Tabloid Teknokra Edisi 142 April 2015

Page 1

Teknokra Unila @TeknokraUnila

TABLOID MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG

www.teknokra.com

Edisi April 2015 No 142 Tahun XV Trimingguan

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

Tetap Berpikir Merdeka! Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Halaman 5

Dalam waktu dekat pihak perpustakaan menjanjikan adanya sosialisasi tata tertib dan peraturan perpustakaan kepada civitas akademika.

Halaman 11

Mudah diproduksi dan dibudidayakan adalah kelebihan olahan alga menjadi kapsul herbal suplemen. Selain itu manfaat untuk mengahambat munculnya penyakit kanker.

Halaman 15

Maria masih harus menghadapi anak didiknya yang merupakan Slow Learner. sehingga perlu waktu berulang kali dan kesabaran yang tinggi untuk mengajari mereka.

PLIN PLAN MENGGUGAT

MALAH DIGUGAT


2

SALAM KAMI COMMENT

Revolusi Mental ala BEM SI?

dok.

Liput, Tulis, Terbit !

K

emarin, sederet peristiwa yang terjadi di Universitas Lampung memang sengaja kami rangkum melalui tabloid edisi 142. Sepanjang jalan menuju 142, entah apa saja yang kami lalui, masing-masing insan Teknokra sudah pasti berbeda pengalaman. Dan perjalanan pun dimulai , mulai dari menulis, merangkai kata demi kata dari para narasumber. Memutar otak berkeliling kampus bersenjatakan pena dan berperisai buku, ini yang kami sebut perburuan hingga terbitlah tabloid 142. Tak semudah kelihatannya, masuk kedalam pusara deadline naik cetak yang selalu menghantui di penghujung minggu ketiga. Sebut saja reporter, sengaja menyibukkan diri dengan berburu berita. Sibuk cetak cetok cetak cetok keyboard.

Sudah tak peduli laptop siapa, yang penting berita selesai tepat waktu. Si fotografer bolak balik, juga se­ ngaja mencari foto dan merevisi caption. Pemburu iklan juga tengah menyibukkan diri untuk mendesain iklan. Semua sibuk dengan tanggung ja­ wab masing-masing, di pojok PKM. Lalu di meja layout, seseorang sedang sibuk ngetik, sambil menunggu pencerahan untuk membuat sampul tabloid. Serentetan aplikasi lunak berbaris tak karuan, photoshop, indesign, illustrator, word, pemutar musik, dan mesin pencari, nongkrong asyik menunggu pekerjaan selanjutnya. Semakin lama, kami semakin berkejaran dengan waktu. Kenapa kami ingin melakukan ini, sementara banyak mahasiswa yang sedang menikmati harinya di rumah

atau tidur di kosan. Inilah wujud kami melawan apatis yang makin menggerogoti mahasiswa saat ini. Kesengajaan yang kami lakukan ini untuk mencerdaskan pembaca tentang deretan peristiwa yang kami rangkum dalam tabloid 142. Bukan hal mudah pula untuk menjadi seorang yang kritis, kami perlu mencerna setiap peristiwa yang kami lalui. Besar harapan kami, pembaca 142 lebih kritis menyikapi ruang lingkup Unila dan lebih peka dengan se­ sama. Mau bagaimana nasib Unila ini, kita jugalah yang menentukan, tak perlu berkoar meneriakan revolusi mental jika kita sebenarnya tak tahu seperti apa mental kita.Buka mata dan lebarkan daun telinga yang masih tertelungkup!, kenali dan rubahlah apa yang seharusnya berubah!= Tetap Berpikir Merdeka!

KYAY JAMO ADIEN

“Rapor Merah Jokowi, Indonesia Darurat, Lampung Menggugat” menjadi hastag yang selalu digunakan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di media sosial. Hastag kontrofersial itu menjadi jargon BEM di Universitas seluruh Indonesia untuk memulai aksi di masing-masing daerahnya. Dilatarbelakangi keresahan masyarakat yang menjerit tak setuju terhadap kebijakan presiden RI, JokowiJK di enam bulan masa kepemimpinannya. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik turun, nilai tukar rupiah yang anjlok, harga bahan pokok yang melambung, kaninet tra­n­ saksional, hingga isu ekplorasi energi dan sumber daya alam (SDA) menjadi catatan BEM SI. Dengan semangat menggebu BEM Universitas Brawijaya, Sebelas Maret, mahasiswa Jambi, Riau, Jawa Barat, Surakarta, Jakarta termasuk BEM Unila menggelar aksi besarbesaran tolak kebijakan Jokowi-JK dengan turun ke Jalan di hari yang berbeda. Alih-alih menyedot perhatian masyarakat, Rabu (1/4) bertempat di jalan By pass Bandar Lampung, dimotori BEM U, sekitar 300 mahasiswa Unila ramai-ramai turun membawa spanduk dan berorasi mulai pukul 13.00 WIB. Sebagaian spanduk bertuliskan ‘Rapor Merah Jokowi, Jokowi Turun Sekarang, Indonesia Darurat’ melengkapi aksi mahasiswa Unila bersama mahasiswa Politeknik, dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan. Presiden BEM U, Ahmad Khoirudin Syam (Ilmu Komputer ’10) yang juga Koordinator Pusat BEM Seluruh Insonesia (Korpus BEM SI) mendapat kritikan keras dari berbagai kalangan dan citizen karena dianggap plin-plan. BEM SI mulai kehilangan arah, pro Jokowi-JK. Revolusi mental sebagai jargon Presiden RI, malah menjadi tema seminar nasional yang dihelat BEM Unila di GSG, Kamis (9/4). Aksi BEM SI turun ke jalan menuntut kebijakan, tak pro rakyat Presiden Jokowi-JK ditanggapi sinis oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang menilai aksi itu hanya angin-anginan semata. Pencitraan, katanya. Entahlah, yang pasti masyarakat hanya bisa melihat, menunggu dan menilai keseriusan mahasiswa sebagai penggerak perubahan lewat aksi nyatanya.!=

Cover

Judul : Plin Plan Menggugat, Malah Digugat Ide & Desain Retno Wulandari

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan ­­­­­Penerbitan ­­ Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL ukpmteknokraunila@yahoo.co.id, redaksi.teknokra@gmail.com WEBSITE www. teknokra.com Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi­­na: Maulana Mukhlis, S.Sos.,MIP. ­Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajair Utomo, M.Sc., Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Dr. Eddy Riva’i, S.H., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, M. burhan, Vina Oktavia, S.Pd., Yurike Pratiwi

KYAY JAMO ADIEN

Pemimpin Umum: Faris Yursanto Pemimpin Redaksi: Hayatun Nisa F Pemimpin Usaha: Fitri Wahyuningsih Kepala Pusat Penelitian dan ­Pengembangan: Kurnia Mahardika Kepala Kesekretarian: Lia Vivi Farida Redaktur Pelaksana: A ­ yu Yuni Antika Redaktur Pelaksana Daring: K ­ horik Istiana Redaktur Berita: Fahmi Bastiar (Non Aktif), Rika Andriani Reporter : Defika Putri Nastiti, Siti Sufia (Non Aktif), Yola Savitri, Fitri Ardiani Redaktur Foto: ­Fitria Wulandari Fotografer: Riska Martina Redaktur Artistik: Retno Wulandari Staf Artistik: Defika Putri Nastiti Kameramen: Fajar Nurrohmah, Wawan Taryanto R ­ edaktur Daring: Yola Septika Manajer Keuangan: Fitria Wulandari Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Siti Sufia (Non Aktif) Staf Pemasaran: Yola Septika­ Staf Kesekretariatan: Riska Martina Staf Analisis dan Perpustakaan: Fajar Nurrohmah Staf Pengkaderan dan SDM: Retno Wulandari Magang: Aditya, Enindita Prastiwi, Fajarasiwi I, Lailatul B ­ , Luvita W.H, Noni P, Retnoningayu J.U, Sheli P.S, Adi F, Agung M, Aldi H, Ana U, Ari A, Arif S, Ariz N, Bayu F.H, Eka S, Endani A, Faiza U.A, Febriel M, Fonny B, M. Ghufroni A, Niko F, Novita L, Nur Azizah D.A, Nur Intan F, Trias S.P.N, Winda S, Yessi E.N.

Oleh Retno Wulandari No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


KAMPUS IKAM Strategi Tingkatkan Keamanan

3

Oleh Luvita Willya Hendri

Foto Riska Martina

Batas parkir. Seorang pekerja sedang membuat batas parkir mobil di jalan Fakultas Pertanian. Foto dibidik (11/04).

HMJ IP Helat LKMMTJ Oleh Trias Suci Puspa Ningrum

FISIP-Tek: “Rekonstruksi Pemimpin Intelektual Berazaskan Pancasila” menjadi tema acara Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Manajemen Tingkat Jurusan (LKMMTJ) yang dimotori Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (HMJ IP) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unila di gedung B.3.1 FISIP pada Sabtu, (11/4). Acara tersebut menghadirkan empat pemateri dari jajaran presidium. Vico Bagja Lukito (Ketua Umum HMJ IP 2014/2015), Hafiz Muhammad (Ketua Umum HMJ IP 2010/2011),

Anbeja Kirsi (Ketua Umum HMJ IP 2012/2013), serta Winda Dwi Astuti Herman (Sekretaris Umum HMJ IP 2014/2015). Materi yang disampaikan yaitu kepemimpinan yang berazaskan Pancasila, kepemimpinan manajemen dan keorga­nisasian, teknik sidang serta pengetahuan umum seputar HMJ IP. Rian Adi Saputra (Ilmu Pemerintahan’13) selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk melahirkan pemimpin yang berintelektualitas tinggi berazaskan pada Pancasila. “=

NGEKHIBAS

Kamar mandi FMIPA pintunya copot? Kapan diperbaiki nih?

Perpus rombak sistem lama Kok banyak yang ngeluh, sistem barunya error ya?

Aksi BEM U kritisi “Rapor Merah Jokowi” Paling angin-anginan doang

SPPD Bidikmisi salah sasaran Salah ketik atau disengaja?

FP-Tek: Keluarnya Surat keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) nomor 239 C/UN26/4/DT/2015 tentang Standard Operating Procedure (SOP) perparkiran, menjadi restu awal diterapkannya sistem perparkiran baru di FP. Semua kendaraan roda dua mahasiswa harus ditempeli stiker berwarna sesuai tahun angkatan di bagian kiri depan kendaraan. Warna merah untuk pe­ ngurus organisasi kemaha­ siswaan diperkenankan parkir di semua kantung parkir yang tersedia. Stiker hijau khusus mahasiswa ang­ katan 2012 dan 2013 bertempat di samping Aula FP. Warna biru untuk angkatan 2010, 2011 dan mahasiswa Pascasarjana diwajibkan parkir di samping gedung D dan N, warna ungu dikhususkan bagi mahasiswa angka-

tan 2006 dan 2009 tempat parkir di belakang gedung A, dan warna kuning untuk dosen, karyawan, dan tamu dapat memarkirkan kendaraannya di depan gedung A, Teknologi Hasil Pertanian (THP), atau Teknik Pertanian (TEP). Sedangkan kendaraan beroda empat harus parkir di sepanjang lajur sebelah kanan jalan. Sistem parkir yang dipersiapkan sejak November 2014 lalu ini sudah disosiali­ sasikan melalui spanduk dan rambu-rambu di sepanjang jalan FP. Sebanyak 15 personel Satuan Pengamanan (Satpam) ditambah untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan parkir. Seluruh civitas akademika FP yang parkir akan mendapat kartu parkir dari Satpam jaga. Uji coba penerapan sistem perparkiran baru yang dimulai pada Rabu, (18/3) me­

nuai tanggapan positif salah satu mahasiswa. “Bagus ada sistem parkir ini terkesan rapi,” ucap Sartika (Kehutanan ’12). Meski demikian ia mengaku sedikit kerepotan karena harus jalan cukup jauh dari tempat parkir ke ruang kuliahnya. Wakil Dekan II FP, Prof. Irwan Sukri Banuwa mengaku sejak 1973 hingga akhir tahun lalu sistem parkir tidak pernah ditata karena dirasa belum terlalu mendesak. Karena maraknya kasus pencurian motor tahun lalu, FP memberlakukan sistem parkir baru tersebut. Dekan FP, Prof. Wan Abbas Zakaria dalam rapat pimpinan program kerja universitas. “Ini demi keamanan dan kenyamanan proses belajar mengajar. Melalui blocking area, semoga motor tidak lagi hilang dan mahasiswa menjadi tenang,” ujarnya berharap.=

persiapkan ajang Fo­ silkom, adalah lomba yang didakan oleh Universitas Sriwijaya yang bertajuk ‘Fosilkom English Festival’ pada (19-20/4). Dua cabang perlombaan akan diikuti di Fosilkom yakni scrable dan speech. Untuk persiapannya sendiri perwakilan ESO, Rian Setiawan selaku kepala bidang edukasi ESO me­ngatakan bahwa persiapan yang mereka lakukan belum mecapai target. Beberapa kendala pun dialami dalam masa pemantapan. “Dari pendanaan kita kurang, untuk biaya pendaftaran de-

bate sudah 450 ribu pertim belum cabang yang lain, dari universitas saja mungkin hanya cair 2 juta,” kata Rian. “Tahun kemarin itu kita juara dan pulang bawa trofi, harapannya untuk tahun ini supaya seenggaknya pulang bisa bawa trofi,”. ujar salah satu peserta yang akan mewakili ESO dalam cabang debate adalah M. Fikri Hasan (Pendidikan Fisika ’14), ia mengakui banyak melakukan latihan di minggu-minggu ini sebagai persiapan untuk mengikuti lomba, “Karna saya baru semoga dapat masuk 15 besar aja,” kata Fikri.=

