4 minute read
Gunungkidul Terima Hibah
Empat Bus Sekolah
GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Pemerintah DIY resmi menghibahkan bantuan bus sekolah untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Advertisement
Gunungkidul. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, Senin (13/2).
Paku Alam X mengatakan hibah tersebut memanfaatkan Dana Keistimewaan (Danais) DIY. “Hibah bus sekolah ini merupakan bentuk perhatian pada sektor pendidikan,” katanya lewat keterangan tertulis.
Menurut Paku Alam X, sektor pendidikan menjadi salah satu prioritas pemanfaatan Danais. Wujudnya antara lain berupa fasilitas bus sekolah untuk kabupaten/kota di DIY. Selain hibah bus sekolah, ia juga meresmikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pa- tuk secara simbolis. RTH ini berada persis di gerbang batas Gunungkidul, ruas Jalan Yogya-Wonosari.“Pembangunan RTH ini juga mengandalkan Danais,” ungkap Paku Alam X.
Sekretaris Daerah Gunungkidul, Sri Suhartanta mengatakan, ada empat unit bus sekolah yang diberikan. Fasilitas bus sekolah bisa digunakan secara gratis oleh pelajar. "Layanan bus sekolah ini harapannya bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar dan menekan kecelakaan,” jelasnya. Ia juga menyebut pembangunan RTH Patuk dibiayai Danais sebesar Rp3.250.757.600. Sedangkan pengadaan bus sekolah menelan biaya Rp3.796.742.000 dari Danais. (alx)
Kejari Sleman Bakal Periksa Semua Penerima Dana Hibah Pariwisata
SLEMAN, TRIBUN - Pengusutan dugaan penyelewengan atau korupsi dana hibah
Pariwisata yang dikucurkan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Sleman 2020 terus bergulir. Setelah memeriksa
10 saksi terkait, Kejaksaan
Negeri (Kejari) Sleman rencananya akan memanggil semua kelompok wisata penerima dana hibah tersebut.
“Iya, (penerima dana hibah) akan dipanggil semua, dong. Masa mau sampelsampel doang?” kata Kepala
Kejari Sleman, Widagdo, ditemui pada Senin (13/2).
Diketahui, dana hibah
Kemenparekraf tahun anggaran 2020 berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 23/km.7/2020 untuk pemulihan ekonomi dampak pandemi Covid-19 itu disalurkan di Sleman dengan nilai pagu anggaran Rp68,5 miliar. Sebanyak 70 persen atau Rp27,5 miliar untuk membantu industri pariwisata berupa 92 hotel dan 45 restoran.
Kemudian, 28,5 persen atau senilai Rp17,1 miliar untuk membantu 244 kelompok masyarakat wisata berupa desa wisata dan objek wisata. Termasuk, Rp177,9 juta untuk sosialisasi dan implementasi program CHSE atau cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan); dukungan revitalisasi sarana dan prasarana kebersihan, keindahan, dan keamanan serta pengawasan penerapan protokol kesehatan (prokes) bagi 40 usaha jasa pariwisata. Selanjutnya, 1,5 persen dari dana hibah atau Rp921 juta digunakan untuk biaya operasional dan review aparat pengawas internal pemerintah (APIP).
Widagdo menyampaikan, pihaknya menyelidiki dugaan penyelewengan dana hibah itu berdasarkan temuan awal dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hingga saat ini, sudah 10 saksi dari kalangan pelaku wisata yang dipanggil dan
Lima orang yang diajak DB di antaranya NN (21) alias Briancuk, BAM (22) keduanya adalah warga Kapanewon Jetis. Kemudian, tersangka lain adalah JW alias Sijek (23), YU (25) alias Kincling, dan dan seorang pelajar kelas 2 SMA berinisial RP (18). Ketiganya merupakan warga Kapanewon Kasihan. Kelimanya kini turut menjadi tersangka dalam kasus tersebut. Pertemuan antara korban dan para tersangka terjadi pada Jumat (10/2/) malam. Mereka menjemput korban dengan menggunakan mobil di daerah Kotagede. “Di dalam mobil ini, korban sudah dipukuli para tersangka. Mereka membawa korban ke rumah tersangka DB di daerah Kasihan, di sana korban juga dipukuli,” katanya.
