Vol. 6, Edisi 1, Aksesoris Tradisional Daerah

Page 1

TENAMAGAZINE V O L . 6

E D I S I

N O . 0 1

2 8

M E I

2 0 2 2

AGHNINY HAQUE DENGAN BUSANA TARI GANDRUNG DAN AKSESORIS "OMPROK" DI FILM KKN DESA PENARI

Belakangan ini warganet heboh dengan rilisnya film KKN di Desa Penari yang ditunggu-tunggu hampir dua tahun lamanya.

PERNAK-PERNIK PAES AGENG YOGYAKARTA YANG PENUH FILOSOFI

AKSESORIS ANYAMAN

Paes Ageng Yogyakarta merupakan warisan budaya yang mencakup tatanan aksesoris, mulai dari atas kepala sampai kaki.

MANIK-MANIK KHAS SUKU DAYAK

Salah satu aksesoris yang melegenda yaitu aksesoris manik-manik dari Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan.

FILOSOFI BLANGKON YANG JARANG ORANG KETAHUI

Blangkon merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain batik, digunakan oleh laki-laki sebagai salah satu pelengkap busana jawa.


DOSEN PEMBIMBING

PIMPINAN REDAKSI M. ADAM JERUSALEM, PH.D. NIP : 197803122002121001

REDAKTUR MARINA DWI ASTUTI NIM.19513241022

PIMPINAN PRODUKSI AULIA KHAIRUNISAK NIM.19513241001

EDITOR VIA HUSNA M 19513241040

CAHYATI GITA SAPUTRI 19513241025 TENA MAGAZINE | HALAMAN 2


TENA MAGAZINE | HALAMAN 3


Daftar Isi 06

AGHNINY HAQUE DENGAN BUSANA TARI GANDRUNG DAN AKSESORIS “OMPROK” DI FILM KKN DESA PENARI

11

FILOSOFI BLANGKON YANG JARANG ORANG KETAHUI

16

PERNAK-PERNIK PAES AGENG YOGYAKARTA YANG PENUH FILOSOFI

24

TAMPIL MANGLINGI SAAT AKAD!!! TAK SEDIKIT PUBLIK FIGUR GUNAKAN AKSESORIS GAYA SOLO PUTRI

31

DIBALIK MAKNA AKSESORIS TARI BEDHAYA

35

AKSESORIS MODERN DENGAN CIRI KHAS AKSARA JAWA DARI HENJU BY GRACY YANG MENDUNIA

TENA MAGAZINE | HALAMAN 4


40

CANTIK SAAT AKAD, LITA GUNAKAN SIGER SUNDA

48

KEUNIKAN BUSANA DAN AKSESORIS BREGADA 85 KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

57

64

68

GELUNGAN AGUNG!!! MAHKOTA PAYAS AGUNG BALI

80

MAKNA DIBALIK SIGER PEPADUN YANG DIKENAKAN NIKITA WILLY PADA FOTO PREWEDDINGNYA

94

PYO JEWELRY AKSESORIS TRADISIONAL YANG TRENDY

98

AKSESORIS PALEMBANG YANG DIKENAKAN OLEH RIA RICIS PADA PROSESI AKAD PERNIKAHANNYA

TELINGAAN ARUU AKSESORIS TRADISI DAYAK YANG HAMPIR PUNAH

SORTALI!!! KENTAL DENGAN ADAT BATAK

77

AKSESORIS ANYAMAN MANIK-MANIK KHAS SUKU DAYAK

AKSESORIS TRADISIONAL KALUNG MUTI SALAK (ANAHIDA) KHAS SUMBA NUSA TENGGARA TIMUR

89

MELIHAT LEBIH JAUH MENGENAI KOLEKSI TERBARU TULOLA JEWELRY

72

GELANG SIMPAI KHAS SUKU DAYAK YANG DIBUAT LANGSUNG DITANGAN PEMAKAI

1 0 1 MENGENAL PAKAIAN DAN

AKSESORIS TRADISIONAL PENGANTIN SUMATERA UTARA

TENA MAGAZINE | HALAMAN 5


AGHNINY HAQUE DENGAN

BUSANA TARI GANDRUNG DAN AKSESORIS “OMPROK” DI FILM KKN DESA PENARI OLEH VIA HUSNA MUDHIAH

Belakangan ini warganet heboh dengan rilisnya film KKN di Desa Penari yang ditunggu-tunggu hampir dua tahun lamanya. Film yang diangkat dari tread twitter yang sempat viral dari akun SimpleMan kini menjadi pencetak rekor film horror Indonesia terlaris sepanjang sejarah. Hanya dengan 12 kali penayangan film ini bisa tembus lebih dari 4 juta penonton sejak rilis pada tanggal 30 April 2022 lalu.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 6


Viralnya film ini juga membuat para aktor ikut meroket namanya. Salah satunya Aghniny Haque yang berperan sebagai Ayu. Ayu dikisahkan menjadi salah satu mahasiswa yang KKN di suatu desa yang disebut Desa Penari. Terdapat scene dimana Ayu dijadikan tawanan atau dawuh oleh Bandarawuhi sang penjaga hutan di desa tersebut. Scene Ayu yang menjelma menjadi dawuh, kini sangat viral di media sosial. Pasalnya scene tersebut dibuat nuansa tegang, sedih, dan seram tetapi para netter justru salah fokus dengan potret Ayu yang tampil begitu cantik.

Aghniny banjir pujian dengan tampilan dan kemampuan aktingnya di film tersebut. Mantan atlet taekwondo ini menggunakan busana penari yang membuat badan kekarnya terekspos. Banyak yang menyebutkan bahwa tarian itu adalah Tari Gandrung asal Banyuwangi. TENA MAGAZINE 7 EKSPEDISI | HALAMAN 2


Bicara soal Tari Gandrung, konon tarian ini digunakan untuk menghibur pekerja di jaman VOC, kala itu Belanda melakukan kerja paksa terhadap penduduk sekitar untuk menanam kopi, penari tersebut disebut Gandrung. Adapun tujuan lain dari tarian tersebut yaitu untuk menghibur penunggu hutan (makhluk gaib) di hutan Gumintir. Aksesoris dan busana yang dikenakan oleh sosok Ayu pada Tari Gandrung juga menjadi sorotan terutama bagi penduduk Banyuwangi. Hal tersebut bisa dijadikan apresiasi oleh penduduk Banyuwangi karena sekaligus mengenalkan budaya kostum dan tarinya ke masyarakat luas. Salah satu aksesoris yang paling menonjol pada kostum Tari Gandrung yaitu seperti mahkota yang dibuat dari kulit kerbau yang disebut “Omprok”. Omprok asli sebenarnya berbentuk seperti

penutup kepala yang dibuat dari kulit kerbau yang disamak dan terdapat ornamen yang berbentuk Anthasena yaitu makhluk yang berkepala manusia dan berbadan ular. Fungsi omprok ini juga untuk menahan rambut agar tidak terurai, jadi rambut penari tidak tergerai. Meskipun berbeda antara omprok dengan mahkota yang digunakan pemeran Ayu, tetapi busana yang dikenakan tetap serupa dengan aslinya dengan potongan lengan dan bagian leher yang terbuka, utaian kain di bagian dada dan garis hiasan pita di bagian pinggirnya tetap menonjolkan kostum khas Tari Gandrung. Penari dengan kostum omprok yang asli juga tidak kalah cantik. Tarian Gandrung yang lihai dengan gerakan kepala yang atraktif, dinamis dan penuh estetika membuat penari gandrung memiliki daya tariknya sendiri. Omprok sendiri memiliki makna yang mendalam baik dari segi estetis, simbolis, etis, serta filosofis.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 8


KORPMO Omprok sendiri sebenarnya berbentuk seperti penutup kepala yang dibuat dari kulit kerbau yang disamak dan terdapat ornamen yang berbentuk Anthasena yaitu makhluk yang berkepala manusia dan berbadan ular. Fungsi omprok ini juga untuk menahan rambut agar tidak terurai, jadi rambut penari tidak tergerai. Meskipun berbeda antara omprok dengan mahkota yang digunakan pemeran Ayu, tetapi busana yang dikenakan tetap serupa dengan aslinya dengan potongan lengan dan bagian leher yang terbuka, utaian kain di bagian dada dan garis hiasan pita di bagian pinggirnya tetap menonjolkan kostum khas Tari Gandrung. Penari dengan kostum omprok yang asli juga tidak kalah cantik. Tarian Gandrung yang lihai dengan gerakan kepala yang atraktif, dinamis dan penuh estetika membuat penari gandrung memiliki daya tariknya sendiri. Omprok sendiri

memiliki makna yang mendalam baik dari segi estetis, simbolis, etis, serta filosofis. Ornamen “pilis” lengkungan di atas alis menutupi dahi dan rambut berwarna perak atau keemasan memiliki makna ungkapan ekspresi dari tata budaya yang berisikan norma-norma seperti adat, religi, etika, tata karma, hukum dan kesusilaan yang ada pada masyarakat. Ornamen wayang berkepala Gatotkaca dan berbadan ular naga memiliki arti ksatria, penguasa atau manusia yang memihak kebaikan, dan juga symbol kepemimpinan yang bersifat andhap asor yaitu tanpa pilih kasih. Ornamen hias sungging omprok adalah Gajah Oling dan Kakung Ketingkes yang berarti mengajak selalu rukun terhadap sesama, mengingat tuhan, ingat roda kehidupan atau Cokro manggilingan ada siang dan malam, ada baik dan buruk, ada TENA MAGAZINE | HALAMAN 9 jaya dan apes.


Di bagian atas pilis terdapat Gunungan atau Meru yang merujuk pada Tri Hita Karana dalam agama Hindu, atau sejalan dengan hablumminallah, hablumminannas, dan hablumminalalam dalam agama Islam. Artinya harmonisasi kehidupan antara manusia dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan alam sekitar.

Kembang goyang yang ada di bagian atas omprok dan hiasan juntaian manikmanik melingkar pada bagian bawah omprok terlihat cantik bermakna jadilah manusia yang selalu ramah, mudah beradaptasi, dan selalu bermanfaat bagi makhluk lain, cerdas, lembut, bersih hatinya, dan selalu tampil menarik. Oleh karena itu makna tarian Gandrung ialah jatuh cinta yang mendalam. Unik dan penuh makna sekali ya, kostum Tari Gandrung baik versi Ayu dalam Film KKN Desa Penari ataupun penari Aslinya sama-sama cantik dan memukau. Meskipun berbeda tetapi makna yang disampaikan dari tarian Gandrung tetap sama. TENA MAGAZINE | HALAMAN 10


FILOSOFI BLANGKON YANG JARANG ORANG KETAHUI

Blangkon merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain batik, digunakan oleh laki-laki sebagai salah satu pelengkap busana jawa. blangkon berasal dari kata “blangko” yang artinya sia pakai, zaman dahulu bernama “ikat”. Pada masa kerajaan Sultan Agung pemakaiannya manual dan rumit, namun setelah Sultan Agung meninggal banyak jenis-jenis blangkon yang tercipta dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Solo, Pasundan, Jawa Timur, dll. setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Blangkon berbentuk siap pakai yang terbentuk dari kain batik (ikat).

Oleh Aulia Khairunnisak TENA MAGAZINE | HALAMAN 11


Pada kesempatan kali ini kita khusus membahas blangkon gaya Yogyakarta. Yogyakarta memiliki 3 jenis blangkon yang mempunyai sejarah tersendiri, diantaranya Blangkon Mangkubumen, Blangkon Kapingwolan, dan Blangkon Senopaten. Blangkon Mankubumen adalah blangkon yang digunakan oleh Pangeran Mangkubumi ketika berjihad melawan penjajah Belanda. Blangkon Kapingwolan adalah blangkon yang biasa digunakan oleh abdi dalam Keraton Yogyakarta. Sedangkan Blangkon Senopaten dahulu digunakan oleh para senopati kerajaan, perbedaannya terletak di segitiga pada bagian muka.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 12


1. Wiron Wiron adalah bagian blangkon yang melilit mengelilingi agar tetap kencang dan tidak lepas, wiron ini tersusun atas kain yang dilipat-lipat (lipit) kemudian direkatkan dengan benang atau lem. Wiron ini terdiri atas dua sisi kain, kain kanan dan kain kiri. Salah satu kain ini menimpa kain yang satunya, sehingga hanya satu kain yang paling terlihat dari depan. Biasanya kain yang berasal dari lajur kiri menimpa kain yang berasal dari lajur kananJumlah plepetan bagian depan harus sama antara kanan dan kiri, yaitu 17. 17 tersebut melambangkan jumlah rakaat solat 1 hari 1 malam. Orang yang mengenakan blangkon diharapkan mampu menunaikan ibadah solatnya dalam sehari semalam, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’.

