MEI
No. 153 Tahun XVIII Bulanan www.teknokra.com teknokraunila Teknokra Unila Teknokra Unila Unila
Inovasi hal.8
Life style hal.10
Komunitas hal. 8
Tiga sekawan mahasiswa Universitas Lampung kembangkan alat penangkap ikan yang diklaim mampu meningkatkan hasil tangkap ikan sebanyak 2-3 kali lipat.
Mengkonsumsi makanan pedas pada malam hari tak hanya memicu diare namun juga bisa jadi penyebab insomnia.
Intuisi yang kuat dapat menghasilkan desain tulisan yang menarik ketika diterapkan di media tulis baik kertas maupun dinding.
Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas
BERLAGA MINIM DANA Oleh: Fahimah Andini, Alfanny Pratama Fauzy
Unila. Sebutlah UKM Tapak Suci yang memborong 5 emas dan 3 perunggu di Kejuaraan Nasional Lampung Championship, 30-31 Maret 2018. Tak tanggung-tanggung, event Internasional juga dimenangkan Kuni Kasyifa (Penjaskesrek ’15) atlet tunggal taekwondo yang mengantongi mendali perak pada kejuaran The 1’st Paku Alam Cup International Taekwondo Championship 2017 di Yogyakarta. Membawa pulang mendali dan mengharumkan nama Unila nampaknya belum cukup menggugah keyakinan Prof.Karomani untuk memprioritaskan kejurnas cabang olahraga. Padahal, kejurnas bisa dijadikan langkah keseriusan Unila untuk mengejar prestasi Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) yang merupakan program Dikti pula. Lomba Non Dikti Dianaktirikan Melenggang ke arena kompetisi bukanlah per kara mudah bagi atlet Unila. Atlet P ersaudaran Setia Hati Terate(PSHT) , Risa Maymarwati Hasibuan (Manajemen’16) menceritakan pengalamanya saat bertanding dalam ajang The 4th Sebelas Maret Internasional Pencak Silat PSHT Championship di Solo tahun 2018. Dalam ajang ini, Risa dan keempat kawannya harus meroggoh kocek Rp1 juta perorang untuk bisa berangkat. Dengan dana Rp4 juta tersebut, Ia harus pandai-pandai memba ginya. “Uangnya cuma cukup untuk transpor dan biaya pendaftaran saja. Sedangkan untuk penginapan, menumpang di rumah salah satu saudara,” ujarnya. Risa juga harus berhemat untuk makan, “Siang makan di rumah saudara, kalau malam pakai duit sendiri,” ingatnya. Sekitar tiga minggu sebelum keberangkatan, Risa sudah mengajukan proposal pengajuan dana ke rektorat. Kala itu,
Ilustrasi : Charul Rahman Arif
Ambisi Top Ten University di tahun 2025 membuat Unila sibuk melakukan penataaan di setiap bidang. Terlihat dari pembangunan di beberapa gedung dan parkiran terpadu. Peningkatan prestasi kemahasiswaan pun turut dikejar, terutama untuk perlombaan berlis Dikti. Ada dua kategori penyelenggara kompetisi, diselenggarakan oleh Kementrian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi (Kemeristek Dikti) dan non Dikti ya itu yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa) tahun 2018 dari Risetdikti, proses penilaian meliputi empat aspek. Keempat aspek tersebut yaitu institusi (15%), kegiatan non lomba (5%), prestasi kegiatan kokurikuler (ko) dan ekstrakurikuler mandiri (30%), dan prestasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler Belmawa (50%). Perbedaan 20 % penilaian lomba berlis Dikti dengan non Dikti ini menjadi dasar Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof.Karomani lebih fokus mengejar skor yang diadakan Dikti. Ia me ngatakan skor berlis Dikti akan mempercepat kenaikan skor Unila yang kini hanya sebesar 0,27. Hal itu membuat beberapa perlombaan non Dikti jadi dikesampingkan. Terbukti dengan pernyataan Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan , Rohana Sari yang mengatakan, tahun 2018 dana untuk kejuaraan nasional tidak dianggarkan. Hal ini dibenarkan oleh Prof.karomani, di ruang kerjanya Jumat, 13 April 2018. Kecewa. Satu kata yang terlontar dari mahasiswa yang kerap bertarung pada kejuaraan nonDikti. Sebagian besar mereka adalah yang menggiati cabang olahraga. Kejuaran nasional (Kejurnas) kurang dianggap sebagai prioritas. Padahal, banyak prestasi olahraga yang dito rehkan oleh mahasiswa
Ia mengajukan Rp10 juta namun, hanya di cairkan Rp 750 ribu. Sama halnya dengan Kuni Kasyifa meskipun tidak mengikuti UKM, Kuni tetap membawa nama Unila. “Karena saya lomba bawa nama Unila, seharusnya Unila bisa bantu saya, makanya minta bantuan dana,” ujarnya. Mendekati hari kejuaraan, dana bantuan pun tak kunjung cair. Akhirnya Ia harus memakai dana pribadinya untuk me-
menuhi seluruh biaya akomodasi selama di Yogyakarta. Setelah pulang membawa oleh-oleh medali perak. Dirinya mendapat janji dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Supriyadi bahawa biaya akomodasi yang diajukan sebesar Rp2 juta akan dikembalikan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada kejelasan kapan dananya akan dikembalikan. Barulah di kejuaraan nasional (kejurnas) Kapolres Kabupaten
Semarang 2018 biaya akomodasi selama kejuaraan ditanggung pihak dekanat FKIP. “Bayarannya sebelum berangkat dikasih satu juta, setelah pulang dari lomba baru dikasih satu juta lagi,” ungkapnya. Pada kejuaraan nasional ini Kuni berhasil meraih juara 1 kate gori kyorugi 53 kg senior putri dan mendapat penghargaan sebagai atlet terbaik s enior putri.
Bersambung ke- hal 7 ...