ESO Siap Berlomba

Oleh Endani Agustina

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa English Society Organization (UKM ESO) akan mengikuti lomba yang bertajuk Asian Laws Student Asosiation (ALSA) yang diadakan oleh Universitas Indonesia dan Fosilkom pada 23 Mei mendatang. ESO mendelegasikan 9 orang se­bagai wakil dari empat cabang perlombaan. Diantaranya, dua orang untuk speech, dua orang untuk story telling, dua orang untuk news casting dan satu tim yang terdiri dari tiga orang untuk cabang debate. Selain ALSA, ESO juga mem-

Energi Terbaru Ranah Hukum Oleh Nur Intan Fatimah dan Trias Suci Puspa Ningrum

FH-Tek: Wacana Unit Ke­ giatan Mahasiswa Fakultas Hukum (UKM FH) Mahasiswa Pengkaji Masalah Hukum (Mahkamah) sejak Januari lalu akhirnya terlaksana. Seminar daerah bertajuk “Panas Bumi Sebagai Alternatif Energi Listrik Terbarukan dalam Perspektif Hukum” digelar di Gedung D pada Kamis, (9/4). Tak hanya mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Orga­ nisasi Kepemudaan (OKP), dan Organisasi Masyarakat (Ormas) pun turut dilibatkan. Sumaindra Jarwadi (Hukum ’12), ketua umum UKM Mahkamah menjelaskan bahwa tujuan adanya seminar

untuk menyikapi masalah listrik di Lampung yang sering kali mati sehingga dirasa perlu adanya energi terbarukan. Tak hanya itu, pemanfaatan energi panas bumi atau geothermal dalam perspektif hukum pun turut dikaji. Ridwan Syaleh (Hukum ’12) selaku ketua pelaksana mengaku Mahkamah mengangkat tema tersebut karena mereka prihatin dengan kondisi energi listrik di Lampung. “Sebenarnya semua daerah itu berhak mendapatkan pasokan energi listrik. Namun di Lampung ini energi listrik sangat minim,” ujarnya. Rid­ wan mengaku melihat adanya tumpang tindih antar per-

aturan perundang-undangan seperti Undang-Undang (UU) Perlindungan Hutan, UU Panas Bumi, serta UU Tentang Lingkungan (32 tahun 2009). Ridwan juga mengatakan saat pemanfaatan panas bumi harus memperhatikan aspek lingkungan. Hutan lindung atau konservasi tidak boleh dimanfaatkan untuk pertambangan. Seminar ini bertujuan untuk meluruskan paradigma hukum dikalangan intelektual hukum,” papar Ridwan. “Menarik sekali. Apresiasi lah untuk Mahkamah di Fakultas Hukum bisa bikin acara bagus,” kata Rudi Haryanto (Teknik Universitas Muhamadiyah Metro ‘12) =

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


4

KAMPUS IKAM

Islam Agama Moralitas Oleh Ari Andila

FISIP-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM-FISIP) Unila adakan kuliah umum bertema “Posisikan Islam Sebagai Agama Moralitas” di gedung B FISIP, Sabtu (1/4). Dalam kesempatan itu, peserta diberikan pemahaman bahwa agama islam itu memiliki toleransi dengan berbagai agama. Gubernur BEM FISIP, Adrian Sudrajad (Ilmu Pemerintahan ‘11) mengaku adanya kuliah umum tersebut bertujuan memperkuat pemahaman keislaman pemuda. “Saat ini sangat banyak aliran-aliran yang mengatas namakan agama namun bersifat radikal,” tambahnya. Ketua Pelaksana, Abdi Kalam (Ilmu Komunikasi ‘13) mengatakan pemuda dan mahasiswa saat ini hanya hidup dalam ruang lingkup ilmu umum saja. Menurut pandangannya, mahasiswa butuh siraman rohani dan tambahan ilmu religi untuk menekan pengaruh-pengaruh buruk dari luar seperti gerakan radikal, narkoba, seks bebas dan sebagainya. “Ilmu umum saja tidak cukup untuk mencegah pengaruh buruk dalam lingkup sosial,” jelasnya.=

KSPM competion Days Oleh Defika Putri Nastiti

FEB-Tek: Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) menggelar Competition Days pada Sabtu-Minggu, (4-5/4) di Gedung F FEB Unila. Capital Market Knowledge Competition (CMKC), Manual Stock Trading Competition (MSTC), Capital Market Wall Magazine Competition (CMWMC) dan Capital Market Poster Competition (CMPC) adalah ketegori lomba yang digelar tahun ini. Dengan tema ‘Terwujudnya Generasi Cerdas, Kreatif dan Kompetitif yang Cinta Pasar Modal’ , acara tersebut diikuti sepuluh Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Bandar Lampung, Pringsewu, Kalianda dan Sidomulyo. Kesulitan mencari peserta sempat menjadi kendala untuk memenuhi kuota peserta, Namun, hal tersebut dapat segera diatasi. Praneko Adi Saputra (Akuntasi’14) selaku ketua pelaksana menuturkan bahwa persiapan acara ini telah dimulai sejak akhir 2014 lalu dengan melakukan promosi ke beberapa sekolah (road to school). “Harapan saya dengan diadakan lomba ini para peserta dapat menjadi generasi penerus yang cerdas, kreatif dan kompetitif yang cinta pasar modal. Selain itu, lomba ini juga menjadi ajang mempererat tali silahturahmi antar mahasiswa dan calon mahasiswa,” ungkap Praneko saat ditemui pada, Sabtu (4/4).=

Brigda Berkarya 2015 Oleh Yessi Eva Nora

FKIP-Tek: Brigadir Muda (Brigda) Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung menggelar acara Brigda Berkarya 2015 dengan tema “Gebyar Mahasiswa Pendidikan Lampung”. Agenda tahunan bertaraf nasional ini berlangsung selama tiga belas hari, (7-19/4) di FKIP Unila. Berbagai cabang perlombaan dihelat memeriahkan acara tersebut. Mulai dari lomba esai nasional bertema “Mengungkap wajah asli Indonesia” , fotografi, karikatur, cipta puisi, debat mahasiswa, orasi, stand-up comedy, BEM Award serta Surat Cinta untuk Dekan FKIP. Gubernur BEM-FKIP, Deni Yuniardi (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ’11) mengungkapkan bahwa tujuan utama kegiatan ini untuk mengeksplor kemampuan anggota Brigda BEM-FKIP agar terus berkembang. Bazar makanan dan book fair dari 100 penerbit nasional asal Jakarta turut dihadirkan untuk menarik minat mahasiswa sekaligus memeriahkan acara. “Sekarang mahasiswa cuma terpaku dengan internet, sedangkan kalau membaca buku kan sangat luas wawasannya. Dengan diadakannya bazar mampu menjadi penarik minat para pengunjung,” ujar ketua Pelaksan, Rian Hidayatullah (Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi ’14).=

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

Foto Riska Martina

Rusak. WC umum di belakang sekret Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA) mengalami kerusakan pada bagian pintu, pintu terlepas dan bagian pembuka pintu sehingga terlihat bolong. Foto dibidik (11/04).

SPPD Bidikmisi salah ketik Oleh Defika P.N, Riska M

Unila-Tek: Beberapa waktu lalu, salah satu Kru Teknokra mendapati Ketua Forkom Bidikmisi Unila 2013, Andy Kurniawan (Manajemen ’13) membagi berkas ke sembarang mahasiswa untuk ditandatangani di Ruang A 101 Gedung A Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada Jumat, (20/3). Berkas tersebut adalah tiga lembar kertas Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). Dalam surat dinas tersebut tertulis maksud dari perjalanan dinas tersebut untuk melakukan kunjungan lapangan ke kediaman penerima Bidik Misi di beberapa daerah. Dalam lembar yang lain tertera rincian biaya perjalanan dinas berkisar Rp 110.000 (Bandar Lampung) hingga Rp 610.000 (luar Bandar Lampung). Eni Maryani, bendahara dalam kegiatan tersebut dengan terang menjelaskan bahwa SPPD tersebut tidak

seharusnya ditandatangani oleh mahasiswa yang tidak bersangkutan. Saat dimintai konfirmasi, Andi mengungkapkan bahwa hal tersebut dilakukan karena dirinya kesulitan mengumpulkan mahasiswa yang bersangkutan. “Hanya untuk pelaporan saja, jadi tidak masalah,” akunya. Ia juga menjelaskan bahwa SPPD itu bukan diperuntukkan untuk melakukan survey ke rumah mahasiswa Bidikmisi, tetapi perjalanan dinas goes to school yang digagas Forkom Bidikmisi. “Itu hanya salah ketik,” tambahnya. Novelly Mutiara Andini (Pend. Seni Tari dan Musik ’14) adalah salah satu mahasiswa yang namanya tercantum dalam SPPD mengaku tidak pernah menandatanganinya meski ikut dalam kegiatan goes to school. Ketua Tim Bidikmisi Unila, Qadar Hasani mengatakan bahwa

kesalahan tulisan dalam surat itu belum sepenuhnya valid karena belum di tanda tangani oleh pihak rektorat. “Selama surat itu belum ditandatangani oleh wakil rektor bidang kemahasiwaan dan alumni, surat itu belum dianggap sebagai surat pengeluaran. Surat yang belum dianggap surat pengeluaran masih sangat mungkin terdapat kesalahan baik isi maupun tulisan,” Ujar Qadar Hasani saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (10/4). Wakil Rekor bagian Kemahasiwaan dan Alumini, Prof. Sunarto menuturkan bahwa tidak ada yang salah mengenai hal itu. Ia berpendapat bahwa goes to school dan survey merupakan hal yang sama karena dinilai sama-sama meninjau keadaan mahasiswa di lingkungan tempat tinggalnya. “Jadi penulisan surat Forkom tidak ada yang salah,” tutupnya.=

Tabroni Harun (Wakil walikota Bandar Lampung), M. Khadafi (Ketua Umum BPD HIPMI Lampung), dan Ahmad Khoirudin Syam (Presiden BEM U). Wahyudi (Ilmu Komputer ’13) selaku ketua pelaksana berharap mahasiswa yang mengikuti pelatihan LKMM TD bisa menerapkan materi-materi yang diberikan dan bisa merubah serta memimpin lingkungan organisasinya menjadi lebih baik. “Saya ingin belajar menjadi pemimpin yang baik

dan memperbaiki diri,” ujar Khusnul Khotimah (Matematika ’14) sebagai salah satu peserta. Irham Bariklana (Kimia ’11) selaku Gubernur BEM FMIPA mengungkapkan tujuan pelatihan ini supaya mahasiswa mengerti esensi dari pemimpin. Menurutnya, pemimpin bukan hanya yang mengatur tetapi juga bisa mengembangkan inovasinya untuk dunia usaha dan dunia akademisi, pelatihan itu sebagai modal dan ketika dibekali harus action dalam organisasinya.=

BEM FMIPA Adakan LKMM TD

Oleh Faiza Ukhti Annisa

FMIPA-TEK: Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM TD) sabtu, (11/4). Acara yang digelar di Gedung Ilmu Komputer ini berlangsung selama dua hari yang merupakan bagian dari Program Kerja BEM FMIPA. Pelatihan ini mengusung tema “leadership training with psikologi based” ini menghadirkan pemateri


KAMPUS IKAM

5

IESP, Reakreditasi tanpa Visitasi Oleh Faiza Ukhti Annisa

Foto Riska Martina

Kumuh. Mahasiswa UKM kurang merawat Grha Kemahasiswaan terlihat dari sampah berserakan, selain itu mahasiswa sering memarkirkan motor di dalamnya. Foto dibidik (04/04).

