Halaman 10 "Mustahil, perlu keajaiban. Perlu ada terobosan yang luar biasa yang dilakukan oleh rektor terpilih. Kita berada diposisi 46 dengan kondisi infrastruktur yang ada belum baik," ujar Prof. Muhajir menanggapi target Unila Top 10 di 2025.
Halaman 12
Halaman 15
Agar mengurangi kuantitas sampah, Rizqy Putra Haryansyah
Penulis yang bernama lengkap Bina Rosdanti Sahdan ini terinspirasi menulis dari kakak sepupunya yang juga seorang penulis cerpen.
dan teman kelompok Kuliah Kerja Nyata bersama Dr. Saiful Bahri selaku dosen pembimbing lapangan pun mengembangkan alat teknologi tabung pengurai.
Teknokra Unila Teknokra Unila Teknokra Unila
www. teknokra.com Edisi November 2019 No. 157 XIX Bulanan
*Tabloid Teknokra edisi 157 ini tidak dibiayai oleh Universitas Lampung
2
KOMITMEN
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Tabik Pun
Menanti Gebrakan
Foto: Ria Shinta Maya
Bagi-Bagi Jabatan
J
oko Widodo resmi menjabat Presiden Republik Indonesia kembali pada Ahad, 20 Oktober lalu. Kini bersama KH. Ma’aruf Amin sebagai Wakil Presiden. Keduanya telah membagi-bagi jabatan di kalangan kementerian untuk membantu kinerjanya. Tentu tidak ada dari lulusan Universitas Lampung (Unila). Jabatan Jilid II ini Jokowi-Maaruf Amin menamai kabinet Indonesia Maju. Setelah diumumkan dipublik, munculah pro dan kontra. Perang komentar di Media Sosial (Medsos) dan berbagai opini untuk mengkritisi keputusan Presiden lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) itu. Terlebih lagi, lawan politiknya dua periode pencalonan Prabowo Subianto merapat ke Istana. Ia diberi mandat menjadi Menteri Pertahanan. Hal itu tentu membuat gemuk koalisi Jokowi-Maaruf. Akibatnya, kubu oposisi yang melakukan check and ballance suaranya berkurang. Para elemen masyarakat dan mahasiswa mulai berlomba-lomba ingin
jadi lebih masif mengawasi kebijakan pemerintah. Sebab, timbul tidak kepercayaan di awal keperiodean yang baru saja bagi-bagi jabatan. Sedangkan di Universitas kita tercinta Universitas Lampung. Baru saja terpilih pemimpin baru. Ia mantan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani. Pastinya akan bagi-bagi jabatan. Menggiurkan tentu, bila dipilih Prof. Karomani untuk membantunya. Namun, kondisi Unila saat ini sedang terpuruk. Sebab, saat ini Unila berada diposisi ke-46 versi Kemenristekdikti 2019. Tantangannya pasti lebih berat. Oleh sebab itu, tidak sekadar bagi-bagi jabatan karena tidak enak sudah membantunya memenangkan Pimilihan Rektor Unila. Akan, tetapi memilih yang memang berkompeten.Terutama wakil rektor satu hingga empat. Taruhan pertama mempertahankan Unila dengan akreditasi A di 2020. Akibatnya, Keraguan itu pun muncul bisa mencapai Top Ten University 2025.
Melalui tabloid Teknokra edisi 157 spesial dua cover dan liputan utama. Hal pertama tentang catatan merah tiga Wakil Rektor Prof. Hasriadi Mat Akin yang percaya diri maju lagi dalam laga rektor padahal diakhir kepengurusan Unila anjlok versi Dikti. Lalu, mengkritisi visi misi Rektor terpilih. Selain itu, mengabarkan tentang keluhan mahasiswa akan dinaikkan harga tes toefl Rp. 50 ribu. Dilanjutkan pro kontra RUU tentang Mekanisme Pembentukan dan Pembubaran Unit Kegiatan Mahasiswa yang digagas oleh DPM Unila, parkir liar, fasilitas Unila yang rusak. Serta, berita-berita gaya hidup merundung seseorang dan banyak lainnya. Tinta hitam dan putih terus terukir melalui produk jurnalistik. Tuk mengawasi kebijakan kepemimpinan yang baru dan menyampaikan keluhan mahasiswa.Terus menulis dengan keberanian. Lawan intervensi dari Sekretariat Saidatul Fitria Teknokra kami Tetap berpikir merdeka! =
Kandidat kursi Rektor periode 2019—2023 diisi oleh tiga wakil rektor yaitu Prof. Bujang Rahman (Wakil Rektor Bidang Akademik), Prof. Muhammad Kamal (Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan), dan Prof. Karomani (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni). Menyalonkan diri sebagai rektor, kinerja mereka menjadi sorotan selama empat tahun bekerja di bawah kepemimpinan Prof. Hasriadi Mat Akin. Prestasi tertinggi yang diraih pada periode ini adalah berhasilnya Universitas Lampung menyandang akreditasi “A” pada tanggal 20-12-2016. Akan tetapi akreditasi A yang disandang Unila tidak diikuti dengan membaiknya peringkat Unila. Dimasa akhir jabatannya, penilaian peringkat Unila oleh Kemenristekdikti terjun bebas dari 21 dan saat ini duduk di posisi 46 semakin jauh dari visi Unila menjadi top ten university. Tidak hanya mengenai persoalan peringkat yang naik turun. Ketiga calon rektor ini masing-masing memiliki catatan permasalahan di bidang yang dipimpinnya. Di bidang akademik fokus pada peningkatan jumlah dana publikasi karya ilmiah tetapi melupakan penerapan moral akademik di lingkungan kampus. Unila kecolongan dan terjadi kasus pencabulan di FKIP yang dilakukan dosen terhadap mahasiswi saat bimbingan skripsi. Selain itu, dalam bidang umum dan keuangan tidak adanya transparansi dana UKT mahasiswa serta infrastruktur yang belum memenuhi proses pembelajaran. Bidang kemahasiswaan, masih teringat kekerasan berujung kematian yang dialami Aga Trias Tahta (Sosiologi ’19) dan tersangka belum mendapat kejelasan dari Unila. Tidak adanya dana insentif bagi mahasiswa berprestasi. Pemilihan rektor baru ini diharapkan menjadi sebuah langkah baru untuk memperbaiki masalah yang terjadi di Unila. Menantikan gebrakan besar dari rektor baru, menciptakan inovasi, dan terobosan baru agar visi top ten university dapat terealisasi=
Judul :
Jejak Merah Calon Rektor Ide dan Desain :
Chairul Rahman Arif
PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M.Si. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Asep Unik SE., ME., Dr. Eddy Riva’i SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum , Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP.,Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si, Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA, Toni Wijaya, S.Sos., MA. Arif Sabarudin, Retnoningayu Janji Utami, Faiza Ukhti Annisa. PEMIMPIN UMUM Alfanny Pratama F. PEMIMPIN REDAKSI Tuti Nurkhomariyah REDAKTUR BERITA Fahimah Andini REDAKTUR ARTISTIK Chairul Rahman Arif REDAKTUR DALAM JARINGAN Mitha Setiani Asih, KAMERAMEN Shandy Dwiantoro, Nofia Mastuti, Sri Ayu Indah Mawarni, Annisa Diah P FOTOGRAFER Ria Shinta Maya STAF ARTISTIK, Windy Sevia W., Aghnia Nur Annisa REPORTER Eka Oktaviana, Indah Ari Kusmiati (Non-Aktif), PEMIMPIN USAHA Kalista Setiawan MANAJER OPERASIONAL Chairul Rahman Arif STAFF IKLAN DAN PEMASARAN Shandy Dwiantoro STAFF KEUANGAN Windy Sevia Wulandary KEPALA PUSAT DAN PENGEMBANGAN Silviana STAFF LITBANG Mitha Setiani Asih, Ria Shinta Maya KEPALA KESEKRETARIATAN Alfanny Pratama F, STAFF KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti MAGANG Dhea C.S, Tifalia Nur Amira, Eldo Noprizal, Antisya Azzahra, Eliezer Parulian P., P.
Jolan Sinaga., Imas Salamah., Rizki Amalia D.H., Nunik Febrianti, M. Faizzi A, Andre Prasetyo, Yesi Sarika,Rahel A, Yolla Amanda P., Zulfani N., Sofia Nurilata, Rizki Isnani, Azhar Azkiya, Galih Pranandita W., Wildan Kautsar, Amalia Tyas, Dhea Putri, Ikhwana H., Henny Manurung, Maria Cintiya, Novitilia P.
TABLOID TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra ilustrasi : Aghnia Nur Annisa
Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo. co.id
KAMPUS IKAM No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Tahun 2020, Tarif Masuk Kolam Renang Naik
3
Oleh: Kalista Setiawan
Unila-Tek: Kepala Badan Pengelola Usaha (BPU) Unila. I Gede Swibawa mengatakan akan ada kenaikan tarif masuk kolam renang tahun depan. “Kenaikan tarif itu, bukan kita yang mengusulkan. Ada keputusan menteri bahwa, Badan Layanan Usaha (BLU) Unila diminta untuk revisi tarif kolam renang,” jelas Gede. Menurut Gede, tidak ada penambahan fasilitas atau pelayanan khusus bagi para pengunjung, meskipun tarif masuk tersebut mengalami kenaikan. “Yah, sama saja. Kan mereka masuk dapat teh botol gratis itu saja. Lagipula kolam renang Unila itu bukan tempat pariwisata. Namun, standar kolam renang pendidikan,” tambahnya. Walau begitu, Gede optimis ketersediaan fasilitas atau pelayanan bagi pengunjung kini sudah cukup dan tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pengunjung atau dana pemasukan kolam renang. “Kolam renang Unila, kini sedang tahap rehabilitasi. Itu semua sudah dianggarkan, dan rencananya akan selesai sebelum Bulan Desember,” jelasnya. Hal ini dibenarkan Darma selaku
Kepala Pengelola Kolam Renang Unila. Ia mengatakan rehabilitasi meliputi wilayah tribun pengunjung, kamar mandi, kamar bilas, tiga gazebo hingga pos parkir. Namun, Darma menyayangkan belum ada perbaikan terhadap kerusakan mesin air atau sumur bor di kolam renang. “Kurang lebih sudah 4 tahun, salah satu dari 2 mesin sumur bor air rusak. Padahal, kami sudah melakukan pengajuan. Namun belum ada perhatian khusus untuk itu. Jadi, yah kadang-kadang kamar bilas cuma satu yang bisa dipakai,” tutur Darma. Tak hanya itu, pengajuan penambahan alat penyelamatan seperti ban, pelampung, tandu hingga tabung oksigen masih belum kunjung disetujui. Hingga kini hanya terdapat dua buah ban pelampung yang tidak disewakan dan enam buah papan seluncur yang disewakan dengan tarif Rp 3 ribu. “Padahal itu juga penting bagi keselamatan. Namun sayang, itu masih dalam tahap pengajuan,” keluhnya. Dika Palwa Putri (Bimbingan Konseling ’17) mengaku setuju ada kenaikan harga, namun fasilitas
yang diterima pengunjung harus sesuai dengan tarif yang dikeluarkan. “Keran buat kamar bilas aja sekarang cuma satu yang nyala gitu. Terus juga harus ganti-gantian,” keluhnya. Hal serupa turut diungkapkan Krisna Dwi Lestari (Bimbingan Kon-
seling ’17). “Yah, kalau misalkan ada fasilitas yang ditambah, yah gak apa-apa. Kalau gak ada, yah rugi di pengunjung. Karena kalau mau ada penambahan harga kaya gitu, berarti harus ada penambahan pelayanan yang dirasakan pengunjung,” jelasnya.
Helbrat Da Greygo (Teknik Geofisika ’17) berharap ada peningkatan kebersihan khususnya kamar bilas bagi laki-laki. “Jadi, pas kita mau ganti baju setidaknya nyaman. Lantainya aja tadi licin, karena ada lumut. Terus, pintu kamar bilasnya juga gak ketutup rapat,” ujarnya=
Foto: M. Faizzi Ardhitara
Sampah. Terdapat banyak sampah di sekitar Student Corner Fakultas Pertanian. Lalu, terlihat beberapa mahasiswa sedang berdisuksi di area tersebut, Senin (28/10).
