Tabloid Teknokra 158 (Edisi Khusus)

Page 1


2

KOMITMEN

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Tabik Pun

Menuntut Keadilan

K

Always Fighting and Keep Spirit

G

oresan tinta pada kertas, yang mulai terisi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan, yang akhirnya menjadi goresan yang menorehkan tentang arti hidup dan perjuangan. Namun, dengan adanya perjuangan merupakan awal yang baik untuk memperoleh sesuatu yang didambakan. Tak terasa daratan sudah terlihat dan tak terasa perjuangan kita sudah diujung kemenangan. Kami bertekad untuk selalu bertanggung jawab terhadap tugas-tugas kami untuk para pembaca semuanya. Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembaca untuk apresiasi kalian atas karya-karya kami. Ditengah desakan tugas-tugas perkuliahan yang tak kunjung henti, kami selalu menyempatkan untuk bertanggung jawab atas amanah yang telah kami pikul. Selain itu, kami juga masih sering mengalami kendala terkait narasumber yang sulit untuk ditemui dan fakta kebe-

naran yang tak kunjung terungkap. Namun, kami yakin bahwa perjuangan ini akan membuahkan hasil yang luar biasa. Melalui Tabloid Magang Teknokra ini kami mendapat berbagai macam pengalaman dan pelajaran hidup yang sangat berharga, dan pada tabloid ini kami menorehkan segala kemampuan kami untuk mengasilkan informasi yang berkualitas. Tabloid magang pertama ini, kami menyajikan info terhangat seputar kampus serta informasi penting dan menarik. Selain itu, kami akan mengajak pembaca menyoroti permasalahan Unila pada liputan utama yang membahas Diksar UKMF Cakrawala yang banyak menelan korban. Salah satu korban adalahAgaTriasTahta (Sosiologi ’19) yang meninggal dunia. Pihak keluarga Aga tidak terima hingga dilakukan outopsi dan membawa khasus ini ke meja hijau. 17mahasiswa FISIP yang tergabung di UKMF Cakrawala dituntut pasal

170, pasal 351, pasal 359, dan pasal 360. Saat ini ke-17 pelaku ditanah di Polres Pesawaran hingga menunggu pelaksanaan sidang. Selain itu, kami juga mengkritisi pembangunan embung yang tidak selesai tapat waktu, Rusunawa baru yang sedikit penghuni, pembangunan Lab Micro Teaching FKIP, dies natalis FISIP, Pembangunan taman FISIP sebagi pendukung green metric, dosen kehutanan yang peduli dengan lingkungan, obrok berilmu sebagai pustaka keliling, dan inovasi toponimi hasil penelitian mahasiswa pendidikan sejarah. Serta manfaat latih olah napas. Sebagai penutup, kami menyajikan informasi ini untuk para pembaca setia. Semoga para pembaca merasa senang dan tertarik dengan karya kami. Dari pojok PKM, tiada hentinya kami mengajak pembaca untuk ikut menyikapi permasalahan yang terjadi= Tetap Berpikir Merdeka !

ekerasan terhadap mahasiswa baru kembali terjadi di Unila. Aga Trias Tahta (Sosiologi ’19) mengalami kekerasan dari anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam Cakrawala Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) hingga tewas. Berawal, ketika Aga mengikuti pendidikan dasar, dia terjatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Kemudian Aga disiram air oleh panitia agar terbangun. Namun, takdir berkata lain mahasiswa sosiologi ini dinyatakan meninggal ketika hendak dibawa ke Rumah Sakit Bumi Waras. Merasa aneh dengan kematian yang dialami Aga, keluarga meminta pihak kepolisian membongkar makamnya dan dilakukan autopsi untuk mengumpulkan bukti penyebab kematiannya. Hasil sementara tim dokter menemukan adanya pendarahan dari saluran pernafasan sampai ke paru-paru korban dan diduga juga adanya cairan. Tingkat pengawasan dan perizinan dari pihak kampus pun dipertanyakan. Masih terdapat ketidakjelasan terkait kronologis yang sebenarnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa pihak baik dari fakultas maupun panitia penyelenggara UKM Cakrawala yang masih bungkam. Tidak terima nyawa sang adik melayang begitu saja. Gani Dewantara kakak kandung Aga Trias Tahta menuntut keadilan dari pihak Unila agar pelaku kekerasan mendapatkan hukuman yang setimpal. Saat ini ada 17 tersangka yang merupakan panitia pelaksana pendidikan dasar Cakrawala yang masih ditahan di Polres Pesawaran. Tragedi Aga, sudah seharusnya menjadi perhatian Unila. Unila harus segera berbenah diri agar hal ini tidak terjadi lagi. Masalah peizinan pelaksanaan diksar tidak hanya atas dasar kepercayaan saja kepada panitia. Akan tetapi, perlu adanya pengawasan dari pihak kampus. Unila juga perlu mempertegas hukuman bagi pelaku. Pihak Unila harus memberi keadilan terhadap korban dan tersangka karena mereka masih menyandang status mahasiswa Universitas Lampung. Serta harus adanya peningkatan kebijakan rektor terkait pelaksanaan kegiatan di luar kampus. Supaya tidak terjadi lagi kekerasan di lingkungan pendidikan=

Judul :

Ganjaran Diksar Lengah Ide dan Desain :

Dhea Putri Utami

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M.Si. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B.sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Asep Unik SE., ME., Dr. Eddy Riva’i SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum , Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP.,Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si, Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA, Toni Wijaya, S.Sos., MA. Arif Sabarudin, Retnoningayu Janji Utami. PEMIMPIN UMUM Alfanny Pratama F. PEMIMPIN REDAKSI Tuti Nurkhomariyah REDAKTUR BERITA Fahimah Andini REDAKTUR ARTISTIK Chairul Rahman Arif REDAKTUR DALAM JARINGAN Mitha Setiani Asih, KAMERAMEN Shandy Dwiantoro, Nofia Mastuti, Sri Ayu Indah Mawarni, Annisa Diah P FOTOGRAFER Ria Shinta Maya STAF ARTISTIK, Windy Sevia W., Aghnia Nur Annisa REPORTER Eka Oktaviana, Indah Ari Kusmiati (Non-Aktif), PEMIMPIN USAHA Kalista Setiawan MANAJER OPERASIONAL Chairul Rahman Arif STAFF IKLAN DAN PEMASARAN Shandy Dwiantoro STAFF KEUANGAN Windy Sevia Wulandary KEPALA PUSAT DAN PENGEMBANGAN Silviana STAFF LITBANG Mitha Setiani Asih, Ria Shinta Maya KEPALA KESEKRETARIATAN Alfanny Pratama F, STAFF KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti MAGANG Dhea C.S, Tifalia Nur Amira, Eldo Noprizal, Antisya Azzahra, Eliezer Parulian P., P.

Jolan Sinaga., Imas Salamah., Rizki Amalia D.H., Nunik Febrianti, M. Faizzi A, Andre Prasetyo, Yesi Sarika,Rahel A, Yolla Amanda P., Zulfani N., Sofia Nurilata, Rizki Isnani, Azhar Azkiya, Galih Pranandita W., Wildan Kautsar, Amalia Tyas, Dhea Putri, Ikhwana H., Henny Manurung, Maria Cintya, Novtrilla Putri A.

