Halaman 3
Halaman 8
Halaman 11
Kejadian rusa mati ini dibenarkan oleh Bainah Sari Dewi, Kepala Tim Konservasi rusa Unila. “Rusa yang mati ada sebanyak empat ekor. Di tempat penangkaran ada dua jenis rusa yaitu rusa Timor dan rusa Sambar.
Ide ini muncul karena Ivan kerap kali membantu orangtuanya menghitung benih ikan secara manual. “Latar belakang dari pembuatan aplikasi ini yaitu karena saya sendiri adalah anak dari penjual benih ikan.
Ia mengikuti Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) yang rutin diadakan Dikti sejak tahun 2017. Usahanya kembali membuahkan hasil, ia berhasil mengantongi dana sebesar 15 juta rupiah.
Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung
Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas
Tetap Berpikir Merdeka!
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh
www.teknokra.com
Edisi Maret 2020 No. 159 XX 2020
Teknokra Unila @teknokraunila @teknokraunila UKPM Teknokra
2
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
KOMITMEN tantangan
Tabik Pun
Ide dan Desain: Ihwana Haulan dan Kalista Setiawan
PELINDUNG Prof. Dr. Karomani, M.Si. PENASEHAT Prof. Dr. Yulianto, M.Si., Hero Satrian Arif, S.E., M.H. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Dr. Eddy Riva’i SH.,Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA., Toni Wijaya, S.Sos., MA.s. PEMIMPIN UMUM Chairul Rahman Arif PEMIMPIN REDAKSI Mitha Setiani Asih REDAKTUR DALAM JARINGAN Alfanny Pratama Fauzi, Sri Ayu Indah Mawarni REDAKTUR BERITA Eka Oktaviana REDAKTUR ARTISTIK Kalista Setiawan EDITOR Annisa Diah Pertiwi FOTOGRAFER Aghnia Nur Anisa, M. Faizzi Ardhitara STAF ARTISTIK Dhea Putri Utami, Ihwana Haulan REPORTER Andre Prasetyo Nugroho, Yesi Sarika PEMIMPIN USAHA Fahimah Andini MANAJER OPERASIONAL Sandy Dwiantoro (non aktif) STAF IKLAN DAN PEMASARAN Rahel Azzahra STAF KEUANGAN Azhar Azkiya KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Ria Shinta Maya STAF PUSLITBANG Annisa Diah Pertiwi KEPALA KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti STAF KESEKRETARIATAN Indah Ari Kurmiati (non aktif), Aghnia Nur Anissa MAGANG Sofia N., Maria C., Galih P. W.,Henny M., Eldo N., Yolla A.P MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penebitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : teknokratv@gmail.com Website : www. teknokra.com Telp : (0721) 778717
arkiran mulai terisi oleh kendaraan dan bus kampus yang kembali beroperasi. Ditambah mahasiswa memenuhi ruang kelas. Menjadi pertanda perkuliahan sudah dimulai. Mungkin ada dari kita yang belum bisa move on dari atmosfer liburan panjang tahun lalu. Resolusi-resolusi yang belum kita capai tahun lalu dapat kita capai di tahun ini dengan semangat baru. Di tahun baru ini, kita sudah disuguhkan oleh sistem pengisian siakad yang baru. Hal ini membuat kita harus adaptif dalam perubahan yang ada di Universitas Lampung (Unila). Selain siakad yang baru, Unila juga memiliki pemimpin yang baru, pemimpin yang akan membawa Unila dengan visinya “Menuju Peringkat 10 Besar Perguruan Tinggi 2025 “. Mungkin butuh keajaiban Unila mencapai 10 besar perguruan tinggi untuk lima tahun kedepan.
Namun bukan tidak mungkin pemimpin baru Unila nantinya dapat merealisasikan Unila mencapai 10 besar dengan segala program-program kerja mereka nantinya. Kembali kami menyapa kalian melalui media cetak tabloid edisi 159, kami berikan informasi terhangat seputar kampus. Kami terus menjaga eksistensi produk Teknokra dan mengemban peran sebagai mahasiswa, aktivis, dan pers kampus. Menjadi seorang aktivis kampus bukan hanya mampu mengkritisi birokrasi kampus, melainkan juga harus dikritik supaya menjadi pribadi yang dapat menebar manfaat untuk kampus. Pada tabloid edisi 159 kami mengajak pembaca untuk mengkritisi program unggulan keempat wakil rektor Unila yang baru. Dan kami juga mengajak pembaca untuk mengawasi jalannya kepemimpinan empat wakil
rektor baru Unila kedepannya. Mengawasi dan mengkritisi kebijakan wakil rektor bukan hanya tugas kami sebagai pers mahasiswa Teknokra. Melainkan ini adalah tanggung jawab seluruh civitas academica. Jangan sampai kepemimpinan baru ini hanya bualan untuk menjadi Top Ten University. Program-program kerja unggulan wakil rektor bukan hanya sebatas kata-kata, melainkan harus mulai ditata agar kedepan program kerja mereka ini menjadi terealisasi. Maka dari itu civitas academica mulai membuka mata menyikapi kebijakan rektorat nantinya. Kritisi mereka mana yang dianggap menyimpang dari jalur menuju peringkat sepuluh besar perguruan tinggi 2025. Dari pojok PKM kami mengajak pembaca untuk ikut menyikapi permasalahan yang terjadi di kampus= Tetap berpikir merdeka!
Kyay jamo Adien
Ilustrasi: Dhea Putri Utami
Judul: Menakar Formula Sakti
P
TAHUN BARU SEMANGAT BARU
Foto: Aghnia Nur Anisa
P
osisi Wakil Rektor periode 2019/2023 telah diisi oleh Prof. Heriyandi (Wakil Rektor Bidang Akademik), Dr. Asep Sukohar (Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan), Prof. Yulianto (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni), Prof. Suharso (Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi). Selama lima tahun kedepan mereka akan membantu kinerja rektor Unila, Prof. Karomani. Mereka memiliki latar belakang dari bidang keilmuan yang berbeda, namun juga dilihat track record-nya mereka memiliki pengalaman yang luar biasa. Namun, mereka punya tantangan untuk mencapai Peringkat 10 besar perguruan tinggi 2025. Sedangkan penilaian Unila saat ini duduk di posisi 46 nasional. Demi mencapai target tersebut, para wakil rektor telah menyiapkan program-program unggulan. Wakil Rektor I menargetkan 1000 jurnal internasional ter-indeks scopus per tahun. Wakil Rektor II menargetkan 10 besar green matric nasional. Kemudian, Wakil rektor III akan menaikan dana kemahasiswaan menjadi dua kali lipat anggaran dana sebelumnya. Lalu, Wakil Rektor IV akan merencanakan memberikan dana insentif untuk dosen yang memiliki jurnal internasional terindeks scopus. Iming-iming yang ditawarkan tidak main-main untuk dosen yang berhasil memiliki jurnal terindeks scopus. Namun, Faktanya fasilitas peralatan-peralatan yang dibutuhkan masih perlu mengalami peremajaan. Kemudian, target 10 besar green matric nasional menjadi pekerjaan berat. Kendaraan bermotor bebas lalu lalang, berakibat polusi dan meningkatnya kebisingan kampus. Kantong parkir yang tidak efektif, terbukti masih banyak mahasiswa yang parkir sembarangan. Ditambah, dana kemahasiswaan yang hanya menjadi stimulan, sehingga menghambat kinerja Unit Kegiatan Mahasiswa. Prestasi mahasiswa menurun, karena kurangnya motivasi mengikuti lomba. Jika mengkaji kembali, program-program yang direncanakan akan menguras kantong Unila. Lalu, penghasilan Unila hanya dari UKT (Uang Kuliah Tunggal) dan memaksimalkan aset yang ada. Sedangkan aset yang dimiliki Unila menggunakan Manager dari luar Unila. Dari kondisi saat ini, apakah dapat merealisasikan setiap program yang direncanakan? Harapannya, Unila tidak hanya mengejar Peringkat 10 Besar Perguruan Tinggi 2025. Namun, benar-benar memperbaiki kualitas dari SDM (Sumber Daya Manusia) sampai sarana dan prasarana =
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
3
KAMPUS IKAM
Empat Rusa Sambar Mati di Penangkaran Unila Oleh: Rahel Azzahra
ujarnya. Ia juga menuturkan perawatan rusa sudah baik dengan kandang yang layak. “Rusa diberi makan dalam sehari satu kali dengan macam-macam rumput. Kandang penangkaran dengan ukuran sudah sangat layak, dibangun tahun 2003 dengan tinggi tiga meter dan besi yang kuat,” tuturnya. Mengetahui kejadian ini, Kepala SKW III BKSDA (Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Lampung, Hifzon Zawahiri mendatangi lokasi dan melakukan evaluasi-evaluasi terkait pengelolaan di penangkaran. Ia mengungkapkan kondisi penangkaran saat ini sudah tidak memadai dan tidak sesuai standar. “Standarnya itu sebagian lahannya harus rumput yang pertama, dan selanjutnya pohon tegaknya saya perhatikan sudah berkurang. Info di lapangan sudah banyak yang ditebang untuk pembangunan embung. Kemudian, daratan dengan air tidak seimbang, lebih besar embung daripada daratannya,” jelasnya. Ia juga menduga pneumonia paru-paru yang merupakan salah satu penyebab kematian rusa Sambar dikarenakan tidak ditranslokasikannya rusa ketika pembangunan embung. Hal itu
menyebabkan makanan rusa tercampur oleh debu. “Jadi seharusnya saat pembangunan embung satwa ini dipindahkan atau ditranslokasi terlebih dahulu. Namun, itu tidak dilakukan oleh mereka,” tuturnya. Asep Sukohar, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan mengatakan akan melakukan evaluasi terhadap sisa
rusa yang ada di penangkaran. “Itu sebetulnya dampak dari pembangunan yang dulu tidak mengindahkan aspek-aspek satwa. Akhirnya yang ada sekarang katempuhan,” ucapnya. Sampai saat ini penangkaran rusa masih di dalam pengawasan BKSDA. Rusa juga telah diisolasi sesuai dengan permintaan BKSDA sembari diperhatikan tingkat
kesehatan dan kenyamananya. Pihak penangkaran juga harus memberikan laporan kepada BKSDA jika ada berita kematian lagi. Selain itu untuk pemberian taging harus meminta izin BKSDA terlebih dahulu dan surat izin juga harus segera diurus dan diperpanjang=
Oleh: Muhammad Faizzi Ardhitara
Unila-tek: 28 Januari 2020, satu rusa di penangkaran dekat embung Unila ditemukan mati. Salah satu saksi mata, Ammar Naufal Shodiq (Peternakan ’16) menduga bahwa penyebab rusa mati adalah karena sering ada pengunjung penangkaran yang memberi makan sembarangan. “Di situ posisinya banyak pengunjung dan kadang ada yang kasih makan. Dengar-dengar juga karena ada plastik yang kemakan sama rusa. Bisa jadi karena pengunjung, tetapi saya juga tidak bisa memastikan kebenarannya, yang saya tahu itu rusanya mati,” jelasnya. Ammar menyayangkan kejadian ini, menurutnya seharusnya Unila dapat lebih memperhatikan perawatan rusa di penangkaran. “Namanya kan binatang. Kita udah pelihara, niatnya mungkin untuk memiliki satwa khas, tetapi kok gak ada perawatannya,” tambahnya. Kejadian rusa mati ini dibenarkan oleh Bainah Sari Dewi, kepala tim konservasi rusa Unila. “Rusa yang mati ada sebanyak empat ekor. Di tempat penangkaran ada dua jenis rusa yaitu rusa Timor dan rusa Sambar. Empat rusa yang mati adalah rusa jenis Sambar dan penyebab kematiannya adalah pneumonia paru-paru,”
Embung yang berada dekat dengan rusunawa selalu ramai dipenuhi orang yang sedang jogging setiap sore hari (24/02).