2. Kuncung Kuncung blangkon / adalah bagian blangkon yang terletak di depan menonjol seperti lidah yang berada dibawah wiron atau juga ada yang berada di atas wiron. Bentuk dari kuncung ini biasanya menyerupai wajik atau persegi empat

TENA MAGAZINE | HALAMAN 13


3. Mondolan Melihat dari sejarah orang zaman dahulu memiliki rambut yang panjang, mondolan ini merupakan ikat dari rambut. Blangkon sekarang sudah modifikasi, sudah ditambahi agar tetap mempunyai mondolan walaupun rambutnya tidak panjang. Mempunyai makna

4. Ikat Melambangkan dua kalimat syahadat/syahadat tauhid “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah". Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah

TENA MAGAZINE | HALAMAN 14


5. Tengahan Tengahan adalah bagian blangkon yang paling tipis yang menyatukan antara wiron bagian kanan dan kiri blangkon, juga menyatukan antara bagian depan dan mondolan blangkon. Tengahan terletak diatas rambut pengguna blangkon. tengahan ini yang memisahkan antara kepala dengan blangkon

6. Kepet Tengahan adalah bagian blangkon yang paling tipis yang menyatukan antara wiron bagian kanan dan kiri blangkon, juga menyatukan antara bagian depan dan mondolan blangkon. Tengahan terletak diatas rambut pengguna blangkon. tengahan ini yang memisahkan antara kepala dengan blangkon

TENA MAGAZINE | HALAMAN 15


PERNAK PERNIK PAES AGENG YOGYAKARTA YANG PENUH FILOSOFI Oleh Marina Dwi Astuti

Paes Ageng Yogyakarta merupakan warisan budaya yang mencakup tatanan aksesoris, mulai dari atas kepala sampai kaki. Paes ageng yogyakarta sendiri merupakan riasan adat tradisional Yogyakarta yang perlu dilestarikan keberadaannya. Dulunya, paes ageng Yogyakarta hanya boleh digunakan pada pengantin di dalam keraton dan akhirnya semenjak masa pemerintahan Sri Sultan HB IX paes ageng mulai diizinkan untuk dipakai di luar kraton. Paes ageng Yogyakarta ini semakin berkembang, terlebih banyak masyarakat di

luar kraton yang menggunakannya. Inovasi dan kreasi sah dilakukan asal tidak meninggalkan pakem atau aturan yang ada di kraton, apalagi tanpa adanya pemahaman terkait filosofi tiap komponen yang ada. Paes ageng Yogyakarta sendiri berkarakter wondo luruh. Wondo luruh bermakna mengarah kebawah, dimaksudkan untuk perempuan jawa yang memiliki karakter menunduk dan tidak mengangkat kepala. Paes ageng Yogyakarta adalah simbol keanggunan perempuan jawa dengan ajaran penuh makna, harapan, dan doa bagi selamat dan sejahteranya kehidupan pernikahan. Paes ageng Yogyakarta memiliki berbagai sisi menarik, salah satunya adalah makna filosofi tiap riasannya. Apa saja makna dari riasan paes ageng Yogyakarta? Berikut penjelasannya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 16


Cengkorongan, pola pada bagian dahi di pinggiran rambut. Cengkorongan ini memiliki makna kesucian, dan menandakan pengantin wanita yang masih suci. Bentuk cengkorongan untuk pengantin Yogyakarta antara lain, penunggul (berbentuk mucuk sedah atau pucuk daun sirih), bermakna wanita yang selalu berhubungan dengan Tuhan yang maha esa. Pengapit (berbentuk ngudup kantil atau kuncup daun kantil), bermakna seorang istri harus siap menjaga keseimbangan dalam rumah tangganya Penitis (berbentuk mucuk sedah), menyimbolkan titisan dewa. Dan godeg (berbentuk pangot). Cithak, riasan berbentuk belah ketupat yang

diletakkan di tengah kening. Peletakan cithak ini memiliki arti bahwa seorang wanita harus memiliki pandangan yang lurus, fokus, dan setia kepada pasangan. Alis menjangan adalah bentuk alis bercabang yang menyerupai tanduk rusa. Rusa sendiri melambangkan seorang wanita harus cerdik, cerdas, dan tetap anggun. Sanggul bokor mengkurep, sanggul yang diisi irisan daun pandan dan ditutupi dengan untaian bunga melati. Keharuman dari perpaduan daun pandan dan bunga melati tersebut menyimbolkan bahwa pengantin senantiasa membawa nama harum dalam masyarakat.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 17


Karang jagung, rangkaian bunga melati yang dipasang bergerombol dari samping kiri ke samping kanan yang terletak di antara gunungan dan centhung. Pada awalnya, karang jagung ini tidak ada, baru mulai digunakan ketika masa Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pada saat itu, Gusti Kanjeng Ratu Hemas melihat ada bagian yang kosong, lalu ibu Tinuk Rifki sebagai perias membuat rangkaian melati dan dipasangkan pada bagian yang kosong itu, dan disetujui oleh Kanjeng Ratu. Jebehan, aksesoris tiga bunga yang berwarna merah, kuning, dan hijau yang dipasang pada sisi kanan dan kiri sanggul.

Ketiga warna ini melambangkan simbol trimurti yaitu Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu. Paes prada merupakan riasan berwarna hitam yang menggunakan bahan pidih dan diberi serbuk emas yang dinamakan prada pada bagian tepi paes. Centhung, aksesoris tradisional yogyakarta yang berbentuk seperti gerbang di sisi kanan dan kiri paes. Letak pemasangannya berada di depan karang jagung. Centhung ini merupakan simbol gerbang kehidupan, yang memiliki arti bahwa seorang perempuan harus siap untuk memasuki gerbang baru dalam kehidupannya. Perempuan harus siap memasuki kehidupan

TENA MAGAZINE | HALAMAN 18


dalam rumah tangga dan memerankan diri (Tuhan Yang Maha Esa). Cunduk mentul sebagai seorang istri. dipasang menghadap belakang dengan bagian tengah lebih tinggi dari yang lain. Hal itu Cunduk mentul, aksesoris tradisional merupakan simbol bahwa perempuan jawa Yogyakarta berbentuk tangkai bunga yang harus cantik baik terlihat dari depan maupun dipasang dengan cara ditusukkan pada bagian belakang. sanggul pengantin wanita. Pada dasarnya cunduk mentul dapat berjumlah ganjil, yaitu Gunungan, aksesoris tradisional Yogyakarta satu, tiga, lima, tujuh atau sembilan, dengan yang berbentuk seperti gunung dan makna yang berbeda-beda. Cunduk mentul disematkan di depan cunduk mentul. Bentuk berjumlah satu merupakan simbol keesaan gunungan ini merupakan simbol bahwa gunung Tuhan. Cunduk mentul berjumlah tiga dipercaya masyarakat jawa sebagai tempat merupakan simbol trimurti. Cunduk mentul yang sakral dan tempat bernaungnya para berjumlah lima merupakan simbol rukun Islam. dewa. Simbol ini diletakkan di kepala pengantin Cunduk mentul berjumlah tujuh merupakan perempuan yang dimaksudkan agar perempuan simbol pertolongan (pitulungan). Dan cunduk harus dihormati oleh suaminya. mentul berjumlah sembilan merupakan simbol walisongo. Cunduk mentul juga merupakan simbol empat arah mata angin dan satu tujuan

TENA MAGAZINE | HALAMAN 19


Ceplok merupakan aksesoris berupa bunga diketahui oleh orang lain. berwarna merah yang disematkan pada bagian tengah belakang sanggul. Biasanya pada sisi Sumping, hiasan yang diletakkan di telinga. kanan dan kiri ceplok diberikan hiasan bros. Sumping ini terbuat dari bahan daun pepaya. Daun papaya merupakan simbol rasa pahit dan Gajah ngoling terdiri dari irisan daun pandan digambarkan bahwa menjadi seorang istri dan ditutup oleh untaian melati. Gajah ngoling harus siap untuk merasakan kepahitan dalam ini tidak diletakkan ke depan, tapi tetap menjalani kehidupan rumah tangga. Sumping ini dibelakang. Riasan ini merupakan simbol dari telah mengalami perkembangan sehingga saat kesucian dan kesakralan pengantin dalam ini banyak yang sudah terbuat dari lempengan pernikahan. Jadi, dalam kehidupan berumah logam tangga, kejelekan yang ada tidak boleh sampai

TENA MAGAZINE | HALAMAN 20


Subang ronyok, aksesoris yang dikenakan tersebut. pada telinga kanan dan kiri. Wujud dari subang ronyok yang bercahaya memiliki makna untuk Kelat bahu, aksesoris tradisional yogyakarta mencapai cahaya kehidupan serta harapan yang dilingkarkan melilit di lengan wanita. akan keabadian hubungan pernikahan. Kelat bahu ini berbentuk seekor naga. Naga bagi masyarakat jawa adalah hewan yang Kalung sungsun, aksesoris tradisional dipercaya memiliki kekuatan besar. Artinya, Yogyakarta yang bersusun tiga, merupakan menjadi perempuan harus kuat menghadapi simbol dari tiga fase kehidupan seorang beragam masalah yang hadir di dalam manusia. Fase ini terdiri dari kelahiran, pernikahan. Kepala naga dihadapkan pernikahan, dan kematian yang berarti setiap dibelakang dimaksudkan untuk mengatasi atau wanita harus siap untuk menghadapi fase-fase menangkal mara bahaya dari arah belakang.

TENA TENAMAGAZINE MAGAZINE| HALAMAN | HALAMAN21 2


Gelang kana, aksesoris tradisional yogyakarta yang dipakai berbentuk bulat tanpa putus. Hal ini lambang kemakmuran, kebahagiaan, keabadian, dan kesetiaan. Singkatnya adalah simbol dari cinta abadi antara sang istri dan suami. Pendhing, perhiasan yang melingkar di pinggang. Pending memiliki filosofi bahwa selain harus menahan hawa nafsu, menahan makan, atau semua yang dimakan tidak boleh berlebihan, pengeluaran dalam berumah tangga juga tidak boleh boros dan harus hemat. Dibagian tengah pendhing terdapat ceplok, yang melambangkan mata hati tentang kehidupan berumah tangga, dan semua harus memiliki satu tujuan. Buntal terdiri dari dedaunan, yaitu daun puring, daun putro menggolo, daun pupus pisang, dan daun kamboja. Dedaunan ini melambangkan tumbuh-tumbuhan yang ada di jawa. Selop atau cenelo yang selalu berada di bawah dan diinjak kaki memiliki filosofi bahwa kita sebagai manusia harus selalu menyembah kepada tuhan yang maha esa. Demikian pernak pernik Paes Ageng Yogyakarta yang punya filosofi mendalam. Untuk menjaga keberlanjutan budaya, diperlukan keinginan dan kebanggaan pada budaya itu sendiri. Ketika sudah muncul rasa bangga, maka diperlukan pihak yang mendukung sekaligus memiliki pemahaman mengenai filosofi. Juru rias yang menjadi salah 1 unsur pelaku budaya yang berpengaruh terhadap perkembangan budaya memiliki peran penting dalam hal ini. Kembali sebagai manusia jawa melihat sesuatu tidak dari sesuatu yang dipakai, namun sesuatu yang dipakai itu adalah sebuah doa dan harapan.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 22


TENA MAGAZINE | HALAMAN 23


TAMPIL MANGLINGI SAAT AKAD!!! TAK SEDIKIT PUBLIK FIGUR GUNAKAN AKSESORIS GAYA SOLO PUTRI Oleh Marina Dwi Astuti

Riasan pengantin adat Solo adalah suatu bentuk budaya yang penuh akan makna dan filosofi. Riasan ini terinspirasi dari busana para bangsawan keraton Kasunanan Surakarta dan Istana Mangkunegaran, Jawa Tengah. Ada dua gaya busana pengantin adat Solo, yaitu busana pengantin Solo Putri dan busana pengantin Solo Basahan. Mulanya, riasan ini hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton saja. Namun seiring berkembangnya zaman, riasan ini dapat dikenakan oleh masyarakat umum. Tetapi, semua elemen riasan yang ada tetap memiliki kandungan makna filosofis, yakni berisi doa dan harapan agar kedua mempelai bisa bahagia dan sejahtera dalam berumahtangga.

Biasanya, dalam sebuah riasan pengantin adat terdapat aksesoris yang sering maupun jarang digunakan. Dalam hal ini, aksesoris yang sering digunakan pada busana pengantin Solo Putri adalah cundhuk jungkat, centhung, cundhuk mentul, roncean melati tibo dada, simyok, subang, cincin dan gelang permata. Tak sedikit publik figur yang memilih adat jawa khususnya gaya solo putri untuk digunakan ketika prosesi pernikahan mereka. Berikut beberapa diantara publik figur yang menggunakan gaya Solo Putri dalam acara pernikahannya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 24


Belva Devara melangsungkan akad nikah dengan Sabrina Anggraini pada Sabtu, 5 Maret 2022. Akad nikah ini digelar di Ciputra Artpreneur Jakarta dengan menggunakan adat Jawa. Dilansir dari akun Instagram, keduanya telah melangsungkan pernikahan pada pukul 08:30 WIB yang disiarkan live di akun YouTube Sabrina. Presiden Joko Widodo dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, menjadi saksi di pernikahan Belva dan Sabrina. Kisah cinta Belva dan Sabrina sempat mencuri perhatian publik karena hubungan CEO Ruangguru dan Puteri Indonesia Riau 2019 tersebut dianggap serasi karena sama-sama pintar dan berprestasi. Sabrina tampak cantik dengan balutan riasan solo putri. Tampilannya memukau dengan dilengkapi aksesoris cundhuk jungkat, centhung, cundhuk mentul, subang, kalung, dan roncean bunga tibo dada.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 25


Pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeven resmi menjadi pasangan suami istri pada Kamis, 22 November 2018. Prosesi akad nikah Baim Wong dan Paula Verhoeven dilakukan oleh wali hakim dari pihak KUA yang digelar di gedung Tribrata Jakarta Selatan. Perkenalan mereka pun sangat singkat, setelah 2 bulan saling mengenal hingga akhirnya mantap menikah pada November 2018 silam. Baim pun takjub karena 90 persen doa dan kriteria istri idamannya ada pada Paula. Paula tampak cantik dengan riasan gaya solo putri yang dilengkapi aksesoris cundhuk jungkat, centhung, cundhuk mentul, subang, kalung, bros, dan roncean bunga tibo dada.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 26


