ERUPSI Volume 8 | August 2016
ŠFarits Alhadi
Jaringan Konservasionis Muda Indonesia
Goresan:
Berpacu dengan Kepunahan: Kilas Kebijakan di Ranah Konservasi Keanekaragaman Hayati Oleh Nuruliawati
www.tamboramuda.org
tambora.muda@gmail.com
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
1
Ri dh a
ad
m ch A ©
KONTEN GORESAN TAMU TAMBORA BEASISWA KONFERENSI ONLINE COURSE LOWONGAN KERJA KOMPETISI
1
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
1 6 9 10 13 14 15
G
GORESAN Berpacu dengan Kepunahan: Kilas Kebijakan di Ranah Konservasi Keanekaragaman Hayati Oleh e-mail
: Nuruliawati (Peneliti Muda, Wildlife Policy - Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS IP) : nuyuyi@gmail.com
“Hidup ini sejatinya berpacu dengan waktu, begitu pula kepunahan spesies di bumi pertiwi” Bagaimana jika upaya konservasi yang kita lakukan berujung pada hasil yang tidak diharapkan?
sudah lebih dari sekedar eksploitasi. Khususnya untuk kasus-kasus yang termasuk ke dalam konteks perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar yang sudah bisa dikategorikan sebagai Kejahatan Lintas Negara yang Terorganisir (Transnational Organized Crime / TOC).
Tak bisa dibayangkan hidup tanpa ‘mereka’: keanekaragaman hayati dan ekosistem kita. Mungkin suatu waktu di masa depan, kebun binatang kita menjadi lebih indah, dan futuristik. Namun, kita hanya bisa melihat harimau, gajah, badak, orangutan dan rangkong dalam bentuk hologram yang dipampang di dalam kandang kosong dengan latar hutan hujan tropis. Mengesankan bukan? Seperti apa yang diceritakan dalam film Racing Extinction, yang diproduksi oleh Discovery. Hologram-hologram yang terpampang di gedung-gedung besar di tengah kota mungkin akan menjadi pilihan terakhir kita untuk bisa melihat ‘mereka’.
Gambar 1. Ilustrasi pemutaran hologram satwa liar terancam punah dalam film Racing Extinction (Sumber: http://www.danintranet.org)
Saat ini, mamalia besar Indonesia sedang mencoba untuk bertahan hidup dari ancaman ‘pelenyapan habitat’. Burung-burung penyanyi tertatih mewariskan nyanyiannya kepada anak-anaknya disela tawar menawar oleh para pedagang pasar. Di lain sisi hamparan biru sang bumi pertiwi, kawanan pari manta berusaha bersembunyi dari hujan tombak sang pemburu. Apa yang sebenarnya terjadi? Pemanfaatan terhadap sumber daya alam, terutama keanekaragaman hayati kita, saat ini
Bersamaan dengan hal miris tersebut, banyak pihak dengan penuh semangat berjuang menyelamatkan mereka, membantu ‘mereka’ untuk bertahan hidup hingga nanti. Pemerintah yang juga dibantu oleh para rekan-rekan dari organisasi masyarakat sipil (Civil Society Organization/ CSO atau lebih dikenal sebagai Non-Governmental Organization/ NGO), baik lokal maupun internasional, berusaha untuk menyelamatkan yang tersisa dan membuatnya kembali beregenerasi dengan baik. Melalui ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
1
regulasi tingkat nasional maupun tingkat daerah, hak dan kewajiban atas pelestarian spesies oleh berbagai pihak dijabarkan secara rinci. Banyak hal baik dalam kebijakan yang sedang diupayakan bersama oleh banyak pihak.
“Kebijakan merupakan ‘ujung tombak’ dari segala sesuatu yang diatur oleh negara. ”
revisi UU No.5/ 1990 yaitu aspek pelestarian dan pemanfaatan terhadap spesies, genetik dan ekosistem. Ada pun peningkatan aturan atas sanksi pidana juga dimuat dalam naskah tersebut, dengan harapan berdampak pada efek yang lebih jera yang ditimbulkan bagi para pelaku kejahatan satwa liar. Banyak proses jaring pendapat yang dilakukan untuk mengumpulkan aspirasi dari berbagai daerah dan tingkat implementasi, mulai dari pemerintah daerah, NGO lokal, komunitas hingga perwakilan masyarakat sipil lainnya di berbagai pulau besar di Indonesia. Harapan positif tercurah dari berbagai pihak demi luaran yang komprehensif dan implementatif sebagai hasil proses revisi tersebut.
