Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung
No. 120 Tahun XII Edisi 01-21Maret 2012
Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas
Akses: teknokra.com
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh!
Vector M. Burhan & Agnes Lisdiani
Hlm. 12
Hlm. 8
Hlm. 5
Laki-laki dianggap gagah, berani, sedangkan perempuan dianggap lemah, lembut dan santun. Ari Darmastuti
Joki skripsi kini telah menjadi sebuah jaringan tak hanya melibat足 kan mahasiswa namun juga dosen.
Calon guru besar Unila terbukti me足 lakukan plagiat oleh Dikti. Namun kini sanksinya masih menggantung.
Salam Kami 2
Comment
s
‘Gelar’ Unila memang sedang berbangga atas diraihnya gelar bintang dua World Class University. Namun naas, rektor kecolongan. Kali ini pengawasannya terhadap dosen bergelar doktor lengah. Kasus plagiatisme menguak di seantreo akademisi Unila. Kasus yang mencoreng nama baik Unila terus berkembang hingga media daerah. Kasus terbaru kini pun menguak. Hasil investigasi tim Teknokra berhasil mengungkap jaringan joki skripsi di Unila. Kasus yang menyeret beberapa nama mahasiswa dan dosen yang terlibat kini makin terang ‘rahasianya’. Rektor geram, namun ia belum dapat memutuskan sangsi yang sesuai. Alasannya klise banyak yang harus dipertimbangkan. Karena menyangkut hak-hak orang terlebih lagi ia seorang dosen. Namun hal tersebut tak bisa dibiarkan karena telah mempermalukan nama Unila. Memang benar kata rektor, harus punya bukti untuk memberikan sangsi. Namun Rektor jangan terlalu lambat untuk memberikan keputusan. Karena kini semakin dibiarkan sayap mereka akan semakin berkibar. Ternyata lembaga yang berisi para intelek dan pendidik yang memiliki gelar hingga profesor, kini makin turun pamornya. Toh, ternyata masih demi sebuah gelar berapapun bisa terbayar. Mungkin mereka menginginkan cara yang instan tapi tak memikirkan akibat dari sebuah gelar yang disandang. Demi sebuah gelar, prasyarat yang diajukan harus terpenuhi maksimal meskipun dengan plagiat ataupun joki. Padahal jelas, peraturan akademisi memang mensyaratkan adanya pembuatan buku, jurnal, skripsi hingga makalah sebagai syarat untuk mendapatkan bobot nilai terbaik sebagai syarat mendapatkan gelar. Mungkin itulah yang ada dalam pemikiran mereka. Miris! Ternyata segala macam peraturan di Unila yang mengancam plagiatisme minimal 30% saja tak menakutkan hati para ‘penggila gelar’. Pekerjaan plagiatisme dan joki skripsi terus berlanjut dan menjadi rahasia umum para akademisi dikampus kita tercinta ini. Gelar bukan hanya sebuah gelar. Ia harus bisa diaplikasikan. Ia juga tak bisa dinilai dari sebuah jurnal karena sebuah tulisan kini bisa dipalsukan. Mungkin ada yang keliru dari sebuah kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Menaikan peringkat Indonesia hanya lewat jurnal. Yang dibutuhkan masyarakat kini bukan hanya sebuah tulisan namun sebuah karya bermanfaat yang bisa memberikan sebuah perubahan. Universitas Lampung yang notabenenya adalah perguruan tinggi terbaik di Lampung mestinya bukan hanya mencetak sebuah gelar tanpa sebuah keterampilan. Karena kini ternyata pengangguran dari perguruan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan lulusan Sekolah Dasar. Dan wajar jika kini banyak masyarakat yang meremehkan sebuah gelar. Karena mereka yang bergelar ternyata tak bisa apa-apa. Hanya bisa mengeluarkan teori-teori, yang tak bisa diterapkan. Mereka memang pintar tapi tak sabar, hingga menggunakan cara tak halal. Mungkin Unila harus mengeluarkan kebijakan baru, yakni untuk meraih gelar bukan hanya lewat tulisan tapi juga harus dibuktikan lewat moral. Karena kini mencari orang pintar itu lebih mudah dibandingkan dengan mencari orang jujur. Tak ada maksud lain selain mengungkap semua keboborokan penghuni Universitas tercinta ini. Selain, menggelitik rektor agar jangan lengah atau malah ikut-ikutan plagiatisme dan joki untuk meraih gelar Top Ten 2025 University.= Redaksi.
Tabloid TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT: Gedung PKM Lt. 1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung 35145, TELEPON: (0721) 788717 EMAIL: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id, WEBSITE: teknokra.com Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. Penasehat: Prof. Dr. Sunarto, SH.MH Staf Ahli: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M. Sc., Dr. M. Thoha B. Sampoerna Jaya, M,S., Syafarudin, S.Sos., Maulana Mukhlis, S.Sos., M.Ip.,Tony Wijaya S.Sos., M.A. Pemimpin Umum : Dian Wahyu Kusuma, Pemimpin Redaksi : Nely Merina Pemimpin Usaha : Agnes Lisdiani Kepala Kesekretariatan: Esty Indriyani Safitri Kepala Pusat Pe nelitian dan Pengembangan: Alvindra Redaktur Pelaksana: Reno Bima Yudha, Lutfi Yulisa Redaktur Pelaksana Online: N adya Amalia N (Non Aktif) Redaktur Berita :Virda Altaria, Rika Wati Vina Oktavia Redaktur Foto: Rukuan Sujuda Redaktur Artistik: Aprohan Sapu� tra Redaktur Webdesign: Arian Korizal Fotografer: Novalinda Sil� viana Staf Artistik: Muhamad Burhan Reporter: D evira Janu (Non Aktif), Desfi Dian Mustika, Sinta Septiana, Jenni Ayuningtyas Webdesigner: Anggun Tiara (Non Aktif), Syintia Kamala, Kameramen: Faqih Abdul Aziz (Non aktif) Manajer Keuangan: Bina Mandiri Zen Koordinator Periklanan: Puji Lestari Ningsih Staf Keuangan: In� ayati Sofiah Staf Periklanan: Vandan Wiliyanti Staf Pemasaran: Windi Dewi Saputri Staf Analisis dan Perpustakaan: Yurike Pratiwi S Staf Pengkaderan dan SDM: Rudiyansyah, Desisonia ������������������ (Non Ak� tif Staf Kesekretariatan: Indarti Magang: Agus R.R., Astika K.W., Ayu W, Cahya W, Dwi P, M. Irfan Himawan, Nurhadi, Eko S, Fitri W, Harry C, Khoirul H, Linda L, Marlia A, Meilinda O, Nurul F, Puspa A, Sakti N, Tias A,Veni P.S.
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Poles Wajah Meski Tua 35 Tahun (1977-2012)
Salam Pers Mahasiswa !
Kesibukan kru Teknokra menjelang tabloid terbit
eknokra hadir menemani Unila sudah 35 tahun lama nya. Banyak cerita, warna dan gejolak. Dan Teknokra selalu ingin menampilkan yang terbaik meski terkadang menuai kritik. Ada yang mengatakan Teknokra “anjing penjaga” ada juga yang mengatakan Teknokra “anjing penggigit” semua kami terima. Tak bermaksud meng gigit sang empunya rumah yakni Unila. Kami hanya ingin menjaga Unila dari makhluk-makhluk nakal denganberita-berita yang berimbang dan mungkin bisa menjadi masukan untuk pembaca setia Teknokra. Diusia yang tak muda ini ibarat kata jika seorang ibu mungkin sudahberanak tiga maka kami ingin memberikan yang terbaik. Kami
datang dengan sedikit perubahan jika ditahun sebelumnya teknokra. com sempat dianaktirikan. Maka kini sang Ibu (Teknokra) akan me nyamakan kedudukan untuk ketiga anaknya yakni Teknokra.com, Tab loid, dan Majalah. Teknokra. com kini tampil dengan wajah yang berbeda, sedikit kami memoles agar tak terlihat tua yaitu dengan adanya video streaming yang menayangkan berita-berita kampus. Tabloid edisi berikutnya pun akan ada rubrik baru−Forum Teknologi (Fortek) yaitu rubrik komentar yang dituangkan pembaca lewat Tek nokra.com. Dihari ulang tahun ini kami juga mencoba mengabadikan nama Al marhumah Saidatul Fitria, Fotogra
T
Foto Nely Merina
fer Teknokra yang meninggal saat peliputan UBL berdarah (1999) le wat Newseum-yakni museum untuk wartawan dunia yang tewas saat pe liputan. Tak luput kami meminta maaf kepada seluruh pembaca Teknokra atas keterlambatan kami untuk Terbit dibulan ini, karena terlena oleh liburan panjang semester. Untuk menebusnya kami akan ber usaha untuk menepati deadline di kemudian hari. Dari Pojok PKM kami mengharapkan kritik dan sa ran dari pembaca sekalian demi ke baikan Teknokra kedepannya. Dan Kami mengajak pembaca sekalian untuk Tetap Berpikir Merdeka!= Redaksi
Suara Mahasiswa Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 085658788492, 081957201982.
Istiyaningrum (FKIP Bahasa Inggris ‘08) 08975783xxx Yth. Rektor unila tolong kaji ulang tentang fungsional beringin unila sebagai pusat kegiatan mahasiswa keadaannya luar biasa kotor dan bangku-bangku yang ada banyak yang hancur. Alangkah baiknya jika dibuat 1ruang kecil tertutup untuk menempatkan server hotspot, jd sekitar beringin dapat menjadi tempat berkumpul mahasiswa untuk sekedar berdiskusi, browsing dll. Vidi Prata Hastian (Administrasi Negara ‘08) 085269844xxx Buat para aktor kebijakan di fisip tolong cari solusi meredam aktivitas
Kyay jamo Adien Yay... ada profesor ketahuan plagiat...
pembangunan gedung baru yang selama ini mengganggu kenyamanan aktifitas belajar mengajar kami. Inilah jerit mahasiswa. Youngky Meilendra (Agroekoteknologi ‘11) 085789223xxx Tolong berikan kebijakan kepada mahasiswa, lahan dibelakang rektorat tidak usah dijadikan lahan parkir karena manfaat lapangan dibelakang rektorat terutama bagi UKM. Berikanlah kebijakan yang baik dan tepat. Eko Alan Pratama (Teknik Mesin ‘11) 081271687xxx Wah, kayaknya gedung H mesin itu
lebih pantas disebut gedung hantu. Masalahnya gedung itu sudah tidak terawat lagi. Terus kotor lagi, yang paling parah WC nya gada airnya. Sudah gelap menakutkan lagi. Tolong pihak universitas sedikit lebih peduli jangan kami dianak tirikan. Bagitu juga tempat wudhu mushola tehnik, airnya sering mati. Terus kami mau mengambil wudhu dan buang air kecil dimana ? jika WC dan dan tempat wudhu sering mati, masa mau numpang tetangga? Redaksi hanya akan memuat SMS yang disertai identitas lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/ Jurusan/Fakultas/angkatan. Kami akan menyocokkannya dengan data siakad Unila.
Masak sih... Mana, Dien...? Wah, ini mah jangan dicontoh.
COVER
Judul:
Joki Menuai Hoki
Oleh Aprohan Saputra
Ide & Desain: Aprohan Saputra
Lintas Fakultas
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
3
Ucapan Selamat Salah Alamat Oleh Vina Oktavia, Rikawati
FE-Tek: Mahasiswa dari berbagai Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Ekonomi (FE) melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Rektorat Unila. Aksi yang terjadi pada Senin (12/03) ini menuntut ditegakkannya demokrasi di Unila. Pasalnya, Pembantu Dekan (PD) I terpilih, yaitu Ayi Ahadiat yang seharusnya dilantik hari itu justru tak jadi ‘mangkat’. Sedangkan Moneyzar Usman yang merupakan PD I lama menggantikan posisi Ayi atas titah rektor. Moneyzar pulalah yang kemudian menerima ucapan selamat dari Rektor Unila. Padahal, dalam pemilihan yang dilakukan oleh senat fakultas, Moneyzar kalah satu suara. Ayi unggul dengan perolehan enam suara dari sebelas orang anggota senat yang melakukan pemilihan. Kebingungan inilah yang kemudian
memicu aksi mahasiswa menolak keputusan rektor. Mediansyah Resaputra (Ekonomi Pembangunan ‘08) mengungkapkan kekecewaanya kepada keputusan rektor. Ia yang juga ikut dalam aksi tersebut meminta penjelasan atas tidak dilantikknya PD I terpilih. “Ya, kalau memang rektor punya hak pilih kenapa tidak dipakai saat pemilihan. Rektor saja tidak datang saat pemilihan,” keluh Median yang juga menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (Himepa). Median juga mengatakan banyak civitas akademika di FE yang terkejut tentang keputusan ini. Tak ada angin tak ada hujan, Ayi yang telah menerima banyak ucapan selamat dari rekan dan mahasiswanya tak dapat merayakan pelantikannya.