Pro Kontra RUU Buatan DPM Unila Oleh: Tuti Nurkhomariyah
Unila-Tek: Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menolak Rancangan Undang-Undang tentang Mekanisme Pembentukan dan Pembubaran UKM, yang dibuat Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Lampung (Unila). Ketua UKM Korps Sukarela (KSR), Yogi Zandiaka mengatakan menolak Rancangan tersebut. “UKM KSR itu mempunyai dua naungan yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) dan Unila, jadi sudah diatur dalam AD/ART PMI dan Unila juga mempunyai statuta pasal 104 poin 5 yang tertulis tata cara pembentukan organisasi kemahasiswaan Unila lebih lanjut diatur oleh peraturan rektor,” kata Yogi saat ditemui di Sekretariat KSR, Jumat, (25/10). Tambahnya, posisi UKM, DPM, dan BEM itu setara, sehingga tidak perlu adanya RUU. “Surat Keputusan (SK) UKM, DPM dan BEM sama-sama dikeluarkan oleh rektorat, jadi kalau SK-nya saja dari rektorat, kenapa sih harus ada RUU pembentukan dan pembubaran dari DPM,” ujar mahasi-
wa Jurusan D3 Perkebunan. Sama halnya, Dwiki Priyambodo selaku Ketua UKM Zoom menolak RUU karena isi RUU tidak relevan. “Banyak pasal yang tidak relevan, salah satunya pasal 16 ayat 2 yang tertulis UKM yang akan dibentuk tidak boleh sejenis dengan UKM yang sudah disahkan dalam lingkup KMB Unila. Jadi otomatis mereka akan menghapuskan UKM yang sejenis yang ada di fakultas maupun universitas seperi UKM Penelitian sama UKM Saintek,” terangnya. Mahasiswa Fakultas Hukum ini menyarankan agar DPM membuat peraturan yang lebih penting dari pada RUU tersebut. “Masih banyak urusan-urusan lain yang lebih penting dari pada mengurusi masalah pembentukan dan pembubaran UKM. Seperti membuat peraturan tentang pengadaan sekret bagi UKM yang tidak punya,” ujar Dwiki. Banyaknya pasal yang menyimpang dari seharusnya menjadi alasan Ketua UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM), Naufal Adjie
Riantama untuk menolak RUU ini. “Salah satu pasal yang perlu direvisi adalah pasal 1 ayat 14 yang tertulis verifikasi adalah tahap pemeriksaan, penetapan, penelitian berkas calon UKM dan pendaftaran ulang UKM yang sudah ada. Menurut saya ini suatu hal yang bergensi bagi suatu UKM yang sudah berdiri sejak lampau,” ujarnya. Sama halnya, M. Naufal Al-Islami selaku Ketua UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma) juga menolak RUU. “Banyak pasal yang memberatkan saya, seperti pasal 1 ayat 5 dan 14, pasal 9 ayat 1 dan masih banyak lagi pasal karet dalam RUU ini,” kata Naufal. Dilain pihak, Sekretaris Jenderal UKM Birohmah, Dial Saks Rabin mengatakan setuju dengan adanya RUU tersebut. Namun, masih perlu direvisi kembali. “RUU ini dibutuhkan agar tidak adanya tindakan sewenang-wenang dari birokrat kampus untuk membubarkan dan membentuk UKM secara sepihak,” ujarnya. Menanggapi itu semua, Ketua DPM Unila, Hanggara Ramadhan
Sunano mengatakan penolakan beberapa UKM terkait RUU dikarena belum tahu tujuan pembentukkannya. "Menolaknya mereka karena tidak tahu. Bukan penolakan sebetulnya tapi ini adalah sebuah revisi. Ini adalah bentuk pengawasan dari pihak UKM ke pada DPM. Tujuan pembuatan itu baik, bukan untuk kepentingan DPM atau
BEM tapi untuk kepentingan semua UKM,” ujarnya. Ia juga menjelaskan tujuan pembentukan RUU ini karena adanya keresahan beberapa UKM terkait pembentukan UKM yang sewenang-wenang oleh birokat kampus. “Keresahan ini muncul saat adanya pembentukan UKM Al Kalam yang sampai saat ini pun masih ada di laman web Unila,” jelasnya=
Saya
hari ini 23.00
Hai, Apa kabar?
|Ketik pesan
SUARA MAHASISWA Sampaikan keluhanmu lewat whatsapp dengan format Nama_Jurusan/angkatan_komentarmu. kirim ke 085312307785 (WA) Tanggapanmu akan dimuat dalam tabloid edisi selanjutnya. Mari berani bersuara. Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website: www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@ yahoo.co.id
4
KAMPUS IKAM No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Jam di Tugu Unila Rusak
Foto : M. Faizzi Ardhitara
Oleh: Alfanny Pratama Fauzi
Lawan arus. Pengemudi Ojek daring melawan saat hendak menuju Universitas Lampung, Senin (28/10).
Aplikasi Terampil Wadah Keterampilan Online Oleh: Kalista Setiawan
FMIPA-Tek: Aplikasi Terampil, menjadi salah satu ide alternatif bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian. Inovasi aplikasi berbasis smartphone ini dirancang oleh tim ParaKiyay yang terdiri dari Aulia Ridho Verdikha (Ilmu Komputer ’16), Rifki Aflaza Arba (Ilmu Komputer ’16) dan Tantut Wahyu Setyoko (Ilmu Komputer ’16). Tantut mengatakan tingkat pengangguran di Indonesia yang masih tinggi, menjadi salah satu latar belakang ide ini tercetus. “Di Indonesia sendiri tingkat pengangguran paling banyak berasal dari lulusan SMK maupun universitas, untuk itu aplikasi Terampil menjadi salah satu social impact di Indone-
kerja sama dengan LSP SMK di Bandar Lampung dan SMK Telkom Lampung,” ujar Tantut. Dosen Pembimbing, Tristiyanto mengatakan tahap pengembangan aplikasi ini awalnya berupa desain mockup (red. rancangan antar muka), dan sedang berlanjut pada tahap pembuatan Miniature Variable Product (MVP). “Rencananya jika MVP sudah siap, kita akan mengajukan ke beberapa investor untuk mengembangkan bisnis start up ini,” tutur Tristiyanto. Ia berharap, Unila khususnya Jurusan Ilmu Komputer dapat melahirkan banyak rintisan start up yang dapat berkembang di provinsi Lampung=
Oleh: Alfanny Pratama Fauzi
NGE KHIBAS
Beasiswa Mirip PMPAP Pascasarjana Oleh: Alfanny Pratama Fauzi
sia,” tuturnya. Aulia menambahkan aplikasi ini sebagai wadah masyarakat untuk sharing ilmu terkait keahlian dan kemampuan yang mereka miliki. “Harapan kami sebagai developer sih, bisa membantu masyarakat dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang terjadi,” tambahnya. Sebagai parameter pengukur kemampuan dan keahlian para penggunanya, fitur sertifikasi kerja online menjadi salah satu fitur utama yang diunggulkan. Saat ini tim ParaKiyay sedang mengajukan kerja sama dengan beberapa Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di Bandar Lampung. “Rencananya tanggal 28 Oktober, kami baru akan mengajukan
Dua Hibah Tuk Unila, Satu Gagal Unila-Tek: Proses hibah tanah dari Provinsi Lampung 150 hektar di Kotabaru, Kecamatan Jatiagung masih di tahap proses sertifikasi balik nama. Nantinya, akan dibangun tahap awal laboratorium lapang pertenakan dan pertanian dan tahap panjangnya untuk pemindahan FMIPA, FT, dan FP. Ketua Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unila, Muhammad Sarkowi mengatakan batas pemanfataan hibah lahan sampai 2021. Maka, saat ini sudah sampai perancangan dan untuk pembangunan dilaksanakan tahun 2020. Supaya tidak dikembalikan lagi ke Pemprov
Unila-Tek: Empat jam besar di tiap sisi Tugu Bundaran Unila mati. Hal itu disebabkan karena kerusakan mesin. Kepala Rumah Tangga, Tejo Utoyo menjelaskan kerusakan mesin keempat jam itu karena tersambar petir Agustus lalu. Bukan karena batu jamnya habis. “Akan kami perbaiki segera jamnya, sudah saya hubungi yang awal mengurusi pemasangan jam itu untuk dibenarkan. Jam besar itu bermanfaat untuk mahasiswa melihat waktu dan melambangkan kedisiplinan,” jelasnya. Matinya jam besar itu mendapat keluhan mahasiswa, Siti Rohma (Pend. Kimia ‘16) mengatakan jam itu sebenarnya fasilitas bermanfaat untuk mahasiswa terutama pejalan kaki. Namun, disayangkan mati dan tidak cepat diperbaik. Gadis berkaca mata itu juga mengeluhkan kurang besarnya jam di Tugu Bundaran Unila. Warna angka jamnya pun tidak terlihat. “Kalau ada tamu atau mahasiswa dari luar Unila ke sini kalau liat fasilitas keg gitu cuman pajangan tidak hidup malu juga. Jadi, segera diperbaiki “ tuturnya. Sama halnya, Heri Dwi (Akutansi ‘19) berharap segera diperbaiki. “Jangan sampek kurang perawatan fasilitas Unila, “ katanya=
Lampung. “Sudah diukur gambarnya juga, tapi belum berani untuk mulai membangun. Karena belum pecah sertifikasi jadi nama Unila bukan pemprov lagi,” kata Sarkowi. Sedangkan, proses hibah Rusunawa di kampus B FKIP Metro gagal dibangun. Sarkowi menjelaskan alasannya karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalihkan dananya untuk pembangungan di lokasi yang terkena gempa. “Kita sudah masuk prioritas, dana Rusunawa yang udah diplot untuk Metro dipindah untuk yang daerah kena bencana. Ada dua
musibah Lombok dan Palu jadi bangun di sana dulu,” jelasnya. Sarkowi menambahkan sudah mengajukan lagi dana ke PUPR untuk mendapatkan Rusunawa 2020. “Usulan bulan Juni-Juli kita sudah ajukan. Lalu lelangnya November nanti, “ tambahnya. M. Ramadhan (PGSD ‘15) mengatakan sudah perlu Rusunawa di Metro. Sebab mahasiswa akan terus bertambah, sehingga tidak kesulitan mencari tempat tinggal yang murah. “Iya tidak masalah tahun ini tidak jadi, karena musibah. Tapi tahun ini dikejar kalo tidak kejar nanti tidak jadi bangun,” tuturnya=
1. Tiga wakil rektor Unila pede nyalon rektor? Hasil kinerja mereka tuh top 46 Unila di Dikti 2. Prof. Karomani jadi rektor kejar top ten university? Pertahanin akreditasi A saja dulu, pak! 3. Peringkat Unila turun ke 46? Bukan salah rektornya, tapi salah univ lain yang meningkat
Unila-Tek: Pascasarjana Unila memiliki Progam Beasiswa Teaching and Riset Assistant (TRA). Beasiswa itu mirip dengan Penerima Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) pada sarjana. Sebab, mahasiswa pascasarjana dibebaskan untuk biaya UKT. Progam beasiswa TRA sudah berjalan selama dua tahun. Pada 2018 menerima 32 dan tahun kedua 72 mahasiswa untuk 36 progam studi. Direktur Pascasarjana Prof. Mustofa mengatakan memilih mahasiswa untuk dapatkan beasiswa TRA dengan melihat rekam jejak akademiknya saat masih sarjana. Serta, komitmen untuk menghidupkan suasana akademik pascasarjana dengan mengikuti publikasi riset internasional. “Nah, kan banyak mahasiswa pascasarjana yang udah bekerja jadi tidak fokus dan tak hidup suasana akademiknya. Kami ingin mencari mahasiswa fokus belajar untuk mengembangkan riset bersama-sama jadi tidak akhir pekan aja ke kampusnya. Itu pun untuk Unila menjadi kampus riset university,” ungkapnya. Lanjut Mustofa untuk penyeleksian dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), hasil skripsi, dan punya prospek bagus, dan potensi. Lalu dites, wawancara, dan komitmen fokus belajar. “Bisa juga dari rekomendasi dosen sarjananya atau daftar ke Gedung Pascasarjana. Beasiswa ini belum dibuka secara luas, hanya untuk lulusan-lulusan Unila yang baru lulus dan langsung ingin melanjutkan pendidikannya. Jadi yang bisa daftar hanya lulusan sarjana Unila,” jelasnya. Humas Unila, Muhammad Badrul Huda mengatakan beasiswa pascasarjana itu sejenis PMPAP. “Baru berjalan progamnya dan bebas biaya UKT, “ katanya=
Mes FKIP Metro Tak Terawat Oleh: Alfanny Pratama Fauzi
FKIP-Tek: Mes yang terletak di belakang Mushola Nurul Ulum Kampus B Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) tampak tidak terawat. Gedung yang berwarna krem itu plafon kamar, dapur, dan lobi sudah banyak yang rusak. Salah satu penghuni, M. Ramadhan (PGSD ‘15) mengatakan keadaan Mes sudah kurang layak. Sebab, plafon yang rusak menimpa motor penghuni Mes dan orang. “Harapannya diperbaiki sarana dan prasarananya yang lebih layak. Sebab, membantu mahasiswa untuk hunian, mahasiswa kalangan ekonomi rendah juga. Ketika Mes sudah baik berkomitmen untuk penghuni menjaganya, “ ujar Ramadhan. Sama halnya, Wenny Rahmadini (PGSD ‘15) berharap ada perbaikan untuk Mes tersebut. Selain itu perlu ada asrama untuk yang perempuan juga. “Mes yang ada itu untuk laki-laki. Sedangkan yang cewek belum ada, kosan mahal. Jadi kami inisiatif pakai rumah dosen yang kosong tidak berhuni,” ungkapnya. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unila, Muhammad Sarkowi mengatakan Mes di FKIP itu ada dua di Kampus A Polim dan Kampus B Metro. Tapi, semuanya tidak terawat. “Sayang sekali, Mes yang ada bisa dimanfaatkan. Padahal, nanti ada Progam Pendidikan Program Guru (PPG) FKIP yang pesertanya harus di asrama. Tergantung kebijakan manajemen pimpinan FKIP untuk manfaatin fasilitas yang ada,” tutur Sarkowi=
KAMPUS IKAM No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Peralatan Jadul, Mahasiswa Ilkom Mengeluh Oleh : Ria Shinta Maya
FISIP-Tek: Beberapa mahasiswa mengeluhkan peralatan Laboratorium (Lab) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung yang kurang layak. Siti Rahman Diyannisa (Ilmu Komunikasi '17) mengatakan banyak alat lab yang tidak ada. "Lab Tv pengennya ada lighting atau kameranya lebih memadai, dan tempatnya juga disetel misal kayak ada green screen. Sedangkan untuk Lab Radio lebih bermasalah ke peredem suara, kadang suka bocor suaranya," jelasnya. Hal senada disampaikan Novaldi Nurizal Aziz (Ilmu Komunikasi '17). Ia menyatakan bahwa Lab Ilmu Komunikasi cukup layak tetapi ada beberapa fasilitas yang tidak memadai. "Kalau Lab sudah lumayan layak tapi kadang tidak mempunyai akses