Dalam konteks penanganan kasus kejahatan satwa liar, berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas kasus tersebut. Salah satunya adalah perubahan ‘payung hukum’ yang mengatur soal konservasi keanekaragaman hayati. Perubahan atas undang-undang yang memuat dasar pengaturan untuk hal tersebut (UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) sedang dalam tahap penyempurnaan naskah. Sebagai negara yang meratifikasi Protokol Nagoya dan Cartagena tentang akses dan pembagian keuntungan terhadap sumber daya genetik, Indonesia memiliki kewajiban untuk memuat pengaturan tersebut ke dalam regulasi tingkat nasional. Suatu upaya yang baik telah dilakukan oleh Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang untuk memuat tiga aspek kebijakan ke dalam
Selain itu, pengaturan secara spesifik terhadap spesies-spesies dilindungi di Indonesia juga sedang dalam proses menuju lebih baik. Daftar spesies dilindungi yang dimuat sebagai Lampiran dari Peraturan Pemerintah No.7/1990 saat ini sedang dalam proses perubahan, mengingat revisi daftar tersebut belum pernah dilakukan sejak peraturan tersebut dibuat, sedangkan ancaman terhadap perdagangan dari spesies-spesies yang tidak dilindungi saat ini terus mengalami peningkatan. Kajian yang dilakukan oleh WCS didapati sejumlah 1.349 spesies dimuat dalam usulan daftar spesies dilindungi. Beberapa dari spesies di antaranya adalah kakatua putih (Cacatua alba) dan kurakura leher-ular roti (Chelodina mccordi) yang saat ini sedang berpacu dengan kepunahan akibat intensitas perdagangan yang tinggi dan
Ekek geling (Cissa thalasina)
Salah satu burung endemik Indonesia yang hanya ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Populasinya diduga mengalami penurunan hingga 70% dalam kurun waktu 20 tahun terakhir akibat penurunan luasan habitat dan fragmentasi.
2
ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
©Achmad Ridha Junaid
Gambar 2. Aplikasi GAKKUM yang dapat diunduh bebas di Google Playstore (Sumber: https://play.google.com)
perlu untuk dilindungi sesegera mungkin. Hal tersebut dapat berarti harapan hidup yang lebih baik lagi bagi spesies-spesies yang terdampak perdagangan satwa liar. Lalu apa yang bisa kawula muda lakukan? Terkadang sebagai kawula muda, ketika mendengar kata ‘regulasi’ atau bahkan ‘undangundang’ tanpa sadar dahi ini berkerut dan menghindar dari topik pembicaraan tersebut. Hal tersebut juga terjadi pada saya sejak mengenyam bangku pendidikan. Pengemasan materi pengenalan terhadap kebijakan di bangku sekolah dulu belum menyenangkan seperti sekarang, saat hal-hal visual seperti infografis, bisa jadi jembatan penyampaian yang baik untuk mengenal kebijakan. Namun lambat laun, saya mulai sepenuhnya sadar bahwa hal tersebut penting untuk dipahami, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat luas, termasuk para konservasionis muda Indonesia. Kebijakan yang dibuat oleh negara merupakan ‘ujung tombak’ dari segala sesuatu yang diatur oleh negara. ‘Ujung tombak’, yang berarti segala tindakan atas apa yang boleh dan tidak dilakukan dalam konteks pengelolaan keanekaragaman hayati, sangat menentukan masa depan dari setiap spesies yang hidup di raga Indonesia. Segala proses implementasi secara ideal akan sepenuhnya mengacu kepada kebijakan yang disepakati bersama. Indonesia butuh pemuda yang mau untuk ikut andil dalam membangun negeri ini. Tidak melulu menentang, tidak perlu melalukan hal yang bersifat vandal. Sebagai bangsa Indonesia, terutama para konservasionis muda, sudah saatnya berhenti bersikap apatis
terhadap regulasi dan memulai langkah baru: memahami apa yang diatur oleh negara dan mengawal proses implementasi. Apa yang kita miliki saat ini, seperti hasil kajian yang telah dilakukan di lapangan, dapat berguna bagi pengembangan kebijakan yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Saatnya untuk bersatu dan menyuarakan apa yang baik untuk masa depan keanekaragaman hayati Indonesia. Tak hanya sampai disitu, proses implementasi dari regulasi yang sudah dibuat pun perlu untuk dikawal oleh seluruh masyarakat. Contohnya adalah turut andil dalam melakukan pelaporan segala bentuk kejahatan satwa liar melalui sebuah aplikasi yang dibuat oleh pemerintah, bernama