REDAKSI SALAM
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Halo pembaca setia Tena Magazine! Pada edisi Tena Magazine kali ini, kami tim redaksi telah menyiapkan berbagai macam artikel menarik untuk pecinta fashion di Indonesia dengan tema Wastra Nusantara, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Wastra Nusantara merupakan berbagai jenis kain tradisional peninggalan leluhur secara turun - temurun dan menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Semoga apa yang kami sajikan dalam Tena Magazine edisi kali ini dapat memberi manfaat dengan menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca setia Tena Magazine Kami segenap tim redaksi mengucapkan terima kasih.
Mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkesan dan masih banyak kekurangan dalam majalah ini Sega terima dan jadikan pelajaran kedepann Wassalamu'alaikum Wr Wb
KAIN ULOS BATAK
TOBA
Oleh : Virgia Deka Ajeng P. D.
ISSUU
Ulos adalah kain suku batak yang ditenun oleh wanita suku tersebut dengan hasil corak, pola, dan warna yang memiliki makna tertentu. Martonun ulos merupakan kegiatan menenun kain ulos, dilaksankan oleh suku tersebut.
TOP 12
Fungsi utama kain ini sebagai penghangat tubuh, namun saat ini juga sebagai lambang dari semua aspek kehidupan suku batak. Setiap kain memiliki makna tidak sama, didasari oleh tujuan pembuatan dan jenis kain tersebut. Makna yang terdapat pada kain ulostertampak pada pola, warna, dan corak yang dibuat oleh pengerajinnya. Kain ulos juga lambang berkomunikasi adat suku batak. Oleh karena itu, makna setiap jenis kain ini melambangkan kearifan lokal suku batak. Berikut ini ada beberapa contoh jenis kain ulos suku batak Toba :
Wastra Nusantara
JENIS KAIN ULOS BATAK TOBA
KAIN ULOS
Padang Ursa
Kain ulos padang ursa yaitu berfungsi menjadi pengikat atau selendang Digunakan sebagai parompa (kain ikatan gendongan) oleh suku batak
KAIN ULOS
Mangiring
Kain ulos mangiring yaitu kain yang diberikan untuk anak pertama. Hal tersebut memiliki makna agar anak dapat menuntun saudaranya sesuai dengan tradisi dan harapan keluarga.
KAIN ULOS
Bintang Maratur
Kain ulos bintang maratur yaitu melambangkan kegembiraan Jenis ini dipergunakan dalam adat mangulasi suku batak Serta dapat sebagai penggantiulos mangaring
KAIN ULOS Antak-antak
Kain ulos antak-antak yaitu melambangkan kesedihan. Dipakai saat berkunjung ke rumah duka.
Wastra Nusantara
ISSUU
Bolean KAIN ULOS
Kain ulos bolean yaitu ulos yang penggunaannya sama dengan ulos antak-antak.
KAIN ULOS
Ragi Huting
Kain ulos ragi hutingyaitu kain yang dipakai wanita batak dengan cara dililitkan pada dada dan pakai orang tua yang sedang berpergian.
KAIN ULOS Pinan lobu-lobu
Kain ulos pinan lobu- lobu yaitu melambangkan kesedihan. Dipakai saat berkunjung ke rumah duka.
KAIN ULOS Ragi Hotang
Kain ulos ragi hotang yaitu ulos yang paling sering digunakan Biasanya digunakan menjadi hadiah pernikahan Juga dapat dipergunakan sebagai parompa.
TOP 12
KAIN ULOS Pinuncaan Kain ulos pinuncaan yaitu ulos paling mahal, terdiri dari 5 bagian ditenun masingmasing, setelah itu digabungkan Ulos ini dipakai saat adanya kebahagiaan atau kesedihan dengan aturan yang ada
Wastra Nusantara
KAIN ULOS
Sibolah Pamontari
Kain ulos sibolang pamontari yaitu dipakai saat duka cita, digunakan pihak keluarga yang sedang mengalami cobaan Dapat disebut juga menjadi ulos tujung ketika digunakan istri atau suami yang ditinggalkan pasangannya dan belum dikaruniai cucu.
KAIN ULOS
Tutur - Tutur
Kain ulos tutur-tutur yaitu ulos yang diberikan kepadacucu oleh kakek atau neneknyasebagai parompa
Tumtuman KAIN ULOS
Kain ulos tumtuman yaitu ulos sebagaipengikat kepala oleh pihak perempuan(pihak hasutan).
KAIN ULOS
Ragi pakko
Kain ulos ragi pakko adalah berfungsi sebagi barang bawaan dan selimut dari pengantin wanita.
TOP 12
KAIN ULOS
Saimarinjam
Kain ulos saimarinjam sisi adalah kain yang dipakai pihak perempuan (pihak hasutan). Dikenakan bersamaan bersama ulos pinucan
Wastra Nusantara
Suri-Suri Ganjang KAIN ULOS
Kain ulos suri-suri ganjang merupakan ulos dengan fungsi sebagai pakaian pemusik batak, kemudian berkembang digunakan untuk mangulasipengantin oleh pihak parboru kepada pihak putrinya yang menikah Dapat disebut juga dengan ulos gabegabe
KAIN ULOS Simpar Kain ulos simpar merupakanulos yang dipergunakan sebagai selendang diupacaraadat saat manortormaupun menghadri pesta
KAIN ULOS Sitolu tuho Kain ulos sitolu tuho berfungsi sebagai pengikat kepatawanita batak
Wastra Nusantara
Ulos nametmet merupakan ukuran lebar dan panjangnya jauh lebih kecil, hanyak dipakai sehari-hari Ulos yang termasuk kedalamnya antara lain ulos huting, ulos namarpisaran, dan ulos sirampat
Ulos nabalga, ulos dengan kelas tertinggi Biasanya dipakai saat upacara adat sebagai pakaianresmi atau sebagaiulos yang diterimaatau diserahkan Yang termasuk golongan ini ialah sibolang, rujat gobit, ragi idup atau ragi hidup
Wastra Nusantara
ISSUU
Symbollein dalam Bahasa Yunani berarti mencocokkan, kedua bagian yang dicocokkan disebut symbol. Simbol awalnya ialah tanda, kata, dan benda yang difungsikan untuk saling mengenal. Simbol adalah pusat perhatiansebuah sarana komunikasi serta dasar pemahaman bersama
Pengertian simbol harus dibedakan dengan tanda dan isyarat. Tanda yaitu kondisi yang menjelaskan atau memberitahukan objek kepada subjek.Sedangkan Isyarat merupakan kebalikan dari tanda. Hubungan yng terjadi antara simbol dan objeknya tidak sesederhana seperti hubungan antar tanda dan objek, tetapi kebutuhan dasariah akan simbolisasi. Makna simbol dalam kebiasaan manusia yaitu sebagai pangkal titik tolak “penangkapa” manusia, yang lebih luas dari tindakan, pemikiran, dan penggambaran. Perlu adanya interprestasi, dan interprestasi harus dipahami dalam pemakaian simbol untuk kehidupan kebudayaan manusia. Simbolisasi menjadialat dan tujuan bagi kebutuhan hidup manusia.
Fungsi simbol yaitu untuk menjembatani jurang antara sebuah kata, tindakan, peristiwa, pola, pribadi, hal yang konkret, dan sesuat yang lebih besar atau transenden atau tertinggi,realitas, sebuah makna, nilai, cita-cita, prestasi, konsep, lembaga, masyarakat, dan kondisi. Pada kain ulos batak Toba, symbol dapat dilihat dari jenis kain ulos. Antaralain yaitu pada beberapajenis kain ulos :
SUKU BATAK TOBA Wastra Nusantara
ANTARA LAIN YAITU PADABEBERAPA JENIS KAIN ULOS :
Ulos ragi hidup memberikan kesan nyata dari warna, lukisan dan corak menyimbolkan kehidupan Selain itu ulos jenis ini juga melambangkan doa restuuntuk kebahagiaan dalam kehidupan, utamanya keturunan, yaitu banyak anak bagi setiap keluarga dan panjang umur Saat upacara adat pernikahan, ulos ragiidup diberikan oleh orang tua pengantin perempuankepada ibu pengantinlaki-laki sebagai ulos pargomgom, menyimbolkan besarnya atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa tetap dapat melalui segala rintangan serta lika-liku kehidupan bersama sang menantu anak dari si pemberi ulos
Ulos ragi hotang,ulos ini dikenakanoleh seseorang dengan tujuan agar Tuhan memberikannya hasil yang terbaikdan seseorang tersebutrajin bekerja Pada upacara kematian dipergunakan untuk membungkus mayat Akan tetapi, saat upacara mengongkal holi dipergunakan untuk membungkus tulang- benulangdari mayat tersebut
Ulos sibolang,nama sibolang berartidiberikan kepada orang yang berjasauntuk mabulangbulangi, menghormati pengantin wanita untuk mengulosi ayah pengantin pria sebagai ulos pansaniot.
Wastra Nusantara
KAIN ULOS SANDUM MANDAILING
Digunakan saat suasana kebahagiaan karena kain ini memiliki berbagai warna yang melambangkan hal tersebut. Tidak hanya itu, bahkan digunakan sebagai kenang-kenangan, hiasan dinding, dan lain sebagainya. Perkembangan pada ragam hias yang terdapat pada kain ini sangat bervariasi. Hal ini dilihat dari penggunaan jenis benang, motif, warna, dan lain-lain. Contoh ragam hias pada kain ini yaitu bona bulu, stilasi tumbuhan jagung, pusuk ni robung, burangir, pilin, jagar-jagar, serta masih banyak lagi. Ragam hias ini dikembangkan menjadi bentuk objek yang baru sehingga menghasilakn lambang atau simbol bentuk ragam hias yang asli.
Suku mandailing merupakan suku yang memiliki kain tradisional bernama kain ulos. Kain ulos sendiri memiliki berbagai kegunaan, macam warna dan corak yang memiliki makna tersendiri. Satu dari berbagai kain ulos yang ada yaitu ulos sadum mandailing Jenis ini difungsikan sebagai gendongan bayi dan harunduk payurduan.
Wastra Nusantara
RAGAM HIAS ULOS SADUM
·Stilasi tanaman jagung bermakna kesuburan di tanah suku mandailing.
·Bona bulu menyimbolkan sistem pemerintahan di desa Mandailing, bermakna raja dan namora natoras sebagai penolong
·Jagar-jagar lambang kepatuhan dengan adat istiadat setempat
·Pilin atau bondul na opat bermakna perselisihan harus di selesaikan di rumah dengan adil
·Burangir lambang dari segala sesuatu harus ada izin dari pemimpin
Stilasi bunga kopi merupakan simbol kehidupan, hal ini salah satu bagian hasil bumi masyarakat Mandailing yang dikelolahsebagai mata pencaharian berladang
Pusuk ni robung mnyimbolkan kehidupan sosial budayabatak mandailing sesuai adat dalian na tolu
Raga-raga melambangkan keharmonisan dan keteraturan hidup berdampingan
Kerbau sebagai simbol kekuatan hukum Garis ialah lambang wewenang pemimpin
Kain ini tidak sekedar menjadi lambang atau simbol dari suku batak, namun juga menjadi bagian dari kebudayaan suku tersebut Elemen warna memiliki makna yang mendasar yaitu :
·Warna putihberarti kesucian dan kejujuran
·Warna hitammenyimbolkan kedukaan
Warna merahmelambangkan kepahlawanan dan keberaniaan
Warna kuning bermaknakekayaan dan kesuburan
Wastra Nusantara
KAIN ULOS
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku budaya, salah satunya adalah suku batak Suku Batak sendiri dibagi menjadi 7 suku antara lain batak simalungun, batak karo, batak toba, batak pak-pak, batak mandailing, batak angkola dan batak pardemban. Sama dengan suku budaya yang ada di Indonesia, suku batak juga memiliki kain tradisional yang dinamakandengan kain ulos Kain tenun khas suku ini yaitu ulos Mulanya, dipakai untuk busana keseharian warga setempat. Setelah adanya perubahan sampai saat ini, fungsi dari kain itu juga berubah menjadi benda yang menyimbolkan cinta atau kasih sayang Kain ini adalah wujud kebudayaan atau adat istiadat warga setempat.
Kain tradisional ini diyakini sebagai benda keramat dan diyakini oleh masyarakat sebagai pelindung yang memakainya Bahkan, jika tidak ada kain ulos dalam upacara adat setempat maka upacara itu batal atau dianggap tidak sah Setiap ulos yang terdapat di masing-masing suku batak, memiliki makna yang hampir sama satu sama lain Ada hal yang menjadi pembeda dari masing-masing ulos tersebut yaitu tingkat kecerahan warna dan ketebalan kainnya. Berikut ini yaitu kain ulos sibolang/ tujung/ saput
Kain ini digunakan untuk suasana kebahagiaan atau kesediahan Pasa saat suasana kebahagiaan maka warna putih yang menonjol akan digunakan, sebaliknya untuk suasana kesedihan warna hita yang menonjol akan digunakan. Kegunaan dari kain ulos ini diberikan saat upacara duka Ulos saput ialah orang dewasa meninggal tanpa cucu Ulos tanjung untuk diberikan kepada salah satu dari suami atau istri yang meninggal.