Setelah dari sana, korban kemudian di bawa ke rumah tersangka lain di daerah Kapanewon Jetis, Bantul. Korban masih mendapatkan pukulan dari para tersangka selama perjalanan, hingga kondisinya tak sadarkan diri sesampainya di Jetis. Karena korban sudah tidak bergerak, para tersangka ini panik, kemudian bersepakat mengarang cerita.
“Karena korban tak sadarkan diri, para tersangka ini membawa korban ke rumah sakit dan mengarang cerita menemukan korban di gumuk pasir dan berdalih memberikan pertolongan pertama. Faktanya, mereka tidak pernah sampai ke sana (gumuk pasir),” ucapnya. Begitu mengantarkan korban ke rumah sakit, para pelaku pun pergi. Saat itu, salah satu tersangka sempat meninggalkan nomor telepon selulernya kepada petugas rumah sakit. Kapolres mengatakan, saat dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter, korban dinyatakan sudah tidak bernyawa. Dokter memperkirakan kematian korban antara 30 menit sampai 8 jam sebelumnya. Dari tubuh korban juga ditemukan tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan. Pihak rumah sakit kemudian melaporkan hal tersebut ke kepolisian, yang langsung ditindaklanjuti dengan menelusuri nomor ponsel tersangka. “Kecurigaan kami karena di tubuh korban terdapat luka-luka kekerasan. Kami pun melakukan penelusuran dan mengamankan enam orang terduga pelaku, mereka yang mengantarkan korban ke rumah sakit,” ujarnya. Keenam tersangka ditangkap di rumahnya masing-masing. Selain itu, polisi juga mengamankan barang bukti berupa satu unit mobil Daihatsu Feroza bernomor polisi AB 1235 YZ milik DB yang digunakan
MASALAH UTANG z Publik sempat digegerkan oleh kabar penemuan mayat lelaki di kawasan gumuk pasir Parangtritis, Bantul, beberapa waktu. z Belakangan, terkuak bahwa lelaki tersebut korban pembunuhan, dengan latar belakang masalah utang piutang. z Enam pelaku kini sudah ditahan Polres Bantul atas perkara tersebut. untuk menjemput korban. Keenam tersangka dijerat Pasal 338 KUHP dengan ancaman penjara 15 tahun karena dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Serta, Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman penjara lima tahun. Ditagih Di hadapan polisi dan awak media, tersangka DB mengaku nekat melakukan penganiayaan karena sudah jengkel lantaran korban selalu menghindar ketika ditagih perihal utangnya. Ia berdalih tidak berniat untuk menghilangkan nyawa korban. “Korban sudah utang kepada saya sejak bulan Desember lalu dan berjanji akan membayarnya pada 7 Februari, namun nomor saya malah diblok. Saya sebenarnya tidak ada niat membunuh, tapi malah kebablasan,” ungkap residivis kasus narkoba ini.
Saat mengetahui korban sudah tidak bergerak, ia panik dan bersama teman yang lain memutuskan untuk mengarang cerita menemukan korban di gumuk pasir. “Karena panik saya (antar korban) ke rumah sakit. Saya kasih solusi (mengarang cerita), teman-teman ngikut,” ucapnya. (nto) diperiksa. “(Mereka diperiksa) sudah betul sesuai enggak, menerimanya. Sesuai dengan juknis (apa tidak). (Dinas) belum diperiksa. 10 saksi (yang diperiksa) pelaku wisata,” terang Widagdo. Widagdo mengatakan, perkara ini masih tahap penyelidikan dan belum mengarah kepada calon tersangka. “Itu kan hampir 244 kelompok (penerima dana hibah pariwisata). (Diperiksa semua), tidak hanya sampel-sampel, karena semua penerima kan sudah ada nama-namanya, jelas. Ini masih didalami,” kata dia.
Bupati Sleman, Kustini menyebut, penyaluran dana itu di wilayahnya sudah sesuai aturan. Kendati demikian, dirinya menghormati proses penyelidikan di Kejari. “Semua kan sudah sesuai aturan. Nah kita mengikuti saja. Menghormati proses hukum, kalau ada hukum. (Karena) semua sudah sesuai aturan. Kita serahkan sepenuhnya, karena semua sudah diproses, ditangani di Kejaksaan,” kata dia. (rif)