untuk menggunakannya misal ada tugas yang diberikan kadang tidak pakai Lab, selain itu juga di Ilkom ada mata kuliah fes Tv yang membutuhkan kamera sedangkan di jurusan tidak menyediakan fasilitas tersebut. Jadi kita menggunakan kamera pribadi," paparnya. Kepala Lab Ilmu Komunikasi, Ibrahim Besar menyampaikan bahwa sudah mendapatkan bantuan dari universitas untuk peralatan Lab, “Kita sudah mendapatkan bantuan dari Universitas Rp. 500 juta untuk peralatan Lab Fotografi dan Audio visual. Layak atau tidak itu relatif, jadi pintar-pintar dosennya di dalam memberi fasilitas kepada mahasiswa,” ujarnya. Ibrahim menambahkan, setiap tahunnya pasti ada perubahan dan penambahan untuk kebutuhan
Lab. “Seharusnya Ilmu Komunikasi mempunyai 4 Lab seperti fotografi, produksi video visual , radio, periklanan dan desain grafis. Namun kondisi saat ini, jumlahnya peralatan terbatas dan peralatan di Lab ini kan ada yang jadul sehingga mahasiswa kurang suka menggunakannya oleh karena itu mereka lebih memilih menggunakan peralatan pribadi,” tuturnya. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FISIP, Denden Kurnia Drajat mengatakan sedang proses pengusulan untuk pembuatan Lab Ilmu Komunikasi. "Lagi proses pengusulan mau dibuatkan Lab, tempat lembaga kemahasiswaan yang lama akan direhap menjadi Laboratorium Ilkom, jadi semuanya ini butuh proses yang cukup panjang," kata Denden=
Bincang Progja Kemahasiswaan Tahun Depan Oleh : Kalista Setiawan
Unila-Tek: Guna penyesuaian dengan rencana anggaran kemahasiswaan, Bidang Kemahasiswaan Universitas Lampung (Unila) mengadakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tahun 2019 serta Penyusunan Program Kerja UKM Tahun 2020. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Sidang Lantai 4 Gedung Rektorat Unila, Jumat (25/10). Aktivitas UKM dalam menyelenggarakan kegiatan, mengajukan delegasi perlombaan atau pelatihan menjadi standar keaktifan yang ditentukan oleh Biro Akademik. Pendataan ulang kekurangan maupun ketiadaan program kerja tiap UKM turut dilakukan. “Misal dia buat Surat Keputusan (SK) atau kepengurusan UKM namun pada kenyatannya, tidak ada aktivitas. SK itu kan hanya sebagai lampiran pernyataan jabatan pengurus saja. Bagi UKM yang tidak memberikan program kerja, yah kita anggap non-aktif. Meskipun kalian punya SK,” jelas Rohana Sari
selaku Kasubbag Minat dan Bakat Mahasiswa Biro Akademik dan Kemahasiswaan. Rohana menegaskan kepada para pengurus UKM agar program kerja yang akan dilaksanakan tahun 2020 harus sesuai dengan penyusunan program yang diajukan tahun 2019. “Harapannya, tahun depan kita ada progress yang lebih baik. Sehingga kita bisa mengajukan peningkatan anggaran UKM dan pelayanannya,” tuturnya. Ketua Tim Teknis Biro Kemahasiswaan, Mardi Syahperi menambahkan pengumpulan progja tahun 2020 paling lambat 13 Desember. Sedangkan Bulan Januari hingga Februari, akan dilakukan revisi Progja. Selain itu, Rohana mengingatkan untuk segera mengumpulkan proposal dan laporan pertanggungjawaban (LPJ) dari kegiatan yang sudah berlangsung paling lambat pertengahan November tahun ini. “Mengingat, kita ini udah mau tutup buku jadi segera kumpulkan pro-
posal dan LPJ. Karena sudah turun dana TUP (red. Tambahan Uang Persediaan) itu. Segera diurus kalau mau cair,” tegasnya. Tak hanya itu, dalam kegiatan ini beberapa UKM juga menyampaikan permasalahan yang dihadapi seperti UKM Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Unila yang tidak mempunyai sekretariat. “Sampai sekarang, UKM PSHT itu tidak seperti kawan-kawan sekalian. Kami belum ada sekretariat untuk melakukan berbagai kegiatan. Jadi, kita bingung juga buat kumpul-kumpul,” tutur Muhammad Abdillah selaku Ketua Umum PSHT. Mardi mengatakan bagi UKM yang tidak memiliki sekretariat, sementara akan dicarikan ruangan-ruangan kosong yang bisa digunakan. “Sekarang ini kan sekretariat UKM terpencar-pencar dimana-mana. Harapannya, yah sejak rektor yang terpilih itu mantan WR3, mudah-mudahan ada pembangunan gedung baru hingga peningkatan pengajuan anggaran untuk UKM,” harapnya=
Foto : M. Faizzi Ardhitara Pembangunan. Pekerja sedang membangun embung Unila di belakang gedung Fakultas Teknik, Senin (28/10)
Ciptakan Anak Berkarakter Lewat Pelatihan
5
Oleh: Aghnia Nur Anisa
FKIP-Tek: Pendidikan karakter itu penting, kalau karakter baik, kemampuan berfikirnya pun akan mengikuti. Emosi positif adalah senjata untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut disampaikan Florence Yulisinta Jusung, Direktur Litbang Indonesia Harigate Foundation (IHF) dalam pelatihan akbar guru pendidikan anak usia dini. Acara ini diberlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung (Unila), Jumat-Minggu, (25-27/10). Pelatihan tersebut mengangkat tema ‘Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK): Pendekatan Efektif dan Saintifik untuk Membentuk Akhlak, Daya Fikir Kritis, dan Kreativitas Anak’. Dimana, PHBK adalah model pendidikan yang sudah dikembangkan IHF sejak tahun 2000. Florence mengatakan bahwa untuk mendidik anak yang cerdas, kritis, dan kreatif itu memang memerlukan sebuah model pendidikan, dan model PHBK merupkan salah satu model yang sudah teruji untuk itu. "Pelatihan akbar ini bertujuan untuk membuka wawasan para guru, agar mengetahui model-model pendidikan seperti cara mengajar seperti apa yang bisa menyenangkan untuk anak dan bagaimana cara membangun emosi positif anak dikelas," jelas Florence. Pelatihan ini sudah diadakan di 89 kota atau kabupaten di Indonesia sejak tahun 2016. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani menyatakan bahwa pendidikan karakter sejak dini memang sangatlah penting, karena pada masa usia dini, otak manusia berkembang pesat. Jangan sampai perkembangan anak tidak terfasilitasi dengan baik. "Unila mendukung sepenuhnya karena ini persoalan bangsa," tegasnya dalam sambutan. Pelatihan ini dihadiri lebih dari 2600 guru dan calon guru pendidikan anak usia dini se-Lampung. Desi Okta Sari (PG PAUD’18), salah satu peserta pelatihan mengatakan mendapatkan banyak ilmu. “Saya jadi tahu bahwa pengembangan karakter memang sangatlah penting, apalagi pada masa usia dini, anak mudah sekali untuk dibentuk. Ibaratnya seperti spons, jika diajarkan contoh yang baik pasti akan menjadi baik dan sebaliknya,” ujarnya=
FKIP Adakan PLP Bukan Lagi PPL Oleh: Tuti Nurkhomariyah
FKIP-Tek: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) akan melaksanakan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), bukan lagi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKIP, Sunyono mengatakan PLP baru akan dilaksanakan tahun depan. “Sebetulnya FKIP Unila terlambat dalam melaksanakan PLP. Seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru, PLP dilaksanakan tahun ini atau paling lambat dua tahun setelah pembuatan peraturan,” kata Sunyono. Ia menambahakan keterlambatan pelaksanakan PLP ini dikarenakan lamanya proses pembuatan panduan dan ia baru menjabat menjadi WD 1 FKIP. “Awal bulan lalu, kita sudah menyosialisasikan PLP ke semua dosen dan kepala jurusan. Sedangkan panduan PLP masih dalam proses finishing, pertengahan November akan di-upload sehingga mahasiswa dapat tersosialisasi,” jelasnya. Ketua Praktik Lapangan Terpadu (PLT), Tasfiri Efkar mengatakan FKIP telah menyiapkan 120 sekolah baik SD, SMP maupun SMA untuk menunjang PLP tersebut. “Mahasiswa FKIP yang akan melaksanakan PLP itu sekitar 1200 mahasiswa. Setiap sekolah ditempati 10 mahasiswa sehingga butuh 120 sekolah. Sekolahnya itu pun hanya di Bandar Lampung dan Metro,” ujar Tasuiri. PLP ini akan dilaksanakan selama 7 minggu, yakni sekitar pertengahan bulan Juli sampai akhir Agustus, sehingga PLP akan dilakukan secara terpisah dengan KKN. “PLP akan dibagi menjadi dua, PLP 1 selama seminggu berupa observasi, setelah itu ujian oleh dosen pembimbing dan guru pamong. Sedangkan PLP 2 berupa praktik mengajar terbimbing selama 6 minggu," ujar Tasuiri. Menanggapi peraturan tersebut, Gabriel Viki Galih Prakusa (Sejarah ’17) mengaku keberatan akan peraturan tersebut. “Lebih baik digabung, karena keluar duitnya sekali dan langsung beras, gak capek-capek lagi. Apalagi ini kayak percobaan, takutnya harapan tidak sesuai dengan kenyataan,” ujar Gabriel. Lain halnya dengan Gabriel, Eko Wiyanto (Pend. Fisika ’17) mengatakan setuju jika KKN dan PLP dilakukan secara terpisah. “Kalau dipisah kita akan lebih fokus dalam observasi dan mengajarnya, selain itu akan lebih menghemat biaya karena sekolahnya masih bisa dijangkau,” kata Eko=
6
KAMPUS IKAM No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Pemimpin Baru FEB dan Pemimpin Lama FP
Foto : M. Faizzi Ardhitara
Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni
Renovasi. Kolam renang Unila sedang dalam tahap renovasi mulai dari keramik, kamar mandi, tempat duduk penonton, dan pos satpam. Renovasi ini mulai dikerjakan dari bulan September lalu, namun tidak diketahui pasti kapan selesainya, Senin (28/10).
Biaya EPT Akan Naik 2 Kali Lipat Oleh : Ria Shinta Maya
Unila-Tek: Biaya registrasi English Proficiency Test (EPT) akan naik dua kali lipat, dari Rp 25 ribu menjadi Rp 50 ribu. Kenaikkan ini bertujuan untuk biaya perawatan komputer. Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Universitas Lampung (Unila), Muhammad Sukirlan membenarkan hal tersebut. “Kenaikan biaya registrasi ini masih dalam tahap pengusulan ke Unila. Jika usulan diterima, Unila akan mengusulkan kembali ke Peraturan Menteri Keuangan (PMK),” kata Sukirlan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (24/10). Menurut Sukirlan, saat ini tes di UPT Bahasa sudah berbasis online dengan menggunakan komputer, sehingga biaya oprasional lebih tinggi. “Komputer yang ada dibalai UPT Bahasa hampir setiap hari digunakan untuk tes, kecuali Hari Sabtu dan Minggu. Sehingga jika kurang perawatan bisa menyebabkan komputer rusak. Kita harus mengantisipasi mu-
lai dari sekarang,” tuturnya. Usulan penaikan tersebut timbulkan keluhan beberapa mahasiswa. Andika Saputra (Hukum ‘16) mengatakan kenaikkan biaya registrasi EPT terlalu besar. “Kenaikkan dari Rp 25 ribu ke Rp 50 ribu, ya berat karena tidak semua mahasiswa Unila paham bahasa inggris. Hal itu menyulitkan dan penaikannya juga sangat signifikan,” ujar Andika. Hal senada, Mey Tari (Ilmu Komputer ‘16) mengatakan keberatan jika biaya registrasi EPT dinaikkan karena tidak semua mahasiswa punya uang. “Tidak setuju karena EPT itu kalau dia bisa lulus sekali enak, tapi sepertinya tidak mungkin langsung lulus salah satunya saya harus tes berkali-kali. Sekarang mau seminar proposal saja harus EPT dulu. Ujian skripsi harus EPT lagi ditambah untuk wisuda. Kalau semua mahasiswa punya uang saya tidak masalah tetapi yang kita pikirkan bukan hanya kalangan menengah ke atas tapi dari
kalangan menengah kebawah yang harus kita seimbangkan juga,” kata Mey. Menurut Bella Ayu Pratiwi (Agroteknologi ‘16) usulan kenaikan biaya registrasi EPT itu terlalu tinggi. “Kenaikannya terlalu tinggi dan itu tidak wajar. Kita mahasiswa dan EPT salah satu syarat kelulusan. Bagaimana dengan mahasiswa yang kurang mampu, dia mau lulus tapi dia tidak mampu bayar EPT, berarti kampus secara tidak langsung menghambat mahasiswa untuk lulus cepat,” jelas Bella. Saat ini UPT Bahasa mempunyai tiga laboratorium untuk tes. Setiap laboratorium terdapat 30 unit komputer, namun yang digunakan hanya 26-27 unit komputer, sedangkan 2 unit komputer lain digunakan sebagai cadangan apabila mengalami gangguan teknis. Nantinya UPT Bahasa mendapat tambahan komputer 50 unit, diperkirakan akhir Bulan November akan datang=
Parkir Liar Timbulkan Kemacetan Oleh : Ria Shinta Maya
Unila-Tek: Bahu jalan Fakultas Hukum (FH) Unila yang ngarah ke Kampung Baru menjadi tempat parkir liar mahasiswa. Hal ini menimbulkan kemacetan bagi pengendara yang melintas dan membahayakan keselamatan pejalan kaki, Senin (21/10). Salah satu pejalan kaki, Elis Febriani Jessica (Sosiologi ‘17) mengatakan parkir liar sangat menggangu dan membahayakan bagi pejalan kaki. “Parkir liar sangat mengganggu saat kita mau jalan berangkat atau pulang kampus, bahkan pernah ketabrak spion mobil dan pejalan kaki sering disalahkan karena dianggap kurang hati-hati. Padahal yang salah orang yang parkir liar,” ujar Elis. Ia berharap, perlu adanya Satpam yang menjaga area tersebut. “Dulu
pernah ada satpam yang jaga di dekat FH itu. Menurut aku sudah benar-benar efektif, udah nggak ada lagi parkir liar, nggak ada lagi pedagang kaki lima, jadi menurut ku kayak gitu lagi aja,” tambahnya. Dilain pihak, Tedisya (Ilmu Pemerintahan ‘18) mengaku bahwa ia parkir liar karena tidak mempunyai id card. “Saya parkir di sini soalnya kalau untuk parkir di dalam kita harus punya id card dan yang boleh juga hanya di atas angkatan 2016,” jelasnya. Hal senada juga disampaikan Hayatami (Ilmu Pemerintahan ‘17). Ia mengatakan tempat parkir terpadu jaraknya terlalu jauh. “Kalau parkir disini lebih dekat, apalagi kalau ada mata kuliah pagi,” ujar Hayatami.
