmad Ridha
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
3
Apa Pentingnya Melindungi Satwa? Oleh e-mail
: Nuri Asmita (Database management TPU, WWF Central Sumatera Program) : nuri_asmita@yahoo.com
P
ertanyaan itu masih sering terdengar oleh saya hingga saat ini. Semenjak saya memutuskan untuk berfokus pada dunia konservasi, banyak orang yang mempertanyakan hal seperti ini kepada saya. apa gunanya melindungi satwa? Apa dampaknya jika satwa tersebut hidup? Kan mereka hanya menjadi hama saja bagi pertanian kami? Kirakira begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sering saya dengar dari masyarakat pada umumnya. Hal ini juga membuat saya berpikir keras bagaimana menjelaskan kepada mereka tentang manfaat dari semua hal yang sedang dilakukan pada saat ini. Dan saya menyadari untuk menjawab semua itu membutuhkan sesuatu hal yang nyata, bukan hanya sekadar teori belaka. Konservasi satwa merupakan hal yang sudah dilakukan oleh para pakarnya semenjak lama. Hal ini merupakan buah dari kekhawatiran mereka akan sebuah fenomena kepunahan spesies yang diakibatkan oleh faktor alami ataupun faktor campur tangan manusia. Namun jika ditelisik lagi, faktor campur tangan manusia lebih banyak menyumbangkan angka pada kasus ini. Hal ini terjadi karena eksploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi tuntutan perekonomian saat ini. Mengapa perlu melakukan konservasi? Ini merupakan pertanyaan klasik dalam dunia konservasi. Bahkan saya sendiripun sering mempertanyakan hal ini kepada diri saya sendiri. Untuk apa melakukan konservasi, mengapa perlu dilakukan dan masih banyak hal lain lagi yang terkadang muncul dalam pikiran namun sulit untuk dijawab. Namun secara logika, pemanfaatan sumber daya alam memang perlu dilakukan secara terkelola dan
4
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
bijaksana. Dan kita sebagai penghuni bumi yang bisa berpikir harus menjadi pelopor dalam hal ini, karena memang merupakan tugas kita sebagai makhluk paling sempurna di muka bumi ini untuk melindungi dan menjaga bumi ini beserta isinya dan memanfaatkan semua ini secara bijaksana dan penuh tanggung jawab. Bukan mengeksploitasinya secara berlebihan.
Jika bukan kita yang melakukannya, siapa lagi? Konservasi satwa perlu dilakukan karena selain manusia, tidak ada makhluk lain yang bisa bertahan hidup dan mempunyai kemampuan adaptasi yang luar biasa seperti yang dimiliki manusia. Jika satwa bisa beradaptasi seperti yang manusia lakukan, kita mungkin masih bisa menemukan harimau Sumatra dengan populasi yang besar, harimau Bali dan Jawa tidak akan punah oleh deforestasi dan perburuan. Oleh karena mereka tidak bisa, sebagai makhluk yang bisa berpikir, sudah menjadi tugas kita untuk melindungi dan menjaga mereka. Berapa banyak satwa yang sudah punah dari bumi? Tidak ada data pasti tentang hal tersebut, karena tidak ada yang mendokumentasikan hal tersebut. Namun yang pasti adalah setiap makhluk hidup memiliki fungsi tersendiri dalam ekosistem, bahkan makhluk sekecil semut memiliki peranan penting dalam relung yang mereka tempati. Jika salah satu satwa hilang, maka fungsinya di dalam relung dan ekosistem juga akan hilang sehingga akan terjadi “gap�yang tidak bisa diambil alih oleh satwa lain.