GAKKUM. Aplikasi yang diluncurkan pada akhir tahun 2015 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan penegakan hukum terhadap kejahatan lingkungan. Pelibatan masyarakat, termasuk kawula muda dalam penyelesaian masalah tersebut diharapkan dapat menjembatani kesenjangan alur komunikasi antara masyarakat dan pemerintah serta meminimalisir segala bentuk kecurangan yang akan terjadi di kemudian hari. Saatnya memerdekakan keanekaragaman hayati kita dari belenggu ancaman kepunahan. Karena sejatinya kita memikul tanggung jawab kepada generasi selanjutnya untuk tetap bisa menikmati manfaat dari keanekaragaman hayati kita seperti apa yang kita rasakan saat ini. “Tiada hologram satwa liar sebagai pengganti apa yang hidup untuk dinikmati di kemudian hari” ERUPSI Vol. 8 7 | www.tamboramuda.org
3
Konservasi: Jalan Lurus yang Tak Selalu Mulus Oleh Email
: Dwi Adhari Nugraha : da.nugraha92@gmail.com
Konservasi? Sebuah kata yang belakangan tidak asing kita dengarkan. Saya mengenal konservasi dari bangku perkuliahan saat saya menjadi mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Konservasi salah satu usaha yang tujuannya adalah menjaga kelestarian lingkungan hidup dan erat kaitannya dengan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Bagi saya, konservasi adalah jalan lurus yang tujuannya mulia, tetapi untuk menjalaninya kita akan bertemu dengan permasalahpermasalahan pelik dari hulu hingga ke hilir. Belakangan ini, isu konservasi menjadi salah satu isu global yang mampu menarik perhatian banyak kalangan, di tengah kondisi bumi, sebagai satu-satunya planet tempat hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, yang semakin memprihatinkan. Upaya dan dorongan penyadartahuan atau hanya sekadar menarik empati masyarakat umum pun tidak jarang kita temui lewat informasi yang beredar di sosial-sosial media maupun pusatpusat keramaian. Namun, upaya tersebut membutuhkan dorongan yang lebih massive, tidak hanya penggiat konservasi, bahkan beberapa publik figur pun turut mendorong upaya penyadartahuan tersebut. Konservasi merupakan salah satu ilmu multidisiplin yang berakar dari Ekologi, ilmu yang dikenal sebagai salah satu turunan dari Ilmu Biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya itu kini membutuhkan dorongan dan dukungan untuk terus dapat disuarakan. Secara kompleks, konservasi tidak hanya mengkaji makhluk hidup dan lingkungannya, namun juga mengkaji dampak sosial, ekonomi dan budaya. Kompleksitas konservasi ini pula yang mengharuskan upaya-upaya tersebut dilakukan bersama-sama oleh siapapun di muka
4
ERUPSI Vol. 8 7 | www.tamboramuda.org
bumi ini. Peran peneliti, pembuat kebijakan, pengambil kebijakan, aparat penegak hukum dan masyarakat dibutuhkan secara utuh dan total. Peran Penting Peneliti dalam Upaya Konservasi Peran peneliti dalam upaya konservasi sangat mendasar, penelitian-penelitian mutakhir terkait dengan usaha konservasi yang dapat berupa hubungan timbal balik dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, estimasi populasi, biologi perilaku, anatomi, fisiologi dan sebagainya merupakan landasan dasar kenapa upaya konservasi harus terus dilakukan. Peran penting peneliti dan objek penelitian akan sangat menentukan kebijakan yang dibuat. Lewat hasil penelitian, pembuat kebijakan diharapkan mampu membuat kebijakan yang mampu mengangkat derajat konservasi ke arah yang lebih baik. Pengambil kebijakan, aparat penegak hukum, masyarakat dan seluruh elemen yang memiliki kepentingan dari berbagai kalangan dapat menjalankan perannya masing-masing dalam upaya konservasi. Sebagai landasan dasar, peran peneliti sangat menentukan arah dan upaya konservasi yang akan dilakukan dikemudian hari. Pembuat kebijakan tidak akan membuat kebijakan yang optimal bila tidak didukung oleh riset-riset mutakhir terkait konservasi. Kebijakan yang tidak optimal tentu tidak akan mampu mengangkat derajat konservasi sebagai sesuatu kebutuhan makhluk hidup di muka bumi. Tambora sebagai salah satu himpunan konservasionis muda yang nantinya diharapkan mampu membuat tapak-tapak riset berkelanjutan dibidang konservasi juga
