2 minute read
Korban Tusuk Lubang Sumbu Pakai Paku
Tiga Tersangka Peracik Petasan Maut Ditangkap
PEKALONGAN, TRIBUN - Tiga tersangka pembuat petasan yang menewaskan satu anak dan lima anak luka di Desa Jrebengkembang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada Sabtu (29/4) mempunyai perannya masing-masing.
Advertisement
Tiga tersangka yang diamankan yaitu Saiful (20) warga Desa Jrebengkembang; Nanang (24) warga Desa Jrebengkembang; dan Ahmad (24) warga Desa Jrebengkembang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan. Kapolres Pekalongan, AKBP Arief Fajar Satria mengatakan, tiga tersangka yang diamankan ini mempunyai peran masing-masing, di antaranya membuat petasan, meminta iuran ke anak-anak, dan memesan bahan yang digunakan untuk petasan.
“Tersangka Saiful membeli bahan petasan melalui online, meracik bahan jadi obat petasan, dan membuat selongsong petasan dari paku dan kerikil,” kata AKBP Arief Fajar Satria saat sesi Jumpa Pers di Mapolres Pekalongan, Senin (1/5).
“Untuk Nanang, menutup selongsong dengan pasir dan sandal, mengebor selongsong untuk lubang sumbu petasan, dan memasukkan bahan petasan ke dalam selongsong. Sedangkan Ahmad menutup selongsong dengan campuran pasir dan malam, membuat sumbu petasan,” lanjutnya.
Menurutnya, peristiwa tersebut berawal dari tersangka Saiful pada pertengahan bulan puasa membeli bahan petasan berupa KCLO3 (pupuk) sebanyak dua kilogram, belerang sebanyak satu kilogram, dan alumunium powder sebanyak satu kilogram.
Sambil menunggu pesanan datang, tersangka membuat selongsong petasan sebanyak 12 buah. Selanjutnya setelah ketiga bahan tersebut sampai, lalu diracik dan dikasih paku serta kerikil dan dicampur menjadi obat petasan.
“Pada Rabu (27/4) sekira pukul 14.00 WIB, 12 buah selongsong petasan beserta obat petasan yang sudah jadi, dibawa ke rumah tersangka Nanang untuk diisi obat petasan, sekaligus diberi sumbu dan selongsong. Selanjutnya, diberi malam oleh tersangka Idris sebagai penutup selongsong. Sehingga sempurna menjadi petasan dan siap diledakkan pada hari syawalan pada Sabtu (29/4) yang rencananya petasan tersebut akan digabung dengan balon udara.
“12 petasan tersebut diledakkan di jalan pertengahan sawah, dengan urutan petasan kecil delapan buah terlebih dahulu berhasil meledak, baru kemudian empat buah petasan ukuran besar. Untuk dua petasan besar pertama berhasil diledakkan, oleh tersangka Saiful dan Nanang,” katanya.
“Namun untuk petasan ketiga yang disulut oleh tersangka Saiful tidak meledak, lalu tersangka mencoba memperbaiki sumbu dengan cara menusukkan sebatang lidi pada lubang sumbu namun tidak berhasil. Sehingga, oleh tersangka petasan itu diletakkan begitu saja di sawah,” ujarnya.
Kemudian, berdasarkan keterangan dari saksi korban ledakan petasan yang bernama Nafi mengambil paku, selanjutnya korban memegang petasan yang tidak meledak tersebut dan berusaha memasukkan paku ke dalam lubang sumbu dengan cara dipukul menggunakan batu. Pada saat itu ada lima korban lainnya berada di dekatnya dan tiba-tiba petasan meledak yang mengakibatkan korban Nafi terpental sejauh satu meter dengan kondisi luka parah dan meninggal dunia. Sementara, untuk lima korban lainnya mengalami luka-luka. “Tersangka yang diamankan ini ternyata masih ada yang ponakan dan adik kandungnya. Korban Khairul Awam merupakan keponakan tersangka Saiful Bakhri dan untuk korban Mohammad Al Ramzi merupakan
SATU ANAK TEWAS z Tiga tersangka pembuat petasan yang menewaskan satu anak dan lima anak luka-luka di Pekalongan ditangkap. z Para tersangka punya peran masing-masing, di antaranya membuat petasan, meminta iuran ke anak-anak, dan memesan bahan petasan. z Korban tewas akibat ledakan petasan yang ditusuknya memakai paku ke dalam lubang sumbu dengan cara dipukul menggunakan batu. z Akibat peristiwa ini, ketiga tersangka terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara. adik kandung dari tersangka Nanang,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, ketiga tersangka ini juga yang mengkoordinir uang hasil iuran dari para anak-anak untuk membuat petasan dan balon udara yang akan diledakkan pada saat syawalan kemarin. “Ada 45 anak yang iuran untuk membuat petasan dan balon udara. Mereka (anak-anak) iuran sebesar Rp30 ribu dan diserahkan ke tersangka Saiful dan Nanang,” katanya. Sementara itu, tersangka Saiful Bakhri mengatakan, ia baru pertama membuat petasan tersebut. “Saya belajar melalui YouTube dan hanya coba-coba.. Saya menyesal atas kejadian ini karena ada keponakan juga menjadi korban,” katanya. Dikatakan Bakhri, ia memang yang membuat petasan. Lalu, pada saat terjadi ledakan ia bersama dengan kedua tersangka berada di sekitar lokasi.
Akibat peristiwa ini, ketiganya dijerat dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia nomor 12 tahun 1951 atau pasal 359 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara. (tribunjateng)