SIBOLANG Wastra Nusantara
LANGKAH PEMBUATAN TENUN KAIN ULOS SIBOLANG
TAHAP PEMBUATAN BENANG
PROSES PEWARNA BENANG
Pengrajin membeli gulungan benang dari pemasok, baik yang berwarna putih maupun yang sudah berwarna. Terdapat dua jenis pewarnaan, yaitu alami dan kimia.
GANTIP
Motif khusus yang terdapat pada benang , bagian dari pewarnaan yang dilakukan pada mengikat bagian yang dikehendaki. Benangbenang yang telah diwarnai (gatip) dari pemasok dalam bentuk gulungan atau humpalan. Sedangkan benang biasa didapatkandalam bentuk kiloan.
Wastra Nusantara
ISSUU
PENGGUGASAN ATAU MENGGUGAS
Dilakukan dengan membuatbubur nasi dan dapat ditambahkan daun seledri atau pandan yang dioleskan pada benang. Tujuannya adalah agar benang menjadi kuat, terurairapi dan berkilau.Kegiatan ini dilakukansebelum proses mangani.
PANGKULHUL ATAU MENGKULHUL
Merapikan benang dengan cara menggulungnya menggunakan alat sorha.
MANGANI
Proses penguntaian benang pada alat anian, yaitu balok kayu yang di atasnya diletakkan tongkat pendek sebagai pondasi anian. Benang akan disusun sesuai dengan ukuran ulos yang dikehendaki dan berdasarkan perhitungan jumlah lembaran benang menurut desain dan komposisi warna ulos yang akan dihasilkan. Ini merupakan awal proses menenun ulos dan menentukan keindahan tenun ulos yang akan dihasilkan.
MARTONUN
Setelah benang disusun (mangani), selanjutnya adalah proses menenun. Partonunadalah sebutan untuk orang yang menenun.
TOP 12
PENYELESAIAN AKHIR
Pada proses penyempurnaan dan penyelesaian pada pembuatan ulos, terdapat beberap cara yang dilakukan. Proses ini bukan hanya bertujuan untuk merapikan hasil tenunan tetapi juga berfungsi untuk menambah estetika atau keindahan dari ulos.
Wastra Nusantara
KAIN ULOS NABALGA
Kain ulos nabalang merupakan kain dengan kasta atas. Sebagai jenis ulos yang digunakan untuk busana resmi atau benda serah terima saat upacara adat Ulos nabalang memiliki dungsi berbeda pada tiap acara dan jenis yang berbeda pula. Dapat menjadi tanda diri individu ketika menghadiri kegiatan adat istiadat, Apakah individu tersebut merupakan dongan tubu, boru/bere, atau hulu-hulu.
Wastra Nusantara
Penggunaan ulos ini dapat dilakukan dengan berbagi cara sesuai dengan keadaan. Terdapat ulos yang digunakan pada bahu, menjadi selendang, sebagai sarung, ikat kepala, dan lain sebagainya. Akan tetapi, harus tetap menyesuaikan jenis dan kegunaan dari ulos tersebut. Berikut beberapa contoh pemakaian kain ulos:
Wastra Nusantara
ISSUU
TOP 12
ULOS RAGI SIMBOL KEHIDUPAN
Oleh Puji Royani
Ulos Ragi Idup terdiri dari tiga bagian dengan sisi tengah yang ditenun sendiri karena memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Motif, warna dan corak ulos ini memberi kesan seolah-olah ulos benarbenar hidup. Oleh karena itu orang sering menyebutnya ulos ragi idup sebagai simbol dari kehidupan.Pada bagian tengah ulos terdapat 3 unsur, yakni dua bagian ujung sebagai ujung tempat pigura lelaki (pinarhalak baoa) dan ujung tempat pigura perempuan (pinarhalak boru-boru) serta bagian badan atau bagian tengah. Pada masing-masing pigura ini diberi beragam lukisan, di antara lukisan tersebut adalah antiganting sigumang, batuhi ansimun, dan lain sebagainya.
Sisi Badan
Sisi
Wastra Nusantara
Ulos ini dianggap sebagai derajat paling tinggi karena tingginya tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya. Ulos ini juga melambangkan doa keberkahan untuk kebahagiaan hidup, terutama dalam hal jumlah anak (gabe) dan panjang umur (saur sarimatua) yang akan dihasilkan oleh setiap keluarga. Oleh sebab itu, ulos ini hampir bisa ditemui pada rumah masyarakat batak.
Wastra Nusantara
ISSUU
ULOS PINUNCAAN SIMBOL PERJALANAN HIDUP, KEAGUNGAN, DAN KASIH SAYANG Oleh Puji Royani
TOP 12
Ulos Pinuncaan merupakan salah satu ulos termahal di masyarakat Batak. Ulos Pinuncaan biasa digunakan untuk mengungkapkan suka maupun duka dengan mengikuti rangkaian adat istiadat. Ulos Pinuncaan terdiri dari lima bagian terpisah yang nantinya akan disatukan dengan rapi menjadi satu bagian utuh. Ulos ini biasanya dipakai Raja Adat dalam pelaksanaan upacara adat seperti perkawinan atau dapat juga digunakan oleh tuan rumah (suhut sihabolonon/ Hasuhuton) dalam sebuah upacara.
Wastra Nusantara
ISSUU
Ulos merupakan kain tradisional yang memiliki filosofi unik bagi setiap masyarakat yang memakainya. Setiap jenis kain ulos sejak dulu diyakini membawa pesan dan filosofinya tersendiri sesuai pada jenis dan untuk apa tujuan kain ulos itu dibuat. Ragam corak, warna, dan pola yang tergambar pada kain ulos mencerminkan lambang dan tujuan pembuatannya.
TOP 12
Ulos Pinuncaan digunakan untuk mengungkapkan simbol perjalanan kehidupan manusia, penggambaran pada keadaan suka maupun duka yang selalu dilalui silih berganti oleh masyarakat. Menggambarkan keagungan, karena Ulos ini biasanya dipakai Raja Adat atau tuan rumah (suhut sihabolonon/ Hasuhuton) dalam pelaksanaan upacara adat seperti perkawinan, serta menggambarkan kehangatan dan penerimaan dengan ketulusan serta kelapangan hati yang diberikan wali mempelai wanita kepada wali mempelai pria sebagai tanda kedekatan kerabat karena keduanya sudah resmi menjadi saudara dekat.
Wastra Nusantara
ISSUU
ULOS SITULO TUHO PENGGAMBARAN ALAM DAN STRUKTUR
SOSIAL MASYARAKAT BATAK Oleh Puji Royani
Ulos ini disebut sebagai Sitoluntuho disebabkan oleh adanya pola ragi tiga lapis dan "tuho" atau "tugal", yang biasanya digunakan untuk menanam benih di lubang tanah. Latar belakang dari pemaknaan ulos ini disebabkan karena faktor kesuburan alam yang dianugerahkan Tuhan pada masyarakat batak.
TOP 12
Kondisi tanah yang subur membuat orang Batak secara umum hidup dari hasil pertanian. Tuho sendiri merupakan alat yang sering digunakan masyarakat dalam bertani, sehingga pengembangan dari alat pelubang tanah ini menjadi inspirasi salah satu corak kain ulos.
Wastra Nusantara
ISSUU
TOP 12
Ulos ini biasa dipakai oleh pria maupun wanita sebagai ikat kepala atau selendang. Ulos ini memiliki makna adat ketika diberikan kepada bayi yang baru lahir sebagai ulos parompa (gendongan untuk anak kecil).
Selain itu, lambang kekerabatan batak yaitu Dalihan Na Tolu tergambar pada motif ulos ini.Kata Dalihan Na Tolu sendiri berasal dari kata 'dalihan' yang artinya sebuah tungku batu. Filosofi ini jika diterjemahkan memiliki makna “tungku yang berkaki tiga”. Filosofi ini menggambarkan struktur tatanan sosial pada masyarakat suku Batak yang memiliki tiga titik penyangga. Tiga titik penyangga ini terdiri dari hula-hula, Dongan tubu, dan Boru. Hubungan pernikahan dalam tatanan masyarakat suku Batak, dirangkai menjadi tiga macam hubungan. Kekerabatan ini diturunkan menurut garis keturunan bapak.
Wastra Nusantara
ISSUU
ULOS RAGI PAKKO KAIN YANG MENYELIMUTI SANG PEMILIK HINGGA AKHIR HAYAT
TOP 12
Kain ulos bukan hanya bahan tenunan tangan biasa. Dibalik keragaman variasi corak dan pola yang terbentuk, terkandung makna-makna dan filosofi hidup yang mendalam. Kain ulos pada dasarnya dibuat secara tradisional, yakni dengan tenunan tangan manual yang terampil. Biasanya untuk memproduksi satu kain ulos yang khas, membutuhkan masa kerja yang lama, bahkan bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga hitungan tahun dalam membuat satu tenunan kain Ulos. Ulos Ragi Pakko merupakan jenis ulos yang berbeda dari jenis kain ulos yang lain. Ulos Ragi Pakko ini dikenal sebagai ulos yang hanya digunakan oleh kalangan masyarakat kaya raya dan terhormat pada zaman dahulu.
Wastra Nusantara
ISSUU
Penggunaan Ulos Ragi Pakko ini biasa digunakan di kehidupan sehari-hari sebagai selimut keluarga dari keluarga kaya dan terhormat. Selain digunakan sebagai selimut, Ulos Ragi Pakko juga dipergunakan sebagai penutup/ selimut menyelimuti jasad masyarakat pada saat masyarakat tersebut meninggal dunia. Jadi bisa dibilang Ulos ini akan terus ‘menyelimuti’ sang pemilik hingga akhir hayatnya.
Wastra Nusantara
ISSUU
ULOS ANTAK-ANTAK SIMBOL DUKA CITA MENDALAM
TOP 12
Ulos Antak-antak merupakan salah satu ulos sarat akan makna dan seringkali dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang telah meninggal dunia. Ulos antak-antak digunakan sebagai simbol duka cita yang mendalam pada pihak yang tengah berduka. Ulos antak-antak ini dipergunakan oleh masyarakat Batak sebagai suatu penghormatan belasungkawa kepada keluarga saudaranya dunia pada saat mengunjungi rumah duka.
Selain sebagai simbol duka cita, Ulos Antak-antak juga mempunyai fungsi adat sebagai kain yang digunakan dalam acara manortor. Acara manortor atau yang sering dikenal sebagai tarian tor-tor adalah salah satu bentuk kesenian masyarakat batak yang memiliki makna yang begitu dalam pada setiap gerakannya.
Wastra Nusantara
ISSUU
Ulos Antak-antak terdiri dari tiga bagian wajib: dua batas samping (coklat tuamerah) ditambah area tengah lebar yang biasanya bergaris merah-biru searah dengan busur.
Garis-garis biru berisi panah ikat putih, semuanya mengarah ke arah yang sama, disusun dalam barisan sempit di sepanjang pakan dengan baris yang lebih lebar di setiap ujungnya. Pada ujungnya terdapat area luas pola pendamping yang sering terlihat pada banyak jenis ulos Batak Toba berkualitas tinggi.
Ujungnya diakhiri dengan pita pintal, biasa disebut sirat. Memisahkan batas samping dari bidang tengah adalah garis panjang dari pekerjaan warp komplementer sederhana, disebut juga dengan benang katun putih.
TOP 12
Sisi Badan Sisi
Wastra Nusantara
SEJARAH SONGKET
BATU BARA
ISSUU
TOP 12
DwiNurhasanah
Wastra songket adalah ciri khas identitas suatu Provinsi, masingmasingnya memiliki motif dan ciri khas corak berbeda-beda juga. Sebab pada tiap kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah memiliki sumber dan lingkungan yang tidak sama sehingga mengalami perkembangan yang berbeda. Salah satunya wastra tradisional berasal daerah Sumatra Utara yakni songket batu bara. Wastra ini seringkali disebut dengan songket Melayu yang ditemukan pada Desa Padang Genting Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara Sumatra Utara.
Asal usul nama batu bara memiliki beberapa cerita yang berbedabeda. Salah satunya ungkapan “Batu Bahara”, yang mengacu pada batu bara yang mucul pada karya tulis abad ke-16. Ditemukan pada hulu sungai Batu Bara terdapat sebuah tiang berbentuk persegi dan juga lukisan relief manusia yang terdapat pada dinding. Yang kemudian nama “Batu Bahara” yang menjadi Batu Bara.
Songket batu bara ini telah ada semenjak zaman dulu yang ditandai adanya sebuah kisah legenda masyarakat yang menceritakan asal mula dari terbentuknya kain songket batu bara ini. Dalam sebuah kerajaan ada seorang Raja yang sudah lama menikah tapi belum juga memiliki seorang keturunan. Setelah beberapa tahun lamanya, akhirnya sang Permaisuri hamil pula.