Hari itu, Ayi yang merupakan dosen jurusan manajemen tetap mengajar seperti biasanya. Banner yang telah dibuat sebagai ucapan selamat untuknya terkesan salah alamat. Dua jam tak mendapat respon dari pihak rektorat menambah ke kecewaan mahasiswa. Kekecewaan ini diperlihatkan lewat aksi pem bakaran almamater oleh mahasiswa. Aksi ini sempat mengundang per hatian dari beberapa orang yang melintasi gedung rektorat Unila. Namun, sampai aksi itu selesai mahasiswa belum mendapatkan jawaban. Oleh karena itu, mahasiswa melakukan aksi penggalangan tanda tangan menolak kebijakan rektor.
Bersambung kehalaman 9...
Bob Sadino,
Indonesia Tak Butuh Fakultas Pertanian Oleh Vina Oktavia “Anda tahu tidak mengapa lulusan Fakultas Pertanian (FP) tidak mau menjadi petani setelah lulus?,” tan ya Bob Sadino pada salah seorang peserta seminar PTPN 7 (12/03) di Gedung Saburai PKOR, Way Halim. “Karena dia ingin mengembang kan ilmunya dibidang pendidikan, Om,” jawab Sugeng (54) yang ber profesi sebagai guru. “Salah!! Lulusan Fakultas Pertani an tidak ada yang mau menjadi petani itu karena gurunya, dosen nya itu bukan petani,” jawab laki-laki yang 9 Maret lalu merayakan ulang tahunnya itu. Jawabannya yang tegas itu mengundang tepuk tangan dari hampir seluruh peserta seminar. Bob yang sempat keliling dunia itu menjelaskan, kondisi di Indonesia berbeda dengan di Jepang dan Jerman. Jika di Negara Jepang dan Jerman, Dosen FP adalah seorang petani, tapi di Indonesia, pengajar FP bergelar doktor atau insinyur, bukanlah petani. iklan
Inilah yang menyebabkan banyak lulusan Fakultas Pertanian yang ogah menjadi petani. Tak ada guru yang mengajarkan indahnya menjadi seorang petani, karena gurunya tak pernah menjadi petani. Menurutnya, pola pembelajaran di Jepang dan Jerman soal pertanian sangat mengedepankan praktek dan pengalaman. Ia menyimpulkan, sebenarnya Indonesia tak butuh Fakultas Pertanian. “Tak ada petani yang dihasilkan dari Fakultas Pertanian, jadi untuk apa Fakultas Pertanian dibuat!” ujar Bob yang disusul gelak tawa oleh para peserta seminar. Bob melanjutkan, jika lulusan Fakultas Kedokteran setelah lulus menjadi dokter, seharusnya lulusan Fakultas Pertanian juga sama. Namun, kenyataannya sangat jarang mahasiswa yang menyadang gelar Sarjana Pertanian bersedia terjun langsung menjadi petani. Dalam seminar yang berlangsung selama dua jam itu, Bob juga mengkritisi orang-orang bergelar,
namun tak berhasil menjadi seorang wirausahawan. Kata ‘goblok’ yang mulai menjadi ciri khas Bob setelah ‘celana pendek’-nya sering membahana di ruang seminar. Ia tak segan melontarkan kata itu kepada peserta seminar yang bertanya soal kunci sukses berwirausaha. Ini karena ia tak mengenal istilah sukses. Menurutnya, jika ingin berwira usaha setiap orang hanya perlu kemauan, komitmen, pandai mencari peluang, serta pantang menyerah. Yang terpenting menurut Bob adalah ‘lakukan saja’. Ia juga tak mengenal istilah analisis. Ia menilai, saat ini orang justru sibuk mengurusi analisis untung dan rugi. Hal itu yang justru membuat banyak orang takut untuk memulai sebuah usaha. Kegagalan adalah pelajaran untuk menjadi seorang pengusaha kaya. “Jika tak pernah gagal, tak akan pernah bisa berhasil,” ujar Bob saat menjawab pertanyaan di akhir seminar.=
Foto Rudiyansyah Bakar Almamater. Seorang mahasiswa FE sedang membakar almamater dalam aksi demonstrasi di depan gedung rektorat (12/03). Aksi tersebut menuntut kebijakan rektor dalam penetapan PD I FE yang tak sesuai dengan hasil pemungutan suara oleh senat.
FP Coba Atasi Masalah Petani Oleh Indarti FP-Tek: Lampung merupakan bumi agribisnis. Selain sebagai produsen singkong nomor satu di Indonesia, Lampung juga produsen Jagung dan Tebu seIndonseia. Namun petani di Lampung masih minim pengetahuan tentang bertani sehingga belum sejahtera. Hal itulah yang melatarbelakangi Prof Wan Abbas Zakaria, Dekan Fakultas Pertanian (FP) bersama seluruh Dosen FP mendirikan Klinik Pertanian. Program Klinik Pertanian Keliling Untuk Pelayanan Kepada Petani ini merupakan kerjasama FP dengan Pemerintah Provinsi Lampung. Program yang telah berjalan sejak awal 2010 ini diharapkan berperan sebagai Centers of Farmers atau Pusat Pelayanan Petani. Menurut Pembantu Dekan II FP, Prof Irwanto tim pelaksana klinik pertanian adalah bukan hanya Dosen FP tetapi juga mahasiswa FP yang lolos seleksi. Disini FP bukan hanya berperan melayani persoalan yang dihadapi oleh para petani tetapi juga nelayan dan perternak bahkan penyuluh pertanian di Lampung. Selain sebagai pemecah masalah FP juga memperbolehkan penggunaan laboraturium digunakan petani. Irwanto menambahkan biasanya masalah yang diadukan petani seperti Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), aplikasi pupuk, pemanfaatan limbah hingga manajamen pemasaran. Untuk memudahkan petani mengakses pelayanan KPKPP maka FP menyediakan semacam Call Center atau SMS Center dinomor 08524896074. Namun FP tidak hanya menunggu pengaduan dari petani mereka juga melakukan identifikasi masalah langsung ke lapangan. Setelah teridentifikasi masalah maka FP akan melakukan penyuluhan hingga praktek pertanian. =
BEM FE Bina Desa Oleh Windy Dewi Saputri
FE-Tek: “Ke Desa Kami Kembali, Lebih Dekat Lebih Peduli” itulah tema yang diusung Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unila. Desa Lumbing Rejo dusun 7 kecamatan Negrikaton menjadi tujuan mereka. Desa yang masuk dalam wilayah Kabupaten Pesawaran ini jauh dari pusat kota, untuk menuju jalan utama saja harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pendidikan warga disana masih rendah rata-rata hanya mengenyam bangku Sekolah Dasar. Fasilitas pendidikannya pun masih sangat minim. “Kami ingin membimbing warga sekitar. Melihat Desa Lumbing Rejo tidak ada sekolah,” ujar PJ Bina Desa Yudha Mulyana (D3 Akuntansi ‘11). Meskipun pendidikan terbatas namun Desa Lumbing Rejo memiliki potensi yang belum terasah misalnya potensi tambak dan pertaniannya. Maka itulah BEM FE ingin melakukan penyuluhan pada tanggal 30 Maret hingga 22 April. Kegiatan ini akan diadakan penyuluhan yang mendatangkan pemateri dari Departemen Perairan dan Departmen Pertanian. Materi yang akan disampaikan diharapkan mampu membantu warga sekitar untuk dapat lebih mengembangkan mata pencaharian mereka. Selain itu akan diadakan penyuluhan Usaha Mikro dan Menengah (UMKM) dan sosialisasi sentral pengolahan opak. Mereka berharap dengan kegiatan ini maka warga dapat berinovasi dibidang usaha lain sehingga mereka tidak terpaku pada usaha tambak saja. =
4
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Kampus Ikam
Unila Bisa Sejajar Dengan ITB
Oleh Yurike Pratiwi S
Foto Rudiyansyah Rusak Parah. Kondisi lapangan Judo yang tak kunjung diperbaiki menghambat para atlet dalam berlatih dan tak dapat menyelenggarakan kompetisi Judo sejak 2008. Foto dibidik,Rabu(14/3).
Biaya Wisuda Naik 100% Oleh Vina Oktavia
Unila-Tek: Biaya pendaftaran wisuda mulai tahun 2012 ini mengalami kenaikan dua kali lipat. Biaya yang sebelumnya hanya dua ratus ribu rupiah menjadi empat ratus ribu rupiah. Kenaikan biaya ini mulai dibebankan kepada mahasiswa yang akan diwisuda aret 2012. Adanya Kenaikan ini mendapat tanggapan dari beberapa calon wisudawan. Destiana misalnya, Mahasiswi Administrasi Bisnis ‘07 ini merasa keberatan dan kecewa dengan kenaikan tersebut. Apalagi tak ada rincian mengenai kenaikan dana tersebut. “Sedikit keberatan karena tidak ada transparasi dana. Dana itu juga diluar toga,” lanjut Desti. Saat itu, Desti pernah mencoba bertanya perihal kenaikan itu pada pihak dekanat. Namun, pihak dekanat mengaku tak tau pasti alasan kenaikannya. “Itu urusan universitas” ucap Desti menirukan jawaban petugas yang pernah ia tanyai. Desti berharap pihak rektorat dapat lebih transparan dan memberikan alasan kenaikan. Ia juga berharap semoga ada peningkatan fasilitas dengan kenaikan tersebut. “Ya, kalau nanti mahasiswa yang mendapatkan peringkat diberi semacam penghargaan atau hadiah mungkin lebih baik,” harap Desti. Senada dengan Desti, Fira Tania Khasanah (Kedokteran ‘08) juga merasa keberatan dengan
kenaikan biaya wisuda. Fira menilai kenaikan itu terjadi secara tiba-tiba. Meski demikian, Fira tak terlalu ambil pusing. Ia juga tak sempat menanyakan alasan kenaikan biaya kepada pihak fakultas maupun universitas. “Waktu itu juga lagi gupek ngurusin skripsi yang harus diperbanyak, jadi gak sempat tanya,” cerita gadis asal Lampung Tengah itu. Berbeda dengan kedua temannya, Sidik (Manajemen ‘08) tak merasa keberatan dengan adanya kenaikan. Ia menilai angka empat ratus ribu rupiah masih wajar untuk harga pendaftaran wisuda. Menurutnya, jika dibandingkan universitas lain, Unila masih menjadi perguruan tinggi termurah. Namun demikian, Sidik berharap dengan adanya kenaikan itu dapat meningkatkan kualitas fasilitas yang diberikan. “Ya, berpikir positif saja. Mungkin dana itu dapat digunakan untuk perbaikan gedung GSG,” harap Sidik yang menilai Gedung Serba Guna (GSG) sangat menghawatirkan. Kepala Biro Akademik & Kemahasiswaan yang dipegang oleh Damanhuri Warganegara mengaku kenaikan itu terjadi atas usulan Pembantu Rektor (PR) I Unila. Usulan ini yang kemudian disepakati dalam rapat pimpinan. Damanhuri menjelaskan, rapat tersebut dihadiri oleh rektor, seluruh pembantu rektor, pimpinan lembaga dan biro,
serta seluruh dekan dan pembantu dekan. Alasan menaikkan biaya pendaftaran karena dana subsidi dari Unila sudah dihentikan. “Sebelumnya ada biaya subsidi dari Unila untuk acara wisuda. Namun, sekarang biayanya ditanggungkan kepada seluruh mahasiswa,” jelas laki-laki yang menjabat sejak enam tahun lalu itu. Saat ditanyai mengenai rincian dana sebesar empat ratus ribu itu Damanhuri menolak menjelaskannya. Menurutnya, ia tidak bisa memberikannya karena peraturan pimpinan. “Ya, kalau saya memberikannya berarti saya melanggar aturan pimpinan saya,” ujar Damanhuri. Ia hanya menjelaskan bahwa dana tersebut seluruhnya digunakan untuk keperluan wisuda. Pendistribusian dananya antara lain untuk pembuatan ijazah, undangan, pemberitaan media, pengamanan wisuda sampai menggaji guru besar yang hadir dalam prosesi wisuda. Damanhuri juga beranggapan dana empat ratus ribu sangat wajar jika melihat kebutuhan. Dana ini menurutnya masih sangat murah daripada perguruan tinggi selain Unila. “Dalam rapat pimpinan tersebut juga semua peserta rapat setuju dengan adanya kenaikan karena memang dananya sudah tdak mencukupi lagi,” tambah Damanhuri.=
Unila-Tek: Unila mendapatkan predikat bintang II dari World Class University ─ sebuah instansi pendidikan yang memberikan ranking kepada Perguruan Tinggi yang ada di dunia. Instansi ini memberikan bintang satu kepada Perguruan Tinggi lebih dari 20 tahun dan memiliki reputasi yang kuat di dalam. Sedangkan Bintang II diberikan kepada perguruan tinggi yang aktif diriset, memiliki peran penting bagi masyarakat, mempunyai reputasi di tingkat nasional dan dikenal di tingkat internasional. Bintang III diberikan kepada universitas yang sangat terkenal, sudah mulai terkenal ditingkat internasional, reputasi riset yang tinggi, dan mempunyai alumni menarik untuk dipekerjakan. Bintang IV diberikan kepada universitas yang go internasional, menunjukan kinerja tinggi terhadap riset dan pembelajaran, dan mempunyai iklim akademik yang produktif. Bintang V diberikan kepada universitas yang sudah menjadi kelas dunia diberbagai bidang, mempunyai fasilitas yang baik, dan mempunyai kinerja dan riset yang baik. Unila mendapatkan bintang II bersama UNDIP, IPB, UPI, Brawijaya, Universitas Jawa