Tidak Dilantik, BEM FISIP Vakum Selama Setahun
Oleh: Andre Prasetyo Nugroho
FISIP-tek: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) telah vakum selama satu tahun lebih terhitung dari pemilihan raya (Pemira) pada bulan Desember tahun 2018. Hal ini dikarenakan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, Ade Feri Anggriawan dan Wisnu Suaka Prastowo tidak dilantik oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Hal tersebut dibenarkan oleh Ade, ia juga tidak mengetahui alasan ia tidak dilantik sebagai Gubernur BEM FISIP Unila.“Saya juga kurang tahu jelas sih, untuk hal saya tidak dilantik dapat ditanyakan saja oleh Wakil Dekan III. Padahal panitia khusus (Pansus) sudah sesuai dengan Peraturan Mahasiswa Fakultas (PMF),” jelasnya.
Ade juga menjelaskan bahwa dalam pemira pada saat itu terjadi kisruh sebab kotak suara diambil oleh pansus. “Memang ada sedikit kisruh ketika surat suara diambil, tetapi setelah itu kita melakukan audiensi. Bagaimana tahapan selanjutnya ketika pemira pertama terjadi kisruh, sehingga diadakannya pemira ulang,” ujarnya. Ade telah menemui Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni untuk meminta melantik dirinya. “Saya minta kejelasan dari beliau status saya apa, namun beliau hanya bilang nanti dibicarakan lagi dengan calon gubernur yang kalah. Saya ingin Wakil Dekan III mendengarkan aspirasi mahasiswanya dan dapat menghidupkan kembali student government,” paparnya.
Dadang Karya Bakti, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni menanggapi soal tidak dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FISIP Unila. Ia mengaku tidak mengetahui adanya pemira ulang yang dilakukan pansus saat itu. Menurutnya, ada mekanisme dan prosedur tidak sesuai terkait pemira yang dilaksanakan. “Mereka pada saat pemira dilaksanakan oleh pansus. Namun, demikian pansus yang dipilih juga tidak memenuhi syarat secara administratif. Maka otomatis tidak sesuai dengan regulasi,” jelasnya. Menanggapi hal ini Harjuno Saputro (Ilmu Pemerintahan ’17), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan merasa BEM-F yang vakum tidak mencontohkan
sebagai FISIP. “Perlu untuk adanya BEM-F ini dan untuk mengembalikan marwah kami sebagai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,” tuturnya. Senada dengan Harjuno, Alif Caesario (Ilmu Komunikasi ’17), Ketua Umum HMJ Ilmu Komunikasi mengungkapkan bahwa seluruh Ketua Umum HMJ sudah sering membahas masalah ini, karena FISIP adalah kiblatnya politik pemira harus dilaksanakan tahun ini. “Malu kita kalo tahun ini sampai tidak ada BEM-F. Saya berharap BEM-F lahir dengan wajah baru, pikiran-pikiran yang baru, sistem yang baru dan tidak ada campur dari pihak lain. Maksud pihak lain disini adalah organisasi eksternal, BEM-F ini harusnya HMJ yang ada bukan organisasi eksternal,” jelasnya.
Fathur Rochman Suyuti (Administrasi Negara ’17), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himagara) mengatakan sangat kurang pas jika tidak ada BEM-F yang menjadi wadah untuk mengasah pemahaman politik. “Terkesan kita yang sekarang ini dijalan HMJ kita masing-masing, tanpa ada komando yang jelas,”ujarnya. Trima Cahya Suputra (Hubungan Internasional ’17), Ketua Umum HMJ Hubungan Internasional (HI) menanggapi hal tersebut. Menurutnya, sangat disayangkan kekosongan BEM-F saat ini. “Kami semua sadar kekosongan jabatan ini. Saya harap pemira selanjutnya yang mencalonkan diri tetap menjaga amanah. Kalau curang dari awal kedepannya juga bakal curang,” ujarnya =
4
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
KAMPUS IKAM
Mahasiswa FP Keluhkan Kuliah Sampai Sabtu Oleh: Azhar Azkiya
Oleh: Aghnia Nur Anissa
Palang Pintu masuk utama Universitas Lampung (Unila) tidak berfungsi. Palang pintu tersebut dibiarkan terbuka sepanjang hari, sehingga kendaraan bebas keluar masuk Unila (04/02).
Palang Pintu Otomatis Tidak Kunjung Aktif Oleh: Heni Manurung dan Galih Pranandita Wijaya
Unila-tek: Palang pintu otomatis Universitas Lampung (Unila) akan kembali diaktifkan pada Senin, (17/2). Pengaktifan kembali ini juga akan ditinjau kembali selama beberapa hari untuk kelancaran lalu lintas. Palang pintu otomatis ini hanya bisa dilalui oleh civitas academica Unila yang memiliki kartu parkir. Selain untuk palang pintu otomatis, kartu parkir juga berlaku untuk mahasiswa yang parkir di Parkiran Terpadu. Kartu parkir akan diberikan secara gratis untuk mahasiswa Unila melalui usulan fakultas dengan melaporkan identitas mahasiswa. Namun, untuk angkatan 2018 dan 2019 masih belum diperbolehkan karena masih menjadi pertanggungjawaban kampus. “Portal akan diaktifkan kembali pada hari Senin tanggal 17 Februari dan selama beberapa hari akan ditinjau kembali untuk ke-
lancaran lalu lintas. Tidak hanya portal melainkan untuk parkiran haruslah memiliki kartu parkir,” tutur Hamdan, Kepala Bagian Hukum Tata Laksana Barang Milik Negara Umum. Firsta (Adm. Bisnis ’16) mengatakan cara tersebut dapat menertibkan kendaraan yang parkir di Unila. “Cara tersebut sangatlah bagus karena akan lebih menertibkan kendaraan yang beredar di Unila. Dengan adanya portal pasti berjalan efektif kalau sistemnya tidak semrawut,” ujarnya. Berbeda dengan Firsta, Kalvari (Hukum ’18) mengaku hal tersebut menyulitkan karena akses yang terbatas. “Menyulitkan mahasiswa untuk masuk ke area kampus, karena akses masuk terbatas hanya untuk pemilik kartu parkir dan kurang efektif karna sering terjadi penumpukan kendaraan di pintu portal pada jam-jam sibuk,” ucapnya.