Kyay jamo Adien Oleh: Ihwana Haulan

TABLOID TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra

Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo. co.id


KAMPUS IKAM No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Ajang Duta Faperta 2019

3

Bangun Taman, Dukung Green Metric Oleh : Ihwana Haulan

FISIP-Tek: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) melakukan pembenahan tata ruang dengan membangun taman baru. Pembangunan ini terletak di sekitar gerbang masuk FISIP Unila. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FISIP, Denden Kurnia Drajat mengatakan pembangunan taman ini merupakan bentuk kontribusi FISIP terhadap Unila terkait kebijakan Green Metric. “Green Metric ini kan harus ada lahan atau ruang yang memang cinta terhadap lingkungan, dan salah satunya bisa dalam bentuk taman,” ujarnya. Selain itu, Denden juga menambahkan bahwa tujuan lain dari pembangunan taman ini adalah untuk meningkatkan kenyamanan civitas academica. “Nanti ditaman itu akan kami sediakan tempat duduk dan taman ini bisa dijadikan icon buat FISIP Unila,” jelas Denden. Menurut Deden, pembangunan taman ini menghabiskan dana sekitar Rp. 130 juta. “Pembangunan taman ini sudah mulai dilakukan pada pertengahan Oktober lalu, dengan menelan dana sebesar Rp. 130 juta. Jadi tolong nanti sama-sama dijaga, dirawat karena ini bukan milik saya, ini milik negara, kita ditugaskan hanya untuk merawat,” tuturnya. Muhammad Ardiansyah Sabatini (Ilmu Komunikasi’19) mengatakan bahwa pembangunan taman ini merupakan kegiatan yang positif untuk membangun citra yang baik bagi Fisip. “Semoga ada progres pembangunan untuk FISIP yang lebih baik sehingga dapat memberikan kebanggaan tersendiri buat mahasiswa FISIP khususnya,” ujarnya. Hal yang sama dirasakan oleh Faradilla Nurjannah (Hubungan Internasional 19), menurutnya pembangunan ini dapat memberikan kesan yang baik bagi FISIP sehingga lingkungan FISIP dapat telihat lebih asri. “Menurut saya pembangunan ini adalah hal yang baik karena ini kan tujuannya untuk memperindah lingkungan FISIP. Jadi saya rasa ini dapat memberikan nilai lebih, buat kita mahasiswa FISIP Unila,” kata Faradilla. Selain pembangunan Taman, FISIP Unila juga akan merencanakan beberapa pembenahan tata ruang. Salah satunya yaitu pembangunan Laboratorium Jurusan Ilmu Komunikasi yang terletak di belakang Gedung C Fisip Unila. “Nantinya di belakang gedung Ilmu komunikasi bekas Sekretariat LK itu akan dibuat laboratorium utuk ilmu Komunikasi, karena Jurusan ini punya ke khasan seperti lab radio,lab fotografi dan lab tv, nanti insyaallah disitu akan dibangun Student Center atau gedung kemahasiswaan” kata Denden =

Lantai. Keramik Gedung C.1.1 FISIP mengalami kerusakan yang membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat berlangsung perkuliahan. Sampai saat ini lantai gedung tersebut belum diperbaiki, Selasa (22/10).

FKIP Bangun Lab. Micro Teaching Oleh: Dhea Putri Utami

FKIP-Tek: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) kini tengah melakukan pembangunan Laboratorium Micro Teaching. Semula Laboratorium Micro Teaching berada di dekat Gedung Bahasa kini akan pindah ke Aula K FKIP Unila. Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum, dan Kepegawaian FKIP, Supriyadi mengatakan Laboratorium Micro Teaching yang baru ini, di desain menjadi 3 bagian. “Ruang yang pertama itu digunakan sebagai tempat perekaman, yang kedua digunakan sebagai observer memantau jalannya perekaman video, dan yang ketiga tempat mahasiswa lainnya melihat proses jalannya perekaman video,” ujarnya. Ia juga menambahkan, Laboratorium Micro Teaching yang baru akan diberikan fasilitas

yang menunjang dalam pembelajaran mata kuliah Micro Teaching. “Ruangan micro teaching akan dibuat kedap suara agar mempermudah dalam proses perekaman video nantinya, dan akan disediakan 3 buah kamera yang membantu dalam proses perekaman video juga, serta alat- alat lainnya yang menunjang proses pembelajaran micro teaching,” tuturnya. Supriyadi berharap pembelajaran micro teaching dapat berjalan semestinya, dengan fasilitas yang lebih memadahi. “Saya menginginkan semua mahasiswa bisa menggunakan Laboratorium Micro Teaching, walaupun memang agak sulit dengan banyaknya prodi yang terdapat di FKIP. Tapi setidaknya dengan di bangunnya Laboratorium Micro Teaching ini bisa mempermudah mahasiswa da-

lam penyelesaian perkuliahan micro teaching dengan baik,” kata Supriyadi. Veronika Caroline (Pend. Sejarah’18) berharap agar Laboratorium Micro Teaching dapat digunakan untuk semua prodi di FKIP Unila, “Semoga Laboratorium Micro Teaching bisa digunain sama semua prodi dan seharusnya kita sama-sama menjaga serta merawat Lab Micro Teaching yang baru. Saya juga berharap agar Laboratorium Micro Teaching bisa dibangun di setiap jurusan, untuk lebih mempermudah pembelajaran micro teaching,” kata Veronika Hal senada juga disampaikan Farin Fatwa Sugesty (Pendidiklan Sejarah ’18), ia mengatakan akan lebih semangat dalam mata kuliah micro teaching karena mempunyai laboratorium baru=

Foto : Sofia Nurulita Hardini

FP-tek: Di zaman era industri 4.0, generasi milineal sudah mulai bergeser tidak lagi banyak yang minat disektor pertanian, kemungkinan ini terjadi karena ketidak cukupan informasi pertanian. Seperti yang kita ketahui pertanian identik dengan petani yang berkerja di sawah, panas-panasan, berpakaian tidak layak serta tidak memberikan masa depan. Demikian intisari yang disampaikan Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Irwan Sukri Banua saat ditemui di Ruangan Kerja Dekanat FP Unila, Kamis (24/10). Ia menegaskan dengan adanya duta Faperta akan membuat terbukanya wawasan yang selama ini sempit mengenai sektor pertanian. “Program ini bertujuan sebagai perpanjangan tangan fakultas untuk menjabarkan kepada generasi muda, dan pendamping disetiap kegiatannya baik bersifat nasional maupun internasional. Serta terlibat dalam kegiatan fakultas,” jelasnya. Tambahnya, duta Faperta haruslah memiliki kualifikasi yang bagus dan cukup tinggi salah satunya memiliki cukup banyak bekal ilmu pengetahuan. “Dapat mentransfer pengetahuan kepada generasi ditingkat sekolah menengah, sehingga mampu meningkatkan, menambahkan dan menumbuhkan minat kepada generasi muda tetep tinggi,” tuturnya. Wakil Koordinator Duta Faperta, Bayu Oktara mengatakan saat ini yang telah mendaftar berkisar 41 orang. “Syarat manjadi duta Faperta itu seperti IPK 2,75, angkatan 2017 dan 2018, memiliki kemampuan berbahasa inggris, berpenampilan menarik, cakap berkerja dalam tim, mengisi formulir, KTM, berkomitmen dan loyal kepada FP, tidak sedang menerima sanksi akademik, sehat jasmani dan rohani, serta bertakwa kepada tuhan yang maha esa,” jelas Bayu. Ia juga mengatakan pengumuman finalis akan dilaksanakan pada Sabtu, 16 November nanti. “Kita sudah mulai membuka pendaftaran dari tanggal 30 September sampai 14 Oktober, pengumuman semifinalis pada tanggal 8 November,” jelasnya. Nurul (Teknik pertanian’17) salah satu peserta mengaku antusias dalam mengikuti jalannya kegiatan pemilihan duta tersebut. “Perasannya happy karena bagaimanapun juga duta Faperta adalah ajang dalam menjalankan prospek kerja dibidang Fakultas Pertanian Unila,” ujarnya=

Foto: Rizky Isnani

Oleh: Henni Mariani Manurung

Melintas. Bus kampus Unila melintas jembatan sementara di depan Gedung Pascasarjana FEB. Selain itu, kendaraan mobil dan motor civitas academica hilir mudik melalui jembatan itu, Selasa (22/10 ).


4

KAMPUS IKAM No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Himapis Unila Adakan Spekta

Foto : Sofia Nurulita Hardini

Oleh: Sofia Nurulita Hardini

Parkir. Sepanjang bahu jalan beringin hingga Fakultas Hukum dipenuhi oleh parkiran kendaraan bermotor dan pedangan liar. Padahal disisi jalan sudah ada rambu-rambu tanda dilarang parkir. Hal tersebut membuat tergangu para pejalan kaki, Selasa ( 22/10 ).

