Tabloid Teknokra Edisi 145 November 2015

Page 1

Teknokra Unila @TeknokraUnila

TABLOID MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG

www.teknokra.com

Edisi November 2015 No 145 Tahun XV Trimingguan

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

Tetap Berpikir Merdeka! Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Halaman 5

Satuan Pengamanan (Satpam)Unila) sudah enam kali mendapat laporan kehilangan sepeda motor selama Oktober hingga November di kawasan Unila.

Halaman 6

Bujang Rahman resmi dikukuhkan oleh Rektor Unila sebagai Profesor Bidang Manajemen Pendidikan, di Gedung Serba Guna (GSG), Kamis (5/11).

Halaman 10

Selama dua periode kepemimpinannya, ia menargetkan Unila menjadi dua puluh perguruan tinggi terbaik di Indonesia di tahun 2015.

Dalam Kebimbangan

Menentukan Peran


2 SALAM KAMI

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Comment

Dok.

Kuliah dan Organisasi Bukan Pilihan

Next Chapter

S

alam Persma! Tak terasa kami sudah sampai di penghujung kepengurusan, lama rasanya tak menyapa para pembaca lewat tabloid ­Teknokra. Bulan November ini menjadi bulan ter­ akhir bagi kepengurusan periode 2015 berkarya. Na­ mun, meski sudah sampai di akhir kami masih memiliki banyak PR yang belum kelar kami garap. Janji kami untuk menerbitkan dua tabloid dan satu majalah tahunan di bulan ini masih dalam pro­ sesnya. Mungkin pembaca sudah tak sabar, karena kami yang menggarapnya juga sudah tak sabar untuk segera menyelesaikannya. Hambatan silih ber­ganti tak bosan menyapa kami, mulai dari birokrasi yang menyulitkan proses peliputan, pemadaman listrik yang menghambat proses layout, sampai PJ liputan yang menghilang meninggalkan tanggungjawabnya. Namun, kami yang masih di Pojok PKM ini tak mau mengalah

begitu saja. Kami ingat bahwa saat-saat seperti itulah yang membuat kami belajar dengan sungguh-sungguh. Tekanan dari banyak pihak, deadline yang jadi tirani, kuliah yang tak boleh diabaikan, sampai masalah internal seolah datang bersamaan. Tapi kami tentu tak boleh pesimis, kami pasti bisa menyelesaikan semuanya. Akhir yang baik untuk awal yang jauh lebih baik menjadi pegangan kami untuk tak berhenti di saat ini. Kami sangat bersyukur tabloid edisi 145 ini telah sampai di tangan pembaca, mengingat rasa lelah yang harus kami rasakan dalam penggarapannya. Kami juga merasa sangat bersalah kepada pembaca karena tabloid ini seharusnya terbit di bulan lalu. Atas keceroboha ini kami mohon maaf. Terbitnya tabloid ini juga menjadi bukti bahwa kami tidak mudah menyerah, loyalitas masih terus kami kucurkan, semangat berkarya juga

masih menyala, dan pembaca yang menunggu terbitan kami menambah semua itu. Apa lagi yang lebih berarti ketimbang pembaca yang setia menanti membaca karya kami? Pada edisi 145 ini kami menyoroti minat mahasiswa terhadap organisasi di tengah banyak tuntutan salah satunya untuk lulus cepat, berita tersebut kami kaver dalam reportase khusus. Selain itu, kami juga menyajikan hasil survei menyoal kinerja rektor yang telah menjabat selama dua periode itu. Info seputar kampus juga tak luput dari karya kami ini. Dan rubrik-rubrik lainnya yang menarik dan di­ butuhkan bagi pembaca. Setelah tabloid ini sampai ke tangan pembaca, bukan arti­nya PR kami sudal selesai. Karena kami masih harus menyelesaikan sesi lainnya sebelum tahun ini habis. Dari Pojok PKM kami tak bosan meng­ajak pembaca untuk Tetap Berpikir Merdeka!=

Krisis kepemimpinan dan krisis kepedulian makin lama makin terasa. Tengok saja gedung Grha Kemahasiswaan yang makin lama makin sepi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya keikutsertaan mahasiswa dalam berorganisasi bisa menjadi salah satu indikator dari permasalahan krisis-krisis tadi. Masa mahasiswa merupakan fase belajar kita yang terakhir dari struktur pendidikan formal di Indonesia . Usai melewati fase terakhir itu, kemudian kita akan menjadi orang-orang “bekerja” tidak lagi belajar. Dan bekerja itu diperlukan kemampuan bukan sekadar prestasi akademik tapi dibutuhkan pengalaman, keterampilan untuk bisa memimpin, mengelola, berorganisasi. Pengalam berorganisasi selama kuliah itu yang menjadi modal meniti karier ke depan dengan baik. Lalu aktif organisasi, itu sebenarnya sebuah kewajiban secara mo­ral, secara hukum mengatakan itu tidak. Lalu dengan begitu pentingnya aktif berorganisasi, maka apakah ada porsi yang pas antara kuliah dengan berorganisasi, 50-50 kah porsinya? Atau kita harus tetap mendahulukan kuliah? Itu bukan dinomorsatukan atau tidak, itu sesuatu yang harus dikerjakan, tak bisa dikatakan itu terpisahkan . Itu sudah hal yang harus dikerjakan. Jelas dengan berpikir seperti itu, kita melatih diri untuk memiliki multiple role yang tentu tidak bisa dimulai saat sudah lulus kuliah, tapi harus dibiasakan dari sekarang. Saat kita tidak terbiasa dengan multiple role kita akan selalu berpikirnya ini atau ini, ini atau ini, kita harus bisa mengerjakan semuanya. Hal lain yang membuat mahasiswa makin gamang untuk bergabung organisasi adalah kegiatan kemahsiswaan kebanyakan hanya menampung kelompok yang organisator. Kemudian melabeli mereka yang tidak jadi bagian, seakan-akan mereka lebih rendah, jangan katakan mereka skpetis-apatis. Karena nyatanya hanya mengisolasi diri sendiri. Hal penting yang harus dilakukan adalah buat gerakan kegiatan kemahasiswan menjadi kegiatan yang dirasa menarik untuk semua dan ini akan sedikit demi sedikit bisa merangsang orang terlibat.=

Sampul

Judul :

Dalam Kebimbangan Mengambil Peran

Ide & Desain : Defika Putri Nastiti

KYAY JAMO ADIEN TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan ­­­­­Penerbitan ­­ Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL ukpmteknokraunila@yahoo.co.id, redaksi.teknokra@gmail.com WEBSITE www. teknokra.com Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi­­na: Maulana Mukhlis, S.Sos.,MIP. ­Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajair Utomo, M.Sc., Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Dr. Eddy Riva’i, S.H., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, M. Burhan, Vina Oktavia, S.Pd., Yurike Pratiwi Pemimpin Umum: Faris Yursanto Pemimpin Redaksi: Hayatun Nisa F Pemimpin Usaha: Fitri Wahyuningsih Kepala Pusat Penelitian dan ­Pengembangan: Kurnia Mahardika Kepala Kesekretarian: Lia Vivi Farida Redaktur Pelaksana: ­Ayu Yuni Antika Redaktur Pelaksana Daring: ­Khorik Istiana, Retno Wulandari Redaktur Berita: Rika Andriani Reporter : Enindita Prastiwi (Non Aktif), Ariz Nisrina, Faiza Ukhti A Redaktur Foto: ­Wawan Taryanto Fotografer: Luvita Wilya H, Ariz Nisrina Redaktur Artistik: Defika Putri Nastiti Staf Artistik: Retnoningayu JU Kameramen: Fitri Ardiani, ­Redaktur Daring: Yola Septika (Non Aktif) Manajer Keuangan: Fitria Wulandari Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Riska Martina (Non Aktif), Luvita Wilya H Staf Pemasaran: Yola Septika­ (Non Aktif) Staf Kesekretariatan: Fitri Ardiani Staf Analisis dan Perpustakaan: Wawan Taryanto Staf Pengkaderan dan SDM: Fajar Nurrohmah Magang: Agung M, Ari A, Arif S, M. Ghufroni A, Trias S.P.N, Winda S, Yessi E.N, Abdullah Masykur, Alfanny P F, Atsila Husna, Dinda Pramesti C, Elliyen Sutrisna, Hendi Nur P, Kalista Setiawan, Khusnul Aulia, Putri Lestari MNG, Rian Meigiana, Rocky Irfan, Silviana, Tuti Nur K, Yayu Isnaini, Zahra Qurrotu’aini

Oleh Defika Putri Nastiti


KAMPUS IKAM

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

3

Pramuka Gelar Laksarnas Oleh Yayuk Asnaini

Foto Wawan Taryanto

Aspirasi. Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik Unila melakukan aksi Sumpah Pemuda di depan Rektorat Unila. Aksi ini dilakukan untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa teknik terkait fasilitas, dan keamanan di Unila. Foto dibidik Rabu (28/10).

Unila Tuan Rumah Seleksi OSN Pertamina Oleh Ariz Nisrina, Putri Lestari

Unila-tek :Universitas Lampung (Unila) kembali menjadi tuan rumah kegiatan seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2015. Kali ini, acara yang diikuti oleh beberapa perguruan tinggi di Lampung itu diselenggarakan di gedung dekanat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Sabtu (15/10). Tugiyono selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA mengungkapkan kegiatan tersebut merupakan salah satu pemicu bagi mahasiswa untuk berkompetisi, sekaligus menjadi akses untuk masuk ke Pertamina.

Pada penetapan juara lintas bidang se-provinsi Lampung Ferdianto (FKIP Matematika’12) ditetapkan sebagai juaranya. Namun, karena dia sudah mengikuti OSN tahun lalu dan lolos nasional, maka dia didiskualifikasi. Dan akhirnya Giovani (FMIPA Matematika’12) yang ditetapkan sebagai juaranya. Husain Khairi (FKIP Matematika’13) juga lolos sebagai juara OSN Pertamina Bidang Matematika regional Sumbagsel. Sedangkan Ahmad Hidayat (FKIP Fisika’13) ditetapkan sebagai juara OSN Pertamina bidang Fisika se-provinsi Lam-

pung. Juara I tiap bidang akan diseleksi nilainya dan menjadi juara kategori regional. Juara kategori regional ini akan mengikuti seleksi nasional di Universitas Indonesia (UI) pada Minggu (22/11). Pada semifinal, peserta yang terpilih harus mengerjakan soal esai. Setelah itu akan ada 18 finalis yang terpilih dari semifinal, dan akan diambil enam finalis untuk melanjutkan ke final. Saat final, para finalis akan mempresentasikan makalah open ended yang sudah dibuat, kemudian diseleksi sebagai juara OSN Pertamina 2015. =

Ia juga menjelaskan hasil keputusan rapat internal pe­ ngelola. Rencananya sebagai awalan, program pascasarjana hanya akan menerima 25 mahasiswa, dengan Andy Corry Wardhani sebagai Ketua Jurusannya. “Kurikulum pendidikan juga sedang disusun, pihak jurusan akan memanfaatkan staf pengajar di luar jurusan Ilmu komunikasi, sehingga secara operasional sudah sangat mencukupi. Sedangkan fasi­ litas pembelajaran akan digabung dengan program Magi­ster Ilmu Pemerintahan dan Magister Ilmu Administrasi di gedung F Pascasarjana FISIP,” ujar Andy saat ditemui di ruangannya,

Senin (2/11). Program pascasarjana tersebut dibuka karena besarnya keinginan alumni dan dosen untuk melanjutkan studi S-2 Ilmu Komunikasi tanpa harus keluar Lampung. “Program ini benar-benar bagus, ini bentuk pengembangan jurusan yang progresif, karena kita memanfaatkan momentum akreditas A dan mulai diperhitungkan dalam ranah nasional, yang artinya sudah dinilai mampu membuka program pasca,” ujar Khoirul Afifah (Komunikasi ’11). Senada dengan Khoirul, Oktaria Kurnia Ningrum (Komunikasi ’11) juga berharap agar program ini segera direalisasikan.=

S-2 Komunikasi Siap Dibuka Oleh Khusnul Aulia

FISIP-Tek: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) siap membuka program pascasarjana. Hal tersebut disampaikan Teguh Budi Raharjo saat dies natalis Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi, Rabu (7/10). Selaku Ketua Jurusan S-1 Ilmu Komunikasi, ia menjelaskan tim pengusul telah mengusulkan proposal sejak tahun 2014. Namun, adanya kebijakan moratorium pe­ mbukaan prodi baru dari Dirjen Perguruan Tinggi (Dikti) saat itu, membuat pengusulan dilakukan kembali pada 27 Maret 2015 dengan format yang baru.