Apa dampaknya bagi manusia? Sama halnya dengan setiap komponen mesin pada sebuah mobil, masing-masing memiliki peranan yang penting terhadap mobil tersebut. Dari yang ukuran paling besar hingga ukuran paling kecil. Jika salah satu dari komponen tersebut hilang, bisa dipastikan mobil tersebut akan mengalami masalah dan bahkan rusak, sehingga tidak bisa dipakai. Begitu juga dengan sebuah ekosistem di bumi. Masingmasing makhluk memiliki peranan tersendiri pada ekosistemnya. Baik sebagai produsen, konsumen maupun pengurai, dan peranan ini juga sama pentingnya dengan komponen mesin mobil tsb. Jika mereka punah maka akan ada dampak bagi ekosistem yang mereka tempati. Beberapa negara maju seperti Jepang dan Belanda sempat merasakan dampak akan hilangnya satwa predator utama di suatu ekosistem seperti beruang dan serigala. Hal ini menyebabkan populasi dari satwa mangsa seperti rusa menjadi sangat tidak terkontrol. Sehingga berdampak pada ekosistem hutan itu sendiri. Seperti contoh di Belanda, populasi rusa yang sangat besar akhirnya menyebabkan pohon-pohon di hutan menjadi mati karena kulit pohon tersebut dimakan oleh rusa. Di Jepang, mereka harus membunuh satwa mangsa untuk mengurangi populasi mereka karena telah mencemari air tanah dikarenakan limbah dari kotoran satwa-satwa ini, sehingga menyebabkan beberapa sumber air menjadi beracun.
serigala yang pada akhirnya menyebabkan keseimbangan ekosistem di lokasi tersebut terganggu. Pohon-pohon mati, sungai menjadi tercemar dan ekosistem tersebut menjadi “sakit�. Akhirnya mereka menyadari pentingnya peranan serigala dan mengintroduksi kembali satwa ini dari daerah lain. Apa yang bisa kita lakukan? Sebagai generasi muda, banyak yang bisa kita lakukan untuk mendukung upaya konservasi ini dengan memulai semua itu dari diri sendiri, misalnya dengan melibatkan diri menjadi aktivis lingkungan, peneliti muda dan bekerja di bidang konservasi. Namun yang paling penting adalah komitmen dari diri kita untuk tidak merusak alam. Hal ini bisa dimulai dari hal sederhana, dari rumah kita sendiri, misalnya dengan mulai mengurangi penggunaan plastik, menghemat air dan energi listrik, menerapkan pola hidup hijau dengan menggunakan transportasi umum untuk bepergian dan lain sebagainya. Kita sebagai pemuda-pemudi bangsa harus menjadi tuan rumah dari aset yang kita punya, jangan sampai kita sebagai tuan rumah tidak mengenali daerah kita sendiri, sedangkan orang asing sangat tertarik akan negara kita. Alam ini bukan milik kita, kita hanya meminjamnya dari anak cucu kita, jadi peliharalah dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
Itu hanya merupakan segelintir contoh yang ada yang menggambarkan dampak negatif akan hilangnya suatu satwa dalam ekosistem. Kita juga bisa belajar dari peristiwa yang terjadi di Taman Nasional Yellowstone, Amerika, di mana mereka pernah kehilangan populasi
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
5
T
TAMU TAMBORA Hentikan Penangkapan, Perdagangan dan Pembunuhan Burung Pantai Migran di Deli Serdang, Sumatera Utara Oleh e-mail
: Chairunas Adha Putra (Mahasiswa Biosains Hewan IPB/Pengamat Burung Pantai Migran di Sumatera Utara) : chairunasadha@yahoo.com
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah pesisir yang kaya akan keanekaragaman hayatinya. Pulau-pulau di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi potensi luar biasa sebagai kawasan hutan mangrove yang terbesar di dunia. Salah satu fungsi ekosistem mangrove di kawasan pesisir pantai adalah sebagai pendukung kehidupan kelompok burung air, terutama kelompok burung pantai migran. Sebagian besar burung pantai yang tercatat di Indonesia merupakan burung migran yang berasal dari bumi belahan utara (Siberia, China dan Alaska), walaupun ada juga burung pantai berstatus penetap di Indonesia; diantaranya adalah cerek jawa Charadrius javanicus dan trulek jawa Vanellus macropterus. Burung pantai yang singgah di kawasan pesisir Indonesia bertujuan untuk menghindari musim dingin di wilayah berbiaknya. Hingga setelah musim dingin berakhir, burung pantai akan kembali ke utara untuk berkembang-biak. Oleh karena itu, kita hanya bisa melihat burung pantai migran dengan populasi besar di bulan-bulan tertentu saja, seperti di bulan Oktober hingga Maret.