Barat, Universitas Padjajaran, dan Universitas 11 Maret. Sedangkan di peringkat pertama atau mendapatkan bintang I, adalah Universitas Hasanudin, Universitas Malang, Universitas Syahkuala, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Udayana, Universitas Negeri Bengkulu, Universitas Mataram, dan Universitas Sam Ratulangi. Bintang III diperoleh ITS. Untuk predikat bintang IV diduduki oleh ITB. Unila sudah mendaftarkan diri ke World Class sejak 2009 silam. Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk meraih bintang ini, diantaranya dengan menambah fasilitas kampus. World Class University tak sembarangan memberikan peringkat, mereka croscek langsung ke kelas-kelas. Saat mereka ke Unila kelas yang mereka pantau adalah kelas di Fakultas Pertanian. Prof. Hasriadi Mat Akin, Pembantu Rektor I mengungkapkan kegembiraannya Unila bisa meraih bintang dua. Menurutnya kini Unila maju lebih cepat dibandingkan lima tahun lalu. Bahkan ia optimis lima tahun lagi Unila bisa sejajar dengan ITB apalagi dengan keunggulan Unila yang mendapat predikat Universitas termurah di dunia.=
Jalur Masuk Unila Beda Oleh Yurike Pratiwi Suparman Unila-Tek: Kali ini Unila membuka lima pintu masuk yaitu 40 % kuota untuk ujian tertulis, 20% kuota jalur undangan, 20% ujian mandiri, 10 % Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) dan 10% Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD). Daya tampung Unila masih seperti tahun lalu yaitu 4200 mahasiswa. Perbedaanya tahun ini tak ada jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan jalur kerjasama. Jalur PKAB kini diganti menjadi jalur undangan karena bakat biasanya tak terealisasi sehingga Unila lebih mengkhusukan pada akademik bukan bakat. “Jadi yang bisa masuk adalah yang mempunyai nilai akademik yang bagus, bukan yang mempunyai bakat,” ujar Prof Hasriadi Mat Akin. Jalur kerjasama kini ditutup dan diganti dengan PBUD. Karena jalur ini kurang efektif dan dikhawatirkan adanya
Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN). Selain itu tahun ini ada perubahan dalam pembiayaan yaitu adanya biaya tunggal menggantikan SPI. Berbeda dengan SPI yang dibayar dimuka atau maksimal dua semester. Biaya tunggal bisa dibayar cicil hingga delapan semester. Menurut Hasriadi besarnya biaya tunggal akan menunggu instruksi dari Dikti. Namun syarat-syarat SNMPTN tahun ini, masih sama dengan tahun kemarin. Hasriadi memprediksi peserta yang mendaftar akan melonjak dari tahun sebelumnya. Dia pun mengharapkan bagi peserta yang tes melalui jalur undangan tak memilih lebih dari satu universitas. Misalnya telah lolos Unila maka tak usah mengikuti tes dari universitas lain. Karena masih banyak yang mau masuk Unila dan berilah kesempatan pada yang lain, katanya.=
Kampus Ikam
Sudah Final, Ini Plagiat Oleh Rikawati
Unila-Tek: “Sebesar apapun ke putusan rektor saya siap menerima nya. Meskipun dipecat saya pikir saya masih bisa bekerja,” ucap Basrowi pasrah. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar namun ia tetap keukeh ingin membersihkan namanya yang dituduh plagiat oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan pihak rektorat. Dosen Pendidikan IPS itu merasa dirinya bukan plagiat seperti yang dituduhkan orangorang. Menurutnya semuanya hanyalah salah paham, karena diri nya mengubah identitas diri pada karya ilmiahnya tanpa seizin dewan redaksi. Basrowi mengakui dirinya me nempel sebuah kertas yang berisi identitas dirinya lalu difotocopy dan diselipkannya pada jurnal yang ia kumpulkan pada dewan redaksi. Identitas dirinya diubah karena merasa tak konsisten sebagai penulis. Karena terkadang identitasnya sebagai Dosen FKIP Unila, Dosen
Unila, Dosen Sosiologi Pendidikan, Dosen Jurusan Pendidikan IPS. Dan akhirnya ditetapkan lah identitasnya sebagai Dosen Pendidikan IPS Namun perubahan identitasnya tersebut tanpa seizin Dewan Redaksi Jurnal dan hal itu dianggap sebagai plagiat. Menurut Basrowi jika perubahan identitasnya tersebut di ketahui dewan redaksi maka tidak menimbulkan masalah. “Saya hanya mengubah identitas saja, tanpa mengubah nama penulis dan isi dari jurnal tersebut,” ujarnya. Menurutnya 14 jurnal miliknya bukanlah hasil plagiat. Ia pun menerangkan bahwa enam jurnalnya telah mendapat izin dari dewan redaksi. Sedangkan sisanya delapan jurnal lainnya masih dalam proses pengiriman ke Dewan Redaksi Jurnal dan ia akan menyerahkan klarifikasi ini kepada rektor pada Senin 20 Maret 2012. Awalnya Basrowi ingin menemui Prof Hasriadi Mat Akin untuk mengklarifikasi namun karena
Pembantu Rektor I tersebut sedang di Jakarta ia pun menemui bernama Prof Ali Kabul Mahi, Koordinator Tim Verifikasi Kasus Plagiat. Namun tak sesuai harapan, Ali tak mau menerima verifikasinya. “Bukannya saya tidak mau, tetapi ini bukan kewenangan saya. Kami sudah menyerahkan hasil investigasi kepada rektor jadi silahkan memverifikasinya langsung kepada rektor,” tolak Dosen Pertanian ini dengan halus. Pembantu Rektor I, Prof Hasriadi Mat Akin mengungkapkan bahwa kasus plagiat yang melibatkan Dosen ini sudah dilakukan disidang dan sudah terindikasi tindak plagiat. Namun untuk dosen MIPA tidak terbukti melakukan plagiarisme.”Ini bukan lagi wacana, sudah terbukti plagiat,” tegas Hasriadi. Menurut Hasriadi saat ini sedang menunggu keputusan dari rektor. Yang pasti akan diberikan sanksi. Namun kapan dan apa sanksinya rektor yang menentukan.”Kalau
Foto Desfi Dian Mustika Tebang Pohon. Banyaknya pohon yang ditebang dan dijadikan sebagai lahan parkir dan gedung tidak mencerminkan prestasi Unila yang menduduki peringkat ke 7 sebagai Kampus Hijau Nasional. Untuk menjadi kampus hijau setidaknya Unila harus memiliki 60% ruang terbuka hijau dari luas kampus. Sedangkan kini banyak pohon yang ditebang untuk . Foto dibidik, Senin(12/3).
Jurnal Wajib, Bukan Sunah Oleh Desfi Dian Mustika, Rikawati Unila-Tek: “Kelulusan mulai Septem ber ini harus membuat jurnal. Jurnal ini diharuskan tidak bisa tidak!”tegas Prof Hasriadi Mat Akin, Pembantu Rektor I. Meski pada Majalah Tempo Edisi 5-11 Maret 2012, Menteri Pendidikan Mohammad Nuh menyatakan tidak ada sanksi bagi mahasiswa yang tak menulis jurnal. Kewajiban menulis jurnal hanya untuk meningkatkan tradisi ilmiah di perguruan tinggi. Namun Hasriadi tetap mewajib kan mahasiswa yang akan wisuda setelah bulan Agustus untuk
membuat jurnal. “Kebijakan Dikti ini memang banyak tidak diindahkan oleh Perguruan Tinggi Swasta. Namun Perguruan Tinggi Negeri seperti Unila sudah selayaknya menjalankan peraturan Menteri tersebut,” ujar Dosen Proteksi Tanaman Berawal dari minimnya publikasi karya ilmiah di negeri kita yang hanya menerbitkan 12.871 jurnal pada periode 1996-2010. Kini Indo nesia mendapat cemohan dari dunia akademik internasional karena hanya di peringkat 65 kalah dari negara
tetangga Malaysia dan Singapura yang bisa menghasilkan 53 ribu dan 108 jurnal. Berangkat dari itulah Unila tetap mewajibkan mahasiswanya untuk menaati peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152/ E/T/2012 yang berisi tentang persyaratan kelulusan bagi program strata, 27 januari lalu. Menurutnya gagasan Dikti ini sangat baik untuk meningkatkan mutu Sarjana Unila. Jurnal ilmiah
tidak diberi sanksi kita yang salah,” ujarnya Saat di hubungi melalui telepon kamis malam (15/3) Rektor Unila, Prof Sugeng P Harianto menuturkan berdasarkan hasil verifikasi yang ia terima Dosen FKIP tersebut betulbetul plagiat dan pembohongan publik. Namun untuk sanksi Sugeng belum bisa memastikan dan masih banyak pertimbangan. Karena me nurutnya permasalahan ini terkait hukum dan harga diri seseorang. Sehingga harus bijaksana dan penuh hati-hati. Menurut Sugeng hasil verifikasi dari tim PR I sudah final, dari hasil
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
5
verifikasi ada yang diakuinya dan adapula yang menurutnya tidak sengaja. Dari hasil verifikasi yang di terima rektor akan di serahkan kepada kepegawaian untuk menentukan hukuman dan kemudian rektor yang memutuskan. Dalam pemberian sanksi menurut Sugeng yang terberat adalah dengan memberhentikanya, namun belum tentu sanksi yang diberikan nanti yang terberat karena masih banyak yang di pertimbangkan.”Ini menyangkut hak-hak orang,jangan sampai memberatkan seseorang terlebih lagi dia dosen,” tutur Sugeng.=
Saya Masih Ketua MPM ? Oleh Rikawati Unila-Tek: Penetapan ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) yang baru menimbulkan ketidak puasan dari beberapa anggota MPM yang diwakili oleh Ketua I dan II yaitu Wiwid Ferdiawan (Pend Sejarah ‘08) dan Nico Noviansyah (Hukum ‘09). Kisruh ini bermula saat sidang MPM tanggal 22 Januari 2012 yang mengagendakan evaluasi kinerja DPM U, DMP F dan MPM. Ridwan M Abduh yang menjabat ketua MPM pada saat itu menuturkan sebelum sidang tersebut berlangsung ia sudah menghubungi semua anggota dari hari-hari sebelumnya, namun yang hadir hanya ia beserta beberapa anggota yang lain. Sedangkan pimpinan dari ketiga lembaga tersebut tidak hadir termasuk Wakil Ketua I dan II MPM. Akhirnya sidang tersebut di skor selama 3x15 menit sembari menghubungi anggota MPM yang belum hadir. Sampai waktu yang ditentukan pun pimpinan MPM tersebut tidak kunjung hadir dan sidangpun di lanjut kan. Lebih lanjut Ridwan menuturkan karena pada saat itu hanya dirinya yang hadir sehingga para aggota sidang yang lain mengganggap kepengurusan selama setengah periode ini tidak kompeten dan menginginkan ketua MPM
untuk mengundurkan diri. Namun karena ia sendiri yang hadir saat itu, ia pun bersedia mengundurkan diri. “Kan teman-teman yang meng inginkan saya sebagai Ketua MPM, kalau teman-teman yang lain tidak berkehendakkan percuma juga,” ujar Ridwan. Kemudian saat itu juga di laku kan pemilihan pimpinan sidang se mentara karena terdapat kekosong an pemimpin setelah Ridwan meng undurkan diri. Dan meninjau TAP MPM KBM Unila No.XXV/MPM/UL/ VII/2011 tentang Tatib Sidang MPM periode 2011-2012 pasal 4 tentang hak dan kewajiban presidium sidang maka dilakukan penambahan point yang bunyinya jika seluruh presidium sidang berhalangan hadir dan atau tidak dapat memimpin sidang pada waktu yang telah di tentukan oleh presidium sidang majelis. Maka kedudukannya diganti oleh pimpinan sidang sementara berdasarkan kesepakatan peserta sidang. Saat itu terpilih Handi Alifta sebagai pemimpin sidang sementara. Pasca Ridwan mengundurkan diri peserta sidang menginginkan pemilihan ketua MPM dengan alasan terjadi vacum of power.
ini akan diterbitkan secara online sehingga dapat mengurangi plagiat skripsi. Jika melihat kesiapan mahasiswa mungkin mereka belum siap apalagi kebanyakan mereka belum secara gamblang memahami jurnal. Namun jurnal tidak akan menjadi penghambat kelulusan. Mahasiswa pun tidak perlu khawatir dalam pembuatan karya ilmiah ini, sebab nantinya akan ada dosen pembimbing yang mendampingi hingga akhir. Dan pembimbing pasti akan dicantumkan namanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas isi karya ilmiah tersebut. Karya ilmiah yang akan dibuat ini hanya inti sari dari skripsi yang hanya beberapa lembar untuk dituangkan dijurnal.