Komandan Satpam Unila, Syafe’i menghimbau untuk kesadaran mahasiswa agar tidak parkir liar. “Saya minta tolong dihimbau rekan-rekan kita mahasiswa, parkirankan sudah ditentukan dan sudah dijaga Satpam, jadi kenapa harus parkir liar. Parkiran yang dilarang kok malah dilakukan, seharusnya mahasiswa sadarlah tidak ada yang menetapkan keamanan ini kalau bukan kita semua,” kata Syafe’i. Ia menambahkan tidak perlu ada petugas keamanan yang menjaga di FH. “Untuk apa kita narok petugas disana. Itukan sudah jelas bahwa dilarang parkir, kalau sudah dilarang tapi masih parkir sembarangan ya resiko sendiri, banyak yang harus kita tertibkan di tempat lain. Bukan itu saja,” ujarnya=
Unila-Tek: Nairobi terpilih sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila) periode 2019-2023 menggantikan Satria Bangsawan. Ia berhasil mengungguli calon yang lain dengan memperoleh 11 suara. Nairobi mengatakan ingin menjadikan FEB sebagai Fakultas Ekonomi dan Bisnis terbaik di wilayah regional. “Saya ingin FEB berkompetisi dan diterima oleh pasar. Kalau misinya saya ingin pendidikan lebih baik, penelitian dan pengabdian yang lebih bermutu agar bisa di muat di artikel internasional, tata kelola fakultas lebih baik, jaminan mutu lebih baik, serta program kemahasiswaan jauh lebih berkembang,” tuturnya. Ia menambahkan, strategi yang gunakan untuk mencapai visi dan misinya dengan menjalin hubungan yang baik dengan civitas academica. “Strateginya dengan menjalin hubungan yang baik dengan tenaga pendidik dan kependidikan. Kalo sudah terjalin erat kita akan bergotong royong bersama dalam rangka meningkatkan mutu dari fakultas ini. Saya harus lebih bisa memahami keinginan dari kawan-kawan dosen, kawan-kawan pegawai, dan apa yang perlu kita berikan pelayanan paling istimewa untuk mahasiswa,” ujarnya. Finka Amalia (Ekonomi Pembangunan ’18) mengatakan Nairobi bisa membuat FEB lebih baik lagi. “Tanggapannya senang, karena jurusan EP terkenal disiplin karena beliau, dengan terpilihnya pak Nairobi yakin bisa membuat FEB lebih maju dari yang sekarang,” kata Finka. Sementara itu, Dekan Terpilih Fakultas Pertanian (FP) tetap Irwan Sukri Bunawa. Ia terpilih secara aklamasi dengan total pemilih 50 orang, yang 100% mengamanahkan kembali dirinya sebagai Dekan Fakultas Pertanian (FP). "Fokus program kerja yaitu mempercepat kenaikan pangkat para dosen, melaksanakan penelitian yang dapat menyentuh jurnal internasional bereputasi, mengoptimalkan kegiatan kemahasiswaan yang terkait dengan target yang bernuansa akademik," tuturnya. Celly Oktaviani (Teknologi Hasil Pertanian ’18) berharap dengan terpilihnya Irwan sebagai dekan FP lagi dapat merealisasikan visi dan misinya. “Harapannya semoga FP Unila bisa jadi terbaik se-Indonesia,” kata Celly=
Pendidikan Musik Kurang Ruang Praktik
Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni
FKIP-Tek: Mahasiswa Pendidikan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila mengeluhkan tidak ada kelas praktik mata kuliah instrumen mayor. M. Maulana Yusuf (Pend. Musik ’19) merasa segan jika harus belajar instrumen mayor di tempat terbuka. “Takut mengganggu prodi lain yang sedang belajar. Pengennya sih punya kelas sendiri, misalnya saya mayor terompet sebenarnya segan mau latihan di sini, soalnya prodi lain juga belajar di sini, ” jelas Yusuf. Senada dengan Yusuf, Diva Alycia Taracehan (Pend.Musik ‘18) merasa ada perbedaan antara pendidikan musik dengan prodi lain dikarenakan kekurangan fasilitas yang memadai. Ia juga berharap segera memiliki kelas agar dapat latihan dengan kondusif. “Kalau latihan musik itu perlu ruangan yang besar agar kita juga bisa latihan dengan efektif. Kedepannya kita juga ingin seperti teman-teman prodi lain yang memiliki fasilitas yang memadai,” tuturnya. Fazarahman Segian (Pend. Musik ‘18) juga mengeluhkan tempat latihan instrumen mayor yang tidak memadai. Ia berharap asrama mahasiswa di kampus A segera diperbaiki untuk ruang kelas instrumen mayor. “Kita berharap kedepannya segera untuk memperbaiki aula belakang itu buat latihan mayor,” ucapnya Kepala Program Studi Pendidikan Musik, Hasyimkan mengatakan sementara menggunakan sepuluh ruangan di asrama dua lantai yang terletak di belakang kampus A Unila. “Sementara kita di sana dulu, soalnya tidak punya ruangan, kita bersih-bersih sendiri, kita dulunya kan di bawah pohon,” jelasnya. Tambah Hasyimkan, selain tidak memiliki ruang praktik, pendidikan musik juga tidak mempunyai ruang kaprodi, ruang dosen, ruang tata usaha, dan juga ruang kelas. “Seharusnya pendidikan musik disiapkan kelas untuk intrumen mayornya, tapi sampai saat ini belum ada. Ruang kaprodi kita belum ada, TU kita tidak punya, fasilitas belum ada, semua masih numpang di pendidikan tari,” ungkapnya. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Supriyadi mengatakan akan segera memfasilitasi dan menyiapkan ruang kelas instrumen mayor namun disesuaikan juga dengan anggaran. Ia juga menyampaikan asrama dua lantai tersebut akan menjadi ruang untuk instrumen mayor. “Kita akan fasilitasi kelas mayor di kelas-kelas yang terpisah, jadi nanti asrama itu jadi ruang kuliah mayor,” ucapnya=
ARTIKEL TEMA
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
P
ermenristekdiktiNomor55/2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PT). Pembuatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang di bentuk dan dibina oleh PT. Anggota UKM Pengawal Ideologi Bangsa (PIB) berasal dari organisasi mahasiswa intra kampus dan organisasi ekstra kampus yang mahasiswanya kuliah di kampus. Tujuan ini adalah mencegah radilakalisme di kampus, mendorong pimpinan PT membuka UKM yang kegiatannya untuk pembinaan 4 pilar kebangsaan. Gagasan ini merupakan hal baik jika dilakukan dengan baik. Banyak organisasi ekstra kampus diantaranya HMI, PMMI, GMKI, GMNI, FMN, KMHDI, PMKRI, LDK, KAMMI LMND,dan SMI. Maka pandangan mereka terhadap ideologi juga akan berbeda-beda. Menyatukan pandangan mahasiswa merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk menanamkan nilai pancasila ke dalam ideologi mereka. Maka dalam pembentukan UKM PIB di PT akan terjadi konflik kepentingan oleh organisasi ekstra kampus untuk menjadikan ideologi organisasi mereka yang menonjol di dalam UKM PIB yang akan dibentuk. PT harus mengawal dan memberi pengarahan terkait tujuan pembentukan UKM PIB. Perlu diingat UKM ini dibentuk untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan menghidup-
Pembentukan UKM
Pengawal Ideologi Bangsa di Perguruan Tinggi Oleh: Rico Andreas Mahasiswa S2 Fakultas Hukum Universitas Lampung
kan nilai pancasila di dalam perguruan tinggi, yang hari ini mulai hilang, serta mencegah radikalisasi, nilai toleransi yang pudar, sehingga bisa memecah persatuan bangsa khususnya di Unila. Tidak menutup kemungkinan UKM PIB dijadikan ajang cari panggung dari organisasi ekstra kampus yang anggotanya masuk dalam UKM PIB, untuk masuk dalam kampus dan menanamkan ideologi mereka pelajari yang bertentangan dengan pancasila dan menurut mereka benar, mahasiswa yang masuk dalam UKM ini jadilan ideologi yang islam, islam pancasila, sosialis sosialis yang pancasila serta masih banyak ideologi yang ada. Mahasiswa boleh mempelajari ideologi yang ada, tetapi mengembalikan sesuai dengan nilai pancasila. Maka baju organisasi ekstra kampus harus dihilangkan atau dicopot ketika mereka ber- gabung dalam UKM PIB, walau itu mustahil tetapi harus dibina dengan baik oleh perguruang tinggi yang akan membuka UKM
PIB sehingga melahirkan mahasiswa yang nasionalis menanamkan nilai pancasila. Mahasiswa dalam Menyikapi Ideologi Mahasiswa sebagai tonggak kampus harus menyikapi pembentukan PIB ini sebagai hal yang baik, ketika dilakukan dengan baik dan dibina oleh PT terkait. Mahasiswa juga harus mengembalikan nilai ideologi kepada pancasila, bukan sebagai ajang unjuk kemampuan ideologi ektra kampus mereka yang ditonjolkan dalam UKM PIB yang diwacanakan oleh kemenristekdikti. Maka kita sebagai mahasiswa harus kembali pada ideologi pancasila sebagai dasar perjuangan mahasiswa dalam pembelajaran, penelitian, dan pengabdian. PT merupakan aspek penting suatu negara yang dihasilkan melalui pendidikan yang merupakan aset negara. Hal ini dikarenakan PT merupakan pergerakan pemuda, dimana suatu paradigma paham ideologi itu hidup. Hara-
pan tetap stabil dan terpeliharanya perasaan dan perilaku nasionalis mahasiswa di PT akan tetap hidup, maka diperlukan suatu penguatan dan pembinaan nasionalisme di perguruan tinggi. Salah satunya dengan pembelajaran mata kuliah dan pembentukan UKM PIB, dalam hal ini penguatan nilai ideologi pancasila sebagai falsafah hidup bangsa akan terjaga. Tingkatan pendidikan tertinggi yang diampu oleh mahasiswa sebagai agent of change dan generasi terdekat tonggak kepemimpinan bangsa atau generasi milenial sekarang, pada umumnya sudah mengamalkan nilai pancasila tanpa terjebak pada verbalisme. Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa merupakan cita cita masa depan bangsa yang harus diperjuangkan sesuai dengan konteks zamannya. Generasi milenial dengan segala kreativitas dan inovasi yang digeluti berhasil memposisikan diri sebagai pelopor perubahan ke arah kehidupan berbangsa dan bernegara yang
7
lebih baik. Melalui prestasi yang dirintis dan digapai mereka tidak mudah terpengaruh pada ujaran kebencian atau sikap intoleran yang berkembang di ruang medsos. Fokus meningkatkan kualitas diri dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sesama merupakan aktualisasi nilai pancasila yang bisa menjadi teladan. Keteladanan tidak hanya dituntut pada orang besar melainkan juga pada diri kita sendiri. Pendidikan pancasila perlu menjadi jantung dan visi pendidikan Indonesia. Salah satu sarana untuk mengenal, memahami, meyakini dan mengamalkan pancasila dapat dilakukan lewat lembaga pendidikan. Dengan melibatkan perwakilan dari pendidik, pejabat di lingkungan pusat kurikulum dan perbukuan dilakukan diskusi awal untuk mengoptimalkan praksis pendidikan pancasila. Pendidikan pancasila sebagai mata pelajaran dan nilai-nilai pancasila yang terintegrasi dalam topik atau kompetensi dasar perlu dirumuskan secara menyeluruh sehingga irisan penanaman nilai dengan pendidikan agama, sejarah hingga kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dapat dilakukan secara sinergis dan mendalam. UKM PIB juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman nilai pancasila dalam lingkup pembinanan UKM. Sehubungan dengan upaya tersebut kembali mengingat bahwa pengawasan lanjut oleh kampus=
RESENSI FILM
Bibit Unggul dari Wilayah Konflik Agraria Oleh : Alfany Pratama Fauzi
A
lat berat robohkan bangun rumah masyarakat, disambut suara tembakan, dan warga masing-masing membawa senjata tajam. Ditambah tangis ibu dan anak. Serta, mayat tergeletak menambah mencekam suasana pertama kali menonton Film Dokumenter Obor Penyelamat Moro-Moro. Lalu, muncul ujaran pria memakai baju warna biru kota-kotak. "Bahwa tidak ada yang mau terlahir di wilayah konflik," ujar pria bernama Rico Andreas sebagai subjek film itu. Ternyata dia lah anak perta-
ma dari dearah konflik wilayah agraria Mesuji Lampung yang berhasil mencapai pendidikan ke perguruan tinggi. Rintangannya tak hanya sering terjadi bentrokan dengan perusahan tuk saling rebut lahan pertanian. Akan tetapi, wilayah register 45 tersebut warganya tak dapat pelayanan sebagai hak warga Republik Indonesia. Seperti, pendidikan, kesehatan, sosial, administrasi identitas penduduk diri pun tak punya yang asli. Namun, anak kedua dari tiga bersaudara itu tak patah arang melanjutkan pendidikan diam-diam ke Fakultas Hukum
Universitas Lampung. Sebab, orangtuanya tak sanggup membiayai, sehingga menyuruh menjadi pengajar di mantan sekolah dasarnya (SD) saja. Sutradara Andry Kurniawan berhasil memvisualisasikan kondisi pendidikan sekolah Rico terdahulu di SD Moro Dewe yang memprihatinkan. Hanya tiga guru tamatan SD-SMP, kondisi bangunan lantai rusak, hanya tiga ruang saling sekat dengan triplek yang jebol. Selanjutnya, buku-buku ajar yang minim dan sudah usang. Akibatnya Rico tak ingin sendirian merasakan
mengeyam bangku kuliah. Aktivis Front Mahasiswa Nasional (FMN) ini juga berupaya suara lantang dan advokasi untuk mempertahankan sekolahnya karena ingin digusur oleh pemerintah karena dianggap ilegal. Takut adik-adiknya kejauhan sekolahnya membuat malas sekolah. Peraih Soetandyo Awards FISIP Unair ini semasa kuliah juga terus menyuplai buku-buku yang dikumpulkan dari berbagai kalangan yang peduli di wilayah Moro-Moro. Memberikan motivasi saat pulang ke kampung halaman. Lalu, bekerjasama dengan berbagai pihak meningkatkan kompetisi guru. Alasan lulusan mahasiswa terbaik ketiga FH itu hanya satu seperti dalam penggalan dialog "Saya ingin melahirkan bukan hanya saya, tapi ada Rico lain
yang hadir di perguruan tinggi di Indonesia lainnya," ungkapnya. Sebagai penulis naskah Silviana (Ilmu Komunikasi '15) dan Produser film Alfanny Pratama (P. Bahasa dan Sastra Indonesia '15) karya mereka diangkat menjadi film antologi layar lebar oleh Kemenristekdikti, Eagle Awards, dan Metro Tv dengan biaya produksi Rp. 45 juta. Lalu ditonton bersama seluruh rektor di universitas se-Indonesia . Film berdurasi 7 menit lebih itu cocok ditonton anak pelajar - perguruan tinggi. Supaya memotivasi untuk berorganisasi, berprestasi, anak beasiswa Bidikmisi dan tak lupa dengan kampung halaman. Kekurangan film ini tak dapat mengulas prestasi akademik lebih dalam perjuangannya di kampus. Serta, sub tittle tidak sesuai yang diucap para pemeran = OBOR PENYELAMAT MOROMORO Field Producer : Alfanny Pratama Director : Andry Kurniawan Scrip Writer : Silviana Pemain: Rico Andreas, Saryudi, Maysaroh, Siswa SD Dewe, Persatuan Petani Moro-Moro Way Serdang.