Setelah menjalin hubungan selama dua tahun, pasangan Mytha Lestari dan Barry Maheswara resmi menikah. Akad nikah dilangsungkan di Klub Golf Estate Bogor Raya, Jawa Barat pada minggu, 5 November 2017. Sekitar pukul 14.30 WIB, prosesi akad nikah berlangsung sakral dengan mengusung adat jawa. Sekitar pukul 15.00 WIB, Barry mengucapkan ijab qabul dengan mas kawin berupa logam mulia emas seberat 26 gram. Tanpa ragu sedikitpun, ia pun mengucapkan ijab qabul dengan tegas. Mytha tampak cantik dengan busana adat jawa. Tampilannya bertambah manglingi ketika dilengkapi dengan aksesoris cundhuk jungkat, centhung, cundhuk mentul, subang, bros, dan roncean bunga tibo dada.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 27


Vicky Veranita Yudhasoka Shu atau lebih akrab dipanggil Vicky Shu, resmi melepas masa lajang pada usia 30 tahun. Pada hari Sabtu, 23 September 2017, Vicky Shu telah sah menjadi istri Ade Imam, seorang pria yang diketahui merupakan seorang pengusaha. Pernikahan yang berlangsung di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah tersebut berlangsung khidmat dan hangat, dengan dihadiri para tamu undangan, termasuk keluarga, sahabat, dan kerabat dekat. Vicky Shu tampak cantik bak putri solo dengan dilengkapi aksesoris cundhuk jungkat, centhung, cundhuk mentul, subang, kalung, bros, dan roncean bunga tibo dada.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 28


Dalam akun youtube Masagi Entertainment yang berjudul “Inilah Perbedaan Aksesoris Pengantin Jogja Putri dan Solo Putri”, dijelaskan beberapa aksesoris yang terdapat dalam busana pengantin solo putri, diantaranya Sanggul bangun tulak adalah sanggul khas pengantin solo putri yang berbentuk hampir menyerupai segitiga terbalik. Dulunya, sanggul dibuat dari rambut asli pengantin. Akan tetapi, saat ini berkembang menjadi diperbolehkannya penggunaan cemara pada rambut, dan untuk membentuk sanggul digunakan rajut pandan (rajut yang telah diisi pandan halus dan dibentuk segitiga terbalik). Cengkorongan, pola dasar pada dahi untuk membuat paes. Cengkorongan ini terdiri dari empat bentuk. Pertama, gajahan, lekukan besar yang terletak di tengah dahi. Gajahan mempunyai makna dan harapan agar calon pengantin wanita mendapatkan penghormatan dan ditinggikan derajatnya. Kedua, pengapit, lekukan runcing yang mengapit gajahan. Pengapit tersebut disimbolkan sebagai pengendali gajahan agar tetap lurus sehingga dapat fokus dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Ketiga, penitis, lekukan yang terletak diatas ujung alis. Hal ini disimbolkan agar pengantin dapat mengatur anggaran kehidupan berumah tangga. Dan keempat, godheg yang terletak di depan telinga. Godheg mempunyai makna dan harapan agar kedua pasangan dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan selalu mawas diri dalam menjalani kehidupan sebagai suami istri. Dalam membuat paes Solo Putri, bentuknya sama dengan paes Solo Basahan. Perbedaannya hanya pada penggunaan warna, yakni warna hitam pada TENA MAGAZINE | HALAMAN 29 Solo Putri.


Cunduk jungkat, hiasan yang dipasang dari arah depan di atas ubun-ubun. Cunduk jungkat bermakna kesetiaan wanita dan sebagai simbol bersatunya pola pikir. Centung adalah sepasang aksesoris yang dipasang di sisi kiri dan kanan kepala, bentuknya plungker (dalam bahasa Jawa) atau melengkung menyerupai gerbang atau gapura. Filosofi dari centhung adalah sebagai simbol gerbang bahwa sang pengantin wanita telah siap memasuki gerbang pernikahan dan dimulainya kehidupan baru. Cunduk mentul atau kembang goyang pada gaya solo putri menggunakan jenis yang transparan atau berlubang dan harus berbentuk bunga. Cunduk mentul yang digunakan berjumlah 7 dan dipasang menghadap ke depan. Cunduk mentul sebagai simbol meminta pertolongan kepada Allah. Roncean tibo dodo terdiri dari 3 untaian melati yang berbentuk bawang sebangkul. Tibo dodo bermakna jujur dan bertanggungjawab. Ronce melati memiliki makna agar cahaya yang diberikan Tuhan harus diresapi ke dalam dada. Tanjungan, aksesoris berbentuk bunga berjumlah 6 yang dipasang di belakang sanggul. Simyok, aksesoris berbentuk sebuah bros yang dipasangkan pada belakang sanggul. Subang, anting-anting yang digunakan pada telinga sebelah kanan dan kiri. Subang ini memiliki makna penjagaan terhadap seorang wanita. Cincin permata, aksesoris berbentuk sepasang cincin permata. Gelang Permata, aksesoris berbentuk sepasang gelang permata. TENA MAGAZINE | HALAMAN 30


DIBALIK MAKNA AKSESORIS TARI BEDHAYA Oleh Aulia Khairunnisak

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta jadi tidak semata-mata dipersembahkan untuk tontonan, karena Tari Bedhaya ditarikan dalam suasana yang khusus dan formal. Nama Tari Bedhaya Ketawang diambil dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana, dan ketawang yang berarti langit, yang identik sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan keluhuran

Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya. Syarat yang paling utama yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari harus meminta ijin kepada Kangjeng Ratu Kidul lebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, keraton Surakarta. Hal ini di lakukan dengan berpuasa selama beberapa hari menjelang pertunjukan. Kesucian para penari sangat penting, karena konon katanya, saat latihan berlangsung, Kangjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari jika gerakannya masih salah. Tari Bedhaya Ketawang ditarikan oleh 9 penari Wanita.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 31


Lalu apakah ada ritual atau perlakuan khusus dalam memakai aksesoris? “tidak, hanya si pemakai harus dalam keaadaan suci (tidak sedang haid)” ujar Addien (seorang penari). Berikut adalah properti khusus yang digunakan oleh penari Tari Bedhaya :

1 Gambar Dodot Ageng

1. Dodot Ageng Dodot angeng bangun tulak merupakan simbol perwujudan kesadaran manusia akan perlindungan asal mula hidup atas pemberian Tuhan YME dan tujuan hidup menuju kesempurnaan yang tujuan akhir tertinggi adalah manunggaling kawula Gusti. Warna putih blumbangan merupakan symbol dari asal mula daya hidup dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Wara biru merupakan symbol keluhuran budi, arif bijaksana, keimanan, keteguhan hati dalam perjuangan dan pengabdian. Warna hijau merupakan symbol kekuatan yang tumbuh berlanjut atau kesuburan. Berbagai ragam hias yang merupakan unsur dekorasi pada kain dodot ageng bangun tulak, kain samparan dan sondher merupakan symbol kemakmuran dan sadar akan sangkan paraning dumadi dan akhirnya menuju dan menyatu dengan Tuhan atau manunggaling kawula Gusti (Sedjati&Gustami, 2005)

2 Gambar Gelungan

2. Sanggul Bokor Mengkurep Sanggul bokor mengkurep menyerupai mangkuk terbalik. Sanggul ini bermakna harapan agar wanita bisa mandiri dan bersyukur atas anugerah Tuhan.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 32


3. Centhung Hiasan kepala yang sepasang seperti gapura yang disematkan pada sisi kanan dan kiri kepala penari. Memiliki makna bahwa seorang wanita yang telah siap untuk memasuki gerbang pernikahan

3 Gambar Centhung

4. Garuda Mungkur Garuda mungkur salah satu properti tari bedhaya ketawang yang tebuat dari bahan swasa dan bertabur intan. Garuda mungkur diletakkan di bagian bawah sanggul bokor mengkureb

4 Gambar Garudha Mungkur

TENA MAGAZINE | HALAMAN 33


5. Cundhuk Mentul Cundhuk mentul merupakan salah satu aksesoris untuk penari berupa bunga goyang yang jumlahnya ada 9. Jumlah cundhuk mentul ini memiliki makna tersendiri, yaitu menggambarkan jumlah walisanga.

5 Gambar Cundhulk Mentul

6. Tiba Dadha Tiba dadha merupakan rangkaian bunga melati yang digunakan digelungan yang memanjang pada bagian kanan. Bunga melati melambangkan kesucian dan menyatakan bahwa penari bedhaya masih gadis. Bunga melati yang berbentuk kawungan melambangkan menyatunya kawula ian gusti dalam suatu wadah. (Kebadayaan Jawi keraton Surakarta : 19)

6 Gambar Tiba Dadha

TENA MAGAZINE | HALAMAN 34


AKSESORIS

MODERN

DENGAN

CIRI

KHAS

AKSARA

JAWA

DARI

HENJU BY GRACY YANG MENDUNIA

Oleh Via Husna Mudhiah

Gadis asal Yogyakarta, Gracy Sondang Marpaung seorang interpreneur muda pemilik usaha Henju By Gracy berhasil mengembangkan usahanya hingga ke kancah internasional. Di tangan Gracy berbagai aksesoris dapat dibuat dengan nuansa modern, minimalis, dan elegant. Selain itu budaya sastra aksara jawa juga dijadikan sebagai ciri khas dari produk andalan brandnya.

Berawal di tahun 2012 dari hobi kecil-kecilan Gracy yang suka mengutak-atik pernak-pernik sejak SMP. Tak disangka hobinya terus berkembang menjadi usaha besar yang kini ditekuninya. Selama enam tahun menjalani bisnisnya di pasar luar negeri Gracy tidak lupa dengan adanya pasar dalam negeri. Menyadari perbedaan selera pada masing-masing pasar, Gracy mendesain produk andalannya yaitu aksesoris dengan aksara jawa untuk pasar dalam negeri.

Henju By Gracy

TENA MAGAZINE | HALAMAN 35


Henju By Produk aksesoris aksara jawa terinspirasi dari salah satu klien asal Amerika yang memesan aksesoris dengan aksara Yunani yang membuat owner Henju By Gracy ini terpikirkan untuk mencoba membuat aksesoris dengan aksara Jawa karena Ia sering melihat aksara jawa masih banyak terekspos di area Yogyakarta. Eksperimen pemasaran produk aksara jawa ini mendapat respon yang sangat baik. Tidak hanya masyarakat Jawa, masyarakat seluruh Indonesia diluar Jawa juga banjir peminat.

Gracy “Awalnya saya mendapat order dari Amerika melalui platform Etsy minta dibuatkan dengan bahasa latin dan aksara Yunani, kemudian saya kepikiran kenapa nggak saya buat dengan aksara jawa. Dari situ saya mencoba-coba membuat aksesoris dengan berbagai bahan untuk mencari cara membuat produknya, apakah bisa dibuat. Dan setelah coba dipasarkan ternyata peminatnya sangat banyak” ungkap Gracy ketika berbincang pada Minggu (18/04/2022).

TENA MAGAZINE | HALAMAN 36


Tentunya tidak mudah dalam mempertahankan usaha yang kini ditekuninya, ditambah lagi dengan adanya pandemi covid-19 yang sangat berpengaruh pada ekonomi dan gaya hidup masyarakat. Namun dengan sikap konsisten dan gigih Gracy dan timnya menjalani usaha berhasil mempertahankan brand Henju by Gracy. “Menurutku dalam mempertahankan suatu brand itu dilihat dari kesungguhan kita dan seberapa besar usaha yang dicurahkan untuk usaha tersebut dan yang penting lagi adalah konsisten. Terus mengerjakan dengan sungguh-sungguh baik saat ramai konsumen maupun sepi konsumen. Dengan begitu brand kita akan semakin dikenal dan bertahan lama” ujar pemilik Henju by Gracy ini.

Henju By Semakin tertarik dengan budaya aksara. Gracy suka mencari inspirasi baru melalui kegiatan traveling. Berkunjung ke tempattempat yang memiliki sejarah dan mempelajari hal-hal yang menarik dari segi filosofis, sejarah hingga aksara dapat dijadikan sumber ide dalam mengembangkan produk aksesoris.

Gracy

EKSPEDISI | HALAMAN 2

TENA MAGAZINE | HALAMAN 37


Henju “Aku semakin banyak mempelajari tentang aksara jawa itu sendiri contohnya kenapa aksara “Ro” tidak boleh di beri “pepet” itu ternyata karena roso iku raiso dipepeti (rasa itu tidak bisa ditutupi) aku baru tau tentang itu. Selain itu aku juga suka cari inspirasi dari traveling. Banyak hal yang membuat aku tertarik seperti aksara Bali dan Thailand” lanjut Gracy. Selama menjalankan usaha Gracy mendapat pengalaman traumatis. Barang yang sedang dikirim ke Prancis hilang dan tidak sampai ke konsumen. Sehingga kerugian yang ditanggungnya kira-kira seharga satu motor. Tetapi Gracy mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut “Saya belajar untuk melihat kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi setelah kejadian itu”ujarnya. Grecy juga tidak main-main dalam membuat produk. Ia menggunakan bahan yang diimpor langsung dari Amerika yang awet sampai 30 tahun dan lentur mudah dibentuk. Harga yang ditawarkan dari produk-produk Henju by Gracy kisaran Rp 99.000 sampai satusan bahkan jutaan Rupiah. Tergantung dari bahan, bentuk, dan request konsumen.