dapat menjadi salah satu pionir jaringan konservasi yang terkelola dengan baik, serta dapat menjadi media jejaring yang mampu mensinergikan riset-riset terbaru dan mutakhir untuk kepentingan usaha konservasi. Peran Pembuat Kebijakan, Pengambil Kebijakan, Aparat Penegak Hukum dan Masyarakat dalam Upaya-upaya Konservasi Kompleksitas konservasi menjadikan upaya konservasi tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri. Diperlukan dorongan dan kesadaran semua pihak terkait konservasi. Pembuat kebijakan sebagai salah satu penentu dasar kebijakan menjadi elemen penting yang hendaknya turut mendukung upaya konservasi . Sebagai salah satu contoh, saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengajukan revisi UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (KSDAHE) yang dapat menjadi landasan hukum untuk pelaku kejahatan kehutanan KSDAHE. Sebelumnya pelanggar UU No. 5 tentang KSDAHE diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun penjara serta denda maksimal 100 juta rupiah, namun hukuman tersebut dirasa belum mampu membuat efek jera terhadap pelaku kejahatan kehutanan dan KSDAHE, termasuk di dalamnya perlindungan kekayaan keanakaragaman genetik yang juga menjadi pembahasan pada draft revisi UU tersebut. Draft revisi UU tersebut beberapa waktu yang lalu telah melalui tahapan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dan Konsultasi Publik oleh KLHK kepada LSM, penggiat konservasi dan pemangku kepentingan lainnya diberbagai kota di Indonesia. KLHK tentu telah mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai pihak tersebut sebagai evaluasi. Sebelumnya, persiapan draft revisi UU tersebut tentulah memiliki tahapan yang sangat panjang dan berakar dari riset-riset terdahulu terkait pentingnya upaya penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan kehutanan dan konservasi. Tanpa riset mutakhir yang dipublikasikan dengan baik, maka tentulah kebijakan-
kebijakan tersebut merupakan produk yang tidak optimal. Pada tahun 2014, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai salah satu perkumpulan (Majelis) yang mengatur kehidupan beragama (Islam) juga telah mengeluarkan Fatwa Perlindungan Satwa Liar yang tertuang dalam Fatwa MUI No. 04 Tahun 2014 tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem. Usaha tersebut tentu juga merupakan suatu estafet yang tidak singkat, serta membutuhkan dorongan dan dukungan peneliti yang didukung oleh pakar-pakar keagamaan. Sosialisasi terkait aturan-aturan (UU dan Fatwa MUI) yang sasarannya adalah seluruh lapisan masyarakat tentu juga akan menjadi usaha yang sangat panjang dan berkesinambungan. Kerjasama multipihak yang saling mendukung akan sangat membantu upaya konservasi. Beberapa tahun belakangan, pihak penegak hukum yaitu aparat kepolisian dibantu dengan PPNS KLHK juga gencar dalam upaya penegakan hukum kejahatan satwa liar. Sudah banyak kasus-kasus yang berhasil diungkap, bahkan tidak sedikit dari kasus-kasus tersebut telah selesai menjalani persidangan. Akan tetapi, hukuman yang dijatuhkan sering kali dirasa belum memberikan efek jera terhadap pelaku kejahatan satwa liar. Selain itu, acap kali di lapangan kita temukan ketidak samaan pandangan antara satu lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah yang sebenarnya memiliki tujuan sama. Untuk itu, dibutuhkan koordinasi yang baik antara lembaga-lembaga tersebut. Berkontribusi untuk konservasi dapat juga dilakukan dengan hal-hal sederhana: menyampaikan informasi terkait konservasi, tidak menggunakan produk yang kontra terhadap konservasi dan selalu peduli terhadap isu-isu konservasi adalah beberapa hal kecil yang dapat dilakukan dalam mendukung upaya konservasi. Salam Konservasi!
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org ŠFarits Alhadi
5
T
TAMU TAMBORA
CHAPTER ONE: Ma(d)caca nigra Oleh: Eka Cahyaningrum Runner-up Lomba Menulis Catatan Lapangan Tambora
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya selalu mendambakan sebuah pencapaian sebelum lulus dan meninggalkan bangku kuliah, semacam kontribusi nyata dari seorang mahasiswa. Karena itulah, tiga bulan sebelum jadwal wisuda, saya mendaftar sebagai asisten peneliti. Singkatnya saya diterima dan berangkatlah saya pada H +5 jam setelah sidang pendadaran, meningalkan skripsi dan wisuda untuk dipikirkan nanti.