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Unila mengadakan Latihan Sar Nasional (Latsarnas) IV tingkat nasional pada Minggu-Sabtu, (1-7/11). Acara yang mengusung tema “Membentuk Anggota Pramuka yang Siap dan Setia dalam Penanggulangan Bencana” ini diikuti oleh 150 peserta dari 47 Perguruan Tinggi se-Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan pelatihan keterampilan penanggulangan bencana alam baik di darat, laut, dan hutan. Hal ini bertujuan untuk membentuk pramuka yang berdaya guna dalam membantu masyarakat saat terjadi bencana. Sebagai salah satu peserta, Hidayyattul Wahdah (mahasiswa UGM) mengatakan kegiatan Laksarnas bermanfaat bagi pemuda yang tergabung di dalam anggota pramuka. “Materi lapangan dan prakteknya sangat menarik untuk diikuti,” ungkapnya. Ketua Umum Pramuka, Erwanto (Tehnik Pertanian ’12) yang merangkap ketua pelaksana mengatakan, pelatihan ini sebagai ajang memperkenalkan budaya Lampung, mengangkat nama baik Lampung, Unila, serta UKM Pramuka Unila di kancah nasional. “Acara ini juga sekaligus menjalin persaudaraan antar Perguruan Tinggi se-Indonesia, baik negeri maupun swasta,” ujarnya.=

Makin Solid Lewat Pengabdian Oleh Putri Lestari Mng

FKIP-Tek :Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung (Unila) mengadakan acara desa binaan (desbin), Sabtu dan Minggu (8-9/11) di Desa Margo Agung, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Kegiatan yang bertemakan “Desa Binaan Pendidikan Ekonomi dalam Rangka Membangun Desa yang Cerdas, Kreatif, dan Produktif” ini wajib diikuti oleh tiga angkatan yaitu 2013, 2014 dan 2015 sebanyak 220 orang dan dihadiri oleh para dosen Pendidikan Ekonomi. Desbin yang pertama kali dilaksanakan oleh Pendidikan Ekonomi tersebut berisi rangkaian kegiatan seperti peresmian taman baca oleh Ketua RT Desa Margo Agung. Taman baca tersebut dibangun oleh mahasiswa Pendidikan Ekonomi bersama warga setempat, buku-buku yang terdapat di taman baca tersebut merupakan hasil sumbangan mahasiswa pendidikan ekonomi. Taman baca buku itu nantinya akan menjadi wadah bagi masyarakat dari kalangan muda sampai tua untuk menambah ilmu pengetahuan. Eva Anisa (Pendidikan Ekonomi ‘15) mengatakan bahwa ia sangat senang mengikuti kegiatan tersebut karena bisa berkumpul bersama teman satu angkatan, kakak tingkat dan dosen-dosen Pendidikan Ekonomi. Selaku Ketua Pelaksana, Odi Darmawan (Pendidikan Ekonomi ’14) menjelaskan tujuan kegiatan itu untuk mempererat tali silaturahmi, rasa solidaritas antarangkatan dan alumni. “Semoga apa yang diberikan oleh kami kepada masyarakat Margo Agung bisa diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,” harap Odi mengakhiri.=

Economic Sport Week Oleh Trias Suci Puspa Ningrum

FEB-TEK: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila gelar acara Economic Sport Week pada (19-25/10). Kegiatan yang mengusung tema “My Game Is Fair Flay” ini mengadakan empat cabang olahraga diantaranya, dekan cup (19-21/10), badminton (21- 24/10), serta maraton dan outbond (25/10). Febri Romadon selaku Gubernur BEM mengungkapkan bahwa acara ini sebagai wadah bagi mahasiswa yang gemar olahraga, sekaligus melatih kekompakkan antarmahasiswa. “Alhamdulillah mahasiswa sangat antusias. Terbukti dekan cup, kuota pendaftarannya full. Enam peserta putri dan 20 peserta putra untuk perlombaan badminton. Sebanyak 150 orang mengikuti maraton, serta 10 tim mengikuti out bond,” ujar mahasiswa Akuntansi ’12 ini. Deri Firnanda Tampi (Ekonomi Pembangunan ’12) selaku ketua pelaksana berharap dengan kegiatan tersebut, FEB ­terus maju dan menambah kekompakkan anggota BEM-F. Jenny Tiara Wulandari (Manajemen ’14) juga berharap kegiatan olahraga seperti ini bisa diadakan setiap tahunnya. =


4 KAMPUS IKAM

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Galang Dana untuk Riau Oleh Arif Sabarudin

Unila-Tek: Kebakaran hutan dan lahan di Riau yang tak kunjung reda menggerakkan beberapa lembaga kemahasiswaan di Universitas Lampung (Unila) melakukan penggalangan dana bagi korban asap Riau. Seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Keguruaan dan Pendidikan (FKIP) yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga kemahasiswaan di FKIP dengan menggalang dana di jurusan masing-masing, dan puncaknya penggalangan dana dilakukan di Lampu Merah Unila, Lampu merah depan Teknokrat dan lampu merah di Bunderan Gajah, Minggu (18/10). Risko Apriandi (Pendidikan Kimia ’12) selaku Gubernur BEM FKIP Unila menuturkan penggala­ ngan dana tersebut merupakan bentuk simpati mahasiswa Unila kepada korban asap Riau. Hal yang sama juga dilakukan BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Khoirul Anwar (Kimia ’12) selaku Gubernur BEM FMIPA menuturkan bahwa kabut asap di Riau merupakan keadaan yang parah menurutnya harus ada aksi nyata dari pemerintah daerah untuk segera menanggulangi masalah tersebut. “Di sini BEM FMIPA meng­ajak lembaga kemahasiswaan FMIPA untuk melakukan penggalangan dana di beberapa tempat strategis di lingku­ ngan Unila yang dilakukan oleh Garuda BEM FMIPA 2015,” jelasnya.=

Tes Psikologi Pejabat Oleh Wawan Taryanto

Unila-Tek: Center of Carier Enterpreneurship Development (CCED) Universitas Lampung (Unila) dipercaya bekerjasama dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tanggamus untuk menyelenggarakan assesment psikologi pejabat Kabupaten Tanggamus, Sabtu (24/10). Tes tersebut diikuti oleh pejabat golongan eksekutif, ­eselon II, dan eselon III. Jumlah peserta yang mengikuti tes tersebut sebanyak 96 pejabat. Tes yang harus dilalui oleh tiap pejabat adalah tes tulis, diskusi, dan wawancara. Menghadirkan Feri Amriyanto selaku sekretaris pelaksana BKD Tanggamus sebagai pemateri, tes tersebut berfokus pada personaliti gaya kepemimpinan. Tes manajerial dilakukan untuk mengetahui tipe kepemimpinan; orietasi pada tugas orientas pada karyawan, orientasi pada perhatian kerja, dan peraturan. Shinta Mayasari selaku Ketua Divisi CCED sekaligus ketua kegiatan tersebut menuturkan CCED dipilih mengurusi tes tersebut karena dipercaya memiliki akurasi data dan tenaga profesional. Shinta berharap CCED selalu bisa menjaga integritas dan kredibilitas, agar masyarakat terus percaya de­ ngan kualitas CCED Unila, sekaligus percaya dengan Unila=

Sosialisasi Sertifikasi Dosen Oleh Abdullah Masykur

Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) mengadakan Sosialisasi Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (Serdos) di ruang sidang gedung rektorat lantai tiga, Senin (2/11). Serdos menjadi salah satu program Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, dan memulihkan kesejahteraan dosen supaya dapat terus mengoptimalkan kompetensinya. Sosisalisasi ini dihadiri oleh sekitar 30 dosen dari 52 undangan yang disediakan. Muji Ramlan selaku Koordinator Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) yang juga merupakan pemateri, mengatakan sosialisasi tersebut penting, karena terdapat perubahan dari sistem manual ke sistem daring. “Nanti proses sertifikasinya online. Kalau enggak disosialisasikan takut ada kegagalan dalam mengunggah dokumen atau ketimpangan data yang diterima oleh sistem pusat,” ujarnya. Teguh Endaryanto (Dosen Agribisnis Unila) menyambut baik acara tersebut, menurutnya Serdos sebagai ajang bagi perguruan tinggi dalam memberikan fasilitas bagi dosen berupa tunjangan profesi. Hal sama pun disampaikan Dewi Lengkana (Dosen Pend. Biologi), menurutnya sangat krusial bagi para dosen yang belum mendapatkan sertifikasi untuk dapat mengikuti sosialisasi tersebut=

Foto Luvita Willya Hendri

Pintu Rusak. Beberapa pintu di kamar mandi gedung D FKIP terlihat sudah rusak dan terlepas dari engselnya serta lantainya yang terlihat kotor. Foto dibidik Selasa (10/11).

Patungan Bangun MCK Oleh Trias Suci Puspa Ningrum

FEB-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) Universitas Lampung (Unila) mengajak masyarakat peduli sesama lewat desa binaan dengan menyumbangkan uang untuk pembangunan Mandi Cuci Kakus (MCK) untuk Dusun Fajar Bulan Desa Mulyosari Kabupaten Pesawaran. Penggalangan dana yang sudah dimulai sejak 23 September dan sudah berhasil meng­ umpulkan dana sebesar 5,7 juta rupiah. Masyarakat umum dapat menyumbangkan dana de­ ngan cara transfer yang akan dipublikasikan lewat kitabisa.com/ayopatunganmck. Sedangkan mahasiswa dapat menyumbangkan dana di hari selasa sedekah di tem-

pat-tempat yang disediakan. Riski Putra Kusuma (Akuntansi’12) selaku ketua pelaksana mengungkapkan pu­ncak penggalangan dana akan dilakukan saat charity night, Jumat, (13/11). “Dalam charity night nanti akan diumumkan jumlah uang yang telah terkumpul dan jumlah MCK yang akan dibangun, serta penyerahan secara simbolis kepada kepala desa yang bersangkutan,” ujarnya. Riski juga menjelaskan sistem pembangunan MCK berupa penyerahan aset bukan penyerahan dana. “Rencananya kami (BEM FEB) akan menggandeng BEM Teknik sebagai pe­ ngontrol proses pembangunan. ­ Fakultas Kedokteran untuk sosialisasi mengenai

Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Serta Fakultas Pertanian memberikan sosialisasi tentang tanaman obat keluarga (toga),” tambahnya. “Saya berharap dengan kegiatan ini dapat me­ numbuhkan rasa simpati dari masyarakat untuk saling membantu sesama. Setiap rupiah yang kita keluarkan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan,” ungkap Riski. Febri Ramadhan (Akuntansi’12) selaku Gubernur BEM FEB me­ngatakan kegiatan pembangunan MCK merupakan kegiatan lanjutan dari masa kepemimpinan sebelum­nya. “Kami berharap kegiatan ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya Dusun Fajar Bulan,” ujarnya.=

tan berbagi nasi gratis dilakukan bersama Komunitas Berbagi Nasi Lampung. Acara tersebut bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama dan menjadi pergerakan sivitas Teknik untuk lebih peduli terhadap kondisi masyarakat. Ketua pelaksana, Suwanto (Teknik Elektro ’12) mengatakan acara ini diselenggarakan sebagai wadah untuk menyalurkan kepedulian sosial kepada m ­ a­syarakat yang membutuhkan. Ia berharap melalui program tersebut akan lebih ba­ nyak nasi yang dibagikan

secara rutin tiap bulan dan saling bantu dalam pendonoran darah. Gubernur BEM-FT, Abdussalam Ahmad (Teknik Elektro ’12) berharap kegiatan sosial selanjutnya bukan hanya donor darah, tapi juga kepedulian lainnya dan dalam mempublikasikan kegiatan lebih digencarkan agar masyarakat lebih tahu. “Di luar sana masih banyak yang butuh, kita harus sadar kita siapa, bagaimana kondisi di lingkungan kita, kita perlu tingkatkan kesadaran,” ujarnya.=

Teknik Peduli Sosial Oleh Luvita Willya Hendri

FT-Tek. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM FT) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan kegiatan sosial sekaligus untuk memperingati hari Pahlawan Nasional, hari Kesehatan Nasional, dan hari Pangan Nasional Rangkaian acaranya berupa donor darah dan berbagi nasi geratis dengan taggar #teknikpeduli. Dalam program sosial tersebut BEM FT juga menggandeng Korp Suka Rela (KSR) Unila dan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk pelaksanaan donor darah. Sedangkan kegia-