Wastra Nusantara
ISSUU
TOP 12
Pada suatu hari Raja yang gemar berburu pergi kehutan untuk berburu, sebelum pergi beliau berpesan kepada sang Permaisuri bahwa jika anaknya yang dikandung lahir berjenis kelamin perempuan, maka bayi tersebut harus dibunuh sesaat setelah dilahirkan
Ketika waktu berburu didalam hutan, sang Raja malah tersesat didalam hutan belum juga kembali dan akhirnya Permaisuri melahirkan juga seorang bayi sebelum Raja kembali ke istana, namun bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan. Permaisuri yang menerima perintah untuk membunuh bayinya sendiri tidak mampu melaksanaka Raja
Sehingga akhirnya Permaisuri menyiasati untuk memotong seekor kambing serta menguburkannya dibawah tangga istana sebagai ganti bayinya. Sementara bayi perempuan yang dilahirkan Permaisuri tadi dibuang disembunyikan oleh sang dayang-dayang istana kedalam hutan Akhirnya Raja kembali dari berburunya ke istana, dan Permaisuri langsung menceritakan bahwa anak yang dilahirkan adalah seorang perempuan telah dibunuhnya sesuai dengan perintah oleh Raja
Wastra N
ISSUU
Beberapa tahun kemudian, ketika sang Raja memberikan makanan pada hewan peliharaannya burung gagak tersebut menceritakan perihal kejadian yang sebenarnya terjadi saat Raja belum kembali, Raja lalu langsung bertanya pada Permaisuri apakah benar yang dikatakan oleh burung gagak tadi, hingga akhirnya Permaisuri Selama diasingkan bertahun-tahun didalam hutan, Putri yang diasingkan mengisi hari-harinya setiap tahun dengan bertenun. Sebab disekitar tempat Putri tinggal banyak tumbuh pohon kapas yang kemudian Putri mengolah dengan dipintalnya menjadi benang digunakan untuk bertenun. Sewaktu diajak kembali Putri menolak dan akan pulang jika tenunnya sudah selesai. Akhirnya Putri mau untuk diajak pulang ke istana sembari menutupi kain tenunannya dalam sanggulnya, Raja yang sudah menunggunya malah langsung memanahnya hingga Putri terjatuh ketanah dan meninggal.
menceritakan yang sebenarnya terjadi hingga Raja memerintahkan pada para dayang untuk menjemput bayi yang dulu telah dibuang untuk dibawa pulang
Ketika jatuh terpanah, kain tenun yang disembunyikan Putri keluar dari sanggul yang Putri pakai. Raja meratapi dan menyesali atas apa yang telah diperbuatnya Untuk mengenang Putrinya semua peralatan tenun yang ada didalam hutan untuk dibawa ke istana untuk diteruskan menenun. Hingga akhirnya tenun itu tetap berkembang sampai waktu sekarang ini, begitulah sekilas kisah tentang kain songket batu bara.
Wastra Nusantara
ISSUU
Sedang sumber sejarah yang didokumentasikan oleh Anderson dengan judul Mission To The Coast Of Sumatra 1823, songket batu bara sudah pada waktu itu. Anderson melakukan perjalanan ke pulau Sumatera, yang kemudian juga singgah di wilayah Batu Bara. Dalam dokumentasi yang Anderson tulis mneyebutkan bahwa orang Melayu di Batu Bara pada saat itu sudah mengenakan pakaian tradisional yang terbuat dari jenis kapas dan sutera dengan pola persegi yang sangat indah bentuknya.
Kain tersebut ada yang dijahit menggunakan emas dan benang yang digunakan adalah sutera kasar untuk membuat pakaian yang masyarakat kenakan Batu Bara setiap harinya.
TOP 12
Pakaian Melayu Batu Bara mengambarkan mode pakaian Eropa dan Bengali. Pada dekade kedua abad ke-19 masyarakat Melayu Batu Bara menggunakan benang emas, benang sutera dan benang katun hal ini menunjukkan bahwa budaya luar telah masuk dan menciptakan benang tersebut. Kemungkinan besar masyarakat Melayu Batu Bara telah memproduksi bahan tekstil dan kain songket untuk keperluan yang lain.
Wastra Nusantara
ISSUU
Pada perkembangan dahulu songket digunakan untuk ritual kuno, namun sekarang songket juga digunakan pada acara-acara besar dalam adat Melayu Bata Bara. Berbeda menggunakan tenun biasa pada umumnya songket memakai benang emas atau perak, sehingga tidak semua suku juga masyarakat bisa menghasilkan tenun songket karena bahan yang dipakai sulit dan mahal harganya. Umumnya tenun songket berasal dari daerah yang memiliki akses dengan bangsa asing atau para pedagang daerah pesisir pantai yang sering menjadi tempat persinggahan, sehingga tidak mengherankan bila keterampilan menenun songket sebagian besar dimiliki oleh para remaja yang berada di wilayah pesisir keturunan bangsawan.
Karena sulitnya untuk memperoleh benang kantun, benang emas, benang perak menjadi bahan pola hiasan dalam songket untuk masyarakat biasa. Para kaum bangsawan biasanya praktis mendapatkannya melalui hubungan para pedagang dari luar, sebab benang emas juga benang perak waktu itu hanya terdapat pada Penang (Mala berasal dari India Sebuah kisah mengungkapkan bahwa Datuk Yud penguasa di pesisir timur (kesultanan Batu Bara) juga seorang kaya raya yang melakukan perdagangan ke luar negeri Penan perdagangan tersebut putri-putri sulit untuk memperoleh bahan yan butuhkan untuk menenun. hubungan antar sesama rumpun M juga mengakibatkan teknik pembua atau ragam hiasan songket b mempunyai kemiripan dengan Malaysia menimbulkan masyarak timur Sumatera banyak yang songket asal Malaysia juga.
Wastra Nusantara
JENIS MOTIF KAIN
SONGKET
MELAYU BATU BARA
ISSUU
TOP 12
DwiNurhasanah
Perkembangan zaman kain songket Melayu batu bara diproduksi untuk kepentingan acara adat yang biasanya digunakan dalam upacara ritual kuno tertentu Zaman dulu penggunaan kain songket setiap masyarakatnya juga berbeda-beda baik motif maupun jenis warna tidak sama hal ini tergantung dari status sosial orang yang memakainya. Untuk songket warna kuning boleh digunakan oleh kalangan bangsawan saja seperti Sultan dan Tengku, songket warna hijau digunakan oleh Datuk saja, songket warna biru hanya dipakai oleh kalangan hartawan, warna merah hanya untuk para prajurit dan sedang untuk masyarakat biasa bisa menggunakan warna-warna selain tersebut.
Untuk motif dan corak juga digunakan yang berbeda-beda karena berperan penting bagi pemakainya. Motif pada songket batu bara elemen utama yang biasanya ditemukan pada alam, baik tumbuhan maupun benda- benda yang ada dilangit. Motif songket menggunakan motif yang berasal tumbuhan, karena mayoritas m muslim jadi tema-tema yang k digunakan
Dalam pembuatan songket, penenun harus bisa memahami ide dan filosofi yang terkandung dalam motif yang dibuat yang dihubungkan dengan nilainilai budaya dan agama makna dibalik setiap desain yang dibuat. Berikut ini jenis-jenis motif dan corak yang sering digunakan dalam songket batu bara yakni:
Wastra Nusantara
TOP 12
0 1
Motif Pucuk Rebung
Motif ini digunakan karena terinspirasi oleh banyaknya tumbuhan rebung yang tumbuh di daerah sekitar Batu Bara, juga memiliki filosofi dan makna bagi masyarakat tentang bagaimana cara mendidik anak. Di ujung pucuk rebung terdapat sembilu dan juga memiliki duri-duri halus yang tidak bisa langsung disentuh, bermakna bahwa orang tua dalam mendidik anak harus sangat berhati-hati tidak boleh berperilaku kasar terhadap anak, orang tua harus bisa bersikap bijak memberi nasihat agar anak bisa mencontoh perbuatan dan tingkah laku yang baik diberikan oleh orang tuanya Seperti pepatah Melayu mengatakan bahwa “Sejak kecil teranjak-anjak, setelah besar terbawa”, bahwa belajar mendidik anak dari kecil lebih mudah dari pada mendidik anak ketika sudah menginjak dewasa akan sangat sulit bagi anak yang sudah dewasa untuk mendengarkan nasihat dari orang tua.
Motif Pucuk Betikam
Motif pucuk betikam ini terinspirasi dari motif pucuk rebung hampir sama hanya berbedaannya pada motifnya yang saling berhadapan Dalam makna filosofi motif pucuk betikam juga masih berhubungan dengan keluarga Jika pucuk rebung bermakna bagaimana cara mendidik anak, motif pucuk betikam ini bermakna perlunya keterbukaan dalam sebuah keluarga, saling tolong menolong dan saling melengkapi dalam kehidupan keluarga. Selain itu, juga gambaran bagaimana sifat terbuka masyarakat Batu Bara terhadap masyarakat yang datang dari luar daerah.
0 2
Wastra Nusantara
ISSUU
Motif Pucuk Pandan
Selain tumbuhan rebung yang banyak tumbuh diperkarangan rumah masyarakat Batu Bara, daun pandan juga banyak dijumpai diberbagai pelosok rumah warga dan banyak manfaat yang terkandung pada daun pandan Manfaat daun pandan selain dipakai untuk bahan makanan, juga sebagai pewangi makanan, dijadikan pewarna alami dan juga dipergunakan untuk mandi dalam menyambut datangnya bulan suci puasa pada masyarakat dengan cara daun pandan direbus terlebih dahulu kemudian air rebusan tersebut digunakan untuk mandi sebagai menyucikan diri.
Motif Bunga Kenanga
Bunga kenanga ini memiliki aroma wangi yang begitu harum sering kali disebut dengan pohon parfum. Filosofi makna dari bunga kenangan yakni mengarah pada sikap kelembutan, baik hati dan suka menebarkan kebaikan dan manfaat kepada siapapun sehingga mengharumkan pula nama baik orang tua yang membesarkan, diri sendiri dan keluarganya
Wastra Nusantara
ISSUU
Motif Bunga Mawar
0 5
Motif bunga mawar ini merupakan bunga yang paling disukai oleh semua orang dan melambangkan sebagai rasa kasih sayang dan rasa cinta. Berbagai aneka ragam warna yang dimiliki bunga mawar menyebabkan bunga ini memiliki keindahan yang tersendiri. Maka dalam songket batu bara ini mengangkat motif mawar ini sebagai rasa kasih sayang dan cinta tidak hanya kepada kekaksih tapi melainkan juga bisa kepada keluarga, sahabat maupun teman.
0 6
Motif Bunga Anggrek
TOP 12
Bunga anggrek ini ciri bunga yang membutuhkan perawatan yang membutuhkan kesabaran untuk menanamnya karena sulit untuk hidup, tumbuh dan berkembangan. Memerlukan waktu yang lama untuk melihat kecantikan dan keelokan bunganya yang bisa bertahan lama. Makna filosofi bunga anggrek ini tentang proses bagaimana perjalanan kehidupan manusia yang dimana dalam menjalaninya perlu kesabaran dan ketekunan untuk bisa meraih kesuksesan dan kebahagian
Wastra Nusantara
ISSUU
Motif Bunga Melati
Bunga melati merupakan bunga yang melambangkan kesucian karena memiliki warna putih bersih keharuman bunga yang begitu menyerbak membuat bunga ini disukai banyak orang Filososi dari bunga melati simbol kesucian, ketulusan, kebersihan hati serta sikap rendah hati yang dimiliki oleh manusia dilambangkan dengan bunga melati.
0 7
Motif dan corak pada songket batu bara ini bermakna mengambarkan nilai-nilai yang ada pada kehidupan manusia di dunia, bahwa dalam proses kehidupan ini pasti mengalami banyak tantang, rintangan dan cobaan untuk menjadi manusia yang baik tergantung lagi pada manusia itu sendiri dalam menjalaninya
Wastra Nusantara
MAKNA WARNA-WARNA DARI SONGKET BATU BARA
ISSUU
DwiNurhasanah
Melalui keindahan warna, motif dan kualitas dari benang songket batu bara ini sangat penting bagi masyarakat Batu Bara untuk tetap menjaga stabilitas dan melestarikan identitas dari budaya Melayu Motif dan warna yang terkandung dalam songket batu bara ini memiliki nilai-nilai dalam kehidupan untuk menjadikan pembelajaran Berikut ini makna warna yang ada dalam songket batu bara:
1.
TOP 12
Warna Ungu
Dahulu warna ungu pada masyarakat Batu Bara warna yang paling disukai bagi seorang bangsawan melambangkan makna kekayaan dan royaliti Warna ini pada zaman dulu hanya digunakan oleh kalangan bangsawan saja yang memakainya
2.Warna
Merah
Dalam tradisi Melayu warna merah biasanya digunakan untuk mewakili demokrasi dalam masyarakat Batu Bara secara keseluruhan warna yang menunjukkan rasa keberanian dan keperwanan sering dikait-kaitkan dengan warna merah pada masyarakat Batu Bara
Wastra Nusantara
ISSUU
3.