Senada dengan Kalvari, Juliana Sinta (Pend. Bahasa Perancis ‘17) merasa bahwa palang pintu tersebut berbahaya. “Yang tidak punya kartu parkir menerobos melalui belakang motor dan itu dapat membahayakan keselamatan mereka kalau kena palangnya gimana,” keluhnya. Menurutnya, mahasiswa belum mendapat himbauan mengenai kartu parkir. Ia berharap kedepannya keamanan harus memrioritaskan mahasiswa agar bisa masuk ke area kampus dengan mudah. Dari pantauan reporter Teknokra sampai berita ini terbit, terlihat palang pintu tersebut masih belum dioperasikan. Masih banyak mahasiswa Unila yang parkir sembarangan, ojek dalam jaringan (daring) dan masyarakat luar juga masih dengan mudah untuk masuk ke dalam lingkungan kampus=
Unila Dirikan Bank Sampah Organik Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni
Unila-tek: Universitas Lampung (Unila) membangun bank sampah organik untuk pupuk kompos di belakang Gedung Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Bank sampah ini akan digunakan untuk mengolah sampah yang ada di lingkungan Unila. Hamdan, Kepala Bagian Hukum Tata Laksana Barang Milik Negara Umum (HTLBNU) mengatakan bank sampah ini tidak mengolah sampah nonorganik, karena alatnya yang tidak memadai. “Rencana kita akan mendaur ulang
sampah organik untuk jadi pupuk kompos. Kalau untuk sampah nonorganik alatnya belum memadai,” ujarnya. Agita Ami Rizky (Teknik Kimia ’18) mengatakan jika pengolahan sampah tersebut membuat pembuangan sampah menjadi teratur. “Bagus, setelah ada gedung sampah, sampahnya jadi tidak berserakan. Semoga sistem pengolahan sampahnya menjadi lebih baik lagi,” ucapnya. Bank sampah organik ini,
mendapatkan tanggapan dari Dicky Dwi Alfandy, Pendiri Gajahlah Kebersihan. Menurutnya Unila perlu melakukan daur ulang pada sampah nonorganik. Hal ini dikarenakan bisa mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bakung. “Usaha yang perlu diapresiasi seandainya Unila mau mengolah sampah organiknya menjadi pupuk. Namun, usaha daur ulang sampah nonorganik juga perlu dilakukan,” tuturnya=
FP-tek: Mahasiswa Fakultas Pertanian mengeluhkan peraturan yang dikeluarkan oleh Prof. Dermiyati, Wakil Dekan Bagian Akademik dan Kerja Sama Fakultas Pertanian tentang surat revisi jadwal kuliah Nomor 76/UN26.14/PP.02.00.00/2020 pada Kamis, (09/01). Salah satunya Tia Feny Mahampun, (Agribisnis ’19) mengeluhkan jadwal kuliah yang menjadi padat. “Sekarang kuliah sampai Sabtu, waktu libur hanya hari Minggu. Sedangkan Minggu buat ibadah karena saya seorang Nasrani,” katanya. Hal yang sama dirasakan Afiza Fitriani, (Perikanan ’19). Menurutnya perkuliahan sampai hari Sabtu menghambat kegiatan mahasiswa di bidang nonakademik. Ia menginginkan perkuliahan kembali seperti semula, agar mahasiswa tidak pasif di bidang non akademik. “Selain akademik kita juga butuh soft skill. Maka hari Sabtu dan Minggu itu dimanfaatkan sebagai kegiatan organisasi dan sebagainya atau kegiatan untuk mengabdi pada masyarakat. Sekarang penuh sampai Sabtu dan itu hari pratikum, maka mau tidak mau kita harus hadir karena kehadiran pratikum itu seratus persen,” kata Afriza. Prof. Irwan Sukri, Dekan Fakultas Pertanian mengatakan hanya menjalankan peraturan akademik Unila pasal 19. Tahun 2019 dan melaksanakan perintah dari Standar Nasional (SN) Pendidikan Tinggi No. 3. Tahun 2020. Menurutnya, kebijakan ini diambil karena harus memilih kuliah dari Senin sampai Jumat hingga malam atau kuliah di hari sabtu. Ia mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan, sehingga memilih kuliah di hari Sabtu. “Kalau mahasiswa ingin ikut kegiatan lainnya silahkan saja. Inti perguruan tinggi ini tugas utamanya apa? Tri darma perguan tinggi. Jadi, silahkan di antara waktu itu gunakan aktivitas tidak akan kita batasi karena yang kita fokuskan proses kuliah,” tuturnya=
Mahasiswa Masih Butuhkan Dana Insentif Oleh: Muhammad Faizzi Ardhitara Unila-tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Lampung (Unila) menginginkan dana insentif untuk mahasiswa berprestasi kembali. Salah satunya UKM Tapak Suci yang merasa kesulitan mencari dana. Fadel Al Musyafa, Ketua Umum Tapak Suci mengatakan dana yang diberikan pihak rektorat tidak cukup untuk membiayai biaya operasional. “Untuk masalah dana kami sebenarnya kesulitan, karena untuk pengadaan dana sendiri dari rektorat diberikan setelah adanya LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) sehingga mau tidak mau kami harus pinjam dana,” ujarnya. Ia merasa dirugikan dengan dicabutnya dana insentif untuk mahasiswa berprestasi. “Kami dari UKM bidang olahraga sangat dirugikan sekali. Kami di sini butuh apresiasi dari Universitas atas prestasi kami baik dari segi moril maupun materil. Jika memungkinkan apresiasi itu berupa dana insentif, kami sangat mendukung. Karena selain untuk memacu mahasiswa yang sudah aktif di atlet, apresiasi ini dapat mendorong munculnya bibit-bibit baru untuk ikut berpartisipasi,” terangnya. Hal yang sama juga dirasakan Arasyid Fatmi, Ketua Umum PSHT. Ia menuturkan harus mengajukan proposal dana ke senior-senior PSHT, karena dana rektorat hanya bisa membiayai setengah dana. “Dana yang kita ajukan itu cair setelah kami pulang, sedangkan kami butuh. Karena kalau mau ngambil dari uang pribadi agak sulit orang tua juga kayak tidak mendukung kalau setiap lomba membawa nama Unila tapi bayar sendiri, padahal buat mengharumkan nama Unila,” ucapnya. Bangun A. Wijaya, Presiden Eso mengaku masih merogoh kocek pribadi untuk mengikuti perlombaan. “Kami mengirim hingga 11 delegasi pada lomba Asian English Olympic 2020 tingkat Asia, yang tentunya butuh dana registrasi dan akomodasi. Namun sayangnya rektorat belum mampu memberikan dana secara full,” tuturnya. Pada tahun 2018, terdapat Peraturan Rektor No 3 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan dan Sanksi Kepada Mahasiswa Universitas Lampung. Namun, peraturan tersebut dicabut oleh Aliansi Mahasiswa Berdaulat yang berdampak hilangnya dan insentif sampai sekarang=
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
KAMPUS IKAM
FH Beri Apresiasi Untuk Mahasiswa Berprestasi Oleh: Maria Cintya Rouli
FH-tek: Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) kembali memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang berprestasi pada Jumat, (20/12). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang mampu meraih prestasi ditengah padatnya kesibukan berkuliah. Apresiasi ini diberikan dalam bentuk piagam, uang dan beasiswa. Salah satu UKM-F Hukum yaitu Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) diberikan apresiasi karena berhasil meraih Juara 2 dan 3 pada Consitutional Moot Court Competition Piala Ketua Mahkamah Konstitusi Tahun 2019. Midi F.Eka Soraya (FH ’18), salah satu anggota UKM-F PSBH merasa senang
dengan apresiasi yang diberikan FH, seperti ucapan selamat dari Dekan, pemasangan banner, dan diberikan ucapan selamat di media sosial. “Bebannya bukan hanya harus membawa piala, tapi harus membawa piala bergilir juara 1,” tuturnya. Nurhalim Arlendi (FH ’19) yang merupakan Juara 1 Karate Prapon 2019 mengaku bertambah semangat setelah mendapatkan apresiasi dari FH. “Saya dapat 1 juta 5 ratus ribu rupiah dan beasiswa 9 juta rupiah. Terbenani nggak sih, malah tambah semangat,” ujarnya. Sri Tulastuti, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FH mengatakan tetap memberikan apresiasi kepada mahasiswa mes-
ki tidak membawa nama fakultas ketika mengikuti lomba. “Karena namanya bakat dan minat luas sekali, silahkan saja dibina sesuai minat bakat masing-masing. Selain mahasiswa yang berprestasi, Gubernur BEM-F dan Ketua UKM-F Hukum juga diberikan apresiasi. Dalam acara pemberian apresiasi ini turut hadir pimpinan jurusan dan penyerahan penghargaan ini diserahkan langsung oleh Dekan Fakultas Hukum, Maroni,” ucapnya. Ia juga mengukapkan bahwa Fakultas Hukum siap membimbing dan memberikan arahan kepada mahasiswa. Namun, harus diperhatikan juga nilai akademiknya=
5
Prodi PAUD Pindah Ke Kampus Induk Unila Oleh: Eldo Noprizal
FKIP-tek: Program Studi (Prodi) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) telah pindah ke kampus induk Unila. Hal ini mendapatkan respon positif dari mahasiswa. Meira Gerisna (PAUD ‘19) mengaku perkuliahan menjadi lebih efektif namun fasilitasnya belum terpenuhi. “Menurut saya lebih efektif disini, soalnya kalau di Kampus A ada mahasiswa Pendidikan Musik. Karena ini gedung baru, ada beberapa fasilitas yang kurang lengkap seperti kelas yang sedikit kotor, belum ada AC dan kalau di kelas panas, air di kamar mandi juga tidak ada,” ucapnya. Aji Wijaya Ridwan Putra (PAUD ‘19) mengatakan bahwa setelah pindah ke kampus induk jadi lebih dekat dari rumah. “Tanggapannya ya bagus, jadi lebih dekat dari rumah dan kalau urusan ke dekanat jadi lebih dekat,” ungkapnya. Ketua Prodi PAUD, Ari Sofia menyambut baik perpindahan ini karena fasilitas kelas menjadi lebih baik. “Saya setuju dengan kepindahan ini. Fasilitas terkait ruang kelas, ruang dosen, ruang kaprodi, ruang laboratorium dan ruang perpustakaan menjadi lebih besar dan lebih baik. Untuk perlengkapan laboratorium secara bertahap akan dilengkapi oleh pihak fakultas. Secara sosial mahasiswa bisa berinteraksi langsung dengan mahasiswa dari prodi lain, secara birokrasi dan administrasi lebih cepat jika ingin ke dekanat atau jurusan” ujarnya. Dekan FKIP, Prof. Patuan Raja mengatakan kampus A akan digunakan untuk perkuliahan prodi Pendidikan Musik. “Dua program studi yang kini masih ada di kampus A yaitu Pendidikan Musik dan Pendidikan Sendratasik tidak akan dipindahkan ke kampus induk mengingat kedua program studi tersebut memiliki karakter,” tuturnya=
Tiga Tahun Berdiri, UKM PSHT Tidak Punya Sekretariat Oleh: Aghnia Nur Anisa
Oleh: M. Faizzi Ardhitara
Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di trotoar Universitas Lampung. Meskipun, sudah ada peraturan pelarangan berjualan di trotoar (24/02).