8
REPORTASE KHUSUS
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Dok.
JEJAK MERAH CALON REKTOR Oleh : Fahimah Andini dan Chairul Rahman Arif
Kinerja Prof. Bujang Rahman (Wakil Rektor Bidang Akademik), Prof. Muhammad Kamal (Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan), dan Prof. Karomani (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) menjadi sorotan setelah peringkat Unila turun melesat ke posisi 46. Dengan percaya diri mereka ikut bursa calon Rektor Unila 2019-2023 di bawah permasalahan yang belum selesai dituntaskan di bidangnya masing-masing.
B
erakhir sudah masa bakti kerja Prof. Hasriadi Mat Akin sebagai Rektor Universitas Lampung. Berdasarkan hasil rapat senat terbuka yang dilaksanakan, Jumat, (30/8/2019) di Gedung Serba Guna (GSG) Unila. Terdapat tiga nama yang lolos ke tahap pemilihan Rektor Universitas Lampung yaitu Prof. Karomani, Prof. Bujang Rahman, dan Prof. Muhammad Kamal. Prof. Heriyandi mengatakan berkas persyaratan ketiga nama calon rektor tersebut yang akan diajukan ke Kemenristekdikti. “Dari tiga nama itu berdasarkan peraturan dikirim ke Jakarta beserta berkasnya lalu dikirim ke pak menteri, pak menteri melakukan rekam jejak terhadap tiga calon ini. Rekam jejak ini diminta pak menteri dari BIN, BNPT, BPAPK,” ujarnya. Rekam Jejak Merah Para Calon Rektor Kinerja ketiga calon rektor ini menjadi sorotan. Selama empat tahun bekerja di bawah kepemimpinan Prof. Hasriadi Mat Akin sebagai wakil rektor. Di bidang akademik, untuk meningkatkan kualitas Unila pihak rektorat sudah
menambahkan dana penelitian sejak 2015. Menginjak tahun 2017 anggaran riset sudah naik menjadi Rp18,7 miliar, tahun 2018 dianggarkan menjadi Rp30,5 miliar dan riset untuk 2019 sebanyak 50 persen. Terlalu fokus pada peningkatan jumlah karya ilmiah tetapi melupakan penerapan moral dosen akademik di lingkungan kampus. Kasus Chandra Ertikanto desen FKIP Unila divonis satu tahun empat bulan penjara lantaran melakukan tindakan asusila terhadap mahasiswi bimbingan skripsinya. Menanggapi kasus yang telah terjadi, Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Bujang Rahman mengatakan prosedur bimbingan sudah diatur dalam peraturan akademik. “Semua sudah diatur dalam peraturan akademik,” jelasnya seperti yang dikutip di Tabloid Teknokra edisi Mei 2019. Namun, berdasarkan Peraturan Akademik Unila tidak ada pasal yang mengatur tentang prosedur bimbingan. Selain itu, kejadian meninggalnya mahasiswa Perikanan dan Kelautan, Dimas Yuliantoro yang saat itu menjadi asisten dosen mata kuliah Widya Selam di Kolam Renang Unila, Jumat, (1/3/2019). Jimmy Khadafi (Wakil Ketua Lam-
pung Dive Club) saat diwawancarai Teknokra mangatakan sangat menyanyangkan kurangnya tingkat pengawasan yang diberikan dari dosen penanggung jawab mata kuliah. Meskipun dosen pengampu kuliah Widya Selam sudah memiliki diving license. Di bidang umum dan keuangan, Prof. Muhammad Kamal, dalam visi misi saat rapat senat terbuka, Jumat, (30/8/2019) di GSG Unila, memaparkan untuk menjadi 10 perguruan tinggi terbaik, jika terpilih dirinya akan menerapkan tata kelola yang baik. Sifat tata kelola yang baik ini adalah transparansi, akuntabilitas, dan responsbility, independensi, serta fairness. Masih teringat demo besar gerakan Aliansi Lentara Pendidikan, Jumat, (28/10/2016). Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Fakultas ini melakukan aksi penolakan uang kuliah tunggal (UKT) yang baru diterapkan selama tiga tahun sejak 2013. Tuntutan mahasiswa dalam demo ini adalah meminta transparansi dan akuntabilitas UKT. Namun, tuntutan ini tidak dikabulkan oleh pihak rektorat. Massa aksi yang diwakilkan setiap Gubernur BEM Fakultas hanya menerima Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP). Selain itu polemik denda keterlambatan pembayaran UKT juga masih dirasa berat bagi mahasiswa. Mahasiswa yang telat membayar UKT dikenakan denda sejumlah Rp150 ribu per bulan. Selanjutnya, prestasi mahasiswa juga mengalami kemerosotan tiga tahun terakhir ini. Tahun 2017, mahasiswa Unila memperoleh 27 juara internasional, dan 140 juara nasional. Sedangkan tahun 2018, Unila berhasil memperoleh 17 juara internasional, 191 juara nasional dan 46 juara provinsi. Lalu, Januari hingga Juli 2019 hanya memperoleh 13 juara internasional, 73 juara nasional dan 33 juara provinsi. Masalah dana kemahasiswaan yang tidak mencukupi kebutuhan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi di kompetisi menjadi salah satu alasanya. Karena minimnya dana, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani, membuat kebijakan untuk memprioritaskan kompetisi yang diselenggarakan Kemenrisetdikti karena memiliki presentase tertinggi dalam pemeringkatan kinerja kemahasiswaan. Di tahun 2019 ini terselenggara kompetisi berlis Kemenrisetdikti seperti Musabaqah Tilawatil
Quran (MTQ) , Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA), Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), tetapi Unila gagal membawa pulang prestasi. Dalam wawancaranya bersama Teknokra, Prof. Karomani mengatakan penurunan prestasi Unila tidak hanya anggaran yang terbatas. Namun, juga tidak adanya penghargaan bagi mahasiswa yang berprestasi. Tahun ini dana kemahasiswaan untuk kegiatan UKM dianggarkan sekitar Rp.227 juta dan harus dibagi 37 UKM yang ada di Unila. Penilaian Pakar Terhadap Kinerja Tiga Calon Rektor HS Tisnanta pakar HAM dan dosen Fakutas Hukum Unila, yang juga mantan anggota TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) kasus Mesuji mengkritisi turunnya peringkat Universitas Lampung di tahun ini menjadi ke-46 hasil dari pemeringkatan Kemenrsetdikti yang di tahun sebelumnya beradi di posisi 21. “Kita selama ini ada di angka 21, 22 bahkan sampai 18, tapi ketika tolak ukur berubah langsung me-
REPORTASE KHUSUS
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
lulus, nilai saya bagus. Setelah itu, kebingungan sendiri karena tidak punya softskill dan network. Kalau iklim akademik sudah tercipta, hal ini akan menjadi stimulus yang mendorong bagi mahasiswa untuk mengembangankan dirinya sendiri,” katanya. Budaya kekerasan di lingkungan mahasiswa juga masih terjadi. Kasus tewasnya anggota lembaga kemahasiswaan pecinta alam Cakrawala, Aga Trias Tahata (Sosiologi ’19), saat megikuti pendidikan dasar dan mendapatkan perlakuan kekerasan menjadi pukulan keras untuk Unila. “Sampai mana peroses pendampingannya. Mengapa 17 orang menjadi tersangka seperti dibiarkan saja?,” katanya. Dia juga menanyakan pendampingan pihak Unila terhadap pelaku dan korban yang masih menjadi tanggung jawab Unila karena masih menyandang status mahasiwa Universitas Lampung. Tisnanta meminta agar pihak Unila juga bisa memberikan penjelasan yang tegas. “Semu anya penjelasan diserahkan pada hukum. Hal itu bukan penjelasan melainkan sudah norma, tapi tanggung jawab Unila sampai mana?,” ujarnya. Admi Syarif mantan Ketua LPPM Unila 2010 juga ikut mengkritisi kinerja para ketiga wakil rektor yang ikut serta dalam pencalonan rektor. Di dalam bidang akademik, dia berpendapat terkait dengan penelitian, Universitas Lampung terasa kalah cepat dengan perguruan tunggu yang lain. Salah satu indikator yang membuat peringkat Unila turun karena kinerja dosen dipenelitian dan pengabdian masyarakat. Dia menambahkan bahwa hal ini perlu upaya-upaya khusus seperti bagaimana meningkatkan kemampuan dosen. Institusi perlu memberi perhatian seperti pemberian insentif kepada temanteman dosen yang menulis. “Pemimpinnya perlu sense friendship, komunikasi dua arah, membangun jaringan sehingga kedepan posisi unila yang sudah di level perguruan tinggi mandiri bisa bertahan,” katanya. Dirinya pun mengapresiasi jumlah akreditasi program studi di Unila terus meningkat. Admi Syarif menilai kinerja Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni yang kurang memperhatikan lulusan Unila. Menurutnya salah satu kompenan yang bisa membantu mempercepat pembangunan Unila yaitu rasa memiliki alumni. “Alumni sudah ada yang jadi jaksa agung, sudah mulai berperan. Alumni juga turun ke kampus sama-sama bangun bersama Unila, pimpinan juga harus membuka diri dengan alumi Unila,” ujarnya. Selain itu, prestasi seperti kontes robotik yang tiap tahunnya menyumbang piala untuk Unila
peru adanya upaya-upaya yang baik untuk mempertahankan serta meningkatkan prestasi tersebut. Sedangkan untuk di bidang Administrasi Umum dan Keuangan, dosen Ilmu Komputer ini senada dengan Tisnanta bahwa pendapatan Unila masih ditopang oleh UKT mahasiswa. Dia juga mengatakan pengembangan upaya infrastruktur sudah terasa. Namun, hal ini masih agak terkesan belum serius. Admi mencontohkan pengelolaan parkir terpadu, tetapi malah bertambah banyak parkir yang berantakan. Selain itu, menurutnya Unila butuh pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneurship. Dalam kerjasama ini Unila dalam pembangunan infrastruktur bisa memakai sistem perjanjian Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer) atau biasa disebut dengan BOT. Perjanjian BOT merupakan bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara
nilaian yang baru jumlah publikasi jurnal dibagi dengan jumlah dosen. Prof. Hasriadi menjelaskan publikasi jurnal ilmiah tahun kemarin ada 300 dan harus dibagi dengan jumlah dosen di Unila yang jumlahnya 1500. Maka, hasil penilaian yang didapatkan Unila untuk pemeringkatan kecil. “Ini artinya dosen kita yang banyak tapi belum fokus ke karya ilmiah. Nah kenapa yang diatas kita meningkat karena jumlah dosennya sedikit. Real prestasi gak turun. Karena berubah itu, kinerja masing-masing dosen jadi penilaian,” ujarnya. Dia meminta seluruh dosen Unila dapat berkontribusi agar peringkat Universitas Lampung bisa naik kembali. Dirinya yakin di bawah kepemimpinan rektor baru, visi Unila menuju 10 besar di tahun 2025 bisa tercapai. “Masih bisa dengan adaptasi, kita tidak turun loh ya dari segi prestasi
katanya. Berbeda dengan dua mantan rektor sebelumnya, Prof. Muhajir Utomo (1998—2006) merasa berat untuk Unila menjadi top ten university 2025 melihat kondisi sekarang. “Berat kita untuk Unila menuju top ten university, siapa pun rektornya,” katanya. Dia menjelaskan visi Unila menjadi top ten university dibuat di tahun 2005 saat dirinya menjabat sebagai Rektor. Visi itu dibuat karena di tahun 2005 proses penilaian pemerintah dengan Unila masih sejalan. Selain itu, ada masa selama 20 tahun menuju 2025 untuk Unila mencapai target tersebut. Akan tetapi, saat penilaiannya berubah peringkat Unila langsung terjun bebas menjadi ke-46 dari urutan ke-21. Prof. Muhajir menyampaikan penurunan tersebut karena tidak adanya peningkatan kualitas ataupun terobosan besar. “Beberapa
“ Berat kita untuk Unila menuju top
ten university, siapa pun rektornya, Prof. Muhajir Utomo Rektor Unila (1998—2006)
pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian BOT dan mengalihkan kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah jangka waktu perjanjian berakhir. “Pakai sistem BOT orang yang bangun sekian tahun nanti jadi punya kita,” katanya. Optimisme Para Mantan Rektor, Unila Top Ten University 2025 di Tangan Rektor Baru Prof. Hasriadi Mat Akin menilai kinerja ketiga para wakilnya yang mengikuti pemilihan rektor sudah baik. “Bagus semua, bagus semua kok, makanya Unila banyak perubahan jadi beginikan gak mungkin saya kerja sendiri,” katanya saat ditemui di Aula Fakultas Hukum setelah menghadiri kuliah umum BNP2TKI, Senin (28/10/2019). Menurunnya peringkat Unila ke46 di akhir masa jabatannya, Prof. Hasriadi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia mengatakan menurunnya peringkat Unila karena metode penilaian yang mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi yaitu pada penilaian kinerja dosen dalam publikasi jurnal. Dalam pe-
dari tahun 2018 naik,” katanya. Saat ditemui di ruang kerjanya untuk dimintai penilaian terhadap kinerja ketiga calon rektor, Prof. Sugeng P Harianto Rektor Universitas Lampung (2006—2015) enggan memberikan penilaian. “Secara pribadi saya tidak akan memberi penilaian kepada kerja siapun, Saya berharap saja semua dapat terlaksana dengan baik siapapun yang menjadi pejabat di Unila. Rektor, dekan, wakil rektor itu cuma tugas tambahan sebagai dosen. Kalau dosen itu tridarma yang paling tinggi” katanya. Namun, dosen kehutanan ini mengaku tidak setuju jika ada kebijakan pembangunan infrastruktur yang menghambat kegiatan kemahasiswaan. “Kalau sampai hanya pembanguanan fisik seperti embung dan lain-lain yang dibangun sedangkan kegiatan kemahasiswaan terlambat saya termasuk yang tidak setuju. Proses di perguruan tinggi inikan pendidikan yang nomor satu,” ujarnya. Dia berharap rektor baru Unila bisa membawa Unila menjadi top ten university. “Harus tetap, karena sudah ditetapkan oleh terdahulu kita. Dengan perubahan zaman abis top 10 harus ada tambahan target-target yang relevan untuk masa kepimpinan besok ditambahkan misalnya alumni begitu lulus langsung mendapat kerja,”
“