Warna Merah Muda
Makna warna merah muda unt masyarakat Batu Bara memiliki a dengan kehalusan, feminitas d kelembutan bernuansa kasih saya satu sama lain. Yang biasan dikenakan oleh perempuan Batu B ketika mereka menginjakan u dewasa
4.Warna Coklat
Warna coklat ini bermakna kesederhanaan bagi seorang perempuan Melayu, yang melambangkan kehangatan, kesungguhan dan kehandalan hal ini dikarena perempuan Melayu harus memancarkan kehangatan dapat memukau hati laki-laki untuk melihatnya
TOP 12
5.Warna Hijau
Warna hijau bagi masyarakat Batu Bata memiliki makna relaksasi sebaga penyembuhan dan berfungsi sebaga pengingat kepada Tuhan Yang Mah Esa karena hijau sebagai warna alam untuk bisa menenangkan meningkatkan rasa aman dan sebaga menyeimbangkan emosi manusia.
Wastra Nusantara
ISSUU TOP 12
Warna pada songket batu bara ini juga banyak dipengaruhi oleh akulturasi dari kebudayaan Eropa, India dan China. Dibalik warna-warna yang ada pada songket batu bara memiliki makna yang terkandung didalamnya sangat mengikat sebagai gambaran cerminan bagi manusia dalam menjalani kehidupan didunia ini. Masih menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma keislaman agar manusia tidak tersesat dan tetap berada dijalan yang benar. Melalui keindahan yang ada pada songket warna, motif, kualitas benang, dan aspek keindahan yang ada merupakan ekspresi dari para seniman Melayu untuk terus penenun dan merancang songket batu baru agar menjadi warisan secara turun temurun ke generasi lainnya tetap terjaga
Wastra Nusantara
ISSUU
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
DALAM SONGKET BATU BARA
DwiNurhasanah
TOP 12
Songket batu bara ini merupakan identitas budaya Melayu yang harus terus dilestarikan keunikan desain motif melalui ragam warna dan ragam hiasnya. Setiap motif songket batu bara ini memiliki arti nilai penting bagi kehidupan masyarakat yang akan terpelihara dengan estetikanya mengandung nilai-nilai misalkan pendidikan, moral,dan spiritual. Berikut ini nilai-nilai yang terdapat dalam songket batu bara sebagai berikut: 1
N i l a i K e s o p a n a n
Dalam kebudaya Melayu norma sopan santun senantiasa dipelihara oleh masyarakat Melayu. Hal ini bisa dilihat dari cara pemakaian songket batu bara yang harus menutup aurat bagi sang pemakainya. Aurat bagi lakilaki yakni dari bagian perut sampai kaki, sedangkan untuk perempuan seluruh tubuh hanya kecuali wajah dan dua telapak tangannya yang tertutup semua dengan kain songket. Status sosial juga bisa dilihat perbedaannya dari bagaimana cara mengenakan songket tersebut, misal jika seorang wanita mengenakan kain dengan kepala kain di sebelah samping menandakan bahwa dia belum memiliki pendamping belum bersuami atau masih perawan.
Wastra Nusantara
ISSUU
2
N i l a i R e l i g i u s
Nilai ini mengambarkan ungkapan rasa syukur atas apa yang telah Allah SWT berikan nikmat serta rahmat didunia ini. Hal ini tercermin dari beragam motif dan hiasan yang ada dalam songket batu bara yang dilestarikan dan dijaga keindahan alam dan kehidupan yang ada didunia. Keseluruhan motif songket batu bara ini menandakan bahwa masyarakatnya kuat dalam memeluk agama Islam.
3
TOP 12
N i l a i E k o n o m i s
Tidak bisa dipungkiri harga songket dipasaran bisa hampir sekitar 400rb hingga ratusan juta. Mahalnya harga songket ini disebabkan karena dalam proses pembuatan yang begitu lama serta motif yang dibuat sangat rumit memerlukan waktu berbulan-bulan bisa saja bertahun lamanya jika benang yang digunakan premium Namun jika hanya menggunakan benang biasa dan motif yang dibuat tidak sulit proses pembuatannya hanya memerlukan waktu seminggu saja Kebanyakan motif yang sering dipesan oleh pembeli dan terjual banyak adalah motif bunga kenanga, motif ini banyak disukai karena melambangkan makna keharuman dan motif desainnya yang rumit menjadikan songket batu bara ini banyak diminati oleh pembeli.
Wastra Nusantara
4
ISSUU
N i l a i J a s m a n i
Pada proses menyongket ini seperti halnya sedang berolahraga biasa karena saat menenun berlangsung ini kemampuan fisik diasah dan meningkatkan konsentrasi. Banyak gerak juga membantu menurunkan kalori pada tubuh, memperlancar aliran darah serta meningkatkan fokus jadi jika masyarakat tidak sedang menenum membuat tubuh mereka sakit tidak bergerak karena sudah terbiasa setiap harinya menenun
5
TOP 12
N i l a i S o s i a l
Nilai-nilai yang tergantung dalam desain motif songket batu bara ini banyak pelajaran-pelajaran yang dapat diambil untuk perilaku sosial dan dalam pratik kehidupan sosial. Nilai sosial ini mengacu pada kualitas sikap, pola pikir dan kepribadian seseorang dalam bermasyarakat untuk bisa menghadapi masalah dan keadaan bagaimana di masyarakat. Maka penenun mengembangkan motif betikam berfilosofis kekeluargaan yang harus saling mendukung dan menerima kekurangan diri sendiri maupun keluarga dan mampu menerima orang lain.
Wastra Nusantara
6
ISSUU
N i l a i W a t a k
Nilai-nilai yang ada pada karakter berfungsi untuk mengajarkan orang bagaimana mengenali prinsip-prinsip dalam etika yang ada.
TOP 12
Untuk membangun tatanan sosial etika berperan menggambarkan aturan-aturan mana yang harus dipatuhi dimana aturan yang menjadi larangan harus ditinggalkan. Motif desain yang sesuai pada bunga kenanga ini memberikan manfaat yang banyak untuk orang dan selalu menebar kasih sayang pesan yang ada dalam bunga kenanga.
7
N i l a i E s t e t i s
Bagian filsafat keindahan yang dalam motif desain songket batu b ini, secara teoritis sebagai alat un memahami dan menjelaskan secara u bagaimana suatu karya seni dari s bentuk, makna dan tujuannya. Un bisa dikaji bagaimana keindahan terciptakan dan untuk bisa men pedoman dalam membuat motif b nantinya
Wastra Nusantara
ISSUU
TOP 12
N i l a i I n t e l e k t u a l
Dalam segi intelektualnya motif pada songket ini sangat berpengaruh terhadap pola motif yang akan dibuat nantinya, karena seorang penenun dituntut untuk memiliki kecerdasan, mampu mengembangkan seni dan kemampuan memecahkan masalah jika terdapat masalah dalam proses pembuatan motif agar dapat menciptakan motif desain yang baru untuk songket batu bara
Wastra Nusantara
ISSUU
TOP 12
PEMAKAIAN
SONGKET BATU BARA
Dwi Nurhasanah
Baju adat tidak bisa dipisahkan dari acara-acara penting setiap suku daerah di Indonesia salah satu digunakan dalam acara pernikahan. Setiap suku mestinya ingin menampilkan baju adat yang mewah dan memukau saat acara istimewa begitu juga pada acara pernikahan yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Baju pengantin dalam pernikahan merupakan hal yang sangat penting dalam upacara pernikahan tradisonal karena pengantin akan terlihat seperti raja dan ratu dalam sehari. Pada umumnya warna baju untuk pengantin Melayu adalah warna kuning karena mewakili tingkat bangsawan, tapi terdapat warna tambahan juga yang sering dipilih untuk pernikahan digunakan selain kuning, bisa juga warna hijau dan merah marun.
Untuk mempelai wanita, pakaian terdiri dari kebaya atau pakaian kurung, rambut bersanggul, sandal atau sepatu, ikat pinggang dan perhiasan yang sering dipakai peniti, bros warna emas bersusun tiga
Wastra Nusantara
ISSUU
Bagian bawah kebaya lebar dan memanjang hampir ke selutut bagian belakang wanita terpisah hingga kaki kemeja, bagian yang terbelah ini kuat dengan rantai halus atau diikat dengan tiga berlian.
Sementara mempelai pria mengenakan celana yang longgar, ada pakaian samping yang terbuat dari kain songket atau dengan cara menggantung kepala dari pinggang, serta ornamen seperti kain keras yang dilapisi manik-manik pada bagian kepala, mencapai pergelangan kaki. Pakaian luwak pria dikenakan secara mendatar dan dengan aksen selendang, pengantin pria bertanjak atau mengenakan peci itu lebih diutamakan.
TOP 12
Selain dikenakan dalam acara pernikahan, songket batu bara juga bisa untuk kain sesamping. Kain samping ini menyimpul menyerupai kelopak bunga, berbentuk seperti selembar kain terbuat dari benang makau berbagai macam warna Panjang pakaian samping dibuat selutut, kain samping ini juga dipakai dalam acara pernikahan, menari, penyambutan pengunjung atau tamu agung pada perayaan acara adat
Wastra Nusantara
ISSUU
Songket batu bara juga sebagai hiasan penutup kepala yang serin disebut destar. Bentuk dari desta setiap daerah juga berbeda-bed tergantung pada daerah masing masing Pemakaian destar sebaga penutup kepala sebagai rasa tand penghormatan pada masyarakat sering digunakan selama acar tradisional misal sunat rasu pernikahan, dipakai para penari, da untuk tamu kehormatan yan berkunjung
Berdasarkan kegunaan songket batu bara ini juga dipakai sebagai selendang. Selendang ini juga tidak bisa dipisahkan dari tradisi ritual adat Melayu. Biasanya digunakan pada acara pernikahan selendang juga dikenakan pada dalam tarian Melayu seperti tarian serampang dua belas
TOP 12
Keindahan tampilan dari pemakai selendang ini untuk menyampaikan makna dari pentingya mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. Memakai selendang ini menjadi pemanis penampilan menambah kesan mewah dan tampilan yang indah.
Wastra Nusantara
TOP 12
Dalam pemakaian kain songket baik untuk perempuan dan pria harus mengikuti peraturan adat yang sudah ditetapkan sejak dulu, karena mayoritas orang Melayu menganut agama Islam kain harus menutupi aurat, tidak tipis atau tembus pandang. Tujuan agar membentuk dirinya menjadi pribadi yang religious, mengikuti perintah Allah dan mampu menahan diri dari hal-hal yang dilarang.
Wastra Nusantara
Suku Karo merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera bagian Utara. Suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di wilayah Sumatera Utara yaitu Kabupaten Karo yang biasa dikenal dengan Tanah Karo. Adat istiadat dan budaya suku Karo masih dijunjung tinggi dan diwariskan secara turun - temurun. Adapun ciri khas yang membedakan suku Karo dengan suku lainnya, mulai dari marga, bahasa, sistem kekerabatan, kepercayaan, dan pakaian adat. Pakaian adat suku Karo memiliki suatu ciri yaitu dengan adanya penggunaan kain tradisional yang disebut dengan uis gara
Uis gara merupakan kain tradisional yang biasanya digunakan sebagai pakaian adat resmi suku Karo dalam kegiatan adat dan budaya. Tak hanya itu, kain uis gara ini dahulu juga digunakan dalam kegiatan sehari - hari masyarakat suku Karo. Namun, dikarenakan modernisasi, dimana kalangan masyarakat muda harus mengikuti arus perkembangan zaman tetapi juga harus tetap mempertahankan adat istiadat dan budaya, penggunaan kain uis gara ini hanya digunakan pada acara tertentu saja
Oleh : Andini AyuningtyasKata uis gara berasal dari bahasa Karo yaitu uis yang berarti kain dan gara yang berarti merah Penamaan kain uis gara ini dikarenakan kain ini memiliki warna dominan merah yang dipadukan dengan warna hitam dan putih. Selain itu, kain uis gara juga berhiaskan ragam tenun dari benang berwarna emas dan perak. Warna pada kain uis gara memiliki sebuah makna atau simbol yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat suku Karo. Warna merah melambangkan sifat keberanian berjuang, hitam melambangkan jiwa kepemimpinan, putih melambangkan kesucian, dan kuning atau emas melambangkan kejayaan dan keluhuran.
Pembuatan kain uis gara berbahan dasar kapas yang ditanam dan dipanen sendiri oleh masayarakat suku Karo, lalu melalui proses pemintalan menjadi sebuah benang dan berlanjut pada proses pewarnaan menggunakan zat pewarna alami dengan cara dicelup
Kemudian, proses terakhir yaitu benang yang sudah diwarna tadi ditenun secara manual (bukan mesin) membentuk selembar kain. Secara garis besar pembuatan kain uis gara ini tidak berbeda jauh dengan pembuatan kain songket pada umumnya Kain uis gara ini tentunya berhubungan erat dengan pakaian adat atau tradisional masyarakat suku Karo. Pakaian tradisional masyarakat suku Karo terbagi menjadi tiga kelompok yaitu pakaian sehari-hari, pakaian untuk pesta, dan pakaian kebesaran. Oleh karena itu, kain tradisional uis gara terdiri dari berbagai jenis yang masingmasing jenis ini memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan tujuan penggunaan pakaian tradisional tersebut
01 UIS BEKA BULUH
Uis beka buluh adalah kain tenun yang secara umum dipakai oleh pria suku Karo sebagai symbol kewibawaan Fungsi dari kain ini antara lain sebagai penutup kepala pria pada saat acara pernikahan Selain itu, wanita juga menggunakannya sebagai lapis tudung.