Rombak Sistem, Denda Membengkak

Oleh Enindita Prastiwi

Unila-Tek: Riska Fajrianti tidak menyangka ajakan ka­ wannya untuk mengecek buku ke perpustakaan membuatnya terkejut. Dia menyodorkan KTM untuk proses scan barcode. ‘Ting’ nada bahwa KTM terscan berhasil. “Mbak masih ada (buku) yang belum dikembaliin yah?” kata Riska menirukan salah satu staf sirkulasi yang mengurusi pengembalian bukunya. Dia sangat terkejut pasalnya ia masih sangat ingat telah mengembalikan buku tersebut. Saat itu ia pun diminta untuk membayar denda sebesar 160 ribu rupiah, dengan lama keterlambatan pengembalian 530 hari. Dulu mahasiswi Ilmu Pemerintahan ini memang pernah mempunyai hutang tarif denda, namun dirinya mengaku telah membayar dendanya itu saat kepengurusan lama. Tak lama berselang, Riska kembali ke perpustakaan untuk mengkonfirmasi lagi ke staf sirkulasi, ia pun mena­ nyakan solusinya. Namun, staf sirkulasi tersebut hanya menjelaskan bahwa data peminjaman dan pengembalian harus diinput dan disetor ke atasannya. Riska pun diminta untuk mengganti buku yang sama dan membayar denda tersebut. Saat itu staf sirkulasi juga menawarkan untuk membantu mencari buku yang pernah dipinjam Riska di rak buku, ternyata buku tersebut masih ada, akhirnya ia tak dikenai denda. Perasaan terkejut juga dira-

sakan Rio Alfandi (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ’12), ia dinyatakan belum mengembalikan buku perpustakaan selama setahun, hal tersebut diketahuinya ketika ia akan meminjam buku lagi. Ia menceritakan saat ia mengembalikan buku yang ia pinjam dulu, ia hanya diperintahkan meletakkan buku tersebut di bagian sirkulasi. Dirinya tak tahu menahu apakah buku tersbut sudah discan atau belum. “Setelah saya liat di data komputer, buku itu tidak ada di perpus, mungkin lupa kamu kembalikan atau KTM kamu pernah dipinjam teman, jadi harus membayar denda dan mengganti rugi,” ujar Rio mengikuti staf sirkulasi yang mengurusinya waktu itu. Rio pun sempat terbawa emosi dan bersikeras bahwa dirinya telah mengembalikan semua buku yang dipinjamnya. Akhirnya ia ditemani staf sirkulasi untuk mencari buku tersebut di rak buku. Dari dua buku yang ia pinjam, hanya 1 buku yang ditemukan, buku lainnya terpaksa harus ia ganti. “Harus ada kartu perpus lah biar ada buktinya,” keluh Rio. Mardiana, selaku Kepala UPT Perpustakaan Unila ikut angkat bicara, “Jika masalah tadi terjadi, karena adanya kegagalan proses pengembalian seperti error, mati lampu, tidak tercatat atau kesalahan operator biasa­ nya mereka akan mencatat bahwa ini gagal, ada pem-

beritahuan bahwa tak tersimpan dan kemudian tidak segera diperbaiki,” ujarnya. Ia pun menambahkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) juga berfungsi sebagai kartu perpustakaan. Jika ada yang langsung meletakkan buku di rak tanpa mengikuti prosedur pengembalian, maka jumlah denda akan semakin besar. Mardiana juga dengan tegas melarang mahasiswa menggunakan KTM orang lain karena akan berisiko menim­ bulkan masalah. Tindakan tegas telah diatur dalam peraturan perpustakaan. Untuk mengurangi resiko kesalah­ an, dalam waktu dekat pihak perpustakaan menjanjikan adanya sosialisasi tata tertib dan peraturan perpustakaan kepada civitas akademika. Bagian Sirkulasi bertanggung jawab pada buku-buku yang sudah ditata, melayani peminjaman, pengembalian, pemesanan, dan menyortir buku-buku yang masih digunakan dan tidak digunakan Mengenai masalah tersebut Anita Ika Rini selaku staf sirkulasi, ikut angkat bicara, “Kalau kasus gitu kan mahasiswa merasa sudah mengembalikan tapi di sistem belum. Itu biasanya kesalahan tidak sukses proses scan barcode. Mungkin kita scan kurang sensitif kemudian buku telah diberi cap, sehingga tanpa disadari denda masih berjalan, terkadang ada mahasiswa yang meminjamkan KTM-nya kepada temannya,” ujar Anita, Kamis (9/4). =

FEB-Tek: Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembanguan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IESP-FEB) Unila berhasil mempertahankan peringkat akreditasi A dari Badan Akresitasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembagunan, M. Husaini mengatakan peringkat tersebut dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) BAN-PT No. 027/SK/BANPT/Akred/S/I/2015 yang sampai pada Jumat, (03/04). “Perolehan ini merupakan hasil reakreditasi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembagunan yang berakhir pada 12 September 2014 lalu,” ujarnya. Umumnya proses akreditasi atau reakreditasi dilakukan dengan visitasi terlebih dahulu, akan tetapi Jurusan IESP mendapatkan keistimewaan tanpa visitasi lantaran nilai akreditasi yang tinggi yakni 366 dari 400 poin. Penilaian tersebut mencakup lebih dari 100 item pada bo-

rang penilaian. Husaini juga mengungkapkan pihak jurusan IESP sudah mempersiapkan reakreditasi ini sejak tahun lalu. Sulitnya mendapatkan data eksternal jurusan, jumlah pendaftar di jurusan IESP, jumlah mahasiswa DO (Drop Out), dukungan finansial yang lemah, serta data individu dosen menjadi kendala yang dihadapi pada proses reakreditasi. “Perasaan saya pasti senang, bangga dan puas karena hasil kerja keras terbayar walau ada beberapa kesulitan yang alhamdulillah masih bisa diatasi,” ujar Husaini mengakhiri. Adib Agusta (IESP ’12) mengungkapkan rasa bangganya karena tahun ini jurusan IESP mendapat akreditasi A tanpa visitasi. “Semoga Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembagunan semakin baik lagi kedepannya, dapat mempertahankan akreditasinya dan menciptakan generasi yang lebih baik lagi,” ujarnya berharap.=

Kartu Parkir Belum Terealisasi

Oleh Ariz Nisrina

FEB-Tek: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) akan terapkan sistem parkir baru untuk kelancaran mahasiswa yang membawa kendaraan. Sebulan yang lalu mulai dilakukan pendataan mahasiswa yang membawa kendaraan dengan menyerahkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan kartu identitas lainnya. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari wacana tersebut. Sistem kartu parkir ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan, kenyaman, dan ketertiban parkir serta me­ ngurangi pencurian motor dan supaya kendaraan yang di parkir di FEB dapat terdata. Menurut Herdianto selaku Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Umum FEB sistem baru yang di rencanakan menemui kendala terutama di bagian pendanaan, dan belum ada rapat untuk menentukan model dari kartu parkirnya itu sendiri. Lukman, selaku petugas keamanan FEB mengaku ”Memang sudah ada renca-

na untuk sistem parkir yang baru dan telah ada sosialisasi dari dekan FEB berupa selebaran yang menyatakan untuk sementara waktu mahasiswa FEB angkatan 2014 belum diperkenankan membawa atau memarkir kendaraan di area parkir FEB, untuk angkatan sebelumnya di wajibkan untuk melapor dan menyerahkan kartu identitas. Terhitung dari bulan Maret telah dilakukan pendataan didapat sekitar 2000 mahasiswa yang sudah me­ nyerahkan persyaratan, namun belum terdengar kapan diadakan rapat dan rencana ini hanya menjadi wacana yang bahkan model kartunya pun belum di desain. ”Tidak masalah kalau sampai saat ini sistem kartu parkir belum terealisasi karena untuk sistem yang berlaku sekarang pun sudah efektif,” kata Fajar Wahyudi (Manajemen ‘13). “Kartu parkir kan fungsinya untuk lebih tertib dan mudah teridentifikasi saja, menurut saya kartu parkir ini akan terealisasi paling lambat Mei atau awal Juni,” katanya.=

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


6

KAMPUS IKAM FISIP Minim Kegiataan Oleh Retnoningayu Janji U

Foto Riska Martina

Buku. BEM-FKIP membuka bazar buku yang dibuka selama 2 minggu di pelataran aula K FKIP, Foto dibidik (11/04).

FPPI Pererat Silahturahmi Oleh Faiza Ukhti Annisa

FKIP-Tek: Forum Pengembangan dan Pengkajian Islam Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Lampung (FPPI FKIP Unila) mengadakan Ajang Kreativitas dan Silaturahim Generasi Muda (Angkasa) Sabtu, (4/ 4). Acara yang digelar di pelataran I FKIP ini berlangsung selama dua hari dengan diikuti oleh pelajar dan mahasiswa dari seluruh Lampung. Acara ini memiliki enam cabang lomba, diantaranya lomba nasyid, tartil, tahfiz, stand up of syiar, cerpen, dan essay tentang islam. Sekaligus menjadi ajang silahturahmi guna memperkuat ukhuwah diantara anggota FPPI, serta pelajar dan mahasiswa se-Lampung. Mustofakoaruddin (Ekonomi ’14) selaku ketua pelaksana berharap dengan adanya acara keislaman ini dapat menghasilkan lebih banyak orang yang peduli akan islam dan menjadi penerus islam nantinya. “Semoga tahun depan Angkasa dapat diketahui oleh lebih banyak orang dan dapat lebih bermanfaat sehingga tujuan dan niat kami bisa tersalurkan,” harap Oktari Pradina Anggi (Kimia ’12) selaku wakil ketua umum FPPI.=

Unila Tingkatkan Sarpas PGSD Oleh Nur Azizah Dewi

FKIP-Tek: Laboratorium School (Labschool) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila di kompleks kampus PGSD Metro diresmikan Rektor Unila, Senin (23/3). Labschool merupakan pengembangan gedung ruang kelas baru untuk SD Negeri 5 Metro Barat yang dibangun sebagai Labscool 1 PGSD Unila. Menurut Prof. Sugeng P. Harianto, pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana tersebut sebagai langkah percepatan pencapaian akreditasi A Unila. Dita Setyaningsih (PGSD ’14) mengungkapkan adanya Labscool sangat membantu mengembangkan kompetensi peserta didik sekolah dasar dan mahasiswa PGSD. Adanya Labschool PGSD FKIP diharapkan bisa menjadi contoh pengembangan kerjasama dengan stakeholder, terutama pemerintah daerah. “Harapannya agar labschool dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam pengaplikasiannya, dalam sarana dan prasarananya sebaiknya lebih ditunjang lagi, sehingga dapat digunakan secara maksimal oleh mahasiswa S1 PGSD terutama yang di Metro,” tukasnya.=

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

FISIP-Tek : “Gedung PKM yang telah disediakan tidak cukup luas, sehingga membuat tidak nyaman untuk berdiskusi dan melakukan kegiatan lainnya,” ujar Danang Marhaens (Ilmu Pemerintahan ’12). Hal senada diungkapkan Bendahara umum Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI), Riska Fajrianti yang mengeluhkan keterbatasan lahan di FISIP menjadi salah satu penghambat untuk berkegiatan, sehingga banyak kegiatan yang harus diselenggarakan di luar kampus. Mereka juga mengalami kesulitan dalam proses peminjaman rua­ngan di Gedung FISIP karena pihak dekanat akan terlebih dahulu mendahulukan kegiatan akademik. Namun mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan 2012 ini tak bisa berbuat banyak, hanya bisa memaklumi.

“Ada sekret, kalau hanya sering untuk mengobrol dan merokok saja, ya sama saja tidak ada manfaatnya,” ujar Pairulsyah, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) saat ditanya perihal kondisi sekretariat Unit Kemahasiswaan (UKM) yang kurang luas. Tak hanya kondisi sekret yang dikeluhkan mahasiswa penggiat organisasi di FISIP, kebijakan Wakil Dekan III yang tak memperbolehkan adanya kegiatan organisasi pada SeninJumat dirasa sebagai penghambat berbagai kegiatan organisasi . “Pelaksanaan kegiatan yang hanya hari Sabtu dan Minggu ini cukup menghambat, hal itu menyebabkan sepinya partisipasi dari para mahasiswa,” ujar Adrian Sudrajat (Ilmu Pemerintahan ’11) selaku Gubernur BEMFISIP. Hari libur dirasa sulit

untuk menarik para mahasiswa datang berkegiatan di kampus. Kebiasaan pulang kampung menjadi salah satu alasannya. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pairulsyah ditujukan agar kegiatan mahasiswa tidak menggangu proses perkuliahan. Permasalahan yang telah diutarakan beberapa mahasiswa tersebut terus di­ tampung sebagai masukan bagi perbaikan FISIP. Pairulsyah yang akrab disapa Bang Pai itu mengaku memiliki rencana untuk mengadakan perbaikan sekertariat UKM. “Namun terkait dana, masih ada gedung FISIP yang harus diselesaikan pembangunannya terlebih dahulu. Kita lihat dulu, sejauh apa kebutuhan tersebut. Mahasiswa boleh memiliki konsepsi tapi juga dilihat itu kebutuhan atau hanya sesaat lalu hilang lagi,” terang Bang Pai.=

ka mensinergikan program Unila seperti Gerakan Seribu Kewirausahaan (Gabuwira), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), program kewirausahaan dari Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah (IKM) serta implementasi mata kuliah kewirausahaan yang diperoleh mahasiswa. Herman Malano, pemilik Bambu Kuning Square (BKS) yang hadir dalam sosialisasi tersebut mengatakan rendahnya tingkat kewirausahaan di Indonesia dikarenakan banyaknya Usaha Kecil Menengah (UKM) yang belum memiliki izin usaha. Diakuinya pembuatan izin usaha di Indonesia masih cukup rumit dibanding dengan negara

lain. Mendekati Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun ini, Herman sebagai pelaku usaha merasa belum siap. BKS yang sudah tiga tahun berdiri memang sedang mengalami penurunan. Hal ini karena tak banyak kios yang bertahan dan minimnya pengunjung yang datang. Ia berinisiatif untuk membentuk Komunitas Mahasiswa-Mahasiswi wirausaha di BKS. BKS memberikan fasilitas kios gratis selama enam bulan pertama bagi mahasiswa yang ingin membuka usaha. Menurut Herman untuk menjadi wirausaha dibutuhkan keberanian. “Kalau tidak berani, tidak akan jadi apa-apa dan tidak akan jadi siapa-siapa,” ujarnya mengakhiri.=

langan kerajinan tangan dan baju batik hasil karya anakanak Sekolah Luar Biasa (SLB), penampilkan band dan stand up comedy. Agenda Economy Charity Night yang sudah dipersiapkan selama dua minggu ini merupakan acara hiburan sekaligus konser amal untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Yudhi Aprianto (Ekonomi Pembangunan ’11) sebagai

ketua pelaksana mengungkapkan hasil pelelangan dan acara amal ini akan diberikan ke sekolah tersebut. Wakil Gubernur BEM FEB Unila ini juga mengharapkan dengan di adakannya acara Economy Charity Night dapat meningkatkan rasa kepedulian mahasiswa. “Kadang kita sering lupa kepada teman-teman yang punya kebutuhan khusus,” tambahnya.=