Fisika FMIPA Unila Raih Akreditasi A Oleh: Andre Prasetyo Nugroho

FMIPA-Tek: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung (Unila) memperoleh akreditasi A, Selasa (10/9). Sebelumnya jurusan yang sudah berdiri 21 tahun ini memperoleh akreditasi B. Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unila, Arif Surtono mengatakan adanya 7 penilaian untuk memperoleh akreditasi A. “7 standar yaitu tentang visi, misi dan tujuan, standar tentang kepemimpinan, standar tentang mahasiswa dan alumni, standar tentang sumber daya manusia, standar tentang kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik, kemudian standar sarana dan

prasarana meliputi program studi, fakultas dan universitas, dan standar tentang penelitian,” jelasnya. Tambahnya, dari 7 standar penilaian komponen yang cukup besar yaitu standar sumber daya manusia. “Kalau dari sisi SDM kita sangat qualified, kita memiliki 3 guru besar, 6 doktor, dan yang lainnya adalah magister. Dari 16 dosen yang ada 15 sudah tersertifikasi sebagai sertifikat pendidik,” tuturnya. Arif mengaku persiapan akreditasi merupakan pekerjaan besar dan membutuhkan pengorbanan. “Itu long time kita tidak dapat mempersiapkannya hanya da-

lam waktu 1-2 bulan, kita hampir membutuhkan waktu satu tahun,” ujarnya. Ia juga berharap jurusan fisika dapat mempertahankan akreditasi A selama 4 tahun ke depan dan seterusnya. “Semoga jumlah guru dan profesor bertambah serta prestasi mahasiswanya juga bertambah,” tuturnya. Elsyana Septiani (Fisika ’15) mengaku turut senang atas pencapaian jurusannya mendapat akreditasi A. Ia berharap agar jurusan Fisika dapat mempertahankan akreditasinya tetap A. “Semoga kualitas media pembelajaran dan fasilitas ditingkatkan,” ujarnya =

FISIP Siap Sejajar dengan FISIP di Asia Oleh: Maria Cintya Rouli

FISIP-Tek: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) merayakan dies natalis yang ke -32 pada 08-22 Oktober 2019. Dies natalis ini mengangkat tema ‘Peran Ilmu Sosial dalam Keberagaman’. Acara ini bertujuan sebagai ajang silahturahmi dan evaluasi kemajuan FISIP Unila serta pemberian penghargaan terhadap dosen dan mahasiswa yang berprestasi. Dr. Syarief Makhya, Dekan FISIP Unila mengimbau dalam pidatonya agar tenaga pendidik bisa lebih terbuka menyampaikan ide-idenya. “Saya mengajak kepada seluruh dosen dan tenaga pendidik, sampaikanlah ide-ide, kri-

NGE KHIBAS

tik dan saran untuk kemajuan FISIP Unila kedepannya. Suasana yang terbuka dan saling berbagi ide serta komitmen yang kuat untuk maju dan berubah, maka FISIP Unila akan sejajar dengan FISIP di negara-negara Asia,” ujarnya. Novian Budi Kurniadi, Staf Perencanaan dan Kepegawaian menuturkan selain bertujuan menjalin silahturahmi, acara ini untuk membangun semangat olahraga yang kurang nampak di Unila. “Saya berharap kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan setahun sekali saja,” harapnya. Della Avisha Pudjadi (Ilmu Komunikasi’19) merasa berkesan dengan

acara penutupan dies natalies ini. “Saya terkesan melalui acara ini mahasiswa FISIP Unila bisa menujukan bakatnya masing-masing. Saya harap FISIP Unila lebih baik lagi dan lebih terkenal serta mahasiswa juga lebih berprestasi,” katanya. Hal senada diungkapkan Febi Satria (Ilmu Pemerintahan’16), ia merasa senang dengan diselenggarakan dies natalis ini, karena bisa menjalin silahturahmi dengan mahasiswa antar jurusan. Dies natalis yang ke-33 ini dimeriahkan dengan beberapa rangkaian acara, seperti futsal, tenis meja, catur, pameran karya ilmiah, orasi ilmiah, pentas seni=

1. Pertanggungjawaban Unila untuk keluarga korban Cakrawala apa? Cuma karangan bunga doang, romantis bener deh 2. Penghuni Rusunawa masih dikit? Keburu kamarnya ditempatin hantu 3. Izin diksar Cakrawala atas dasar kepercayaan aja? Iya nih, udah itu dikhianati pula

FKIP-Tek: Himpunan Mahasiswa Ilmu Pengetahuan Sosial (Himapis) Universitas Lampung (Unila) mengadakan kegiatan Spektakuler Entertaint (Spekta Himapis). Acara ini berlangsung di Gedung F Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sabtu (26/10). Wakil Ketua Himapis, Rezha Veronica (Pend. Ekonomi ’17) menyatakan bahwa acara ini sudah dilaksanakan untuk ketiga kalinya di bidang minat dan bakat. “Saya berharap semoga acara ini kedepannya bisa lebih baik lagi, berjalan dengan lancar, dan bisa menjadi motivasi untuk meningkatkan kreativitas Mahasiswaa,” ujarnya. Salah satu peserta, Notarisman Halawa (Pend. Fisika’18) menyatakan acaranya bagus, sprotifitas dan kreatifitasnya. ”Saya berharap panggungnya agak dibesarin dikit, kalo bisa jangan di dalam gedung,’’ ujarnya. Selain acara yang luar biasa, menurut Annisa Fani Safira (Pend. Geografi ‘18) sangat menghibur. “Acaranya sangat menghibur, banyak sekali peserta yang mempunyai kemampuan-kemampuan dalam meningkatkan bakatnya. Saya berharap semoga acara ini bisa lebih baik lagi dari sebelumnya dan selalu ada pada setiap tahunnya, serta semoga peminat pesertanya lebih banyak lagi,” ujaranya. Acara ini dikemas dengan berbagai perlombaan, seperti lomba akustik, dance cover, photocontest, solo song, Mobile Legend dan futsal. Acara ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai jurusan=

Semester ini Rusunawa Gratis Oleh: M. Faizzi Ardhitara

Unila-Tek: Rumah susun sewa (Rusunawa) Universitas Lampung (Unila) khusus mahasiswi telah rampung direnovasi. Harga sewa dipatok Rp 950 ribu per semester. Namun, untuk semester ini rusunawa digratiskan. Kuswanto, Pembantu Koordinator Rusunawa mengatakan belum ada intruksi memungut biaya di semester ini. “Semester ini gratis, sekarang ini untuk biaya penghuni tidak ada, mungkin nanti dipungut biaya selanjutnya,” tuturnya. Menurutnya penghuni yang diwajibkan menetap adalah mahasiswa kurang mampu dari luar daerah. Tetapi jika ada penghuni yang ingin menetap, dan kuota kamar tersedia maka diperbolehkan. “Jika memang ada yang ingin menempati boleh, tetapi tergantung kuota,” jelasnya. Sonia, penghuni Rusunawa (Hukum ‘19) mengeluhkan penerangan jalan sepanjang jalan Rusunawa dan fasilitas bis kampus yang tidak masuk ke Rusunawa. “Saya kalau berangkat kuliah harus berjalan kaki dari Rusunawa menuju UPT Perpustakaan, karena bis Unila hanya sampai sana. Saya berharap kedepannya bis Unila bisa masuk sampai ke Rusunawa,” ujar Mahasiswi yang berasal dari Kalianda ini. Rusunawa Putri ini memiliki 50 kamar untuk 196 mahasiswi dengan fasilitas WiFi, air, listrik, kasur, lemari dan meja belajar. Saat ini Rusunawa Putri ini baru ditempati 2 kamar oleh 8 mahasiswi=

Islamic Book Fair Pertama di Lampung Oleh: Rahel Azzahra

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Birohmah menggelar acara Islamic Book Fair. Acara yang diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum ini terselenggara selama satu pekan (2-8/11) di Gedung J Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Acara ini mengusung tema ‘Melukis dengan Kata Membangun Peradaban Dunia’ . “Kegiatan ini dikemas dalam talkshow, dan workshop kepenulisan, serta agenda outdoor. Seperti bazar buku, pakaian, dan makanan yang diselenggarakan di Belakang Gedung Rektorat Unila,” ujar Kepala Departemen Akademik dan Riset Birohmah, Muhamad Razif (Teknik Elektro ’16). Ia menambahkan, kegiatan ini baru pertama kali diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan literasi di Lampung. “Tujuan dari acara ini untuk meningkatkan literasi di Lampung, dari segi membaca atau mengkonsumsi buku setiap hari, dan memperkenalkan buku-buku islami dan umum,” ujarnya. Ketua Pelaksana, Wahyu Rahman Widiansyah (Hubungan Internasional ’18) berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan membawa pengaruh baik bagi khalayak mengenai literasi. “Saya berharap kegiatan ini bisa diadakan di tingkat nasional, UKM Birohmah juga dapat memiliki peran dan kontribusi bagi mahasiswa Unila serta masyarakat umum,” harapnya=


KAMPUS IKAM No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Pesawat Sugeng URO Unila Juara KRTI