02 UIS JONGKIT DILAKI
Uis jongkit dilaki menunjukkan ciri atau lambang karakter kuat dan perkasa dan digunakan sebagai pakaian luar bagian bawah untuk pria yang disebut gonje (sebagai kain sarung) untuk semua upacara adat yang mengharuskan berpakaian adat lengkap
03 UIS JONGKIT DIBERU
Uis jongkit diberu digunakan oleh wanita suku Karo sebagai penutup kepala, tetapi di beberapa daerah tertentu kain ini digunakan sebagai tanda kehormatan saat wanita suku Karo meninggal dunia
04 UIS RAGI BARAT
Uis ragi barat ini digunakan sebagai selendang oleh wanita suku Karo pada upacara yang bersifat sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
Oleh : Andini Ayuningtyas05 UIS NIPES PADANG RUSAK
Uis nipes padang rusak ini digunakan sebagai selendang oleh wanita suku Karo pada saat pesta dan kehidupan sehari-hari
09 UIS PEMENTING
Uis pementing berfungsi sebagai ikat pinggang pria suku Karo saat menggunakan pakaian adat secara lengkap.
06 UIS NIPES BENANG IRING
Uis nipes benang iring ini digunakan sebagai selendang bahu oleh wanita suku Karo pada upacara yang bersifat dukacita.
10 UIS PAREMBAH
Uis parembah berfungsi untuk menggendong anak bayi yang diberikan dooa dan berkat agar kelak menjadi anak yang sukses.
PelestarianBudayaKainUlos
Oleh : Andini Ayuningtyas
Ulos dan Gen Z
Kain ulos menjadi salah satu wastra nusantara yang memiliki daya tarik dan tentunya perlu dilestarikan. Kebanyakan penggunaan kain ulos masih sebatas pada pemakaian pada acara tertentu saja sebagai bagian dari pakaian adat. Oleh karena itu, generasi muda yang sering kita sebut sebagai generasi z tentunya perlu mengadakan kreasi dan inovasi dengan menyesuaikan perkembangan yang ada agar kain ulos dapat lebih dikenal dan tetap lestari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat berbagai macam produk kerajinan yang dapat meningkatkan nilai seni dan nilai jual dari kain ulos Kerajinan disini dapat diartikan sebagai suatu hal atau kegiatan yang membutuhkan keterampilan sehingga menciptakan sebuah produk benilai tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat
Peran gen z sebagai pemimpin perubahan sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, mereka dapat memikirkan berbagai macam ide dan gagasan agar produkproduk kain ulos yang dihasilkan lebih bermutu, mulai dari produknya itu sendiri, packaging, maupun branding.
Selain sebagai sarana untuk memperkenalkan produk kain khas Sumatera Utara, upaya ini juga dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Tidak hanya upaya dari gen z, dukungan dari pemerintah daerah Sumatera Utara juga diperlukan Pemerintah perlu mendampingi dan memberikan pembinaan terutama kepada masyarakat yang memiliki usaha mikro. Dengan adanya upaya dari generasi z dan pemerintah diharapkan kelestarian budaya Sumatera Utara tetap terjaga dan keadaan ekonomi masyarakatnya semakin baik.
Namun, dalam proses pelestarian kebudayaan kain ulos ini, generasi z menghadapi berbagai macam tantangan yang tidak mudah untuk dilalui Tantangan tersebut bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Beberapa tantangan generasi z dalam melestarikan kebudayaan antara lain: 1 2 3 4
Kurangnya rasa nasionalisme dalam diri sehingga kesadaran dan minat untuk belajar dan melestarikan kebudayaan sendiri masih tergolong rendah Masuknya kebudayaan negara lain yang lebih mendominasi Adanya negara lain yang ingin mengklaim kebudayaan Indonesia Perkembangan IPTEK yang semakin pesat sehingga sulit memfilter informasi yang datang dari luar
Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan tersebut, generasi z perlu memulai berbagai macam kreasi dan inovasi dengan mengajak masyarakat untuk mengenal dan menumbuhkan minat terhadap berbagai keberagaman budaya di Indonesia, terutama dalam hal ini adalah penggunaan kain ulos. Kain ulos ini dapat dimodifikasi dengan penggunaan warna dan motif yang disesuaikan dengan jiwa muda generasi z, seperti penggunaan warna yang lebih cerah, perubahan desain produk yang simpel dan unik sehingga lebih menarik. Hal ini dikarenakan generasi z cenderung menyukai warna cerah dan desain yang simpel sehingga dapat digunakan dalam berbagai kesempatan seperti acara formal maupun non formal
Tidak hanya sebagai busana saja, kain ulos dapat diubah menjadi produk kerajinan mengikuti tren yang sedang berkembang Produk kerajinan yang dibuat dengan penerapan kain ulos dapat berupa millineries ataupun peralatan rumah tangga seperti topi, tote bag, tas laptop, pouch, harnet, dompet, kipas, sandal, tempat tisu, taplak meja, dan masih banyak lainnya
Berbagai macam produk dari kain ulos tadi tentunya akan tampak lebih menarik bagi masyarakat khususnya kalangan muda Kemudian, dalam mempromosikannya, generasi z dapat menguploadnya di berbagai media sosial seperti instagram dan facebook maupun e-commerce lainnya. Hal ini dikarenakan hampir seluruh generasi z paham akan teknologi, memiliki smartphone dan dapat mengoperasikannya dengan sangat baik. Penggunaan media sosial tentu menjadi pilihan yang tepat dalam mempromosikan dan mengenalkan kebudayaan kain ulos secara efektif Selain itu, promosi bisa juga dilakukan dengan mengikuti berbagai macam kegiatan pameran atau menjualnya di berbagai tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara
Kain ulos ini menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara dan disebut sebagai salah satu identitas orang Batak karena setiap helai tenunan terdapat makna dan doa di dalamnya. Bagi generasi z diharapkan dapat menciptakan produk baru lainnya dari modifikasi kain ulos dengan desain unik agar menarik lebih banyak minat masyarakat terutama usia muda. Namun, perlu diingat bahwa makna dari kain ulos harus dipahami secara betul karena masing-masing dari motifnya memiliki beragam arti dan kekhususan saat dipakai sehingga pilihlah motif - motif yang tergolong aman untuk digunakan
P a d u a n S e n i U k i r
B a t a k T o b a
Gorga merupakan salah satu karya seni dari Batak Toba berupa ukiran atau pahatan tradisional yang terdapat pada rumah adat dan alat kesenian lain seperti kendang dan kecapi. Rumah adat dengan ukiran ini disebut dengan Ruma Gorga, para nenek moyang sering menyebutnya dengan “jabu na marampang na marjual”. Ciri khas dari gorga yakni memiliki tiga warna dasar yakni hitam, merah, dan putih yang disebut dengan Sitiga bolit. Warna ini melambangkan alam semesta yang terbagi menjadi tiga bagian Warna hitam melambangkan kekuatan, pelindung, dan kekuasaan disebut Banua Toru (alam bawah). Warna Merah melambangkan keberanian dan kesaktian disebut Banua Tonga (alam tengah). Warna Putih melambangkan ketulusan dan kesucian disebut Banua Ginjang (alam atas)
Zaman dahulu, nenek moyang orang Batak Toba menciptakan cat berbahan alami yakni:
WARNA MERAH
Warna merah secara alami diambil dari batu hula. Batu hula merupakan sejenis batuan berwarna merah yang hanya terdapat di daerah tertentu Batu ini ditumbuk hingga halus, lalu campur dengan sedikit air .
WARNA PUTIH
Warna putih berasal dari tanah berwarna putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air
WARNA HITAM
Warna hitam berasal dari tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali, lalu digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat tembok hitam pada zaman sekarang.
Oleh : Andini AyuningtyasBentuk ukiran gorga memiliki filosofi yang menggunakan teori semiotika yaitu teori mengenai makna sebuah tanda sehingga memiliki nilai estetika tinggi Berikut beberapa jenis ukiran gorga berdasarkan bentuk ukirannya:
01 GORGA SITOMPI
02 GORGA SIMEOL-EOL
Gorga Sitompi, motif ini diambil dari bentuk tompi yaitu benda untuk mengikat leher kerbau yang terbuat dari anyaman rotan Gorga sitompi memiliki filosofi ikatan kekeluargaan dan kebudayaan yang saling tolong - menolong tanpa memandang golongan.
Gorga Simeol-eol Masiolan, motif ini memiliki bentuk melengkung seperti sulur tumbuhan dan memiliki filosofi kegembiraan
03 GORGA SILINTONG
Gorga Silintong, motif ini berbentuk lingkaran melambangkan putaran air dan mengandung filosofi kekuatan yang dapat melindungi.
Gorga Ipon – Ipon, motif ini memiliki berbagai macam bentuk geometris dan digunakan sebagai hiasan tepi. Salah satu motifnya memiliki filosofi kemajuan dimana adanya harapan pendidikan yang lebih baik untuk keturunannya
04 GORGA IPON - IPONBentuk - bentuk ukiran yang diaplikasikan pada sebuah kain menjadi karya seni batik yang indah dan unik. Hal inilah yang membedakan batik batak dengan batik di beberapa daerah lainnya, dimana goresan cantingnya tidak berbentuk titik tetapi berupa garis bersambung. Namun, beberapa motifnya perlu dihindari mengingat filosofi motifnya yang penuh makna bahkan tergolong sakral dan keramat sehingga tidak boleh sembarang digunakan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan batik gorga, beberapa perancang busana maupun pengrajin batik di Sumatera Utara mempromosikan batik gorga melalui acara fashion show atau mengikuti kegiatan pameran. Melalui kegiatan - kegiatan ini batik gorga berkembang cukup pesat dan mendapatkan banyak respon yang positif dari masyarakat, khususnya masyarakat Suku Batak. Kain batik gorga ini dijual dengan harga yang cukup beragam baik secara offline maupun online.
Saat ini, kain batik gorga ini sudah banyak digunakan untuk bekerja oleh pegawai PNS di Sumatera Utara, digunakan untuk menghadiri acara pernikahan, maupun kegiatan lainnya.
Dengan adanya batik gorga, kesenian batik di Indonesia semakin beragam dan sekaligus menjadi media untuk memperkenalkan dan melestarikan kesenian khas Batak baik di kancah internasional dan nasional.
Songket Deli sudah cukup dikenal, terutama bagi masyarakat suku Melayu Deli. Suku Melayu Deli merupakan salah satu suku yang mendiami pesisir timur Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Deli Serdang Keberagaman motif songket deli menjadi salah satu kekayaan yang khas karena memiliki keindahan dan keunikan tersendiri dimana motif yang digunakan hanya motif flora atau tumbuhan Motif flora yang sering digunakan yaitu bunga tembakau deli. Saat ini motif tumbuhan lainnya juga mulai muncul dan dikenal seperti bunga melati, bunga empat pecah, bunga kenanga, dan bunga tanjung Zaman dahulu, songket deli banyak dipakai oleh sultan dan kaum bangsawan dan menjadi kain khusus kebesaran Kesultanan Deli.
Pada perkembangannya, zaman sekarang ini beberapa tokoh mulai memproduksi dan mengenalkan kembali kain songket deli sebagai wastra nusantara. Jika dahulunya songket deli hanya memiliki beberapa warna seperti kuning, merah, dan hijau, kini sudah ada berbagai warna dan corak yang semakin bervariasi Irfania Ramadhani Lubis merupakan seorang penggerak program pelestarian tenun songket deli dengan brand yang bernama IR & IR Songket Melayu Deli. Sampai saat ini sudah ada sekitar 70-an motif, beberapa diantara sebagai berikut:
Oleh : Andini AyuningtyasPohon gelugur merupakan salah satu tanaman yang sudah lama dikenal di daerah Sumatera Utara. Masyarakat biasa memanfaatkannya untuk bumbu masakan, bahan kosmetik, dan obatobatan. Tanah Deli yang banyak ditumbuhi oleh pohon buah gelugur pun menjadikannya sebagai salah satu sumber inpirasi motif kain ini
Zaman dahulu daun tembakau dari Tanah Deli menjadi produk unggulan yang terbaik di dunia. Tembakau Deli menjadi primadona dari Sumatera Utara yang aromanya tersohor hingga Bremen, Jerman, dan belahan benua Eropa Barat lainnya Oleh karena itu, motif ini terinspirasi dari bentuk daun tembakau tersebut dan memiliki filosofi kemakmuran dan kejayaan
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman penghasil bahan pangan karbohidrat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih tetap mengandalkan lima daerah sebagai produsen jagung terbesar yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Langkat, Dairi dan Deli Serdang.
Durian (durio zibethinus) adalah buah asli Asia Tenggara yang unik dan kontroversial, mulai dari tekstur buah, kulit, hingga aromanya. Kota Medan menjadi salah satu kota yang terkenal dengan adanya buah durian, oleh karena itu terciptalah motif kontemporer yang terinspirasi dari buah durian.