6
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu dari 23 negara yang termasuk ke dalam jalur terbang East Asian-Australasian Flyway (EAAF). Tidak kurang dari 8 juta individu dari 54 jenis burung pantai yang bermigrasi menggunakan jalur terbang EAAF. Lokasi-lokasi yang penting bagi persinggahan burung pantai migran di Indonesia juga cukup banyak. Sebut saja Taman Nasional Wasur di Papua, tambak-tambak di wilayah Wonorejo-Surabaya, Pantai Trisik di Yogyakarta, Muara Gembong di Bekasi, Pantai Cemara di Jambi dan Pesisir Pantai Kab. Deli Serdang di Sumatera Utara. Pertumbuhan penduduk yang cukup cepat di kawasan pesisir pantai Indonesia berdampak pada penyusutan luasan hutan mangrove. Hutan mangrove banyak dikonversi menjadi lahan pertanian, pertambakan, persawahan, permukiman dan wahana wisata pantai. Tren tersebut juga terjadi di pesisir Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Pesisir pantai Kab. Deli Serdang saat ini sedang mengalami banyak perkembangan dalam bidang ekonomi dan infrastruktur bangunan. Pembukaan bandara Internasional Kualanamu di daerah
Gambar 1. Kelompok burung migran (gajahan besar) yang singgah di pesisir Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. (Foto diambil pada tanggal 7 Desember 2010)
pesisir Deli Serdang diprediksikan juga akan membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar. Ketebalan hutan mangrove di beberapa tempat seperti di pesisir Desa Tanjung Rejo, Desa Sei Tuan dan Desa Percut saat ini tidak lebih dari 30 meter. Areal mangrove tersebut dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambak. Kawasan permukiman manusia juga semakin berkembang di wilayah pesisir pantai.
air laut mulai pasang, burung pantai terbang kedaratan terdekat untuk beristirahat.
Namun di lain sisi, konversi hutan mangrove tersebut akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup burung pantai migran. Hamparan lumpur di sekitar kawasan hutan mangrove menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi burung pantai migran. Pada saat air surut, di hamparan lumpur burung pantai berkumpul dan mencari makan. Ketika
Padahal, hutan mangrove merupakan habitat alami burung pantai yang mendukung aktivitas hariannya seperti makan dan istirahat. Pada habitat pantai juga terdapat berbagai aktivitas manusia seperti mencari kepiting, mancing dan berwisata. Ancaman terhadap burung pantai tidak hanya disebabkan kehilangan habitat tetapi juga dari aktivitas perburuan. Penulis beberapa kali mendapati jaring penangkap burung pantai terpasang di beberapa lokasi hamparan lumpur. Tidak ada yang mengetahui bagaimana masyarakat bisa memodifikasi jaring untuk menangkap burung pantai. Tetapi satu hal yang pasti, cara menangkapnya sungguh kejam. Terkadang beberapa burung pantai ditemukan mati tergantung di jaring selama berhari-hari hingga membusuk.
Gambar 2. Aktivitas perkebunan kelapa sawit di pesisir pantai yang mengancam keberadaan burung pantai (Foto diambil pada tanggal 28 Oktober 2012)
Hutan mangrove di pesisir Kab. Deli Serdang merupakan Hutan Lindung merujuk kepada SK.579/Menhut-II/2014. Pengelolaan dan peninjauan lokasi oleh Pemerintah Daerah tampaknya tidak berjalan dengan baik. Akibatnya aktivitas masyarakat yang merusak hutan mangrove tidak bisa dihindari.