Berdasarkan Kemristekdikti, Unila turun peringkat drastis dari 21 tahun 2008, menjadi 46 di tahun ini. Ini jelas sangat memalukan. Prestasi mahasiswa sebagai indikator pemeringkatan juga terhambat. Faktor utamanya adalah tidak adanya dana yang diberikan. Tidak sedikit dana pribadi yang dikeluarkan untuk membanggakan nama Unila, untuk itu segenap pimpinan Universitas agar lebih memerhatikan kembali mengenai ini. Karena, semua ada timbal balik. Sangat disayangkan ketika mahasiswa ingin menciptakan suatu kebanggaan untuk Unila, tetapi harus terhambat oleh dana yang diperlukan dengan jumlah yang tidak sedikit. Anggi Saputra (Teknik Mesin ‘18) Banyak beberapa mahasiswa atau penduduk Unila yang berkendara roda dua yang tidak membaca aturan jalur mobil dan jalur motor. Hal ini membuat kadang bikin gak tertib di jalanan, bikin pemicu macet, dan membuat emosi orang lain memuncak. Satpam juga alangkah lebih baiknya menegur atau bahkan memberikan sanksi seperti menilang, dan lain-lain. Unila tolong itu ditambah fasilitas wifi. Kalo bisa, di seluruh lingkungan unila baik outdoor dan indoor diberi jaringan wifi. Mengingat beberapa provider kurang begitu mendukung sinyalnya di lingkungan Unila, yang bisa berakibat kurang lancarnya komunikasi. Naruli Saputra (Pendidikan Sejarah 2016) Saya ingin mengeluhkan na kebanyakan mahasiswa kan dengan adanya denda efek jera untuk mahasiswa potong SKS yang bisa mereka
tentang keringanan denda UKT yang sudah tidak berlaku lagi. Kareyang telat membayar UKT itu karena tidak ada uang. Tetapi ditambah beratyang menurut saya lumayan besar nominalnya. Saran saya jika ingin membuat yang terlambat membayar UKT bukan diberikan denda yang besar. Melainkan di ambil. Agar para orang tua tidak merasa terbebani dengan biaya UKT yang semakin tinggi. Dicka Ananta (Pendidikan Bahasa Perancis 2016)
Sering terjadi kemacetan di jam kerja pada jalan yang mengarah ke Kampung Baru tepatnya di depan SMK 2 Balam dan di sebelah komplek Fisip, dikarenakan banyak motor mahasiswa yang terparkir di tepi jalan. Harapan saya agar pihak Kampus memberi himbauan bahkan larangan yang tegas mengenai hal tersebut agar hal ini tidak terjadi lagi, mengingat jalan tersebut adalah jalan yang sering dilalui oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Harist Muhammad (Kehutanan 2018)
Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : ukpmteknokraunila@yahoo.co.id Website : www.teknokra.com Telp : (0721) 778717
Unila-tek: Sejak berdiri pada tahun 2017, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) belum memiliki sekretariat. “Tentang sekretariat sebenarnya kita pernah ada obrolan dengan UKM Rakanila, sebelum berangkat KKN kemarin. Alhamdulillah, UKM Rakanila ikhlas apabila sekret lama yang saat ini dijadikan gudang bersama diaktifkan sebagai sekret UKM PSHT,” ungkap Muhammad Abdillah (Kehutanan ’16), Ketua Umum PSHT. Sekretariat lama milik UKM Radio Kampus Unila (Rakanila) yang dimaksud adalah ruangan antara Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ruang sidang yang terletak di gedung Gerha Kemahasiswaan lantai dua Universitas Lampung. Sejauh ini ruangan tersebut dioperasikan sebagai gudang bersama yang digunakan oleh Rakanila dan UKM Bidang Seni (UKM-BS). Namun, kini dimanfaatkan untuk ruangan tempat latihan musik olah UKM-BS. “Ruangan itu adalah tempat menyimpan peralatan UKMBS. Di ruang bagian dalamnya gudang untuk Rakanila. Tetapi kemarin sudah kami pindahkan barang-barang kami. Dan sekarang jadi tempat latihan musik,” papar Novian Pratama (Agribisnis ’16), Ketua Umum UKM-BS. Rahmad Septiadi Abdullah (Ilmu Komunikasi ’17), Direktur Rakanila membenarkan sekretariat tersebut sebelumnya milik UKM Rakanila. “Saat ini ruangan itu menjadi gudang kosong dan milik bersama, semua UKM di Gerha Kemahasiswaan Unila boleh menggunakan itu. Tentang UKM PSHT, dia kan belum mendapatkan sekertariat, dan mereka komunikasi pada kita bagaimana jika ruangan tersebut dijadikan sekret PSHT, dan dari kita setuju saja,” tuturnya. Rohana Sari, Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan mengaku belum mengetahui lebih lanjut tentang hal tersebut. Menurutnya UKM PSHT, UKM Rakanila dan UKM-BS belum ada yang datang menemuinya untuk membicarakan tentang sekretariat tersebut. “Kita juga belum tahu sekretariat itu milik siapa, gerha itu sudah dibangun sejak lama, sedangkan kita baru di sini. Baiknya nanti mereka akan saya panggil duduk bersama, agar tidak memicu keributan. Mereka kan juga belum dilantik, jadi dilantik dulu baru kita bicarakan,” jelasnya. UKM PSHT berharap segera mendapatkan sekretariat. “Banyak target dari UKM PSHT di kepengurusan ini. Seperti target ikut kejuaraan internasional dan mengadakan kejuaraan nasional. Dengan adanya sekretariat bisa kami jadikan tempat untuk koordinasi dengan intensif setiap harinya,” ujar Ketua Umum UKM PSHT=
6
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
REPORTASE khusus
Menakar
Formula Sakti Oleh: Annisa Diah Pertiwi dan Yesi Sarika
“ Para Wakil Rektor terpilih sudah menakar formula yang digadang-gadang sakti “ untuk mencapai Peringkat 10 Besar Perguruan Tinggi 2025. Sayangnya takaran ini, tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
D
Ilustrasi: Dhea Putri Utami
imulai sudah masa kerja Prof. Karomani sebagai Rektor Universitas Lampung (Unila) periode 2019/2023. Ia telah melantik keempat wakil rektor yang akan menemaninya selama lima tahun mendatang Selasa, (04/02/2020) di lantai 4 Rektorat Universitas Lampung. Ia mengatakan telah mempertimbangkan wakil rektornya berdasarkan kompetensi. Menurutnya, mereka memiliki integritas dan pengalaman di bidangnya masing-masing. “Saya sudah melaku-
kan kontemplasi meminta petunjuk kepada yang maha kuasa. Saya meminta petunjuk tidak hanya di tanah air. Namun juga saya pergi umroh berdoa di depan Ka’bah saya minta untuk diberi teman kerja yang baik, supaya semua tujuan tercapai,” ujarnya. Ia juga berharap bisa memaksimalkan kerjasama dengan wakil rektor yang sudah dilantik untuk dapat mengembalikan peringkat Unila. “Harapnya pejabat baru bisa saling bersinergi, bisa kompak, b i s a
bekerja dengan baik dan bisa menyesuaikan dengan target kinerja. Jadi kita intinya bekerja secara maksimal jadi Unila kembali lagi mendapat peringkat yang baik,” katanya. Para Wakil Rektor terpilih optimis dapat mengejar visi Unila Peringkat 10 Besar Perguruan Tinggi 2025. Para Wakil Rektor yang terpilih telah meracik ramuan-ramuan untuk mencapai visi Unila tersebut. WR I Targetkan 1000 Jurnal Scopus Prof. Dr. Heryandi dipilih menjadi Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila periode 2019/2023. Sebelumnya, ia pernah menjabat selama enam tahun sebagai Top Manager di Fakultas Hukum Unila. Ia menuturkan akan membuat program tim pimpinan yang akan mempercepat jumlah guru besar per fakultas. “Jadi setiap fakultas menghasilkan lima guru besar per tahun. Maka bisa ada 40 guru besar selama setahun,” tuturnya. Ia juga akan menargetkan publikasi jurnal terindeks scopus mencapai 1000 publikasi per tahun. “Program ini untuk mencapai Top Ten University, karena sudah jatuh ke dalam jurang baru diberi amanah, bukan meneruskan tapi harus mengangkat dulu baru melambung jadi dua kali pekerjaan,” ujarnya. Ia akan meningkatkan kerja sama nasional dan internasional. Ia mengusahakan kerja sama pertukaran tenaga pengajar dan maha-
siswa dari India, Korea, Thailand dan Tiongkok. Kemudian, ia telah menugaskan LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan Penjamin Mutu) untuk melihat peluang menaikan grade akreditasi. “Target tahun pertama urutan 30-an tahun kedua 20-an nanti kita kejar lagi yang tertinggal ini. Baru dibentuk team percepatan guru besarnya kemudian nanti dibentuk team untuk akreditasi. Yang sebelumnya C jadi B, yang B jadi A,” ujarnya. Prof. Patuan Raja, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila merasa pesimis dengan program percepatan guru besar. Namun, ia membenarkan peningkatan guru besar dapat mempengaruhi kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). “Kalau dosen FKIP ada yang diangkat untuk ikut dalam team percepatan itu Insya Allah bisa saja mungkin. Ini sebenarnya itu lebih erat kaitannya langsung kepada akreditasi lembaga,” ujarnya. Menurutnya, program peningkatan jurnal terindeks scopus menjadi 1000 publikasi, adalah pekerjaan berat. “Di tahun 2019 saja menghasilkan hanya 160an jurnal dan target naik tahun ini 2 kali lipat saja menjadi 320 itu sudah luar biasa. Harus kita lihat di tahun-tahun sebelumnya 2017, 2018,2019 karena itu sudah mencerminkan potensi kalau secara statistik,” jelasnya. Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni tahun 2000--2008 mengatakan program 40 guru besar per tahun adalah hal yang dapat dilakukan. “Program bisa dilaksanakan dengan pola yang tepat. Solusinya memberi tanggung jawab kepada setiap guru besar yang ada untuk membimbing paling tidak tiga calon guru besar, dengan begitu target tersebut dapat dipenuhi,” tuturnya.