Ajak Mahasiswa Gemar Wirausaha Oleh Fajar Nurrohmah

FISIP-Tek: Data Kementerian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan jumlah wirausaha di Indonesia mencapai 56 juta atau sekitar 0,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jauh tertinggal dari Jepang dan Amerika yang mencapai 10 dan 12 persen. Salah satu usaha untuk meningkatkan jumlah wirausaha dilakukan Hartono, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Univeritas Lampung dengan mengadakan sosialisasi pengembangan kewirausahaan di Gedung D.3.1 FISIP Unila, Sabtu (11/4). Bekerjasama dengan pusat perbelanjaan Bambu Kuning Square (BKS) sosialisasi ini digelar dalam rang-

Economic Charity Night

Oleh Trias Suci Puspa Ningrum

FEB-Tek: Suasana riuh penonton dan musik yang beradu terdengar dari halaman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB Unila menggelar acara bertema Singing for Caring dan dibuka langsung oleh Dekan FEB Unila, Prof. Satria Bangsawan, Sabtu (11/4). Acara diawali dengan pele-


7

ZONA AKTIVIS

Suaranya Calon Pendidik

“N

eng..nong..neng.. nong…dung.. d u n g . . d u n g . . . .” bunyi marching bell dan drum yang ditabuh. Seorang Mayoret berdiri di depan, memimpin barisan dan iringan musik. Tepat pukul 12.00 WIB, marching band tersebut bergegas menata barisan menjadi dua banjar, bell didepan, diikuti drum dan flag. Sang mayoret mulai mengangkat tongkatnya dan memerintahkan untuk melaju. Senin (6/04) marching band mengiringi Rektor, Prof. Sugeng P Hariyanto beserta perwakilan dari setiap Fakultas dalam acara peresmian aula K, gedung pascasarjana, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FIKP) Universitas Lampung (Unila). Begitulah salah satu kegiatan Swara Edukasia yang merupakan kelompok ekstrakurikuler marcing band di FKIP Unila. Nama Swara Edukasia di-

ambil dari dua padanan kata, yakni swara dan edukasia. “Swara berarti suara marching band dan Edukasia berarti pendidikan, untuk itu marching band satu ini memiliki personel keseluruhan dari mahasiswa FKIP”, ujar ketua umum Swara Edukasi, Nur Indah Kurniawati. Mahasiswi PGSD ’11 ini juga menambahkan bahwa Swara Edukasia tak menutup kemungkinan untuk menerima anggota dari luar FKIP asalkan tetap mengatas namakan Swara Edukasia FKIP Unila saat tampil. Wakil ketua umum, Mugo Prayogo juga menjelaskan saat ini ada juga personel dari SMA 1 Natar, selain di SMA tempat anggota tidak memiliki kelompok marching band juga antusias anggotalah yang membuat pelajar SMA tersebut bergabung. Tak melulu mengajar dengan metode kelas ataupun materi formal, Swara Edukasia mencoba

Krupuk Studio,

mengajar keterampilan dalam bidang musik marching band. “Kami membuka kesempatan seluasnya bagi yang ingin memiliki keterampilan musik marching band, apalagi saat ini kami masih belajar juga, jadi bisa belajar bersama”, ujar mahasiswa Pendidikan Bimbingan Konseling ’12. Tak hanya itu, Swara Edukasia juga melayani permintaan tampil dengan biaya seiklasnya. “Kami tak mematok harga, setidaknya kami diberi makan dan alat mendapat perawatan, selebihnya kami senang dapat menghibur” tambah Mugo. Layaknya sebuah organisasi baru, Swara Edukasia juga mengalami pasang surut organisasi. Sempat kekurangan personil hingga 2013, membuat Swara Edukasia yang awalnya didukung penuh oleh Bujang Rahman,Dekan FKIP hampir kehilangan perhatian. Pihak dekanat tidak mem-

Dok.

Oleh Wawan Taryanto

berikan biaya perawatan alat ataupun dana kegiatan. Kendala saat ada alat musik yang rusak sering dialami Swara Edukasia. Mahalnya harga alat yang sering digunakan saat tampil membuat personel harus mengeluarkan dana sumbangan untuk membeli alat yang baru. Perekrutan anggota baru mulai dilakukan di 2014, beberapa anggota yang sudah cukup mahir dalam marching band menjadi pelatih bagi anggota lainnya. “Saya sendiri diawal masuk Swara Edukasia karena saya ingin ekskul ini hidup, setidaknya saya yang sudah memiliki pengalaman dapat menularkan keanggota lainnya”, ujar Mugo. Hingga dalam kurun waktu setahun Swara Edukasia dapat tampil dalam berbagai acara di Unila misalnya dalam Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014

Unila, Pembukaan Kejuaraan Pencak Silat Nasional Unit Kegiatan Mahasiswa Tapak Suci, dan pawai-pawai rutin di FKIP. Latihan rutin digelar setiap Kamis, pukul 16.00 sore didepan dekanat FKIP Unila. Dengan jumlah anggota menjadi 45 orang, dan 30 diantaranya sudah siap tampil me­ reka bertekad mencapai visi untuk mengharumkan nama FKIP dan mampu tampil dalam setiap acara di Unila Berkat kemajuan yang telah mereka capai Dekan FKIP kini mendukung penuh aktivitas Swara Edukasia. Seperti acap kali latihan beberapa hari untuk pementasan, mereka selalu diberikan makan, begitu juga dengan uang perawatan alat yang sekarang sudah dibudgetkan oleh pihak dekanat sebagaimana UKM di tingkat Fakultas lainnya.=

KOMUNITAS

Kreatif dan Produktif Oleh Yola Savitri

W

aktu menunjukkan pukul 12.53 WIB, minggu (5/4) gazebo beringin Universitas Lampung (Unila) telah ramai, sebanyak 21 orang sudah berkumpul membentuk lingkaran, ditengahnya sudah ada seseorang yang memegang kertas putih. Dengan pensil yang Ia pegang pemateri tengah me-rupa-kan sebuah bibir manusia. Dia adalah Metal Sudrajat, ketua Komunitas Ruang Perupa Kreatif, peserta segera menirukan apa yang digambar oleh pemateri dengan berbagai macam jenis pensil serta penghapus. Begitulah sekilas kegiatan Krupuk Studio yang rutin diadakan setiap minggunya. Komunitas menggambar yang mendukung banyak genre ini telah berdiri sejak 19 januari 2014. Menganut berbagai macam karakteristik membuat Krupuk menerima semua genre seni rupa

seperti realis, komik, manga, karikatur, dark art bahkan doodle art yang paling terkini booming di dunia seni rupa. Krupuk tidak menutup diri dari datangnya budaya luar yang dapat mempengaruhi gaya menggambar mereka. Motivasi membentuk komunitas ini juga berawal dari keinginan untuk membentuk komunitas yang menerima semua genre, menjadi wadah bagi perupa seni di Provinsi Lampung untuk saling berbagi ilmu, pengalaman di segala genre yang mereka minati dan kuasai. Hal tersebut disampaikan oleh Metal, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Unila 2011 ini menuturkan pada awal pembentukan, makna dari akronim Krupuk adalah Kerumunan Pembuat Komik, namun sejalan dengan visi mereka yang menerima berbagai genre maka diubahlah menjadi Ruang Perupa

­Kreatif. Krupuk merupakan komunitas yang tidak menuntut anggotanya mahir dalam menggambar .“Bagi yang ingin bergabung di Krupuk harus memiliki minat untuk belajar dan hadir pada gathering setiap minggunya. Karena saat gathering lah anggota akan mendapatkan ilmu pergenrenya dari senior yang memang mahir di genre tersebut” ujar Metal. Komunitas ini bertujuan untuk menjalin rasa persaudaraan, disamping menambah ilmu dan mengasah kemampuan gambar yang dimiliki anggotanya. “Krupuk mempunyai tujuan untuk mengangkat nama baik Lampung lewat karya kreatif pemuda-pemudinya terutama dalam bidang seni rupa. Krupuk memang lebih banyak mengikuti event nasional selain dikarenakan minimnya event khusus menggambar

Dok.

atau desain di Lampung” tambah Metal. Muhammad Rizky Ismail, anggota sekaligus admin twitter Krupuk menuturkan walaupun baru berusia satu tahun, komunitas ini telah berkembang dengan 60 anggota yang terdaftar. Sederet prestasi juga telah diraih oleh anggota Krupuk diantaranya menjadi juara II Fan Art Gundala Putera Petir, Juara III Ilustrasi Garuda Nasional, menjadi juri dalam event Culture Show yang berpartner dengan Komunitas Jepang Lampung. Berpartisi-

pasi dalam event Kompetisi Komik Indonesia, Japanation, Ruang Renjana, LSA, serta event-event menggambar lainnya baik di Lampung maupun di luar Lampung jelas mahasiswa jurusan Teknik Sipil Unila tersebut. Karya-karya Krupuk sering di-share di berbagai pameran. Masing-masing anggota juga sering memposting karya mereka di sosial media lewat akun twitter @krupuk_ studio dan akun facebook Krupuk Studio serta akun pribadi masing-masing anggota.=

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


8

REPORTASE KHUSUS

Plin Plan Menggugat

Dok.

malah digugat

Oleh Rika Andriani

H

idup Mahasiswa, Hidup Rakyat Tertindas Indonesia!” pekik seorang mahasiswa Unila yang memegang toak, berdiri di atas mobil pick up, pekikannya pun diikuti oleh ratusan mahasiswa lainnya yang berdiri berkerumun dengan atribut spanduk bertuliskan Indonesia Darurat Lampung Menggugat. Siang yang terik tak membuat sekitar tiga ratus mahasiswa itu kehilangan semangat untuk melakukan aksi menggugat kebijakan Jokowi-JK, Rabu (1/4). Aksi yang bertema ”Rapor Merah Jokowi” itu dimotori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Unila (BEM-U), diikuti oleh ratusan mahasiswa Unila, Politeknik, dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung yang dilakukan di Jalan Bypass, Bakauheni di depan Kampus Hijau Unila. Mereka memakai almamater kampus masing-masing dengan atribut spanduk dan karton yang bertuliskan tuntutan dan kritikan terhadap kebijakan Jokowi-JK, ada yang bertuliskan Gulingkan Jokowi, Turunkan Jokowi, ada juga yang bertuliskan itu Presiden apa Boneka. Dalam aksi tersebut, Joko Budianto (Pendidikan Ekonomi’10) sekaligus sebagai

wakil presiden BEM Unila menyuarakan gugatan untuk Pemerintahan Jokowi-JK. Gugatan tersebut berisi tentang, stabilkan perekonomian seperti semula, turunkan harga bahan pokok, turunkan harga BBM, naikkan nilai rupiah secepat mungkin, selesaikan dan berantas korupsi di Indonesia, tegakkan hukum di Indonesia, dan tolak kesepakatan Memorandum of Understanding (MoU) blok Mahakam dan Freeport dengan asing. Aksi yang sama juga sebelumnya telah dilakukan oleh banyak gerakan mahasiswa dari Universitas lain di Indonesia. Pada 16 Maret lalu, ribuan mahasiswa melakukan aksi di depan kantor Gubernur Jawa Barat. Aksi yang mengatasnamakan BEM ini mengritik kinerja Pemerintah Jokowi yang terkesan buruk dengan membawa spanduk bertuliskan “Surat Peringatan (SP) pertama untuk Jokowi”. Sementara ratusan mahasiswa Jawa Barat menggelar aksi serupa di Gedung Sate pada hari yang sama. Mereka memberikan ultimatum kepada Jokowi-JK untuk segera bertindak menyelesaikan permasalahan yang membelit bangsa. Bukan hanya di Jawa, aksi mahasiswa juga digelar di luar Jawa. Di Riau dan Jambi, mahasiswa sudah mu-