Burung yang tertangkap kemudian dijual dan disajikan di salah satu restoran rumahan di dekat pantai. Harga burung bervariasi sesuai dengan ukuran tubuhnya. Burung gajahan ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
7
pengala Numenius phaeopus dihargai Rp 15.000 per-ekor, trinil-lumpur asia Limnodromus semipalmatus (Rp. 8.000 per-ekor), dan cerekpasir mongolia Charadrius mongolus (Rp. 7.000 per-ekor). Bahkan seekor Kedidi besar Calidris tenuirostris yang berstatus Genting (Endangered) menurut IUCN sejak tahun 2015, dihargai Rp 12.000 per-ekor.
Gambar 3. Beberapa jenis burung pantai yang ditangkap oleh masyarakat di pesisir Kab. Deli Serdang (Searah jarum jam; trinil semak, cerek kernyut dan cerek-kalung kecil)
Beberapa catatan lain tentang burung pantai yang ditangkap menggunakan jaring yaitu trinil kaki-merah Tringa totanus, trinil semak Tringa glareola, trinil bedaran Xenus cinereus, kedidi besar Calidris tenuirostris, trinil-lumpur asia Limnodromus semipalmatus, gajahan pengala Numenius phaeopus, cerek-kalung
kecil Charadrius dubius, cerek-pasir mongolia Charadrius mongolus, cerek kernyut Pluvialis fulva dan berkik-kembang besar Rostratula benghalensis. Sebelumnya, perdagangan burung pantai migran di Deli Serdang diduga hanya dilakukan di sekitar wilayah pesisir pantai. Sayangnya, penulis menemukan cerekpasir mongolia dipajang di salah satu toko pasar burung di pusat kota Medan. Hal tersebut cukup mengkhawatirkan karena ada kemungkinan jenis burung migran lainnya juga diperdagangkan disana. Menilik status perlindungan jenis burung pantai migran di Indonesia, dari 69 jenis burung pantai yang ditemukan di Indonesia hanya 10 jenis yang berstatus dilindungi (Merujuk ke UU No. 5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999). Kurangnya penelitian dan laporan terkait burung pantai migran mungkin menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah. Apa tindakan yang harus kita dilakukan ? Diperlukan usaha bersama-sama dari berbagai pihak untuk membenahi kerusakan kawasan mangrove sebagai habitat alami burung pantai. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan penanaman mangrove di kawasan pesisir. Kegiatan penanaman sering dilakukan berbagai organisasi pecinta lingkungan untuk
Gambar 4. Burung pantai yang dipajang di salah satu rumah makan burung di Kecamatan Pantai Labu
8
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
memperingati Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 Februari di setiap tahunnya.
Selain AWC, ada juga “World Migratory Bird Day� yang dilakukan serentak di seluruh dunia pada bulan Mei di setiap tahunnya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang pentingnya melindungi burung migran dan habitat persinggahannya. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh penulis dari tahun 2010-2015 di pesisir Deli Serdang. Bentuk kegiatan WMBD lebih bervariasi, mulai dari seminar, workshop, pemutaran film burung, dan pengamatan bersama.
Gambar 5. Penanaman bibit mangrove di pesisir Kab. Deli Serdang sebagai upaya mengembalikan habitat alami burung pantai migran
Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan pengamatan burung pantai migran secara rutin. Hal tersebut bertujuan untuk melihat perkembangan populasi burung pantai. Salah satu kegiatan bertaraf internasional ialah penghitungan burung air di Asia atau “Asian Waterbirds Census� (AWC) yang dilakukan oleh berbagai kelompok pengamat burung di negara-negara Asia. Kegiatan AWC dijadwalkan pada minggu ke-2 atau ke-3 di bulan Januari di setiap tahunnya. Data dari hasil kegiatan ini dipergunakan untuk mendukung upaya konservasi burung di kawasan ASIA.