Menurutnya, jika solusi yang ia berikan berjalan, maka setiap calon guru besar yang sudah dibimbing dapat menghasilkan tiga jurnal per tahun. “Jika setiap guru besar yang berjumlah 63 tersebut dikalikan tiga jurnal, maka setiap tahunnya hanya akan terbit kurang lebih 200 jurnal. Kalau 1000 kan terlalu luar biasa, jadi harus disesuaikan,” ucapnya. Dr. Eddy Rifai, Dosen Fakultas Hukum mengatakan program peningkatan jumlah jurnal masih relevan. “Sebenarnya persoalan masalah dikalangan dosen itu penelitiannya sudah banyak. Namun, di dalam hal keterampilan untuk menerbitkan di jurnal internasional itu masih kurang, jika di target maka bisa jadi acuan untuk lebih bisa mengembangkan hal tersebut,” ujarnya. WR II Targetkan 10 Besar Green Matric Kampus Dr. Asep Sukohar dipilih menjadi Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan periode 2019/2023. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Kedokteran Unila. Salah satu programnya akan memberikan dana riset atau Professorship untuk calon guru besar. Hal ini untuk menunjang program peningkatan jumlah guru besar. Ia telah menargetkan Unila peringkat 10 besar Green Matric kampus tingkat nasional. Ia tetap mempertahankan master plan yang lama untuk mengatasi permasalahan kebersihan, pengelolaan sampah, pengunaan plastik dan air bersih. “Untuk persediaan air Unila sudah memiliki 6 embung. Untuk pengelolaan air bersih yang Drinkcable berada di dekat gedung UPT TIK dananya berasal dari PUPR juga sudah rampung, nantinya akan dialokasikan untuk menyuplai kebu-
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020 tuhan minum warga di Unila,” tuturnya. Selanjutnya, untuk meningkatkan keamanan Unila. Ia akan mempersempit pergerakan pencuri dengan memasang CCTV (Closed Circuit Television) di 30 titik Unila. Program ini bukan sekedar pengawasan, namun menjadi smart city yang nantinya seluruh bangunan dan area di Unila terekam CCTV. Tiga bagunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) telah rampung. Menurut Asep bangunan tersebut akan digunakan menjadi poliklinik spesialis, teaching hospital, dan klinik pencuci darah. Sebelumnya, Unila berencana membangun enam bangunan. Tiga gedung lainnya yang belum terealisasi akan dibangun menggunakan dana ADB (Asian Development Bank). “Bangunan yang sudah jadi itu, akan segera digunakan tidak menunggu keseluruhan. Namun, statusnya belum rumah sakit karena izin rumah sakit belum diajukan menimbang infrastruktur secara keseluruhan belum mendukung,” tuturnya. Saat ini, ia memilih memanfaatkan aset Unila yang ada untuk pendapatan universitas. Aset yang dimanfaatkan diantaranya kolam renang, wisma Unila, dan Gedung Serba Guna (GSG). Prof. Muhajir Utomo, Rektor Unila Periode 1998-2006, mengatakan setuju dengan pemberian dana riset untuk menunjang penambahan guru besar. Ia memaparkan Unila harus membangun kerjasama dengan Universitas Internasional, agar dapat melakukan penelitian bersama. “Jika Unila mengerjakan sendiri ya agak berat, harus kerjasama. Target jurnalnya tidak usah terlalu tinggi, yang rasional saja. Melihat kondisi peralatan yang tidak memadai,” ucapnya. Ia juga menyayangkan portal-portal yang kurang berfungsi. Menurutnya, portal tersebut dapat meningkatkan keamanan. Kemudian, pemasangan CCTV tidak menjamin keamanan kampus, melainkan harus memberdayakan satpam yang ada. Ia mengatakan pembangunan RSPTN sangat mengkhawatirkan. “Belum digunakan tapi sudah ada yang rusak. Bagaimana mau diberdayakan kualitas gedung juga menjamin kualitas dari RSPTN,” ujar Muhajir. Dr. HS. Tisnanta, Dosen Fakultas Hukum merasa langkah yang diambil untuk memanfaatkan aset yang ada, kurang efektif. Menurutnya, jika Unila akan mengalami kerugian. Hal ini karena harus membayar management cost. Ia menuturkan dalam konteks hukum terdapat istilah mekanisme BOT (Building Operating
REPORTASE khusus and Trading) atau bangun guna serah. Peluang tersebut seharusnya dapat diambil Unila untuk meningkatkan pendapatan selain dari uang UKT (Uang Kuliah Tunggal). “IPB (Institut Pertanian Bogor) punya pusat perbelanjaan dengan uang parkir yang luar biasa, bangunan tersebut diserahkan oleh investor. Pak rektor mau bikin SPBU, pertanyaan siapa yang akan mengurus? Kalau Unila mau maju harusnya kita mengembangan intangible asset, jadi eknonomi dunia itu didominasi oleh intangible asset 70%,” jelasnya. WR III Naikan Dana Kemahasiswaan Prof. Yulianto terpilih menjadi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unila Periode 2019/2023. Jika, melihat tapak karirnya di Unila, ia sudah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama periode 1997--2001 dan Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan periode 2009-2017 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila. Serta, pernah menjabat sebagai sekretaris Lembaga Pengabdian Masyarakat Unila periode 2001-2006. Salah satu program unggulannya adalah meningkatkan kualitas PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Terkait dengan hal tersebut, untuk mendapat output yang sesuai maka ia juga akan mengusulkan dana demi memfasilitasi mahasiswa-mahasiswa untuk diberi pelatihan kepenulisan. Yulianto berencana untuk meningkatakan dana mahasiswa sebesar 100% dari tahun kemarin, yang hanya sekitar 1,8% dari anggaran dana menjadi 3,6%. Ia juga mengusulkan untuk mempertahankan dana insentif mahasiswa sebagai cara untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk semakin berprestasi. “Prinsipnya begini, apa yang sudah dilakukan WR III yang kemarin, dan itu bagus harus dipertahankan dan bahkan harus ditingkatkan lagi,” ujarnya. Ia bekerjasama dengan Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan untuk melakukan renovasi Gerha Kemahasiswaan yang menjadi pusat kegiatan mahasiswa Unila. Rencananya, renovasi tersebut akan dilakukan tahun 2020. Melihat background Yulianto, M. Thoha B. Sampurna Jaya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni tahun 20002008 menanggapi hal tersebut. Ia mengatakan background merupakan hal yang penting dan akan memberikan kontribusi. Menurutnya, menangani masalah kemahasiswaan bukanlah
hal yang mudah. Seorang WR III harus bekerja selama 24 jam dalam 7 hari, karena kebanyakan kegiatan kemahasiswaan berlangsung di luar jam kerja. Oleh sebab itu, seorang WR III harus bekerja lebih ekstra. Thoha menuturkan bahwa PKM merupakan salah satu kegiatan penalaran mahasiswa. Namun, dalam kemahasiswaan itu ada bidang lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu bidang bakat dan minat serta kesejahteraan ma-
tanya ada yang didampingi dan ada juga yang tidak. Hal tersebut harus jelas dan punya standar operasionalnya,” ucap Irfan. Wakil Rektor IV Berikan Dana Insentif Untuk Dosen Prof. Suharso dipilih menjadi Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi periode 2019/2023. Sebelumnya, ia
“ Saya sudah melakukan kontemplasi meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Saya meminta petunjuk tidak hanya di tanah air, namun juga saya pergi umroh berdoa di depan Ka’bah saya minta untuk diberi teman kerja yang baik, supaya semua tujuan tercapai, ” Prof. Karomani - Rektor Unila hasiswa. “Sebenarnya boleh saja pak Yuli menyoroti PKM saja. Tapi kegiatan mahasiswa juga harus diperhatikan. Bagaimana mahasiswa bisa melakukan PKM, kalau kesejahteraan mahasiswanya tidak diperhatikan dan juga tidak diarahkan minatnya,” katanya. Riko Ardiansyah, Koordinator Forkom UKM-U (Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas) menyoroti dana kemahasiswaan yang selama ini hanya menjadi stimulan. Menurut Riko, dana yang diberikan saat ini belum bisa mensejahterakan kegiatan kemahasiswaan. “Saya selaku ketua forkom kurang lebih mengetahui bagaimana garis besar masalah yang terjadi di bidang kemahasiswaan. Dalam hal pendanaan dirasa masih kurang menurut kami sebagai pelaku UKM,” katanya. Ia juga menuturkan UKM-U masih mengharapkan adanya dana insentif untuk mahasiswa berprestasi. “Dari pihak rektorat harus mempertimbangkan masukan dari Mahasiswa. Harapannya peningkatan dana dan pengadaan dana insentif harus mendapat perhatian dari rektorat. WR III harus lebih responsif mengenai masalah kemahasiswaan,” tuturnya. Irfan Fauzi Rachman ada. “Contohnya saat mengadakan acara malam akrab minimal dosen wajib menemani tapi fak-
pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tahun 2012/2016. Ia menuturkan program di bidang SDM (Sumber Daya Manusia) adalah dengan menaikan jumlah guru besar dan jumlah publikasi jurnal terindeks scopus. Ia akan memberikan dana insentif untuk dosen yang memiliki publikasi internasional terindeks scopus. Dana insentif tersebut akan diberikan sesuai dengan kualitas jurnal, dengan rincian sebagai berikut, jurnal kualitas 1 sebesar 25 juta, kualitas 2 sebesar 20 juta, Kualitas 3 sebesar 15juta, kualitas 4 sebesar 10 juta. “Jadi untuk dosen ayo menulis kurang apa lagi. Ini bicara untuk mengangkat grade Unila tidak mungkin hanya pimpinan saja,” ujarnya. Ia telah menganggarkan perencanaan terkait RSPTN untuk mendapatkan dana dari ADB. Ia juga akan melakukan kerjasama dengan seluruh rumah sakit yang ada di Lampung. “Semua Case Program harus diselesaikan dalam waktu dekat karena poinpoin penilaian berjalan setiap tahun. Setidaknya dapat mengangkat Unila dari posisi 46 ke posisi 20-an,” ucapnya. Selanjutnya, ia akan bekerja sama untuk mendatangkan pengajar bahasa mandarin dari Tiongkok. Ia juga menambah jumlah mahasiswa asing untuk belajar dan magang di Unila.