KAMPUS IKAM

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Unila Marak Curanmor

5

Unila-Tek: Satuan Pengamanan (Satpam) Universitas Lampung (Unila) sudah enam kali mendapat laporan kehilangan sepeda motor selama Oktober hingga November di kawasan Unila. Salah satu korban, Yayu Asnaini (FKIP Ekonomi’15) mengaku kehilangan motornya yang ia parkirkan di lapangan parkir depan Grha Kemahasiswaan, Senin (26/10). Yayu baru sadar motor­ nya dicuri saat hendak pulang pukul 19.30. Ia pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke Satpam, tapi ia malah disarankan untuk melaporkan pencurian motornya ke Polisi. Mengikuti saran dari Satpam Unila, keesokan harinya Yayu melapor ke Polisi. Namun, sampai saat ini Yayu belum mendapat kabar apa pun. Anggi Arif Wibowo (IESP’11) juga kehilangan motornya yang

ia parkirkan di lapangan parkir musolah Fakultas Teknik (FT) sekitar pukul 16.00. Saat Anggi memeriksa motornya pukul 17.56 hingga 19.03 motor dengan nomor plat BE 3630 ­ HM miliknya itu masih ada di tempat parkir. Namun pukul 21.30 motor miliknya sudah raib. “Waktu itu saya langsung lapor ke Satpam. Tadinya mau lapor ke pihak kepolisian, tapi dilarang sama satpam. Soalnya STNK saya kan hilang, jadi kalau lapor takutnya dipersulit dan lebih parahnya dianggap memberikan berita palsu. Jadi saya gak lapor polisi,” jelas Anggi. Menurutnya pihak keamanan mulai memasang CCTV di titk-titik rawan pencurian, dan mengimbau mahasiswa untuk menambahkan kunci ganda baik berupa sensor maupun kunci gembok. Menanggapi masalah terse-

but, Syafei selaku Komandan Satpam mengaku sudah mengoptimalkan keamanan di Unila. Pada awal Januari, Satpam Unila telah memberikan batas-batas wilayah yang dilarang parkir. Pada Oktober lalu, pihaknya telah membuat selebaran berisai imbaun untuk memakirkan motor di tempat yang disediakan, dan di tempat-tempat yang diawasi, serta imbauan untuk menambahkan kunci ganda. Selain itu, Satpam Unila juga melakukan kerja sama dengan Buser Sektor Kedaton. “Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan keamanan di Unila, tetapi kami juga butuh bantuan dari para mahasiswa supaya tertib parkir dan patuhi aturan. Jangan memarkirkan motor di titik rawan yang sudah dilarang. Tambahkan juga kunci pengaman,” imbau Syafei.=

sekitar Maret atau April akan dimulai dilanjutkan,” ungkap Lusmelia Afriani, selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, Teknologi Informasi dan Komunikasi. Aprilia (FKIP Biologi ’12) menyambut baik keputusan tersebut. Ia sempat me­ nyayangkan tertundanya pembangunan RSP yang dulu berbarengan dengan Mal Lampung itu. “Tahun depan jangan sampai gak jadi dibangun,” ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa pihak rektorat harus lebih bersemangat meminta dan mengupayakan

dana untuk kelanjutan RSP. Meski belum mendapat informasi langsung dari pihak terkait, Wakil Presiden BEM Unila, Deny Yuniardi (FKIP Bahasa Indonesia ’11) turut mendukung keberlanjutan RSP yang pembangunannya sempat molor itu. Areal RSP yang sudah ditumbuhi semak lebat memang sudah tak terlihat seperti bangunan. Sebagai mahasiswa, ia mengaku akan terus mengikuti perkemba­ ngannya. Ia pun berharap rektor terpilih serius melanjutkan pembangunannya hingga rampung. =

pelayanan, kegiatan kemahasiswaan, kiprah alumni, dan kontribusi alumni dalam jurusan serta lainnya. “Kalau kita bicara akreditasi bukanlah menuju ke A atau B, yang terpenting adalah ada ­up­a­­ya perbaikan terus menerus agar kualitas layanan kepada masyarakat meningkat,” ujar Ir.Azhar selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia. Ia juga menjelaskan dari aspek manajemen, penyediaan dokumen-dokumen jurusan sudah siap, dan jauh lebih meningkat dari tahun lalu. Minat pendaftar yang mengalami peningkatan, mengakibatkan persaingan masuk ke Teknik Kimia semakin ketat. Hal ini mengindikasi, bahwa masyarakat

sudah memperlihatkan tingkat kepercaanya pada institusi. Prestasi mahasiswa juga termasuk ke dalam kinerja jurusan. Penyediaan dosen dari kuantitas serta kualitas menjadi ukuran penilaian, hal ini juga yang menjadi saran dari BAN-PT sebelumnnya. Sampai tahun ini Teknik Kimia memiliki 18 dosen pengajar yang dinilai masih belum cukup dikarenakan pertambahan Mahasiswa aktif yang dari data Desember 2014 akhir tercatat 320 mahasiswa aktif di Teknik Kimia. “Dari akreditasi ini, semoga hasilnya memuaskan berbagai elemen , mulai dari dosen, fakultas, Unive­ rsitas, mahasiswa, serta masyarakat.” harap Azhar =

Satu Gedung untuk RSP

Foto Luvita Willya Hendri

Oleh Trias Suci Puspa Ningruma

Menggali. Beberapa pekerja menggali sebuah lubang penampungan air dengan lebar 5 meter dan kedalaman 4 meter di depan gedung Pascasarjana FKIP. Foto dibidik (30/10).

Oleh Retnoningayu Janji Utami

Unila-Tek: Kedatangan tim evaluasi Dirjen Dikti pertengahan Oktober lalu, membawa angin segar bagi kelanjutan pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) di Unila. Dalam kunjungan tersebut, tim evaluasi tak dapat meloloskan keinginan Unila untuk melanjutkan pembangunan RSP secara keseluruhan. Alhasil, hanya satu gedung saja yang akan dibangun dengan biaya 60 miliar rupiah. “Untuk sementara ini Unila konsen untuk berharap ke APBN. Jika Desember akhir ini sudah ada keputusan dari pemerintah,

BAN-PT Sambangi Teknik Kimia

Oleh Retnoningayu Janji Utami

FT-Tek: Selasa (10/11) Tim Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) mengunjungi ke jurusan Teknik Kimia Universitas la­ mpung (Unila) dalam rangka peningkatan Akreditasi. Pagi itu pihak BAN-PT beserta dengan tim penjaminan mutu jurusan melakukan rapat dalam rangka verifikasi dokumen-dokumen dengan kenyataan di lapangan. Akreditasi merupakan suatu proses penjaminan mutu dan pembinaan secara berkelanjut­ an. Kegiatan ini wajiib dilakukan suatu institusi di manapun setiap lima tahun sekali. Banyak standar yang harus dilaporkan mulai dari aspek manajemen dan pelaksaanaan Tridharma Perguruan Tinggi,

Evaluasi Satu Tahun Jokowi Oleh Faiza Ukhti Annisa

Unila-TEK: Badan Eksekutif Mahasiswa Unila (BEM U) mengadakan diskusi publik di gazebo beringin Unila, Kamis (15/10). Diskusi yang ­me­ngusung tema “Evaluasi Satu Tahun Kinerja Jokowi” itu mengkaji dan mengevaluasi kinerja Jokowi yang dinilai belum menampakkan kemajuan. Deni Yuniardi (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ’11) selakUsai diskusi, kegiatan -dilanjutkan dengan Aksi Tolak Asap di Jalur Lintas Sumatera dan Bundaran Raden Intan, Bandar Lampung. Aksi itu bertujuan mengajak ma­syarakat untuk bersama-sama mengevaluasi kinerja peme­rintahan Jokowi serta ­menu­njukkan kepedulian Lampung kepada ­warga Riau yang terkena asap. Aksi ini diikuti 80 orang dari pimpinan BEM U, staf keme­nterian, dan anggota ­Komando pasukan aksi (Kopassi). Bambang Irawan (Admini­strasi Bisnis’11) selaku ­Presiden BEM U menilai pemerintah lamban ­menanggulangi masalah asap yang hampir setiap tahun terjadi. Ia berharap pemerintah agar lebih terbuka terhadap masyarakat dan mahasiswa, lebih profesional dalam pemerintahannya, terbebas dari intervensi asing, serta ada regulasi yang jelas terhadap masalah. =

Mahasiswa Pelopor Perdamaian Oleh Luvita Willya Hendri

Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) bersama Pusat Riset Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia (UI) mengadakan seminar Post-Prison Programme di ruang sidang lt.2 Gedung Rektorat, Jumat (13/11). Seminar dengan tema “Toleransi dan Anti Kekerasan” ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Murni Sulaiman sebagai anggota Negara Islam Indonesia (NII), serta Ichsan Malik mediator konflik di Ambon. Ichsan Malik menjelaskan konflik yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh diskriminasi dan ketidakadilan dari kepastian hukum yang berlaku. “Di atas kepastian hukum tertinggi terdapat ketidakadilan yang tinggi,” kata Ichsan. Ia pun berharap mahasiswa sebagai agent of change dapat mendalami makna Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Sebagai peserta, Mita Wijayanti mengatakan pemuda me­ miliki peran dalam mengatasi konflik yang ada tanpa diwarnai oleh kekerasan. “Saya berharap peserta yang hadir dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat,” tambah mahasiswa Ilmu Komunikasi‘13 itu.=


6 KAMPUS IKAM

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Fun Climbing Mapala Oleh Yayuk Asnaini

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) mengadakan kegiatan fun climbing di depan Graha Kemahasiswa Unila, Selasa-Kamis (2-4/11). Kegiatan yang ditujukan untuk umum tersebut mengajak peserta untuk mencoba memanjat papan climbing setinggi 12 meter. Selain sebagai media silahturahmi dengan mahasiswa Unila, acara ini digelar untuk meresmikan papan climbing baru Mapala. Noviatu Sa’adiah (Ilmu Komunikasi ’11) selaku ketua UKM Mapala mengaku bahwa kegiatan ini bertujuan menarik mahasiswa untuk bergabung dengan UKM Mapala. “Selama ini Mapala kan kesannya menakutkan. Harapannya dengan ini, mahasiswa enggak beranggapan seperti itu lagi,” tambahnya. Dengan membayar biaya pendaftaran sebesar 5 ribu rupiah, tiap peserta berkesempatan mendapatkan doorprize menarik yang sengaja ditempel di papan climbing. Handoko (Teknik Pertanian ‘14) mengaku baru pertama kali mencoba climbing. Ia merasa climbing adalah hal yang menyenangkan meski cukup menguras tenaganya. Salah satu peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi Teknokrat, Reja Pahlevi Ikhsansi mengungkapkan banyak manfaat yang ia dapatkan. ”Mulai dari menambah wawasan, pengalaman, serta memperbanyak teman,” ungkapnya. =

Unila Kukuhkan Guru Besar Oleh Hendi Nur Pratama

Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) kembali menambah jumlah profesornya tahun ini. Bujang Rahman resmi dikukuhkan oleh Rektor Unila sebagai Profesor Bidang Manajemen Pendidikan, di Gedung Serba Guna (GSG), Kamis (5/11). Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Mempersiapkaan Guru Profesional Suatu Pendekatan Komprehensif”, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini mengatakan dirinya akan meneruskan riset yang berkaitan dengan pembinaan guru, karena guru adalah ujung tombak pendidikan. “Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan, maka yang pertama harus ditingkatkan adalah gurunya. Jika mutu guru sudah ditingkatkan, maka yang lainnya akan menyesuaikan,” ujarnya. Menurutnya, Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan yang dilihat dari kualitas dan profesionalitas guru. Selama ini peningkatan mutu guru dilakukan secara parsial. Masing-masing pihak kurang si­nergis seakan berjalan sendiri. Pemerintah mengadakan pelatihan sendiri, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) seakan melepas tanggung jawab pasca meluluskan peserta di­diknya, sekolah seperti hanya didikte saja. “Semua harus duduk bersama dan masing-masing memiliki pedoman. Artinya semua pihak dapat memformulasikan kerangka acuan pembinaan guru profesional yang dapat dijadikan acuan bersama oleh semua pihak dalam memainkan peran ma­sing-masing,” ujarnya berharap=

NGEKHIBAS Curanmor marak lagi?

Mahasiswa parkir sembarangan sih! RSP mau dibangun lagi?