5

Oleh : Galih Pranandita Wijaya Kusuma

(5/10). Pesawat yang diberi nama Sugeng ini berhasil menjadi juara pertama dari 95 tim yang berasal dari 40 perguruan tinggi. Ketua Tim Kuntara Raja Niti, Reza Aditya Rahadi (Teknik Elek-

tro ‘16) mengaku kesulitan dalam melewati track perlombaan. “Yang pertama kondisi angin karena itu dekat laut ya, anginnya disana kencang dan banyak juga team lain yang ga bisa terbang,”

Foto: Maria Cintya Rouli

Unila-Tek: Tim Unila Robotika dan Otomasi (URO), Kuntara Raja Niti Uro-001, membawa pulang piala KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) divisi fixed wing, di Universitas Negeri Surabaya, Sabtu

Banyaknya. sampah yang berserakan di sekitaran parkiran terpadu Unila, Selasa (12/11/2019). Tri (Administrasi Bisnis '17) mengaku perlu ada petugas kebersihan dari Unila dan kesadaran dari mahasiswa agar tidak membuang sampah sembarangan.

tuturnya. Akan tetapi, Reza telah membuat pesawat dengan model yang cukup stabil dalam menghadapi angin kencang. “Model yang kami pakai ini walaupun anginnya sekencang apapun, masih tetap stabil, dan kalau yang lainnya kan modelnya flying wing yang ga ada ekornya. Sehingga musuh terbesarnya angin dan kalau tidak stabil bisa menyebabkan crash,” jelasnya. Reza mengaku perlu waktu satu minggu untuk menyelesaikan wahana pesawat. “Kalau tidak tidur ya 4 hari tapi karena kita juga tidur ya seminggu wahana nya selesai dan itu satu wahana, seminggu itu 2 kali latihan jadi hari Rabu dan Minggu. Dimana wahana tersebut harus udah bagus dulu baru kami pakai uji coba,” tuturnya. Ia menambahkan, pembuatan pesawat sendiri membutuhkan banyak persiapan. “Persiapan pertama yang kami lakukan yaitu proposal dan design wahana yang mau kita pakai untuk lomba. Tahap keduanya yaitu ke konten atau persiapan wahana. Setelah itu menunggu persetujuan, lalu setelah disetujui langsung ke lomba,” kata Reza.

Selain persiapan wahana, Reza mengatakan biaya yang harus dikeluarkan untuk satu pesawat dikisaran Rp. 20 juta. “Untuk biaya sendiri untuk satu pesawat adalah kisaran 20 juta dan itu juga sudah termasuk rendah dibandingkan pesawat-pesawat dari universitas lain,” ujarnya. Manajer URO Unila, Dede Supriyatna (Teknik Elektro ‘15) berharap atas kemenangan ini Unila bisa lebih memperhatikan dan mempublikasikan karya-karya mahasiswanya. “Kita bicara di teknologi, hasil teknologi mahasiswa-mahasiswa Unila ini sudah bisa dikatakan layak bersaing, baik dari robotik, robot terbang maupun teknologi lainnya. Ada baiknya kampus juga mendukung dengan cara publikasi dan show up-nya lebih bagus,” kata Dede. Ia juga menargetkan kedepannya URO Unila bisa mempertahankan prestasi yang sudah diraih. “Target kami kedepan tidak muluk-muluk karena kami sudah difase berprestasi. Kami tetap ingin mempertahankan prestasi yang ada dan untuk di divisi lainnya,” harapnya=


6

REPORTAS

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Ganjaran Diksar Lengah Oleh: Yesi Sarika, Andre Prasetyo Nugroho, dan M. Faizzi Ardhitara

Kekerasan terhadap mahasiswa kembali terjadi di Unila. Aga Trias Tahta (Sosiologi ’19) mengalami kekerasan dari anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam Cakrawala Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) hingga tewas.. Tingkat perizinan dan pengawasan dari pihak kampus pun dipertanyakan. Sanksi yang diterima UKMF Cakrawala hanya sebatas menghentikan kegiatan dalam waktu yang tidak ditentukan. Unila memiliki pertanggungjawaban atas meninggalnya korban. Pihak Unila juga menyerahkan17 tersangka kepada kepolisian untuk menjalani proses hukum yang ada.

P

agi itu, kain hijau dan terpal serta police line sudah terikat kokoh pada pohon-pohon sekitar batu nisan Aga Trias Tahta (Sosiologi ’19) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Wonokarto, Pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Terlihat puluhan orang penggunakan masker dan membawa alat-alat untuk melakukan pembongkaran makam Aga, Sabtu (26/10). Terlihat jelas raut kesedihan dari wajah Rosdianah saat melihat

makam anaknya dibongkar. Ia masih enggan menanggapi bila ditanya mengenai Aga. Sebelumnya, melalui postingan di akun Facebook, Rosdianah mengaku menyesal telah memberikan izin kepada Aga untuk mengikuti pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Cakrawala, Rabu-Minggu (2529/9) di Turbin Dusun Cikoak Desa Tanjung Agung, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran yang berujung maut. Dianggap tidak wajar atas ke-

AGA.. Ibu minta maaf karena dengan senang hati membantu Aga pergi ke tempat pembantaian, tak ada jurang 15 meter yang telah diakui sebagai tempatmu terjatuh, yang ada tangan-tangan setan yang mencabik-cabik tubuhmu, menyeretmu, memaksa kerikil dan batu untuk sama-sama membuat parutan di sekujur tubuhmu, namun luka-lukamu tak membuat mereka merasa ngilu. AGA.. Mata mereka terbuka tapi mata hatinya tertutup, banyak yang mau bicara tetapi mereka dibungkam. Semua cari selamat. Mereka yang melihat tapi diam dengan bangga menjadi temannya. AGA.. Allah tidak buta, tidak pula tidur, dia melihat semua, saat mereka merekayasa mengarang cerita penyebab kematianmu. Sintia kalian cuma boneka karena kalian tidak punya hati, boneka tidak akan pernah menjadi seorang Ayah atau seorang Ibu..

matian Aga, Kakak kandung Aga, Gani Dewantara melapor ke Polres Pesawaran atas dugaan kekerasan fisik. “Tubuh Aga penuh lebam dan memar dari ujung kepala hingga kaki. Bahkan telapak kakinya tidak ada daging-dagingnya, ujung jari-jarinya lepas, dan di atas lututnya sobek,” ujarnya. Setelah menerima laporan, Polres Pesawaran melakukan introgasi terhadap keluarga Aga dan senior dari FISIP yang ikut Diksar. Kombes Pol, Zahwani Pandra Arsyad mengatakan Aga terpeleset dan terjatuh ke jurang sedalam 15 m. Selanjutnya Aga dievakuasi oleh senior dan rekannya. Namun Aga masih diminta mengikuti kegiatan diksar sampai Minggu, (29/9). “Sekitar pukul 10.00 WIB, Aga mengeluh sakit sehingga dibawa ke Rumah Sakit Bumi Waras. Sebelum sampai RS, Aga telah meninggal,” jelasnya. Tidak hanya Aga yang menjadi korban, M. Aldi Darmawan (Sosiologi ’19) juga mengalami luka parah disekujur tubuhnya. Aldi mengaku diminta masuk ke dalam lumpur, sehingga telinganya penuh dengan pasir. Ia juga disuruh merayap tanpa menggunakan pakaian. “Iya, dapat pukulan. Disuruh minum air sungai langsung dan masuk ke dalam lumpur,” ujarnya lirih karena rahangnya sakit saat ditemui di RS Bhayangkara, Senin (30/9). Hal serupa juga dirasakan Frans Salsa Romando.

AGA.. Tidurlah dengan tenang, tunggu hari peradilan, Insya Allah goresan luka dan titisan darahmu menghapus dosa-dosamu.. Di dunia, keluargamu berjuang mencari keadilan bagimu. Seandainya kami kalah tapi AGA pasti menang..