lejit turun ke-46,” ujar HS Tisnanta saat ditemui di ruang kerjanya, Senin, (22/10/2019). Menurutnya, hal yang paling substansial adalah disrupsi inovasi dan Revolusi Industri 4.0 yang membutuhkan lompatan-lompatan perguruan tinggi. “Yang menjadi masalah adalah perspektif Unila sudah dibangun ke arah sana atau belum. Hal ini ada di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Unila atau Rangka Penyusanan Rencana Strategi (Renstra) Unila,” lanjutnya. Dia pun mengatakan, dokumen perencanaan yang disimpan di dalam lemari kemudian hanya menjadi bahan pustaka. Padahal rancangan besar menenjemen harus diterjemahkan menjadi beberapa macam program yang bisa membangun tumbuhnya inovasi. “Inovasi ini yang muncul dari berbagai macam kegiatan membuat unila menjadi melangkah lebih maju,” katanya. Tisnanta berpendapat ini adalah salah satu tantangan bagi rektor baru di era Revousi Industri 4.0. Jika ada perubahan, Unila sudah siap dengan perubahan itu melalui inovasi. Selain akademik, penilaian terhadap bidang keuangan dan kemahasiswaan tak luput dari pandangannya. Tisnanta memaparkan sebagai universitas yang berbentuk Badan Layanan Umum (BLU), memiliki keluasan untuk mengembangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sehingga dapat menghidupi Unila. Dia memberikan contoh pendapatan Unila bisa didapatkan dari hasil menjual kepakaran melalui riset. Selain itu, mengelola aset yang dimiliki dengan efisien dan efektif seperti memanfaatkan kolam renang dan Gedung Seba Guna (GSG) untuk mendatangkan pendapatan. “Kalau Unila ingin memiliki pendapatan yang tinggi di luar UKT pertama yang diandalkan yaitu aset. Baik aset keahlian maupun aset yang bentuknya fisik seperti gedung dan lain-lain,” kata Tisnanta. Di bidang kemahasiswaan, Tisnanta menyoroti turunnya prestasi mahasiswa baik di bidang akademik maupun non akademik. Kompetisi bergengsi yang berlis Dikti seperti PKM tiap tahunnya menurun. “Dengan menurunnya prestasi ada sesuatu yang harus diperbaiki. Hal itu menjadi tolak ukur, demikian PKM menurun. Sebenarnya gini kalo ada proses pendampingan dari awal, dari setiap tahapan, dan diberi dukungan penuh. Disinilah ada proses pendampingan yang hilang,” ungkapnya. Tak hanya persoalan prestasi mahasiswa yang menurun. Menurutnya di Unila belum menciptakan iklim akademik di tengah-tengah mahasiswa. “Sekarang semua mahasiswa berorientasi, saya cepat
9
periode ini kita terus menurun. Peningkatan kualitas kita tidak melakukan padahal universitas lain terus meningkatkan kualitas, kita malah turun,” katanya. Dia menambahkan perlu adanya keajaiban untuk Unila dari ke46 naik keperingkat 10 dalam waktu lima tahun sebelum 2025. Dengan kondisi yang berat saat ini, menurutnya diperlukan leadership yang kuat di Unila. Prof. Karomani Rektor Universitas Lampung 2019—2023 Terpilih sebagai Rektor Universitas Lampung, Prof. Karomani berjanji akan meningkatkan dana kemahasiswaan. Tak hanya itu, dia juga mengatakan akan memfasilitasi kegiatan kemahasiswaan. Setelah terpilih sebagai rektor, Prof. Karomani memiliki fokus kerja penguatan daya saing regional dan internasional sebagai strategi untuk mencapai misi Universitas Lampung menjadi top ten University 2025 di Indonesia. “Satu hal yang harus kita pacu adalah kerja sama kolaborasi dengan berbagai institusi. Fokus Unila harus memiliki apa yang disebut dengan income generate. Memiliki income yang cukup jangan sampai mengandalkan UKT semata. Saya ingin bekerja sama dengan berbagai pihak,” katanya=
10
REPORTASE KHUSUS
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Khayal ala Aom siswaan. Ia akan menaikan anggaran dana kemahasiswaan dan fasilitas kemahasiswaan dengan segera menyelesaikan pembangunan student center. Mananggapi visi misi yang dicanangkan oleh prof. Karomani, civitas academica Unila memberikan pandangannya. Prof. Muhajir Utomo merasa rektor terpilih memiliki beban berat untuk mengejar visi Unila Top Ten University 2025. Jika beberapa tahun sebelumya Unila berada diperingkat 21 perguruan tinggi nasional, masih ada kemungkinan di tahun 2025 Unila mencapai peringkat 10 besar perguruan tinggi nasional. Sayangnya, peringkat perguruan tinggi di Indonesia yang dirilis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2019 Unila berada di peringkat 46 perguruan tinggi nasional. Menurutnya, visi Unila yang dibuat tahun 2005 merancang top ten university 2025 dengan harapan Unila meningkatkan mutu bukan merosot seperti saat ini. Sedangkan universitas lain juga ikut bersaing. Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc. (Rektor Unila tahun 19982007) Ia mengatakan Rektor Terpilih Unila punya banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan untuk mencapai visi Unila. Rektor Unila harus mempunyai jiwa kepemimpinan dan wawasan yang mumpuni untuk membangun kerja sama nasional dan internasional seperti melakukan pertukaran mahasiswa dan penyediaan dosen asing. Selanjutnya pada aspek proses pembelajaran yang harus benar-benar dievaluasi dan akan memakan biaya yang besar. “Mustahil mencapai top ten 2025, perlu keajaiban. Perlu ada terobosan yang luar biasa yang dilakukan oleh rektor terpilih. Kita sudah terlajur berada diposisi 46 dengan kondisi infrastruktur yang ada belum baik. Unila mampu tidak memberikan pelayanan kepada dosen agar betah di kampus dan menghasilkan produk ilmiah yang baik. Kita menampung mahasiswa yang banyak tetapi tidak
diikuti dengan infrastruktur, fasilitas agar mereka belajar dengan baik,”ujarnya. Ia juga menyampaikan Unila yang sebagai kampus hijau sudah tidak hijau lagi. Sebab kendaraan dengan leluasa keluar masuk dan parkir di lingkungan kampus. Selain itu, sampah Unila yang masih berantakan. Kemudian, Unila belum memiliki Power Plant sendiri, energi yang diandalkan Unila masih mengandalkan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan Menteri Ristekdikti saat ini berbasis teknologi, sehingga sistem daring akan diprioritaskan. Namun kondisi energi Unila yang masih bergantung pada PLN akan mengganggu hal ini. Selain penambahan infrastruktur fisik,
“
peringkat Unila diposisi 18 seluruh Indonesia adalah hal yang bagus. Masih ada banyak persiapan untuk mencapai visi Unila menjadi top ten university 2025, selain mempercepat guru besar, dengan meningkatkan kualitas dan fasilitas pembelajaran. Meningkatkan akreditasi program studi Unila menjadi 50% akreditasi A, yang saat ini sebagian masih B, bahkan masih ada prodi yang akreditasinya C. Seluruh prodi harus menjadi akreditasi A, karena hal ini menyangkut semua elemen seperti dosen, mahasiswa dan fasilitas Unila. Tambahnya, terkait rencana pembangunan student center perlu adanya koordinasi yang jelas antara universitas dan fakul-
dana menentukan aktivitas kemahasiswaan. Dr.Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S. (Kepala UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Unila) Menurutnya, sangat susah untuk mencapai top ten university 2025, yang harus diutamakan adalah cara mengembalikan peringkat Unila sebelumnya, dari yang sekarang berada diposisi 46. Tambahnya Unila harus bisa memberikan informasi mengenai guru besar, kepegawaian harus aktif memberikan informasi kepada pimpinan dengan jangka waktu per bulan atau per tiga bulan. “Susah untuk mencapai 10 besar univer-
Mustahil mencapai top ten 2025, perlu keajaiban. Perlu ada terobosan yang luar biasa yang dilakukan oleh rektor terpilih. Kita sudah terlanjur berada di posisi 46 dengan kondisi infrastruktur yang belum baik.
“
P
roses pemilihan rektor Universitas Lampung (Unila) telah rampung. Unila selama 4 tahun ke depan akan dipimpin oleh Prof. Karomani. Ia terpilih sebagai rektor periode 2019-2023 pada Kamis (17/10) dengan perolehan suara sebanyak 44 suara (61%). Ia memiliki visi ‘Mewujudkan Unila Unggul Berdaya Saing Regional dan Internasional untuk Mencapai Visi Unila Top Ten University 2025’. Adapun misi yang akan ditempuh di antaranya: 1. Mewujudkan iklim akdemik yang bermutu unggul dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang berkemampuan ipteks dan inovasi 2. Meningkatkan kontribusi dan reputasi Unila ditingkat regional dan internasional 3. Mengembangkan tata kelola Unila yang inklusif berbasis good university governance 4. Menguatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan nasional, regional, dan internasional. Prof. Karomani mengatakan untuk dapat merealisasikan itu semua sesuai dengan RPJP (Rencana Program Jangka Panjang) Unila yaitu mencapai top ten university 2025, Ia akan melakukan terobosan-terobosan baru. “Tidak bisa kita memperbaiki satu aspek, semua harus dibenahi misal presentase guru besar yang selama ini masih sedikit itu harus dipercepat presentasenya menjadi lebih besar dari sekarang, guru besar masih termasuk manusia langka di Unila” ujarnya. Rektor terpilih, Prof Karomani mengatakan untuk mempersiapkan dan mempercepat guru besar dilakukan beberapa cara, “Kita memberi insentif bagi dosendosen yang menulis jurnal, dosendosen akan kita fasilitasi dengan berlangganan jurnal internasional, laman jurnal harus sampai jurusan dan program studi sehingga dosen-dosen bisa membuka web untuk mengakses perpustakaan digital berisi ribuan jurnal yang bisa dibaca terkait dengan disiplin ilmu masing-masing,” jelasnya. Ia juga akan melakukan penguatan pada aspek lain seperti kemaha-
Oleh : Mitha Setiani Asih dan Nofia Mastuti
Prof. Muhajir Utomo - Rektor Unila Tahun 1998-2007 infrastruktur fiber optik juga harus ditambah untuk mengejar ketertinggalan ini. Ia juga meminta rektor terpilih tidak menganggap mahasiswa di luar sistem civitas academika. Rektor terpilih harus mampu merangkul mahasiswa sebagai aset masa depan. Prof. Muhajir meminta agar tidak memusuhi mahasiswa yang mengkritisi dan menyampaikan pendapatnya. Dr. M. Thoha B.sampurna Jaya, M.S. ( Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan dan Alumni tahun 2000-2008) Dosen Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila ini, mengatakan rektor terpilih dapat mengembalikan
tas, “Mengenai pembangunan student center yang direncakan boleh saja, tetapi mahasiswa diberi ruang dalam artian untuk beraktivitas, memperbanyak kegiatan-kegiatan kemahasiswan contohnya Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yang mana Unila semakin hari semakin sedikit PKMnya. Kemarin hanya satu, di tahun 2019,” katanya. M. Thoha juga mengatakan, misi rektor terpilih mengenai mengembangkan tata kelola Unila yang inklusif berbasis good university governance, bukan hal yang baru untuk menerapkan, seperti organisasi universitas yang bersih, tata kelola yang anti korupsi, tata kelola yang terbuka dengan transparansi dana anggaran, khususnya anggaran kemahasiswaan, karena faktor
sitas, realistis saja, kalau rektor terpilih ingin memperbanyak guru besar. Pertama dia harus benahi sistem kepegawaian yang ada di Unila, artinya sistem kepegawaiannya harus jalan semestinya jangan lambat sehingga rektor pun bisa tahu, jangan seperti sekarang masing-masing dosen dibiarkan mengurus sendiri,” ujarnya. Paul mengatakan jantung universitas merupakan laboratorium sebagai tempat menghasilkan inovasi. UPT Laboratorium dan Sentra Inovasi Teknologi Unila harus didorong perkembangannya agar dosen biasa menghasilkan produk ilmiah. “Kalau ingin meningkatkan jurnal Lab itu laboratorium yang teruji standarisasi jangan ditinggal-
REPORTASE KHUSUS
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
kan. Rektor terpilih harus berani dan tegas mencari orang-orang yang kompeten untuk memajukan institusi, kalau kita ingin bersaing ditingkat internasional,” tambahnya. Ia mengharapkan laboratorium yang ada ditingkat fakultas juga mengalami pembenahan. Pembenahan laboratorium fakultas merupakan anggaran dana tanggung jawab Dekan. Jika laboratorium memiliki fasilitas yang baik maka mahasiswa juga bisa didorong tidak hanya jurnal nasional, tetapi juga jurnal internasional. Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum) Ia mengharapkan rektor terpilih menjadi rektor sebenar-benarnya rektor. Rektor yang mampu mengatasi permasalahan pendidikan di bidang kemahasiswaan yang masih memiliki masalah dana yang macet. Menurutnya masih banyak yang harus dibenahi seperti dari aspek riset dan kualitas pendidikan Unila. “Unila bisa mencapai visi top ten university jika visi misi rektor terpilih fokus mengejarnya dan diimbangi dengan kinerja pembantu rektor kedepannya. Hal yang penting visi misi beliau, pertama dari segi riset
kita dan kualitas pendidikan yang harus dibenahi. Saya rasa dengan penambahan jumlah guru besar menjadi tolak ukur keberhasilan universitas. Jika jumlah guru besar meningkat maka nilai perguruan tinggi ikut meningkat juga,” ucapnya. Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. (Dekan Fakultas Ekonomi dab Bisinis tahun 20152019) Prof. Dr. Satria Bangsawan mengatakan visi misi rektor Unila sudah sesuai untuk mencapai visi Unila top ten university 2025. Menurutnya ketika mencapai visi Unila tersebut diturunkan dalam bentuk misi Unila yang sudah ditetapkan di RPJP Unila yang melalui tahapan-tahapan. Seperti di tahun 2007 – 2011 Unila harus menjalankan upaya peningkatan modernisasi dan capacity bulding. Kemudian pada tahun 2011-2015 Unila fokus dipelayanan prima. Semua unitunit yang ada di Unila ini, yang diawali oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila telah menerapkannya. Selanjutnya, di tahun 20162020 fokus kedaya saing regional dan nasional. Melalui daya saing tersebut semua kegiatan-kegiatan yang ada di Unila dengan variabel dan indikatornya, melalui akreditasi yang berbasis
nasional dan regional. Lalu, pada tahun 2020-2025 fokus ke daya saing regional, nasional, dan internasional. “Unila harus bisa bersaing nasional dan internasinal melalui akreditasi nasional dan internasional. Akreditasi sendiri menunjukan citra sebuah lembaga bahwa dalam pengelolaaannya mempunyai standar nasional, regional dan internasional. Selanjutnya alumni yang dihasilkan dapat bersaing di tingkat regional, nasional, dan internasional dengan menyediakan lapangan pekerjaan atau mencari pekerjaan alumni Unila unggul di era pasar bebas,” jelasnya. Ia juga memaparkan tugas pimpinan dan semua komponen di Unila harus memiliki pola pikir yang sama. Semua mengarah mengawal kualitas pendidikan benar-benar bisa berjalan dengan baik. Kemudian sumber daya manusia Unila harus mengubah paradigma lama, Unila harus mengubah pola pikir untuk bergerak sama pada semua elemen masyarakat Unila. “Hal ini bukan hanya sekadar digadang-gadangkan rektor terpilih, jika visinya tentang cara memberikan kualitas pendidikan yang bermutu, maka kita mengawal pendidikan yang bermutu. Mulai dari kurikulum dan metode pembelajaran menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Tenaga pendidikan yang melayani mahasiswa saat ini harus diubah pola pikirnya cara menerapkan pelayanan prima berbasis teknologi dapat berjalan lancar,” ujarnya.
Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si (Wakil Dekan Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ) Ia mengatakan sangat setuju dengan cara yang ditempuh oleh rektor terpilih dalam menunjang prestasi Unila menjadi top ten university 2025. “Salah satu yang dicanangkan beliau adalah mempercepat guru besar, salah satu indikator sebuah universitas menjadi terbaik. Itu akreditasinya tinggi senantiasa guru besarnya bertambah. Data belum menunjukan 50%. Masih rendah, sekiranya 20% nya saja belum ada. Jadi untuk mencapai kearah sana berat, sampai bisa menaikkan 10-20% dari data hari ini itu sudah luar biasa,” ucapnya. Kegiatan kemahasiswaan juga menjadi salah satu ukuran keberhasilan perguruan tinggi. Aktivitas kemahasiswaan sekarang skalanya tidak hanya skala regional di tingkat Sumatra, tetapi harus nasional dan internasional. “Dari aspek kemahasiswaan dengan rencana akan membangun berbagai infrastruktur student center, hal ini akan membantu mempercepat seluruh komponen mahasiswa untuk berprestasi diberbagai bidang,” kata Denden. Ia menambahkan, mengelola seluruh komponen Unila baik peningkatan proses belajar mengajar, peningkatan proses pengadministrasian oleh tenaga kependidikan jangan diabaikan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berdaya saing. Masdar Helmi, S.T.,D.E.A., Ph.D (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik) Ia mengatakan Unila harus memfasilitasi setiap fakultas untuk men-
11
gadakan kegiatan-kegiatan seminar berskala internasional, karena itu juga bagian dari komponen yang menjadi perhitungan. Jadi didorong untuk menjadi penyelenggranya dan didorong juga untuk turut aktif mengikuti kegiatan berskala internasional karena itu bagian untuk membangun jaringan baik dengan perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. “Apa yang diharapkan pak karomani itu juga menjadi harapan semua dosen fakultas teknik, karena kita tahu bersama sebagian guru besar atau profesor yang dimiliki Unila sudah memasuki usia pensiun,” ujarnya. Terkait cara yang ditempuh rektor terpilih untuk meningkatkan kontribusi dan reputasi Unila ditingkat regional dan internasional, menurutnya sebagai wakil dekan bidang kemahasiswaan, sangat mendukung jika rektor terpilih ingin membangun student center. “Kebijakan ini yang sangat diharapkan untuk bisa memberikan pelayanan bagi mahasiswa, dengan disediakan student center mahasiswa lebih senang berdiskusi, menggunakan internet dan mengembangkan potensi minat bakatnya,” tuturnya. Ia menuturkan salah satu indikator pemeringkatan adalah besar dana yang bisa dihasilkan Unila, dalam membiayai kebutuhannya yang selama ini masih konvensional. Dana Unila sendiri sementara ini dari mahasiswa dan pemerintah. “Upaya penghasilan Unila belum meningkat. Saat ini Unila masih dalam batas pelayanan kecil seperti fasilitas kolam renang dan sewa gedung," ujarnya. Terobosan-terobosan lainnya yang akan dilakukan oleh rektor terpilih akan mengadakan hotel dan dan SPBU. Hal ini direspon baik oleh Wadek Kemahasiswaan d a n
Alumni F. Teknik . " Usaha ini akan menjadi tero-
iya mar kho r u ti N i: Tu tras Ilus
h
bosan, karena kegiatan Unila juga banyak yang menggunakan fasilitas hotel," jelas Masdar=
12
INOVASI
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak Oleh : Mitha Setiani Asih
T
umpukan sampah plastik di desa Bumi Jaya, Kecamatan Sukau, Lampung Barat kini bisa diolah menjadi bahan bakar minyak. Inisiasi tersebut dikembangkan Rizqy Putra Haryansyah (Kimia’15) dan teman kelompok Kuliah Kerja Nyata Unila periode I 2019 bersama Dr. Saiful Bahri selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Biasanya, sampah plastik di desa ini dijual ke pengepul rongsok yang datang dari desa lain. Namun, pengepul rongsok tersebut hanya datang satu bulan sekali. Tumpukan sampah yang lama terangkut akhirnya, menimbulkan bau tak sedap dan menjadi biang pencemaran lingkungan. Metode ini memanfaatkan pembakaran sampah plastik guna menghasilkan bahan bakar minyak yang dapat dimanfaatkan kembali. “Alat ini masih menggunakan
alat pirolisator sederhana yang menggunakan metode pirolisis. Yaitu, proses pembakaran karbon rantai panjang. Metode ini sering kita gunakan. Sehingga kami tidak melakukan uji coba,” jelas Rizky. Terlebih dahulu sampah plastik dibersihkan dari kotoran. Kemudian, dikeringkan sampai tidak ada cairan. Setelah bersih dan kering, bahan sampah plastik dimasukan ke dalam alat. Alat tersebut akan melakukan proses pembakaran dengan tekanan panas mencapai suhu 400-500⁰ Celcius. Selanjutnya, sampah plastik akan terurai dan menguap menjadi gas. Sampah plastik yang sudah menjadi gas akan mengalami proses kondensasi. Ketika uap panas bertemu dengan kondensor yang dingin, gas tersebut akan mengembun sehingga menghasilkan produk minyak campuran. Lebih lanjut, Dr. Saiful Bahri selaku Dosen Kimia FMIPA Unila mengatakan bahwa pada prinsipnya
semua plastik dapat diubah menjadi bahan bakar minyak. Pengujian alat tersebut juga masih dalam tahap penelitiannya. Penelitian ini akan difokuskan sampai tahap alat tersebut dapat mengolah sampah plastik menjadi tiga produk turunan antara lain, minyak solar, bensin, dan minyak tanah. “Saya akan terus melanjutkan penelitian ini. Jika sebelumnya kondensornya hanya satu, saya akan menambah dua kondensor dan lebih memperhatikan suhu, tekanan, dan keringnya sampah untuk mendapatkan hasil yang optimal. 10 kg plastik bisa menghasilkan 8 liter minyak,” tuturnya. Muhammad Irfan (Kimia’16), salah satu anggota KKN mengatakan sampah plastik bekas air gelas mineral yang digunakan karena mudah dibersihkan dari kotoran yang menempel. “Memang minyak yang kita hasilkan belum bisa diaplikasikan langsung pada kendaraan, karena
Body shaming
Ganggu Psikologi
S
etiap bertemu teman lama, Debora Putri Sion Purba (Pend. Bahasa Prancis ’16) menerima perundungan tentang bentuk tubuhnya yang semakin gempal. Segala usaha ia lakukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, seperti melakukan diet ketat, pergi gym, minum teh hijau hingga membeli lotion pembakar lemak yang digadang-gadang dapat menurunkan berat badan. Alasan mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini, untuk mengembalikan rasa percaya diri. Sebab, ia kerap sakit hati jika bentuk fisiknya menjadi bahan pembicaraan. “Saya pernah alami body shaming, saya kerap mendapatkan ungkapan bahwa saya gendutan oleh be-
Oleh : Mitha Setiani Asih
berapa teman saya yang sudah lama tidak saya temui. Saya juga tidak mau memiliki bentuk fisik yang seperti ini, saya sendiri juga kesusahan untuk mencari pakaian,” ucap Debora dengan mata berkaca-kaca. Berbagai sapaan bertanya kabar yang membahas bentuk fisik, kurus, gemuk, cantik, jelek dan standar sosial lainn y a
Ilustrasi: Tuti Nurkhomariyah
dianggap lazim. Hal ini menjadikan seseorang sebagai kambing hitam dalam percakapan yang dianggap biasa. Sedangkan, kondisi psikologis korban body shaming kurang menjadi perhatian. “Saat saya mengalami body shaming saya kepikiran dan merasa bersalah memiliki bentuk tubuh yang seperti ini. Apalagi yang mengatakan itu memiliki bentuk tubuh yang baik. Saya pernah memaksakan diri untuk diet hanya minum teh hijau bersamaan menggunakan lotion pembakar lemak, dampaknya saya diare selama empat hari dan berat badan saya turun empat kg,” ujarnya. Sama halnya, Fatimah Azzahra (Kehutanan ‘16) mengaku keberatan jika ada yang membicarakan kondisi wajahnya yang break out. Ia juga sudah berusaha mengobati jerawatnya. Tetapi untuk berobat ke dokter bukan hal yang murah. “Sejak SMA saya menerima body shaming. Saya kesal ketika
Ilustrasi: Tuti Nurkhomariyah
harus kita murnikan lagi. Fokus kami di sini untuk mengurangi limbah plastik yang ada di kecamatan ini,” ujarnya. Sosialisasi terkait demonstrasi pemakaian alat dengan masyarakat sekitar, khususnya kecamatan Sukau turut dilakukan. Mulai dari cara menyiapkan sampah plastik yang akan diolah, sampai cara kerja alat tersebut, sehingga
menghasilkan minyak. Irfan berharap alat tersebut bisa berjalan dengan optimal. “Kalau sebelumnya hanya pengolahan limbah saja, saya berharap selanjutnya alat ini bisa terus dikembangkan menghasilkan 3 produk solar, bensin dan minyak tanah yang mempunyai kualitas dan bisa dipasarkan,” ujarnya=
LIFE STYLE orang sudah melihat saya tidak suka. Misalnya saat pembagian kelompok, banyak yang menolak saya untuk gabung dalam kelompoknya. Saya pernah merasa tidak diinginkan oleh sekitar, apalagi ketika lelaki yang berbicara saya merasa itu hal yang sensitif,” tuturnya. Evaluasi orang lain terhadap diri seseorang termasuk tubuh, dapat mempengarungi kondisi psikologi seseorang. Terciptanya standar di masyarakat sejak dahulu mengenai cara pandang kecantikan dilihat dari segi fisik. Misalnya kulit putih, postur ideal, wajah cantik atau tampan, dan standar lainnya. Standar ini yang menjadikan sumber munculnya kritik pada orang-orang yang tidak memenuhi standar. Melihat sudah banyak korban yang mengalami body shaming, Shinta Mayasari (Psikolog) mengatakan korban yang menerima body shaming dapat menurunkan rasa percaya diri dan penerimaan terhadap diri sendiri. Korban body shaming dapat mengembangkan rasa malu dan bersalah pada dirinya. Hal ini dapat membuatnya menjauh dari lingkungan sekitar
sehingga mengalami masalah interaksi dengan orang lain. “Kalau para korban ini kurang mendapatkan dukungan dalam bentuk perhatian, kasih sayang, dan cinta dari keluarga maupun temannya, ini bisa membuat mereka menarik diri dan mencari solusi yang tidak realistis. Seperti diet berlebihan, gangguan pola makan seperti anoreksia, bulimia, dan mengurung diri karena stres dengan kondisi fisik yang tidak ideal, depresi, dan gangguan psikologi lainnya,” jelasnya. Dosen Program Studi Bimbingan Konseling ini mengajak korban untuk belajar menerima diri sendiri. Dengan merubah pola pikir bahwa penampilan fisik bukan kualitas tunggal, masih banyak potensi dan bakat yang bisa dikembangkan. “Pahamilah bahwa orang yang melakukan body shaming adalah orang yang tidak bahagia dalam hidupnya. Sehingga ia tidak dapat menghargai orang lain. Korban juga perlu selektif dalam memilih lingkungan sosial. Bergaullah dengan orang yang dapat memberikan dampak positif bagi diri,” tambahnya=
APRESIASI
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Ilmu Diri merenung terasa semu Jiwa gundah hati berduri Jika sudah pandai berilmu Harus belajar dan rendah diri
13
Bahasa
Katak melompat terkena duri Sakitlah kaki luka terbawa Janganlah pernah berpuas diri Hendak kemana ilmu dibawa
Kata
Potonglah ayam keluar darah Tak disangka masaknya mudah Mari jaga bahasa daerah Bahasa Lampung yang elok nan indah Kakak irah menari melinting Adik sedang main gasing Dapat ilmu juga penting Dari belajar bahasa asing
Oleh: Tanzirul Evendi (Duta Bahasa Provinsi Lampung ‘19/ Pendidikan Biologi ‘15)
Oleh: Julian Nursatria (Duta Bahasa Provinsi Lampung ‘19/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘15)
