7 minute read
Pastikan Tidak Ada Hak Suara Tercecer
Sebanyak 7.000 Pemilih Pemula di Kota Yogya Belum Rekam Data KTP-el
YOGYA, TRIBUN - Menjelang Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang berlangsung pada 2024 mendatang, sekira 7 ribu pemilih pemula di Kota Yogya belum melakukan perekaman data kependudukannya. Pemkot Yogya memastikan tidak ada hak suara yang tercecer.
Advertisement
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Yogya, Septi Sri Rejeki menuturkan, sampai sejauh ini, masih ada sekitar 9 ribu penduduk yang belum merekam data untuk KTP elektronik (KTP-el). Dari jumlah tersebut, lanjutnya, 7 ribu di antaranya merupakan pemilih pemula, atau baru pertama berpartisipasi dalam pemilihan umum, pada gelaran 2024 nanti.
“Data sudah masuk ke kami dari Biro Tapem. Kami sudah melakukan iventarisasi untuk menindaklanjuti. Termasuk, mengkoordinasikannya dengan kemantren karena datanya yang masuk itu sudah by name by address semua,” urainya, Minggu (15/1).
Atas fenomena tersebut, Septi pun mengaku heran, lantaran setiap bulan petugas Disdukcapil Kota Yogya secara intensif melakukan upaya jemput bola menuju sekolahsekolah di wilayahnya. Sehingga, menjelang Pemilu dan Pilkada 2024, strategi serupa pun bakal lebih digencarkan untuk menyasar pemilih pemula, supaya suaranya nanti tidak terbuang percuma.
“Setiap bulan kami rutin jemput bola ke sekolah. Mereka bisa langsung rekam data di sekolah. Jadi, selama 2023 ini akan kami ulang lagi, jemput bola ke sekolah dan door to door ke kemantren, kita datangi warga yang belum rekam data,” imbuh Septi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, para pemilih pemula kemungkinan masih merasa enggan melakukan rekam data karena usia mereka saat ini masih 16 tahun dan belum begitu peduli dengan Pemilu. Padahal, pada 2024 mendatang, mereka sudah berusia 17 tahun, sehingga sudah memiliki hak untuk menyalurkan aspirasinya melalui pesta demokrasi tersebut.
“Karena itu, banyak yang belum mau. Tapi, ada juga pemilih pemula yang tidak menetap di Yogyakarta lagi. Misal, dia domisili di Yogyakarta, tapi harus ikut orang tuanya kerja di Jakarta, misalnya,” terangnya.
Meski demikian, apapun alasannya, Disdukcapil akan tetap mendorong para pemilih pemula supaya segara merekam data kependudukan.
Hal tersebut sangat berdampak dalam tingkat partisipasi warga masyarakat di pemilihan umum, agar jumlah suara yang tak termanfaatkan bisa ditekan semksimal mungkin.
“Kami sudah berproses. InsyaAllah, akhir 2023 sudah klir semua. Paling tidak, kalau masih ada kekurangan pun kurangnya tinggal sedikit.
Tapi, sekarang kami terus berproses,” tandas Kadisdukcapil. Kalangan legislatif mendesak Pemkot Yogyakarta agar menaruh perhatian serius, karena hal tersebut menyangkut hak pilih pada Pemilu 2024 nanti.
Anggota Komisi A DPRD
Kota Yogya, Yustinus Kelik Mulyono, mengatakan, hak warga negara yang sudah berusia 17 tahun untuk menyalurkan suaranya melalui Pemilu telah diatur dalam Undang-undang. Sehingga, instansi pemerintah pun harus bisa mendorong para
JEMPUT BOLA pemilih pemula, agar segera merekam datanya.
Sebanyak 7 ribu pemilih pemula di Kota Yogya belum melakukan perekaman KTP-el.
Pemkot Yogya memastikan tidak ada hak suara yang tercecer untuk Pilkada 2024.
Selama 2023 ini, Pemkot akan jemput bola ke sekolah dan door to door ke kemantren.
Legislatif meminta perekaman data kependudukan ini diperhatikan.