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu atau semak - semak berbatang tegak yang dapat hidup bertahun - tahun. Ukuran dari bunga melati cukup kecil yaitu sekitar 2,5 cm dengan warna putih. Bunga melati menjadi sumber inspirasi motif ini yang memiliki makna kesucian.
Mawar merupakan tanaman bunga berupa perdu atau semak - semak dengan batang berduri. Bunga mawar memiliki mahkota bunga yang berwarna indah dan berbau harum Bunga mawar menjadi sumber inspirasi motif ini yang memiliki makna cinta dan kasih sayang
Motif ini terinspirasi dari bentuk daun kenikir yang biasanya digunakan sebagai lalapan dan mengandung berbagai macam khasiat. Walaupun tergolong sebagai tumbuhan liar, kenikir dapat dijadikan obat herbal yang sangat ampuh, terutama daundaunnya Orang - orang Melayu biasa menyebutnya dengan Ulam Raja.
Nama Serdang itu berasal dari Kerajaan Serdang yang bermula dari Pohon Serdang. Phon serdang merupakan pohon yang menjulang tinggi dan daunnya berbentuk bulat melambangkan keteduhan dan pohonnya tidak akan condong walaupun di tempa badai. Motif ini terinspirasi dari daun pohon serdang yang memiliki simbol kekokohan.
Bunga Jathropha merupakan sejenis tanaman hias yang menjadi sumber inspirasi dari motif songket ini Berbagai jenis kupu - kupu menyukai dan sangat tertarik dengan bunga ini sehingga dilambangkan sebagai bunga pemikat
R A G A M P A K A I A N A D A T
S U M A T E R A U T A R A
Provinsi Sumatera Utara terdiri dari berbagai macam suku, salah satu suku terbesar yaitu suku Batak Suku ini terdiri dari beberapa sub suku, antara lain suku Batak Karo, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Pakpak, , Batak Simalungun, dan Batak Angola Selain itu, ada pula suku Nias dan suku Melayu.
Masing - masing suku tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikan ciri khas yang unik dari kebudayaannya. Pakaian adat suku Batak memiliki ciri khas pada penggunaan kain khusus yang disebut dengan kain ulos. Simaklah beragam pakaian adat dari Sumatera Utara berikut ini :
Oleh : Andini AyuningtyasPakaian adat Batak Toba memiliki ciri khas penggunaan kain ulos Pakaian untuk pria bagian atas disebut ampe-ampe dan bagian bawah disebut singkot. Sedangkan untuk perempuan, bagian atas berupa hoba-hoba dan bagian bawah adalah haen
Pakaian adat Batak Karo tampak serupa dengan Batak Toba Perbedaan yang paling menonjol adalah penggunaan kain tenun yang disebut uis gara. Dahulu, uis gara dipakai sebagai pakaian sehari-hari untuk para perempuan Karo, tetapi saat ini hanya dikenakan saat upacara adat dan pesta pernikahan
Pakaian adat Batak Mandailing hampir sama dengan Batak Toba yaitu memakai kain ulos. Perbedaannya ada pada penggunaan kain ulos yang dililitkan pada bagian tengah badan
Pakaian adat Batak Simalungun juga menggunakan kain ulos Namun, penyebutannya berbeda yaitu kain hiou. Bentuk dari pakaian adat Batak Simalungun hampir menyerupai Batak Toba, namun hiasan kepala pada kaum pria lebih tinggi dan lancip.
Pakaian adat Batak Pakpak disebut baju merapi-api, dengan didominasi warna hitam. Berbahan dasar katun, dan dikenakan dengan oles atau tenunan khas Pakpak.
PAKAIAN ADAT BATAK ANGKOLA
Pakaian adat Batak Angkola hampir serupa dengan busana adat Batak Mandailing. Yang membedakan adalah pakaian wanita didominasi dengan warna merah dan dikenakan dengan selendang yang disalempangkan pada badan
PAKAIAN ADAT NIAS 08
PPakaian adat Nias disebut baru oholu untuk pakaian pria, dan baru ladari untuk pakaian wanita Warna yang digunakan yaitu warna merah dan kuning yang memamng menjadi identitas dari suku Nias
PAKAIAN ADAT MELAYU
Pakaian adat Melayu untuk wanita berupa baju kurung atau kebaya panjang dipadukan dengan songket. Baju kurung terbuat dari brokat atau sutra yang dihiasi dengan detail-detail berwarna emas. Sementara pria Melayu memakai pakaian adat yang disebut teluk belanga, yang terdiri atas baju berkrah kocak musang, dan dipadukan dengan celana bermotif sama.
KAIN ULOS BINTANG MARATUR
Ulos bintang maratur berasal dari Tapanuli Utara ( Tarutung). Ulos Bintang Maratur memiliki makna ulos yang disampaikan oleh kakek nenek bao atau saudara laki-laki ibu si bayi Jenis ulos ini adalah ulos yang sangat banyak digunakan pada sebuah acara-acara adat batak.
Ulos bintang maratur memiliki motif bintang yang berjejer secara teratur untuk menggambarkan serta menunjukan orang yang patuh, setia, dan hidup rukun dalam sebuah keluarga Secara umum orang batak sangat menghormati orang tua, mereka mngatakan bahwa orang tua adalah wali dari Tuhan Yang Maha Esa
Berikut adalah motif bintang maratur :
Wastra Nusantara
Beberapa sumber mengatakan bahwa ulos bintang maratur memiliki 2 jenis, yaitu ulos yang berasal dari tapanuli dan ulos yang berasal dari toba Motif utama pada ulos bintang maratur adalah motif zigzag seperti gelombang suara radio. Perbedaan dari kedua jenis kain ini adalah, ulos dari Tapanuli memiliki gambar bintas besar pada bagian kepala atau kedua sisi ulos, sedangkas ulos toba tidak ada motif tambahan Selain itu menurut beberapa sumber ulos memiliki berbagai macam jenis dan motif pula, diantaranya adalah ulos bintang maratur angkola, ulos bintang maratur pak pak, ulos bintang maratur simalungan, ulos bintang maratur toba.
Wastra Nusantara
Ulos Bintang Maratur masih dapat dengan mudah kita jumpai. Dahulu kala, ulos ini ditenun secara manual oleh para pengrajin ulos. Namun, saait ini sudah jarang sekali ulos yang ditenun secara manual. Dalam proses pembuatan ulos bintang maratur dapat menghabiskan waktu sekitar 3-4 hari untuk menghasilkan 1 helai kain saja Sedangkan ulos yang dibuat menggunakan mesin bisa menghasilkan dalam waktu 1-2 hari untuk membuat 1 lem bar ulos Untuk ulos tenun saat ini hanya ditemukan di daerah tarutung saja. Kain ulos bintang maratur sering dijumpai pada acara acara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat suku batak. Orang batak tinggal dan menetap diberbagai puak atau horja di daerah Tapanuli Penyebaran masyarakat batak ini pun membuat mereka memiliki adat serta kebiasaan yang berbeda-beda Walaupun adanya perbedaan tersebut, konsep serta pemahaman mengenai adat itu secara umum adalah sama. Namun konsep serta nilai adat yang berlaku secara turun temurun tetap ada perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adatnya.
Wastra Nusantara
Di daerah Toba, ulos diberikan sebagai lambang rasa syukur serta keselamatan kepada seorang ibu yang mengandung di bulan ke tujuh. Kain ulos ini diberikan dari pihak hula-hula kepada anaknya. Ulos ini pun di berikan kepada Pahompu (cucu) yang baru saja hadir di dunia sebagai perompa atau gendongan Hal tersebut memiliki arti supaya anak yang akan lahir itu dapat diiringi kelahiran anak yang selanjutnya, lalu ulos ini juga di berikan untuk Pahompu atau cucu yang baru saja diberikan babtisan di gereja dan juga bisa di pakai di selendang.
Sedangkan di Tapanuli, ulos di berikan kepada pihak keluarga seperti anak ataupun saudara yang sudah berhasil membangun dan memasuki sebuah rumah baru Hal ini karena menggambarkan seorang anak atau keluarga dapat mandiri setelah berhasil mendirikan rumah. Bagi orang batak, anak atau kelurga yang dapat mendirikan rumah merupakan hal yang sangat membanggakan. Ini meruoakan sebuah Prestasi besar untuk masyarakat batak Karena itulah ulos ini diberikan sebagai lambang berkat terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk keluarga tersebut.
Karena hal diatas, dapat disimpulkan bahwa Ulos Bintang Maratur adalah sebuah lambang atau ungkapan rasa Bahagia, berkat atau rezeki supaya seluruh pihak terdekat dapat merasakan kebahagiaan itu pula
Itulah mengapa ulos memiliki gambar bintang karena bagaikan sinar bintang yang dapat memancarkan kebahagiaan kepada sekitarnya
Wastra Nusantara
PEMBUATAN KAIN ULOS KHAS SUMATERA UTARA
Pada zaman nenek moyang batak, ulos sering digunakan untuk menghangatkan tubuh karena rata-rata, nenek moyang suku batak bertempat tinggal di daerah pegunungan yang memiliki suhu rendah dan menyebabkan adanya cuaca dingin Awalnya mereka menggunakan api dan sinar matahari untuk mendapatkan kehangatan, namum hal tersebut sering kali menyebabkan resiko seperti kebakaran ataupun cuaca yang tidak mendukung untuk mendapatkan sinar matahari.
Ulos pun akhirnya dibuat dan selalu dibawa kemanapun untuk melawan cuaca dingin di pegunungan Setelah ratusan tahun, ulos pun menjadi ciri khas dari kebudayaan suku batak. Ulos memiliki berbagai makna penting dan sering dipakai oleh tetua dalam setiap pertemuan adat Selain itu ulos juga gemar dijadikan hadiah sebagai tanda kasih untuk diberikan kepada orang orang terdekat
Wastra Nusantara
Dalam proses pembuatannya, secara tradisioanl menurut kepercayaan dahulu, menenun merupakan pekerjaan yang kerap dilakukan untuk Wanita. Hal tersebut karena mereka menganggap proses menenun adalah penggambaran dari peran seorang Wanita dalam merawat keluarga, anak, ataupun orang sekitar. Untuk satu lembar kain ulos biasanya membutuhkan waktu hingga berbulan bulan karena dikerjakan pada waktu senggang.
Dalam proses pembuatan kain Ulos dapat melewati berbagai proses yang unik dan cukup lama. Antara lain adalah membuat benang, memberi warna pada benang, proses pengikatan atau gatip, ungags (pencerahan benang), ani (penguntaian), tonun, dan yang terakhir adalah sirat Setiap proses memerlukan kesabaran dan keuletan supaya menghasilkan ulos yang cantik dan berkualitas.
Tahap yang pertama adalah pembuatan benang menggunakan benang kapas Kapas yang telah didapat kemudian digulung atau biasa disebut “bebe” oleh masyarakat batak dahulu, guna dari bebe ini adalah supaya kapan dapat mengembang sehingga memudahkan pengrajin untuk melakukan pemintalan benang. Selanjutnya untuk proses pemintalan atau “mampis” dengan nama “sorha” dilakukan oleh dua orang Hal tersebut dikarenakan dalam proses pemintalan perlu ada satu orang untuk memintal benang, dan satu orang lagi memutar soha.
Setelah melakukan proses pemintalan, kapas akan membentuk benang dan akan di warna sesuai dengan warna kain yang ingin di hasilkan Cara memberi warna pada benang cukup mudah, yaitu cukup merendam benang pada air pewarna yanh telah dibuat
Air pewarna untuk kain Ulos biasa dibuat menggunakan warna warna alami atau berasal dari tanaman yang telah di fermentasi. Untuk warna biru biasa di peroleh dari tanaman indigo, warna merah diperoleh dari kayu secang dan mengkudu, kuning dari kunyit, dan hitam dari pencampuran mengkudu dengan indigo, sedangkan hijau dicampur dengan indigo dan kunyit. Hal ini jugalah yang membuat Ulos sebagai kain yang ramah lingkungan
Wastra Nusantara
Setelah warna benang yang diinginkann tercapai, kita akan masuk ke proses ungags atau pencerahan benang Benang yang telah melewati proses pewarnaan biasanya akan menghasilkan warna yang kusam Karena itulah perlu adanya proses ungags untuk menghasilkan warna yang cerah dan cantik.
Cara melakukan Pencerahan benang atau Unggas ini cukup mudah, yaitu dengan cara membalurkan nasi yang sudah di haluskan ke benang, setelah itu benang diratakan dengan kuas bulat yang terbuat dari ijuk Setelah semua benang selesai di baluri, jemurlah di bawah sinar matahari secara langsung Benang yang sudah melewati proses ini akan menjadi sedikit lentur dan semakin terurai setelah di jemur.