Penahanan 17 Tersangka Ajun Komisaris Polisi (AKP), Hendra Sahwan mengatakan kejadian ini adalah bentuk kelalaian semua pihak. “Kelalaian-kelalaian yang terjadi yakni kelalaian individu, kelalaian panitia, kelalaian SOP, kelalaian bantuan medis dan sega-

la macam,” ujarnya. Tambahnya, saat ini 17 tersangka yang berinisial AR, FTB, ZBJ, SC, MKP, MRA, EKS, HU, HM, SA, ZR, MBR, BY, AP, FA, KD, KS ditahan di Polres Pesawaran. Dari 17 orang 15 diantaranya dikenakan pasal 170 dan pasal 351 mengenai penganiayaan secara bersama-sama dan penganiayaan menyebabkan kematian dan 2 tersangka lainnya dikenakan pasal 359 dan pasal 360 mengenai kelalaian yang menyebabkan kematian. Menurut Hendra, semuanya sudah diberi sanksi sesuai takaran tersangka yang memiliki peran masing-masing dalam kasus ini. "Semuanya (17 tersangka) sudah kita tahan dan 17 orang semuanya ditetapkan sebagai tersangka, untuk pengadilan masih belum kita perkirakan kapan ,” jelasnya. Keterlibatan Ditelusuri

Alumni

Masih

Kuasa Hukum Aga, Sultan masih menelusuri keterlibatan alumni dalam diksar. Berdasarkan investigasi intenal ada 7 alumni yang telibat. “Kalau tidak salah diperkirakan ada 7 alumni. 5 laki-laki dan 2 perempuan,” tuturnya. Menanggapi hal tersebut, Gani Darmawan menyayangkan sikap alumni UKMF Cakrawala yang seharusnya dapat mengawasi pelaksanaan diksar agar berjalan aman, bukan menutupi kebenaran. “Jika mereka melihat perpeloncoan, seharusnya dihentikan,” jelasnya. Ia juga berharap ada tindakan tegas dari Universitas Lampung kepada alumni yang terlibat, “Tindak lanjut Unila bisa berupa pencabutan ijazah. Walau mereka tidak berbuat apa-apa. Namun, mereka tetap melihat kekerasan dan mereka mengizinkan itu terjadi,” kata

Gani. Tidak hanya itu, Gani Darmawan juga menyayangkan tidak adanya pengawasan dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni terhadap kegiatan yang dilaksanakan. “Kenapa tidak ada utusan yang datang untuk memantau apa yang mereka lakukan,” ujarnya. FISIP Ajak Damai Kasus Aga Menurut Gani Dewantara, pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) sudah tiga kali menyambangi kediaman rumahnya. Kunjungan pertama Syarief Makhya (Dekan FISIP), Susetyo (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama), Deden Kurnia Sudrajat (Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan), dan Dadang Karya Bakti (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) saat prosesi pemakaman. “Kedatangan kedua kalinya hanya dekan dan wakil dekan 2. Mereka mengajak untuk berdamai serta menanyakan kelanjutan dari kasus, dan kedatangan yang ketiga hanya dekan,” jelasnya. Tidak hanya pihak fakultas yang datang. Namun pihak keluarga tersangka UKM Cakrawala juga melakukan hal sama, yakni mengajak untuk berdamai. "Tertulis ‘Tidak menerima tamu mengenai kasus Aga di depan pintu rumah, karena banyak yang datang untuk mengajak berdamai,” ujar Gani. Gani juga sempat mendengar korban-korban dikumpulkan untuk breafing di fakultas sebelumnya sehingga tidak mau berbicara. “FISIP Unila tidak kooperatif terhadap kasus ini, sebab saya mencurigai bahwa diawal fakultas telah mengumpulkan korban untuk breafing, sehingga muncul spekulasi saat


SE KHUSUS penyelidikan. Beberapa korban menjadi takut berbicara mengenai kasus ini,” ujarnya. Pengumpulan Barang Bukti Untuk memperkuat bukti, Gani Dewantara melakukan pembong-

Makhya mengatakan saat ini UKMF Cakrawala telah dibekukan sementara. Ia juga masih menunggu kepastian hukum dari 17 tersangka sebelum menjatuhkan sanksi akademik. “Saya sudah berkonsultasi dengan Badan Konsultasi Bantuan Hukum (BKBH)

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019 jawab Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dadang Karya Bakti. “Saya itu dekan, kegiatan kemahasiswaan itu sifatnya delegatif yang ngurus hal-hal seperti itu yang tau adalah wakil dekan 3 bidang kemahasiswaan dan alumni,” uj rnya.

Saat ini saya belum terima laporan, tapi saya tahu beberapa hari kemarin WR 3 sudah melakukan rapat untuk membahas kasus ini. Tanyakan saja kepada WR 3 untuk kejelasan kasusnya,

Prof. Hasriadi Mat Akin - Rektor Unila

karan makam Aga untuk kepentingan autopsi. “Pihak kepolisian masih dalam tahap pengumpulan barang bukti. Salah satunya dengan melakukan autopsi karena tidak lama ini akan dilangsungkan sidang pertama,” tuturnya. 5 hari setelah pembongkaran, hasil outopsi jasad Aga telah keluar. Kuasa hukum Aga, Sultan mengatakan ada indikasi pendarahan. “Hasilnya menunjukkan ada indikasi pendarahan di tenggorokan sampai ke paru-paru. Diduga karena digelonggong air saat keadaan pingsan, terdapat juga 20 titik penganiayaan di tubuh Aga,” kata Sultan saat di hubungi via telpon, Kamis (31/10). Dipihak lain, Yudi Yusnandi selaku kuasa hukum tersangka mengatakan akan melakukan penangguhan penahanan. “Permohonan nya sudah diterima polisi, namun masih dalam proses. Tak hanya itu kami juga sudah mengirim surat perdamaian dan permohonan maaf kepada keluarga korban. Namunproses hukum masih berjalan,” jelasYudi saat di hubungi via telpon usai kontruksi kejadian, Senin (11/11). Ia juga menjelaskan setelah rekontruksi akan dilakukan pemberkasan, lalu pelimpahan berkas tersebut ke kejaksaan. “Untuk waktu sidang harapnya bisa dilaksanakan secepat mungkin kira-kira 3 minggu atau sebulan bulan lagi,” tuturnya.

dan rapat dengan komisi disiplin. Saya akan menunggu sampai proses inkrah (kepastian hukum), baru kami bisa memberikan sanksi itu. Sekarangkan belum jelas dari 17 tersangka itu siapa pelaku utamanya, masa mau disamakan sanksinya,” jelasnya. Syarif juga menambahkan untuk persoalan kemahasiswaan seperti surat izin Diksar itu adalah tanggun g

Saat ditemui di ruangannya, Rabu (30/10) Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP Unila, Dadang Karya Bakti mengatakan perlu dicatat, pelaksanaan diksar ini sudah yang ke-23 kali. “Selama ini kecuali hari libur biasanya ada pendampingan, namun untuk diksar ini hanya dengan dasar kepercayaan pada panitia untuk pelaksanaan-

nya karena dilaksanakan SabtuMinggu jadi tidak ada dosen mau,” jelasnya. Saat ditanyai masalah perizinan Dadang enggan berkomentar lebih. “Sebab masih ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi. Salah satunya yaitu belum terpenuhi izin dari orangtua, jadi belum semua terpenuhi persyaratannya,” tuturnya. Dadang menambahkan, untuk masalah sanksi akademik untuk ke-17 tersangka, masih menunggu hasil hukum yang sedang diproses, karena ia menganut asas praduga tak bersalah. “Sesuai dengan regulasi yang ada, dan atas rekomendasi komisi displin, kita sudah menghentikan perkuliahan semester yang sedang diambil sekarang ini, agar mereka bisa lebih berkonsentrsi menghadapi proses hukum dulu,” ujarnya. Unila Akan Tingkatkan Pengawasan Rektor Universitas Lampung, Prof. Hasriadi Mat Akin telah menyerahkan kasus ini kepada Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani. "Saat ini saya belum terima laporan, tapi saya tahu beberapa hari kemarin WR 3 sudah melakukan rapat untuk membahas kasus ini. Tan-

yakan saja kepada WR 3 untuk kejelasan kasusnya," kata Prof. Hasriadi saat ditemuai di ruang kerjanya, Rabu (30/10). Wakil Rektor Bidang Mahasiswa dan Alumni Universitas Lampung, Prof. Karomani mengatakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP, Dadang Karya Bakti sudah menyelesaikan kasus ini. “WD 3 FISIP sudah berkunjung ke rumah korban dan menyelesaikan biaya adminstrasi rumah sakit,” tutur Prof. Karomasi saat ditemui di ruang kerjanya. Ia juga menambahkan, solusi agar tidak terjadi hal serupa, baik tingkat fakultas maupun universitas yakni harus adanya pengawasan serta pendampingan yang benar-benar langsung dari pembimbingnya. Serta harus adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat sehingga tidak adanya kejadian seperti ini terulang kembali. "Setiap keluar (diksar) itu wajib hukumnya didampingi oleh pembimbingnya, dua oleh ahli di bidangnya, dan betul-betul mereka harus didampingi. Orangtuanya juga harus mengetahui kegiatan tersebut, anaknya dalam keadaan sehat dan yang paling penting Standar Operasional Prosedur (SOP) harus ketat agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali," jelasnya=