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

lai menyerukan “Turunkan Jokowi”. Aksi yang dimotori BEM U itu merupakan aksi pertama yang digelar dalam rangka evaluasi Pemerintahan Jokowi-JK. Namun, yang disayangkan ketika BEM U yang tahun ini terpilih sebagai koordinator pusat BEM Seluruh Indonesia (SI), dan mendapatkan dukungan dari mahasiswa maupun masyarakat terkait aksinya, kini malah mendapatkan kritikan bahkan dianggap berbelok arah pasca Seminar Nasional yang mereka gelar pada Kamis (9/4). Tepat setelah seminggu BEM U mengritik habis Pemerintahan Jokowi-JK. BEM U malah menggelar seminar nasional yang mengusung tema “Revolusi Mental Pemimpin Muda, Solusi Kemajuan Bangsa” yang merupakan program Kemenpora dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan BEM Unila. Seolah sikap mereka terkesan plin-plan. Karena Revolusi Mental merupakan jargon dari Jokowi. Sehingga banyak kecurigaan bahwa BEM U telah ditunggangi oleh sebuah kepentingan politik. Kritikan pedas untuk BEM U pun bermunculan di media sosial. Salah satunya pemilik akun facebook, Bayu Ardhan

yang berkomentar “Labil sekali bung, sikap BEM Unila. Kemarin Anda mengkritik tegas kebijakan Jokowi. Hingga pada puncaknya buruknya kinerja eksekutif di berbagai sektor. Lembaga anda memalukan instansi Kemahasiswaan,” cacinya dalam kolom komentar pada postingan akun FB BEM Unila, Rabu (8/4). Menanggapi hal tersebut Ahmad Khoiruddin Syam (Ilmu Komputer’10) selaku Presiden BEM U menampik adanya kepentingan di balik itu semua. “Disini Menpora berusaha untuk merealisasikan nawacita Jokowi tentang revolusi mental. Jadi kenapa tidak kita dukung. Tidak semua program pemerintah itu buruk,” ujar Syam. ”Kita punya gagasan bahwasannya bagaimana pemuda Lampung ini menjadi pemuda yang anti narkoba, anti korupsi, dan anti terorisme. Kemudian Menpora berani untuk mendeklarasikan hal itu,” tambahnya. Menanggapi pemberitaan terkait sikap BEM U, Syafaruddin Rahman selaku dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila menilai, mahasiswa kurang mengkaji makna dari Revolusi Mental. Revolusi Mental tak dimulai dari pemuda. Menurutnya konsep seminar yang diadakan BEM

U tidak sesuai dengan konsep sesungguhnya. “Teladan itu dimulai dari atas bukan dari bawah,” ujarnya. “Saya belum mengerti dengan aksi para mahasiswa, sebelum aksi sudahkah mereka turun ke masyarakat terkait pemerintahan Jokowi-JK,” tanya Syafar. Menanggapi Seminar yang diadakan BEM U yang mengambil tema revolusi mental, Gubernur BEM Teknik, Rizki Dwi Prianto (T. Mesin’11) mengatakan tindakan BEM U tersebut bukan berarti mendukung Pemerintahan Jokowi. “Ya memang itu jargon Jokowi. Bahkan jargon BEM U yang hebat itu juga punya Jokowi. Bukan berarti itu sebagai pendukung. Saya kurang tau juga, mungkin tujuan BEM U ingin membentuk mental pemuda kembali seperti tahun 98,” tambahnya. Dalam seminar itupun, Syam tak menampik bahwasannya setiap panitia seminar mendapat uang sebesar Rp. 200.000 atas hasil kerja kerasnya. “Ya memang setiap orang dapet dua ratus. Ya itu sebagai kompensasi atas rasa lelah yang telah mereka terima,” ungkapnya. “Kami kan ada anggaran dari Pemerintah Kota, Pemerintah Daerah, dan Kemenpora,” tambahnya. Disinggung mengenai isu yang beredar, terkait broadcast yang tersebar dengan


9

REPORTASE KHUSUS mengatasnamakan BEM SI tentang ajakan untuk menyuarakan aksi serentak di Ibu Kota pada 20 Mei mendatang. Syam membantah dengan tegas tentang isu yang beredar. “Itu adalah berita bohong, memang kita akan melakukan aksi. Namun, keputusannya setelah adanya hasil konsolidasi nasional dengan presiden BEM SI,” ujarnya. Ia mengklarifikasi bahwasannya broadcast tersebut bukanlah dari pihak BEM SI. Ia menilai ada oknum-oknum yang berada di belakangnya. Namun, ia tak mau mencari tahu lebih lanjut siapa di balik itu semua. Gubernur BEM Teknik, Rizki Dwi Prianto (Teknik Mesin’11) tak menampik bahwasanya sebelum ada kabar tentang aksi 20 Mei yang mengatasnamakan BEM SI. Sempat ada rencana aksi besar pada 20 Mei yang dipusat-

kan di Jakarta. Sedangkan pulau yang lain dikembalikan ke wilayah masing-masing. ”Tapi ketika ada berita seperti itu. Jadi kajian bagi kita. Bahaya kalau kita memaksakan aksi pada 20 Mei. Kita akan di tunggangi,” ujarnya. Ia pun menyayangkan, mahasiswa kini lebih cenderung study oriented dan takut untuk menyuarakan aksi bersama. “Sebagai contoh, aksi di Unila saja banyak mahasiswa penerima beasiswa takut untuk ikut aksi, mereka takut beasiswanya di cabut,” ungkapnya. Nurkholis Aji (Administrasi Negara’11) selaku Menteri Aksi dan Propaganda BEM U mengatakan bahwasannya tujuan aksi yang mereka lakukan merupakan bentuk partisipasi mahasiswa dalam menyuarakan pendapatnya mengenai pemerintahan Jokowi. Ia pun menampik bahwasannya tujuan aksi bu-

kanlah untuk menggulingkan Jokowi.” Kalau menggulingkan, dirasa masih amat dini untuk saat ini,” ujarnya. Ia pun menegaskan bahwa BEM U tidak merasa takut sedikitpun untuk melanjutkan aksi yang lebih besar. Apalagi dengan adanya selentingan adanya kepentingan di dalamnya. Lain halnya dengan Diki Thantawi mahasiswa (Ilmu Pemerintahan’11), ia mengatakan aksi “Rapor Merah Jokowi” sebagai wujud peringatan kepada Jokowi atas beberapa kebijakan Jokowi yang dianggap tidak pro rakyat. Ia menilai bahwa aksi bukan hanya euforia semata, karena mahasiswa sudah melakukan beberapa kajian internal sebelum turun ke jalan. “Kawan teknik membidangi energi, FKIP mengkaji pendidikan, hukum tentang hukum, dan kami satukan

kajian tersebut,” ujarnya. Diki berharap Jokowi bisa melihat pergerakan mahasiswa bukan malah mengesampingkan. Ketika mahasiswa tidak percaya. Maka masyarakatpun tidak percaya. “Kalau BEM SI nantinya menyatakan akan melakukan aksi pada 20 Mei. Menurut saya itu suatu kekeliruan. Pertama kajian kita belum matang. Kedua Jokowi belum genap setahun. Isu yang dibawa pasti akan ditunggangi para kepentingan. Karena tidak jauh-jauh aksi 20 Mei pasti menuntut Jokowi untuk turun,” tambahnya. Dalam Konsolidasi Nasional yang dihadiri oleh perwakilan BEM SI akan membahas tindakan lanjutan terkait pemerintahan Jokowi. Akhsan Ramadhan, perwakilan BEM Universitas Gajah Mada (UGM) mengatakan tujuan dari konsolnas adalah mem-

bahas dan menyepakati gerakan BEM SI untuk beberapa bulan kedepan. “Kita pernah konsisten untuk melakukan evaluasi Pemerintahan Jokowi. Tapi bukan untuk menggulingkannya,” ujarnya. Ia pun tak menampik bahwasannya akan diadakan aksi yang lebih besar lagi. Namun, waktunya belum disepakati. “Sebenarnya saya ingin kejar pembuat berita, kenapa mereka mengatasnamakan BEM SI, gregetan aja dengan isu ini,” tambahnya. Namun, ia menjelaskan bahwa mahasiswa tak takut sedikitpun untuk melakukan aksi lanjutan yang lebih besar. Syam pun menyatakan tidak semua program Jokowi itu buruk. “Kami hanya akan mengkritik ketika kebijakan itu tidak pro dengan rakyat, ketika kebijakan itu baik untuk rakyat ya kenapa tidak kita dukung,” ungkapnya.=

BEM U digembosi?

mendeklarasikan hal itu.

WAWANCARA KHUSUS

Ahmad Khoirudin Syam:

“Apa landasan kita digembosi? Toh kita masih melakukan konsolidasi. Kita masih mengkaji”

Mengapa Anda membuat surat terbuka, mengklarifikasi akan adanya aksi di tanggal 20 Mei nanti tidak benar dan menganggap itu sebagai sebuah provokasi? Ya memang sebenarnya gini, aksi yang akan kita lakukan adalah hasil dari konsolidasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indone-

sia (BEM SI) Sabtu, (11/4). Anehnya konsolidasinya saja belum selesai, kok sudah ada info broadcast yang mengatasnamakan BEM SI bahwa tanggal 20 Mei kita akan turun ke jalan. Ini berita bohong kan bukan dari kita, bukan dari saya. . Mengapa anda menganggap itu semua sebagai provokasi?

Mengapa saya menyebut itu sebagai provokasi karena berita itu menggiring kita untuk sama-sama aksi pada 20 Mei. Kemudian yang jelas itu bukan dari BEM SI. Aksi itu untuk menggulingkan atau mengkritisi program pemerintahan Jokowi? Terkait nantinya akan menggulingkan mungkinmungkin saja. Namun, Kita (BEM SI) akan melakukan aksi besar-besaran. Kita juga kan memiliki hak untuk menekan dan mengancam pemerintah. Jika nanti kebijakan Jokowi berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan menggulingkan Jokowi. Namun saat ini target kita untuk menekan apa yang sudah dilakukan Jokowi selama enam

bulan.

Kenapa anda sebagai Korpus BEM SI malah tidak ikut dalam aksi tersebut? Saya ikut keliling sebentar hanya sampai FISIP saja. Karena hari itu saya harus ke Jakarta ada pertemuan dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral terkait kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Karena saya sebagai koordinator pusat BEM SI memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi.

BEM U akan terus mengawal kebijakan Jokowi dengan kajian strategis yang rasional. Apakah aksi BEM U itu anda anggap aksi tanpa kajian yang matang dan hanya asumsi semata? Ya enggak lah. Bukan berarti aksi kita kemarin tanpa kajian strategis. Kedepannya akan lebih menggunakan kajian strategis. Contohnya kami akan lebih mengkaji kenapa kebijakan itu tidak tepat. Jadi ada latar belakangnya. Mengapa seminar BEM U mengusung tema “Revolusi Mental” yang merupakan jargon dari Jokowi? Apakah

Foto Rika Andriani

S

urat terbuka disampaikan Kordinator Pusat BEM SI lewat media sosial yang mengklarifikasi undangan aksi menentang kebijakan Jokowi-JK pada 20 Mei mendatang, atas nama BEM SI, malah ditanggapi negatif oleh banyak pihak. Sebagian mengkritik bahwa BEM U tak cukup berani melakukan aksi menentang kebijakan Jokowi-JK, sebagian lagi curiga BEM U telah digembosi. Tuduhan tersebut pun diperkuat dengan tema Revolusi Mental yang diangkat BEM U dalam Seminar Nasional yang diadakan, Kamis (9/4). Dalam wawancara khusus Jumat (10/4), Syam mencoba menjawab semua tuduhan tersebut. Berikut petikan wawancara Ahmad Khoiruddin Syam selaku Kordinator Pusat BEM SI dengan repoter Teknokra Rika Andriani.