Saatnya kita masuk ke proses pembuatan ulos secara tradisional. Hal yang harus dilakukan pertama adalah proses Gatip atau pengikatan Gatip dilakukan untuk membuat motif khusus menggunakan benang yang belum diwarna dan diikat dengan bahan pengikat khusus yang terbuat dari serat dan daun serai Selanjutnya adalah proses ani atau penguntaian. Benang yang sudah diunggas akan diuntai terlebih dahulu Untuk mempermudah proses penguntaian, benang akan digulung berbentuk bola terlebih dahulu Alat yang digunakan dalam proses ani adalah sepotong balok kayu yang ditancapkan tongkat pendek pada bagian atasnya, tongkat pendek tersebut disesuaikan dengann Panjang ulos yang dikehendaki. Alat tersebut biasa disebut dengan nama “anian”
Wastra Nusantara
Proses utama dari pembuatan Ulos adalah “tonun” atau menenun. Alat yangh digunakan dalam proses penenunan adalah kelosan (penggulung benang), tundalan sebagai penahan pinggang dan biasa dibuat dari kayu Nangka. Kemudia hapit untuk menjepit benang, Baliga untuk menyatukan atau merapatkan benang, baliga dibuat dari pelepah daun enau atau hodong. Masih banyak lagi ornament dari alat menenun ini, antara lain ada pargiunan, lili atau lidi, hatulungan, sokkar, hasoli, hapulotan, balobas atau penggaris, turak, dan yang terakhir adalah tandean dan kuda
Proses yang terakhir adalah sirat, yaitu proses memberikan hiasan atau pengikat rambut ulos. Biasanya oada bagian ini dibuat membentuk motif gorga Pembuatan ulos memiliki daya Tarik tersendiri, sehingga banyak sekali wisatawan yang tertarik untuk mencoba membuat ulos. Kain ulos yang dibuat secara tradisional lebih mahal harganya karena proses yang cukup Panjang. Saat ini pembuatan ulos pun ada yang lebih modern, yaitu menggunakan ATBM ( alat tenun bukan mesin), benang yang digunakan pun menggunakan benang jadi dan ada pula yang menggunakan pewarna sintetis Untuk itulah saat ini sangat perlu untuk menjaga kelestarian pembuatan ulos secara tradisional
Wastra Nusantara
MAKNA TIGA WARNA ULOS SUKU BATAK
P Ulos merupakan kain jenis tenun tradisional Indonesia yang dikembangkan oleh masyarakat batak, sumatera utara secara turun temurun. Kain Ulos secara adat istiadat tidak boleh sembarangan dipakai karena kain ini konon di kenakan sesuai dengan momen kehidupan Antara lain adalah kelahiran, kehidupan, menikah, dan kematian. Kain ulos memiliki tiga warna dominan, yaitu warna merah, warna hitam, serta warna putih, apabila bentuknya piramida maka warna merah adalah yang paling dasar, kemudian putih, dan yang terakhir adalah hitam Selain dari tiga warna tersebut, masyarakat batak menyebutnya dengan nama sekka-sekka.
Wastra Nusantara
P Ulos merupakan kain jenis tenun tradisional Indonesia yang dikembangkan oleh masyarakat batak, sumatera utara secara turun temurun. Kain Ulos secara adat istiadat tidak boleh sembarangan dipakai karena kain ini konon di kenakan sesuai dengan momen kehidupan Antara lain adalah kelahiran, kehidupan, menikah, dan kematian
Kain ulos memiliki tiga warna dominan, yaitu warna merah, warna hitam, serta warna putih, apabila bentuknya piramida maka warna merah adalah yang paling dasar, kemudian putih, dan yang terakhir adalah hitam Selain dari tiga warna tersebut, masyarakat batak menyebutnya dengan nama sekka-sekka.
Setiap warna memiliki makna nya masing masing, Hitam secara umum dikatakan memiliki arti karakter yang Tangguh, kuat, serta bijaksana. Sedangkan secara fisika, kain berwarn hitam dapat memberikan kehangatan karena warna hitam tidak memancar keluar. Menurut masyarakat batak, warna hitam memiliki arti duka atau simbol kesedihan Ini artinya warna hitam digambarkan sebagai kematian dalam tatanan 3 warna tersebut
Wastra Nusantara
P Putih, melambangkan kesucian karena merupakan warna yang netral daripada warna warna lainnya. Dalam kepercayaan masyarakat batak, warna putih merupakan lambang kesucian dan kejujuran. Selain itu warna putih memancarkan sebuah keikhlasan yang tulus, karena itu warna putih sering kali digunakan pada beberapa profesi yang berhubungan dengan kemanusiaan seperti dokter, perawat, biarawati, dan lain lain.
Yang terakhir adalah warna merah. Warna merah memiliki pancaran warna yang kuat sehingga dapat mempengaruhi sekitarnya. Tentu saja menurut masyarakat batar warna merah merupakan lambang kepahlawanan dan keberanian. Tak sedikit pula yang menganggap warna merah sebagai simbol kemurkaan, tak heran bila warna merah dijadikan sebagai simbol power.
Wastra Nusantara
Menurut kepercayaan batak, ketiga warna tersebut digunakan karena mengandung hal spiritual, yaitu tiga dewa ( debata natolu) yang mengatur tatanan kehidupan. Ketiga dewa tersebut adalah batara guru, sori sohaliapan, dan yang terakhir adalah bala bulan Kepada debata natolu inilah masa depan kehidupan di bumi diberikan oleh mulajadi nabolon ( sang pencipta). Artinya debata natolu merupakan bagian dari masing masing fungsi mulajadi nabolon.
Menurut buku “Ugamo Malim” tulisan Ibrahim Gultom, Ketika dewa tersebut mempunyai tugas masing masing dan berbeda-beda. Mari kita mulai dari Batara Guru yang memiliki peran sebagai pemberi dasar hukum untuk umat manusia. Sehingga peran dari Batara Guru adalah sebagai hakim agung Batara Guru memiliki watak yang bijaksana, dan adil dalam memberikan keputusan. Dalam kepercayaan masyarakat batak, Batara Guru merupakan simbol dari warna hitam dan berperan dalam pengambilan keputusan yang adil dan benar.
Selanjutnya adalah Sori Sohaliapan. Dalam kepercayaan masyarakat batak merupakan dewa yang memilki tugas untuk memberi teguran atau peringatan bagi orang-orang yang bersalah. Dengan kata lain tugas dari Sori Sohaliapan adalah mengajak umat manusia untuk bertaubat kepada sang pencipta Karena itulah Sori Sohaliapan dilambangan dengan warna putih, karena untuk mencapai fase kebijaksanaan yang tinggi harus melalui proses bertaubat terlebih dahulu
Layaknya pantulan cermin bagi manusia, Sori Sohaliapan adalah sosok yang membawa kebenaran pada manusia untuk melakukan pertaubatan sehingga mampu untuk berada di level kebijaksanaan yang tinggi Beberapa orang meyakini bahwa Sori Sohaliapan dapat berubah wujud yang tidak diduga, serta dapat berada di tempat – tempat yang tidak dapat dibayangkan oleh kita untuk mengajak umat manusia yang berdosa untuk bertaubat.
Dewa yang terakhir adalah Bala Bulan. Bala Bulan memiliki wewenang dan tugas untuk menjaga dan merawat seluruh kehidupan di muka bumi Karena itulan Bala Bulan memiliki anugrah atau kekuatan untuk membangun atau menghancurkan sebuah kehidupan manusia Itu artinya Bala Bulan pun memiliki hak untuk memberi hukuman kepada manusia yang berdosa
Wastra Nusantara
KAIN ULOS DALAM TRADISI MENGULOSI
Ulos memiliki berbagai macam jenis, setiap jenis memiliki fungsi nya masing masing Pada tradisi pernikahan, motif dan ulos yang dipakai serta diberikan kepada pengantin memiliki perbedaan Hal tersebut dikarenakan alur kehidupan orang batak selalui ada acara adat. Sedangkan ulos merupakan simbol doa dari orang tua serta harapan harapan untuk seseorang yang mendapatkan ulos atau diulosi.
Wastra Nusantara
Prosesi pemberian Ulos dapat melibatkan banyak orang, maka dari itu tradisi mengulosi pun juga menghabiskan banyak waktu dalam pernikahan adat batak. Cara mengulosi pun cukup unik, yaitu dengan membentangkan kain lalu dikalungkan pada Pundak pengantin. Kain ulos yang membalut seluruh tubuh pengantin menggambarkan bahwa ia dibalut oleh doa doa baik dari orang sekitar. Prosesi pengalungan ulos biasanya diirisi oleh lagu yang berisi tentang doa dan harapan
Proses mengulosi dimulai dari pemberian kain ulos kepada orangtua dari pihak pengantin pria, arti dari proses ini adalah sebagai bentuk penyerahan pengantin Wanita kepada keluarga pria dan diharapkan dapat diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang. Kain ulos yang digunakan pada prosesi ini adalah Ulos Passamot bermotif ulos ragidup, ulos ragi hotang, ulos sedum.
kemudian di lanjut untuk memberikan ulos kepada kedua pengantin. Dalam pemberian ulos kepada pengantin, keluarga yang bertugas untuk memberikan adalah orangtua pihak perempuan. Prosesi ini merupakan prosesi yang cukup menguras air mata karena sebagai simbol melepaskan anak perempuannya untuk dipinang oleh pria pilihannya. Kain ulos yang diberikan pun tentu saja sebagai lambang doa doa kebaikan bagi pengantin Wanita Kain ulos yang digunakan adalah ulos hela yang memiliki arti menantu laki-laki (hela). Cara penyerahannya adalah orangtua Wanita akan memutari pengantin kemudian menyelimutkan ulos. Mangulosi akan diiringi gondang batak atau lagu batak yang berisi pesan pesan orang tua mengantarkan anaknya untuk memasuki kehidupan pernikahan Dengan di kalungkan nya ulus hela, kedua pengantin ini sudah sah dan sudah “diikat” menjadi pasangan suami dan istri, dan kedua orang tua menyelimuti dengan doa doa baik
P Selain memberikan ulos hela kepada pasangan pengantin, orang tua dari pihak Wanita juga akan memberikan mandar atau sarung untuk menantu laki-lakinya. Mandar akan digunakan Ketika pengantin Wanita akanmelaksanakan acara adat lainnya Pada saat acara tersebut menantu laki-laki akan berperan sebagai parhobas, yaitu seseorang yang melakukan aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh kerabat untuk membantu kerabat lainnya dalam mempersiapkan gelaran pesta adat agar berjalan baik Jenis kain ulos yang akan diberikan adalah ulos ragi hotang atau ulos sadum
Wastra Nusantara
Selanjutnya orang tua pengantin Wanita akan memberikan kain ulos kepada kerabat atau saudara dari pengantik pria yang sudah menikah. Untuk kain ulos yang diberikan adalah kain ulos pamarai dan jenisnya adalah ulos ragi hotang Selain itu orangtua pengantin Wanita juga memberikan ulos kepada kerabat dari ayah pengantin pria (ulos sijalabora) Dilanjutkan memberikan ulos kepada saudari perempuan dari pengantin pria ( ulos si hutting ampang) jika tidak memiliki saudari maka diberikan kepada tante dari pihak laki laki (ulos sedum) Kemudian ada prosesi pemberian ulos dari saudara pria kepada pengantin dari ibu pengantin pria Ulos yang digunakan pada acara adat ini adalah ulos tintin marungkup Dalam budaya batak pengantin pria menikahi pengantin perempuan dari tulangnya Maka dari itu pemberian ulos tulang merupakan simbol pengantin Wanita di anggap sebagai anaknya sendiri Begitulah inti dari prosesi mengulosi, pada akhir acara keluarga besar Wanita memberikan ulos tonun sodari kepada pihak keluarga pria Prosesi mangulosi sangatlah Panjang tetapi selali berjalan dengan meriah Itulah salah satu fungsi dari ulos di acara adat batak
Wastra Nusantara
ULOS SAPUT DAN ULOS TUNJUNG DALAM UPACARA PEMAKAMAN ADAT BATAK
Selain sebagai lambang berkat, doa doa baik, ulos juga biasa digunakan dalam upacara pemakaman oleh masyarakat batak Penggunaan kain dalam upacara adat pun berbeda beda jenisnya ataupun motifnya Dalam upacara pemakaman jenik ulos yang biasa digunakan adalah ulos tujung dan ulos saput.
Ulos saput adalah ulos yang diberikan serta dikenakan kepada jenazah yang baru saja meninggal dunia sebelum dikebumikan Sesuai dengan Namanya, ulos saput merupakan ulos yang digunakan sebagai penutup jenazah. Ulos saput hanya diberikan kepada jenazah yang sudah menikah Hal tersebut dikarenakan jenazah yang belum menikah masih di anggap anakanak dan tidak perlu menggunakan upacara adat. Pemberian ulos saput untuk jenazah laki-laki adalah dari tulang atau saudara laki-laki dari pihak ibu atau paman. Dan apabila jenazah adalah perempuan, maka ulos saput diberikan oleh iboto atau saudara laki-laki dari jenazah perempuan
Ulos saput dalam kebudayaan batak memiliki dua peran, yaitu Ketika seseorang lahir makan tulang akan memberikan ulos saput sebagai pengganti popok atau lampin kepada bere sebagai tanda ucapan selamat datang bagi bayi yang baru lahir. Apabila bere nya meninggal, maka tulang pun akan memberikan ulos saput sebagai tanda
Wastra Nusantara
USedangkan ulos tujung merupakan pasangan dari ulos saput. Ulos tujung dikenakan oleh suami atau istri yang ditinggalkan Penggunaan ulos tujung adalah di atas kepala suami atau istri yang ditinggalkan. Pihak yang memberikan ulos ini adalah orangtua dari pihak suami atau istri yang ditinggalkan tersebut. Pemberian ulos tujung memiliki arti bahwa pasangan tersebut tidak pernah secara adat yang artinya suami atau istri yang ditinggalkan tidak dapat menikah Kembali kecuali melaksanakan upacara adat lainnya. Selain itu ulos ini diberikan sebagai bentuk menghibur pasangan yang ditinggalkan.