Dalam sekejap pun dalam sekilap Tak bersuara pun tak berdentam Apa ada yang lebih gelap Daripada sebuah hitam Kala mata setengah terpejam Terlihat sinar yang temaram Apa ada yang lebih kejam Daripada sebuah cakram Perlahan sinar menjauhi mata Mungkin saatnya menuju makam Adalah untaian kata yang nyata Menghantam, menikam, lalu mendekam Oleh: Gitamorezqi Maharani (Duta Bahasa Provinsi Lampung 2019/ Pendidikan Bahasa Prancis ‘18)
ZONA AKTIVIS
Ciptakan Kader untuk Belajar di Alam Oleh : Eka Oktaviana
W
ujudkan Mimpi Perbaiki Diri Melalui Regenerasi menjadi tema Musyawarah Besar Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Lampung (Unila) periode tahun 2019. Sebagai Nakhoda terpilih Yunita Irawati Solin ditantang mengarungi
roda organisasi tingkat universitas dengan minim regenerasi Sumber Daya Manusia (SDM) . Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) tidak menampik persoalan mahasiswa banyak yang malas mengikuti UKM tingkat universitas. “Anggota muda angkatan 2018 hanya dua orang, padahal
dengan ikut Mapala dapat melatih softskill, kerjasama, kekeluargaan yang erat, dan kemampuan lainnya,” ungkapnya. Mapala yang bersekretariat di Gedung Gerha Kemahasiswaan Unila Lantai 1 ini, mampu menciptakan kader yang tidak hanya untuk bermain ke alam. Namun,
yang penting untuk belajar dan memahami. “Mapala dilatih cara pendakian gunung, panjat tebing, susur gua, menyelam, dan rafting,” ujarYunita. Mapala juga melakukan kegiatan relewan bencana alam dan penghijauan. Dari sinilah Mapala mampu menghasilkan anggota yang mempunyai kemampuan softskill, seperti mental yang kuat, kerjasama, beradaptasi, menganalisis. “Tidak hanya itu, mampu memetakan potensi alam, inventaris dalam laut, gua, dan hutan. Serta konservasi hewan dan tumbuhan,” jelasnya. Pendidikan yang dilakukan ke anggota Mapala dimulai dari tingkat dasar. Seperti melatih fisik sebelum turun lapang, mempersiapkan peralatan secara detil, belajar navigasi, cara bertahan hidup, dan pengetahuan medan yang akan di jelajah. Hal ini dilakukan untuk keselamatan ketika di alam. “Bedanya Mapala dengan orang yang suka bermain ke alam itu kelihatan safety-nya terutama yang kurang diperhatikan. Kalau Mapala itu hal pokok dan wajib yang harus diperhatikan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Serta tujuan, kalau Mapala untuk belajar,” ungkapnya. UKM yang sudah berusia 30 tahun ini memiliki divisi diantaranya, arung jeram, speleologi, selam, gunung hutan, panjat tebing yang tergolong ke dalam petualangan bebas dan konservasi lingkungan hidup. Prestasi-prestasi yang diraih Mapala pun cukup mentereng. Diantaranya, juara satu tingkat nasional Jelajah Alam Bukit Barisan 2017, Ekspedisi Carstensz Pyramid di Puncak Jayawijaya Papua. Berbagai pendakian gunung seperti Gunung Semeru (1992), Gunung Leuser (1997), Gunung Rinjani (1997), Gunung Argoporo (2008), serta Gunung yang ada di Lampung, Jawa, dan Sumatera. Selain itu, pemanjatan tebing seperti tebing Gunung Krakatau (2003), Tebing Citatah (2000 dan 2003), Tebing Serelo (2003), Tebing Siung (2004-2005), Tebing-Tebing di Lampung. Pengarungan Sungai Way Semangka, Sungai Way Semong, Way Sekampung, Sungai Serayu. Penelusuran Gua Langse, Buyung, dan Karst. Sedangkan untuk peyeleman bawah laut Pulau Tegal, Laut Gunung Krakatau, dan laut Lampung lainnya=
Ilustrasi: Kalista Setiawan
Damar berduri kian mulia Lembah bambu jua tersirat Jika belajar ilmu dunia Janganlah lupa ilmu akhirat
Merpati merah dijaga tuan Merpati putih terbang berpapasan Utamakan bahasa persatuan Bahasa indonesia yang berkesan
14
POJOK PKM
No. 157 XV Bulanan | Edisi November 2019
Ekspresi Aku Mau, Maka Aku Bisa Oleh: Silviana
“Sekarang saya bangga. Saya sering diremehin karena masuk Jurusan Bahasa Indonesia. Jadi saya bisa nerbitin buku ini menjadi kebanggan juga untuk saya dan keluarga"
Silviana Kapuslitbang
PERTARUNGAN Mengapa dunia terkesan lebih menghargai kualitas ekstrover seperti pandai berorasi dan pandai membangun relasi, ketimbang kualitas introver seperti berpikir mendalam, dan mendengarkan. Susan Cain, penulis buku fenomenal soal introver The Power Of Introvert in a World That Can’t Stop Talking, menyebut bahwa ada hubungannya dengan bangkitnya era industri di awal abad 19. Pada era itu masyarakat di Barat terpengaruh oleh pola pikir Yunani-Romawi yang memberi nilai tinggi pada orang yang pandai berorasi dan beraksi. Sifat introver seperti suka berpikir, dan suka mengamati tidak mendapat tempat karena dianggap tidak memberi aksi nyata. Industri pun membuat standar karakter manusia yang sesuai dengan sosok pekerja yang mereka butuhkan. Kecakapan dalam berkomunikasi pun dijadikan satu syarat utama di dalamnya. Sementara itu orang-orang introver yang sibuk dengan imajinasinya, menyendiri, mengamati, senang berpikir, pada akhirnya harus mengikuti arus itu. Mereka setuju atau tidak, harus mengikuti standar yang berlaku saat itu. Susan menyebut ini sebagai pola pikir ekstrover yang kemudian tumbuh subur di Amerika Serikat dan negara lain yang terkena pengaruh. Indonesia pun sedikit banyak terkena pengaruhnya. Dampaknya tidak hanya di industri tetapi juga meluas dalam dunia pendidikan. Sebab, kebanyakan disesuaikan dengan kebutuhan industri. Pendidikan menjadi tempat untuk mempersiapkan karakter-karakter yang lebih mengutamakan kualitas ekstrover. Alhasil ada banyak anak yang sangat mungkin dianggap tidak memenuhi kualifikasi orang hebat karena mereka tidak suka berteman dengan banyak orang atau membutuhkan waktu lama untuk berinteraksi degan orang baru dan butuh waktu lama untuk menyampaikan pendapat di depan kelas. Sementara, bakat luar biasa intover seperti menulis, mengobservasi, mendengarkan, dan meneliti, semuanya kandas ditelan mulut yang dipaksa untuk terus berbicara. Lalu introver menjalani hari dengan perasaan asing dalam dirinya. Beruntung jika ia memahami apa yang membuatnya demikian. Jika tidak, akan hidup dalam ketidaktahuan soal betapa berharganya dirinya. Merasa minder adalah konsekuensinya. Ia dipaksa untuk bertarung dalam pertarungan yang tak didesain untuknya. Ia dituntut untuk berkompetisi dalam area yang sulit untuk dimenangkan. Maka satu kompetisi yang sama tidak akan mencapai keadilan. Dalam mencapai keadilan sebaiknya dibuat satu kesepakatan. Setiap keunikan setiap manusia, sebaiknya dibuat satu pemahaman bersama bahwa aku, kau , dia, kita, kalian, mereka punya kesempatan dan hak yang sama untuk berhasil dan berbuat sesuatu untuk sesama, untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, dan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Introver tak akan menjadi ekstrover, begitupun sebaliknya. Apa yang menjadi ukuran keberhasilan bagi introver tak selalu sama dengan keberhasilan menurut ekstrover. Perlu waktu untuk menyudahi kesalahpahaman yang menancap kuat di masyarakat. Kau adalah bagian dari kesalahpahaman itu, putuskan rantainya agar kesalahpahaman ini terhenti dari pewarisan secara turun temurun. Jika kau salah satu orang yang sering disalahpahami, bangunlah. Alih-alih terjebak dalam perasaan tak berharga dan tak percaya diri yang lahir dari cibiran dan ketidakpahaman orang lain, alangkah lebih ringan jika kita menolak tunduk pada penilaian orang lain dan tak ragu untuk memberanikan diri menapaki jalan yang kita cipatakan sendiri= Tetap Berpikir Merdeka!
K
"
alau dia bisa kenapa saya enggak?” kata Bina kepada Teknokra saat menceritakan awal mula ia berkecimpung dalam dunia menulis. Meski tidak seketika menjadi penulis terkenal. Namun, semangatnya untuk tetap konsisten menulis hingga tiga buku, patut diapresiasi. Penulis yang bernama lengkap Bina Rosdanti Sahdan ini terinspirasi menulis dari kakak sepupunya yang juga seorang penulis cerpen. Mulanya ia menulis kisah yang dialami selama menjadi siswa SMK dalam buku diary. Namun, setelah mengenal Wattpad ia mengembangkan tulisan diary nya menjadi sebuah cerita yang layak untuk dibaca. “Awalnya nggak banyak yang baca, tapi aku terus nulis sampai akhirnya banyak yang baca dan sekarang salah satu novelnya sudah dice-
tak,” ujarnya. My Destiny merupakan salah satu novelnya yang terbit pada Mei 2019 lalu. Mengisahkan tentang seorang gadis bernama Rizqina Al-Kahfi yang harus membanting tulang untuk membiayai kuliahnya lantaran ekonomi keluarga yang kurang mampu. Hingga, sebuah rahasia besar terkuak setelah ayahnya meninggal dunia. Ia menyelesaikan novel tersebut dalam waktu 5 bulan. Tentu dalam perjalanan karya tulisannya, Bina sering mengalami patah semangat, bahkan di larang oleh orang tuanya. “Awalnya papa sempat ngelarang karena takut sekolah terganggu, tapi setelah Bina menceritakan karya Bina sudah banyak yang membaca, papa jadi mendukung sekarang, walaupun kuliah tetap yang diutamakan,” ungkapnya. Mahasiswi kelahiran 2000 ini mulai menulis sejak kelas sepuluh. Bina mengaku pertama menulis tentang kisah cinta yang tidak terbalas oleh kakak kelas yang selalu bersikap cuek dan dingin. Ia mengaku semangat menulisnya hampir padam ketika memasuki Ujian Nasional, bahkan sempat berpikir untuk berhenti menulis. “Waktu itu aku stuck banget, karena mikirin UN dan aku nggak dapet ide untuk tulisanku. Tapi akhirnya, aku bangkit lagi dan di awal kuliah aku mengajukan tulisanku pada penerbit,” jelasnya.
Sembari menunggu pengumuman masuk kuliah, Bina menyibukkan diri mengirim tulisannya pada penerbit, dan hasilnya tidak mengecewakan. Penantiannya selama 3 bulan menghantarkan tulisannya untuk dicetak secara gratis karena lolos seleksi. Diterima sebagai mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unila sekaligus mendapat tawaran dari penerbit, semakin memupuk semangat Bina untuk kembali berkarya dalam tulisan. “Alhamdulilah, aku cita-citanya pengen buat satu cerita jadi novel, eh malah jadinya 3 buku,” ungkapnya bahagia. Putri pertama dari tiga bersaudara ini, menuangkan ide-idenya kedalam goresan tinta saat menjelang tengah malam. Dari dalam kamarnya ia biasa menulis 10 halaman cerita yang terinspirasi dari drama korea atau membaca novel di Wattpad milik penulis lain. Novel-novel dari penulis terkenal seperti Dee Lestari, Habiburahman, Asma Nadia, dan Erisca Febriani juga menjadi inspirasi dalam tulisannya. Meski ia mengaku sering meninggalkan tulisannya hingga satu bulan karena terhambat dengan tugas kuliah dan rasa malasnya, namun novel keduanya yang berjudul "Jodoh Cerminan Diri" sudah siap di pesan secara online. Ia juga mengatakan akan segera menyusul novel ketiganya yang berjudul "Jodoh Pasti Bertemu". Keuntungan yang ia dapatkan memang belum seberapa, ia mendapat 15% dari hasil penjualan novel tersebut. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya. Baginya menulis adalah hobi yang menyenangkan, baik untuk dirinya maupun bagi pembaca. “Sekarang saya bangga. Saya sering diremehin karena masuk Jurusan Bahasa Indonesia. Jadi saya bisa nerbitin buku ini menjadi kebanggan juga untuk saya dan keluarga,” tutur Bina=
*Tabloid Teknokra edisi 157 ini tidak dibiayai oleh Universitas Lampung