Apa landasan kita digembosi? Toh kita masih melakukan konsolidasi. Kita masih mengkaji. Itu hanya persepsi mereka saja. Sekarang saya tanya, dikritikan kita ada gak kita menyinggung tentang revolusi mental? Artinya tidak semua program pemerintah itu kita tolak. Disini Menpora berusaha untuk merealisasikan nawacita Jokowi tentang revolusi mental. Jadi kenapa tidak kita dukung. Bisa dikatakan BEM U diperalat untuk melancarkan program Menpora atau tidak? Bukan. Namun ini adalah bentuk kerjasama. Kita punya gagasan bahwasannya bagaimana pemuda Lampung ini menjadi pemuda yang anti narkoba, anti korupsi, dan anti terorisme. Kemudian Menpora berani untuk

Sekarang BEM terkesan “kalem” , apa tanggapan Anda? Kalem. Tentu tidak. Kenapa sekarang kita sedang melakukan konsolidasi nasional untuk mengkaji lebih lanjut hal tersebut. Program apa yang sudah dijanjikan Jokowi. Namun belum juga terlaksana. Masalah menggulingkan dan tidak menggulingkan itu bukanlah substansi. Artinya yang lebih ditekannya adalah substansi akan tuntutan kita tercapai tidak. Harapan anda dengan sikap mahasiswa yang kecewa dengan sikap BEM SI ? Mahasiswa ya jangan bodoh-bodoh amatlah. Jangan terprovokasi juga dengan isu-isu yang gak jelas. Apalagi portal-portal yang gak jelas. Informasi yang valid ya hanya dari saya. =

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


10

SEBAIKNYA ANDA TAHU

Program Wirausaha Muda untuk Lampung Oleh Fajar Nurrohmah

S

iapa yang tidak mau ide inovatifnya terealiasi, apalagi mahasiswa dan alumni Perguruan Tinggi di Lampung. Kabar baik terbuka dari Direktorat Jendral (Dirjen) Industri Kecil Menengah (IKM) Wilayah I Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (RI) yang tengah mengadakan Open Recruitment yang akan memfasilitasi pembangunan wirausaha industri berbasis mahasiswa Perguruan Tinggi di Lampung. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menjembatani mahasiswa untuk bisa menjadi wirausahawan muda. Lampung terpilih menjadi kota kelima setelah Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat untuk roadshow yang telah terlaksana di seluruh wilayah Indonesia . Sebanyak 18 Perguruan Tinggi di Lampung akan ikut serta dalam kegiatan ini. Pratiwi Iryani, Konsultan wirausaha muda dari Universitas Indonesia mengharapkan mahasiswa di Lampung mempunyai inovasi baru dari usaha-usaha yang sudah ada. “Mahasiswa juga dapat menggali potensi alam yang ada,” tambahnya (26/3). Acara yang bertemakan Pelatihan Pengembangan dan Penumbuhan Wirausaha Baru Industri Kecil dan Menengah di Lampung ini dapat diikuti oleh mahasiswa maupun lulusan Perguruan

LIFE STYLE

Tinggi di Lampung dengan usia maksimal 27 tahun. Selain itu, calon peserta memiliki ide inovatif atau sudah merintis usaha dalam bidang industri pengolahan pangan, Mesin dan Logam serta Produk Kreatif. Peserta dapat mendaftarkan diri mulai 24 Maret-20 April 2015. Selanjutnya tahap seleksi yang akan dilaksanakan 6-8 Mei 2015. Formulir dapat diambil di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan di setiap Universitas di Lampung. Tahapan seleksi akan dimulai dengan seleksi administratif, 100 mahasiswa terpilih nantinya akan ikuti psikotes, focus group discussion (FGD) dan seleksi wawancara. Hasil seleksi akan

meloloskan 30 peserta untuk ikuti pelatihan dan pembinaan. Semua proses seleksi akan diadakan di Universitas Lampung. Kegiatan pelatihan dan pembinaan tersebut akan dikemas dalam bentuk Achievment Motivation Training (AMT), pelatihan teknik produksi sesuai dengan bidang perminatan (pangan, mesin dan logam, produk kreatif), pelatihan manajemen pemasaran dan sertifikat pelatihan dari Kementrian Perindustrian RI. Dalam proses pelatihan dan pembinaan ini, peserta akan ditempatkan sesuai dengan passion usaha yang dirintis masing-masing. Kementrian Perindustrian RI juga akan menggandeng

Pratama Teknik Terapan yang bergerak dibidang konsultasi Sumber Daya Manusia . Dalam kerja sama tersebut peserta akan diberikan bantuan berupa mesin produksi yang dibutuhkan untuk 30 wirausahawan yang mengikuti pelatihan dan usahanya mengalami peningkatan setelah diberikan pelatihan. “Pendanaan akan diberikan dalam bentuk barang bukan uang,” ujar Pratiwi Iryani. Mustika (Koordinator kegiatan) menambahkan barang yang diberikan dalam bentuk hibah ini nantinya akan diberikan terlebih dahulu melalui Dinas Perindustrian Provinsi Lampung untuk selanjutnya diserahkan ke mahasiswa.=

Donor Darah, Sehat dan Ciptakan Rasa Empati

D

ilansir dari detik.com, Minggu (29/03) Ketua Palang Merah Indonesia yang sekaligus Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla tengah mengapresiasi kegiatan donor darah yang dilakukan serentak di 25 kota hingga memecahkan rekor MURI. Dewasa ini, kegiatan donor darah sering digalakkan dan dilaksanakan diberbagai event kegiatan. Pendonor sendiri dibagi menjadi tiga kategori pendonor yakni siaga, sukarela, dan pengganti. Siaga adalah pendonor yang siap kapan saja ketika darahnya dibutuhkan. Sukarela adalah pendonor yang secara sukarela menyumbangkan darahnya tanpa terikat waktu. Sedangakan untuk kategori pengganti adalah pendonor yang menggantikan pendonor yang seharusnya. Firda Nur Islami (Biologi ’13) menceritakan awal mula Ia mulai mendonorkan darah, teriring rasa kemanusiaan semasa duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA), Ia pun mulai mendo-

norkan darahnya di tahun 2013. Hingga sekarang, setiap tiga sampai empat bulan sekali donor darah tak pernah absen dari rutinitasnya. Selain kepuasan batin karena bisa membantu orang lain, setelah mendonor darah Firda juga merasakan tubuhnya jadi lebih segar. “Kalau belum donor, rasanya ada yang kurang,” katanya. Firda sendiri adalah seorang pendonor siaga. Sampai saat ini ia sudah delapan kali mendonorkan darahnya. Sama halnya dengan Firda, Arenda Reza Rianda (Teknik Geofisika ‘11) juga seorang pendonor siaga. Ia menyumbangkan darahnya sejak 2010 dan sampai sekarang. Sudah 15 kali Arenda menyumbangkan darahnya. “Bahkan saya pernah donor ketika sedang menjalankan puasa,” ujar Arenda. Baginya, darah adalah jembatan untuk menolong sesama. Pernah satu waktu darahnya digunakan untuk membantu melahirkan sesar, penyakit kelamin, dan thalasemia. Arenda mengaku ba-

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

hagia tatkala ada satu bagian dari tubuhnya yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain. Sel darah merah berguna untuk mengedarkan oksigen ke otak dan seluruh tubuh. Sayangnya tak semua orang memiliki sel darah merah yang normal. Penderita hemofili, talasemia, dan anemia memiliki kelainan bentuk dan volume sel darah merahnya. Sehingga mewajibkan mereka menerima tambahan darah secara rutin. Kondisi ini bertolak belakang akan jumlah pendonor darah yang dimiliki Indonesia. Ditemui diruang kerjanya, dr. Firmansyah Roni di gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung mengatakan jumlah pendonor darah di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan beberapa Negara di Asia yang tingkat kesadaran akan mendonorkan darah tinggi. Jumlahnya hanya sekitar 10% dari total jumlah penduduk Indonesia. Sampai saat ini, tambah

dr. Firmansyah, darah hanya dapat diproduksi oleh manusia. Mengingat belum adanya penemuan akan teknologi yang dapat menghasilkan darah. “Untuk menjadi pendonor darah ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti tekanan darah, dan jumlah hemoglobin dalam tubuh,” katanya. Hal-hal tersebut penting diperhatikan guna menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, misal penggumpalan darah di tubuh penerima darah. dr. Firman juga membeberkan beberapa manfaat setelah kita mendonorkan darah, yakni membantu sesama dan membentuk rasa empati. “Posisikan jika kita adalah orang yang membutuhkan darah. Walau membantu tak seharusnya mengharap balasan, tapi kita belajar perduli kepada orang lain,” katanya. Perlu diketahui, sel darah merah kita memiliki batas waktu sampai ia harus mem-

Repro.

Oleh Yola Septika

bentuk sel baru. Hal tersebut terjadi tiap tiga bulan sekali. Untuk wanita akan sangat mudah karena memiliki siklus haid. Berbeda dengan laki-laki yang tidak memiliki siklus haid. dr. Firmansyah juga menunjukan penelitian terbaru yang menambah manfaat lagi untuk pendonor darah yakni menyehatkan jantung. Selapas mendonor tubuh kehilangan sekitar 5% darah dalam tubuhnya hal tersebut memperingan kerja jantung yang tidak terlalu berat memompa darah. Karena semakin sedikitnya darah yang harus dipompa, semakin mudah jantung bekerja.=


INOVASI

Hambat Kanker dengan Mikroalgae

11

M

emiliki iklim tropis dan kaya akan diversity membuat Indonesia semakin dilirik. Tanaman alga misalnya, sangat mudah dijumpai di daerah beriklim tropis baik dia air tawar maupun air laut. Hal tersebut lah yang membuat Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan kimia melakukan play reset (pene­ litian) mengenai tanaman alga laut. Menurut Andi Setiawan setelah dilakukan penelitian, ternyata tanaman alga dapat dijadikan sebagai suplemen dan pencegahan kanker. Kandungan nutrisi yang dimiliki alga terbilang cukup lengkap seperti, air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut atau alga juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K), makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Spirolina sp. dan Dunalaila sp. adalah jenis alga yang sering dimanfaatkan sebagai suplemen antikanker , antitumor, serta dapat dijadikan sebagai suplemen kesehatan kulit. “Salah satu kelebiIklan

han dari Spirolina sp adalah kandungan proteinnya yang sangat tinggi”, ujar Mifta salah satu mahasiswa Kimia. Keunggulan Spirolina sp dan Dunaila sp sebagai sumber protein adalah kadarnya yang tinggi dengan kandungan lemak yang rendah tanpa kolesterol. Penelitian yang Andi kembangkan ini ini melibatkan mahasiswa S2 dan S1 Fakultas MIPA dan SMK Negri Unggul Terpadu . Sumber Dana dari penelitian ini sendiri dari dana hibah kompetensi Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), MP3EI dan dana dari Jepang . Pengolahan Alga dapat menelan biaya hingga 20-30 Milliar, biaya yang paling mahal sendiri untuk sewa lahan. Namun dibanding manfaat yang diperoleh, biaya tersebut dapat dibilang lebih efisien dan relative murah. Pengolahan alga laut ini dapat dilakukan dengan cara dikeringkan menggunakan oven atau dijemur kemudian di buat dalam bentuk kapsul atau dapat juga dengan diambil sari atau ekstraknya. Agar dapat memproduksinya dibutuhkan kurang lebih 10 hektar lahan dalam membudidayakan tanaman tersebut , selain itu alat yang dibutuhkan seperti kincir air (sirkulasi air) , penutup , dan alat penyaring (filtrasi) juga

Foto Fiitri Ardiani

Oleh Fitri Ardiani

dibutuhkan dalam pemrosesan alga menjadi suplemen. Perkembang biakan mikroalga jenis Spirolina sp. dan Dunalaila sp. dapat dipercepat dengan proses kultivasi. Cara ini adalah teknik untuk menumbuhkan mikroalga dalam lingkungan tertentu yang terkontrol. Prosesnya dengan menambahkan pome (limbah sawit) pada air laut yang telah disterilisasi me­ nggunakan autoclave. Selain air laut, alat yang digunakan dalam mempercepat perkembangbiakan mikroalga ini juga sebelumnya disterilisasi. Setelah itu memasukkan media pome dan air laut pada

tabung , kemudian mengalirinya dengan gas oksigen dari Aerator melalui selang, lalu didiamkan selama beberapa minggu sampai warna air laut yang tadinya keruh menjadi hijau. Warna tersebut menandakan bahwa mikroalga telah berkembang biak. Setelah itu antara filtrat dan endapan (sari) dari mikroalganya dipisahkan. Endapan yang dipisahkan dapat diambil dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Mudah diproduksi dan dibudidayakan adalah kelebihan dari olahan alga menjadi kapsul herbal suplemen. Selain itu manfaat untuk

mengahambat munculnya penyakit kanker pada tubuh juga menjadi nilai tambah daya tarik alga. Sulitnya melindungi produk dari kontaminan menjadi hambatan penelitian andi, selain itu mahalnya biaya yang diperlukan untuk sewa lahan juga patut menjadi pertimbangan. “Harapan saya semoga Indonesia dapat mengembangkan dan memproduksi lebih banyak lagi mengenai suplemen dari tumbuhan alga ini”,ujar Pak Andi. “Dan mahasiswa serta pemuda-pemudi Indonesia pun dapat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan inovasi ini,”ujarnya kembali.=