Semoga kali ini bener deh.. Mahasiswa minim organisasi? Mau jadi apa nantinya!

Dua kali periode masih banyak PR? Rektor selanjutnya harus kerja keras tuh!

Foto Luvita Willya Hendri

Parkir. Beberapa pekerja sedang membuat tempat parkir dengan memperluas bahu jalan di belakang gedung Rektorat. Foto dibidik Jumat (30/10).

Kembangkan Potensi Jiwa Wirausaha

Oleh Defika Putri Nastiti dan Kalista Setiawan

FKIP-TEK: Association of Economic Education Students (ASSETS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan stadium general, Jumat (30/10) di Aula K FKIP. Kegiatan yang mengusung tema “Melalui Stadium General Kembangkan Potensi Kewira­usahaan dalam Diri Mahasiswa” itu dihadiri 350 mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2013, 2014 dan 2015. Acara yang dihadiri oleh Muhammad Fuad (Wakil Dekan Bidang Kemahsiswaan dan Alumni), Zulkarnain (Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), Teddy Rusman (Ke­tua Program Studi Pendidikan Ekonomi), serta sembilan pengusaha asal Bali itu mengajak mahasiswa Pendidikan Ekonomi untuk menjadi enterpreneur. Tedi Rusman selaku ketua jurusan dan ketua pelaksana berharap

mahasiswa bisa menjadi enterpreneur muda dan dapat menciptakan la­pangan pekerjaan sendiri. “Stadium general ini penting dilakukan setiap semester­ nya mengingat bahwasannya Universitas Lampung sedang gencar meningkatkan status akreditasi dan syarat akreditasi adalah melaksanakan stadium general atau kuliah umum setiap semester,” ungkap Zulkarnain. Salah satu pemateri, Agung Darmayanto pengusaha Dewata Bali Souvenir mengatakan untuk menjadi pengusaha, mahasiswa dapat memulai dengan merencanakan usaha, fokus, kreatif serta mampu berkompetisi. “Mahasiswa dapat me­ mulai dengan membuka kedai kecil-kecilan,” ujarnya. Nantinya, penghasilan usaha tersebut dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai modal untuk menciptakan lapangan pekerjaan. “Dengan niat, ke-

mauan yang keras, berusaha dan dengan modal yang cukup maka bisa menjadi penguasaha sukses,” tambahnya. Sukur Pamudi (Pend. Ekonomi ’13) selaku Ketua ASSETS berharap dapat membuat acara-acara yang lebih baik lagi, serta menghadirkan narasumber yang lebih hebat lagi guna memajukan ASSETS, Pendidikan Ekonomi dan Unila. Salah satu peserta stadium general, Dyah Ayu Ramadhani (Pendidikan Ekonomi ’14) me­ ngaku bahwa kegiatan tersebut dapat menambah wawasannya tentang dunia kewirausahaan. senada dengan Dyah, Belika Riswana (Pendidikan Ekonomi ’15) ikut mengapresiasi kegiatan tersebut. “Kegiatan ini menambah wawasan. Materi yang disampaikan pun menarik,” ujar Belika. Ia berharap ASSETS dapat mengundang lebih banyak pemateri dikesempatan yang lain.=

Malahayati, Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan dan Insitut Bisnis dan Informatika (IBI) Darmajaya. Noviatus Sa’adiah (Ilmu Komunikasi’11) selaku Ketua Umum Mapala menjelaskan keikutsertaan Mapala Unila dalam ajang itu salah satunya membantu mempromosikan Tahura sebagai objek wisata. Ia menambahkan ajang Tahura akan diadakan kembali di tahun depan. Novia berharap acara yang akan datang bisa lebih ramai dan dapat diadakan lebih dari satu hari. “Saat itu acara dilaksanakan hanya setengah hari,

kita belum terlalu tahu namanya Tahura jadi kalau acara dilaksanakan lebih dari satu hari kan kita bisa lebih mengenal Tahura,” ujarnya . Apis Prada Ramadhan (Teknik Sipil ’13) yang merupakan ang­gota Mapala Unila yang juga mengikuti acara tersebut merasa terkesan dengan keseruan rangkaian acara. Ia mengaku senang mengikuti acara itu, karena dapat berkenalan de­ngan mahasiswa lain yang sehobi dengan­ nya, juga mendapatkan ilmu baru dari acara tersebut.=

Mapala Bantu Promosikan Tahura Oleh Maryadi Budi

Unila-Tek: Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Lampung (Mapala Unila) mengikuti kegiatan Ajang Tahura, Sabtu (32/10) di Tahura Wan Abdurahman, Pesawaran. Ajang Tahura perdana yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu bertujuan memperkenalkan Tahura sebagai tujuan pariwisata di Lampung. Acara jelajah alam tersebut meliputi kegiatan penanaman pohon, lomba ter-selfie, tercepat, tertepat, dan terbaik. Acara itu juga diikuti oleh Universitas Lampung, Universitas


ZONA AKTIVIS

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM):

7

Investasi dengan Modal Kecil

Oleh Ginanjar

investor, atas dasar inilah UKM ini dibentuk. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh tiap anggotanya, setelah open recruitment para mahasiswa baru diberikan tutorial oleh pengurus sekali dalam seminggu dalam enam kali pertemuan. Tutorial tersebut mengajarkan tentang dasar-dasar pasar modal dan pengertian pasar modal. Setelah mereka cukup mengerti dasar-dasar pasar modal mahasiswa baru selanjutnya diajarkan cara-cara memilih saham dan berinvestasi. Selanjtunya para mahasiswa baru yang merupakan anggota muda KSPM tersebut akan diarahkan ke bidang-bidang yang ada di KSPM sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat mereka. Mereka yang lebih menonjol di bidang pengkaderan keilmuan atau krativitas, dan yang lebih mengarah ke bidang akademis akan diarahkan ke bidang pasar modal. KSPM memiliki tiga bidang yaitu bidang pengkaderan, bidang keilmuan, dan bidang kreativitas. Masing-masing

bidang bergerak untuk menguatkan tiap anggota agar memiliki modal dasar untuk menjadi investor profesional nantinya. Sobiansyah Eka Pratama (Akuntansi’13) sebagai Ketua Umum KSPM periode 2015/2016 menjelaskan bahwa visi misi KSPM adalah menciptakan gen-gen pasar modal yang berdaya saing, inovatif, dan memiliki loyalitas dalam bingkai kekeluargaan. Selama kepengurusannya setahun ke depan, KSPM akan menekankan setiap anggotanya untuk lebih serius terutama pemahaman seputar pasar modal dan pentingnya berinvestasi. Menurutnya berinvestasi sangat penting dalam kehidupan ekonomi. Robiansyah merasa prihatin atas kondisi sedikitnya investor-investor di Indonesia, tercatat kurang dari

1% investor di Indonesia. Robiansyah berharap tiap anggota KSPM menjadi investor-investor muda Indonesia. KSPM telah mencetak alumni yang sudah berhasil menjadi investor, salah satunya a­ dmin bursa efek di Lampung, kapita sekuritas di pasar modal di Garuda Nusantara. Bukan tak ada halangan menjaga eksistensi KSPM. Kesulitan yang di hadapi KSPM menurut Robiansyah karena program-program KSPM bergerak di bidang edukasi sedangkan mahasiswa sekarang cenderung hedonis

sehingga agak sulit diajak ke arah bidang edukasi, mereka beranggapan program-program di KSPM terlalu mengarah ke akademis yang membuat mereka bosan. Robiansyah pun berharap banyak ­mahasiswa yang ingin tahu dan mengerti tentang pentingnya pasar modal, serta mengerti pentingnya berinvestasi. Dan selanjuntya bisa mengubah paradigma masyarakat tentang investasi yang masih dianggap sesuatu yang membutuhkan modal yang besar dan susatu yang mahal. =

Dok.

B

erinvestasi ternyata tak selalu membutuhkan modal yang besar dan mahal. Seperti sekelompok mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unla) yang tergabung dalam Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) ini, mereka belajar berinvestasi dengan modal yang kecil sesuai dengan kantong mahasiswa. Dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ini tiap anggotannya yang merupakan mahasiswa FEB belajar cara-cara berinvestasi dan memahami soal pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa dijual-belikan. Organisasi tingkat fakultas ini berdiri sejak 27 September 2000 yang didirikan oleh Edi Susanto. Selain mewadahi para mahasiswa untuk balajar cara-cara berinvestasi, sebagai lembaga kemahasiswaan yang bergerak di bidang edukasi terutama di bidang pasar modal, selama 15 tahun berdiri KSPM berusaha menciptakan generasi-generasi muda yang berjiwa

Komunitas Komunitas Malam Puisi:

Wadah bagi Pecinta Puisi Oleh Defika Putri Nastiti

D

ua puluh pencinta puisi berkumpul dalam satu komunitas puisi yang tampil hanya di malam hari, sesuai dengan namanya Malam Puisi Bandarlampung. Komunitas ini aktif mengikuti berbagai macam event hampir setiap bulan, dan mengikuti acara-acara yang berkaitan tentang puisi di Bandarlampung. Mereka biasa melakukan kopi darat serta latihan puisi di best camp yang bertempat di Bumi Puspa Kencana atau di kafe yang tidak terlalu ramai serta yang menyediakan live music. “Dipilih tempat seperti itu agar membantu kami untuk latihan puisi,” ujar Muntia selaku ketua komunitas ini, Rabu (28/10). Berawal dari kekecewaan tidak dapat menghadiri acara yang diadakan Malam Puisi Jakarta, Muntia Hartati beserta beberapa kawannya berinisiatif membuat Komunitas Malam Puisi di Bandarlam-

pung. Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi 2012 Universitas Lampung (Unila) ini merasa bahwa di Bandarlampung bahkan Lampung wadah bagi para pencinta puisi sangat kurang, Maka pada awal November 201, setelah mengajukan permohonan Tim Penggerak kepada admin akun twitter @ MalamPuisi dan diterima dengan baik, akhirnya Malam Puisi Bandarlampung membuat akun twitter resmi yakni @ MalamPuisi_BDL. Sounding pertama tentang #MalamPuisiBDL hanya dilakukan di twitter. Muntia dan kawan-kawannya pun tak menyangka banyak respon positif bermunculan. Akhirnya tanggal 10 November 2013, Malam Puisi BDL perdana sukses diselanggarakan. Komunitas Malam Puisi sendiri berdiri pertama kali di Bali pada Maret 2013. Lalu komunitas ini memprakasai serta

Foto Ginanjar

menyebar luaskan wadah baru bagi pencinta puisi di Indonesia. Hingga kini komunitas Malam Puisi telah mempunyai 40 cabang di Indonesia. Komunitas Malam Puisi Bandarlampung merupakan cabang ke-18 dari komunitas Malam Puisi. Dalam komunitas ini ada cabang-cabang bagi pembacaan puisi, yaitu cabang baca puisi, musikalisasi puisi, prolog, serta cabang lain yang dapat dikaitkan dengan metode pembacaan puisi. Ko-

munitas Malam Puisi Bandarlampung menerima siapa saja pemuda-pemudi Lampung yang mencintai puisi untuk bergabung. Pada 10 November lalu, komunitas Malam Puisi Bandarlampung berkolaborasi dengan komunitas Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) yang sedang melakukan tur di Sumatera dalama rangka memeriahkan bulan bahasa dengan menyelenggarakn berbagai acara menarik di berbagai kota

di Indonesia. Acara yang diselanggarakan antara lain diskusi tentang korupsi, Sadar membaca serta menginformasikan kepada masyarakat tentang korupsi. Dalam acara tersebut Komunitas Malam Puisi Bandarlampung akan membacakan puisi. Galih Aditya yang merupakan salah satu anggota komunitas ini berharap komunitasnya dapat lebih dikenal, lebih solid, dan lebih kompak=


8 REPORTASE KHUSUS No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Foto Hayatun Nisa Fahmiyati

Dalam Kebimbangan

Mengambil Peran Oleh Yola Savitri, Ayu Yuni Antika

Datangnya mahasiswa baru menjadi ajang perekrutan besar-besaran bagi tiap UKM di Unila, sayangnya antusiasme mahasiswa baru hanya di awal. Banyak hal yang menurunkan minat mahasiswa untuk berorganisasi, mulai dari faktor eksternal hingga faktor internal mahasiswa sendiri. Kebimbangan dalam mengambil peran dalam organisasi malah membuat mahasiswa manjadi pasif.