Gambar 6. Kegiatan pengamatan burung pantai migran di pesisir Kab. Deli Serdang dalam perayaan WMBD tahun 2011 ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
9
10
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
B
BEASISWA #MASIHADAKESEMPATAN
Asian Development Bank (ADB)-Japan Scholarship Program 2016, Japan Deadline : Tidak ada Lokasi : Berbagai institusi universitas di dunia Beasiswa ADB-Japan bertujuan untuk memberikan kesempatan studi lanjut bagi warga negara dari negara-negara berkembang yang merupakan anggota ADB (salah satunya Indonesia). Warga yang berkualifikasi diharapkan untuk melanjutkan studi pascasarjana di bidang ekonomi, manajemen, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bidang terkait pembangunan lainnya. Mereka akan ditempatkan pada lembaga akademis di Kawasan Asia dan Pasifik yang berpartisipasi. ADB menyediakan beasiswa penuh untuk satu sampai dua tahun masa sekolah. Selengkapnya baca disini: http://www.tamboramuda.org/2016/02/adb-japan-scholarshipprogram.html
MantaWatch Internship Program 2016 Deadline : Lokasi : Flores Bagi kamu yang suka menyelam dan berkeinginan untuk menjadi marine scientist, mengapa tidak bergabung dengan MantaWatch? MantaWatch memberikan program magang selama 1 bulan penuh dengan berbagai tawaran pengalaman yang menggiurkan diantaranya scientific diving, pengumpulan dan pengelolaan data, pengelolaan dan konservasi perikanan, dan juga peningkatan kemampuan public speaking kamu. Program ini sangat disarankan bagi mahasiswa tingkat akhir. Info selengkapnya disini: http://www.tamboramuda. org/2016/04/mantawatch-internship-program.html
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
11
IATSS Forum Leadership Training 2017, Suzuka, Japan Deadline : 30 Juni 2016 Lokasi : Suzuka, Jepang The International Association of Traffic and Safety Sciences (IATSS) Forum merupakan wadah bagi para profesional muda. Kegiatan ini turut mengundang pemuda pemudi luar biasa dari negara-negara yang termasuk dalam kawasan ASEAN. Forum ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk memahami masing-masing negara melalui kegiatan seminar, studi di lapangan, studi kelompok, dan pertukaran budaya, serta melakukan upaya untuk memecahkan masalah terkini di kawasan ASEAN dan Jepang. Forum akan diadakan di kota Suzuka, Jepang selama 57 hari. Terdapat dua waktu pelaksanaan program yang dapat kalian ikuti yaitu: »» 57th IATSS Forum: Mei - Juli 2017 »» 58th IATSS Forum: September - November 2017 Apa saja persyaratannya? Cari tahu disini: http:// www.tamboramuda.org/2016/04/iatss-forumleadership-training-2017.html
12
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
©Achmad Ridha
#TERBARU
Ragam Beasiswa Penelitian! Berikut merupakan daftar beasiswa penelitian yang bisa kamu ikuti loh! Persyaratannya apa aja? Yuk cek daftar beasiswa penelitian yang satu ini:
1. Auckland Zoo Small Grants Program
The Auckland Zoo Conservation Fund Small Grants Programme membantu menyediakan dana hingga NZD$5000 (sekitar 45 juta rupiah!) bagi proyek kecil yang sedang berjalan atau pilot project dengan nilai konservasi yang jelas. Pendanaan ini berlaku bagi peneliti lokal New Zealand ataupun yang berada di negara-negara berkembang. Info selengkapnya: http://www.aucklandzoo.co.nz/sites/conservation/in-the-wild/ small-grants-programme