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


12

ARTIKEL TEMA

Jokowi dan “Cicak Vs Buaya jilid II” A

khir- akhir ini masyarakat Indonesia disuguhkan dalam hiruk pikuk perseturuan antara KPK dan Polri. Perseturuan ini tak nampak memiliki titik temu ketika dua institusi tersebut saling mengklaim dirinya paling benar dalam edisi “Cicak vs Buaya Jilid II” ini. Jika dilihat perseturuan kedua institusi ini dimulai pada saat KPK melalui Ketua Umumnya, Abraham Samad menetapkan status tersangka Calon Kapolri yang diusulkan Jokowi kepada DPR RI, Selasa (13/1/2015). Lantas semua publik tercenang dengan keberanian KPK mencegal terduga korupsi tersebut menuju karir tertingginya sebagai Jendral Bintang Empat Korp Bhayangkara (Polri). Permasalahan semakin rumit ketika DPR RI tidak mengindahkan status sang calon Kapolri yang ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi gratifikasi. DPR RI justru tetap menyetujui dan mendukung calon tunggal Kapolri tersebut. Tak lama berselang, publik kembali disuguhkan dengan berita penangkapan salah satu komisioner KPK, Bambang Wijayanto oleh aparat kepolisian. Penangkapan wakil ketua KPK atas dasar penetapan statusnya sebagai tersangka dalam kasus sengketa Pimilihan Ketua Daerah Kotawaringin Barat, yang kembali muncul setelah hilang selama 5 tahun. Bambang Wijayanto, sebagai Iklan

pengacara salah satu pihak dalam kasus sengketa Pilkada Kotawaringin Barat 2010 tersebut, diduga sebagai pengatur sekenario saksi yang memberi keterangan palsu. Penangkapan Bambang Wijayanto dilakukan dengan refresif oleh aparat Kepolisian, dan terkesan Bambang Wijayanto sebagai seseorang yang sangat berbahaya sehingga dibutuhkan penangkapan ekstra ketat dengan cara kedua tangan di borgol. Seperti yang diketahui publik bahwa kasus sengketa Pilkada Kotawaringin Barat tersebut sudah dilaporkan kepada Kepolisian oleh pihak yang merasa dirugikan pada tahun 2010, namun tidak ada kejelasan. Hingga muncul kembali saat ini dalam edisi “Cicak vs Buaya Jilid II”. Secara kasat mata publik tidak bisa memunafikkan bahwa penetapan tersangka wakil ketua KPK Bambang Wijayanto pada saat itu merupakan proses hukum murni dari Kepolisian, tetapi sebaliknya yaitu sebagai ajang pembalasan terkait penetapan calon Kapolri Budi Gunawan sebagai tersangka sebelumnya oleh KPK. Publik juga melihat ada unsur lain di balik penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka setelah dia diajukan Presiden Jokowi sebagai calon tunggal Kapolri Ke DPR RI. Pertanyaan yang ada di benak publik yang sampai saat ini belum terjawab adalah mengapa KPK menetapkan Budi Gunawan seb-

agai tersangka baru, setelah dia dicalonkan sebagai Kapolri oleh Jokowi ?Jika jawabannya adalah baru ditemukan cukup bukti oleh KPK, maka pertanyaan berikutnya mengapa tidak ada koordinasi sebelumnya antara pimpinan KPK dengan Pimpinan Kapolri terkait dengan rencana penetapan status tersebut ? Bahkan pasalnya, DPR RI pun tidak diberi tahu secara tertulis terkait dengan penetapan status tersangka, Calon Kapolri Budi Gunawan Oleh KPK pada saat itu. Memang tak ada peraturan yang melarang penetapan seseorang menjadi tersangka dengan adanya motif pembalasan dendam, politis dan sebagainya. Dengan catatan Penetapan status tersebut harus dilandasi bukti dan peroses penyelidikan yang sesuai dengan KUHP dan KUHAP yang menjadi dasar hukum pidana di Indonesia sampai saat ini. Jika kasus tersebut hanya didasarkan oleh motif pembalasan dendam saja tanpa adanya bukti yang kuat menetapkan seseorang menjadi tersangka maka ini sebuah kehancuran penegakan hukum di indonesia. Para penegak hukum dengan mudahnya menetapkan seseorang menjadi tersangka dengan unsur “barang siapa” saja. Unsur delik yang lain yang semestinya menjadi dasar seseorang ditetapkan menjadi tersangka akan dicari kemudian. Yang diutamakan adalah penetapan

ilustrasi Trias Suci Puspa Ningrum

Oleh Edius Pratama*

seseorang menjadi tersangka terlebih dahulu. Jokowi yang diharapkan publik untuk bertindak tegas dalam kasus yang melibatkan kedua pejabat dalam kedua institusi tersebut nampak bingung dan terkesan sangat berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Kebingungan tersebut nampak terlihat jelas ketika dia meminta berbagai pendapat tokoh nasional dan akademisi, hingga akhirnya membentuk tim sembilan yang tidak dilandasi oleh keputusan presiden yang menjadi dasar hukum pembentukannya. Kesalahah Jokowi dalam mengambil sebuah keputusan akan berdampak langsung terhadap eksistensinya sebagai Presiden RI terpilih pada pemilu 2014. Citra Jokowi yang pro rakyat selama ini akan hilang dengan serta merta apabila dia mengambil sebuah keputusan yang bertentangan dengan harapan publik kebanyakan. Kebingungan yang dialami Jokowi tersebut semoga tidak berlangsung lama karena

publik sudah jenuh dengan edisi“Cicak Vs Buaya jilid II” ini. Publik sangat menunggu keputusan tegas dari Presiden Jokowi untuk mengakhiri edisi “Cicak vs Buaya” ini karena akhirnya publik hanya menginginkan pemberantasan korupsi harus tetap berlangsung apa pun hasil keputusan Jokowi nanti, karena negara kita masih bertengger di posisi bawah untuk negara terbersih dari korupsi yaitu peringkat 107 dari 177 negara (Datalembaga Transparency International, Desember 2014). Data tersebut menunjukkan bahwa negara kita merupakan salah satu penghasil terbesar“tikus-tikus” pencuri uang rakyat. Oleh sebab itu keputusan Presiden Jokowi yang sudah amat dinantikan oleh publik harus dilandasi atas dasar Save KPK dan Save POLRI.= *Kepala Biro Siyasi UKMF FOSSI FH Unila 2014/ 2015

Redaksi menerima

Silahkan kirimkan kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat e-mail Teknokra

kritikan dan saran serta kiriman berupa :

ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font Cambria, ukuran font 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak mengubah makna tulisan. No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

Tabloid Teknokra menerima keluhan yang bisa disampaikan melalui rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh langsung oleh Dosen Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan.


APRESIASI

13

TERBANGUN

DUSTA

Kau menabur warna pada diriku

Pernah kalian layak langit terang Hujani khalayak dengan janji suka cita Kala bayang menjelma biasnya

Tepat di dahi Biru kaku membeku Sauna di ujung gang juga tidak bisa mengambalikanku

Pernah kalian layak awan kelabu

Aku masih merangkak

Bak mendung mendekap mata

Dengkulku tak mampu lagi menopangku

Manakala bias janji kalian

Aku ingin pergi

Berubah kutukan dusta oleh kuasa

Enyah dari hadapanmu

Jiwa langit sandingan awan

Pergi dan menyadarkan warna lukaku

menagih hutang lidah kalian

Saat aku bisa terbangun

Wahai penguasa negeri, camkan Kuasa-Nya tak patut hujan sen kertas Darah daging mereka mengalir arus banting tulang Kala kuasa-Nya jatuhkan hujan awan hitam awan kelam di kerah kalian sendiri Terukir prasasti karma Wahai perampok berdasi Yessi Eva Nora FKIP, Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ‘14

UMPAMA INI BENAR

Kisah lama tentang 1000 bangau yang kabulkan harapan Sama dengan kisah jin botol yang tak diundang tapi selalu datang Semuanya hanya sandiwara belaka, Hanya ada di tumpukan layar kuno yang didekengi wajah-wajah porselen bermata biru

Lalu aku juga akan membangunkan ruh mu Yang hinggap dan akan terlepas Khorik Istiana FMIPA, Biologi ‘12

UNTUK MERDEKA Beberapa orang rela mati demi sebuah kain yang disebut bendera. Beberapa orang rela mati demi sebuah garis yang ada di dalam peta. Beberapa orang rela mati agar bisa menyanyikan satu lagu bersama-sama. Beberapa orang rela mati agar bisa berbicara dengan satu bahasa. Walau hanya sebuah kata.

Semerbak seandainya layu dan busuk.

Tapi, merdeka adalah ide cemerlang yang mereka tawarkan kepada kita.

Kebohongan duniawi yang selalu dijamin keharumannya.

Walau hanya sebuah kata.

Lantas dilemparkan pada gagak yang selalu tau letak keburukan.

Tapi, merdeka adalah sebuah kata yang pantas untuk kita bayar dengan nyawa.

Andai kata negaraku sebuah medan perang, lama sekali gagakgagak itu akan menanti Fitri Wahyuningsih FT, Teknik Geofisika ‘11

Joko Setyo Nugroho FKIP, Pend. Bahasa dan Sastra ‘13

Suara Mahasiswa Sampaikan keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08982252881/08978669233

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila.

Dona Mei Sandra, PGSD Metro ‘14 (087798878XXX)

Fahmi Badar, Ilmu Komputer 09 (08975492XXX)

Sri Harnita, FKIP PPKn ‘13 (085788757XXX)

Anta Ombia, Agroteknologi ’13 (08972931XXX)

Selama berada di kampus metro, kami belum mendapatkan fasilitas yang layak. Ruang kelas atapnya bolong. Kipas angin rusak. Sedangkan saya dan teman-teman saya mendapat UKT yang cukup fantastis. Mohon di perhatikan keadaan kampus kita.

Saya mendengar dari teman saya, kalau legalisir transkrip nilai di Rektorat di kenai biaya, dan itu pun tidak ada tarif yang tetap. Apa itu memang peraturan atau inisiatif oknum petugas?

Mohon untuk meningkatkan pengawasan dan sistem kerja satpam khususnya satpam FKIP. Karena banyak kejadian kehilangan motor yang di parkir sudah sesuai tempatnya.

Tertib dan pengelolaan parkir yang rapih, mahasiswa pertanian tak takut kehilangan kendaraan sekarang

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015


14

REGIONAL

ilustrasi Defika Putri N

RTH Bandarlampung Jauh dari Target Oleh Rika Andriani

S

etiap tahunnya, tekanan pertumbuhan dan kebutuhan sarana dan prasarana kota selalu ber­ tambah. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk pembangunan bangunan gedung, pengembangan dan penambahan jalur jalan yang terus bertambah. Hal ini memengaruhi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memiliki peran penting dalam tata kota. Fungsi ekologis RTH dengan meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim dapat menjadi pertimbangan suatu kota. Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30 persen dari luas kota tersebut. Dimana 20 persen sebagai RTH publik

dan 10 persen sebagai RTH privat. Namun tampaknya bagi kota-kota di Indonesia khususnya Bandarlampung, akan sulit terealisasi. Pasalnya hasil identikasi pihak Badan Pe­ rencana Pembangunan Daerah (Bappeda) tahun 2013, kini RTH di ibukota Lampung ini hanya mencapai 12,62 persen untuk ruang publik dan 1,4 persen untuk ruang privat, dari 197,22 km2 luas kota Bandarlampung. Chepi Hendri Saputra, selaku Kepala sub bidang Tata Lingkungan Hidup menyatakan pihaknya sudah mengupayakan pencapainya target RTH tersebut. Namun pihaknya mendapatkan beberapa kendala dalam upaya pencapaian. Salah satunya status tanah harus milik pemerintah, dan juga kesiapan anggaran Pemerintah

Resensi

untuk pembangunan, pengelolaan, dan pengawasan dari RTH. “Enggak ada RTH, kota ini sakit, kalau kotanya sakit warganya juga akan sakit,” tambahnya. Menurut Chepi, Pemerintah lazimnya setiap tahun menganggarkan dana untuk pembebasan lahan RTH agar target 30 persen dapat tercapai. Ia pun tak menampik bahwa RTH di Bandarlampung semakin berkurang. “masih banyak program Pemerintah yang lebih urgen, sehingga pertumbuhan RTH agak lebih lambat,” tambahnya. Namun, pihaknya akan terus berusaha untuk mencapai target dengan mendata penyerahan fasilitas umum dan fasilitas sosial dari perumahan di seluruh Bandarlampung ke Pemerintah Daerah untuk dikelola sebagai RTH nantinya. “Disini perlu

adanya koordinasi dari seluruh steakholder yang ada di dalamnya,” harapnya. Untuk merealisasikan keberadaan RTH yang mumpuni di perkotaan, diperlukan komitmen kuat dari semua pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Pemangku kepentingan lainnya. Upaya tersebut antara lain mendorong pemukiman melalui bangunan vertikal supaya dapat meningkatkan kualitas RTH tanpa membutuhkan pembebasan lahan. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bandarlampung, Hendrawan angkat biacar, ibu kota Lam-

9 Summers 10 Autumns Repro.

Oleh Fajar Nurrohmah

Judul: 9 Summers 10 Autumns Penulis: Iwan Setyawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tanggal Terbit: Mei 2013 Jumlah Halaman: halaman

Harga: Rp. 47.000,-

221

I

wan sapaan akrabnya, harus menempuh kehidupan dengan kegigihan dan semangat untuk mengubah nasib, anak Kota Apel ini dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembaradi kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan terbaik di dunia. Buku ini mengambil setting di Amerika dan tempattempat di Indonesia. Sebuah cerita perjalanan hidup Iwan Setyawan. Seorang anak supir angkot yang bahkan lupa dengan tanggal lahirnya. Hidup dengan segala keterbatasan tak membuatnya terkukung di dalamnya. Masa kecil Iwan hanya ditemani buku pelajaran . Di tengah kesulitan ekonomi keluarga, Iwan harus berjuang bersama keempat saudaranya dengan