Izin Diksar Atas Dasar Kepercayaan Dekan

FISIP

Unila,

Syarief

7

Ilustrasi : Ikhwana Haulan


8

LIFE STYLE

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Manfaat Latih OLah Napas

S

etiap Minggu pagi, lapangan yang di samping Gedung Micro Teaching Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) dipenuhi puluhan orang dengan pakain berwarna merah sedang duduk bersila. Mereka memejamkan mata sembari menarik napas dan menghela napas secara perlahan. Selain itu, mereka juga melakukan berbagai gerakan tangan dan kaki dengan olah napas secara teratur. Olahraga Sinar Putih ini diikuti rentan usia tua sampai muda untuk kesehatan dan bela diri setelah melakukan rutinitas kerja dan belajar selama sepekan. Salah satunya, Herni Rahmawati (43) mengaku sebelum ikut olahraga yang fokus ke pernapasan ini sesekali sering merasakan sesak napas. Kemudian setelah mengikuti dengan latihan secara rutin, sesak nafasnya sudah tidak lagi dirasakan. Akrab disapa Herni juga mengatakan selain dirinya ada beberapa anggota lain dari Sinar Putih yang berhasil sembuh dari penyakitnya

setelah mengikuti lembaga bela diri ini. “Lalu ada juga sakit perut dan sering minum obat dari dokter dalam jumlah yang banyak, tapi setelah mengikuti olahraga tidak pernah lagi minum obat. Terus ada lagi yang pernah punya kelenjar di kepala juga bisa sembuh,” tuturnya. Ketua Lembaga Sinar Putih, Hendaya (58) mengatakan memang ada beberapa anggota Sinar Putih yang dulunya ketika datang sudah mengidap penyakit. Mereka latihan secara rutin, sehingga penyakit-penyakit yang diderita bisa sembuh. “Ada yang punya penyakit sesak nafas sampai beberapa tahun, akhirnya bisa sembuh. Disini ada juga yang kena gondok beracun juga bisa sembuh, ada juga yang kena stroke bisa sembuh,” ungkapnya. Selain dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, olaharaga pengolahan napas ini juga dapat mengambalikan stamina tubuh dan menenagkan pikiran. ”Saat tarik nafas dan

mengambil udara yang mengandung banyak oksigen, disimpan di perut. Lalu, oksigen tersebut berada lama di dalam tubuh kita. Maka itu akan memperlancar peredaran darah kemudian disalurkan keseluruh tubuh, sehingga darah kita menjadi terpolarisasi dan teratur. Begitu darah kita lancar dan teratur maka diharapkan seluruh penyakit di dalam tubuh kita itu bisa lepas,” jelasnya. Dokter Hensen Tovic mengatakan asal tidak ada kegiatan yang ekstrem dan dapat melukai badan. Selanjutnya, dilakukan berirama dan pola yang teratur itu dapat dikatakan baik untuk kesehatan. Hensen pun menghimbau untuk olahraga pernapasan dilakukan tempat terbuka dengan udara yang tidak terkontaminasi dengan polusi. “Paru-paru kita gunanya untuk mengambil oksigen atau udara yang bersih untuk disebarkan ke seluruh tubuh kita, terutama ke otak. Jadi memang pada dasarnya untuk olahraga seperti itu, jika dilihat dari sudut

Ilustrasi: Zulfani Nadia Agustina

Oleh: Ikhwana Haulan

pandang medis untuk dikatakan sebagai olahraga yang menyehatkan. Ya silahkan saja tidak ada masalah.” paparnya. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit, Hensen mengatakan perlu penelitian lebih lanjut lagi. “Kalau sifatnya untuk mendukung stamina dan daya tahan tubuh itu saya sangat setuju,” tuturnya. Namun, Hensen berharap penyembuhan penyakit tetap

ada pengobatan dari ahli medis. “Sebab beberapa penyakit seperti misalnya kanker dan diabetes memang merupakan penyakit kronis yang proses penyembuhannya perlu membutuhkan waktu jangka panjang. Kalo olahraga sinar putih ini di katakan sebagai pendamping, atau suportif saya setuju, jadi di samping melakukan pengobatan ke dokter, juga mengikuti olahraga beladiri ini,” pungkasnya=

RESENSI BUKU Asal Muasa Tabu Oleh: Zulfani Nadia Agustina

Judul buku : (bukan) Tabu di Nusantara Penulis : Achmad Sunjayadi Penerbit : PT Kompas Media Nusantara TahunTerbit : 2018 Tebalbuku : 216 halaman

I

ndonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi norma-norma dalam masyarakat. Ketika berbicara dan menyerempet hal-hal yang

bersifat seksualitas sering dianggap tabu, sebagai contoh pemandangan tubuh polos tanpa sehelai benang berjejer di pantai dianggap tabu oleh

masyarakat Indonesia, terutama para tetua. Di negara luar Indonesia, Hal tersebut dianggap sangat lumrah ketika musim panas. Secara umum, tabu menandakan sesuatu yang dilarang dan disamakan dengan hal yang suci, keramat. Berpijak pada kata tabu ini, Achmad Sunjayadi menghasilkan sebuah karya yang berkaitan tentang tabu di nusantara. Walaupun memang jarang ada penulis yang berani menuliskan hal yang berbau pengetahuan seksualitas, hal tersebut tidak membuat Achmad mundur. Buku yang berjudul (bukan) Tabu di Nusantara menguak penggalan-penggalan hal yang berkaitan dengan seksualitas dalam kehidupan bermasyarakat pada periode sebelum kolonial, masa kolonial, hingga pasca-kolonial di Nusantara. Achmad mengatakan dalam bukunya bahwa wacana seksualitas berhubungan dengan tubuh dan salah satu perbedaan

manusia dengan hewan adalah fungsi sosial tubuh manusia yang tidak terdapat pada hewan. Hewan dilingkungan sosialnya tidak mempersoalkan ketelanjangan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh busana. Namun, lingkungan sosial manusia tidak memperbolehkan ketelanjangan sehingga memerlukan busana. Batasanbatasan ketelanjangan tergantung oleh suatu lingkungan sosial masyarakat di daerah itu, bisa dikatakan setiap lingkungan memiliki batasannya sendiri. Walaupun berjudul (bukan) Tabu di Nusantara, akan tetapi dalam buku tersebut bukan hanya menguraikan hal yang terjadi di nusantara saja. Diperlukan pula uraian situasi di luar nusantara agar dapat melengkapi perihal tabu secara meluas. Dengan demikian, persoalan tabu tidak hanya membahas seksualitas saja meski tidak dapat dipungkiri, ujung dari

perihal tabu selalu bermuara kemasalah seksualitas. Buku ini tidak diberikan analisis secara ilmiah karena sifatnya deskriptif. Hal menarik yang membedakan buku ini dengan yang lain ialah hal tabu masih dapat kita temui pada masa kini yang sangat berkaitan dalam persoalan ekonomi, budaya, dan bahkan dijadikan komoditas politik. Keunggulan dari buku ini dapat menambahkan wawasan tentang seksualitas dalam kutip sebagai pembelajaran, mengingatkan bahwa hal yang berbau tabu tersebut wajib untuk dipelajari agar pembaca dapat memahami hal yang seharusnya dilakukan dan tidak, serta memahami konsekuensi apabila melakukan hal berbau tabu tersebut. Akan tetapi, buku ini menggunakan kosakata yang sulit sehingga perlu berpikir dengan cermat saat membacanya dan diperlukan bimbingan orang dewasa=


APRESIASI

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

9

Surat Untuk Ayah Langkahmu kadang gemetar Terkadang kau lelah Namun kau tetap tersenyum Seakan hidup ini akan lebih indah dari kemarin Benturan dan hempasan Badai maupun panas Walaupun bebanmu semakin berat Kau tak pernah putus asa dan menyerah Disetiap tetes keringatmu Disetiap hela nafasmu Kasih sayang mu tak akan pernah bisa tergantikan Perjuangan mu tak akan pernah terlupakan Walau terkadang kami tak mengindahkan nasihatmu Walau terkadang kami tak menghargai usahamu Namun kini tugasmu telah selesai Beristirahatlah dengan tenang bersama rerumputan Kami akan selalu merindukan perjuangan dan kasih sayangmu Terima kasih Ayah.... Ilustrasi : Azhar Azkiya

Oleh: Galih Pranandita Wijaya Kusuma (Pend. Bahasa Inggris 2019)

Teruntuk Dirimu yang Masih Dalam Belenggu Amarah Tak bisa terbayangkan betapa ia mencintaimu Tak bisa terdefinisikan pula apa arti cintanya padamu

Kau Rumahku

Tetapi kamu tidak bisa merasakan semua itu Padahal ia telah mengorbankan semuanya

Desiran angin menembus relung hatiku

Hanya untukmu semata...