2. Riverbanks Zoo Grants Program
Riverbanks Zoo Grants Program merupakan program pendanaan yang cukup memiliki ragam topic pendanaan yang menarik seperti konservasi in-situ dan ex-situ, pengelolaan habitat atau pun proyek yang terkait kesejahteraan satwa (animal welfare). Pendanaan ini bernilai mulai dari $1000 (sekitar 13 juta rupiah) hingga $5000 (sekitar 68 juta rupiah). Telusuri lebih lengkap di sini: https://society.riverbanks.org/donate/ conservation-support-fund
3. Sophie Danforth Conservation Biology Fund
Dibentuk oleh Roger Williams Park Zoo dan The Rhode Island Zoological Society pada tahun 1989, Sophie Danforth Conservation Grant (SDCBF) mendukung banyak program konservasi yang bertujuan untuk melindungi hidupan liar dan habitatnya yang terancam di berbagai belahan dunia. Berbeda dengan program pendanaan lainnya, SDCBF menyaratkan untuk pelamar yang berasosiasi dengan organisasi seperti LSM atau universitas. Info selengkapnya di sini: http://www.rwpzoo.org/142/sophiedanforth-conservation-biology-fund-grant-application-process
4. American Society of Primatologist Small Grants
Bagi kalian para primatologis muda, jangan khawatir karena American Society of Primatologist menyediakan pendanaan bagi proyek penelitian di bidang konservasi primata, baik dalam penangkaran (captive) ataupun di alam liar. Besaran yang ditawarkan berkisar antara $500 hingga $1500 (sekitar 6 juta – 20 juta rupiah). Info selanjutnya, baca di sini: https://www.asp.org/grants/ ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
13
ŠAchmad Ridha
5. ABC Wildlife
ABC Wildlife sudah lebih dari 35 tahun bergelut dalam bidang pengelolaan hidupan liar di perkotaan dan serangga dalam konteks kesehatan dan keselamatan manusia dari sisi lingkungan yang berkelanjutan. Dalam kesempatan ini, ABC Wildlife menawarkan kesempatan bagi perempuan untuk melanjutkan pendidikan dalam lingkup sains, termasuk teknologi, teknik dan matematika. Selain perempuan, syarat utama lainnya adalah pelamar harus berafiliasi dengan salah satu universitas di US. Tertarik? Selengkapnya baca di sini: http://abcwildlife.com/
6. AAUS Foundation
Dibentuk oleh American Academy of Underwater Sciences (AAUS), AAUS Foundation bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan dunia penyelam berbasis sains yang aman dan produktif. Melalui program pendidikan, penelitian dan praktik selam saintifik tingkat lanjut, sertifikasi dan operasi, AAUS Foundation memberi kesempatan bagi para penyelam muda untuk mendapatkan pendanaan berupa beasiswa riset untuk program Master dan Ph.D. Selengkapnya dapat dilihat di sini: http://www.aausfoundation.org/
7. Club300 Bird Protection Program
Sejak tahun 1991, Club300 Swedia telah berkontribusi lebih dari USD 600,000 (sekitar 8 miliar rupiah) untuk pendanaan proyek pelindungan burung di seluruh dunia. Program pendanaan ini hanya mendanai proyek penelitian dengan objek burung yang termasuk ke dalam daftar Kritis (CR), Genting (EN), Punah di Alam (EW) dan Kekurangan Data (DD) milik IUCN. Club300 menawarkan pendanaan hingga USD 5000 (sekitar 68 juta rupiah) bagi kalian yang memiliki ketertarikan dalam meneliti burung-burung terancam atau belum tereksplor dengan baik. Info lebih lanjut dapat dilihat di laman: http://www. club300.se/Birdprot/Birdprotection. aspx.