No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015

mencari tambahan uang dari berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah sampai membantu tetangga berdagang di pasar. Kejadian perampokan sewaktu hendak menonton pesta kembang api membuat Iwan hampir berpulang selamanya. Malam itu pun akhirnya tak ada nyala merah hijau kembang api yang ia saksikan. Yang tersisa hanya biru di sudut bibir dan memerahnya T-shirt putih yang ia kenakan. Namun, di malam itulah awal pertemuan Iwan dengan sosok kecil berseragam merah putih. Penulis menjadikan sosok kecil ini sebagai media tempat bercerita. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Lolos PMDK di Jurusan Statistika Institute Pertanian Bo-

gor yang merupakan Jurusan Statistik terbaik di Indonesia menjadi pembuka jalan hingga ia sampai di New York. Berawal dari menjadi seorang profesional muda di gedung bertingkat di sepanjang jalan sudirman, berhasil menghantarkannya ke gemerlapan kota New York. Berkat kegigihannya dalam bekerja, membuatnya dipercaya untuk menjadi Direktur Internal Client Management di Kota tersebut. Penampilan cover dua buah apel yang terdapat siluet kota Malang dan New York membuat pembaca lebih tertarik untuk membaca. Penulisan kata dan quote-quote motivasinya juga banyak yang menginspirasi. Dikemas dengan kombinasi alur campuran, membuat pembaca 9 Summers 10 Autumns ingin terus membalik halaman dan membaca hingga

pung semakin mengalami penurunan RTH. Dari penelitian yang mereka lakukan pada tahun 2011 terhitung RTH di Bandarlampung hanya mencapai 11 persen dari luas daerah. “Dapat kita lihat dari tahun ke tahun semakin banyak pembangunan, akan sulit untuk menambah presentase RTH,” ungkapnya. “Kalau Pemerintah mau banyak yang bisa jadi objek RTH. Contohnya sepadan pantai, sepadan sungai, taman kota, kuburan, dan bantaran rel kereta api,” tambahnya. Ia berharap Pemerintah dapat lebih memperhatikan Lingkungan, sebab RTH sebagai paru-paru kota.=

akhir. Potongan kisah setiap bab yang sarat akan makna membuat pembaca tidak bosan. Mengambil setting tempatD–tempat di Indonesia dan Amerika juga membuat pembaca aktif berimajinasi. Terlebih dengan keindahan musim gugur yang digambarkan di Negri Adi Daya tersebut begitu mengesankan. Di dalam novel ini juga tersirat pesan tentang kekuatan cinta keluarga. Dukungan Bapak, Ibu, dan saudara-saudara perempuannya yang memberi kehangatan dan semangat untuk sang penulis tetap berjuang. Jalan hidup yang dilalui keluarganya juga yang akhirnya melahirkan sifat kesederhanaan dalam dirinya. Kekurangan novel dengan tebal 221 halaman ini adalah sosok anak kecil berseragam merah putih. Tidak semua orang adalah pembaca sastra dengan imajinasi dan pengertian pada interaksi yang simbolik. Sangat mungkin ada pembaca yang tidak mengerti “siapa sebenarnya bocah berseragam SD merah putih”.=


15

EKSPRESI

POJOK PKM

Maria Destirita,

Menari Menembus Kegelapan Oleh Wawan Taryanto

Fitri Wahyuningsih Pemimpin Usaha

Foto Riska Martina

“D

ung..tak..dung.. tak..tak..tak” Begitulah Maria Destirita menirukan suara gendang ditabuh, tujuh orang yang berdiri rapih di depannya pun mulai bergerak mengikuti tiap ketukan irama yang Maria buat, sembari mencontohkan gerakan tari Saman yang sedang mereka pelajari. Tapi ada yang berbeda dari murid-muridnya itu, mereka bukan memerhatikan gerakan yang dicontohkan Maria, melainkan fokus pada aba-aba yang diberikannya. Saat Ia bilang dung maka murid-muridnya melakukan satu gerakan tari, dan satu gerakan tari lainnya ketika ia bilang tak. Katanya itu semua merupakan aba-aba yang dipakai agar murid-muridnya tersebut bisa mengikuti dan menghapal tiap gerakannya, karena Enam orang dari Tujuh muridnya tersebut adalah tuna netra. Melatih tari Saman bagi para tuna netra di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial, Kemiling, kini menjadi rutinitas mingguan mahasiswi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) angkatan 2012 Universitas Lampung ini. Semua itu bermula dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang ia gagas bersama dua rekannya yang juga berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika (FKIP) Unila. “Awalnya saya dengan teman-teman mikir kayak gini, enak kali ya kalo liat mereka yang tuna netra yang bernyanyi di TV-TV itu gak cuman gerak kekanan kekiri tapi juga dapat berlenggak lenggok mengikuti para dancer yang mengiringinya,” ujarnya. Di lingkungan tempat tinggal Maria di daerah Kemiling, banyak penyandang tuna netra. Kerap kali mereka bekerja tak kenal waktu. Siang hari mereka menjadi tukang pijat, sedang malam harinya mereka menjadi pengamen di tempat-tempat umum, seperti di Museum Lampung. Ia pun mulai memerhatikan kehidupan para tuna netra tersebut, dan muncullah kepeduliannya untuk memberikan harapan baru.

Hingga satu siang, Maria melintasi UPTD Dinas Sosial, ada hal lain yang menarik pandangan Maria. “Tukang pijat tuna netra, penjahit tuna netra dan rental tuna netra” tertulis di papan kayu yang dipasang tepat di gerbang dinas sosial itu. Dari situ Maria tahu bahwa dinas sosial itu menampung sekitar 40 penyandang difabel yang sebagian besar tuna netra, hal tersebut semakin membuatnya mantap untuk membuat PKM Pengabdian masyarakat. Tak mencoba banting stir dari latar belakangnya sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS), keahliannya dalam menari ia gunakan untuk mengajari para tuna netra menari. Proposal PKM yang ia susun bersama dua orang rekannya itu pun disetujui dan didanai sebesar 6,5 juta rupiah. Mereka mengajar menari setiap Jumat dan Minggu. Mahasiswi dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,20 ini pun sering menjadi tempat curhat bagi para muridnya, mulai dari masalah sekolah, pacaran, dan masalah pribadi lainnya. Kedekatan emosional yang sudah terjalin tersebut membuat Maria tak pernah putus asa walaupun sempat ditinggal pergi kedua rekannya. Ia pun langsung mencari dua temannya yang lain untuk bergabung bersamanya mengajar. Tantangan yang harus dihadapinya tak hanya disitu, ia pun harus dihadapkan banyak muridnya yang berhenti menari bukan karena mereka tidak suka menari, tapi mereka merasa tak sanggup dengan keterbatasan yang mereka miliki. Untuk mengatasinya ia pun mengajak temannya, Agung untuk memotivasi para muridnya. Hal itu pun berhasil. Sayangnya, Maria masih harus menghadapi anak di-

diknya yang merupakan Slow Learner. sehingga perlu waktu berulang kali dan kesabaran yang tinggi untuk mengajari mereka. Salah satunya Tia (24). Ia sering kali pusing jika mendapatkan materi tari yang rumit. Padahal, tari tradisional Aceh itu sengaja dipilih agar tidak terlalu banyak gerakan pindah tempat yang justru menyulitkan mereka. Tetap saja ia kesulitan belajar, bahkan di sekolah ia kerap kali menyerah dan tidak mau melanjutkannya lagi. Tapi bukan tanpa hasil, Dua bulan berjalan, kerja keras dan waktu yang dihabiskan Maria mulai terlihat. Setidak­ nya dari 20 peserta yang ikut di awal, kini ada 14 peserta yang aktif datang dan menunjukkan kemajuan. Satu persatu gerakan tari Saman me­ reka dikuasai, meski masih terbata-bata. Sejak Februari 2015 lalu, program Maria mulai berjalan, namun ada banyak kekhawatiran muncul dalam benaknya. Karena bulan Mei, program PKM-nya harus berakhir. Di lain sisi, pihak Dinas Sosial meminta Maria untuk melanjutkan pelatihannya dan membuat mereka tampil di bulan Desember nanti, dalam acara peringatan hari cacat se-dunia. Hal tersebut benar-benar membuatnya gamang, karena ia juga harus mulai menyusun skripsinya. Maria tetap berharap agar pemerintah dan pihak Dinas Sosial dapat meneruskan programnya, memberikan fasilitas dan tentunya secara konsisten memberikan keterampilan bagi para penyandang difabilitas. Bahkan jika memungkinkan, ia berharap ada sanggar tuna netra. Ia ingin menunjukkan bahwa penyandang tuna netra juga mampu bersaing dan berkemampuan layaknya orang lain.=

Dijajah Belanda? Masing-masing buku sejarah menuliskan Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Sejarah kelam yang dipertanyakan esensi keberadaannya di buku sekolah. Alih-alih mengingatkan justeru menjadi dongeng menarik di kelas sejarah. Politik adu domba jika masih diingat oleh alumnus-alumus kelas sejarah semasa sekolah, merupakan cara yang digunakan pihak kolonial Belanda untuk memecah belah Bangsa Indonesia. Seperti yang dituliskan Rudi Hartono, pemimpin redaksi berdikari.com (2012), Bung Karno selama berada dalam penjara kolonial Belanda, telah melakukan analisa terhadap strategi imperialisme yang meguasai Indonesia kala itu. Sistem inilah yang kemudian melahirkan politik divide et impera atau politik memecah belah. Menurut Soekarno, imperialisme di mana saja, apapun bentuknya punya slogan yang sama: “Verdeelen heers”Pecahkan dan kuasai! Telisik ulang terhadap buku sejarah, tertulis Belanda menguasai Indonesia secara bertahap. Bukan malah jadi serakah untuk menguasai keseluruhan, melainkan bersabar pada usaha menguasai sedikit demi sedikit. Lantas melahirkan sebuah kekuasaan besar yang berlangsung begitu lama. Sekarang, jika ditanya, masihkah Belanda berkuasa di tanah pertiwi, NKRI? Jawabannya “tidak”. Lantas siapa yang berkuasa atas perpecahan politik yang terjadi akhir-akhir ini? Belandakah? Atau orang pribumi sendiri? Koar-koar mahasiswa yang hendak menggulingkan presiden, mengibarkan bendera di pinggiran setiap kota. Beramai-ramai menggoda media hingga berbusa. Lantas dibiarkan saja hingga muncul argumentasi media dibungkam imperialisme pemerintah. Kembali lagi pada sejarah yang belum sempat tercatat di buku sekolah, perselisihan KPK-Polri yang sungguh miris melihatnya. Pejabat-pejabat negara saling menjatuhkan, berlomba-lomba mencari muka di depan rakyat jelata. Kasus-kasus lama yang mencuat tanpa diketahui dari mana sumbernya. Asal muncul dari mulut pejabat, rakyat yang maha tidak tahu segalanya hanya berusaha percaya pada sosok yang sempat meminta kepercayaannya. Pertanyaan selanjutnya, dari mana kemudian mereka saling mengetahui belang sang lawan? Perbincangan singkat beberapa waktu silam dengan seorang manager layanan umum sebuah BUMN memberi saya sebuah jawaban singkat. Walaupun saya tak begitu paham akan kebenarannya, tetapi pihak asing selalu menjadi dalang kesewenang-wenangan. Sebagai warisan masa penjajahan kaum imperialisme bahwa kepercayaan di dalam hati dan pikiran rakyat indonesia: Bangsa penjajah lebih superior dibanding bangsa terjajah, berlaku pada saya dalam penarikan kesimpulan bahwa argumentasi awal peragraf ini adalah benar. Lantas bagaimana mereka (pihak asing) mengetahui belang tokoh perselisihan di dalam negeri? Untuk pertanyaan itu, saya tak tahu benar alasan untuk menjawabnya. Diskusi yang singkat itu merujuk pada sebuah pemikiran bahwa pada dasarnya indonesia sendirilah yang tidak mau melepaskan diri dari pihak asing. Keterlibatan yang terlalu dalam, kemudian memunculkan perpecahan. Pihak yang saya sebut “asing” ini akan dengan berani memberi modal untuk mengungkapkan sebuah kebenaran di tanah pertiwi. Dalih ingin membantu menyelesaikan perkara justeru memperpelik urusan negara. Sebab, mereka tak akan rela jika Indonesia berhenti saling tidak percaya. Alih-alih menyelesaikan, justeru mereka akan meninggalkan situasi konflik yang semakin sulit dipadamkan. Sebagai pelajar yang semasa belajarnya tidur di kelas sejarah, saya tak banyak bicara. Hanya satu saja sebuah tanya, “Apakah Indonesia masih dijajah Belanda?” Tetap Berpikir Merdeka!= No 142 Tahun XV Trimingguan | Edisi April 2015



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.