M

enjelang pukul 16.00 WIB, lapangan rumput yang berada di belakang gedung Rektorat Universitas Lampung (Unila) mulai ramai didatangi mahasiswa dari berbagai fakultas. Sore itu, seperti sore-sore lainnya, mahasiswa-mahasiswa itu akan berkumpul sesuai organisasi yang mereka ikuti. Ada yang mengadakan rapat, ada yang berlatih ketangkasan, atau sekadar berdiskusi ringan. Kedatangan mahasiswa baru yang ikut organisasi membuat suasana sore makin ramai. Namun, antusiasme mahasiswa baru dalam berorganisasi tak jarang hanya di awal saja. Seperti yang disampaikan Yusuf Efendi (Teknik Geofisika’11), selaku Ketua Umum Korps Suka Rela (KSR) ia tak menampik di awal penerimaan mahasiswa baru, mahasiswa yang berorganisasi terbilang tinggi. “Tahun ini saja yang mendaftar KRS sekitar 135 orang. Tapi, semakin ke sini yang aktif enggak ada seperlimanya,” ujar Yusuf.

Keikutsertaan mahasiswa dalam KSR memang tak dipaksa, karena menurutnya seleksi alam masing-masing anggota akan menyaring mahasiswa itu berorganisasi di KSR atau tidak. “Kuantitas tidak memengaruhi kualitas dan kinerja KSR. Namun, niat bergabung akan memengaruhi kualitas masing-masing anggota,” tambahnya. Tak berbeda dengan Yusuf, Ade Putri Damayanti mengaku permasalah Sumber Daya Manusia (SDM) selalu menjadi polemik dalam reorganisasi di Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Zoom. Ketua umum UKM fotografi ini menyayangkan dari 90 mahasiswa yang mendaftar UKM Zoom, hanya menyisakan 40 mahasiswa yang sampai ke tahap wawancara dan tertulis. Tahapan-tahapan berikutnya menghasilkan anggota Zoom yang benar-benar loyal dengan jumlah delapan sampai sepuluh orang saja. Padahal, Zoom telah memberikan kemudahan bagi anggotanya dengan segala

fasilitas yang ada di sekretariat, seperti komputer, printer, dan sinyal wifi untuk mengerjakan tugas kuliah, agar tetap bisa berkegiatan di Zoom. UKM Komando Resimen Mahasiswa (Menwa) juga mengalami hal yang sama, meski Arif Dwi Purnama mengaku jumlah anggotanya semakin membaik, terlihat dari sekitar 200 pengurus yang masih aktif. Namun, ia tak menampik masih ada mahasiswa yang mendaftar kemudian menghilang begitu saja. Di tahun ini, kurang lebih seratus pendaftar yang sampai Pradiksar hanya 25 orang. Salah satu faktornya adalah perkuliahan yang kurang mendukung. Bagi Menwa, mandat serta tugas bela negara harus dilaksanakan dan seringkali mereka mendapat tugas untuk upacara dan kegiatan bela negara lainnya baik di Bandarlampung maupun di luar kota. Namun, jadwal perkuliah seringkali bertabrakan, surat dispensasi masih sering tidak dianggap. Akhirnya disamakan dengan mahasiswa yang mem-

bolos tanpa keterangan. Menilik permasalahan yang terjadi, UKM Bidang Seni (BS) membuat terobosan baru untuk menarik minat mahasiswa bergabung dengan organisasi. Salah satunya berinovasi dalam kegiatan open recruitment anggota. “Kami menggunakan seruan-seruan bernada unik dan humoris yang banyak ditempel di papan pengumuman Graha Kemahasiswaan dan fakultas di Unila. Kami tidak hanya membuat format yang mainstream dalam bentuk reklame biasa,” ujar Edythia Rio selaku Ketua Umum UKM-BS. Menanggapi mahasiswa yang tidak aktif di organisasi, ia tak menyalahkan mahasiswa yang memilih mengejar nilai akademik dibandingkan organisasi. “Semua itu pilihan mereka. Mungkin yang menjadi pertimbangan regulasi pendidikan yang menuntut supaya mahasiswa bisa cepat lulus tepat waktu,” kata mahasiswa jurusan Manajemen angkatan 2011 itu.

Memilih tak mengikuti organisasi Banyak alasan yang membuat mahasiswa enggan berorganisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Adnan Bahrul Ulum (Teknik Pertanian’12) yang tahu tentang adanya seleksi alam dalam sebuah organisasi. “Awalnya saja semangat lalu habis (orangnya) karena rata-rata tidak ada tujuan masuk ke situ dan hanya untuk bersenang-senang saja. Dari situ tidak dapat sesuatu yang lebih lewat organisasi kampus,” ujarnya Adnan beranggapan kalau mahasiswa yang ikut organisasi haruslah yang memang cakap untuk kemajuan organisasi tersebut, sementara mahasiswa yang pendiam dan cenderung tidak menonjol dalam sebuah kumpulan itu tidak akan ada kemajuan apapun walau ikut organisasi. “Yang dari awal pintar ngomong diangkat(jabatannya) makin pintar ngomong dan sebaliknya ya gitu-gitu aja,” tambahnya. Ia mengaku lebih baik bisa


REPORTASE KHUSUS No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

membentuk suatu komunilau tidak ikut organisasi waktu tas sendiri yang bisa terjun akan terbuang dengan berlangsung ke masyarakat darmain tanpa ada hasilnya,” ujar ipada ikut organisasi, namun mahasiswi Pendidikan Bahasa hanya jadi Inggris “buntutnya” angkatan saja. Meski be2013 ini. gitu, pernah Berbeterbesit juga da den“Saya bukan orang gan Reni, dipikiran mahasiswa yang B a y u hobi futsal itu yang konsisten dan S a p u t r a untuk ikut ber(Agribgabung di UKM tidak suka dengan hal isnis ’12) Koperasi Mamenuruthasiswa (Kop- yang terikat. Saya juga nya ada ma). sisi negaTidak memitif dan cepet bosan,” liki pengalapositif man berord a l a m ganisasi juga mengiAdnan Bahrul Ulum membuat makuti or(Teknik Pertanian’12) hasiswa engganisasi. gan ikut andil “Baiknya dalam organd a p a t isasi. Salah satunya Said Achilmu di luar perkuliahan, tapi mad yang mengaku sejak SMP ya negatifnya terkadang bidang tidak pernah terlibat dalam akademisnya menurun,” organisasi. “Saya bukan orang keluhnya. Mahasiswa yang akyang konsisten dan tidak suka tif di Himpunan Mahasiswa dengan hal yang terikat. Saya Sosial Ekonomi Pertanian (Hijuga cepet bosan,” ungkap mamaseperta) mengaku kemahasiswa Ilmu Komputer tahun juan teknologi telah membuat kedua itu. mahasiswa ketergantungan Sedangkan, Desis Kurniyati dengan gawai. “Intensitas ber(Agroteknologi ’10) mengaku komunikasi dan bersosialisai salah satu alasannya tidak ikut langsung dengan teman sanberorganisasi lantaran banyak gat jarang dilakukan sejak ada senior dalam organisasi tersegedget. Selain itu, mereka engbut yang kuliahnya berantakan. gak sungguh-sungguh akhirn“Enggak heran ada yang bilang ya banyak yang tidak bertahan organisasi mengganggu akadekarena tidak bisa menjaga mik,” tuturnya. komitmen,” tukasnya. Lain halnya dengan Neni Sedangkan yang telah dialami oleh mahamenurut Ade, siswa yang pernah berorganmahasiswa isasi. Mahasiswi FKIP Fisika yang berangkatan 2012 ini memilih o rga n i s a s i untuk berhenti dari FPPI dan juga paham Himaskta setelah dua tahun b a ga i m a beraktivitas di dalamnya. Suna cara litnya membagi waktu organmemperisasi dengan kuliah membuat lakukan ia memutuskan untuk berhenti o r a n g berorganisasi dan fokus pada lain, berbicara di nilai akademiknya. depan umum, dan bertingkah Kini ia merasa kehilangan laku. Mahasiswa tidak serta aktivitasnya di organisasi dulu, merta bisa begitu karena pada meski begitu ia mengatakan awalnya banyak juga yang pemerasakan manfaat dari bermalu namun mereka terbentuk organisasi. Ia mengaku karena untuk menjadi pemberani dan pernah berorganisasi ia merapemimpin yang baik. sa lebih mudah menyelesaikan “Zoom melatih kehidupan masalah dalam hidupnya, sosial dan juga mental anggotmemiliki mental yang berani, anya. Saat menghadapi orang serta bisa mempimpin dalam banyak, orang-orang penting kelompok. dan attitude. Di Zoom, attiManfaat berorganisasi tude itu nomor satu, jika ada Tergabung dalam organisasi, calon anggota yang loyal nabanyak mendatangkan manmun attitude-nya nol tidak faat bagi mahasiswa. Hal ini dibisa menjadi anggota. Anggota buktikan oleh Reni Andriyani. Zoom harus tahu di mana saat Sebagai anggota UKM Pramuka harus bercanda dan serius. Unila, Reni mengaku mendapat Harus paham posisi sebagai banyak pelajaran perjuangan, junior maupun senior,” jelas kekompakan, dan kemandimahsiswa Sosiologi angkatan rian. Tak hanya itu, menurutn2012 itu. ya dengan berorganisasi dapat Selain manfaat tersebut, memperbanyak relasi untuk menjadi anggota UKM khususdunia kerja nantinya. “Masa nya Zoom juga bisa dapat ilmu depan lebih cerah lagipula kafotografi gratis dari senior-se-

nior, sedangkan les fotografi membutuhkan biaya yang tidak murah. Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U), Deny Yuniardi (Pend. Bahasa Indonesia ’11) membenarkan bahwa ada penurunan minat mahasiswa dalam mengikuti organisasi. Padahal menurutnya organisasi tidak bertentangan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mahasiswa sering mengambinghitamkan organisasi saat akademik mulai menurun. Menurutnya, pemuda saat ini sedang menikmati Indonesia modern, untuk itu sangat penting bagi organisasi melakukan inovasi agar hobi dan minat mahasiswa dapat tersalurkan. Seiring bertambahnya jumlah UKM dan HMJ di lingkungan Unila seharusnya ikut dibarengi dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang aktif organisasi. Hal tersebut disampaikan oleh Igo Febrianto.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila tersebut tidak bisa menilai kecenderungan minat mahasiswa Unila berorganisasi karena tidak

ada data pastinya namun ungkapnya, memang seharusnya bertambah seiring juga dengan perkembangan teknologi sekarang ini. Ia hanya bisa menilai perbedaan antara mahasiswanya yang aktif berorganisasi dibandingkan yang tidak, terlihat ketika perkuliahan. “Hal tersebut terlihat dari segi afektif berupa sikap, perilaku, lancar berkomunikasi serta menyampaikan pendapat. Sementara nilai serta besarnya IPK adalah segi kognitif. Seharusnya mahasiswa memiliki kedua hal tersebut dan menyeimbangkan porsinya,” paparnya. “Ikut organisasi itu pilihan. Ruginya ikut organsasi itu capek, kalau tidak mau capek ya tidak usah ikut organisasi. Mahasiswa yang berorganisasi tidak boleh mengeluh karena memang itu risikonya. Yang hebat itu mahasiswa berorganisasi yang semua orang di kelas tahu dia capek. namun ia tetap mengikuti kelas dengan baik, hal tersebut yang patut mendapat apresiasi yang besar,” tuturnya. Ia sendiri sangat mengapresiasi mahasiswa yang berorganisasi selama tidak ada peraturan yang dilanggar dan tidak mengatasnamakan organisasi untuk melanggar presensi. Solusi Menanggapi masalah kekuatan surat dispensasi yang kurang dianggap oleh beberapa dosen, Igo mengakui bahwa karateristik dosen di Unila berbeda-beda. Harus ada etiket baik dari mahasiswa yang memiliki tugas organisasi di luar kampus untuk meminta izin secara langsung terlebih dahulu kepada dosen yang bersangkutan daripada hanya menyerahkan surat dispensasi yang dititipkan. Igo yang juga pernah berkecimpung sebagai aktivis kampus ini mengakui bahwa banyak manfaat yang didapat dari berorganisasi. Ia yang pernah menjabat sebagai Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa Pilar FEB di tahun 2000-an ini mengaku meski organisasi yang diikutinya dulu tak berkaitan dengan disiplin ilmunya, ia tetap mendapat manfaat lainnya seperti skill berargumen, memimpin, mengelola usaha untuk bekal menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