Menghidupkan kenanganku bersamamu

Dan kau...

Kala itu ketika senja pergi, kau pamit pergi

Kau tetap tidak bisa merasakannya

Meninggalkanku bersama bayang bayang ilusimu

Terlalu banyak caci dan benci di dalam lubuk hatimu

Namun, layaknya hujan, kau datang tiba-tiba

Sunggu apa yang dilakukannya itu hanya untuk kebaikanmu

Menawarkan kembali janji dan hati baru

Baik untuk sekarang ataupun masa depan Dan kau tetap tidak bisa melihat tulusnya hati ibu-mu dalam mencintaimu

Kau merawat luka yang sempat kau berikan kepadaku Ternyata semesta membenci perpisahan kita dan menutunmu kembali pulang kepadaku

Oleh: Zulfani Nadia (Pendidikan Fisika 2019)

Setelah beribu-ribu malam ku lewati kini ku mengerti Semesta menakdirkanmu menjadi rumahku Oleh : Maria Cintya Rouli (Hukum 2019)

Burung Pencuri Tidak tau kapan tepatnya pikiranku sudah tak ada lagi di tempatnya Seperti menghilang dibawa pergi burung merpati, Diberi makan oleh induknya hingga habis tercerna oleh anak-anaknya Mungkin aku memang sudah gila, Manusia tidak tahu diri ini mencoba tidak berpijak pada tempatnya Ilustrasi : Azhar Azkiya

Mencoba terbang tinggi berharap bisa mengepakkan sayapnya seperti merpati Tapi alih alih terbang tinggi sekarang rasanya seperti ingin mati Rasanya ingin memaki, Wahai merpati, tolong kembalikan lagi akal ini pada letaknya. Oleh: Rahel Azzahra (Ilmu Komunikasi 2019)


10

INOVASI

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

Silsilah Nama Wilayah Lewat Toponimi Oleh: Yesi Sarika

T

im mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila membuat buku, jurnal, dan mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari hasil penelitiannya yang judul Sejarah Toponimi Daerah Transmigrasi Provinsi Lampung Melalui Tuturan Lisan. Toponimi sendiri merupakan cabang dari Ilmu Onomastika yang mengkaji riwayat asal-usul pemaknaan nama suatu wilayah. Ide ini muncul dari Ferbriana Khoiriyah (Pendidikan Sejarah ’16) saat berkunjung ketempat-tempat saudaranya yang masih berada di Lampung. Ia melihat banyak nama-nama wilayah baik kecamatan maupun desa menggunakan nama dari daerah lain seperti yang ada di Jawa, dan setelah ditelusuri ternyata ada kaitannya dengan transmigrasi. Febriana tak sendirian, Ia beserta dua mahasiswa lainnya. Diantaranya, Ardian Fahri (Pendidikan Sejarah ’16), Bimo Bramantio (Pendidikan Geografi ’15), dan Sumargono, S.pd., M.Pd. (Dosen Prodi Sejarah). Mereka saling bekerjasama untuk mengem-

bangkan ide dan memasukannya ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dengan judul Sejarah Toponimi Daerah Trasmigrasi Provinsi Lampung. Lolos tahap pendanaan, tim dari FKIP tersebut mendapat modal Rp. 7,8 juta. Proses penelitian diawali ke dinas-dinas terkait untuk mencari wilayah mana saja yang jadi tujuan transmigrasi di Lampung dengan berciri khas seperti nama yang identik ada di Jawa. Selanjutnya, dipadukan dengan arsip-arsip dinas, untuk mendapatkan sumber data yang akurat. Selain ke dinas-dinas, untuk memperkaya referensi mereka menyambangi museum-museum, kantor tenaga kerja dan transmigrasi, lembaga pemberdayaan masyarakat dan desa, dan perpustakaan. Supaya dapat informasi untuk menentukan desa mana saja yang akan dijadikan objek penelitian. Setelah itu terjun langsung ke lapangan untuk wawancara kepada narasumber (pelaku) untuk dijadikan sumber primer. Namun, jika sudah tidak ada bisa ke generasi

keturunannya melalui tuturan tradisi lisan salah satu contoh diteliti. Penelitian kurang lebih 3 bulan saja untuk meneliti ke 7 wilayah. Diantaranya Kabupaten Pringsewu, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Way Kanan, dengan 11 kecamatan, 12 desa. Salah satu hasil penelitian mereka, yakni kampung Badran Sari di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki kesamaan dengan nama desa yang berada di Jawa. Setelah diteliti ternyata penghuni desa tersebut asalnya merupakan masyarakat transmigran dari Jawa Tengah. Menurut Febriana Banyak penelitian terdahulu mengangkat tentang transmigrasi dan toponimi secara terpisah. Toponimi ini pun belum ada di Lampung masih di luar provinsi yang sudah diteliti. Oleh sebabnya, menggabungkan toponimi dan transmigrasi karena adanya transmigrasi mempengaruhi toponimi. Sebuah name history melambangkan jati diri dari masyarakat dengan adanya

Ilustrasi: Dhea Putri Utami

toponimi ini. “Untuk nostalgia, tak lupa jati dirinya asalnya dari mana itu yang paling penting ” ujar Febriana saat ditemui di gedung J FKIP. Adanya hasil penelitian ini Febriana berharap dapat bekerjasama dengan dinas untuk program lanjutannya menjadikan sebagai buku referensi pelajaran sejarah muatan lokal supaya memberikan wawasan sejarah Lampung dari sisi yang

berbeda, dan juga akan muncul penelitian-penelitian baru lainnya mengenai toponimi ini. Alhasil, mereka lolos ikut Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2019 yang diselenggaran oleh Kemeterian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) yang pada tahun ini tuan rumahnya Universitas Udayana, Bali=

ZONA AKTIVIS Pustaka Keliling Pakai Obrok

Foto: Henni Manurung

oleh: Novtrilla Putri dan Yolla Amanda Putri

O

brok berilmu adalah pustaka keliling yang diinisiasi oleh Abdur Rohman Husen (Hukum Perdata ’16). Obrok Berilmu menyediakan buku-buku yang bisa dibaca secara gratis. Obrok ini terdapat dua tempat berbentuk persegi empat sama panjang untuk berisi bu-

ku-buku yang ditaruh di motornya. Lalu, ditempelkan tulisan Obrok Berilmu Pustaka Bergerak Gerakan Ayo Baca. Menurut Husen, Obrok ini sama dengan manusia yang sama satu dengan lainnya. Perbedaannya terletak pada pengetahuan yang dimiliki, tergantung kepada ke-

mauan manusia itu sendiri untuk mencarinya. Meski baru berdiri satu tahun, Husen berkeliling sendiri membawa Obrok Berilmu-nya setiap sore ke kampung-kampung yang ia rasa warganya masih memiliki minat baca yang rendah. Setiap Minggu, Husen membuka lapak

Obrok Berilmu di lapangan dekat Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung. Pada hari-hari tertentu, Husen juga membuka lapak Obrok Berilmu di tempat-tempat umum lainnya seperti Car Free Day dan Taman Gajah. Obrok Berilmu ini mendapatkan respon baik dari masyarakat sekitar dan mahasiswa Universitas Lampung. “Saya sebenarnya kurang setuju kalau dibilang minat baca di-Indonesia ini rendah, karena menurut saya kenapa sebagian orang jarang membaca itu sebenarnya karena mereka tidak mempunyai fasilitas untuk itu," tuturnya. Saat ini sekitar 80 buku yang sudah dikumpulkan dan diterima Husen dari berbagai donatur. “Rata-rata buku disini berasal dari donatur juga. Ada yang nyumbang uang juga, kemudian saya belikan buku untuk Obrok Berilmu," ujar pria yang akrab disapa Husen Jadoel. Obrok Berilmu ini diadakan oleh Husen tanpa mengambil untung sepeserpun. Obrok Berilmu sebagai wujud pengabdiannya sebagai warga sipil yang harus ikut

dalam kegiatan mencerdaskan bangsa Indonesia. Ia berharap, terutama pada anak muda yang mempunyai niat untuk bergerak membantu mencerdaskan bangsa untuk memulai niat tersebut karena menurutnya, tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa ini bukan semata-mata tugas dari pemerintah saja, kita sebagai warga sipil bisa ikut serta dengan memulai gerakan-gerakan kecil disekitar lingkungan kita. “Saya melakukannya karena memang hati saya tergerak sendiri, dan setelah tahu ternyata banyak juga diluar sana para penggerak pustaka keliling atau pustaka bergerak seperti ini," ujarnya=