Macaca nigra - penduduk lokal biasa menyebut mereka Yaki - merupakan salah satu makaka endemik Sulawesi. Permasalahan yang mengancam keberadaan primata ini tidak jauh dari semakin berkurangnya hutan sebagai habitat alami mereka dan juga perburuan oleh manusia sebagai bahan makanan. Cagar Alam Tangkoko memiliki sebuah field site yang dikelola oleh Macaca nigra Project (MNP) untuk melakukan penelitian rutin mengenai Yaki, disinilah saya sekarang, selama setengah tahun menjadi asisten peneliti, belajar mengenai primata untuk pertama kali nya, berada di antara para penggiat konservasi yang sudah merasakan asam-garam dunia ini, mulai dari merasakan hidup di negara besar yang tidak memiliki banyak kepedulian terhadap konservasi, mengenaskannya sebuah rescue
6
ERUPSI Vol. 8 7 | www.tamboramuda.org
Gambar 1. Beberapa asisten dan peneliti MNP (Sumber: Eka Cahyaningrum)
center, sampai field site di Afrika dengan keadaan alam yang sadis. Keren! Camp MNP berada di tepi hutan Cagar Alam Tangkoko, dengan halaman depan yaitu bentangan pantai dengan jarak hanya 20 meter dari teras, dan halaman belakang adalah hutan yang kami jejaki hampir setiap hari. Tempat ini tidak terlalu terisolasi, kami masih memiliki sinyal, dan kadang ada internet di titik tertentu, misalnya di dalam lemari baju, di jendela atas dalam Lab, atau di pantai mepetmepet air sedikit, tapi tentunya dengan kondisi
(maaf) mastrubasi (kemudian spermanya di makan sendiri, hiyek!), ngupil, bersin, kentut, bermain dengan temannya, mereka consort (tau kan kalau orang sedang dimabuk hormon, bawannya pingin ngikut objek pujaan? Itu), dan betapa sayangnya mereka dengan bayinya.
Gambar 2. Uye (alpha male) dan Stephi (alpha female) (Sumber: Eka Cahyaningrum)
hanya orang itu-itu saja yang kami temui setiap hari, kami beradaptasi jadi agak sedikit aneh, semacam kurang hiburan begitu. Obrolan kami pun hanya seputar keseharian monyet, karena kami kekurangan asupan berita mengenai dunia luar, makan malam gosip monyet, hari libur cerita monyet, di hutan ajak ngobrol monyet. Tapi yang saya pelajari disini adalah, kalau ada kejadian yang tidak enak, semisal digigit ular, atau rute perjalanan yang tidak mengenakan, sebaiknya tidak mengeluh, kaarena yakinlah, selalu akan ada hal lain yang lebih tidak enak menanti di kesempatan berikutnya. Ba dum tss! Grup yang saya ikuti bernama Pantai Batu (PB), grup ini di khususkan sebagai kontrol untuk melihat perilaku Yaki tanpa pengaruh dari kunjungan turis, dengan wilayah jelajah jauh dari kampung, sementara kedua grup lainnya yang juga dihabituasi bisa dikunjungi turis dengan bebas karena wilayah jelajah yang cukup dekat dengan daerah aktivitas manusia. Alpha male dari PB adalah Uye, jantan bercodet dengan bulu paling halus dan indah di dalam grup, sementara alpha female adalah Stephi, betina yang memiliki kelainan pada wajah bagian kanan sehingga wajahnya terus berkedut. Banyak suka duka yang kami alami selama mengikuti Yaki. Duka nya adalah perjalanan harian PB dengan jarak Âą22 km sambil mengambil data perilaku dan saat ada Yaki yang mati atau terkena jerat. Suka nya adalah saat melihat perilaku sosial mereka yang menggemaskan. Serunya melihat perilaku mereka yang mirip manusia, mereka marah, mereka berkelahi, pilih-pilih makanan, mereka
Berbicara mengenai bayi, saya baru merasakan betapa mengharukannya melihat perkembangan bayi-bayi Yaki dari mulai mereka lahir sampai mereka mandiri dan lepas dari gendongan induknya. Kelahiran bayi baru sebenarnya agak menyiksa kami, karena mamak monyet cenderung jadi resek setelah melahirkan, kalau biasanya kami mengambil data perilaku dari jarak 5m, untuk betina dengan bayi, kadang harus lebih dari 5meter, dan kalau mereka sadar kami melihat kearah mereka, mereka akan teriak dan lari, kemudian alfa datang dan teriak kearah kami, habis sudah
Gambar 3. Dua betina yang sedang rekonsiliasi setelah berkelahi dan Fiona grooming seekor juvenile (Sumber: Eka Cahyaningrum)
focal hilang, ambil data ulang! Tapi seberapapun kami kesal dan ingin melempar mereka ke jurang, tetap saja kelucuan bayi adalah salah satu hal kecil yang menghibur kami di hutan, dan tentu saja rasanya sedih saat harus melihat bayi-bayi yang mati karena lemah saat lahir, melihat bagaimana induk mereka tetap menggendong selama beberapa hari, grooming dan terus memanggil bayi mereka yang sudah membengkak dan kaku, sampai akhirnya menyerah dan meletakkan bayinya di lantai hutan.Ada beberapa kejadian yang membuat kaget semenjak saya datang, salah satunya yaitu rasa penasaran mereka yang sangat tinggi. Pernah seekor juvenile membawa kabur sabun cuci teman saya ERUPSI Vol. 8 7 | www.tamboramuda.org
7
Gambar 4. Emping dan Kristi dengan bayi baru mereka (Sumber: Eka Cahyaningrum)
dan memakannya seperti manusia makan nasi, atau kejadian mengenaskan lain adalah juvenile yang menemukan botol deodorant di hutan, dan mengulumnya seperti saat mereka menjilati buah Leu (lagian itu siapa orang gila yang ninggalin deodorant di hutan!!!). Selain itu rasa penasaran mereka terhadap predator, atau obsesi mereka pada sepatu boots para observer. Selalu ada saja monyet yang menghampiri kami, mencoba mengajak bermain sepatu kami, memeluk, menggigit, mengendus, atau bahkan memasukkan tangan mereka ke dalam sepatu boots kami dan terseret saat kami berjalan tanpa menyadarinya!
