2 minute read
Erick Thohir Pamer Laba Bersih BUMN
Sektor Jasa Keuangan Miliki Kontribusi Laba Tertinggi
JAKARTA, TRIBUN - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, membeberkan kinerja positif perusahaan-perusahaan pelat merah di sepanjang tahun 2022. Indikasi pertumbuhan kinerja tersebut terlihat dari kenaikan laba konsolidasi
Advertisement
BUMN dari Rp125 triliun pada 2021 menjadi Rp303,7 triliun pada 2022 (unaudited/belum diaudit).
Erick menyebut, BUMN di sektor jasa keuangan memiliki kontribusi laba yang tinggi diantara BUMNBUMN lainnya. “Kalau kita lihat, dari 12 klaster yang kita miliki, sektor jasa keuangan ini memang paling tinggi kontribusinya,” kata Erick Thohir saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (13/2).
Adapun perolehan laba
BUMN mencapai Rp303,7 triliun (unaudited) pada
2022, atau naik dua kali lipat dari Rp125 triliun pada
2021. Beberapa perusahaan plat merah di sektor jasa keuangan memiliki kontribusi tertinggi atau laba bersih (unaudited), antara lain PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) diatas Rp50 triliun, atau lebih tepatnya Rp51,4 triliun.
Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) diatas Rp40 triliun. Ada juga
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang diatas Rp18 triliun, dan PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) diatas Rp3 triliun.
Untuk jasa asuransi dan dana pensiun, Erick Thohir mengatakan, labanya tak kalah dari kontribusi perbankan BUMN. Ia bilang beberapa perusahaan semisal IFG, Asabri, dan Taspen mencatatkan kinerja keuangan yang baik.
“Untuk jasa asuransi dan dana pensiun Alhamdulilah. Kalau dilihat, IFG-pun ada laba yang bik, tapi ini untuk restrukturisasi Jiwasraya yang masih minus. Tapi secara konsolidasi asuransi, dan dana pensiun ini sehat. Asabri juga sudah sehat kurang lebih (kontribusinya) Rp3,8 triliun, sementara Reasuransi masih menjadi perhatian,” lanjut dia.
Di sisi lain, Erick mengatakan, perusahaan BUMN di sektor jasa infrastruktur juga menunjukkan kinerja keuangan yang baik. Misalnya Wijaya Karya, PT PP, Brantas Abipraya, Jasamarga, hingga Semen Indonesia. Sedangkan, Waskita Karya saat ini masih proses restrukturisasi.
“Untuk Hutama Karya ini masih penugasan, Perumnas juga masih ada perbaikan bisnis model. Kita fokus agar Perumnas membangun rumah tingkat dengan fasilitas semacam Puskesmas, dan juga lapangan terbuka,” ungkap dia.
LABA KONSOLIDASI BUMN
Perolehan laba BUMN naik dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya
Sektor jasa keuangan memberikan kontribusi tertinggi
PTPN catat sejarah bisa untung Rp5,5 triliun
Sementara untuk industri pariwisata kontribusi terbesar non-cash adalah Garuda Indonesia, sedang yang lainnya masih dalam penyehatan, termasuk airport-airport di Indonesia, yang pada tahun sebelumnya sempat merah, diharapkan tahun ini bisa untung.
“Untuk sektor jasa logistik, Pelindo, ASDP, Pelni, PT POS, juga berhasil mencatatkan kinerja keuangan ciamik,” lanjut Erick.
Ditambahkan, INKA masih perlu perbaikan. Adapun untuk jasa telekomunikasi, secara konsolidasi mencatatkan keuntungan Rp26 triliun, yang berarti klaster tersebut sehat.
“Untuk Pertamina, PLN, dan industri Minerba cukup baik. Industri perkebunan (PTPN) juga sejarah ya bisa untung Rp5,5 triliun, walaupun utangnya masih Rp41 triliun dan secara keuangan sangat sehat,” katanya. (tribunnews/kpc)
Tantowi Yahya Minta Kadin
DIY Garap Pasar ASEAN
YOGYA, TRIBUN - Duta Besar (Dubes) Keliling Asia Pasifik, Tantowi Yahya berharap, pengusaha yang tergabung dalam Kadin DIY mulai menggarap pasar ASEAN untuk mendongkrak ekspor. Menurutnya, negara ASEAN memiliki kedekatan geografis dan kultural.
Tantowi mengatakan, ASEAN memiliki potensi pasar ekpor yang besar. Secara teoritis, katanya, peluang menggaet pasar
ASEAN lebih mudah, karena dua faktor yaitu kedekatan geografis dan kedekatan budaya.
“Letak geografis Indonesia sangat dekat dengan negara-negara ASEAN lainnya, bahkan ada yang berbatasan langsung, semisal Malaysia dan Brunei Darussalam. Sedangkan, dari sisi kultural antara negara
ASEAN satu dengan negara lainnya banyak kesamaannya
Sayangnya, katanya, kedekatan geografis dan kultural belum dimanfaatkan optimal oleh pengusaha. “Jadi lebih gampang berdagang dengan orang-orang ASEAN, tetapi peluang pasar itu belum termanfaatkan dengan maksimal. Saya justru melihat banyak eksportir kita yang justru melirik ke negara-negara yang jauh di luar kawasan
ASEAN,” paparnya, saat Bincang Bisnis Kadin DIY bertajuk ‘Tumbuh Kuat Ekonomi
Hebat Harapan dan Realita Mengisi Tahun Presidensi
ASEAN 2023’ di Jogja Expo Center (JEC), Sabtu (11/2) malam.
Ia melanjutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengusaha guna menangkap peluang pasar ASEAN tersebut, yakni kolaborasi, digitalisasi dan sustainability
Menurut dia, kolaborasi dan digitalisasi adalah keniscayaan. Keduanya harus dilakukan para pengusaha jika ingin berkembang dan masuk ke pasar global saat ini.
Yang tak kalah penting, tandanya, pengusaha harus