3 minute read
Gembus dan Tulang Beradu di Wajan
Glotak, Menu Buka Puasa Legendaris dari Tegal
Loper Koran Terharu Dapat Parsel
Advertisement
Lebaran dari Dompet Dhuafa
YOGYA, TRIBUN - Dompet Dhuafa membagikan parsel Lebaran kepada loper koran di Yogyakarta. Ada sekitar 30 loper koran yang menjadi sasaran. Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta, Muhammad Zahron mengatakan loper koran merupakan pahlawan informasi. Hal itu karena loper koran merupakan ujung tombak distribusi koran, sebagai salah satu sumber infomasi terpercaya bagi masyarakat.
“Kami mengapresiasi, dedikasi loper koran yang dalam situasi hujan panas tetap amanah, istiqomah menyampaikan informasi kepada masyarakat. Loper koran menjadi yang terdepan, meski ada gempuran disrupsi digital,” katanya seusai penyaluran parsel, Selasa (4/4).
Ia melanjutkan loper koran menjadi penerima manfaat, karena secara ekonomi dianggap kurang mampu. Sebagai lembaga yang diberi amanah untuk membantu warga yang kurang mampu, maka pihaknya memberikan parsel Lebaran kepada loper koran.
“Kalau dari nilai mungkin tidak terlalu besar, tetapi ini apresiasi dari kami, agar teman-teman (loper koran) semangat men- jalankan amanahnya. Kami juga mengajak masyarakat untuk memperhatikan kondisi masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu tapi bersemangat cari nafkah sebagai pejuang keluarga,” lanjutnya. Selama Ramadan, sudah banyak kegiatan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Tidak hanya membagikan parsel Lebaran kepada loper koran, Dompet Dhuafa juga memberikan donasi untuk anak yatim, guru mengaji, pengurus masjid, dan lainnya. Bu Ribut (52) merupakan salah satu loper koran yang beruntung menerima parsel Lebaran dari Dompet Dhuafa. Warga Kricak, Tegalrejo tersebut sangat bahagia sekaligus terharu saat menerima parsel Lebaran. “Senang banget, bersyukur banget. Apapun bentuknya, kami sudah diperhatikan. Sangat bahagia dan terharu,” ucapnya sambil terbata-bata karena terharu. Sudah hampir satu tahun ini ia menjalani profesi sebagai loper koran. Sebelum mulai menjajakan koran di Jalan Magelang, ibu berusia 52 tahun tersebut menjadi pemulung. “Jadi kalau pagi mulung nanti siang habis mulung jualan koran. Ya, untuk tambahan,” imbuhnya. (maw)
TEGAL, TRIBUN - Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, memiliki satu makanan tradisional yang khas dan masih terlestarikan hingga kini, yakni glotak. Kuliner kaya rasa ini jadi salah satu menu favorit untuk berbuka puasa bagi masyarakat setempat. Menu santapan berkuah ini memiliki cita rasa pedas yang gurih dan nikmat. Terbuat dari bahan dasar bongkrek atau gembus, dipadukan balungan (tulang) ceker ayam, balungan daging sapi, iga, dan lain-lain sebagai pelengkap. Salah satu pembuat glotak adalah Ice Andriyani, yang beralamat di Jalan Prekutut, RT 02/RW 01, Desa Slawi Kulon, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Saat ditemui pada Kamis (30/3), Ice menjelaskan, glotak merupakan makanan khas Kabupaten Tegal yang berbahan dasar gembus atau bongkrek. Kemudian, ditambah rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, jahe, lengkuas geprek, kamijara, laos, gula jawa, garam, penyedap rasa, cabai yang dihaluskan, ditambah kecap manis dan bumbu rahasia yang dibuat sendiri oleh Ice
Adapun proses pembuatan glotak dari awal penyiapan bahan, bumbu-bumbu, sampai siap saji kurang lebih sekitar satu jam. Lamanya waktu memasak, dikatakan Ice supaya bumbu meresap sehingga glotak bisa tahan lama paling tidak sampai sore bahkan malam hari. “Jadi kenapa namanya glotak, proses memasaknya kan pakai wajan, panci, atau lainnya. Nah, saat dimasak, karena ada campuran balungan ayam atau sapi, ketika diaduk menimbulkan suara “glotak-glotak”, akhirnya dipakai untuk nama makanan. Tapi, ada juga di daerah lain seperti Talang menyebutnya bukan glotak, tapi petis. Jadi, ada dua macam penyebutan yaitu glotak dan petis. Meskipun namanya berbeda, tapi rasa dan tampilannya sama, hanya beda penyebutannya saja,” ungkap Ice. Perempuan berusia 42 tahun ini dibantu seorang tetangganya untuk memasak glotak. Ia memproduksi tiga jenis glotak, yakni glotak balungan ayam dan ceker seharga Rp10.000, serta glotak balungan iga sapi dan glotak tetelan sapi seharga Rp10.000 per porsi. “Glotak ini cara makannya sesuai selera, ada yang suka digado (makan tanpa nasi), ada juga yang lebih suka untuk lauk dengan nasi. Tapi, kalau saya pribadi lebih suka makan glotak dengan lontong. Selain itu, semakin nikmat jika ditambah kerupuk mi atau kerupuk antor,” kata Ice. Banyak pesanan Ice pun mendulang pundipundi rejeki pada momen puasa kali ini, karena glotak buatannya banyak diminati oleh konsumen. Jika di hari biasa atau sebelum puasa Ice membuat menu glotak hanya 1015 porsi saja, pada momen puasa meningkat kisaran 3035 porsi per hari dan selalu habis. “Semenjak puasa penjualan meningkat, karena selain banyak yang pesan langsung via whatsapp, saya juga menitipkan di penjual lauk pauk atau lainnya,” jelas Ice.
Ia memulai usaha di bidang kuliner terutama masakan rumahan sekitar tujuh tahun lalu. Usaha Dapoer Mamih Chalisa yang ia rintis, terus berkembang dan bervariasi menyajikan menu-menu masakan rumahan seperti pepes ikan, pepes tahu, pepes gembus, oseng daun pepaya, oseng labu, sayur asem, pecakan tempe, dan masih banyak lagi sesuai pesanan pembeli. Selain itu, Ice juga biasa menerima pesanan nasi kuning karakter, berbagai menu lauk, semur jengkol, dan yang sedang banyak digandrungi yaitu glotak.
Untuk pemasaran, Ice mengaku memanfaatkan grup Whatsapp, selain juga membuat akun Facebook dan Instagram untuk mengiklankan produknya. Sedangkan pemasaran produk glotak baru dilakukan untuk area Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan sekitarnya. (Tribunjateng.com/dta)