Gambar 5. Juvenile sabun cuci dan juvenile deodorant (Sumber: Eka Cahyaningrum)
Kesulitan tentunya pernah kami alami saat di hutan. Saya yang awalnya buta arah, bahkan saat membawa GPS pun nyasar, tapi sekarang
8
7 | www.tamboramuda.org ERUPSI Vol. 8
saya masih buta arah namun sudah tidak nyasar kalau membawa GPS (hail GPS!). Apalagi kalau saat monyet hilang, lelah, karena harus cari di seluruh area jelajah sampai mereka ditemukan. Pengambilan data pun kadang sulit saat mereka ada di dekat jurang, sedang bercanda-canda manja di dalam scrub mimosa atau sedang lari-lari cantik ke atas bukit terjal, karena kami jadi harus ikut merangkak manja di dalam scrub atau ikut mendaki cantik. Tapi mungkin karena sudah terbiasa beberapa bulan disini, saat akhirnya merasakan berpuasa di hutan, rasanya tidak seberat yang saya pikir, hanya saja memang harus sabar saat tengah hari panas terik dan melihat cincau hitam larilari di lantai hutan, atau yah sekali-dua kali menangis di hutan menahan lelah bercampur kesal karena grup banyak tingkah dan lama naik pohon tidur. Tapi yah, sebentar lagi proyek selesai, yay!
As I realized, this is my first-little-baby-step in the conservation world, dan pasti pendahulu kita di bidang ini sudah lebih banyak makan asam garam di dunia konservasi. Pengalaman lapangan ini memang bukan apa-apa, tapi saya harap dapat berbagi kepada sesama pemula dalam bidang konservasi bahwa semua orang punya masa cupu nya, kali pertama yang membawa kita yakin untuk menekuni dunia konservasi. Akhir kata; Don’t compare your chapter one, to someone else’s chapter twenty. See you on top, fellow conservationist!!
B
BEASISWA #MASIHADAKESEMPATAN
Asian Development Bank (ADB)-Japan Scholarship Program 2016, Japan Deadline : Tidak ada Lokasi : Berbagai institusi universitas di dunia Beasiswa ADB-Japan bertujuan untuk memberikan kesempatan studi lanjut bagi warga negara dari negara-negara berkembang yang merupakan anggota ADB (salah satunya Indonesia). Warga yang berkualifikasi diharapkan untuk melanjutkan studi pascasarjana di bidang ekonomi, manajemen, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bidang terkait pembangunan lainnya. Mereka akan ditempatkan pada lembaga akademis di Kawasan Asia dan Pasifik yang berpartisipasi. ADB menyediakan beasiswa penuh untuk satu sampai dua tahun masa sekolah. Selengkapnya baca disini: http://www.tamboramuda.org/2016/02/adb-japan-scholarshipprogram.html
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
9
K
KONFERENSI #MASIHADAKESEMPATAN
7th International Hornbill Conference 2017: Hornbills Fly Free, Fly High Deadline : 31 Oktober 2016 (abstrak) Lokasi : Serawak, Malaysia Buat rekan-rekan Mahasiswa dan Peneliti Rangkong di Indonesia, saatnya kita berbagi data dan informasi mengenai penelitian dan upaya konservasi Rangkong di Indonesia ke dunia Internasional melalui “7th International Hornbill Conference”. Konferensi akan dilaksanakan di Serawak, Malaysia pada tanggal 16-18 Mei 2017. Berikut tanggaltanggal penting lainnya: Registrasi awal : 30 September 2016 Submit abstrak : 31 Oktober 2016 Submit full paper : 31 Januari 2017 Info selengkapnya http://www. tamboramuda.org/2016/07/7thinternational-hornbill-conference.html
#TERBARU
International Wildlife Forensics Symposium Deadline: Belum diumumkan Lokasi : Edinburgh, Scotlandia Society for Wildlife Forensic Science akan menjadi tuan rumah bagi Simposium Internasional yang akan menyatukan topik Penegakan Hukum, Kebijakan dan Ilmu Forensik untuk mengurangi kejahatan satwa liar. Simposium ini akan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2017 di Edinburgh, Skotlandia dan berfokus pada tiga tema utama: • Regulasi perdagangan tumbuhan dan satwa liar oleh CITES • Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing • Pembalakan liar dan perdagangan kayu Buat kalian yang tertarik dalam mendalami isu kejahatan satwa liar dan juga forensik, yuk ikutan! Info selengkapnya: http://www.tamboramuda.org/2016/08/ international-wildlife-forensics.html