9

Syafarudin Rahman, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini juga menekankan pentingnya mahasiswa berorganisasi. “Organisasi ilmunya banyak. Baru tahu pentingnya (berorganisasi) nanti setelah kerja. Tidak hanya IQ yang dilihat namun juga EQ dan SQ dalam artian mampu mengelola kelompok, mengelola usaha serta kemampuan memanajemen organisasi,” katanya. Kemampuan tersebut tambahnya dapat dipelajari saat aktif berorganisasi karena mahasiswa dituntut untuk dapat kreatif, contohnya saat ditunjuk untuk ikut dalam kepanitiaan sebuah event. Dengan sendirinya mendapat ilmu membuat proposal, mencari, dan menghubungi pembicara, mencari dana serta mendapat pengalaman baru. Apalagi untuk bersaing di era MEA sangat disayangkan jika hanya menjadi mahasiswa yang minim soft skill. Sebagai dosen ia juga dapat melihat mahasiswanya yang ikut organisasi dan yang tidak. “Kalau sudah disuruh jadi komti atau ketua kelas tidak ada yang mau, sudah, itu berarti tanda-tanda kalau tidak ada mahasiswa yang ikut organisasi,” katanya. Ia juga menyarankan solusi yang dapat dilakukan organisasi kampus untuk menarik minat mahasiswa, Syafarudin menyarankan memperbanyak testimoni dari alumni yang telah sukses berkarier. Dengan pengalaman yang benar-benar dirasakan oleh alumni saat bersaing di dunia kerja dengan modal pengalaman organisasi yang dimiliki selain modal IPK, testimoni tersebut dapat menjadi motivasi untuk mahasiswa di luar sana yang belum mengerti akan manfaat dari berorganisasi. Menyoal masalah klasik, pembagian waktu yang sulit antara kuliah dengan kegiatan organisasi, Syafarudin yang pernah aktif dalam pers mahasiswa Teknokra ini mengatakan mahasiswa hanya harus memanajemen waktu. Porsi belajar serta berkegiatan harus seimbang. Tidak ada masalah yang berarti jika mahasiswa mampu mengatur waktu sebaik-baiknya. Ia berharap mahasiswa dapat benar-benar memanfaatkan waktunya untuk kegiatan yang dapat menambah softskill selain dari tugas utamanya, yaitu belajar. “Karena penyesalan tidak pernah di depan. Contoh kecilnya dapat dirasakan saat mahasiswa KKN. Akan ada halhal yang tidak dimengerti oleh mahasiswa yang tidak berorganisasi karena tidak ada pengalaman,” ujarnya. =


10 POLLING

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Unila dalam Dua Periode Kepemimpinan Oleh : Fajar Nurrohmah, Faiza Ukhty Annisa Supervisor : Kurnia Mahardika Enumerator : Ariz Nisrina, Trias Suci Puspa, Atsila Husna, Kalista Setiawan, Yayu Asnaini, Tuti Nur ­Komariah, Rocky Irfan, Rian Meigiana, Alfanny Pratama, Zahra Qurotu’aini, Putri Lestari, Khusnul Aulia Infografis : Fajar Nurrohmah

Poling ini dilakukan pada 29-30 Oktober 2015. Responden merupakan mahasiswa aktif Universitas Lampung (Unila) angkatan 2013, 2012, 2011, 2010, 2009 sebanyak 120 responden, yang diambil secara acak dari setiap jurusan atau program studi di delapan fakultas. Metode ini memilki tingkat kepercayaan 95%, margin of error 5% dalam kondisi penarikan Simple Random Sampling. Meskipun demikian kesalahan di luar pemilihan sampel mungkin terjadi.

U

sia emas Unila di tahun 2015 menjadi tahun terakhir Prof. Sugeng P. Harianto menjabat sebagai Rektor. Selama dua periode kepemimpinannya, ia menargetkan Unila menjadi dua puluh perguruan tinggi terbaik di Indonesia di tahun 2015. Namun, di tahun terakhir jabatannya dominasi apresiasi negatif muncul. Proporsi penilaian terhadap kinerja rektor dan jajarannya di periode 2010-2015, tercermin dari komposisi penilaian negatif 45,5 persen dan penilaian positif 41,7 persen. Dengan memperhitungkan kesalahan pencuplikan (sampling error) 5 persen. Menurut Syarif Makhya, selaku dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila selama delapan tahun terakhir masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan seperti Rumah Sakit Pendidikan (RSP), gedung-gedung pascasarjana, gedung FISIP, gedung FH dan beberapa gedung lainnya. Sedangkan dari aspek lingkungan relatif tidak terjaga seperti sekitar jalur dua Unila dan warung-warung di pelataran Gedung Serba Guna yang tampak kumuh. “Masalah yang paling disoroti dalam empat tahun terakhir ialah pembangunan RSP, Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang terlalu tinggi, dan fasilitas yang masih belum sesuai standar”, ujarnya. Hal senada disampaikan Prof. Muhajir Utomo, ia menyampaikan bahwa Unila memiliki mahasiswa yang melebihi kapasitas kampus, dan kampus yang tidak berkembang sehingga kampus semakin penuh.

Kondisi sama baik Dari hasil survei tentang kondisi sarana dan prasarana 29,2 persen responden menyatakan sama baik, 25 persen menjawab lebih baik, 5 persen lebih buruk, 26,7 persen sama buruk, dan 14,2 persen menjawab tidak tahu. Sama dengan perpustakaan Unila, sebanyak 34,2 persen responden menjawab perpustakaan dalam kondisi sama baik, 27,5 persen menjawab lebih baik, 0,8 persen menjawab lebih buruk, 15,8 persen menjawab sama buruk, dan 20,8 persen menjawab tidak tahu. Terkait dengan pelayanan administrasi di Unila 30 persen responden menilai sama baik, 18,3 persen menilai lebih baik, 5 persen menilai lebih buruk, 25,8 persen menilai sama buruk, sisanya 20,8 persen menilai tidak tahu. Dan kedisiplinan sivitas akademika Unila, 37,5 persen responden menilai sama baik, 15 persen menilai lebih baik, 4,2 persen menilai lebih baik, 4,2 persen menilai lebih buruk, 17,5 persen menilai sama buruk, dan 25,8 persen menilai tidak tahu. Sedangkan ruang terbuka hijau di Unila 36,7 persen responden menjawab sama baik, 21,7 persen menjawab lebih baik, 8,3 persen lebih buruk, 15 persen sama buruk, sisanya 18,3 persen tidak tahu. Web Unila Survei menunjukkan website Unila juga diakui 41,7 persen responden menilai lebih baik, 29,2 persen menilai sama baik, 6,7 persen menilai sama buruk, 2,5 persen menilai lebih buruk, dan 20 persen menilai tidak tahu.

Produktivitas lulusan yang bervariasi Produktivitas lulusan Unila masih bervariasi. Pada tahun 2011/2012 produktivitas lulusan mencapai 19,6 persen. Namun, pada tahun 2012/2013 mengalami penurunan hingga 18,6 persen dan kembali meningkat 18 persen pada tahun 2013/2014. Di tahun 2014/2015 produktivitas lulusan cenderung stagnan, tidak mengalami peningkatan dan tidak menurun. Kriteria menuju Top Ten University belum jelas Menurut Syarif Makhya kriteria Unila untuk menuju Top Ten University masih belum jelas, misalnya target jumlah doktor, professor, dan publikasi ilmiah. Masuknya Unila menjadi 10 besar universitas dengan peminat terbanyak, diperkirakan karena daya saing jalur masuk perguruan tinggi yang sangat ketat sehingga Unila menjadi alternatif pilihan karena berada di level menengah=

Grafik ini ­Berdasar dari:


INOVASI

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Pengering Kakao

11

Tenaga Geotermal Oleh Faiza Ukhti Annisa

K

akao menjadi salah satu tanaman yang paling banyak ditaman sebagai hasil perkebunan di Lampung. Namun, kualitas buah kakao yang dihasilkan terbilang rendah. Hal ini karena teknik penjemuran yang digunakan petani kakao di Lampung masih dilakukan secara tradisional, yaitu dijemur langsung di bawah sinar matahari. Teknik ini memiliki banyak kekurangan, seperti cuaca yang tidak menentu, temperatur yang sulit dikontrol, tidak higienis karena dijemur pada tempat yang seadanya, serta besar kadar air pada biji kakao tidak terkontrol. Tentu semua itu menurunkan harga jual kakao di pasar. Hal tersebut mengilhami Ali Mustafa (Teknik Mesin’11) beserta timnya berinovasi untuk meningkatkan kualitas kakao dengan membuat media pengering kakao mekanik. Dibimbing oleh Amrul yang merupakan Kepala Laboratorium Termologi Fakultas Teknik, Ali dan tim memulai penelitiannya di Way Belerang, Kalianda. Mesin yang dibuatnya itu khusus untuk daerah yang memliki sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi atau geotermal. Mesin ini memiliki panjang keseluruhan 5 meter, panjang ruang pengering 2 meter dan tinggi kurang lebih 1

Iklan

Ilustrasi Retnoningayu Janji Utami

meter, karena ukurannya tersebut mesin ini dapat mengeringkan kakao basah sebanyak 173,5 kilogram per jam. Ruang pengering kakao ini terdiri dari 2 buah kipas dan 2 buah sensor yang akan dikontrol dengan arduino uno. Kipas 1 yang dipasang pada bagian atas ruang pengering sebagai exhaust, kipas 2 yang dipasang di samping Heat Exchanger (HE) untuk supply laju aliran udara masuk ruang pengering, sensor DHT-21 dan LM-35 dipasang di dalam ruang pengering, dimana sensor DHT21 berfungsi sebagai sensor kelembaban udara sedangkan, LM-35 sebagai sensor suhu. Cara menggunakan mesin pengering ini sangat sederha-

na, yaitu hanya dengan menghidupkan pompa dan kipas HE. Pada saat proses awal pengeringan dimulai, maka kipas HE akan berputar pelan. Sedangkan kipas keluar (exhaust fan) dalam posisi OFF atau mati, dimaksudkan agar suhu dalam ruang pengering naik dengan cepat. Pompa akan menarik air panas 100 derajat celcius dan panas dialirkan menuju HE kemudian mengalirkan panas ke ruang pengeringan sehingga suhu turun menjadi 65-68 derajat celcius. Air panas yang melewati HE tadi dapat digunakan kembali untuk pemandian air panas dan sebagainya. Apabila suhu dalam ruang pengering lebih dari 68 derajat celcius, maka

sitem akan memberi perintah untuk menghidupkan kipas keluar dan kemudian switch kipas HE berpindah posisi yang awalnya posisi switch 1 berpindah ke switch 3. Tujuannya untuk membuang panas yang berlebihan melalui exhaust fan serta menurunkan panas yang masuk ke ruang pengering melalui pengontrolan switch tersebut agar panas di dalam ruang pengering tetap stabil. Kakao basah dapat dimasukkan sebelum atau sesudah mesin dihidupkan. Ketika kadar air kakao sudah mencapai 8 persen maka mesin akan secara otomatis berbunyi yang menandakan proses pengeringan sudah selesai. Keunggulan pengeringan

menggunakan tenaga geotermal ini ialah ramah lingkungan dan murah karena tidak menggunakan bahan bakar untuk supply energinya, suhu dapat di atur secara otomatis sehingga akan menghasilkan kakao yang berkualitas. “Walaupun ini baru rancangan tetapi kami sudah melakukan simulasi dengan menggunakan software simulasi yang biasa digunakan di jurusan teknik, dan ini hasilnya,� jelas Ali. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan Ali dan tim untuk dapat merealisasikan mesin ini ialah dengan mengirimkan penelitiannya melalui Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk mendapatkan bantuan dana. =


12 ARTIKEL TEMA

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

MAHASISWA, ANTARA IDEOLOGI atau KEPENTINGAN POLITIK PRAKTIS “Pola pikir, budaya berpikir, dan cara p­andang yang berbasis nilai kebangsaan menja­dikan mahasiswa yang berkepribadian dan berkarakter.”