14
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
K
KONFERENSI #MASIHADAKESEMPATAN
1st International Conference on Marine Biodiversity, Bali Deadline : 8 Agustus 2016 Lokasi : Bali Dalam rangka mewadahi penyampaian informasi seputar kelautan dan lingkungan pesisir, Pusat Riset Biodiversitas Indonesia (IBRC) Universitas Udayana, Bali dan USAID mempersembahkan Konferensi Internasional tentang Biodiversitas Kelautan pertama (CoMBI 2016). Konferensi ini memiliki 7 topik inti yang akan dibahas yaitu: »» Biodiversitas dan Fungsi Ekosistem »» Sistematika dan Evolusi »» Pemetaan Habitat dan Penentuan Status Ekologis »» Sumberdaya Hayati »» Penginderaan Jauh »» Segitiga Terumbu Karang dan »» Perubahan Iklim Informasi selengkapnya dapat dilihat disini: http://www.tamboramuda. org/2016/04/1st-international-conferenceon-marine.html
#TERBARU
The South-East Asia and Pacific Regional Fisheries Summit Deadline : Tidak dicantumkan Lokasi : Shangri-La Hotel, Jakarta The South-East Asia and Pacific Regional Fisheries Summit merupakan bagian dari World Ocean Initiative yang diselenggarakan oleh The Economist. Acara tersebut akan menyatukan elemen pemerintah, industri, keuangan dan juga peneliti untuk turut berdiskusi tentang reformasi perikanan di Asia Tenggara hingga wilayah Barat Samudra Pasifik. Acara ini akan diadakan pada tanggal 27-28 Juli 2016 dan dihadiri oleh berbagai narasumber penting seperti Ibu Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia), Fleming Umiich Sengebau (Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Wisata Republik Palau) dan masih banyak lainnya. Info penting lainnya, lihat di sini: http://www. tamboramuda.org/2016/05/the-southeast-asia-and-pacific.html ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
15
O
UNESCO UNITWIN Complex System Digital Campus kali ini mengadakan sebuah online course mengenai Global Systems Science (GSS), sebuah pendekatan dalam pembuatan kebijakan untuk penyelesaian masalah yang kompleks dan terkait banyak bidang. Kursus daring ini gratis dan akan berlangsung selama 2 minggu di bulan Juni. Untuk kalian yang tertarik, ketahui lebih lanjut informasinya disini: http:// www.tamboramuda.org/2016/03/onlinecourse-global-systems-science.html.
InforMEA Online Course on International Environmental Law (IEL): Introductions InforMEA adalah proyek Perjanjian Lingkungan Multilateral (Multilateral Environmental Agreements/ MEA) dengan dukungan dari program lngkungan PBB atau United Nations of Environmental Program (UNEP) dan Uni Eropa. Inisiatif MEA saat ini meliputi 43 internasional dan regional mengikat instrumen dari 18 Sekretariat yang diselenggarakan oleh empat organisasi UN dan IUCN. Dalam online course tersebut, kalian bisa mendapatkan pemahaman mendasar mengenai perjanjian multilateral yang telah dibuat terkait lingkungan dan konservasi biodiversitas seperti Konvensi Ramsar, Konvensi Kegaraman Biologis (Convention on Biological Diversity/ CBD) dan lain-lain. Tertarik? Daftar sekarang juga disini: http://e-learning.informea.org/
16
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
a m ch A Š
d
Online Course Global Systems Science and Policy: An Introduction
Ri dh a
ONLINE COURSE
Conservation Training E-Learning Conservation Training merupakan sebuah komunitas terbuka dan gratis yang menawarkan berbagai macam materi pelatihan terkait konservasi yang didukung oleh The Nature Conservancy dan Organisasi mitra lainnya. Bersama lebih dari 30,000 pengguna dari 200 negara yang ikut bergabung, Conservation Training memiliki tujuan yaitu untuk membagikan pelatihan untuk seluruh kolega konservasi di seluruh dunia. Detil dari ragam tema yang bisa dipelajari dapat dilihat di sini: https://www.conservationtraining.org/
©Achmad Ridha
ERUPSI Newsletter Team
Nuruliawati “Nuy”
&
Achmad Ridha Junaid
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org
17
Mari bergabung dalam jaringan Tambora, kunjungi
www.tamboramuda.org
18
Tambora Muda @tamboramuda
ERUPSI Vol. 6 | www.tamboramuda.org