Karya ilmiah yang terbit didalam jurnal memang memiliki kriteria tertentu. Namun di Unila sendiri belum ditentukan bagaimana kriteria karya ilmiah yang nantinya akan lolos seleksi masuk kedalam jurnal ilmiah. Nanti akan segera dibentuk tim yang menentukan mutu jurnal dan kriterianya. Untuk S2 selayaknya masuk dalam jurnal yang terakreditasi nasional dan S3 internasional, itu tidak sama halnya dengan S1 yang hanya ditargetkan masuk dalam jurnal ilmiah lokal Unila saja. Jerry Bastian (Akutansi ‘08), ia siap jika diwajibkan untuk membuat jurnal.” Asalkan peraturan Dikti memang benar terealisasi,”ujarnya.=
Bersambung ke halaman 9...
6
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Artikel Tema Kemanakah Kaum Yang
Berpikir Merdeka? Oleh Efrial Silalahi*
Orang yang paling beruntung adalah orang yang sama sekali tidak terlahir di dunia, masih beruntung ketika dia mati muda, dan berakhir dengan kesedihan ketika orang itu mati dihari tuanya (Soe Hoek Gie) Keadaan negara kita makin darurat, kemiskin an makin meluas, korupsi merajalela, ketidakadilan te rus dipertontonkan, sumber daya alam dikuasai segelintir perusahaan asing, dan negara yang makin tak berdaulat. Di tengah situasi seperti itu, kita belum mendengar suara nyaring kaum intelektual mengkritik keadaan tersebut. Pada pertengahan Januari lalu, Arya Hadi akan berusaha menjawab persoalan-persoalan rakyat dengan mengacu pada apa yang diajarkan dalam diktat-diktat. Kita sedang ber hadapan dengan meminjam istilah penyair WS Rendra “pendidik yang terpisah dengan persoalan kehidup an.” Mereka tidak mendidik murid nya agar mengerti tugasnya se bagai manusia, melainkan agar siap menjadi ‘sekrup’ dalam sistem
kapitalisme. Padahal, kata Marx, pekerjaan yang mulia adalah memuliakan manusia, yang menjadikan tindakan-tindakan dan segenap usaha manusia men jadi lebih mulia, yang menjadikan diri manusia lebih kokoh, dikagumi oleh khalayak luas dan mencapai kemuliaan yang lebih tinggi lagi. Dengan semakin terkooptasinya kampus oleh kapitalisme, maka peran kaum intelektual pun makin bergeser keluar kampus. Dalam banyak kasus, dibanyak negara, peran kritis itu diambil alih oleh penulis dan seniman. Mereka lah yang biasanya bekerja sebagai penjaga nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar yakni kebebasan dalam berekspresi dan tetap berpikiran merdeka. Akan tetapi, di situ juga ada masalah yang biasanya konsen pada penulis
dan seniman, termasuk yang paling militan, adalah mempertahankan kebebasan individu dan kebebasan sipil. Mereka biasanya sangat sulit untuk menerobos kerangka moral dan terjun dalam perjuangan politik. Novelis hebat seperti Salman Rushdie, misalnya, sangat keras menentang fundamentalisme. Akan tetapi, sangat sulit mengharapkan dia berbicara soal hak-hak pekerja, penentangan terhadap imperialisme, dan lain-lain. Kita tahu bahwa ada masalah dengan keadaan sekarang. Tetapi sangat sedikit orang, khususnya kaum intelektual, yang mau men jelaskan keadaan ini kepada massa rakyat. Tugas intelektual saat ini ada lah menjelaskan keadaan ini seterangterangnya, dengan penjelasan yang gampang dipahami, kepada rakyat. Tugas kaum intelektual, khusus
nya yang disebut intelektual organik, adalah membela kaum yang ter tindas melawan penindas. Dalam point ini, kita ingat kata-kata Marx, bukan sekedar memahami dunia tetapi mengubahnya. Akan tetapi, tidak ada orang yang dapat meng ubah dunia sendirian, karena hanya massa yang bisa mengubah dunia; dan tidak seorang pun bisa men gubah dunia atau keadaan, jikalau dunia dan keadaan itu sendiri tidak dipahaminya. Di sinilah tugas kaum intelektual untuk memahamkan dunia kepada masyarakyat dan mengubah dunia bersama rakyat. Lebih baik aku diasingkan, daripada menyerah dalam kemunafikan (Soe Hoek Gie).= * Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung
Info Teknologi epulang dari Inggris Muhammad Khomarudin diminta bantuanya untuk mengontrol foto udara dengan menggunakan layang-layang yang di lengkapi dengan kamera sehingga data-datanya akan tersimpan dan bisa di lihat hasilnya. Namun dalam perkembanganya pengambilan foto udara menggunakan layang-layang mengalami hambatan karena ketika ingin mengambil foto hutan mangrove terkadang tidak terdapat angin. Hal itulah yang melatarbelakangi Muhammad Khomarudin beserta beberapa rekannya Yuliarto serta Mona Arif Muda, ketiganya berasal dari Fakultas Teknik untuk mengembangkan sebuah pesawat udara tanpa awak. 2010 lalu mereka bertandang ke Amerika untuk mempelajari pesawat udara tanpa awak tersebut selama enam bulan. Menurut Khomarudin proses pembuatan pesawat udara tanpa awak ini diawali dengan membuat dan merangkai kerangka pesawat yang berbentuk pesawat mini, lalu dibuat kendali pesawat (ileron) yang berfungsi supaya pesawat bisa di kontrol posisi naik turun, ke kanan dan ke kiri. Selain itu terdapat sebuah kawat dari badan pesawat yang dihubungkan antara kendali pesawat guna mengendalikan naik turun pesawat. Kendali ini di hubungkan ke
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Pe sawat Udara Tanp a Awak
S
Oleh Rikawati
otak pesawat untuk mengendalikan servo, setelah itu di pasang propeller (baling-baling) yang di pasang bagian depan atau belakang pesawat. Pemasangan balingbaling ini harus terlebih dahulu menghitung proporsi yang akan di buat antara beban dan daya dorong pesawat. Langkah selanjutnya memasang sistem navigasi yang terdiri dari elcicut, latitud dan longitud (ketinggian,koordinat lintang dan bujur). Sistem elcicut di letakkan di bawah pesawat yang berfungsi untuk melihat naik turun , kiri dan kanan dan memutar kiri kanan sebuah pesawat. Sedangkan koordinat sumbu lintang dan bujur berfungsi untuk mencatat perubahan lintang bujur saat pesawat berubah posisi ke kiri dan ke kanan. Kemudian di buatlah program ground control station yang di letakkan di bawah tanah beserta peralatan telemetri, komputer serta pengendali. Untuk Pesawat tanpa awak ini juga menggunakan baterai litium polimer supaya baterainya lebih ringan dan tenaga yang tersimpan lebih besar. Disertakan
pula kamera untuk memotret daerah-daerah yang sudah di lalui. Sedangkan video digunakan untuk mengetahui daerah apa saja yang di lalui. Kamera ini diletakkan di samping atau di bawah pesawat. Langkah selanjutnya adalah menghubungkan semua alat tersebut ke sebuah alat yang menjadi otak pesawat yang disebut microfon troller, berfungsi untuk mengambil semua data kemudian mengirimkan hasilnya ke bumi melalui program telemetri sehingga datanya bisa di ketahui. Untuk penerbangan awal pesawat ini masih menggunakan tangan dan menggunakan remote control untuk mengarahkan pesawat. Menurut Khomarudin dalam merancang pesawat tanpa awak ini mengalami beberapa hambatan yaitu alat yang di butuhkan tidak semuanya tersedia di dalam negeri, bahkan harus mengimpor dari luar dan yang tak kalah sulit adalah menyatukan semua sensor dan juga membuat program groud sensor yang memiliki kesulitan tersendiri. Namun kesulitan tersebut
memotivasinya untuk terus mengembangkan pesawat tanpa awak ini, Terbukti dengan peraihan juara 3 dalam kompetisi city work tahun 2008 di Jakarta dan bersaing dengan perusahaan telekomunikasi. Bukan hanya itu saja, tahun 2009 penelitiannya ini mendapatkan hibah strategis Pendidikan Tinggi (Dikti) tingkat nasional selama 3 tahun. Selain itu, di tahun 2011 ia di minta untuk mengembangkan penggunaan pesawat tanpa awak ini dengan menggunakan radar sebagai basis citranya karena dengan menggunakan radar di daerah
tropis yang berawan sekalipun bisa dilakukan pemotretan. Hingga kini, ia terus mengembangkan dan menyempurnakan sistem kerja alat ini. Saat di temui di ruang Puskom lantai 3 Rektorat (14/3), Khomarudin mengungkapkan bahwa hingga kini pembuatan pesawat udara tanpa awak ini sudah di pergunakan di berbagai daerah di Provinsi Lampung seperti foto udara perkembangan kontruksi bangunan, monitoring siaran irigasi dan lain-lain. Khomarudin ingin memiliki kontribusi yang riil bukan hanya sekadar penelitian yang dijadikan paper saja, selain itu dengan melibatkan mahasiswa dalam penelitian ini diharapkan mahasiswa memiliki pengalaman dan bisa bekerja sama dengan industri.Khomarudin akan terus mengembangkan dan penyempurnaan kerja pesawat tanpa awak ini. Ia berharap hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan mengatasi kesulitan masyarakat Lampung.=
Sebaiknya Anda Tahu Sarjana Bukan Sekedar Gelar Oleh Vina Oktavia M. Mahfudz Fauzi S. (FKIP Kimia ’08) memulai langkahnya sebagai mahasiswa pendidikan kimia tahun 2008. Sejak awal, ia memang bertekad mengabdikan diri bagi dunia pendidikan. Jadilah ia mendaftar di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) untuk mewujudkan asanya. Tekad pemuda yang akrab disapa Mahfudz ia buktikan selama kuliah. Kesungguhannya telihat dari IPK akhirnya yang mencapai 3,79. Ia mendapatkan IPK tesebut selama tiga tahun lima bulan duduk dibangku kuliah. Rencananya, ia akan diwisuda Maret 2012 sebagai lulusan terbaik FKIP. Ia juga berhasil menyabet lulusan terbaik kedua tingkat universitas. Selama kuliah, Mahfuhz berusaha agar dapat lulus secepat mungkin. Ini ia lakukan karena masih ingin melanjutkan kuliah S2-nya. “ya, rencananya ingin S2 di UGM. Mau mengambil cabang kimia murni,” cerita Mahfuzh sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya. Mahfuzh beruntung telah menjadi pengajar bimbingan belajar Al-qolam sejak masih menjadi mahasiswa. Walaupun belum menyandang gelar sarjana pendidikan, ia sudah mampu bekerja. Ia juga sudah ditawari mengajar di salah satu sekolah menengah atas (SMA) sebagai guru tetap. Namun, karena ingin fokus mengejar S2-nya, peluang itu terpaksa ia sisihkan. Tekad Mahfuzh rupanya juga ada dibenak Cynthia Kirana Puteri (Manajemen ’08). Berbeda dengan Mahfuhz, Cynthia mengaku ingin meringankan beban kedua orangtuanya. Dengan mempercepat kelulusannya, Cynthia tidak lagi merepotkan orangtua dengan biaya kuliah. Selain itu, ia juga ingin cepat mencari pekerjaan. “Ya, memang belum ada pekerjaan yang menunggu diluar. Tapi. Kalau sudah lulus kan bisa mencari pekerjaan di bank atau perusahaan BUMN,” ujar thia. Berprestasi, cepat lulus, cepat kerja, dan sukses kerja mungkin jadi impian setiap mahasiswa.Ini juga yang membuat mahasiswa cenderung ingin cepat lulus. Program Strata 1 (S1) sudah dapat ditempuh dalam waktu kurang dari empat tahun saja. Selain itu, jurusan juga mengamini mahasiswanya yang ingin cepat-