7
Ia mengatakan sudah ada investor yang menawarkan kerjasama, salah satunya Pertamina. Namun, masih dalam pertimbangan. “Masih dikaji di mana tempatnya, master plan seperti apa, dilihat aspek lingkungannya harus banyak kajian perencanaan jangka panjang tersebut karena aset Unila banyak,” ungkapnya. Muhajir Utomo, Rektor Unila 1998/2006 menanggapi Badan Usaha Unila yang masih dikelola dari luar Unila. Ia meminta untuk tetap mengkaji margin keuntungan yang diperoleh Unila. “Unila itu masih BLU (Badan Layanan Umum) bukan BHP (Badan Hukum Pendidikan). Kalau kepengurusannya dari luar sejauh tidak bertentangan dengan undang-undang tidak masalah. Namun, harus tetap ingat koor bisnis utamanya tetap akademik,” ujarnya. Ia mengatakan Unila harus mempersiapkan fasilitas, jika ingin mendatangkan tenaga pengajar asing. Menurutnya, jika mendatangkan mahasiswa dari Eropa sulit. Sebaiknya, bekerja sama dengan Universitas yang ada di Asia. “Karena cost-nya lebih murah, juga culture-nya juga hampir sama. Kalau bisa juga mengundang peneliti asing selain kaderisasi pembaruan bersama mungkin juga bisa melakukan penelitian bersama,” jelasnya. Dr. HS. Tisnanta, dosen Fakultas Hukum Unila menuturkan property right Unila harus ditingkatkan dengan kerjasama yang baik. Jajaran pimpinan Unila harus membangun komunikasi dengan pemerintah. Menurutnya, komunikasi tersebut kurang terbangun dengan baik sampai saat ini. “Seandainya terbangun itu dari individu bukan pada institusi. Institusi jadi nomor dua dan hanya menjadi bamper,” katanya. Ia mengatakan Unila harus melakukan teknologi audit di era revolusi industri 4.0, seperti Inovasi disruptif. Kemudian, Unila harus melakukan HaKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). “Tidak cukup itu, HaKI yang dimiliki itu bagaimana komersialisinya. Jadi, kalau kita punya IP (Intelektual Properti) sertification itu diikuti dengan komersialisasinya,” tuturnya. Ia juga menuturkan Unila harus merubah inovasi menjadi saint for technology. Inovasi ini dalam bentuk layanan. Menurut Tisnanta, kerjasama Unila dengan PT (Perseroan Terbatas) lokal kurang terjalin. Dampaknya, perekrutan SDM dari Unila minim yang digunakan sebagai tenaga ahli. “Gunung madu jika mencari tenaga ahli dari luar bukan dari unila padahal satu provinsi,” pungkasnya =
8
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
INOVASI
BIG Counter, Aplikasi Penghitung Benih Ikan
B
agi para pembenih ikan, menghitung benih ikan dapat menjadi pekerjaan yang harus dilakukan secara ekstra karena membutuhkan ketelitian dan ketajaman penglihatan. Namun, kini pembenih ikan tidak perlu khawatir akan hal tersebut karena sudah ada aplikasi yang dapat menghitung benih ikan dengan praktis dan lebih efisien yang disebut BIG Counter (Penghitung Benih Ikan Gurame). Namun, tidak seperti namanya, aplikasi ini juga dapat menghitung benih ikan lain selain benih ikan gurame, seperti ikan mujair atau ikan mas. Aplikasi ini pertama kali dibuat dan dikembangkan oleh Ivan Julian (Ilmu Komputer ’15) dan diajukan dalam lomba Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bersama keempat rekannya. Ide ini muncul karena Ivan kerap kali membantu orangtuanya menghitung benih ikan secara manual. “Latar belakang dari pembuatan aplikasi ini yaitu karena saya sendiri adalah anak dari penjual benih ikan. Saya ser-
ing membantu ayah saya untuk menghitung benih ikan gurame yang telurnya sangat kecil-kecil. Saya menghitung benih ikan secara manual pakai sendok. Nah, dari situlah saya mulai berpikir bagaimana caranya benih ikan ini dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi melalui gawai,” papar Ivan, pembuat aplikasi. Untuk membuat aplikasi ini, Ivan menggunakan metode ruang warna dengan memanfaatkan HSV (Hue, Saturation, Value) yang dalam dunia komputer dapat mendeteksi warna persis seperti mata manusia. Dengan metode tersebut ia memilih warna kuning dengan setelan rentang nilai tertentu sebagai titik fokus untuk mendeteksi benih ikan. Pemilihan warna kuning tersebut disesuaikan dengan warna benih ikan yang berumur antara 1--7 hari, jika lebih dari seminggu benih ikan akan berubah warna dan akan lebih sulit untuk dideteksi. Setelah mendapatkan titik fokus, benih ikan yang terekam dalam frame tersebut kemudi-
an dilebarkan dan dipertajam dengan menggunakan teknik dilation. Namun, setelah dilakukannya dilation ini, biasanya objek benih ikan akan saling bergandeng, maka dilakukan teknik lagi yaitu erosion untuk mengikis atau memperkecil pixel. Selanjutnya, objek benih ikan tersebut dihaluskan dengan teknik smoothing dan memanfaatkan fungsi median filtering. Setelah melalui tahap smoothing tersebut, dapat ditentukan dengan jelas mana objek yang termasuk benih ikan melalui teknik contouring. Ivan menjelaskan, berdasarkan uji coba yang telah ia lakukan aplikasi tersebut dapat menghitung 1000 benih ikan dalam waktu 7 menit dengan akurasi perhitungan sebesar 98%. Sedangkan jika benih ikan tersebut dihitung manual dapat memakan waktu sekitar 25 menit untuk orang awam dan 12 menit untuk orang yang sudah terbiasa menghitung benih ikan. “Akurasi perhitungan tersebut didukung oleh kejernihan kamera dan lebar
Dampak Dihapuskannya Amdal dan IMB
Ilustrasi: Ihwana Haulan
Oleh: Annisa Diah Pertiwi
layar handphone. Kalau pakai handhone dengan kamera 16 megapixel ke atas maka aplikasi dapat mengitung sekitar 300-500 benih ikan sekali hitung,” jelasnya. Aplikasi BIG Counter ini telah menghantarkan Ivan dan keempat rekannya menduduki juara 2 dalam lomba “Teknologi Tepat Guna” yang diselenggarakan di Lampung Tengah dan juara 3
lomba “Anugrah Inovasi Dearah” Tingkat Provinsi Lampung kategori umum. Sayangnya, aplikasi ini belum dipatenkan secara resmi. Namun, Ivan sedang mengupayakan untuk mengunggah aplikasi tersebut di playstore sehingga dapat mudah digunakan dan dapat bermanfaat bagi orang lain=
Artikel Tema
Oleh: Agus Setiawan dan Tugiyono (Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Lampung)
B
aru-baru ini santer berita di media perihal akan dihapuskannya Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dikutip dari economy.okezone.com pada Jum’at, (08/11/19) Menteri Agraria dan Tata Ruang, Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah akan memangkas aturan dan lebih menguatkan pengawasannya. Hal ini karena selama ini, banyak sekali izin-izin yang membuat investor kabur dari Indonesia. Akan tetapi tidak sedikit juga yang kontra, tidak setuju, heran, atau mempertanyakan. Pertanyaan kita adalah “Apakah dampak jika Amdal dihapuskan?” Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita menyamakan persepsi. Hal ini penting karena pendapat Menteri sekalipun masih ada yang kurang pas. Di dalam perdebatan ada yang menyebut istilah izin Amdal. Izin amdal itu tidak ada, yang ada adalah Izin Lingkungan. Ada juga pernyataan pejabat bahwa Amdal adalah
terkait dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Padahal Amdal adalah amanat undang-undang, jadi merupakan amanat seluruh bangsa Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebenarnya Amdal sendiri berakhir pada Rekomendasi Kelayakan Lingkungan yang akan digunakan sebagai dasar dalam menerbitkan izin lingkungan. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha yang wajib Amdal dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha. Adapun izin usaha dan atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan atau kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, seseorang (peru-
sahaan) tidak dapat memperoleh izin usaha jika tidak memiliki izin lingkungan, dan tidak dapat memperoleh izin lingkungan jika tidak menyusun Dokumen Lingkungan (Amdal atau UKLUPL). Kembali kepada pertanyaan “Apakah dampak jika Amdal dihapuskan?” Dampaknya adalah sistem Amdal tidak akan berjalan. Amdal sebagai instrumen untuk merencanakan tindakan preventif terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin ditimbulkan dari aktivitas pembangunan. Secara administratif maka pembukaan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan baru yang menimbulkan dampak penting tidak ada. Hal ini karena pejabat pemberi izin usaha tidak dapat mengeluarkan izin usaha. Karena izin usaha baru dapat dibuat dan dikeluarkan apabila rencana tersebut telah memiliki izin lingkungan. Dengan demikian tidak akan terjadi pencemaran. Kemungkinan besar
an
iaw
Il
yang terjadi usaha-usaha atau kegiatan tersebut akan berjalan dengan tanpa izin, artinya tanpa izin lingkungan. Sehingga dengan alasan untuk meningkatkan investasi demi membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian, maka pemerintah akan mengizinkan usaha baru tersebut. Dalam kondisi tidak ada paksaan dan tidak ada
alis
si: K
ra ust
et ta S
pengawasan untuk melakukan pengelolaan lingkungan, maka kerusakan lingkungan akibat kegiatan akan semakin meningkat. Dampak selanjutnya adalah bencana antropogenik akan semakin meningkat. Kecuali ada instrument baru pengganti Amdal yang lebih baik dan dilaksanakan secara baik=
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
APRESIASI Telapak
4 Pandita
Di bawah telapak yang muda ini sudah tinggal udara Setelah tanah tak lagi ia kehendaki telah benar berhenti, Di antara daging dan alas Yang dilepaskan saudara di sebelahnya Rintihan kecil menjadikan pipinya basah segaris..
Pandita jangan lepaskan aku Aral menuju halaman masih jauh, Ingin kau selalu dihadapan Lalu aku melihat kembali kampungku
Pandita jangan lepaskan aku.. Sebelum kau tendang bokongku yang mirip kepala menuju luas objek maya, Lalu aku ada di tengahnya bersama nebula Berbentuk tanda tanya yang selalu pandita bantu untuk menjawabnya
Tangan kanannya masih menggenggam Tapak muda tadi, dingin.. Si muda wajahnya bersih Penuh semangat memandang langit-langit Tetapi lalu lagi.. Semua mendoakan si muda sembari sesekali handa taulan membisikkan kata-kata penuh ketulusan dan beberapa arti, Si mudah hanya bisa diam yang lain penuh kasih. Setelah ia usai mandi.. Si muda telah suci kembali.. Dan tak usai berapa lama lagi ia menempuh jarak sampai menjadi abadi
Sembah sujud kasihku pandita Jangan lepaskan aku
Ilustrasi: Kalista Setiawan
Pandita jangan lepaskan aku Sangkan terang tepian jalan Kau temani lalu erat pegang bahu ku..
Sisi lainnya tak sampai menetes Usai cepat usap tangan kiri..
Oleh : Ilham Wisma (Pendidikan Bahasa Perancis ’17)
9
ngekhibas 1. Katanya FISIP, tapi kok nggak ada wadah politiknya? 2. Target 1000 jurnal terindeks scopus ? Ngayal tah pak? 3. Dosen dikasih insentif? jangan lupa kembalikan insentif mahasiswa ya pak! 4. Empat rusa sambar mati ? Niat ngerawat gak sih?