By Gracy TENA MAGAZINE | HALAMAN 38


SIMPLICITY IS THE KEYNOTE OF ALL TRUE ELEGANCE. -Coco Chanel-


TAMPIL CANTIK SAAT AKAD, LITA GUNAKAN SIGER SUNDA

Oleh Marina Dwi Astuti

Lalita Hutami Bangun atau yang akrab dipanggil Lita, seorang seleb tiktok asal Salatiga. Lita lahir pada tahun 1997 dan sekarang sudah menginjak usia 25 tahun. Lita menamatkan pendidikannya di jurusan Public Relations, Advertising, And Applied Communication Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan lulus pada tahun 2019. Saat ini, Lita menjalin hubungan dengan Ibnu yang juga seorang tiktokers. Melalui kisah cinta yang unik, pasangan ini saling mengenal karena ber-

balas komen pada aplikasi tiktok, ucap mereka pada akun youtube Gritte Agatha yang berjudul “ Ini Pasangan Uwu Viral Di Tiktok?!3 Minggu Kenalan Dari Tiktok, Langsung Jadian | #GritteBukaPraktek “. Baru-baru ini, Lita menikah dengan Ibnu Wardani tepat pada hari minggu, 27 maret 2022. Untuk acara akad, Lita tampil anggun dalam balutan kebaya modern karya wiranti kurnia bride dengan riasan makeup adat sunda. “Hari ini buat akad nikah aku pake adat sunda TENA MAGAZINE | HALAMAN 40


ER SUNDA

guys. Kebetulan ini emang keinginan aku dari dulu sebelum kenal mas Ibnu, setiap ngeliat pengantin pake siger sunda itu kayak cantik banget ya, pengen. Alhamdulilahnya jodoh aku sunda guys” jelas Lita pada akun youtube Ibnu Wardani yang berjudul “Pernikahan Lita Ibnu”. Dalam adat sunda sendiri, sebenarnya terdapat dua jenis riasan. Yang pertama, riasan pengantin wanita sunda putri. Yang kedua, riasan pengantin wanita sunda siger. Pada acara pernikahannya, Lita memilih

menggunakan jenis riasan sunda siger. Riasan sunda siger atau kerap disebut sebagai sunda priangan ini memiliki ciri khas pada ‘’mahkota’’ pengantin wanita yang lebih besar dari riasan sunda putri, mahkota ini disebut siger. Dalam riasan akad nikahnya, Lita menggunakan seperangkat aksesoris siger sunda, meliputi roncean bunga (mangle pasung, mangle susun, mayang sari, tutup sanggul rambang melati, ronce bawang sebungkul), siger, kembang goyang, ngeningan daun sirih, dan subang. TENA MAGAZINE | HALAMAN 41


Dalam Kamus Bahasa Sunda R.A Danadibrata, siger diartikan sebagai mahkota untuk perhiasan kepala pengantin atau disebut wayang wong. Ini merupakan simbol bagi seseorang yang tengah melaksanakan upacara sakral yang akan hidup menyatu dengan pasangan. Siger juga berarti meletakkan kearifan, kehormatan, dan sikap bijak sebagai hal pokok yang harus dijunjung tinggi. Dalam akun youtube Masagi Entertainment, Ibu Sumarni Suhendi menyatakan jenis-jenis siger, diantaranya Ciamis (siger keprabon untuk keturunan bupati dan siger santana untuk masyarakat luas), Sukapura (siger srikandi dengan palang pada siger dan siger sumbadra dengan non palang), dan Cirebon (siger kebesaran dengan menggunakan mahkota dan siger keratonan dengan menggunakan bendo).

TENA MAGAZINE | HALAMAN 42


Dalam Kamus Bahasa Sunda R.A Danadibrata, siger diartikan sebagai mahkota untuk perhiasan kepala pengantin atau disebut wayang wong. Ini merupakan simbol bagi seseorang yang tengah melaksanakan upacara sakral yang akan hidup menyatu dengan pasangan. Siger juga berarti meletakkan kearifan, kehormatan, dan sikap bijak sebagai hal pokok yang harus dijunjung tinggi. Dalam akun youtube Masagi Entertainment, Ibu Sumarni Suhendi menyatakan jenis-jenis siger, diantaranya Ciamis (siger keprabon untuk keturunan bupati dan siger santana untuk masyarakat luas), Sukapura (siger srikandi dengan palang pada siger dan siger sumbadra dengan non palang), dan Cirebon (siger kebesaran dengan menggunakan mahkota dan siger keratonan dengan menggunakan bendo).

TENA MAGAZINE | HALAMAN 43


Roncean bunga pada siger melambangkan kemurnian dan kesucian pengantin perempuan. Roncean bunga ini terdiri dari beberapa bagian yaitu mangle pasung, tutup sanggul rambang melati, mangle susun, mayang sari, ronce bawang sebungkul, dan mangle sisir bintang. Mangle Pasung, dipasang dengan dasar berupa pinti yang menyerupai bando dan dipasang di sekeliling sanggul. Pinti menyimbolkan kesucian seorang gadis.

Tutup Sanggul Rambang Melati, untaian melati yang berbentuk lebar seperti jala. Makna dari tutup sanggul rambang melati adalah makna seorang perempuan yang harus pandai menabung untuk masa depan. Mangle Susun, untaian bunga memanjang di belakang telinga sebelah kanan. Panjangnya mangle susun menyimbolkan rencana pekerjaan rumah tangga yang telah disusun dengan rapih. Mayang sari merupakan untaian bunga TENA MAGAZINE | HALAMAN 44


pendek yang dipasang di belakang telinga sebelah kiri. Mayang sari memiliki makna spiritual yang mendeskripsikan harapan agar tidak ada perselisihan di dalam rumah tangga. Ronce Bawang Sebungkul, satu rangkaian bunga panjang yang disematkan pada bagian belakang telinga kanan dan kiri. Panjangnya ronce bawang sebungkul yang dipasang sama panjang untuk menggambarkan keseimbangan dalam hidup.

Mangle Sisir Bintang, hiasan bunga berbentuk bintang yang dipasang di bagian kanan dan kiri sanggul. Mangle sisir bintang memiliki makna simbol harapan seperti indahnya malam yang bercahaya di tengah kegelapan malam.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 45


Siger khas sunda terbuat dari campuran logam yang memiliki berat sekitar 1,5 kg - 2 kg. Siger melambangkan kesempurnaan wanita, yaitu kebijaksanaan, keanggunan, kearifan, dan kehormatan. Pada adat sunda priangan atau sunda siger, siger terinspirasi dari tokoh Subardha dan Srikandi yang memiliki sifat pemberani, anggun, cantik, dan disenangi masyarakat. Bentuk siger yang menyerupai

segitiga ke atas melambangkan hidup yang harus memuncak dan hidup kita akan tetap kembali kepada yang di atas. Kembang tanjung merupakan riasan berbentuk pola hati atau seperti kupu-kupu kecil yang terdapat pada bagian belakang siger. Susunan enam pasang kembang tanjung memberi makna kesetiaan pengantin perempuan kepada pasangannya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 46


Kembang goyang terbuat dari logam bermata batu-batuan. Biasanya, kembang goyang berjumlah tujuh yang dipasang di atas sanggul. Hal ini memiliki makna rezeki dan sarisari kebaikan untuk kedua mempelai. Lima buah disematkan mengarah ke depan dan dua buah mengarah ke belakang. Hal tersebut adalah simbol kecantikan perempuan yang

harus terlihat dari arah depan maupun belakang. Ngeningan daun sirih, hiasan daun sirih ini dipotong menyerupai bentuk wajik dan ditempelkan pada kening pengantin wanita. Hal ini dipercaya sebagai penolak bala dari berbagai musibah dan kejahatan yang bersifat magis.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 47


TENA MAGAZINE | HALAMAN 48

KEUNIKAN BUSANA DAN AKSESORIS BREGADA KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT OLEH AULIA KHAIRUNNISAK


Keraton ngayogyakarta hadiningrat atau sekarang kerap kali disebut dengan Daerah Istimewa Yogyakarta masih menjadi pusat perhatian masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri. Keunikan dan keistinewaan Yogyakarta menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersendiri bagi investor dan wisatawan. Berdirinya keraton Yogyakarta bermulai dari adanya perjanjian Gianti pada 13 Februari 1755, dimana dalam isi perjanjian tersebut negara Mataram dibagi menjadi dua, yang kini berdiri menjadi kota Surakarta dan Yogyakarta

Pangeran mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono memiliki banyak sekali perajurit atau yang disebut bregada untuk membantunya menjalankan tugas kenegaraan. Banyaknya prajurit ini menjadikan daya tarik lain bagi masyarakat dimana hal tersebut menjadi sesuatu yang unik. Pada era sekarang prajurit atau bregada keraton hanya menjalankan tugastugas formal seperti biasa. Bregada Yogyakarta kerap ditampilkan saat adanya acara maulid nabi hajatan dalem, atau acara keraton lainnya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 49


TENA MAGAZINE | HALAMAN 2

Uniknya prajurit Yogyakarta adalah setiap prajurit memiliki pakaian dan aksesoris bawaan yang berbeda-beda. Pakaian keprajuritan ini sudah dikenakan oleh bregada Yogyakarta sejak masa pangeran mangkubumi masih kerap berperang melawan kepemerintahan VOC atuau masa kolonial Belanda. Secara umum pakaian dan aksesoris yang dikenakan oleh prajurit Yogyakarta adalah celana dan bebed (kain yang menutup bagian bawah dan kaki), baju sikepan ( pakaian luaran ) , udheng atau ikat kepala, keris, sabuk dan sepatu. Secara lebih terperinci penulis akan menjelaskan mengenai kelengkapan dari seorang bregada keraton Yogyakarta

Bregada yang pertama adalah bregada Bugis. Bregada ini disebut Bugis karena berasal dari daerah Bugis Sulawesi. Prajurit ini bertugas mengawal Gunungan dalam acara Grebeg menjuju ke kepatihan. Aksesoris yang dikenakan bregada ini adalah topi hitam, pakaian hitam, sabuk emas, dan keris di depan perut. Secara filosofis pasukan ini diharapkan seperti gelap malam dan cahaya emas itu adalah perlambangan bulan. Dimana pasukan ini diharapkan dapat menjadi penerang dalam setiap kegelapan yang ada. Pasukan ini juga membawa bendera hitam dengan bulatan kuning ditengahnya perlambangan bulan purnaman penuh yang masih berkaitan dengan filosofi pakaian serta aksesoris yang mereka kenakan


TENA MAGAZINE | HALAMAN 51

Bregada selanjutnya adalah Bregada Surakarsa. Sura berarti berani, karsa berarti kehendak bertugas menjaga adipati anom (Putra mahkota) tugas dari bregada ini adalah mengawal gunungan ke Masjid Gedhe. Bregada ini mengenakan aksesoris bendera berwarna hijau dengan bulatan kuning ditengahnya bernama Klebet Pareanom. Bendera ini menjadi perlambangan bahwa prajurit ini memiliki semangat dan jiwa muda. Selain bendera mereka juga mengenakan sabuk hitam yang dilapisi warna merah. Serta menggunakan bebed atau kain yang dililitkan dibagian paha. Bregada ini juga membawa tombak (waos) yang bernama Kanjeng Kiai Neggala dengan ujung tombak bernama Banyak Angrem

Bregada paling unik adalah Bregada Wirabraja. Bregada ini memiliki aksesoris yang paling mencolok dibanding lainnya. Bregada ini menggunakan topi berbentuk seperti cabai berwana merah cerah. Secara arti wira berarti berani dan braja berarti tajam, maka prajurit ini diharapkan berani dalam membela kebenaran. Bentuk cabai ini sebenarnya pralambang dari kuku dari Bima, yang diharapkan dapat menjadikan semangat bagi bregada ini.


Bregada selanjutnya adalah Dhaeng, perajurit ini berasal dari sebutan gelar dari Makasar yang mana mulanya perajurit ini berasal dari sana. Aksesoris yang dikenakan perajurit ini adalah penutup kepala dengan bulu-bulu dikepalanya. Bagi pemimpin prajurit Dhaen akan mengenakan selempang berwarna warni sebagai penanda pemimpin. Pakaian yang dikenakan prajurit ini adalah kombinasi merah dan putih, pralambang api yang tidak kunjung padam semangatnya Bregada ke lima adalah Bregada Patangpuluh , asal usul penamaan bregada ini masih belum diketahui sampai sekarang. Aksesoris bawaan dari bregada ini adalah bendera bernama Cakragora yang memiliki makna kekuatan yang sangat luar biasa sehingga musuh apapun bisa terkalahkan. Prajurit ini khas sekali dengan yogyakarta dengan busana mereka yang mengenakan lurik. Senjata yang dibawa para anggota Bregada Prajurit Patangpuluh adalah tombak (waos) dan senapan.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 52

Selanjutnya Bregada Jagakarya. Jagakarya memiliki artian menjaga dan melakukan tugas.Jagakarya diharapkan dapat mengemban tugas dengan amanah yang baik. Sekilas prajurit ini memiliki pakaian yang hampir mirip dengan petangpuluh, dengan menggunakan lurik biru sebagai luaran. Prajurit ini juga mengenakan pemutup kepala namun bedanya dengan petangpuluhan, penutup kepala jagakarya memiliki dua tanduk di sisi kanan dan kiri kepala. Prajurit ini membawa bendera berwarna merah dengan lingkaran hijau ditengahnya. Bendera ini memiliki arti bahwa pasukan ini memiliki jiwa yang berani dan tidak mudah dihancurkan. Tidak lupa prajurit ini juga membawa senjata berupa tombak dan senapan.


TENA MAGAZINE | HALAMAN 53

Bregada selanjutnya adalah Bregada Prawiratama. Prawiratama berasal dari kata prawira dan tama. Kedua kata tersebut berarti utama atau lebih, sedang dalam bahasa kawi memiliki arti pandai. Dengan penamaan tersebut diharapkan prajurit ini memiliki filosofi bahwa diharapkan prajurit ini dapat memiliki keberanian dan kepandaian supaya dapat menjaga negara atau keraton ngayogyakarta. Pakaian dan aksesoris yang digunakan prajurit ini dominan hitam dan merah menandakan keberanian dan kebulatan tekad.