cepat lulus. Dengan begitu, jurusan dapat meningkatkan atau mempertahankan akreditasinya. Ingin lulus cepat memang bukan sebuah kesalahan. Namun, akan salah jika lulusan yang menyandang gelar sarjana ternyata belum mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Meski pekerjaan tak lepas dari urusan rezeki, namun seharusnya lulusan universitas haruslah mempunyai keahlian yang mumpuni. Apalagi jika lulusan sebuah universitas negeri. Peran universitas sebagai pencetak generasi yang mumpuni rupanya sudah agak berkurang. Ini terlihat dari banyaknya lulusan sarjana yang menganggur. Prosesi wisuda seakan hanya menjadi upacara pelantikan pengangguran terdidik. Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) provinsi Lampung menunjukkan pada tahun 2010 saja sebanyak 24,72% lulusan universitas menjadi pengangguran terbuka. 15,33 % disumbang oleh lulusan yang berjenis perempuan, sedangkan 9,39% sisanya disumbangkan oleh lulusan yang berjenis kelamin laki-laki. Angka ini mungkin saja meningkat mengingat banyaknya antusiasme penduduk yang melanjutkan jenjang pendidikannya hingga perguruan tinggi. 14 Maret 2012, Unila mewisuda 1225 lulusannya. Jika diakumulasi selama setahun, Unila telah mencetak lebih dari 4.000 ahlimadya, sarjana, maupun magister. Data ini diasumsikan jika melihat acara wisuda yang digelar Unila sebanyak empat kali setiap tahunnya. Ironisnya, jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah lulusan pendidikan formal. Ditambah lagi, mereka harus bersaing dengan lulusan dari perguruan negeri dan swasta lain. Banyaknya lulusan terdidik yang belum mampu memperoleh pekerjaan alias menganggur mendapat tanggapan dari salah seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Drs. Abdul Syani, M.IP. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan makin meningkatnya pengangguran
7
terdidik. Faktor-faktor tersebut diantaranya ketimpangan antara ilmu dan kebutuhan pasar, terbatasnya daya serap lembaga terhadap lulusan, belum adanya kerjasama antara universitas dan lembaga atau perusahaan hingga belum efisiennya sarana informasi. Gengsi dengan gelar apabila tak mendapat pekerjaan yang sesuai, malas dan nepotisme juga turut menjadi faktor penyebab pengangguran. Ia juga menilai peran Unila dalam mencetak generasi yang berkualitas semakin menurun. “Ya, Unila sekarang ini terkesan lebih banyak mengejar kuantitas daripada kualitas,” jelas Abdul sambil mengenang anak didiknya ditahun 1980an yang menurutnya lebih berkualitas. Ia melanjutkan, saat ini mahasiswa juga lebih banyak belajar teori tanpa mengedepankan praktik. Ini juga yang menyebabkan mahasiswa tak dapat bersaing saat terjun ke dunia kerja yang menuntut keahlian nyata. Unila seharusnya mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Untuk meningkatkan keahlian mahasiswa di bidang praktik, Unila perlu menambah porsi praktikum. “Ya, harusnya bisa dibawa ke rapat senat untuk mengubah kurikulum agar tidak selalu teori. Kalau 3 sks biasanya (3-0), bisa jadi (3-2),” tutur Abdul saat ditemui diruang kerjanya. Selain itu, menurutnya Unila juga perlu menyesuaikan kurikulum dan jumlah yang dibutuhkan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Hal ini guna menjamin mahasiswa lulusan Unila dapat terserap oleh lapangan kerja secara optimal. Sebagai tambahan, Unila juga perlu bekerja sama dengan lembaga tertentu yang dapat menampung lulusanlulusan terbaik Unila. Peran kewirausahaan juga perlu ditanamkan kepada mahasiswa agar lebih berani untuk membangun sebuah usaha. Menurut dosen sosiologi ini, cepat lulus sebenarnya sebuah langkah yang baik. Sebab, lulus terlalu lama juga bukan menjadi solusi mengatasi banyaknya pengangguran terdidik. “Dengan lulus cepat, minimal mahasiswa lebih semangat untuk mencari pekerjaan,” ungkap dosen yang sudah mengabdi di Unila sejak tahun 1983 ini. Namun, untuk dapat diserap oleh lapangan pekerjaan, mahasiswa harus serius kuliah. “Mahasiswa juga perlu rajin mencari informasi dan memperbanyak teman sejak dini. Berorganisasi juga bagus untuk meningkatkan link dan pengalaman mahasiswa,” ujar Abdul menutup perbincangan siang itu.=
8
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Reportase Khusus
JOKI MENUAI HOKI Oleh : Rikawati,Vina Oktavia
D
isaat Universitas Lampung berbangga diri atas prestasinya meraih gelar bintang dua dari World Class University ternyata tercoreng noda hitam dengan praktek joki skripsi yang kini telah menjadi sebuah jaringan. Joki skripsi tak hanya melibatkan mahasiswa namun juga dosen. Kini sayap mereka telah melebar hingga perguruan tinggi di luar Unila yakni Universitas Bandar Lampung (UBL) dan Akademi Kebidanan Panca Bakti. Transaksi tak hanya dilakukan melalui tatap muka tetapi juga bisa lewat dunia maya. Lewat akun facebook mereka biasa melancarkan aksinya. Oki (bukan nama sebenarnya) mahasiswa angkatan 2010 ini mengaku menerima pesanan pembuatan tugas kuliah, laporan praktikum hingga skripsi. Mahasiswa yang bukan berasal dari luar Lampung ini mengakui telah melakukan praktek perjokian sejak duduk di semester dua. Pendapatan Oki lumayan besar, untuk satu laporan praktikum yang sekitar dua puluh halaman dihargai Rp 20.000 hingga Rp 40.000. “Itu jika laporan dengan ketikan tapi kalo tulis tangan akan lebih mahal,” terang Oki. Uang yang diraup dari hasil pesanan skripsi sekitar 2-4 jutaan. Harga tersebut bisa berubah setelah proses negosiasi. Lama pengerjaan skripsi Oki sesuaikan dengan permintaan pelanggan. Oki juga memberikan garansi kepada pelanggannya. Jika skripsi ditolak atau harus diperbaiki maka ia akan mendaur ulangnya tanpa tambahan biaya. Oki tak hanya menggarap skripsi dari jurusannya tetapi juga dari jurusan lain. Pernah ia menerima pesanan dari Mahasiswi Fakultas Kedokteran. Saat itu Oki merasa kesulitan menggarap pesananya tersebut sehingga ia harus meminta bantuan dari salah satu dosen di jurusannya. Dosen tersebut biasa memberikan bantuan berupa data-data hingga referensi buku. Namun jika tidak kepepet Oki enggan meminta tolong pada dosen tersebut, karena bayarannya mahal. Jika menggarap bersama teman-temannya maka uang bisa dibagi rata. Namun jika menggunakan jasa dosen, ia harus membayar lebih dua kali lipat. Jika tarif 4 juta maka 2 juta untuk dosen dan 2 juta harus ia bagi rata bersama teman-temannya. Oki bisa melakukan kerjasama dengan dosen tersebut saat ia menerima pesanan tugas kuliah teman satu kelasnya yang berjumlah 70 orang. Satu orang ia kenakan harga Rp40 ribu hingga ia dapat meraup uang sebanyak Rp2,8 juta. Namun aksi Oki ketahuan karena saat akan mengerjakan tugas ia ketiduran sehingga 70 tugas teman sekelasnya ia cetak sama persis. Oki pun dipanggil sang dosen namun bukannya dimarahi Oki malah ditawarkan berkerjasama menggarap skripsi oleh dosen itu. iklan
Berawal Dari Kecewa Berawal ketika semester dua ia menerima kenyataan bahwa kedua orangtua nya bercerai dan ia ikut bersama ibunya yang sekarang tinggal di luar kota. Sejak saat itu Ayah nya tidak lagi menafkahi hidupnya beserta dua saudaranya yang lain. Terlebih lagi penghasilan ibunya sebagai penjual pakaian hanya 600 hingga 700 ribu perbulan sedangkan adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) masih memerlukan biaya. Oki pun mulai berpikir keras untuk menyambung hidup dan membiayai kuliahnya di negeri rantau. Menjadi tukang ojek anak sekolah pun pernah ia lakoni. Akan tetapi ternyata tak cukup. “Perbulan dibayar 250 ribu dan itu gak cukup,” tuturnya. Beban pikiran Oki bisa sedikit berkurang saat mengetahui ada peluang mendapatkan beasiswa PPA yang jumlahnya mencapai 4 juta. Ia merasa
yakin bisa mendapat kan beasiswa tersebut dengan modal IPK mencapai 3,5. Ia bahkan sudah merancang uang hasil beasiswa tersebut bisa ia gunakan untuk biaya kuliah dan biaya kosan. Namun tak sesuai harapan saat pengumuman dan ia tidak mendapatkan beasiswa tersebut. Ia pun semakin kesal saat mengetahui temannya yang merupakan mahasiswa UML dengan IPK jauh dibawahnya mendapatkan beasiswa. Padahal temannya itu dari kalangan mapan. “Kalau saja saya mendapatkan beasiswa itu mungkin saya bisa sedikit lega untuk membiayai kuliah,tidak perlu sampai bermalam-malam tidak tidur mengerjakan jokian,” tuturnya Sejak saat itu ia bertekad untuk membiayai kuliah dan mengirim uang untuk ibunya. Semua tawaran joki ia terima walaupun konsekuensinya ia kehilangan waktu bermain serta istirahat. Saat teknokra mewawancarainya matanya terlihat sembab karena dua hari tidak tidur. Jika uang hasil jokinya telah cukup untuk modal. Maka ia akan berhenti menjalani profesi ini. “Capek jadi joki badan gak ke urus, bermalam-malam gak tidur, gak bisa nyantai kayak temen-temen lainnya,” ucap Oki dengan lemas. Oki pernah berhenti menjadi joki dan memulai bisnis.