Dahulu kala, ulos tujung diberikan kepada seseorang yang berjasa seperti menaklukan hewan buas. Namun, seiringh berjalannya waktu ulos tujung dipercaya sebagai simbol duka atau kesedihan dalam upacara pemakaman. Tanda tersebut dapat terlihat dari warna ulos tujung yang cenderung berwarna gelap dan sedih (hohom)
Wastra Nusantara
Nilai- nilai yang dapat di ambil dari ulos saput dan ulos tujung sangatlah banyak, terutama nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat toba Yang pertama adalah nilai berkat atau pasu-pasu, memiliki arti bahwa segala sesuatu merupakan dari Tuhan, baik itu rasa gembira ataupun rasa sedih dan duka.
Nilai kasih sayang, nilai ini dipercaya pada zaman dahulu sebagai bentuk apresiasi kepada seseorang yang memiliki tanda jasa. Sedangkan ulos saput diberikan tulang kepada bere-nya yang telah meninggal dunia sebagai penghormatan terakhir. Nilai kepercayaan adalah kepercayaam masyarakat batak terhadap kedua ulos sebagai bentuk tradisi turun temurun. Nilai harapan. Adalah ulos tujung diharapkan mampu memberikan kekuatan serta ketabahan kepada penerimanya. Sedangkan ulos saput diberikan sebagai bentuk doa kelancaran pemakaman jenazah
Wastra Nusantara
PESONA ULOS
Ulos merupakan selembar kain tenunan khas Batak yang memiliki pola motif dan ukuran tertentu dimana kedua ujungnya berjuntai panjang .
Salah satu mitologi Batak menyebutkan bahwa penciptaan orang Batak ibarat menenun ulos,penjelasan ini menafsirkan bahwa asal mula orang Batak sama dengan ulos.Orang Batak meyakini bahwa terdapat seorang pemintal yang menciptakan bumi yang dibantu oleh Dewa Maha Tinggi yang merupakan asal mula dari segala asal mula atau mula jadi na bolon Pemintalan benang merupakan suatu penciptaan dan bumi diibaratkan sebagai kain yang telah selesai di tenun
Ulos awalnya difungsikan sebagai pelindung tubuh dan dalam pembuatannya selalu dikerjakan oleh seorang wanita dengan menggunakan kapas.Ulos dikenakan oleh masyarakat Batak baik perempuan maupun laki-laki sebagai pakaian sehari hari.Dimana penggunaan ulos juga diatur yaitu jika dikenakan oleh perempuan ulos harus dikenakan menutup tubuh dari dada sampai batas kaki dan untuk laki-laki ulos dikenakan dari bagian pinggang sampai batas kaki.
Wastra Nusantara
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat berlimpah salah satunya adalah kebudayaan dari provinsi Sumatra Utara, yaitu dari daerah Batak Toba Ulos merupakan salah satu ragam hias kebudayaan Batak Toba yang sangat pantas diperkenalkan kepada masyarakat dunia,khususnya di dunia fashion,karena ragam hias ulos dapat meramaikan dunia fashion khususnya Indonesia
Kajian Estetika meliputi dalam penerapan kajian ulos yaitu titik,terdapat aliran geometri yaitu memiliki titik di ujung garis terputus – putus Garis,di dominasi oleh garis vertikal dan horizontal Bidang, pada motif ulos terbuat dari unsur titik dan garis yang berhubungan kuat,segitiga dan membentuk motif berpola.Bentuk,terbuat dari unsur bentuk yang monoton,memiliki bentuk ruang yang terdapat pengulangan pada motif ulos Ragi Hontang .Warna,merah pada ulos Ragi Hontang berarti berani,warna putih berarti kesucian atau kejujuran,sedangkan warna hitam berarti kebijaksanaan Tekstur,Ulos Ragi Hontang memiliki tekstur yang kasar yang terbentuk dari tekstur garis vertikal dan horizontal yang diulang
ESTETIKA UNSUR ULOS RAGI HONTANG Wastra Nusantara
Ulos memiliki perbedaan diantaranya adalah perbedaan nama dan perbedaan corak atau ragi ,namun ulos selalu dimaknai sebagai kegairahan hidup,kebahagiaan,jauh dari marabahaya,mendapat keberkahan dan keturunan.Kain tenun Batak Toba memiliki ragam hias yang berbeda tetapi pada dasarnya merupakan penyampaian doa dan harapan,berharap yang menerima ulos mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa
Dari karakter warna tersebut mengandung makna filosofi Hontang (rotan) yaitu supaya kuat dalam menjalankan bahtera rumah tangga,bijaksana mengambil keputusa memiliki ketegasan menjalani kehidupan.
UNSUR ULOS GI HONTANG Wast
PENCIPTAAN ULOS SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN WARISAN BUDAYA
Masyarakat Pulau Samosir,Kabupaten Samosir sampai saat ini masih mempertahankan warisan budayanya salah satunya adalah memproduksi ulos sebagai keperluan adat dan cindera mata bagi wisatawan yang mengunjungi Pulau Samosir,karena Pulau Samosir merupakan destinasi wisata utama ketika wisatawan mengunjungi provinsi Sumatra Utara
Dahulu ulos di produksi hanya untuk keperluan sendiri,setiap keluargaa menenun ulos memanfaatkan bahan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal mereka yaitu kapas atau benang rami.Pembuatan ulos oleh masyarakat Pulau Samosir pada saat itu hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana yang mana alat itu hanya digerakkan oleh kedua tangan dan kaki
Pembuatan ulos dilakukan dengan cara-cara khusus yang terikat dengan tatacara yang sudah ditentukan,hal itu dikarenakan kegunaan ulos yang bersifat sakral.Pembuatan ulos dapat mencapai waktu beberapa bulan tergantung pada kesulitan motif ulos yang akan ditenun Proses menenun merupakan bentuk perwujudan sifat kesabaran,ketekunan,selera seni yang tinggi,hingga pengabdian
Wastra Nusantara
Oleh : Aprilia Mia SusantiPENCIPTAAN ULOS SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN WARISAN BUDAYA
Proses pertama yang dilakukan dalam pembuatan Ulos adalah pembuatan benang,benang dibuat dari kapas yang dipintal,proses pemintalan kapas ini dikenal masyarakat Batak sebagai mamipis Proses pemintalan dilakukan menggunakan alat yang disebut dengan sorha yaitu roda,alat pemintal benang.
Proses pewarnaan benang menggunakan pewarna yang dibuat dari tumbuhan disekitar danau yang telah di fermentasi,dimana proses fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan warna yang di inginkan,proses ini disebut dengan itom Sedangkan orang yang melakukan proses pewarnaan ini disebut dengan parsigira Namun,modern ini pewarnaan ulos dilakukan menggunakan pewarna sintesis yang bertujuan memudahkan proses pembuatan, mempercepat produksi dan ulos yang dihasilkan dapat dijual dengan harga terjangkau.
Wastra Nusantara
Oleh : Aprilia Mia SusantiPENCIPTAAN ULOS SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN WARISAN BUDAYA
Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah proses gatip atau disebut sebagai pembuatan motif,yaitu proses dimana agar benang yang dikehendaki tetap berwarna putih,diikat menggunakan tali yang terbuat dari serat atau biasanya menggunakan daun serai
Setelah melalui proses gatip , proses selanjutnya adalah unggas,tujuan dari proses unggas ini adalah membuat benang memiliki warna yang cerah,sehingga kain yang dihasilkan akan tampak kilau cemerlang.Unggas dilakukan dengan cara melumuri benang dengan nasi lalu digosok dengan kuas,hasil jadi benang yang telah melalui proses unggas akan memiliki tekstur yang kenyal namun benang akan terurai dengan baik jika sudah mendapat terik matahari
Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah proses mangani atau penguntaian,proses penguntaian ini menggunakan alat yang disebut dengan anian ,yaitu balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat yang panjangnya sesuai panjang ulos yang akan dibuat Keberhasilan proses ini sangat ditentukan oleh tingkat kemahiran dari pangani atau orang yang melakukan proses mangani ini
Wastra Nusantara
Oleh : Aprilia Mia SusantiVOCABULARY ULOS
Ulos merupakan kain kebanggaan masyarakat Batak dimana ulos banyak mengandung makna tersirat didalammnya Terdapat beberapa istilah yang tidak popular di masyakat dalam pengenalan ulos ini sendiri kepada dunia fashion khususnya fashion di Indonesia Bahan yang digunakan sebagai bahan pewarnaan ulos bersumber dari tanaman yang tumbuh disekitar danau toba disebut dengan itom Untaian benang dengan ukuran standar disebut dengan humpalan
Terdapat beberapa alat yang digunakan dalam pembuatan ulos diantaranya adalah sorha yaitu roda penggerak yang digunakan pada proses pemintalan benang.Anian merupakan alat yang digunakan untuk menguntai benang yang telah diunggah
Proses pemintalan kapas menggunakan alat sorha disebut dengan mamipis Sedangkan proses perendaman tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarnaan ulos selama berhari –hari disebut dengan digon –gon.Unggas merupakan proses pencerahan benang yang dilakukan setelah proses gatip.Proses gatip merupakan tahap pembuatan motif pada ulos Tonun merupakan proses membentuk benang menjadi sehelai kain menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Orang yang melakukan proses pewarnaan disebut dengan parsigira Selanjutnya pada proses sirat yaitu proses memberikan hiasan pengikat rambut ulos yang dibentuk dengan motif gorga.
Wastra Nusantara
Oleh : Aprilia Mia SusantiULOS PADA AKU DAN KAIN KARYA OSCAR LAWALATA
Aku dan Kain merupakan pameran fashion karya fashion designer Indonesia ternama yaitu Oscar Lawalata,yang digelar pada 10 Agustus sampai 11 September 2022 di Museum Nasional.Pameran Aku dan Kain ini menampilkan keelokan berbagai kain tradisional Indonesia,salah satunya adalah ulos dari Sumatra Utara
Pada pameran Aku dan Kain ini misi utama dari Oscar Lawalata adalah memperkenalkan ragam hias kain tradisional nusantara ,Oscar ingin mengangkat eksistensi kain tradisional Indonesia yang perlu dibanggakan dan dilestarikan oleh generasi Z Oscar mengatakan bahwa “Melalui Aku dan Kain: The Age of Diversity, kami ingin menyampaikan bahwa keindahan yang harmoni tidak perlu seragam dan serba sama, namun perbedaan sejatinya merupakan rangkulan persatuan dalam perbedaan,"
Wastra Nusantara
MELATI SOEDJARWO
Melati Soedjarwo fashion designer muda dari Klaten Jawa Tengah yang memilih wastra, khususnya lurik sebagai media ekspresi dalam menciptakan ide-ide karyanya menekankan pada mengoptimalkan pemanfaatan wastra Ayunee by Melati Soedjarwo merupakan usaha fashion yang memproduksi busana dengan bahan dasar kain tradisional Indonessia, terutama kain lurik dari alat tenun bukan mesin (ATMB) Dengan mengunakan pewarna alam sehingga mempunyai ciri khas yang tidak terdapat di outlet lainnya
“Wastra menurut saya kain khas tradisional yang akan sarat makna budaya nusantara Contohnya batik, tenun lurik, songket, ulos dan masih banyak lainnya Yang membedakan memiliki ciri khas dari simbol, motif, corak, warna dan material yang dipakai” kata Melati Soedjarwo
Dalam salah satu karyanya yang bertajuk ”Selaras” yang terinspirasi dari keindahan Candi Borobudur dalam keselarasan budaya dan perkembangan agama ditanah jawa, yang diaplikasikan kedalam busana dengan potongan bersusun-susun atau bertumpuk-tumpuk dengan mengunakan material tenun lurik, tenun troso dan katun linen serta batik jumputan
Pergelaran Jogja Fashion Week 2022 yang digelar di Sleman City kemarin Melati Soedjarwo mempresentasikan busana rancanngannya dengan menampilkan enam koleksi tenun lurik ”Rancangan kali ini dengan mengusung tema pemanfaatkan wastra nusantara, maka saya memanfaatkan sepenuhnya kain wastra. Saya sangat senang, karena selama ini saja juga selalu menggunakan kain etnik dalam menciptakan ide-ide rancangan” ucap Melati Soedjarwo.
”Keunikan koleksi selaras kali ini itu adanya sentuhan sulaman tangan bermotif Candi Borobudur pada tenun lurik” kata Melati Soedjarwo Koleksi baju Ayunee ini didominasi busana kasual yang wearable, menggambarkan kebebasan yang memiliki arti busana bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan. Bisa digunakan untuk ke kantor, hangout atau untuk menghadiri acara semiresmi dengan didominasi warna-warna indigo.