M

ahasiswa merupakan bagian dari pemuda yang memiliki peranan strategis dalam keberlanjutan suatu bangsa. Bahkan, bangsa ini lahir pun tidak jauh membawa nama mahasiswa. Begitu potensial, jika melihat secara luas bagaimana peran dan pencapaiannya di masa lalu. Namun, apa masih mau menari di atas kejayaan dahulu, yang pada pikiran mereka memperjuangkan rakyat, bukan atas dasar kepentingan individu maupun kelompok semata. Pergerakan mahasiswa sekarang dapat dilihat, kala kepentingan masuk dalam tubuh suatu wadah perkumpulan. Jika sebuah pergerakan terus pada kepentingan secara kelompok, maka yang ada keberlanjutan yang terus-menerus dalam lingkaran politik praktis kampus. Penyebaran dan penanaman ideologi, menjadikan mahasiswa berada dalam kotak-kotak dan tidak sejalan. Padahal mereka sering berkoar ‘’Mahasiswa adalah agen perubahan, mahasiswa adalah sosial kontrol’’ tapi kadang mereka tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Mahasiswa yang semestinya menjadi oposisi permanen pemerintah, ternyata bermain dengan partai. Kepentingan rakyat yang semula digembor-gemborkan, lalu hilang kala partai yang bermain dengannya menjadi penguasa. Memang bukan hal yang tabu Iklan

lagi bagi organisasi intrakampus yang sejalan dengan partai politik, yang berhubungan juga dengan organisasi eksternal dalam benang yang sama. Ketika kepentingan politik masuk, itu juga berarti ada tujuan dalam hal tersebut. Bisa menimbulkan asumsi bahwa hancurnya independensi organisasi kampus karena adanya kepentingan politik masuk secara terselubung maupun tidak. Apakah alasan mereka melakukan ini karena asumsi bahwa ‘’Kampus adalah Miniatur Negara’’ yang di dalamnya intervensi asing (partai politik). Mahasiswa maupun organisasi yang terkontaminasi oleh politik praktis mengakibatkan jarak antarmahasiswa itu sendiri. Apakah tidak lebih baik kampus dikatakan sebagai “Labolatorium Bangsa’’, ada budaya mahasiswa berupa di-

skusi dan menulis tetap tumbuh beriringan dengan keintlektualitasan, dan tetap mengawasi kinerja pemerintah agar membawa perubahan untuk rakyat yang lebih baik. Walapun di dalam diskusi ada perdebatan, sebaiknya itulah yang hanya ada dalam forum dan tidak dibawa sampai keluar. Tokoh-tokoh besar perjuangan pun berbeda pikiran ketika berada di dalam forum, tetapi mereka tidak

membawanya sampai keluar, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, D.N Aidit, dan lain-lain. Sebaiknya visi Trisakti perlu dihidupkan, dijabarkan, dioprasionalkan, dan diaplikasikan dalam konteks mahasiswa kekinian. Pertama, mahasiswa ber-

daulat secara politik. ­Artinya, diperlukan nilai-nilai patriotik, nasionalisme, dan kebangsaan agar menjadi benteng dan filter terhadap nilai-nilai global dan asing yang tidak sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Melalui bingkai persatuan, kesatuan, dan ­keutuhan ­bangsa, maka mahasiswa tidak mudah terkotak-kotak o l e h

­ epe­­­n­tingan elit dan politik k praktis. Hal ini dilakukan untuk menjaga, memelihara, dan mengamankan keyakinan mahasiswa yang berdaulat dengan memegang teguh empat pilar bangsa. Kedua, mahasiswa berdikari secara ekonomi. Diperlukan nilai-nilai inovasi, kreasi, dan invensi yang ditanamkan agar memiliki daya saing, etos kerja dan jiwa kewirausahaan bangsa untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan nasional di tengan perdagangan bebas dan pasar bebas. Ketiga, mahasiswa berkepribadian secara budaya. Diperlukan nilai-nilai toleransi, gotong royong, tenggang rasa, humanis, sopan santun, dan simpatik yang ditanamkan agar memiliki jiwa, hati, kepribadian, dan mental yang unggul, baik, beradab, manusiawi, dan bermartabat sehingga mampu membentengi dari ancaman individualisme, radikalisme, matrealisme, hedonisme, dan konsumerisme. Pola pikir, budaya berpikir, pola, dan cara pandang yang berbasis nilai kebangsaan yang dibingkai dalam semangat yang positif, akan mampu menjadikan mahasiswa yang berkepribadian dan berkarakter. Hidupkan Mahasiswa. Jangan sampai menghidupkan kepentingan yang membawa mahasiswa sebagai korban kepentingan politik praktis. = *Anggota LSSP Cendekia Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA

Silahkan kirimkan kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat e-mail Teknokra

ukpmteknokraunila@yahoo.co.id Tabloid Teknokra menerima keluhan yang bisa disampaikan melalui rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh langsung oleh Dosen Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan.

ilustrasiDefika Putri Nastiti

Oleh Panji Satrio*


APRESIASI

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

HARAPAN BARU Silau pagi di ufuk Timur Menyambut maha panutan yang masyhur Yang menaruh beribu tuntutan di bakulnya Tanpa keluh kesah yang merintanginya Mencoba mempreventifkan Agar sinar-sinar mentari terpancar Menambah memrepresifkan Supaya sinar kembali pada posisinya yang benar Hanya menadahkan tangan sang pencipta Untuk membantu dan membimbingnya Sang maha pemberi perubahan Semoga ingat sumpahnya di atas kitab Alfanny Pratama F FKIP, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015

BEBAL ETIKA Suasana tak lagi sama Berbanding terbalik dengan dulu k­ urasa Hidup di antara manusia yang seolah tak butuh manusia Di antara manusia yang hanya mau tau mereka bergelimang harta Saat angan angan ingin terwujud Dengan lihai berganti muka Aku bukan Tuhan, Di saat Kau butuh aku harus utuh Pergi saja ke hutan Lalu mengadu pada tumbuhan Teruk… Hatiku remuk Saat terucap sapa namun cela yang kuterima Mereka pongah atas harta orang tua Untuk apa angkuh karena harta Jika bebal dalam etika…

Waktu

13

Di antara senja aku mencari Gemercik cahaya di antara gelap Menghena nafas panjang dalam sesal Membawaku tenggelam dalam kelam Jika mentari kan bersinar lebih lama Biarkan harapku kan berhias Warnai langkah yang tersisa Temani tiap derup jantungmu Di kala mataku tak mampu lagi terbuka Biarkan mimpi ini selalu nyata Temani tidurku yang sepi Haus akan kasih Harap yang begitu dalam Menusuk jantungku perlahan Namun ku masih berdiri kokoh Karena yakinku akan waktu Okti Triwidayanti FP, Peternakan 2013

Lentera Kepada Bapak saya berkata Wahai penguasa yang terhormat Kami utus Engkau tuk menerima mandat Di bangsa yang katanya bermartabat Kepada Bapak saya berkata Kami bangsa yang sangat kaya Kami ekspor segalanya pada tetangga Termasuk wabah penyakit dan ispa Mereka tertawa bahagia Dan berkata Terimakasih Indonesia Kepada Bapak saya berkata Kami adalah bangsa yang terhormat Yang menyaksikan hewan bercinta Dan membiarkan putra bangsa menganggap itu tayangan remaja Kepada Bapak saya berkata Kami bangga menjadi Indonesia.

Okyana Giti Ananti FKIP. Pendidikan Bahasa dan Sastra ­Indonesia 2014

Usnul Khotimah FKIP, Pendidikan Bahasa dan Sastra 2015

Suara Mahasiswa Sampaikan keluhanmu lewat Suara Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08982252881/08978669233 atau Line @

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila.

Rejeki Dewi Mulyani (Sosiologi ‘14) 081996846xxx Mohon untuk lebih memperhatikan kebersihan beringin Unila, menyediakan tempat sampah lebih banyak lagi

serta petugas kebersihan setiap harinya membersihkan area beringin. Terimakasih.


14 RESENSI

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Resep Sukses Kuliah dari Anak FISIP

Oleh Yola Savitri

dari buku berjudul “Sukses Kuliah Ala Anak Fisip” ini. Buku yang ditulis oleh empat kontributor ini bukan sekadar buku motivasi membosankan seperti kebanyakan. Misalnya pada bab selanjutnya pembaca diajak menjelajahi bagian lebih ilmiah. Penjelasan mengenai esai yang dikemas dalam “Academic Writing Techniques”. Penjelasan tentang definisi dan karakteristik, format penulisan, prosedur penulisan, serta tips menulis esai dan makalah dipaparkan secara lengkap dan mendetail. Dan bada bab membahas “UTS dan UAS ala Anak Kuliahan”. Dengan penulisan yang ringan pembaca akan memahami esensi menghadapi UTS dan UAS dengan baik alias memahami kejujuran. “Where Will I go After Study?” sesuai judulnya, pada bab ini membahas seputar rencana usai gelar sarjana didapat.

Judul : Sukses Kuliah Ala Anak FISIP Penulis : Budi Kurniawan PenerbiT : Aura Publishing Jumlah halaman: x + 104 hlm

Dilengkapi juga dengan beberapa kutipan terkait dengan topik yang menginspirasi dari tokoh-tokoh terkenal. Bab ini juga menjadi wadah informasi bagi scholarship hunters karena di dalamnya dijelaskan mengenai beberapa beasiswa dalam dan luar negeri yang menjanjikan berikut persyaratan serta catatan pengalaman mendapatkan beasiswa pascasarjana ke Australia yang ditulis oleh penulis utama buku ini. Seperti menjadi bonus bagi pembaca, pada bab lima diberikan dua contoh maha-

siswa FISIP berprestasi dengan dua karakteristik dan bidang keilmuan, pengalaman serta keahlian yang bertolak belakang. Persamaan antara keduanya adalah mereka dianggap layak untuk menginspirasi pembaca. Penulis utama, Budi Kurniawan yang merupakan Kepala Laboratorium Politik Lokal dan Otonomi Daerah FISIP Unila serta dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila telah menyusun buku ini dengan apik dan runut sehingga pembaca dapat memahami isi buku

serta perpindahan bab dengan baik. Namun, hadirnya empat penulis lain yang menjadi kontributor dalam buku ini, membuat kualitas tulisan tidak sama, cenderung naik turun. Beberapa kesalahan pengetikan pun ditemukan pada bab pertama membuat pembaca sedikit terganggu. Meskipun berembel-embel “anak FISIP” buku ini sangatlah layak dan pas untuk dibaca oleh mahasiswa lintas jurusan karena informasi yang terdapat di dalamnya tidak melulu dikhususkan bagi mahasiswa FISIP. =

tetap pake, karena emang lagi trend dan saya suka modelnya,” ujar mahasiswi FKIP Bimbingan Konseling ’14 ini. Kesan tak etis dan kurang sopan pun diungkapkan Anang Gawiduta (FKIP Pend. Jasmani ­Kesehatan dan Rekreasi ’14 ). Menurutnya rok pensil dengan belahan, apalagi yang terlampau tinggi dinilai kurang pantas dikenakan wanita terutama seorang calon tenaga pendidik. Dosen FKIP Bimbingan Konseling Unila yang juga lulusan Psikologi Universitas

Gadjah Mada (UGM), Diah Utaminingsih memaparkan bahwa cara berpakaian seseorang merupakan cerminan rasa percaya diri (self confidence) pemakainya. Menurutnya, ketika seseorang memiliki kepercayaan diri terhadap apa yang ia kenakan, maka rasa nyaman akan timbul dengan sendirinya. “Sebenarnya sah-sah saja untuk seseorang menggunakan rok span model pensil, selama ia merasa nyaman,” ungkapnya. Perasaan ingin diakui menjadi faktor pendorong mengapa seseorang ingin mengenakan sesuatu yang sedang trendy. Seseorang tersebut berharap dapat menunjukkan eksistensinya di dalam suatu kelompok tertentu. Yang perlu menjadi perhatian bagi penggemar rok pensil adalah bagaimana semestinya menempatkan diri dengan pakaian tersebut. Menurutnya, keadaan psikologi bagi seseorang yang melihat memang berbeda, tergantung persepsi dan gender. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun berbeda. =

Repro

M

enjadi mahasiswa sejatinya mampu bertahan dengan pijakan kakinya sendiri pada masa-masa sulit selama kuliah. Mahasiswa dituntut agar bisa melakukan banyak hal dan berpikir kritis terhadap kondisi sosial-ekonomi di sekitarnya. Mahasiswa dihadapkan pada sebuah laboratorium peradaban sebelum menghadapi realita kehidupan. Mengenali potensi diri menjadi salah satu bekal utama mahasiswa untuk dapat memaksimalkan hasil penelitian di laboratorium peradaban tersebut tanpa mengabaikan masalah dalam meraih mimpi dan mengatasinya dengan cerdik. “Mahasiswa Pemimpi” begitulah buku ini dibuka, percikan semangat coba penulis hadirkan lewat bab pertama atau disebut sebagai bab pencerahan diri sebelum bergumul menuju bagian-bagian lain