Namun ia tertipu hingga lima juta rupiah. Sehingga kini ia harus kejar setoran untuk melunasi hutanghutangnya. “Tapi dengan jadi joki saya dapat tiga hal, pertama ilmu,teman dan uang,” tuturnya sembari tersenyum. Terkadang ia juga merasa khawatir jika profesinya ini bisa ketahuan. Apalagi kini di UBL sedang diusut, maka ia harus hati-hati bertindak takut dijebak. Oki lumayan pintar di kelas, ia pun cenderung menonjol dibandingkan teman-temanya. Ia sering membaca buku apa saja. Ia kini paham berbagai olah data meskipun belum pernah ia dapatkan dari bangku kuliah. Ia belajar secara otodidak beberapa ada juga yang diajarkan oleh kakaknya yang merupakan mahasiswa angkatan 2008. Serupa dengan Oki, Irham (bukan nama sebenarnya) juga melakoni hal yang sama. Irham dulu merupakan salah satu mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Lampung. Irham tertarik dengan praktek perjokian ini setelah melihat senior-seniornya sukses melakukan pekerjaan ini. Sekali garap Irham bisa meraup uang minimal tiga juta. Irham mengaku disetiap fakultas ada link perjokian. Mereka bisa bertukar informasi jika ada tawaran perjokian. Jika Irham kebanjiran job maka ia akan mengoper ke rekan jokinya yang lain. Begitu pun sebaliknya. Terkadang untuk menggarap pesanannya ia membutuhkan bantuan dua hinggga tiga temannya. Terakhir Oki dan Irham menjadi partner dalam penggarapan skripsi. Irham lebih senior daripada Oki. Ia telah puluhan skripsi yang ia garap. Untuk tarif Irham tak memasang target. “Harga bisa dibicarakannlah,” tuturnya. Irham baru saja diwisuda dari Unila beberapa hari yang lalu namun kini ia tetap menerima tawaran joki. Berbeda dengan Oki yang menggantungkan hidupnya pada praktek perjokian. Irham melakoni ini hanya untuk mencari tambahan uang jajan. Karena uang jajan dari orangtuanya dinilai tak cukup. Irham juga membenarkan untuk penggarapan skripsi ini ia melibatkan dosen yang menjabat sebagai sekertaris jurusan. Dosen tersebut ia manfaatkan sebagai pemberi referensi buku yang harus digunakannya Namun, saat dikonfirmasi, dosen yang juga sekertaris jurusan ini menolak tuduhan tersebut. Pria ini mengaku tak pernah ikut bekerjasama dalam bisnis skripsi ini. “Saya memang dekat dengan mahasiswa, tapi hanya sekedar membantu mereka mengerjakan skripsi agar cepat lulus,” akunya. Menurutnya, tak ada upah saat ia membantu mahasiswa dalam mengerjakan skripsi itu. ”Ya, saya membantu mereka sebagai pembimbing saja,” lanjutnya. Saat di hubungi melalui telepon kamis malam (15/3) Rektor Unila, Prof Sugeng P Harianto menuturkan ia memang sering mendengar adanya joki skripsi, namun ia tidak langsung menangkapnya karena belum ada bukti yang kuat. ”Kalau terbukti ada yang melakukan ataupun yang membuat joki skripsi ini bisa saya keluar kan, bikin malu kita,” tegas Sugeng .=
Apa Kata Mereka
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
9
Kata Mereka Tentang
Koleksi Buku Perpustakaan Unila Romiyanto (Mahasiswa FKIP Bahasa Indonesia ’05) Koleksi buku di perpustakaan Unila sudah bagus dan memadai. Walaupun demikian, masih ada kekurangannya. Contohnya saat akan meminjam buku, ternyata sudah tidak ada karena sudah dipinjam mahasiswa lain. Menurut saya seharusnya perpustakaan menambah koleksi bukunya agar mahasiswa tidak saling menunggu saat akan meminjam buku. Rekta Herwina (Mahasiswa FKIP Bimbingan Konseling ’07) Kebanyakan koleksinya buku lama, skripsinya juga banyak skripsi lama. Padahal kan banyak skripsi baru tapi tidak banyak dikeluarkan. Buku-buku disini kebanyakan terbitan dibawah tahun 2000. Padahal untuk nyusun skripsi ada dosen yang memberikan aturan harus ada daftar pustaka terkini. Jadi, susah kalau mencari referensi di perpustakaan ini. Terkadang harus beli ke toko buku lain atau meminjam ke dosen. Selain itu, di perpustakaan ini juga banyak buku yang berbahasa Inggris sehingga menyulitkan mahasiswa karena harus mentraslatenya terlebih dahulu.
Yudi Apriansyah (Mahasiswa FISIP Sosiologi’11) Buku-buku di perpustakaan ini perlu pembaharuan karena kalau dibilang koleksinya sudah bisa dibilang ‘jadul’. Rata-rata terbitannya dibawah tahun 2000. Jadi, saya sering kesulitan mencari referensi untuk mengerjakan tugas. Contohnya saja tak ada buku yang memuat tentang teori sosiologi klasik. Buku yang ada hanya menurut salah satu tokoh saja misalnya teori sosiologi menurut Plato. Tidak tersedia buku yang memuat teori klasik secara keseluruhan. Koleksi buku di perpustakaan ini juga lebih banyak bahasa inggris, jadi sulit untuk dipahami.
I Putu Ajie W.K (Mahasiswa Ekonomi Manajemen ’11) Fasilitas di perpustakaan ini kurang dan kebanyakan koleksinya bukubuku lama. Terkadang, koleksi buku disini juga tidak sesuai dengan buku yang ditawarkan oleh dosen pengajar. Jadi, kalau mencari buku hanya sebagai referensi, tidak bisa langsung di pakai sebagai bahan kuliah. Tapi, lumayan lengkap juga koleksinya.
Sambungan dari halaman 5
harus tetap dilanjutkan. Indra pun berinisiatif untuk membuat cap yang baru dikarenakan surat yang akan ditujukan untuk memanggil Ketua DPM U belum di cap dan saat itu cap masih di pegang oleh Waka I MPM yaitu Wiwid. Sedangkan surat tersebut harus disegerakan sementara Waka I tidak pernah hadir,sebagai ketua MPM ia berinisiatif membuat cap yang baru itu pun diketahui oleh anggota MPM yang lain. Indrapun menjelaskan bahwa saat petemuan di beringin Wiwid sudah mengecap semua hasil rapat 22 Januari diantaranya ketetapan perubahan tatib,surat pengunduran diri Ridwan M Abduh,penetapan Indra sebagai ketua MPM yang baru dan tatib MPM. “Jadi tidak ada pemalsuan cap,” tegas indra Sementara itu Wiwid Ferdiawan (Pend Sejarah’08) saat di temui (8/3) lalu mengungkapkan bahwa walaupun Ketua MPM sudah mengundurkan diri maka kewenangan dilimpahkan kepada Waka I atau II. Walaupun ketua MPM saat itu sudah mengundurkan diri tidak bisa tibatiba sidang evaluasi berubah menjadi agenda pemilihan Ketua MPM yang baru karena itu menyalahi konstitusi. “Walaupun ada pemilihan tetapi diagendakan pada sidang yang lain,” tegas Wiwid. Wiwid juga menegaskan bahwa ketidak hadiranya di beberapa agenda rapat MPM salah satunya
Siska Merita S.Pd (Mahasiswa S2 Bahasa dan Sastra Indonesia) Memang kalau untuk masalah koleksi buku di perpustakaan Unila ini harusnya punya referensi baru. Alasannya, kita tidak hanya melihat buku-buku lama, namun harus ada buku baru. Buku-buku di Unila ini sangat terbatas sampai saya harus ke perpustakaan daerah untuk melengkapinya.
Tanggapan Sugiyata S.Sos, M.ip, Kepala Perpustakaan Unila, juga mengeluhkan minimnya buku yang ada di perpustakaan. Perpustakaan Unila terakhir mendapat hibah buku dari APBN tahun 2008, setelah itu dari tahun 2009 sampai 2011 tidak ada penambahan buku lagi. Sugiyata selalu mengusulkan pengadaan buku setiap tahun, untuk 2011 lalu mengusulkan penambahan buku dan jurnal namun tidak lolos. Sugiyata tidak tahu menahu hal yang mempersulit pengadaan buku, karena itu urusan rektorat dengan APBN.
Sambungan dari halaman 3
Saya Masih Ketua MPM ? Dan dilaksanakan lah pemilihan,akhirnya terpilih Indra Wibawa (Teknik Kimia’07) sebagai pimpinan MPM yang baru periode 2011-2012. Hasil rapat saat itu belum bisa langsung disah kan di karenakan cap dan stempel masih di bawa oleh Waka 1 MPM,kemudian satu hari berselang tepat tanggl 23 januari Indra sepakat bertemu di beringin dengan Wiwid,Nico dan Ridwan beserta satu angota MPM yang lain yaitu Mahfudz Hudori ikut hadir dalam pertemuan tersebut untuk merapihkan administrasi dan mengecap hasil rapat tanggal 22 Januari yang lalu. Dalam pertemuan tersebut ridwan menjelaskan semua hasil rapat tersebut kepada Wiwid dan sudah serah terima semua berkas hasil rapat dan tidak ada perdebatan mempermasahkan hasil rapat tersebut Ridwan pun pergi meninggalkan mereka .“Saya pikir sudah clear dan sudah serah terima dan tidak ada permasalahan lagi,”tutur Ridwan. Indra pun mulai mengagendakan sidang pada tanggal 15 Februari yang mengagendakan pembahasan mosi tidak percaya terhadap Wawang Andrianto (Sosiologi ’07) selaku Ketua DPM U yang dianggap melakukan pelanggaran. Saat rapat tersebut pun lagi-lagi Wiwid dan Nico tidak hadir sementara sidang
Penulis Vina Oktavia, Puji LN Foto Nova Silviana, Puji LN
Ucapan Selamat Salah Alamat rapat pada 15 Februari lalu karena ia mengganggap sidang tersebut inkonstitusional dikarenakan terdapat beberapa nama anggota DPM U yang tidak pernah hadir namun ikut menandatangani mosi tidak percaya tersebut. *** Konflikpun berlanjut pada 17 Februari yang mengegendakan pembahasan mosi tidak percaya, namun di luar dugaan tiba-tiba saat sidang berlangsung beberapa mahasiswa dari Fakultas ikut hadir dalam rapat tersebut dan mendesak indra untuk menandatangani surat yang menyatakan inkonstitusional pemilihan Ketua MPM yang menetapkan dirinya sebagai ketua MPM. “Saat itu saya menandatangani karena kondisi psikologis saya down karena terus di desak dan dalam keadaan di intervensi,” terang Indra Beberapa hari kemudian beredar selebaran yang menyatakan inkonstitusionalnya 11 anggota MPM yang hadir pada 22 Januari lalu dan menyatakan sidang tersebut inkonstitusi. Saat itu Indra merasa heran atas ketetapan tersebut,karena menurutnya sidang lanjutan pada tanggal 19 Februari berlangsung ricuh dan tidak ada kesepakatan. Dan saat sidangpun ada peserta yang tidak sepakat tetapi langsung mengetok palu sidang yang mengesahkan inkonstitusionalnya 11 anggota MPM tersebut. “Atas
Fijar Salasa (Ekonomi pembangunan ’09) yang bertindak sebagai koordinator lapangan mengatakan aksi ini adalah bentuk tindak lanjut usaha mereka. Menurutnya, hasil aksi yang dilakukan belum memperoleh hasil. “Ya, kemarin bisa dikatakan aksi kita nihil karena rektor belum memberi penjelasan,” ujar Fijar saat ditemui. Ia mengatakan mahasiswa juga akan terus berusaha melakukan pendekatan kembali oleh pihak rektorat. “kita rencananya mungkin akan mengusahakan mediasi,” lanjut Fijar. Fijar berharap rektor dapat menjelaskan landasan hukum terhadap kebijakan yang telah ditetapkan. “Kalau memang rektor punya hak 0-100% seperti yang dikatakan di koran Radar Lampung tolong dijelaskan undang-
undangnya mana?,” tegas Fijar. Rektor Unila,Prof Sugeng P Harianto bersedia memberikan keterangan saat di hubungi kamis (15/3). Menurut sugeng keputusan tersebut ia ambil berdasarkan Peraturan Menteri,ia akan menentukan berdasarkan dua suara terbanyak yang di terimanya. Tetapi tidak mesti yang memiliki suara yang lebih unggul yang akan di lantik. Menurut Sugeng penentuan PD I FE berdasarkan 10 kriteria yang sudah di tentukan dan melalui rapat dengan pembantu rektor beserta dekan. Dalam penentuan ini rektor memiliki hak suara 0-100 persen. “ Saya tidak hadir di rapat pemilihan karena saya memang bukan anggota senat fakultas,” terangnya.=
dasar apa mereka memberhentikan 11 anggota MPM tersebut,sedangkan mereka saja tidak hadir dalam rapat 22 Januari lalu dan yang hadir pun lebih dari 11 orang,”tutur indra Menanggapi surat ketetapan tersebut Wiwid menggungkapkan bahwa ia memberhentikan 11 anggota MPM tersebut berdasarkan rilis yang ia terima dari desta indriana yang hadir pada sidang tersebut dan juga kini di berhentikan keanggotaany dari MPM. Wiwid