10
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
10
6th Asian Vertebrate Species Diversity International Symposium Deadline : 24 September 2016 (abstrak) Lokasi : Gedung Kusnoto LIPI, Bogor Platform jaringan multilateral Asia yang terdiri atas kolaborasi akademisi dari Jepang (Kyoto University), China (Shandong University), Korea (Seoul National University), Vietnam (Institute of Ecology and Biological Resources of the Vietnam Academy of Science and Technology), Thailand (Chulalongkorn University), Malaysia (University of Malaya), dan Indonesia (Pusat Penelitian Biologi LIPI), juga institusi lainnya di Filipina, Kamboja dan Myanmar mengadakan sebuah simposium internasional untuk memfasilitasi berbagai aktivitas seperti kolaborasi riset dan juga inisiasi pengembangan bagi para peneliti muda. Simposium ini berfokus pada keanekaragaman spesies vertebrata terestrial di Asia, khususnya mamalia, burung, reptil dan amfibi. Simposium ke-6 ini akan diadakan di Gedung Kusnoto, LIPI, Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI dan juga Kebun Raya Cibodas, Bogor pada bulan Oktober 2016. Info selengkapnya: http://www.tamboramuda.org/2016/08/6th-asian-vertebrate-speciesdiversity.html
Seminar Nasional Biodiversitas UNS Deadline : 26 September 2016 (abstrak) Lokasi : Universitas Sebelas Maret, Solo Dengan berkembangnya bioteknologi, upaya pengelolahan sumber daya hayati dan lingkungan hidup diharapkan lebih leluasa dan optimal terutama untuk kepentingan komersial demi tercapainya pembangunan nasional. Untuk menggali pengembangan bioteknologi dalam konteks pengelolaan sumber daya alam, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengadakan Seminar Biodiversitas yang akan diadakan pada tanggal 4 November 2016. Seminar ini memiliki 4 fokus bahasan: • Bioteknologi Konservasi • Bioteknologi Biodiversitas • Optimalisasi Bioteknologi dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan • Biologi Dasar dan Terapan (Zoologi, Botani, Mikrobiologi, Ekokonservasi, dll Info lebih lanjut, klik: http://www.tamboramuda.org/2016/08/seminarbiodiversitas-uns.html ERUPSI Vol. 8 7 | www.tamboramuda.org
11
Art for Orangutan: Menolak Punah Deadline : 10 November 2016 (registrasi) Lokasi : Jogja National Museum Gigi Nyala dan Center for Orangutan Protection kembali mengadakan #artfororangutan. Pameran kedua yang bertajuk “Menolak Punah� ini akan dilaksanakan tanggal 26 November hingga 29 November 2016 di Jogja National Museum. Pameran kedua ini diharapkan dapat menjadi alarm, teriakan bersama, dan sebuah momentum untuk menunjukan rasa cinta kita akan satwa liar. Melalui karya karya terbaik yang ditampilkan para perupa, diharapkan acara ini dapat berperan dalam usaha meluruskan dan menyebarluaskan informasi yang sangat penting dan memberikan dukungan kepada penyelamat dan relawan yang terjun langsung berhadapan dengan realita di lapangan. Sangat penting bagi kita untuk saling menjaga kesadaran dan kewarasan bersama. Bahwa sebenarnya alam dan mahluk hidupnya terutama Orangutan sedang tidak baik baik saja. Yuk kita hasilkan karya seni tentang orangutan! Info lebih lanjut, klik: http://www. tamboramuda.org/2016/08/art-fororangutan-menolak-punah.html
12
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
O
UNESCO UNITWIN Complex System Digital Campus kali ini mengadakan sebuah online course mengenai Global Systems Science (GSS), sebuah pendekatan dalam pembuatan kebijakan untuk penyelesaian masalah yang kompleks dan terkait banyak bidang. Kursus daring ini gratis dan akan berlangsung selama 2 minggu di bulan Juni. Untuk kalian yang tertarik, ketahui lebih lanjut informasinya disini: http:// www.tamboramuda.org/2016/03/onlinecourse-global-systems-science.html.