Resensi Islam itu Rahmatan Lil Alamin Oleh: Andre Prasetyo Nugroho
K
Judul : Islam Kita Nggak Kemana-Mana Kok Disuruh Kembali Terbit : 2019 Hlm : xii + 219 Ukuran : 14 x 20 cm Penerbit : BukuMojok Harga : 70.000
ita sebagai umat Islam itu harus kembali. Kembali ke Islam yang kafah. Dan jalan ini kita justru bisa menyatukan persepsi. Menunjukan pada dunia luar bahwa Islam Indonesia itu kuat karena bersatu,” kata Mas Is. “Kembali ke mana, Is, maksudmu?” “Ya, kembali ke Al-Quran dan As-Sunnah dong, Gus,” jawab Mas Is lagi. “Lah, memang kita selama ini hidup harus selalu pakai itu. Kita nggak pernah dan nggak boleh kemana-mana memang,” “Lah masa nggak ke mana-mana kok disuruh kembali. Rumahku itu ya Al-Quran dan As-Sunnah. Lah ngapain aku disuruh kembali kalau aku sudah di dalam rumah? Jangan-jangan justru yang mewanti-wanti itu yang sebenarnya belum kembali?” Dalam perkara beragama pun kita selalu merasa paling benar, hanya karena dia memakai celana cingkrang, dan dahinya ada tanda
hitam kita langsung mengecap dia sebagai orang yang radikal, orang yang intoleransi. Lalu kita mengecap diri kita sebagai orang yang sudah atau bisa dikatakan die hard toleransi, dan mereka yang berbeda dengan kita harus disadarkan. Padahal tanpa disadari kita ini menjadi radikal atas nama toleransi dan keberagaman. Bikin batasan-batasan tersendiri sama mereka yang berbeda aliran dengan kita. “Nggak mau ah salat di sana, masjidnya keras, ceramahnya marah-marah. Mau solat di sana aja lebih cocok”. Kata “menyadarkan” di sini menjadi bahaya, bahwa kitalah ukuran kebenaran itu. Padahal kita pun tidak tahu kita mewakilkan kebenaran itu atau tidak. Contoh dalam esai di buku ini ”Pilihlah Surat Saat Salat Berjamaah Jangan Yang Panjang, Umat Juga Punya Urusan Lain” yang diolah dari ceramah Gus Baha, menceritakan bagaimana Fanshuri yang kepikiran kalau kompor dirumahnya masih men-
yala atau tidak. Namun, Fanshuri lebih gundah ketika Ustaz Mulayadi membawakan surat-surat panjang yang dibacakan pelan dan malah dilagukan. Tanpa berpikir panjang, Fanshuri langsung lari keluar masjid. Setelah mendengar alasan Fanshuri karena lupa mematikan kompor Ustaz Mulyadi langsung menghakimi salatnya tidak khusyuk serta membandingkan dengan khusyuknya salat Ali bin AbiThalib. “Bukan begitu, Taz. Memang betul kita harus khusyuk, tapi Gus Mut pernah menyampaikan di sela-sela ngaji Kitab Fasholatan kalau baca surat panjang itu malah nggak disarankan. Malah katanya, imam yang suka baca surat yang kepanjangan waktu salat berjamaah itu bikin orang lari dari agama,” kata Fanshuri. “Lho, kok jadi kamu yang ceramahin aku Fan? Aku ini negur kamu biar kamu intropeksi diri. Bukannya balik mendebat aku. Lagian memangnya kamu hafal hadisnya? Gimana coba aku pengen denger,” Kata Ustaz Mulyadi. Dari potongan percakapan ini sungguh sangat menyindir kepada para Imam masjid yang suka baca surat panjang-panjang saat salat berjamaah. Ingat jangan
ditelan mentah-mentah teksnya, bacaan panjang atau pendeknya surat, Imam juga harus melihat kondisi makmumnya seperti apa, membaca surat panjang saat salat berjamaah bukan berarti salah. Tapi dahulu Rasul pernah menegur sahabatnya, Muadz bin Jabal, karena ia menjadi Imam salat isya dan membaca surat panjang. Padahal makmumnya adalah petani kurma yang sudah bekerja di siang hari dan ingin segera istirahat setelah salat isya. Ahmad Khadafi membungkus cerita kehidupan beragama sehari-hari kita dengan menampilkan tokoh utamanya Gus Mut, Kyai Kholil, Fanshuri dan Mas Is. Bagaimana satire yang diberikan Ahmad Khadafi dibungkus dalam percakapan yang menggelitik pembacanya. Pembaca seakan-akan merasakan deja vu. Esai dari buku ini ditulis dengan gaya cerita yang jenaka, membuat beberapa pihak akan merasa tersindir sendiri nantinya. Terlepas dari semua penulisannya, buku ini dibanderol dengan harga yang terjangkau. Harapannya dengan membaca buku ini kita semakin rajin beribadah dan mau menerima perbedaan=
10
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
LIFE STYLE
Tradisi Memberi Kado Seminar Skripsi Oleh: Dhea Putri Utami
S
ia tetap mengusahakan memberikan kado meski terhalang keuangan. “Biasanya kalau lagi tidak ada uang, saya sokongan bersama teman untuk membeli kado. Kadang sokongan berdua atau bertiga, bisa juga saya menunda untuk memberikan kado,” ungkapnya. Hal senada juga disampaikan Wilayana (Pendidikan Sejarah’16). Ia tidak memberikan kado di setiap tahapan seminar skripsi. “Kalau saya sudah memberi bingkisan di seminar proposal nantinya di seminar hasil tidak, diganti sekedar ucapan selamat lewat media sosial atau secara langsung dan untuk memberi kado kembali di saat ujian komprehensif. Saya kasih kado kompre juga buat rekan terdekat saja,” ujarnya. Bagi mahasiswa yang menerima kado seminar skripsi merasa bahagia. Menurut Ardian Fahri (Pendidikan Sejarah’16) kado yang diterimanya dari teman menjadi bentuk ucapan selamat. “Senang pasti itu, soalnya ketika jadi mahasiswa baru, saya melihat senior juga melakukan hal yang sama. Tidak semua memberi kado, karena terkadang mereka ada kuliah dan tidak menghadiri seminar. Saya ikhlas memberi kadonya, tidak mengharapkan kadonya kembali. Setidaknya apa yang saya beri
bisa bermanfaat bagi teman saya,” katanya. Hal senada juga dirasakan Noferda Olia Sari (Pendidikan Bahasa Prancis’16). Menurutnya, pemberian kado menjadi bentuk apresiasi pencapaian yang telah diraih. Kado yang diterimanya bisa memotivasi untuk mengerjakan skripsi. “Mereka kasih kado jadi kita harus kasih juga, seperti punya hutang. Walaupun mereka tidak menganggap begitu. Apalagi teman tidak semua anak rumahan, beberapa ada yang tinggal di indekos. Mereka rela mengurangi jatah duit yang mereka punya,” tuturnya. Lain halnya dengan Rizki Arisandi (Kedokteran’16). Ia beranggapan memberi kado dalam momen apapun bukan bagian dari tradisi keluarganya. Menurutnya hal yang lebih penting adalah dukungan yang diterima saat menjalani prosesnya. “Saya bukan orang yang terlalu mementingkan kado. Memberi kado ke teman bukan seperti menjadikan mereka kayak punya hutang ke kita. Kalo ikhlas ngasih ya kasih aja, jangan harap kembali,” ujarnya. Melihat tradisi ini, Shinta Mayasari (Psikolog) menjelaskan memberi hadiah merupakan sebuah tradisi yang ada di belahan dunia manapun. Tradisi ini merupakan
Buka Jalur Baru untuk Memudahkan Pendaki
Ilustrasi: Dhea Putri Utami
eseorang mahasiswa menyunggingkan senyum bahagia saat berfoto dengan bunga dan kado yang berjejer pasca-seminar skripsinya. Kemudian, status media sosial yang dibanjiri ucapan selamat dan foto kado seminar skripsi. Pemandangan ini sudah tidak asing dijumpai pada mahasiswa yang telah melalui seminar skripsi. Kebiasaan memberi kado saat seminar skripsi sudah menjadi tradisi di kalangan mahasiswa saat ini. Menurut Amelia Yuni Saputri, (Pendidikan Fisika’16) memberi kado bertujuan untuk ucapan selamat karena telah berhasil melalui rintangan menuju wisuda. “Kado ya sebagai bentuk apresiasi terhadap seminar teman. Kadonya juga bisa jadi kenang-kenangan dan meramaikan saat foto,” tuturnya. Memberi kado saat seminar skripsi biasanya tidak selalu diberikan rutin pada setiap tahap seminar, melainkan disalah satu tahap saja. Mahasiswa memberikan bingkisan karena membalas pemberian hadiah yang pernah diterimanya. Sedangkan untuk membeli kado tersebut mahasiswa yang akan menghadiri seminar harus merogoh kocek kisaran 30 ribu rupiah sampai 80 ribu rupiah. Menurut mahasiswa FKIP ini,
simbol bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dari sudut pandang pemberi, ini merupakan bentuk ekspresi dari perasaannya untuk menunjukkan sebuah tujuan, misalnya ekspresi sayang, cinta, terimakasih, penghargaan dan lain-lain. Sementara dari sudut pandang penerima umumnya akan menunjukkan ekspresi emosi bahagia saat menerima sesuatu. Bagi kedua belah pihak terjadinya proses memberi dan menerima akan membentuk sebuah koneksi, relasi dan resiprocal altruism. Ia memaparkan manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain. Proses meniru terjadi secara bertahap.
Proses ini diawali dengan adanya kedekatan terhadap kontak. Kemudian, meniru terhadap pihak yang lebih superior. Selanjutnya, manusia memahami konsep perilaku yang ditiru, dan meniru perilaku model peran. “Karena mahasiswa yang meniru perilaku senior sebelumnya sebagai model peran maka tradisi ini terjadi turun temurun,” paparnya. Menurut Shinta manusia dapat meniru perilaku orang lain. Namun, perlu diingat juga bahwa manusia memiliki fungsi kognitif untuk memilih dan memilah perilaku yang akan ditiru. Sebab tradisi memberi kado hanya sebuah gaya hidup yang bisa diikuti atau tidak=
Zona Aktivis
Oleh: Ihwana Haulan
T
tan perlombaan yang besar, yang pertama di tahun 2001--2008. Lalu, kegiatan itu hilang karena ada beberapa faktor. Setelah itu di tahun 2018, kami mulai merintis kegiatan di jalur ini lagi, karena jalur ini merupakan jalur lomba Kibar, yaitu Kebut Gunung Pesagi Lampung Barat yang selalu rutin dilakukan dari tahun 2001 pada bulan Desember,” jelasnya Pembukaan jalur pendakian pertama dilakukan pada tanggal 24-27 Desember 2019. Kemudian, Gumpalan membuka jalur dari bawah Way Pematu menuju Puncak Pesagi pada 27--30 Desember 2019. Selanjutnya, Pendakian terakhir dilakukan untuk pemasangan patok dan penitikan GPS (Global Positioning System) pada 05--07 Januari 2020. “Jadi nanti jalurnya langsung dipetakan. Insya Allah kalau jalur itu dipastikan
safety maka bisa dilalui oleh pendaki-pendaki lainnya,” ungkap Heksa. Pembukaan jalur pendakian ini, diikuti oleh delapan belas anggota UKM-F Gumpalan yang terdiri dari tujuh orang anggota Gumpalan angkatan XXV, delapan orang dari pengurus, dan tiga orang lainnya dari senior. Tujuan pembukaan jalur baru pendakian ini, untuk mempermudah para pendaki menikmati keindahan atap Lampung. Menurut Heksa, mereka mendapatkan antusias yang baik dari mahasiswa Fakultas Pertanian. “Kendala organisasi kami tidak ada, karena tidak ada rumus kalah dalam Gumpalan Unila,” tuturnya. Tidak hanya pembukaan jalur pendakian, UKM-F Gumpalan juga memiliki kegiatan-kegiatan
Foto: Dok.