Foto: Doc


POJOK PKM

No. 158 XV Bulanan | Edisi November 2019

11

Ekspresi Kurangi Ego Demi Lingkungan Oleh: Azhar Azkiya

Andre Prasetyo Nugroho

“Menjaga lingkungan supaya tetap asri. Dapat dilakukan dengan meninggalkan ego pribadi. Dosen Kehutanan Unila rela naik transportasi umum daripada bawa kendaraan pribadi supaya kurangi polusi dan kemacetan ”

P

ertanyaan yang akrab di telinga Dosen Kehutanan Universitas Lampung (Unila), yakni Agus Setiawan saat berjalan di bahu jalan dengan menggunakan baju batik kuning khas dosen Unila. Sebab, Agus berangkat ke kampus menggunakan kendaraan umum seperti angkot, bus, dan ojek daring. Lalu, dari Halte Unila berjalan ke Fakultas Pertanian itulah celetukan dari mahasiswa dan juga dosen karena memilih naik transportasi massal daripada kendaraan pribadi. Alasan Agus melakukan itu untuk mencegah atau setidaknya mengurangi pencemaran udara dan pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin menipis. Selain itu, mementingkan kepentingan menjaga lingkungan daripada ego pribadi tapi malah merusak kualitas udara. Dosen Fakultas Pertanian (FP) itu pun mendeklarasikan sejak dulu pada diri sendiri untuk tidak akan belajar menyetir. “Saat semua anak saya mandiri. Nah, baru kemungkinan saya akan menyetir, jika diperlukan untuk menyetir, sehingga saya tidak naik mobil sendiri. Jadi saya tidak mau naik mobil sendirian minimal 2 orang," tuturnya. Selanjutnya, Ia ingin mengurangi lahan untuk parkiran. Sebab, jika banyak lahan yanng dipakai untuk parkir, maka banyak tanah yang di paving. Akibatnya, lahan tidak bisa menjadi resapan air dan lahan terbuka hijau Unila. “Sebenarnya lebih enak naik kendaraan umum, karena tidak capek, tinggal duduk saja,” terangnya. Agus pun membayangkan, jika seluruh warga

Unila membawa kendaraan pribadi masing–masing. Membuat semakin banyak lahan yang diperlukan untuk parkiran. Bila fasilitas parkiran kendaraan kurang semakin banyak adanya parkir liar di lingkungan Unila,” ungkapnya. Walaupun Agus sering menaiki kendaraan umum, Ia mengaku jarang terlambat. Alasan domestik tak dijadikannya alasan untuk lalai kewajibannya. Ditambah lagi melihat jalanan yang macet karena banyak mobil pribadi yang cuman ngangkut satu orang. Ia pun tak butuh apresiasi atas kebiasaannya dan tak peduli dengan orang yang beranggapan negatif dengannya. “Jika saja pemikiran seperti ini diterapkan oleh semua orang, maka akan signifikan terhadap lingkungan dan perputaran perekonomian negara mengurangi beban," tuturnya. Dosen yang sudah bergelar Doktor ini pun m e n -

EKSISTENSI MAHASISWA

gungkapkan melaksanakan kebiasaan menggunakan transportasi massal itu susah. Lalu, Agus pun mengajarkan kepada mahasiswa yang diajarnya. “Saya memulai dari diri sendiri dulu. Saya mengajarkan kepada mahasiswa-mahasiswa saya, maka saya juga harus melakukannya juga,” ujar Agus tentang prinsipnya. Tak hanya angkutan umum terkadang Agus juga menggunakan ojek daring. Secara tidak langsung menurutnya untuk membuka peluang usaha orang lain. Keseringannya berjalan kaki sampai ke kampus pertanian membuat Agus mendapat manfaatnya. “Berdamapak pada kesehatannya dari sering berjalan kaki dari pemberhentian transportasi ke fakultas dan mensyukuri nikmat karna masih kuat berjalan,” ucap syukurnya=

Foto: Doc

“Pak parkirnya dimana?” “Pak kenapa jalan?”

Pemimpin Magang

”Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup rakyat miskin kota” begitulah mereka menyerukan jargon 24 Oktober kemarin di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) seluruh Indonesia. Jika tahun 1998 mahasiswa turun untuk menggulingkan rezim Soeharto karena praktek Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN), maka mahasiswa sekarang turun ke jalan dengan mengangkat gawainya seraya berteriak “Hidup mahasiswa” untuk diabadikan di media sosialnya dengan ditambahkan tagar #TolakRKUHP #Reformasidikorupsi. Kemudian mereka menambahkan filter difoto mereka serta menambahkan caption yang sudah mereka cari dari Google, biasanya mereka mengutip quote dari Bung Karno “Beri aku 1000 orangtua niscaya Gunung Semeru aku cabut dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya aku guncangkan dunia”. Tujuan mereka demo pun berbeda-beda, ada yang benar menyampaikan aspirasinya kepada DPR, ada yang hanya ikut-ikutan karena dipaksa oleh seniornya, dan ada juga yang ikut hanya untuk kebutuhan medsos terutama Instagram. Mahasiswa yang benar-benar ingin menyampaikan aspirasinya, mereka menuntut adanya kecacatan dari RKUHP, lambannya pengesahan RUU- PKS, dan Pengesahan RUU KPK yang diyakini oleh mahasiswa akan melemahkan KPK. Hal itu membuat mahasiswa geram yang akhirnya memutuskan mereka untuk turun ke jalan. Mereka menyampaikannya dengan cara-cara kreatif, seperti membuat tulisan-tulisan “nyeleneh” di kertas karton maupun spanduk bekas. 1 Mahasiswa yang benar-benar menyampaikan aspirasinya sudah mengerti konteks demo tersebut, mulai dari apa yang ingin diperjuangkan dan disampaikan setidaknya mereka sudah tahu. 2 Mahasiswa yang dipaksa oleh seniornya ini sebenarnya tidak ingin ikut. Namun, karena takut akan ancaman senior nantinya, mereka terpaksa dan dijadikan massa oleh seniornya untuk meramaikan demo tersebut. 3 Mahasiswa yang hanya untuk kebutuhan sosial medianya adalah mahasiswa yang memanfaatkan momen seperti ini untuk menjulang popularitas di dunia maya. Sebenarnya tidak disalahkan jika demo hanya ikut-ikutan atau untuk kebutuhan sosial media saja, namun peran mahasiswa sebagai agent of change akan hilang. Kuliah bukan hanya tentang belajar di kelas tetapi juga belajar berbaur dengan masyarakat. Ketika rakyat mengeluh aspirasinya tidak sampai kepada DPR maka mahasiswa lah yang menampung aspirasinya dan turun ke jalan. Maka dari itu demo yang dilakukan mahasiswa adalah demo yang murni dari keresahan masyarakat bukan tunggangan kepentingan atau dari partai politik. Namun, tunggangan mereka adalah rakyat. Pramoedya Ananta Toer dalam roman Bumi Manusia, “Seorang terpelajar sudah harus bersikap adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbutan”. Bagaimana ketika mahasiswa yang melakukan demo hanya memikirkan rakyat, rakyat dan rakyat. Pada akhirnya dari tiga tipe mahasiswa yang berdemo tujuannya hanya satu “EKSISTENSI”. Ketika keberadaan mereka harus diakui oleh lingkungan masyarakat. Sebab, “EKSISTENSI “ tidak bisa lepas dari hakikat mahasiswa Demo bagi mahasiswa sah-sah saja jika untuk kepentingan rakyat, tetapi jangan lupa tujuan utama kita yakni “Kuliah”. Bagaimana kita harus menyeimbangkan kepentingan organisasi dan akademik kita, dan mahasiswa sudah harus bisa mengorganisasikan kehidupannya sendiri. Untuk memimpin orang banyak harus bisa memimpin diri sendiri terlebih dahulu= Tetap berpikir merdeka!



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.