pun menambahkan bahwa pasca mundurnya ketua MPM yaitu Indra, maka pelimpahan kewenangan dipegang oleh Waka I dan II MPM. Namun pernyataan berbeda diutarakan oleh Ridwan saat di temui (12/3),ia menuturkan bahwa sidang tanggal 22 Januari lalu itu sah dan resmi.”Kalau sidang 22 Januari batal,berarti saya masih ketua MPM ya,” ucapnya dengan tersenyum=
10
Zona Aktivis
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
HIMSAC Kibarkan Bendera Unila di Banten Stan Unila diserbu ribuan siswa SMA se-Provinsi Banten dalam acara University Day Out (UDO) 2012. Setelah talk show 15 menit yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Serang Cilegon (HIMSAC) di Gedung Pusat Penelitian dan Teknologi Banten. Meskipun penampilan perdana HIMSAC amat bangga dengan bisa mengenalkan almamaternya kepada warga banten dan mahasiswa perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Dalam acara tersebut HIMSAC mendirikan dua stan Unila yaitu stan komersil dan stan sosialisasi. Di stan tersebut selain mengenalkan Unila juga mengenalkan Provinsi Lampung melalui pakaian adat Lampung dan model Muli Mekhanai yang diperankan oleh Isa dan Wenny. HIMSAC juga membuat pohon harapan dan membagikan pernak-pernik gratis bagi pengunjung. Perjalanan HIMSAC dalam mengisi liburannya tidak hanya di acara UDO saja tetapi juga memiliki banyak agenda yang mebawa nama UNILA seperti Road To School, Lomba Cipta Cerpen Siswa dan Lomba Footsal. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memberikan dedikasi kepada Almamater tercinta. Alhamdulillah dengan semangat tim HIMSAC, sekitar belasan sekolah Serang dan Cilegon sudah HIMSAC sambangi untuk disosialisasikan salah satunya adalah MAN 2 Model dan Keterampilan Kota Serang yang menjadi penutup acara road to school tahun ini. Hal ini menjadi pemicu untuk bisa memberikan yang lebih baik untuk UNILA di tahun-tahun yang akan datang.=
Cikal bakal terbentuknya HIMSAC Pada tahun 1998, berawal dari pertemuan Mahasiswa Unila asal SMUN 1 Serang (HIMA SMUNSA) pada tgl 17 April 1999 dengan hasil kesepakatan untuk mengadakan pertemuan antar mahasiswa UNILA asal Serang dan Cilegon. Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya yang diikuti oleh wakilwakil dari SMUN 1 Serang, SMUN 1 Cipocok Jaya, SMUN Krawat Watu, SMUN 1 Cilegon, SMUN Ciruas dan MAN 2 Serang disusunlah Panitia Pelaksana Pembentukan Himpunan Mahasiswa asal Banten. Ide dasar dibentuknya Himpunan Mahasiswa asal Banten adalah untuk menumbuhan rasa solidaritas persaudaraan dan persatuan sebagai wahana Silaturahmi antar Mahasiswa satu daerah. Arief Kautsar (FT Sipil ‘95), koordinator HIMASMUNSA dipercaya menjadi ketua Pelaksana. Hingga akhirnya tepat tanggal 9 mei 1999 bertempat di Gedung E Fakultas Ekonomi terbentuklah suatu lembaga bagi Mahasiswa asal Serang dan Banten, wadah kebersamaan dan Silaturahmi yang bersifat paguyuban. Bernama Keluarga Mahasiswa Banten Raya (KEMBARA) yang diketuai oleh Zulhaidir (FE ‘96). Dibawah kepemimpinan Zulhaidir, KEMBARA lebih diarahkan untuk membantu Mahasiswa Unila asal Serang dan Banten dalam mengatasi permasalahan akademis dikampus, sehingga dapat menyelesaikan studi
dengan baik, meningkatkan penalaran dan kemampuan analisis sebagai Mahasiswa dalam menghadapi permasalahan sosial dilingkungannya, sekaligus mencari solusinya, serta ikut memberikan sumbangan pemikiran demi pembangunan di daerah Banten . Menjelang akhir kepungurusan, KEMBARA dibekukan dan diganti dengan Forum Mahasiswa Banten. Kemudian pada tanggal 18 Mei 2000 diselenggarakan MUBES I Mahasiswa Asal Serang dan Cilegon, yang kemudian dikenal sebagai hari jadi HAMAS (Himpunan Mahasiswa Asal Serang dan Cilegon), jabatan Ketua dipegang oleh Ahmad Baidowi (Fisip IP ’98), dan Achdi Supratman (Fisip Kom’98) sebagai Sekretaris Umum Selanjutnya pada tanggal 6 Mei 2001, bertempat di Wisma Dahlia Bandar Lampung, kembali digelar MUBES HAMAS II. Dalam Mubes ini terdapat beberapa perubahan dari AD/ART HAMAS antara lain: perubahan nama organisasi HAMAS menjadi HIMSAC (Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon), kepengurusan periode 20012002 HIMSAC dipimpin oleh Achdi Supratman (Komunikasi ‘98) sebagai Ketua Umum, dan Jazuli Ramdhan (Teknik Elektro ‘98) sebagai Sekretaris Umum. Pada kepengurusan ini, kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana seperti pengajian Rutin, Ifthor Jama’i, Rihlah (rekreasi), Bakti Sosial , dan Try Out SPMB 2002 di GOR Maulana
Yusuf Serang dll. Pada tanggal 19 Mei 2002 di Aula Balai Bahasa kembali diadakan agenda tahunan HIMSAC yaitu MUBES HIMSAC III yang berhasil memilih Ferry Fathurohman (FH ’99) sebagai Ketua Umum, dan Uswatun hasanah (FMIPA, ’99) sebagai Wakil ketua Umum. Kepengurusan ini memiliki 5 departemen: Departemen Agama, PSDM, Keilmuan, Dana Usaha & Kesejahteraan Sosial, dan Kreatifitas yang akan mencoba menggulirkan beberapa progja diantaranya Seminar Daerah, Diklat Jurnalistik, Try Out SPMB, dan beberapa progja yang akan
meningkatkan solidaritas dan ukhuwah antara mahasiswa asal Serang dan cilegon. Adapun kepemimpinan Himsac setelah itu dipegah oleh Ahmad Fatih AS (FKIP ‘01), Teguh Santoso (FISIP ‘02), Rochmat MZ (FT ‘03), Rifki Fathurasyidin (FK’04), Iman Lukmanul Hakim (FMIPA’05), Dika Ferdiansyah (FMIPA ‘06), Ade Fathurahman (FMIPA ‘07), dan kepengurusan sekarang dipegah oleh Ubung Syueb (FP ‘08) yang mempunyai 6 bidang yaitu: bidang PSDM, Kerohanian, Sosial Masyarakat, Dana & Usaha, RT, dan Gerabah (Griya Baca Himsac).=
Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon di Universitas Lampung dilahirkan pada tanggal 18 Mei 2000. Proses panjang telah dilalui sebelumnya untuk membentuk lembaga ini.. Dengan didasari atas semangat kekeluargaan antar mahasiswa yang berasal dari Serang dan Cilegon. Selain itu organisasi ini muncul bermula karena adanya niatan baik untuk membantu mahasiswa asal Serang dan Cilegon dalam menempuh studi di Universitas Lampung. Tentu pada akhirnya, tujuan organisasi ini bermuara pada pembentukan Sumber daya manusia Serang dan Cilegon yang berkualitas.=
Surat Pembaca Redaksi menerima kritikan/saran dan kirimkan berupa: Artikel (ketikan 1,5 spasi, panjang tulisan 4.000-6000 karakter), surat pembaca, dan informasi seputar keunilaan. Tulisan dikirimkan ke: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id atau diantar langsung ke Sekretariat Graha Saidatul Firia, Pojok PKM Lt. 1 Unila.
Assalamualaikum Wr. Wb. Menanggapi pemberitaan tabloid Teknokra No. 119 tahin XII edisi januari 2012dalam rubrik suara mahasiswa yang dikirim oleh Fariz Fahrezi terkait tentang FKIP Biologi, maka dengan ini kami merasa perlu
Ngekhibas Ada Calon Guru Besar Ketahuan Plagiat
Ya Ampun, kalo dosennya gini gimana mahasiswanya ya?
Ada Joki Skripsi di Unila Joki Jurnal Ada Gak ya? Cuma Gara-Gara Cap Batal Jadi Ketum MPM?
Pesen aja cuma Rp 10 ribu jadi sejam kok.
mengklarifikasi isi sms tersebut. Klarifikasi 1. Nama Mahasiswa tersebut tidak terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Biologi angkata 2008 (bisa dibuktikan melalui data base di siakad Unila). 2. Isi sms yang dikirimkan sama sekali tidak benar dan tidak berdasar. Kami tidak pernah mempersulit mahasiswa dalam urusan apapun. 3. Kami para dosen Pendidikan Biologi sebisa mungkin melayani mahasiswa, baik dalam urusan kuliah maupun bimbingan dalam menyelesaikan skripsi, itu terbukti dengan layanan bimbingan kami. Para dosen melayani bimbingan mulai dari pukul 08.00 - 17.00
WIB, bahkan beberapa dosen melayani bimbingan pukul 07.00 pagi, atau sampai 17.30 WIB, untuk menyiasati jadwal yang padat. Perlu diperhatikan selain membimbing skripsi tugas dosen yang utama adalah mengajar dikelas, oleh karena itu selama ada jam mengajar kami akan mendahulukannya. 4. Mahasiswa yang merasa dipersulit mungkin karena kurang sabar dalam menunggu bimbingan. Itu terjadi karena jumlah dosen FKIP Biologi yang aktif mengajar dan bisa melayani bimbingan saat ini hanya tujuh orang, sedangkan jumlah mahasiswa FKIP Biologi kurang lebih 300 mahasiswa. Oleh karena itu pelayanan kami belum
bisa maksimal kepada setiap mahasiswa. 5. Kepada mahasiswa yang menemui kesulitan atan atau masalah tentang skripsi kami siap melayani dan berkonsultasi secara langsung. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, 13 Maret 2012 Ketua Prodi Pendidikan Biologi Neni Hasninidsh, S.Pd,M.Si NIP 19700 32719944032001
11
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Life Style
karakter itu menjadi nilai tambah. Teguh mulai menyukai batik sejak masuk SMA, awalnya dia melihat orang lain memakai batik terlihat bagus dan rapi, ia pun mulai menirunya disamping karena keharusan dari sekolahnya juga. Sama seperti Teguh, Mares Ersan (FISIP Sosiologi ’09) juga suka mengenakan batik. Hanya saja Mares tidak begitu mengidolakan pakaian sepakat. yang satu ini. Meski mengaku senang Kini kebanyakan dari Program memakai batik, tapi ia tidak setuju Studi sudah membentuk seperti kalau Prodi mengharuskan memakai komunitas batik walaupun hanya batik setiap hari jumat apalagi jika komunitas kecil, hampir semua Prodi ada sanksi yang dikenakan bila tidak di FKIP Unila sudah membuat batik mematuhinya. yang sering disebut batik angkatan. Hal ini menurut Mares karena Bahkan dari setiap angkatan pun kebanyakan orang memakai batik corak batiknya berbeda, namun hanya pada tempat yang formal, itu dalam satu angkatan semua batiknya menjadi satu hal yang memberatkan sama, dari warna, corak, serta bagi kebanyakan mahasiswa. Mares modelnya. mengaku lebih senang memakai Hal ini juga didukung karena FKIP kemeja biasa, “Jika memakai batik merupakan Fakultas Keguruan yang jadi tidak leluasa dan lebih kaku notabennya dalam mengajar harus seperti bukan pada tempatnya, selalu rapi supaya memberi contoh kadang-kadang disindir seperti mau untuk siswa-siswanya kelak. Guru kondangan,” tuturnya. yang sudah profesional pun memiliki Disamping tidak pernah seragam batik yang selalu mereka mengenakan batik ketika kuliah, pakai setiap hari kamis yang sering Mares juga hanya memiliki satu disebut dengan seragam Persatuan batik. Mares berpendapat melihat Guru Republik Indonesia (PGRI). kondisi Mahasiswa FISIP khususnya Teguh (Bahasa dan Sastra Sosiologi yang belum terbiasa dan Indonesia ‘10) menyayangkan Prodi canggung ketika mengenakan batik, Bahasa dan Sastra Indonesia belum semestinya tidak perlu ada sanksi mewajibkan memakai batik, ia karena dalam perkuliahan bukan memiliki mimpi agar kelak Prodinya busana yang menjadi prioritas dalam hari tertentu dapat utama. kompak mengenakan Pembantu Dekan III FISIP, Ikram batik tanpa terkecuali. mengatakan berpakaian batik bisa Menurut Teguh batik membentuk karakter mahasiswa. tidaklah terlihat Dengan menggunakan batik perilaku terlalu mewah mahasisiwa akan terlihat berbeda. namun bisa Akan terkesan tertib dan rapih. m e m b u a t Sebelumnya pada rapat Pimpinan seseorang Universitas sudah disampaikan surat l e b i h untuk semua Dekan di setiap fakultas b e r agar menginstruksikan semua dosen, karyawan dan mahasiswa untuk mengenakan baju batik dihari jumat. “Surat edaran memang belum diterbitkan, tapi aturan itu memang sudah ada,” ungkap Ikram. “Berpakaian batik membuat prestice seseorang bagus. Nantinya mahasiswa yang melanggar akan diberi teguran hingga tidak diperbolehkan ikut kuliah,” ucap Ikram. “Hampir semua mahasiswa saya rasa mampu membeli batik, harganya kan terjangkau. Ini semua agar lebih rapih dan tertib,” ujar Ikram mengakhiri obrolan.=