InforMEA Online Course on International Environmental Law (IEL): Introductions
a m ch A Š
d
Online Course Global Systems Science and Policy: An Introduction
Ri dh a
ONLINE COURSE
Conservation Training E-Learning Conservation Training merupakan sebuah komunitas terbuka dan gratis yang menawarkan berbagai macam materi pelatihan terkait konservasi yang didukung oleh The Nature Conservancy dan Organisasi mitra lainnya. Bersama lebih dari 30,000 pengguna dari 200 negara yang ikut bergabung, Conservation Training memiliki tujuan yaitu untuk membagikan pelatihan untuk seluruh kolega konservasi di seluruh dunia. Detil dari ragam tema yang bisa dipelajari dapat dilihat di sini: https://www.conservationtraining.org/
InforMEA adalah proyek Perjanjian Lingkungan Multilateral (Multilateral Environmental Agreements/ MEA) dengan dukungan dari program lngkungan PBB atau United Nations of Environmental Program (UNEP) dan Uni Eropa. Inisiatif MEA saat ini meliputi 43 internasional dan regional mengikat instrumen dari 18 Sekretariat yang diselenggarakan oleh empat organisasi UN dan IUCN. Dalam online course tersebut, kalian bisa mendapatkan pemahaman mendasar mengenai perjanjian multilateral yang telah dibuat terkait lingkungan dan konservasi biodiversitas seperti Konvensi Ramsar, Konvensi Kegaraman Biologis (Convention on Biological Diversity/ CBD) dan lain-lain. Tertarik? Daftar sekarang juga disini: http://e-learning.informea.org/ ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
13
L
LOWONGAN KERJA Yayasan Cikananga Konservasi Terpadu Yayasan Cikananga Konservasi Terpadu (Cikananga Conservation Breeding Centre/ CBCC) adalah sebuah NGO yang memiliki tujuan untuk menyelamatkan, melindungi dan melakukan reintroduksi spesies-spesies terancam di Jawa. Saat ini, CCBC sedang mencari posisi full-time Education Officer dan Field Biologist untuk program in-situ: • Reintroduksi Jalak putih (Acridotheres melanopterus) • Survei populasi liar dari Ekek geling (Cissa thalassina) • Survei pasar untuk beberapa spesies target Bagi kalian yang tertarik, sila kirimkan cover letter dan CV ke: Miss Anaïs Tritto Conservation Programme Manager & Curator of Breeding Centre anais.tritto@hotmail.fr Info selengkapnya: http://www.tamboramuda.org/2016/08/lowongankerja-yayasan-cikananga.html
Good luck!
14
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
14
K
KOMPETISI International Animal Photo Competition 2016 Taman Safari Indonesia (TSI) bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Asuransi Jasaraharja Putera dan Fujifilm mengadakan kembali lomba fotografi satwa internasional tahunan. Lomba ini dibuka untuk kategori umum dan kategori siswa. Hadiahnya menarik loh! So buat kamu yang suka berburu foto satwa, yuk ketahui lebih lengkap detil lomba nya di sini: http://www. tamboramuda.org/2016/08/international-animalphoto-competition.html
Biodiversity Conservation Photo Competition 2016 SEAMEO BIOTROP percaya bahwa konservasi keanekaragaman hayati di kawasan itu adalah tanggung jawab semua orang. Mengenali sumber daya yang unik dan kekayaan biologis yang kita memiliki dan memahami nilai-nilai mereka yang sebenarnya adalah pertimbangan kritis terhadap upaya konservasi lebih bermakna. Dokumentasi melalui foto adalah salah satu aktualisasi atas tujuan ini. Berangkat dari hal ini, SEAMEO BIOTROP mengadakan lomba fotografi tahunan. Tahun ini, SEAMEO BIOTROP meluncurkan kompetisi dengan tema “Orang dan Keanekaragaman Hayati� yang menekankan banyak kegunaan penting dari keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia (pengarusutamaan keanekaragaman hayati ke dalam aspek ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan). Buat kamu yang suka fotografi dengan tema tersebut, jangan lewatkan kesempatan yang satu ini! Info selengkapnya: http://www.tamboramuda. org/2016/08/biodiversity-conservation-photo_21.html
15
ERUPSI Vol. 8 | www.tamboramuda.org
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
15
©Farits Alhadi
ERUPSI Newsletter Team
Nuruliawati “Nuy”
16
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
&
Achmad Ridha Junaid
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
16
ŠNuruliawati
Mari bergabung dalam jaringan Tambora, kunjungi
www.tamboramuda.org Tambora Muda @tamboramuda
ERUPSI Vol. 7 | www.tamboramuda.org
17