TENA MAGAZINE | HALAMAN 54

Bregada nyutra Selanjutnya terdapat Bregada bernama Nyutra. Nyutra memiliki makna dari kata sutra yang diimbuhi huruf n, dalam bahasa kawi diartikan sebagai ketajaman atau unggul. Sedang dalam bahasa jawa diartikan sebagai sutra ( kain ), kain sutra memiliki keunggulan dan kualitas kehalusan yang berbeda dengan kain lain. Dari penamaan tersebut prajurit nyutra diharapkan dapat membawa keamanan dengan kelembutan hati bagi raja dan masyarakatnya. Prajurit ini memiliki kostum dan aksesoris yang cukup banyak , warna kuning menjadi warna dominan. Para prajurit mengenakan kalung tiga susun dan membawa tombak, serta tidak lupa di perut mereka terselip keris. Warna kuning dipilih untuk melambangkan bahwa prajurit nyutra adalah prajurit yang datang membasmi kejahatan.


Bregada kesembilan adalah Bregada Ketanggung. Bregada ini memiliki artian nama Tanggung, dimana kata tersebut bermakna bahwa bregada ini memiliki tanggung jawab yang berat. Hampir mirip dengan petangpuluh, bregada ini memiliki pakaian dan aksesoris yang khas dengan yogykarta yaitu penutup kepala dan atasan lurik. Ciri khas bregada ini menggunakan celana pendek hitam dan terdapat bulu ayam diatas kepala mereka. Mereka juga membawa bendera berbentuk segiempat dengan warna hitam dan persegi enam didalamnya berwarna putih, hal tersebut mencirikan bahwa mereka adalah prajurit yang berani membasmi kejahatan yang mengganggu negara mereka.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 55


Bregada

yang

terakhir

adalah

bregada

mantrijero. Brefada ini memiliki arti sebagai juru

bicara,

memiliki

secara

makna

wewenang

memutuskan

prajurit

untuk

sesuatu

ikut

yang

ini

serta

berkaitan

dengan keraton. Bregada ini mengenakan sabuk

hitam

yang

dihiasi

corak

warna

merah dengan atasan dan bawahan putih. Bregada ini juga mengenakan pakaian lurik khas

jogja.

yang

sangat

coraknya bahkan

Lurik

dimana

dalam

harapan

nasihat

masyarakat

berwarna

makna

dialam

kekuatan

membawa

memiliki

mengandung

sebagaimana

bahwa

sendiri

spiritual

yang

Yogyakarta. bendera

putih

pasukan

dari

sesepuh

dipercaya

oleh

Prajurit

bergambarkan

dimana ini

ini

ini bulan

menandakan

diharapkan

dapat

menjadi penerang bagi negaranya. Yang membedakan

mantrijero

dengan

prajurit

lain adalah, prajurit ini mengenakan celana pendek

lurik

mereka

yang

senada dilapisi

putih.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 56

dengan dengan

pakaian kaos

kaki

Dari

sepuluh

tersebut

bregada

dapat

penamaan, aksesoris

pakaian yang

Yogyakarta

dipelajari dan

bahwa berbagai

digunakan

prajurit

Yogyakarta memiliki makna mendalam yang diharapkan dapat menjadi doadoa

bagi

prajurit

bertugas. keberagaman dijaga

dan

globalisasi

tersebut

Kebudayaan ini

dan

harusnya

dilestarikan

telah

tetap

meskipun

merambahi

aspek kehidupan manusia

saat

semua


GELUNGAN AGUNG!!! MAHKOTA PAYAS AGUNG BALI Oleh Marina Dwi Astuti

TENA MAGAZINE | HALAMAN 57


Pulau Bali atau Pulau Dewata, tak hentihentinya memiliki kebudayaan yang membuat takjub. Salah satunya adalah pakaian pernikahan tradisional Payas Agung Bali. Payas Agung sendiri berasal dari kata Payas yang berarti riasan dan agung yang berarti besar, mewah, atau megah. Oleh karena itu, pakaian ini tidak sembarang digunakan dalam berbagai acara. Gelungan Agung, bagian mahkota dari pakaian pernikahan tradisional Payas Agung Bali. Awalnya, Gelungan Agung hanya boleh dipakai oleh bangsawan dan raja-raja Bali. Namun, saat ini Gelungan Agung sudah masuk ke dalam pakaian pernikahan tradisional Bali yang boleh dipakai oleh masyarakat Bali. Gelungan Agung ini dibentuk dari susunan penitis emas, empak-empak emas, semi, bunga sandat emas, bunga kap emas, serinatha, dan gecek. Semakin rumit dan tinggi susunan bunga sandat emas, maka semakin tinggi pula kasta perempuan tersebut. Pelengkap pakaian pengantin khas Bali ini sudah ada sejak dulu dan masih dipertahankan sampai sekarang. Gelungan Agung adalah aksesoris mahkota mempelai pengantin wanita dari Bali yang digunakan sebagai pelengkap Payas Agung. Adapun berikut adalah penjelasan dari setiap susunan Gelungan Agung.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 58



Empak-empak Emas Serinatha Semi


Bunga Kap Bunga Sandat Emas Petitis Emas Gecek Merah


Petitis, aksesoris mahkota yang diletakkan pertama kali sebelum bancangan atau empakempak emas. Petitis diletakkan pada batas dahi pengantin wanita yang ditalikan pada belakang kepala. Petitis ini berfungsi untuk menyeimbangkan antara bagian kanan dan kiri. Empak-empak emas atau bancangan, sekumpulan bunga emas yang menyerupai bentuk semanggi yang dibuat agar pemasangan bunga menjadi rapi dan kokoh. Aksesoris ini dipasang di belakang petitis emas dengan disematkan pada sanggul. Semi, hiasan berbentuk rambut di belakang telinga pengantin wanita yang dipasang simetris. Semi dipasang agar riasan serinatha menjadi seimbang. Biasanya semi juga dijadikan patokan tempat hiasan bunga sandat emas. Bunga sandat emas, bunga emas yang dibuat menyerupai bunga sandat atau kenanga yang dipasang di belakang empak-empak emas dan dibawah bunga kap emas. Biasanya bunga sandat emas dipasang dengan cara disemat pada sanggul dan dibentuk meruncing ke atas.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 62


Bunga kap, bunga emas yang terletak pada ujung atas riasan rambut atau mahkota pengantin bali. Bunga kap emas disematkan pada sanggul dan tepat membentuk runcing pada susunan Gelungan Agung. Bunga segar, pada belakang mahkota dipercantik dengan bunga-bunga segar seperti 1 kuntum bunga mawar merah, 75 kuntum bunga cempaka putih dan cempaka kuning, serta bunga kantil dan kenanga yang masingmasing berjumlah 50 biji. Serinatha, lengkungan simetris berwarna hitam. Serinatha berfungsi untuk memperindah dan menyeimbangkan bentuk dahi dengan hiasan kepala. Serinatha juga menandakan orang telah dewasa baik dari segi fisik maupun rohani, berani melepaskan diri dari orang tua, serta mempunyai hak dan kewajiban baru. Gecek merah, riasan titik merah tepatnya pada bagian tengah dahi atau diantara alis. Gecek ini melambangkan kesucian dan simbol keselamatan dan kesejahteraan.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 63


Katalog Ketenangan Jiwa 2022

MELIHAT LEBIH JAUH MENGENAI KOLEKSI TERBARU

TULOLA JEWELRY OLEH CAHYATI GITA SAPUTRI

Tulola Jewelry ialah salah satu brand perhiasan lokal yang berasal dari daerah Bali. Pendiri brand perhiasan ini terdapat 3 orang, yang pertama yaitu Sri Luce-Rusna, lalu ada Happy Salma, dan yang terakhir Franka Franklin-Makarim. Konsep dari brand Tulola ini ialah mengangkat perhiasan mewah yang modern dengan campuran etnik didalamnya, oleh karena itu dalam pengerjaannya Tulola bekerja sama dengan para pengrajin-pengrajin untuk menghasilkan sebuah produk/koleksi. Selain itu untuk menghasilkan sebuah produk atau koleksi akan dilakukan riset mendalam

dan proses kreatif dari satu tahun sebelumnya. Lalu barulah ke tahap penentuan produk/koleksi mana saja yang harus dibuat terlebih dahulu. Untuk segala koleksi yang ada di Tulola ini sendiri dilakukan handmade, oleh karena itu waktu yang digunakan untuk pembuatan sebuah produk/koleksi cukuplah lama, apalagi artware akan memakan waktu yang lebih lama daripada yang biasanya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 64


Katalog Ketenangan Jiwa 2022

Pada tahun 2021 Tulola Jewelry melahirkan sebuah koleksi baru yang berjudul “jiwa penuh sinar”. Pada koleksi tersebut brand ini ingin menyampaikan pesan bahwa pandemi yang mengubah berbagai hal dalam kehidupan, namun dibalik itu pandemi juga mengajarkan mengenai harapan dan sebuah optimisme. Selain hal itu Tulola Jewelry juga menceritakan mengenai semangat bangkit dan berkembang ditengah kondisi pandemi Koleksi ini hadir dengan nuansa yang berbeda mulai dari motif hingga pemilihan warna didalamnya. Dalam koleksi ini juga menggunakan batu serta kristal khusus yang memiliki makna mendalam pada setiap pilihannya. Koleksi ini terdiri dari 36 item yang didalamnya terdiri dari bros, anting, cuff, subeng, sirkam, kalung, dan cincin. Pada tahun berikutnya yakni tahun 2022 brand Tulola Jewelry mengeluarkan lagi sebuah koleksi bertajuk “Pustaka Tulola” yang berjudul “ketenangan jiwa” dengan slogannya yaitu “mengekalkan ingatan, merayakan kreativitas persembahan untuk masa depan”. Pustaka Tulola ini sendiri merupakan upaya untuk mencatat motif kultural nusantara, mitos, legenda, sastra indonesia, inovasi desain, dan teknik adiluhung. Gambar Koleksi Keris Beserta Harganya Pada Katalog Pustaka Tulola 2022

Pada tahun 2022 Pustaka Tulola berkolaborasi dengan seniman ukir yang bernama I Made Pada yang berasal dari bali. I Made Pada telah mendedikasikan dirinya selama 35 tahun dalam seni ukir emas dan perak untuk perhiasan barong suci, pratima, dan keris di pulau Bali. Beliau mendapatkan penghargaan Wijaya Kusuma pada tahun 2013 dari Kabupaten Gianyar, kemudian ada penghargaan dari Kemenpora pada tahun 2015, dan yang terakhir penghargaan Dharma Kusuma tahun 2016. -bersambungTENA MAGAZINE | HALAMAN 65


Foto pada Katalog Ketenangan Jiwa 2022

Selama 15 Tahun Tulola telah berada dalam industri kreatif dan perjalanan kesenian serta budaya yang ada di Indonesia. Tulola diharapkan seperti simbol infinity knot, yaitu brand yang selalu berkreasi tanpa batas dalam perjalanannya.

Foto pada Katalog Ketenangan Jiwa 2022

Dalam katalog pustaka Tulola terdapat 3 koleksi keris mewah dengan detail yang lain dari biasanya. Masing-masing keris bernama keris tangguh kamardikan I, keris tangguh kamardikan II, dan keris tangguh kamardikan III. Sebagai contoh keris tangguh kamardikan I, memiliki danganan berupa togogan dengan figur Dewa Krisna. Keris ini terbuat dari gading yang dikombinasi dengan batu mulia dan emas. Warangka kojongan terbuat dari kayu angsana dengan sekelingnnya dihiasi oleh pendok emas yang dikombinasikan dengan batu mulia. Wewer dan selut juga berbahan emas dikombinasi batu mulia. Keris 7 luk ngelindung (berlekuk sedang) dengan gandik naga raja dihias emas menggunakan teknik leleran. Teknik leleran ialah cara untuk menghias keris dengan logam mulia cair yang kemudian diberikan di atas permukaan bilah kemudian dirapikan menggunakan alat tatah menyesuaikan motif pola yang telah dirancang. Danganan dengan figuratif dewa-dewa diharapkan senantiasa memancarkan kemuliaan dan perlindungan. Sedangkan Dewa Krisna merupakan lambang dari kasih sayang dan kebijaksanaan. Danganan dengan bahan gading dipercaya juga memiliki tuah penolak bala dan kewibawaan. TENA MAGAZINE | HALAMAN 66


baik. Motif ini juga terinspirasi dari danganan atau hulu Keris Tangguh Kamardikan II berbentuk kocet-kocetan (gubahan dari bentuk ulat pohon dadap yang pada proses metamorfosisnya terjadi di kayu pohon, dengan bentuk menyerupai serangga bertaring) yang terbuat dari kayu arang.