Pojok PKM
Batik, pembentuk
Karakter
Oleh Desfi DM, Virda AP Foto Desfi Dian Mustika
J
umat, 9 Maret 2012 Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) lengang, hanya ada dua orang penjaga gedung yang asyik berbincang di lantai dasar. Seorang mahasiswa berkemeja motif batik berwarna salem nampak duduk santai. Rizky Gozali (Ilmu Pemerintahan ‘06) sore itu sengaja berpakaian batik untuk menemui dosen pembimbing skripsinya. Kebiasaannya mengenakan batik sudah dilakoninya sejak duduk di semester empat. “Lebih bagus dan lebih enak aja kalau pakai batik. Sebelum mahasiswa lain latah menggunakan batik, saya sudah suka dengan batik,” ujar Rizky. Baginya batik bukan baju yang formal, dan saat ini banyak dimunculkan kembali di Indonesia, Menurut Rizky batik sekarang bukan hanya khas Pekalongan atau Solo. Setiap daerah bahkan memiliki ciri khas masing-masing motif batiknya. Jika ada wacana memberlakukan pakaian batik di hari jumat, ia pun
Pemimpin Redaksi Nely Merina
Hati Nurani “Hari gini pake cara halal mah susah” “Udah ikutin gw aja lobi dosen” “Pasti dapet A” “Kalo Lu jadi mahasiswa sok idealis terus kapan mau jadi sarjana?” Nasehat Ani pada sahabatnya Nur yang sedang frustasi karena nilainya rantai karbon alias mayoritas C. Namun Nur kekeh pada pendiriannya. Ditengah perde� batan tersebut datanglah Ati sambil membawa koran. “Eh tau gak lu kalo ada dosen yang ketahuan plagiat?” ujar Ati. “Masa siih?lha ini kan dosen yang ngajarin kita untuk gak nyontek dikelas,” ujar Ani tak percaya. “Iya tahu gitu gw nyontek aja kemarin,”timpal Ati. Nur pun mulai goyah, seorang dosen yang ia kagumi ternyata tak seidealis yang ia pikirkan. Namun hati nuraninya tetap mengatakan tidak untuk melobi dosen. Biarkan IPK dia 2 koma asalkan murni otak sendiri. Fenomena biasa jika ujian berakhir dan nilai mulai keluar banyak mahasiswa ke ruangan dosen untuk melobinya. Dan terkadang bukan untuk meminta ujian ulang atau tugas sebagai penambah nilai. Malahan mereka membawa bingkisan atau membawa seamplop uang untuk mengubah nilai menjadi yang mereka in� ginkan. “Tahu sama tahu”. Dibeberapa fakultas kini telah menjadi rahasia umum jika ada salah satu atau salah dua dosen dapat dibayar dengan uang. Bahkan ada dosen yang terlibat dalam perjokian skripsi dan bekerjasama denganmahasiswa. Agar tak ketahuan sang dosen atau mahasiswanya menggunakan trik dan kode khusus untuk mengelabui yang lainnya. Kini sang dosen yang sudah tertangkap tangan mungkin sedang kebingungan namun sang dosen yang berkeliaran sebentar lagi pasti tak bisa duduk tenang. Karena sang Rektor tak mungkin tinggal diam meski beberapa mahasiswa masih bungkam karena takut nilainya terancam. Kembali ke Ati, Nur dan Ani mereka hanya korban salah didikan dari beberapa dosen yang ingin instan dan memberikan nilai dengan sebuah tembakan uang. Meski hanya segelintir dosen yang seperti itu namun mahasiswa terkadang mu� dah terpengaruh karena ia tak ingin ambil pusing dengan ribetnya sistem perku� liahan. Tapi menginginkan lulus cepat dengan cara instan. Wajar jika si Ani merayutemannya untuk melobi sang dosen agar instan men� jadi sarjana karena kini ada dosen yang ingin instan menjadi guru besar. Jika mayoritas hati seperti Ani maka hancurlah universitas ini. Meski berbagai upaya rektorat menerapkan berbagai kebijakan mungkin tak akan ampuh un� tuk membunuh hama yang kini sedang menggerogoti Unila yang sedang berlari mengejar ketertinggalan. Hama-hama tersebut kini mati satu tumbuh seribu meski telah dibasmi dengan insektisida. Ani adalah salah satu hama tersebut. Mungkin Unila akan tenang sejenak saat Ani diwisuda. Namun kita tak tahu, saat Ani masih bergelar maha� siswa. Berapa temannya yang ia doktrin untuk mengikuti rayuannya untuk men� jadi sarjana instan. Apalagi ketika Ani berada diluar sana. Melamar kerja dengan modal IPK tinggi namun gagal dalam tes wawancara karena hasil wawancara tak sesuai dengan nilai yang tertera dalam ijazah. Atau ketika ia menjadi pegawai ia akan mengu� langi perilaku curangnya. Nama Unila pun tercoreng karena mendapatkan predikat menghasilkan lulu� san yang buruk yang minus karya. Alhasil predikat bintang dua yang telah diper� oleh dengan hasil susah payah akan terkotori oleh sarjana-sarjana seperti Ani. Bahkan Bob Sadino yang hanya lulusan SMA saja bisa mentertawakan se� orang sarjana yang tak bisa apa-apa. Hanya bermodal gelar namun tak punya keterampilan. Hingga menjadi pengangguran atau menjadi pekerja namun den� gan sogokan. Seandainya semua orang seperti Nur bukan Ani yang selalu menggunakan nuraninya sebelum bertindak maka bersi lah Unila dari makhluk-makhluk licik di Perguruan Tinggi ini. Dan mimpi Pembantu Rektor I, Hasriadi Mat Akin Unila bisa setara dengan Institut Tinggi Bandung (ITB) pasti akan terwujud. Karena hati nurani tak pernah bohong. Ia selalu melarang seseorang untuk melakukan kesalahan. Dan Ia selalu menyuruh seseorang untuk mengakui kesalahan. =
iklan
B
12
anyak yang menganggap kaum hawa lemah, peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap feminisme dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian mewujud dalam ciri-ciri psikologis. Laki-laki dianggap gagah, berani, sedangkan perempuan dianggap lemah, lembut dan santun. Hal itu menjadi pembeda yang signifikan, pasalnya baik dari segi alamiah maupun sosial perbedaan itu sangat jelas. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perbedaan itu, namun pada kenyataannya perbedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasan. Dengan anggapan bahwa semua perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan semena-mena. Hal itulah yang memotivasi seorang dosen dan ketua Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila untuk memperjuangkan nasib kaum hawa, Ari Darmastuti namanya. Sudah hampir 22 tahun ia berkutat pada Gender. Menurutnya dari dahulu hingga sekarang kaum perempuan banyak mengalami diskriminasi dan banyak ketinggalan dalam bidang kehidupan. Sejak tahun 1990 ibu dari 4 anak ini memang sudah menggeluti perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Menurut Ari bukan hal mudah untuk meyakinkan masyarakat mengenai konsep gender. menjadi salah satu tantangan yang dari dulu ia temui. Kebanyakan orang belum mengetahui konsep gender itu apa, terkadang konsepnya sering disebut masyarakat sebagai konsep barat atau konsep penjajah. Namun, itu tak membuatnya mundur, bahkan tidak hanya di Lampung ia mempublikasikan konsepnya itu, setiap keluar kota untuk masalah pekerjaan ia selalu mempublikasikan gender melalui diskusi dengan teman-teman, ataupun ketika diklat pengajaran guru-guru. Tak ada alasan lain yang iklan
Ekspresi
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
Ari Darmastuti
Kaum Hawa
Tidak Lemah Oleh:Desfi Dian Mustika
melatarbelakangi Ari selain demi kebaikan masyarakat, supaya kaum wanita bisa maju. Sikap kepeduliannya terhadap wanita menjadi alasan penuh atas perjuangannya selama ini. Perjuangan Ari ternyata tak sia-sia. Dewasa ini kesadaran orang terhadap perbedaan gender terlihat lebih baik. Dibuktikan dengan banyaknya orang yang menghargai perempuan. Perempuan sudah mampu berfikir mengenai kedudukan yang sejajar dengan laki-laki. *** Sekilas tak ada yang istimewa dari wanita yang sudah memiliki dua cucu ini, namun dibalik sikap santunnya tersimpan banyak keinginan besar. Salah satunya keinginan untuk membenahi aparatur negara yang tidak menjalankan fungsinya. Ia juga dibesarkan dari keluarga biasa, orang tuanya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), keduanya menyekolahkan anakanaknya dengan disiplin dan penuh kesederhanaan. Memulai karir sejak tahun 1986 hingga sekarang sebagai d osen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila. Jatuh bangun membangun karir kerap kali ia rasakan, namun tetap saja tak membunuh semangatnya dalam berkarya. Semasa kuliah Ari selalu berkutat pada bidang politik. Gelar S1 Ia peroleh dari Ilmu Pemerintahan Universitas Gajah Mada (UGM), lalu melanjutkan S2 di Political Science, Lowa State University, Ames, Lowa, USA pada tahun 1994, dan memperoleh gelar Doktor Ilmu
Politik di Universitas Indonesia pada tahun 2010. Sewaktu menyelesaikan study di Amerika, Ari sedang berbadan dua. Ketika itu Ia didampingi oleh suaminya, dan anak ketiganya pun lahir di negeri Paman Sam itu. Saat itu ia mengaku hidup yang dijalaninya terasa berat, “Jangan mudah menyerah kalau mau berhasil,” ujarnya. Berbekal pengalaman dari beberapa organisasi yang ia geluti semasa kuliah, pantaslah kalau Ari menyandang banyak profesi dan penghargaan. Selain dari kegiatannya memperjuangkan kaum perempuan, Ari juga mendapat banyak penghargaan dalam bidang politik. Banyak karya mengenai gender yang telah ia luncurkan serta diterbitkan oleh media masa, diantaranya artikel Hambatan Pemberdayaan Perempuan dalam Dunia, Benarkah Perempuan Diperlukan dalam Politik?, Perempuan dalam Power Sharing DPRD Lampung, serta Bias Gender dalam Trust dan masih banyak lagi karya-karya lainnya mengenai politik dan gender. Saat ini Ari tinggal memanen buah hasil dari apa yang selama bertahuntahun ia tanam. Kesuksesannya tak luput dari dukungan orangorang sekitarnya. Bahkan ketika ia mencalonkan diri menjadi anggota KPU pun dukungan keluarga dan kerabat sudah dalam genggaman. Ini terbukti saat ia menjadi satu-satunya calon kandidat yang terpilih sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), ia merupakan perwakilan dari luar jawa bersama kedua
rekannya yang berasal dari Aceh dan Padang. Setelah melalui berbagai proses tibalah Ia pada tahap akhir, yakni Fit and Proper Test di DPR guna menyaring layak atau tidaknya calon tersebut. Ari mengaku sudah memiliki trik khusus dalam mengikuti seleksi lanjutan ini, sekarang sudah masuk 14 besar. Kini ia lebih mempersiapkan diri dan mempromosikan diri ke fraksifraksi supaya mereka lebih mengenal sosok Ari. Ia yakin gebrakan ini akan berhasil mengusungnya menjadi anggota KPU. Bagi Ari mengajar dan menjadi anggota KPU sama penting. Namun apabila ia benar terpilih gelarnya sebagai Dosen akan terhenti untuk waktu 5 tahun, sebab anggota KPU tidak boleh merangkap jabatan. Ia harus merelakan gelar yang sudah disandangnya sejak 26 tahun silam. “Semua demi negara, saat ini KPU banyak sekali di kritik oleh masyarakat,” ujar Ari. Tabah Maryanah, salah seorang rekan Ari baik dalam mengajar m a u p u n
Dok.
dalam penelitian mengenai gender. Keduanya mulai bekerja sama sejak tahun 2003, ketika Tabah menyelesaikan S3 di Australia itu juga berkat rekomendasi dari beliau. Ia mengaku klik dengan Ari karena keduanya memiliki beberapa kesamaan, dari minat, visi, cara kerja serta pandangan nilai yang sama pula. Misalkan dalam hal mengajar kalau ada mahasiswa yang mencontek mereka tidak segan-segan untuk memberi nilai E. Dimata Tabah, Ari adalah sosok yang serius serta berkomitmen tinggi dan dapat dipercaya. Dalam hal mengajar ia disiplin , tegas serta fleksibel terhadap mahasiswanya. “Sosoknya sederhana, ketika bertemu mahasiswanya di jalan pun ia tetap mau dimintai pendapat tanpa harus duduk manis di ruangan seperti dosen-dosen lainnya,” ungkap wanita berlogat jawa ini.=