ubuh yang mengigil karena diguyur hujan, berulang kali kaki tergelincir di jalan yang licin. Ditambah harus meraba jalan dengan jarak pandang yang minim. Serta cuaca ekstrem yang kerap berubah-ubah, menjadi kenangan Heksa Kusumawardhana (Ilmu Perikanan dan Kelautan ’17). Saat ia menceritakan kembali hambatan yang harus dilalui Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Gabungan Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Pertanian (Gumpalan) Universitas Lampung (Unila) membuka jalur baru pendakian di Gunung Pesagi, Lampung Barat. Ketua Umum Gumpalan ini mengatakan pembukaan jalur pendakian ini dilakukan untuk meneruskan kegiatan tahunan yang sebelumnya pernah terhenti. “Gumpalan ini punya suatu kegia-
yang rutin dilakukan setiap tahunnya seperti ekspedisi, Rock Climbing (RC), bakti sosial, dan juga kajian rohani islam. Saat ini Gumpalan memiliki empat divisi diantaranya Divisi Pengkaderan, Divisi Rencana dan Pengembangan Organisasi serta Divisi Humas. UKM-F Gumpalan melaksanakan Pendidikan Dasar untuk anggota
muda sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Gumpalan FP Unila. Sedangkan untuk menjadi anggota penuh, mereka harus melakukan pendakian bersama dengan ketinggian 6000 Mdpl. Kemudian, menulis karya tulis yang diunggah di Media Nasional. Serta, melakukan susur sungai, susur goa dan panjat tebing=
No. 159 XX Bulanan Edisi Maret 2020
Ekspresi
POJOK PKM
11
Berkah
Cireng Salju Oleh: Yesi Sarika
“Namanya sudah mahasiswa ya harus mandiri masa masih minta uang ke orangtua, jangan harus lulus kuliah dulu baru kerja dan bisa mandiri selagi kuliah itulah kita mulai menanamkan kemandirian kita dari sedini mungkin”
C
ireng begitulah panggilan Sara Mariska Putri (Teknik Elektro ’16) oleh teman-temannya di kampus. Hal ini bukan tanpa sebab, kesuksesan usaha cireng yang sedang digelutinya mengatarkan Sara pada panggilan tersebut. Bermula pada awal tahun 2018, Sara terdesak perekonomian keluarga yang sedang turun. Sehingga, ia harus memutar otak agar dapat membantu meringankan beban orangtua dalam memenuhi keperluan biaya hidupnya. Ia mendapatkan jalan keluar yang datang dari hobinya membuat cireng untuk dimakan sendiri. Lalu, ia berpikir untuk menjual cirengnya di kampus. Sara memulai bisnisnya dengan modal 12 ribu rupiah. Ia menitipkan 25 cireng di Koperasi Teknik Elektro Universitas Lampung, di luar dugaan cirengnya ludes dalam waktu satu jam saja. Ia berhasil mendapatkan keuntungan awal sebesar 12 ribu 5 ratus rupiah. Peluang ini tidak ia sia-siakan, tanpa ragu Sara terus menambah jumlah produksi cirengnya. Sesuai perkiraan, cirengnya laris terjual. Sara melihat peluang besar ini untuk terus membangun bisnis cirengnya. Sara mulai memproduksi cireng mentahan yang belum digoreng dalam kemasan plastik dengan merek “Cireng Salju” karena warnanya yang putih bak salju. Saat itu juga ia mulai memasarkan dagangannya melalui media sosial.
Foto: Dok.
“Saat itu masih dikemas pakai plastik setengah kiloan. Saya kasih merek sendiri dengan ngeprint pake kertas sendiri. Terus saya tempel dikemasannya,” tuturnya. Cireng salju milik Sara ini berhasil membawanya mendapatkan hibah dana sebesar 3 juta 5 ratus ribu rupiah dari kompetisi Program Wirausaha Mahasiswa. Ia memboyong tiga inovasi varian rasa cireng salju yaitu original, ubi ungu dan wortel. Sara tidak berhenti sampai situ saja, ia kembali mencari modal usaha dengan mengikuti perlombaan. Ia mengikuti Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) yang rutin diadakan Dikti sejak tahun 2017. Usahanya kembali membuahkan hasil, ia berhasil mengantongi dana sebesar 15 juta rupiah. Modal tersebut dimanfaatkan oleh perempuan kelahiran Kotabumi ini untuk mengembangkan usaha cireng saljunya. Saat ini ia telah mengembangkan cirengnya menjadi cireng basah dan cireng chips. “Saya buat cirengnya menjadi garing seperti keripik karena cireng basah memiliki banyak kendala. Mulai dari daya tahan yang singkat dan tidak bisa selalu tersedia. Apalagi cireng basah harus punya gudang produksi dan gudang penyimpanan,” tuturnya. Ia terus melebarkan sayap usahanya dengan cireng chips ini. Kini cireng chips mempunyai varian rasa original, ubi ungu, wortel, bayam merah, dan bayam hijau. Usaha cireng salju ini tidak hanya dijual di Bandarlampung. Namun sudah memiliki distributor dan pengecer di Jambi, Bekasi, Palembang, Bogor, dan Jakarta. Kini omset yang dikantongi Sara setiap bulannya mencapai 12 juta rupiah dari cireng basah dan 8 juta rupiah dari cireng chips. “Enaknya jadi
pengusaha karena waktu luang untuk keluarga banyak dan pendapatan itu benar-benar milik sendiri mau dapat uang ya kerjakan kalau tidak mau ya tidak usah kerja,” katanya. Selain itu, cireng salju ini masih memberikan prestasi untuk Sara diantaranya lolos seleksi KMI (Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia) Expo di Batam, Juara 1 terbaik lomba IEA Inovation Enterpereneurship Award 2019 ketegori mahasiswa, juara terbaik kategori putri dalam event Unila Preneur dengan tema “Menjadi Wirausaha Muda yang Kreaif, Inovatif, dan Inspiratif 2019”. Bukan perkara yang mudah untuk Perempuan kelahiran 98 ini mencapai kesusksesan di usia muda. Saat ia merintis bisnis cireng saljunya ini bertabrakan dengan lomba robotik yang ingin ia ikuti juga. Saat itu, malam harinya Sara harus membuat cireng dan pagi harinya harus menggoreng cireng. Ia pernah jatuh sakit akibat kurang istirahat. Apalagi ia harus melayani komplain-komplain dari pelanggan yang pesanan cirengnya tidak sesuai. “Untuk saat ini saya sudah 2 kali ganti tim untuk lomba dan tim produksi. Memang terkadang sangat sulit untuk menyatukan pemikiran-pemikiran dengan orang lain,” ujarnya. Bagi Sara berwirausaha merupakan kebutuhan. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Sara sudah memiliki hobi berjualan. Ia sudah berjualan alat kosmetik dan perawatan kulit. Menurutnya ketika seseorang ingin berwirausaha lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi dan mendukung. “Karena saya tergabung dalam komunitas-komunitas. Kemudian, saya punya teman yang juga berwirausaha, jadi ikut termotivasi,” ujarnya. Sara mengatakan semua orang itu bisa berpotensi untuk berwirausaha tergantung keinginan. Kalau ingin menjadi wirausaha itu tidak boleh gengsi. “Namanya sudah mahasiswa ya harus mandiri masa masih minta uang ke orangtua, jangan harus lulus kuliah dulu baru kerja dan bisa mandiri selagi kuliah itulah kita mulai menanamkan kemandirian kita dari sedini mungkin,’’ ujarnya=
Chairul Rahman Arif Pemimpin Umum
Belum Merdeka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan baru bagi perguruan tinggi yang diberi nama “Kampus Merdeka”. Kebijakan baru Mendikbud, Nadiem Makarim ini tidak lepas dari pro-kontra masyarakat dan pemerhati pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya kolom opini yang ditulis di media massa menyikapi kebijakan anyar tersebut. Hal mendasar yang menjadi permasalahan perguruan tinggi di Indonesia bukan hanya berada pada proses pembelajar-annya, tetapi lebih kepada rendahnya kemauan mahasiswa untuk mendapatkan pembelajaran itu sendiri. Hal ini perlu didorong dengan sistem yang dapat menunjang keaktifan mahasiswa mencari sendiri ilmu di luar kelas, salah satunya dengan peningkatan kegiatan kemahasiswaan. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola masalah dapat ditempa di kegiatan kemahasiswaan. Harapan dari kemampuan mengelola masalah tersebut dapat berguna ketika mahasiswa diterpa suatu permasalahan. Seorang yang biasa menangani masalah cenderung lebih siap memikirkan sebuah solusi. Karena harapannya kampus tidak hanya mencetak pekerja, namun juga mencetak pemikir-pemikir yang dapat menjadi solusi bagi diri sendiri di masa yang akan datang. Dalam kebijakan teranyar tersebut, Mendikbud justru tidak menyentuh tentang kegiatan kemahasiswaan yang dalam sejarahnya terbukti memiliki korelasi antara keberhasilan mahasiswa dalam memecahkan permasalahannya sendiri. Selain itu, kebijakan magang selama dua semeter dianggap pro terhadap kapitalisme. Di negara ini, magang bisa dianggap sebagai pekerja yang dapat dibayar murah bahkan gratis oleh perusahaan, padahal memiliki beban kerja yang sama dengan karyawan lain. Mahasiswa sebaiknya di beri ruang sesuai minatnya, karena tiap mahasiswa memiliki sisi unik masing-masing. Keberanian untuk berpikir kritis mahasiswa juga perlu diasah, bukan hanya sekadar hapalan semata. Mahasiswa sebagai orang dewasa sebaiknya diperlakuan sebagaimana mestinya orang dewasa, bebas memilih apa yang menjadi kehendaknya bukan melulu dituntun. Kebijakan “Kampus Merdeka” bisa jadi langkah yang baik untuk membenahi iklim perguruan tinggi. Namun, bukan merupakan solusi terbaik jika dilihat dari akar permasalahannya yaitu membiasakan mahasiswa untuk berpikir dari banyak sudut pandang. Dari banyaknya sudut pandang itu diharapkan muncul diskusi yang memicu pemikiran-pemikiran baru untuk menjadi awal dari terciptanya sebuah sistem. Mahasiswa harusnya menciptakan sistem dengan terus melakukan pembenahan, bukannya larut dalam sistem yang sudah ada. Maka, Indonesia butuh pemikir. Kampus sebagai lembaga penyedia pendidikan hendaknya menciptakan pemikir agar lulusannya dapat menjadi solusi bagi negara dengan mendorong kegiatan pembelajaran yang relevan= Tetap Berpikir Merdeka!