Gambar Koleksi Booch Pada II Beserta Harganya Pada Katalog Pustaka Tulola 2022

Contoh perhiasan lainnya yaitu Brooch (Bross) yang memiliki motif angsa sebagai lambang dari kebijaksanaan. Ada juga motif bunga padma sebagai ungkapan keikhlasan dan ketulusan. Motif berasal dari Keris Tangguh Kamardikan II dengan 7 luk ngelindung (berlekuk sedang) dengan gandik Ganesa. Gambar Koleksi Earrings Pada III Beserta Harganya Pada Katalog Pustaka Tulola 2022 Selaras dengan tujuan filosofi motifnya, sosok Ganesa dianggap sebagai lambang Item perhiasan Earrings(anting-anting) kebijaksanaan, keberuntungan, dan ketulusan. Pada III ini terinspirasi dari filosofi nilai dan ornamen pada pendok Keris Tangguh Kamardikan III yang memiliki motif sekar. Motif sekar pada perhiasan ini dianggap sebagai lambang ketulusan dan keindahan. Dari beberapa item perhiasan yang ada dalam Koleksi Pustaka Tulola tersebut, dapat diartikan bahwa budaya-budaya lokal Indonesia, kekayaan alam Indonesia, serta warisan-warisan dari leluhur Indonesia dapat tetap dilestarikan dengan cara-cara baru. Cara Gambar Koleksi Sirkam Pada II Beserta tersebut dapat berupa mengkombinasikan, Harganya Pada Katalog Pustaka Tulola 2022 beberapa diantaranya pada aksesoris atau hal Berikutnya ada Sirkam Pada II yang lainnya dengan look yang lebih modern lagi. Hal mempunyai motif kupu-kupu. Kupu-kupu ini ini juga harus diimbangi dengan promosi yang sendiri dapat diartikan sebagai proses kuat, agar dapat diminati masyarakat luas. TENA MAGAZINE | HALAMAN 67 metamorfosis/perubahan ke arah yang lebih-


TELINGAAN ARUU AKSESORIS TRADISI DAYAK YANG HAMPIR PUNAH OLEH VIA HUSNA MUDHIAH

Dari waktu ke waktu, tradisi ini semakin menghilang, dan saat ini hanya tinggal sedikit orang Dayak yang masih memiliki cuping telinga panjang, itu pun umumnya generasi tua

43/60


Telingaan aruu atau tradisi memanjangkan daun telinga menjadi ciri khas masyarakat suku Dayak. Tradisi unik ini sebagai warisan nenek moyang yang turun temurun. Telingaan aruu biasanya menggunakan aksesoris berupa logam tembaga seperti gelang yang dijadikan sebagai pemberat pada daun telinga sehingga lubang daun telinga perlahan memanjang. Tradisi telingaan aruu dijadikan sebagai identitas

kebangsawanan

bagi

pria

maupun wanita. Di beberapa daerah suku Dayak tradisi ini juga dijadikan sebagai identitas

umur

mereka,

setiap

bertambahnya tahun aksesoris seperti gelang akan ditambah lagi di daun telinga. Mereka juga meyakini bahwa semakin panjang lubang daun telinga, maka semakin cantik wanita tersebut. Tetapi tidak semua suku Dayak mengenal tradisi ini, hanya mereka yang tinggal di pedalaman Kalimantan saja yang mengenal tradisi unik tersebut, seperti Dayak kenyah, Dayak Bahau, Dayak Punan, Dayak Kalabit, dan Sa’ban saja.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 69


Sejak usia bayi tradisi ini mulai dilakukan, diawali dengan penindikan pada daun telinga dan dipasang benang, setelah luka tindikan sembuh, diganti dengan kayu gabus ukuran kecil yang setiap minggunya akan ditambah ukuran kayunya. Apabila terkena air kayu tersebut mengembang sehingga lubang daun telinga ikut membesar. Setelah dirasa cukup besar lubang daun telinga dipasang anting-anting seperti gelang yang terbuat dari tembaga atau dalam bahasa kenyah di sebut “Belaong”. Secara berkala belaong ini akan ditambah satu persatu, sehingga lubang daun telinga semakin panjang dan besar karena tambahan berat dari belaong. Penambahan belaong disesuaikan dengan usia dan status sosial orang yang menggunakannya.

Pemanjangan telinga ini terdapat batasan. Untuk kaum wanita Dayak hanya diperbolehkan panjangnya sampai batas dada dan kaunm pria hanya boleh sampai batas bahu. Daun telinga yang sudah memanjang masih bisa dipendekkan dengan cara melepas anting-anting selama belasan atau puluhan tahun.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 70


Namun sangat disayangkan sekali, tradisi unik suku Dayak ini sudah mulai ditinggalkan. Sejak tahun 1950 generasi muda Dayak mulai memutuskan tidak mengikuti tradisi tersebut dengan alasan kesehatan. Beberapa dari mereka menganggap telingaan aruu sudah tidak zaman. Tradisi penindikan tentunya masih dilakukan tetapi tidak dengan telingaan aruu. Saat ini, suku Dayak yang masih memanjangkan telinganya sangat sulit dijumpai bahkan di pedalaman Kalimantan juga hampir tidak ada, bila ditemui biasanya hanya mereka yang berusia senja. Ironisnya, karena sudah dianggap ketinggalan zaman, beberapa wanita suku Dayak sengaja menghilangkan aksesoris tersebut dengan cara memotong daun telinganya yang sudah panjang.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 71



SORTALI!!! KENTAL DENGAN ADAT BATAK

TENA MAGAZINE | HALAMAN 73


Batak, salah satu suku di Indonesia yang memiliki sub-sub suku didalamnya, yakni Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Sub-sub suku Batak memiliki pakaian adat pada setiap sukunya yang tentu berbeda satu sama lain. Suku Batak Toba, salah satu bagian dari suku Batak secara keseluruhan. Suku Batak Toba meliputi Kabupaten Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan sekitarnya. Sortali (Mahkota Batak) merupakan ikat kepala dari suku Batak Toba. Sortali dipakai dalam acara pernikahan di suku Batak. Aksesoris ini cukup unik sehingga menjadi

pembeda antara pengantin dan tamu. Sortali ini dulunya hanya digunakan oleh putra-putri Raja Batak, bangsawan, orang kaya, atau orang yang tinggi golongannya. Sortali dianggap sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran. Sortali dapat menambah keanggunan dan keindahan bagi pengantin yang menggunakannya. Sortali melambangkan kesucian pernikahan, kehormatan, kecantikan pengantin dan kebaikan bagi pasangan serta keluarga. Sortali ini dipakai baik oleh pengantin lakilaki maupun perempuan. Namun, untuk pengantin laki-laki disebut Tali-tali yang juga menggunakan bahan ulos yang dinamakan Bintang Maratur yang menyimbolkan sukacita. TENA MAGAZINE | HALAMAN 74


Tali-tali ini berbentuk mahkota segitiga yang dililitkan di kepala. Sedangkan Sortali terbuat dari tembaga emas yang terbungkus kain merah persegi panjang yang diikat di kepala. Itulah alasannya, Sortali hanya dimiliki oleh golongan terpandang di dalam suku Batak. Biasanya Sortali dipadukan dengan ulos yang sangat kental dengan budaya Batak. Sortali sebagai hiasan di dahi menjadi ciri khas riasan pengantin wanita Batak Toba. Tiga helai daun sirih yang disematkan di antara sortali dan sanggul timpus khas pengantin Batak Toba ditambah dengan Bintang Maratur sebagai aksesori. Adapun untuk aksesoris pengantin perempuan terdiri dari borgut (kalung emas), gelang, cincin, anting, dan tas

yang terbuat dari ulos. Cantik dan eksotis menjadi cerminan dari tata rias pengantin Batak Toba. Baik penampilan pengantin wanita maupun pengantin pria sarat dengan keindahan tradisi. Kini, Sortali sudah bukan hanya dimiliki oleh bangsawan atau golongan tertentu lagi. Sortali sudah banyak disewakan dalam acara adat Batak seperti perkawinan, pelestarian budaya, sampai acara kesenian Batak di sekolahsekolah. Sejalan dengan perkembangan zaman, Sortali sudah banyak dimodifikasi dan bermotif ulos. Tidak hanya digunakan untuk pernikahan, namun sering digunakan sebagai hiasan ikat kepala, pergelangan tangan, hingga hiasan tas. TENA MAGAZINE | HALAMAN 75



AKSESORIS ANYAMAN MANIK-MANIK

KHAS SUKU DAYAK OLEH CAHYATI GITA SAPUTRI Foto Anyaman Manik-Manik Khas Suku Dayak ketika Dikenakan

Aksesoris merupakan salah satu pelengkap dalam suatu busana yang dikenakan untuk mendukung atau menambah keindahan didalam fashion. Aksesoris dalam beberapa daerah juga memiliki peranan yang mendalam, bahkan beberapa diantaranya memiliki makna spiritual. Aksesoris juga dapat merepresentasikan karakter pribadi. Seiring berjalannya waktu aksesoris sudah menjadi hal wajib pada setiap memadupadankan penampilan. Aksesoris dapat berupa cincin, kalung, gelang, anting-anting, dan lain sebagainya. Bahan dari aksesoris pun beraneka ragam seperti emas, perak, kuning-

an bahkan manik-manik juga dapat digunakan untuk membuat aksesoris. Salah satu aksesoris yang melegenda yaitu aksesoris manik-manik dari Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan. Dalam Suku Dayak memang tidak lepas dari anyaman-anyaman yang sering kali mereka buat, termasuk juga anyaman aksesoris dari manik-manik, yang merupakan salah satu ciri khas dari Suku Dayak. Cikal bakal adanya aksesoris anyaman manik-manik ini ialah pada zaman dahulu saat Suku Dayak belum mengenal kain, merekaTENA MAGAZINE | HALAMAN 77


menyambungkan batu-batu dengan ukuran kecil yang kemudian dijadikan pakaian. Dahulu manik-manik ini juga dipakai sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada orang tua atau memiliki jabatan/gelar tertentu. Lalu pada setelahnya rangkaian/anyaman manikmanik digunakan sebagai pakaian adat, ikat kepala, bahkan digunakan juga sebagai gendongan anak. Dari keterangan tersebut didapatkan bahwa manik-manik sebenarnya telah menjadi bagian dari ciri khas masyarakat Suku Dayak sejak lama. Rangkaian/anyaman manik-manik ini tentu tak lepas dari makna spiritual yang ada didalamnya. Seperti manik-manik yang terbuat dari batu akik memiliki makna spiritual untuk menyembuhkan penyakit, lalu ada manik-manik berasal dari batu kecubung untuk penyembuh/penawar penyakit dari racun hewan berbisa. Ada pula makna wana-wana yang ada dibalik rangkaian manik-manik khas Suku Dayak, seperti warna merah merupakan simbol dari semangat baru, lalu warna biru sebagai simbol sumber kekuatan yang diharapkan tidak mudah luntur, kemudian ada warna kuning sebagai simbol keramat dan keagungan, ada warna putih yang merupakan lambang kesucian iman manusia kepada pencipta-Nya. Suku Dayak sendiri percaya bahwa manik-manik khas-nya ini dapat digunakan sebagai pengusir roh jahat yang ada maupun sebagai penolak bala.

Foto Anyaman Manik-Manik Khas Suku Dayak ketika Dikenakan

TENA MAGAZINE | HALAMAN 78


Penggunaan Aksesoris Manik-manik Suku Dayak

Penggunaan anyaman manik-manik pada saat ini bisa dikenakan untuk semua kalangan, baik dari dalam Suku Dayak maupun luar Suku Dayak, dari mulai usia muda sampai dengan tua. Variasi anyaman manik-manik pada saat ini juga semakin banyak, berbagai desain serta beberapa manik-manik ada yang dirangkai mengikuti trend yang lebih sederhana agar mencapai pasar yang lebih luas lagi. Anyaman manikmanik khas Suku Dayak ini-pun tidak hanya terbatas pada gelang, kalung, ikat kepala, ada juga anyaman manik-manik yang dirangkai menjadi tas, dompet dan lain sebagainya demi untuk menaikkan harga jual dari manik-manik tersebut serta untuk memenuhi keinginan para konsumen. Anyaman manik-manik ini ketika semakin sulit cara pembuatannya, semakin lama dalam pengerjaannya maka akan semakin tinggi pula biaya untuk memproduksinya. Kabupaten Sintang merupakan salah satu penghasil anyaman manik-manik di Kalimantan Barat. Kabupaten tersebut selain merupakan penghasil anyaman manik-manik juga memproduksi tenun. Kebanyakan pengrajin anyaman manik-manik pada daerah ini merupakan para orang tua,

TENA MAGAZINE | HALAMAN 79


GELANG SIMPAI KHAS SUKU DAYAK YANG DIBUAT LANGSUNG DITANGAN PEMAKAI OLEH VIA HUSNA MUDHIAH

Terdapat salah satu aksesoris yang unik yang dapat dijumpai ketika berkunjung ke Kalimantan Selatan, terutama di pedalaman Meratus, kita dapat menemui aksesoris berupa gelang simpai. Konon gelang ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan tidak sembarangan orang dapat membuat dan memakai gelang simpai. Gelang simpai merupakan gelang asal Kalimantan Selatan yang proses pembuatannya langsung di tangan si pemakai. Biasanya gelang ini dibuat oleh Balian atau ketua adat Dayak yang biasanya memimpin upacara adat Dayak. Ibnu Ibrahim, seorang pemuda Dayak sekaligus

pengrajin

gelang

simpai

itu

mengatakan bahwa gelang simpai dipercaya oleh masyarakat Dayak memiliki kekuatan ajaib seperti menolak sihir atau ilmu hitam, menolak gangguan roh jahat yang berada di alam Meratus, sebagai penawar racun melalui poripori tubuh, dan juga meningkatkan keberanian bagi pemuda-pemuda Dayak.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 80


GELANG


SIMPAI


TENA MAGAZINE | HALAMAN 83

Masyarakat Dayak Meratus Loksado juga menganggap gelang simpai sebagai simbol persaudaraan erat mereka dikarenakan bahan yang dipakai untuk membuat gelang simpai merupakan satu kesatuan yang tak terputus. Gelang simpai ini terbuat dari tumbuhan serat pakis atau biasa disebut ‘Alang Am’ yang bahan bakunya hanya bisa ditemukan di lereng yang menghadap matahari di Pegunungan Meratus, Loksado. Rusdiyansyah, kepala suku desa Pipitak Jaya Kacamatan Piani Kabupaten Tapin atau Damang menjelaskan bahwa proses pembuatan gelang simpai ini cukup panjang karena harus mencari akar tanaman janggang atau ‘Alang Am’ yang kini semakin sulit dicari. Sebenarnya terdapat alternatif lain untuk membuat gelang simpai. Rotan bisa menjadi bahan pengganti pembuatan gelang simpai, tetapi perlu dilakukan pewarnaan terlebih dahulu supaya berwarna hitam. Proses pewarnaan rotan menggunakan pucuk daun pohon Damar untuk menghasilkan warna hitam, sedangkan pewarnaan menggunakan pucuk daun jengkol akan menghasilkan warna merah. Damang mengungkapkan bahwa proses pewarnaan rotan sendiri bisa memakan waktu hingga seminggu, mulai dari proses perebusan sampai dengan perendaman. Proses yang lama ini akan menghasilkan warna yang lebih berkualitas, bagus, dan permanen.