LIFESTYLE

TRENDY DAN EKSIS

S

alah satu item yang lekat dengan wanita adalah rok. Menggunakan rok merupakan cara jitu agar tampilan terlihat feminim. Rok juga serasi dipadupadankan dengan kemeja, kaos, maupun sweater. Banyak model rok yang sedang trend sepanjang tahun ini, salah satunya rok pensil (Pencil Skirt). Modelnya lurus dan ketat, cenderung memperlihatkan bentuk tubuh penggunanya. Beberapa jenis rok pensil bahkan dilengkapi belahan di belakang, memberikan kesan seksi nan elegan. Penggemarnya mulai dari perempuan tak berhijab hingga yang berhijab. Melita Fisilia Olani (FKIP Bahasa Inggris ’14) salah satunya, mahasiswi berhijab ini gemar mengenakan rok termasuk model pensil. “Rok pensil dengan belahan menurut saya lucu aja. Lagian menyesuaikan badan saya yang kecil. Rok model pensil juga membuat saya lebih percaya diri,” ujarnya. Menjadi mahasiswi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendi-

dengan Rok Pensil

dikan (FKIP) Unila memang mengharuskannya memakai rok saat berkuliah. Meski awalnya hanya ikut-ikutan, akhirnya ia mulai mengisi lemarinya dengan beberapa koleksi rok berbagai warna dan motif sejak semester pertama. Berbeda dengan Melita, Lisa Fatmala (FKIP Bimbingan Konseling ’14) mengaku jarang menggunakan rok pensil meski ia memilikinya. Ia lebih nyaman memakai rok pendek. “Saya lebih sering pakai rok pendek, tapi saya punya beberapa rok model pensil, dan menurut saya kalau dipake terlihat lebih keren,” tuturnya. Menurut Nanda Sekar Anggita, rok pensil dengan belahan di bagian belakang memudahkannya saat sedang berjalan dan mampu memberikan kesan seksi dibanding dengan rok biasa. Model rok pensil memang sedang marak digunakan. Na-

mun kesan seksi yang melekat menimbulkan cibiran bagi pemakainya, termasuk Nanda. “Pernah sih dikomentarin sama temen-temen. Bahkan pernah diejek mirip mbak-mbak penjaga bioskop. K a d a n g ­m e r a s a risih s i h tapi saya

Foto Luvita Willya Hendri

Oleh Ariz Nisrina


POJOK PKM

No 145 Tahun XV Trimingguan | Edisi November 2015

Menulislah! Walau Hanya Satu Baris Oleh Retnoningayu Janji Utami

Menulis, dengan cara itulah ia ingin dikenang. Menginspirasi banyak orang lewat tulisan-tulisannya dan menjadi yang bermanfaat menjadi tujuan hidupnya. Membaca dan menulis menjadi proses ia bertumbuh menjadi sosok yang terinspirasi dan menginspirasi.

Foto Luvita Willya Hendri

B

erasal dari keluarga Bali yang kental dengan budaya dan keagamaan yang taat, semasa hidup sang ibu sering melantunkan isi kitab Sutasoma dan menyatakan kekagumannya pada tulisan-tulisan indah seperti yang ada di kitab itu. “Jika Kamu bisa menulis, namamu akan terus dikenal dan abadi,” ujar Prof. I Gede AB Wiranata mengenang pesan almarhum ibundanya. Membaca, kemudian tuliskanlah! Begitulah I Gede memulai kehidupan menulisnya. Dirinnya sudah mulai menulis sejak kecil. Sejak SD, laki-laki kelahiran Tabanan, Bali 9 November 1962 ini sudah rajin menulis buku harian dan juga puisi. Buku pertama yang mengispirasinnya untuk mulai menulis berjudul “Indonesia Menggugat” buku itu dipinjamnya ketika ia duduk di bangku SMA. Tak hanya buku itu, buku “Bung Karno Putra Fajar” karangan Soekarno pun membuatnnya merasa tertantang untuk menulis. Petualangan menulisnya berlanjut hingga di bangku kuliah. Di tahun 1985 dirinya mulai aktif menulis. Artikel “Peradilan Anak di Bali” menjadi tulisan pertamanya yang dimuat di jurnal kampus yang berhonor tujuh ribu lima ratus rupiah. Kala itu, jumlah itu terbilang cukup besar bagi mahasiswa. Katanya, artikelnya itu juga menjadi inspirasinya menggarap skripsi saat itu. Honor pertamnya itu, ia gunakan untuk membeli kamus, kamus dengan sampul berwarna hijau itu menjadi saksi perjalanan kariernya, sampai sekarang kamus itu masih berada tepat di atas meja kerjannya. Alumni Universitas Atmajaya itu saat ini telah menulis 34 judul buku, tujuh bukunya telah diterbitkan secara nasional, yang lainnya diterbitkan oleh Universitas Lampung (Unila), serta penerbit lain. Bukunya pun menjadi bahan ajar untuk seluruh mata kuliah yang di

asuhannya di Fakultas Hukum Unila. “Membedah Hukum Progresif” merupakan buku terbitan Kompas tahun 2006 yang dituliskannya dari hasil mengumpulkan tulisan-tulisan milik Satjipto Raharjo, yang merupakan dosen pembimbing S-3 di Universitas Diponogoro. Ia bersama dua temannya berinisiatif membuat tulisan-tulisan itu menjadi satu buku. “Sayang sekali kalau tulisan itu hilang begitu saja, kenapa tidak dijadikan buku,” ujar I Gede yang juga terinpirasi oleh dosen pembimbingnnya tersebut. Buku yang sudah masuk cetakan kedua ini mengajarkan keteraturan untuk menemukan ketidakteraturan. ”Hukum itu untuk manusia, bukan manusia untuk hokum,” jelasnya. “Hukum bukan tentang hitam dan putih, bisa juga abu-abu. Karena hukum dalam buku, terkadang berbeda dengan hukum dalam action,”tambahnnya. Bukunya ini merupakan awal dari berkembangnya hukum progresif, dan menjadi semacam aliran peleburan di Semarang. Bagi dosen yang menerima gelar Guru Besar Unila tahun 2008 ini, menulis bukanlah pekerjaan untuk mencari kekayaan, tapi merupakan transfer ilmu kepada pembacanya agar dapat meng­inspirasi orang lain. Menurutnya menulis itu tentang konsistensi, menulis itu tidak sulit, hanya keinginannya saja. Ia memang tidak bermain estimasi wakt u da-

lam mengerjakan tulisannya. Target menjadi acuan dalam tulisannnnya, ia selalu memiliki target dalam satu hari untuk menulis. Jika target itu tidak diselesaikan maka I Gede akan menghukum dirinnya sendiri dengan menulis dua kali lipat dari target awal di esok harinya. Tak hanya akrab dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnnya, I Gede pun dekat dengan mahasiswanya. Ia selalu ingin menciptakan kedekatan antara mahasiswa dengan dosen. Baginnya mengganggap mahasiswa sebagai teman itu harus dilakukan, selama kedua-duannya bisa saling menghargai. Ia juga berusaha menumbuhkan minat menulis pada mahasiswanya dengan memberikan reward kepada mahasiswa yang dapat menulis di koran lokal maupun nasional. Kebaikan dan kedekatan dirinnya dengan mahasiswa pun terlihat dari banyaknnya mahasiswa yang sering berkonsultasi perihal naskah, sesekali ia pun menjadi editor. “La Tanza” buku yang terkenal di Timur Tengah itu merupakan buku hadiah dari mahasiswannya yang masih bertengger dalam lemari buku di ruang kerjanya. “Ini buku tentang Islam yang isinya menyentuh, saya tidak pernah membatasi jenis buku apa pun yang akan saya baca,” ujar laki-laki yang kini telah memiliki koleksi buku mencapai empat ribu buku. Dosen yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai dosen teladan pada 2011 untuk mutu pembelajaran terbaik ini merupakan dosen yang sangat selektif dalam memberikan nilai bagi mahasiswannya. Baginnya yang terpenting sebenarnnya bukan nilai, tapi proses. =

15

Pemimpin Usaha Fitri Wahyuningsih

Mereka Juga Berorganisasi! Apa yang kalian kenal dari sosok Mohammad Hatta? Sebagai warga negara Indonesia yang pernah sekolah atau tidak, pasti tahu, beliau adalah wakil presiden pertama Indonesia. Kalau pernah lulus Sekolah Dasar setidaknya tahu beliau adalah Bapak Koperasi Indonesia dan Bapak Proklamator Indonesia. Nah, kalau sudah jadi mahasiswa, apa yang kalian kenal dari sosok beliau? Beliau adalah orang yang namanya ada dalam teks proklamasi Indonesia, disebutkan bersama-sama dengan nama Bung Karno. Beliau adalah yang namanya disebutkan bersama-sama dengan Bung Karno dan diabadikan sebagai nama salah satu Bandar Udara di Indonesia. Atau beliau adalah mereka yang selalu kita rindukan kehadirannya di dompet, sebagai pelengkap Soekarno dalam pecahan uang seratus ribuan. Tapi pernah tidak, mahasiswa mengenalnya sebagai sosok yang bisa dijadikan inspirasi para intelegensia? Inspirasi bagi para pemuda, mahasiswa seperti kita. Mengenalnya seperti mengenal BJ Habibie yang bisa membuat pesawat dan memiliki kisah percintaan yang mengharukan. Atau mengenalnya seperti mengenal Dahlan dan sepatunya. Dan tahukah mahasiswa, beliau adalah orang yang sangat disiplin dan berpendirian. Beliau adalah sosok yang terus maju dengan pendidikannya namun tidak pernah lupa untuk aktif memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Kepada mahasiswa, harusnya beliau bisa dikenal lebih dari sebuah nama. Saya pribadi amat mengidolakan tokoh satu ini atau lebih tepatnya saya selalu mengidolakan tokoh-tokoh pinggiran yang dikenal masyarakat sebagai pendukung, pendamping, atau ya, pelengkap saja. Seperti Hatta yang namanya selalu dipasangkan dengan Soekarno. Pemalu, tapi dengan entah bagaimana tak mau kalah dengan rasa malunya. Berbeda dengan mahasiswa sekarang yang selalu ingin dikenal luas. Yang pada umumnya berprestasi dan membuat karya untuk mengabadikan dirinya. Kalau hanya menjadi pelengkap rasa, ya sudahlah, tinggalkan saja, banyak tempat yang akan menjadikan kita nomor 1 bukan 2. Atau merasa dirinya pemalu lantas tak berbuat apa-apa. Bayangkan saja kalau dulu Hatta sudah berpikiran demikian. Bagaimana jika Hatta lebih memilih pekerjaan yang ditawarkan Belanda? Pasti beliau tidak akan hanya menyimpan potongan iklan sepatu Bally hingga akhir hayatnya. Tapi begitulah Hatta, sosok bersahaja yang dikenal tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Dan tetap menjaga pendirian walau semasa pensiunnya, beliau bahkan tidak mampu membayar tagihan listrik rumahnya. Kemudian saya menyadari sesuatu yang membuat saya mengagumi Bung Hatta. Bahwa melengkapi sesuatu bukan berarti kita hidup dalam bayang-bayang sosok yang terlengkapi. Bung Hatta yang mendampingi Sukarno dengan prinsipnya dan mengajarkan kedisiplinan kepada rakyatnya. Dan bukan karena malu lantas urung ambil bagian dalam membuat perubahan. Sementara fenomena mahasiswa yang saya pahami sekarang, adalah mereka yang terlalu menutup diri. Yang susah untuk diajak lebih berkembang lagi. Sudah lupa kalau perjuangan kemerdekaan Indonesia terjadi bukan hanya karena pendidikan tinggi dan prestasi, tapi juga karena mereka mau berorganisasi. Yang bicaranya bukan “Saya begini, mau bagaimana lagi” tapi “Saya begini dan akan berusaha menjadi begitu”. Mahasiswa saat ini harus (kembali) meneladani sosok Bung Hatta, jangan mau hanya mengenalnya dari selembar uang seratus ribuan atau dari nama salah satu bandar udara saja. Dari sana kita musti paham, bahwa kamu perlu aktif untuk bisa berprestasi. Zona nyaman hanya membuat kita ketinggalan lebih banyak momen berharga. Seperti Bung Hatta yang mengajarkan pada kita untuk terus aktif sebagaimana sajak Rene de Clerq yang pernah dikutip oleh beliau bahwa “hanya ada satu negeri yang bisa menjadi tanah airku. Yaitu negeri yang berkembang karena perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku.” Selamat hari pahlawan. Tetap Berpikir Medeka! =



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.