Proses pembuatan gelang simpai disesuaikan dengan ukuran tangan pemakainya dan dianyam secara langsung ditangan. prosenya terbilang cukup rumit sehingga membutuhkan waktu sekitar 15 menit, 20 menit, bahkan hingga hitungan jam, tergantung dari tingkat kesulitannya. Seorang pengrajin gelang simpai bernama Yandi menceritakan bahwa proses penganyaman gelang simpai membutuhkan konsentrasi tinggi. Tidak bisa sembarangan karena harus menyesuaikan ukuran tangan pemakainya dan membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Yandi juga menjelaskan mengapa gelang simpai harus menyesuaikan tangan pemakai. Hal itu dikarenakan gelang simpai menggunakan bahan yang keras dan tidak lentur seperti karet sehingga pembuatannya dibuat hanya cocok untuk si pemakai saja.


Gelang simpai sebenarnya tidak terdapat bukaan yang dapat dibuka tutup dan bisa dilepas kapan saja. Namun semakin berkembang kini banyak Gelang Simpai yang diberi bukaan yang dijual melalui market place. Meskipun begitu masih banyak orang yang menyukai versi aslinya yang dianyam langsung ditangan, hal itu membuat Gelang Simpai yang dipakai lebih eksklusif dan bermakna. Yandi mengungkapkan bahwa keahliannya dalam membuat gelang simpai diperoleh secara turun-temurun dari keluarganya. Sejak masih kecil ia sudah diajarkan oleh orang tuanya membuat gelang simpai. Ia juga pernah menunjukkan keahliannya di luar daerah. Kala itu ia diundang ke suatu pameran budaya di Jakarta dan diminta untuk membuat gelang simpai. Hal tersebut membuat dirinya bangga. Bagi Suku Dayak Meratus anyaman simpai ini dulunya hanya sebagai aksesoris Mandau, yang memiliki tingkatan, yakni semakin tinggi simpai yang dibuat, semakin tinggi pula kemampuan sang pemilik dalam menggunakannya.

Seiring perkembangan zaman, anyaman simpai mulai bergeser fungsinya menjadi aksesoris seperti gelang dan cincin untuk cendera mata. Ketika orang menggunakan gelang Simpai pertanda pernah menginjak Pegunungan Meratus Loksado atau perkampungan orang Dayak. Untuk harga perbuahnya bisa dibilang sangat terjangkau sekitar Rp20.000-an dan kita juga bisa membeli yang sudah jadi atau juga langsung minta anyamkan ditangan kita langsung.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 84


AKSESORIS TRADISIONAL KALUNG MUTI SALAK (ANAHIDA) KHAS SUMBA NUSA TENGGARA TIMUR OLEH VIA HUSNA MUDHIAH

Munti Salak atau dikenal juga dengan sebutan Anahida, yakni manik manik gaya antik yang terbuat dari batuan alam. Umumnya batu alam yang digunakan berwarna oranye sampai warna kemerahan. Aksesoris ini dapat dijumpai di daratan Sumba, Timor, hingga Rote Nusa Tenggara Timur. Namun beberapa daerah diluar Nusa tenggara Timur juga mengenal Anahida. Berdasarkan beberapa bumber yang ada, Muti Salak atau Anahida ini telah dikenal oleh warga NTT sejak abad ke-17. Konon katanya Aksesoris Anahida berasal dari Negeri India yang dibawa oleh pedagang China bersama dengan barang dan properti lainnya untuk ditukar dengan kayu cendana yang ada di Sumba. Pedagang China mendatangi pantai-pantai Pulau Timor dan disambut kaum pribumi yang membawa kayu cendana dan lilin. Kedua komoditas tersebut kemudian ditukarkan dengan barang pecah belah yang dibawa pedagang China seperti kain lenan putih, pisau, mangkuk, piring, parang, dan manik anahida. Namun terdapat pula argumentasi bahwa anahida dibuat di negeri Eropa dan dibawa oleh para pedagang.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 8


Batu alam yang dijadikan bahan utama anahida adalah batu alam yang snagat berharga pada masanya. Oleh karena itu kalung anahida ini memiliki harga yang sangat mahal. Dimasa kolonial Belanda, VOC pernah meminta sebuah upeti berupa manik anahida karena mengetahui betapa berharganya anahida tersebut. VOC yang sempat menduduki wilayah Kupang saat itu menekan kaum pribumi yang menyebabkan perlawanan dari pribumi yang dipimpin oleh Rai Dimu. Tahun 1674 rakyat dimu merampas kapal VOC. Hal tersebut membuat VOC marah dan menyerang Dimu. Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata. Tetapi rakyat Dinu dituntut untuk membayar rugi sebesar 300 budak, 150 tahel emas dan 150 tahel anahida. Saat ini kalung anahida menjadi perhiasan khas Nusa Tenggara timur yang dikenakan di leher sebagai kalung. Anahida yang asli berasal dari batu alam berharga di masa silam harganya mencapai jutaan rupiah. Oleh sebab itu kini semakin banyak pedangang yang curang dengan membuat tiruan anahida. Konon katanya cara membedakan anahida yang asli dengan yang palsu yaitu dengan menempelkan lidah ke anahida, jika rasanya sedingin es maka itulah anahida yang asli dan harganya sangat mahal.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 86


Masyarakat tradisional di seluruh dunia beranggapan bahwa manik-manik adalah bagian dari budaya. Suatu kalung manik- manik merepresentasikan keberagaman, identitas serta kompleksitas dari material dan wujud yang digunakan. Kepemilikan kalung muti salak untuk warga Nusa Tenggara Timur, menunjukkan peran serta status dalam budaya, kekayaan keluarga, keahlian ekonomi serta keberhasilan dalam hidup dengan memandang jumlah kalung yang dipunyai. Kalung tradisional ini pula kerap dijadikan belis tidak hanya perhiasan dari emas serta perak, duit perak, hewan ternak, serta duit. Dikala ini muti Salak jadi pusaka turun temurun yang nilainya sangat mahal. Kabarnya seuntai muti salak sebanding dengan harga sebagian ekor ternak semacam kerbau ataupun sapi. Saat ini muti salak asli jadi benda yang langkah serta cuma dipunyai oleh keluarga tertentu

TENA MAGAZINE | HALAMAN 87


KEBUDAYAAN TIDAK DAPAT DIPERTAHANKAN SAJA, KITA HARUS BERUSAHA MERUBAH DAN MEMAJUKAN, OLEH KARENA KEBUDAYAAN SEBAGAI KULTUUR, SEBAGAI BARANG YANG TUMBUH, DAPAT HILANG DAN BISA MAJU Mohammad Hatta


MAKNA DIBALIK SIGER PEPADUN YANG DIKENAKAN NIKITA WILLY PADA FOTO PRE-WEDDINGNYA OLEH CAHYATI GITA SAPUTRI

Foto Pre-wedding Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono TENA MAGAZINE | HALAMAN 89


TENA MAGAZINE | HALAMAN 90

Siapa yang tak kenal dengan Nikita Willy? Nikita Willy merupakan aktris dengan segudang talenta luar biasa. Aktris cantik ini juga baru saja dikaruniai bayi laki-laki Pada 7 April 2022. Hal ini membuat Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono resmi menjadi orang tua. Kilas balik mengenai hubungan kedua pasangan ini sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan sangat penuh dengan lika-liku, dari mulai sempat dilamar kemudian setelahnya putus, lalu dilamar kembali, dan akhirnya dapat melangsungkan per-nikahannya. Sebelum melangsungkan pernikahannya, Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono sempat melakukan beberapa pemotretan pre-wedding. Prewedding atau juga disebut dengan dokumentasi pra nikah sudah seperti sebuah keharusan yang dijalani oleh calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan. Alasan sederhana dibalik foto prewedding ini bisa juga untuk kartu undangan pernikahan, atau dekorasi pada saat pernikahan. Seiring dengan waktu berjalan, konsep maupun tema-tema yang digunakan pada saat pre-wedding semakin beraneka ragam. Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono pun melaksanakan prewedding dengan berbagai macam tema, dari mulai tema modern sampai tradisional mereka jalankan. Salah satunya yaitu pasangan ini mengusung tema pakaian adat Lampung yang terlihat dari unggahan pada instagram pribadi Nikita Willy.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 2


Foto Pre-wedding Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono

Pakaian adat Lampung yang dikenakan dalam tema pre-wedding Nikita Willy dan Indra Priawan Djokosoetono ini ialah pakaian adat pepadun/siger pepadun yang dimodifikasi sedemikian rupa dengan sentuhan-sentuhan modern. Pada foto prewedding ini Nikita Willy menggunakan riasan bold disertai dengan penggunaan aksesoris berwarna gold membuatnya sangat mewah seperti putri kerajaan. Menurut garis besar pakaian adat Lampung dibagi menjadi dua, yaitu pakaian adat Lampung pepadun dan sai batin. Pakaian adat Lampung pepadun secara umum yang dikenakan pria ialah baju lengan panjang putih, celana panjang dengan luarnya diberi sarung tumpal, khikat akhir, dan sesampuran. Sarung tumpal ialah kain sarung khas daerah Lampung yang ditenun menggunakan benang emas, biasanya dikenakan pada luar celana dari pinggang hingga lutut. Kemudian ada khikat akhir yang berupa selendang bujur sangkar yang dilingkarkan ke pundak menutupi bagian bahu. Lalu yang berikutnya yaitu sesapuran, sesapuran ialah kain putih dengan rumbai ringgit yang diikatkan di luar sarung. Pakaian adat ini juga disertai dengan beragam aksesoris maupun milinaris yang dikenakan. Seperti kopiah emas beruji, perhiasan leher berbentuk kalung, perhiasan pada dada, perhiasan pada pinggang, perhiasan pada lengan, dan penggunaan selop untuk kaki.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 91



Untuk pakaian adat Lampung pepadun yang dikenakan perempuan tidak jauh berbeda dengan yang dikenakan pria, seperti sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai (tapis). Kemudian ada selepai, bebe, kain tapis dewa sano. Selepai ialah baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah dihiasi rumbai ringgit. Kemudian bebe dengan bentuk bunga teratai yang disulam dengan menggunakan benang satin. Lalu ada kain tapis dewa sanoyang berupa rumbai ringgit dari kain tapis jung sarat. Kain tapis ini sendiri memiliki 27 motif yang berbeda-beda maknanya pula. Yang membuat menarik dari pakaian adat Lampung pepadun yang dikenakan wanita ini yaitu terletak pada aksesorisnya seperti siger pepadunnya, seraja bulan, peneken, selepai, subang, kembang rambut, serta berbagai aksesoris ataupun perhiasan yang dikenakan dileher maupun dada. Siger pepadun ialah mahkota emas khas yang dikenakan wanita dengan sembilan buah lekukan. Kemudian ada seraja bulan yang berupa mahkota kecil beruji tiga yang terletak diatas siger yang berjumlah lima buah. Yang berikutnya ada subang, subang ialah perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga dengan bentuk serupa dengan buah kenari dan terbuat dari emas. Perhiasan leher ada kalung buah jukum, kalung ringgit, kalung papan jajar. Kalung buah jukum ialah kalung dengan bentuk serupa dengan buah jukum yang dirangkai. Kemudian kalung ringgit ialah kalung dengan aksesoris berupa 9 buah-

uang ringit. Selanjutnya ialah kalung papan jajar yang berupa gantungan tiga lempengan siger kecil atau perahu, merupakan simbol kehidupan. Perhiasan pinggang yang dikenakan yaitu selempang pinang yang digantungkan secara melintang dari bagian bahupinggang dan disertai dengan ikat pinggang yang terbuat dari beludru dengan warna merah dengan hiasan bunga dari kuningan. Perhiasan yang dikenakan dilengan ada beberapa yaitu gelang burung, gelang kano, gelang bibit, gelang duri. Perhiasan yang dikenakan dilengan ini cenderung sama dengan yang digunakan pria juga. Gelang burung ialah gelang pipih dengan aksen burung garuda. Selanjutnya gelang kano ialah gelang dengan bentuk lingkaran dikenakan pada lengan kanan dan kiri. Lalu ada gelang bibit yang dikenakan dibawah gelang kano. Masing-masing bagian yang dikenakan pada pakaian adat Lampung pepadun dari mulai pakaian utama sampai ke milineris maupun aksesoris yang dikenakannya memiliki makna filosofis yang mendalam. Filosofis ini tidak lepas dari harapan serta cita-cita leluhur yang diharapkan membawa kehidupan tanpa rintangan yang berarti. Nilai-nilai yang terkandung dlaam kearifan lokal ini harus dilestarikan keberadaannya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 93


PYO JEWELRY AKSESORIS TRADISIONAL YANG TRENDY OLEH CAHYATI GITA SAPUTRI

Perlahan berbagai industri mulai menyesuaikan industrinya kembali seiring dengan menurunnya kasus covid-19 di Indonesia. Ekonomi kian membaik berkat industri-industri, seperti industri hiburan, industri makanan dan minuman, industri fashion, dan lain sebagainya, yang mulai mulai beroprasi kembali. Sejalan dengan membaiknya situasi saat ini, mobilitas dan aktivitas masyarakat semakin mengalami peningkatan yang sangat fantastis. Hal ini berarti situasi serta kondisi pandemic di Indonesia mulai dapat dikendalikan lagi. Dengan seringnya aktivitas masyarakat, membuat industri fashion harus kreatif dan inovatif untuk menciptakan hal-hal baru yang sesuai dengan trend setelah pandemic, khususnya industri aksesoris. Industri aksesoris ini sendiri harus bekerja keras menyesuaikan dengan trend, dimana masyarakat secara keseluruhan mengalami perubahan trend.

Salah satu industri aksesoris yang saat ini menyesuaikan dengan trend yaitu brand “Pyo Jewelry”. Pyo Jewelry merupakan brand lokal dari Palembang yang dirintis oleh Luthfia Fataty sejak tahun 2015. Dari awal berdirinya Pyo Jewelry ini mengangkat koleksi perhiasan handmade dengan motif-motif khas daerah Palembang dan dengan didukung oleh bahan baku yang juga berasal dari dalam negeri. Mencuaknya trend industri dengan prinsip zero waste juga dimanfaatkan oleh Pyo Jewelry untuk prinsip dasar usaha-nya. Pyo Jewelry ini juga memiliki dua tema yang mendasarinya yaitu, heritage jewelry serta kontenporer jewelry. Untuk tema pertama yaitu heritage, merupakan tema yang mengangkat perhiasan antik atau replika dari perhiasan peninggalan kebudayaan yang ada di nusantara. Seperti peninggalan budaya dari melayu, Palembang, sriwijaya, dan lain sebagainya. Tujuan dari tema heritage ini yaitu membuat para pemakai, pembeli, maupun penikmat karya aksesorisnya tidak melupakan sejarah, dan budaya yang ada di negeri kita sendiri.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 94


Lalu untuk tema kedua yaitu kontenporer, merupakan tema yang mengangkat perhiasan yang terbuat dari bahan baku batu alam dari Sumatra selatan, gading, coral, Mutiara, dan lain-lain yang kemudian dijadikan satu dengan paduan motif etnik dan kontenporer sesuai dengan trend yang ada. Seperti katalog Pyo Jewelry pada tahun 2020 yang mengeluarkan aksesorisaksesoris handmade dengan motif dan budaya khas Indonesia. Aksesoris yang dikeluarkan oleh Pyo Jewelry yang mengangkat budaya seperti anting sarang burung, dan kalung anak ayam.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 95


Anting sarang burung ini merupakan anting yang biasayang digunakan oleh pengantin wanita pada adat Palembang, dengan detail anting bulat dan memiliki juntai lebat. Anting ini terbuat dari bahan tembaga yang diberikan lapisan emas, dengan panjang 5cm. Anting ini dibandrol dengan harga Rp. 500.000,00-.

Kemudian yang selanjutnya yaitu kalung anak ayam ialah kalung yang berasal dari budaya Palembang, pada zaman dahulu kalung ini terinspirasi oleh anak ayam dari hasil akulturasi dengan budaya cina. Kalung ini terbuat dari bahan perak berlapis emas dengan kombinasi permata zirkon sehingga berkilau saat dikenakan. Kalung anak ayam ini dibandrol dengan harga Rp. 2.750.000,00-.

Pyo jewelry merupakan bukti nyata dari industri aksesoris menggunakan prinsip zero waste dan mengangkat budaya indonesia namun tidak termakan oleh zaman. Dengan prinsip awalnya yaitu mengangkat motif dan budaya daerah di Indonesia ternyata banyak diminati dan juga mengangkat budaya Indonesia ke tahap ‘next level’.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 96


BY GIVING A STORY, WE CAN DELIVER THE UNIVERSAL VALUES THAT IS ADMITTED BY EVERY CULTURE. SO THAT VARIOUS UNIQUE CULTURES ACTUALLY CAN LIVE SIDE BY SIDE IN HARMONY -Maisie Junardy-


AKSESORIS ADAT PALEMBANG YANG DIKENAKAN RIA RICIS PADA PROSESI AKAD PERNIKAHANNYA

OLEH CAHYATI GITA SAPUTRI

Ria Ricis atau dengan nama asli Ria Yunita yang lahir di Batam pada tanggal 1 Juli 1995 adalah yang dikenal sebagai salah satu YouTuber yang berasal dari Indonesia. Ria Ricis juga merupakan YouTuber wanita pertama yang memiliki jumlah subscriber terbanyak di daerah Asia Tenggara. Ria Ricis juga merupakan salah satu YouTuber terkaya di Indonesia. Ria Ricis resmi dipersunting oleh Teuku Ryanpada hari Jumat, 12 November 2021. Pernikahan ini digelar di Hotel Intercontinetal, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Teuku Ryan memiliki nama asli Teuku Rushariandi lahir pada tanggal 23 Oktober 1975. Teuku Ryan sendiri berasal dari Kota Langsa, Aceh.

Prosesi akad nikah Ria Ricis dan Teuku Ryan dilaksanakan secara mewah dengan menggunakan adat Palembang, sementara pada saat acara resepsi pernikahannya menggunakan tema modern layaknya istana princess. Prosesi pernikahan menggunakan berbagai adat daerah yang ada di Indonesia seperti tak lekang oleh waktu, masih banyak yang terus menggunakannya, walaupun beberapa diantaranya diubah ke arah yang lebih modern lagi. Pernikahan adat Palembang ini masih banyak digunakan di Indonesia. Pernikahan dengan adat Palembang ini memiliki banyak sekali detail, keunikan, serta makna religi didalamnya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 98


Pada zaman dulu Palembang merupakan daerah kesultanan, sehingga sangat kental dengan nuansa kesultanan didalamnya. Salah satu pakaian adat Palembang yang sering kali digunakan dalam acara pernikahan yaitu Aesan Gede. Aesan Gede sendiri berarti pakaian kebesaran. Aesan Gede ini sendiri biasanya menggunakan warna merah atau warna keemasan, seperti yang digunakan oleh Ria Ricis. Ria Ricis juga menggunakan kain tenun songket dengan warna keemasan dan bergemerlap yang biasanya disebut dengan Swarna Dwipa.

Pelengkap Aesan Gede pada pria yaitu kalung, kopiah, bunga melati, teratai, carkalimah, selempang sawit, peding, gelang gepeng, gelang kano, carkalimah, songket dada, kain songket, sapu tangan wangsit, baju, rompi, dan celananya. Untuk pelengkap Aesan Gede pada wanita yaitu ada mahkota/karusuhun kalung kebo munggah, selempang sawit, carkalimah, teratai, peding, gelang gepeng, gelang kan, songket dada/dodot, songket kembang setandan, sapu tangan wangsit, kembang melati dan kembang goyang. Pada pernikahan Ria Ricis nampak adat Palembang yang telah dimorernisasi, namun tak meninggalkan adat Palembangnya. Seperti penggunaan aksesoris gelang gepeng yang memiliki makna berupa saling menguatkan, menjaga kerukunan, dan rasa persatuan dalam rumah tangganya dikemudian hari. Kemudian ada ikat pinggang yang disebut peding. Peding merupakan simbol bahwa kedua mempelai siap menjalani rumah tangga. Lalu ada mahkota yang dikenakan pengantin perempuan yang dianggap sebagai penghormatan dan penghargaan kepada wanita yang berperan sebagai pusat kehidupan. Mahkota ini juga menandakan sifat kelembutan, memiliki rasa kekeluargaan, dan jiwa keibuan. Sapu tangan merah segitiga yang terbuat dari beludru dengan taburan kelopak bunga melati emas dan berwarna merah, disimbolkan sebagai ketegaran hidup.

TENA MAGAZINE | HALAMAN99


Adat pernikahan dari berbagai daerah memang selalu menarik untuk dikenakan. Tak hanya menambah kesan yang tak dapat dilupakan bagi pengantin, namun juga setiap pelengkap baik itu pakaian maupun aksesoris yang dikenakan penuh akan makna baik untuk pengantin. Ditambah lagi dengan perkembangan zaman, adat istiadat dapat dipadu padankan dengan gaya modern namun tetap dengan tidak meninggalkan arti adat yang ada, dan tidak merusaknya.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 100


MENGENAL PAKAIAN DAN AKSESORIS TRADISIONAL PENGANTIN SUMATERA UTARA

BATAK TOBA DAN BATAK KARO Oleh Aulia Khairunnisak

TENA MAGAZINE | HALAMAN 101


TENA MAGAZINE | HALAMAN 103

Sumatera Utara merupakan sebuah provinsi di bagian Utara pulau Sumatera, dengan ibu kota berlokasi di Kota Medan. Sumatera Utara di dominasi oleh suku Batak. Suku batak merupakan suku bangsa yang menempati posisi ketiga terbanyak di Indonesia, yaitu mencapai 8.466.969 jiwa. Suku batak dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan juga Batak Mandailing. Diantara 6 kelompok tersebutm suku Batak Toba dan Batak Karo adalah yang paling banyak

SUKU BATAK MEMPUNYAI ADAT ISTIADAT YANG SANGAT KENTAL Suku batak memiliki adat istiadat yang sangat kental. Salah satunya adalah pakaian tradisional. Suku Batak Toba sangat terkenal dengan Kain Ulos yang sangat identik. Kain Ulos merupakan kain berbahan sutera yang ditenun menggunakan alat tradisional. Motif yang paling terkenal adalah Gorga Kain Ulos biasanya ditenun menggunakan benang berwarna hitam, putih, perak, merah dan emas. Masyarakat suku Batak menggunakan Ulos sebagai selempang baju yang digunakan saat upacara adat dmaupun kegiatan sehari-hari. Saat upacara adat, motif Ulos yang digunakan adalah Ukia Ragihotang, Sadum, Jugjaradigup dan juga Runjat. .

TENA MAGAZINE | HALAMAN 102


Berbeda dengan suku Batak Toba, Batak Karo memiliki kain khas tersendiri. kain tersebut dikenal dengan nama Uis Gara. Uis Gara merupakan kain yang terbuat dari pintalan kapas. Kain Uis Gara terkenal dengan warna merah yang mencolok. Kain ini berfungsi sebagai penutup tubuh saat beraktivitas sehari-hari. Batak Toba dan Batak Karo memiliki beberapa perbedaan, seperti perbedaan nenek moyang, bahasa, karakter dan juga adat istiadat. Salah satu perbedaan adat istiadat yang cukup mencolok perbedaannya adalah perkawinan. Perbedaan yang dapat dilihat adalah pakaian serta aksesoris tradisional yang dikenakan oleh kedua mempelai.

Pakaian pengantin perempuan Batak Karo terdiri dari baju tutup dengan lengan panjang yang menandakan bahwa pengantin yang menikah adalah seorang gadis. Warna yang dominan digunakan adalah kuning dan juga merah. Sedangkan untuk bagian bawah dikenakan sarung sungkit yang dililit dengan kain ulos. Dapat juga menggunakan kain tenun berjumlah tiga lapis. Kain tenun tersebut antara lain adalah Uis Jungkit, Uis Julu (berwarna biru tua dengan garis benang emas), serta Uis Nipes berwarna merah dan motif yang bermacam-macam.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 103


TENA MAGAZINE | HALAMAN 104

Pengantin pria adat Karo ditandai dengan ciri khas baju dan juga tudung kepala yang disebut Bulang-Bulang. Tudung kepala ini terbuat dari kain Beka Buluh dengan warna merah dan motif garis berwarna keemasan. Pengantin pria juga menggunakan kain dengan motif dan warna yang sama untuk disampirkan pada pundaknya. Pada tudung kepala, dikenakan aksesoris tradisional beupa Rudang-rudang serta Sortali yang berukuran besar, digunakan seperti kalung pada leher sampai ke dada. Pengantin pria juga mengenakan perhiasan lainnya, seperti Gelang Sarong dan memakai sesamping yang biasanya bermotif garis emas dan dikenakan di bagian pinggang sampai ke lutut.

PENGANTIN BATAK Dalam adat istiadat perkawinan Batak Toba, pengantin wanita menggunakan kain Ulos Ragi Hotang sebagai selendang ataupun sebagai rok. Kebaya yang digunakan adalah Bilulu na Torangm atau kain kebaya yang berwarna hitam. Pengantin wanita Batak Toba juga menggunakan hiasan kepala, disebut Sortali dan Sanggul Timpus. Pada Sanggul Timpus disematkan tiga helai daun suruh sebagai pemanis, dan juga Bintang Matutur. Aksesoris pengantin perempuan terdiri dari borgut (kalung emas) cincin, anting dan tas yang terbuat dari ulos, digunakan sebagai tempat meletakkan daun sirih.


Pakaian Pengantin Batak Toba Pada pengantin pria, kain Ulos dikenakan di seluruh tubuh, namun seiring dengan perkembangan zaman, kini telah digantikan dengan jas dan kain Ulos hanya di kenakan pada pundak saja. Penutup kepala mempelai pria Batak Toba dibentuk dari kain Ulos yang disebut dengan Tali-tali Ragi Sakkar dengan ujung yang tajam keatas. Hal ini melambangkan bahwa pria adalah pemimpin bagi wanita. Aksesoris yang dikenakan antara lain adalah borgut atau kalung emas (namun berbeda dengan milik mempelai wanita), tas sandang, cincin juga Tunggal Panaluon yang menjadi tongkat khas Batak Toba.

TENA MAGAZINE | HALAMAN 105


TENAMAGAZINE

PTBB FT UNY 2022


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.