“Jangan sampai ada warga yang sudah memiliki hak, namun tidak terfasilitasi. Apalagi kalau tidak masuk di daftar pemilih,” ungkapnya. Karena itu, pihaknya pun mendukung langkah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Yogya yang intens melangsungkan jemput bola. Lewat upaya tersebut, ia berharap, para pemilih pemula bisa menyadari betapa penting proses rekam data ini, untuk kesuksesan pesta demokrasi 2024 mendatang. Karena sistem data pemilih terintegrasi dalam sistem administrasi kependudukan. Maka, perekaman data bagi penduduk wajib KTP, termasuk yang baru 17 tahun di 2024 adalah hal mutlak.
“Intinya jangan sampai ada pemilih yang tercecer. Ini butuh koordinasi Disdukcapil, KPU, Biro Tapem dan lainlain. Data pemilih yang baik akan menghasilkan sistem pemilu yang baik pula,” lanjut Kelik. (aka)
Tetap Produksi Kue Keranjang di Tengah Gempuran Harga Bahan Baku
YOGYA, TRIBUN - Kue keranjang merupakan makanan khas Tahun
Baru Imlek. Selain untuk sesaji saat sembahyang, kue keranjang juga menjadi oleh-oleh. Tingginya permintaan membuat produsen kue keranjang mulai memproduksi jauh-jauh hari.
Sulistyowati (77) merupakan salah satu produsen kue keranjang di DIY. Ia merupakan generasi kedua yang melanjutkan bisnis yang dirintis orangtuanya sejak 1960an. Dalam setahun, ia hanya memproduksi satu kali kue keranjang.
“Ya cuma produksi saat mau Imlek aja. Mulai produksi sejak 5 Januari kemarin, mungkin sampai nanti tanggal 21 Januari masih produksi,” katanya, Minggu (15/1).
Meski pandemi Covid-19 mulai menjadi endemi, namun ia masih tidak berani memproduksi banyak. Rata-rata ia memproduksi 200 kue keranjang per hari atau setara dua ton saja tahun ini. Berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, ia bisa memproduksi lebih dari 2 ton kue keranjang. Tidak hanya karena pandemi, ia mengurangi jumlah produksi karena saat ini mulai banyak produsen kue keranjang yang harganya lebih murah. Harga kue keranjang buatannya dipatok Rp46 ribu per kilogramnya. Ia tidak menurunkan harga, justru malah menaikkan harga. Keputusan tersebut sengaja dipilih untuk menjaga kualitas dan rasa kue keranjang, di tengah kenaikan harga bahan baku. “Bahan bakunya sekarang mahal, ya saya terpaksa menaikkan harga, karena memang bahan yang dipakai itu kualitasnya bagus. Pakai
BBPOM DIY Minta Dua Penjual Chikbul Tutup Sementara
YOGYA, TRIBUN - Balai Besar Pengawasan
Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta meminta dua lokasi penjualan chiki ngebul (chikbul) berbahan liquid N2 atau nitrogen cair tidak berjualan sementara waktu sembari menunggu hasil kajian sampel. Hal ini menyusul adanya dua bocah yang keracunan chikbul berbahan nitrogen cair di Sleman.
Kepala Balai Besar POM Yogyakarta, Trikoranti Mustikawati mengatakan, ada dua lokasi penjualan chikbul berbahan liquid N2 atau nitrogen cair yang tutup sementara. Para pedagang di dua lokasi itu kini juga masih dalam proses pengawasan dan pembinan oleh Balai Besar POM serta Dins Kesehatan (Dinkes) terkait.
“Kepada pedagang dan pemilik, kami minta untuk tidak berjualan dulu sampai kajian yang dilakukan oleh Kemenkes dan BPOM selesai dan dikeluarkan regulasi terkait hal ini,” kata Trikoranti, Minggu (15/1).
Ia tidak menjelaskan secara detail dua lokasi yang menjual jajanan berbahan nitrogen cair itu terletak di wilayah mana. Namun, semenjak jajanan berbahan nitrogen cair itu memakan korban sejumlah bocah di Tasikmalaya, pihak Balai Besar POM Yogyakarta melakukan sidak ke lima kabupaten/kota di DIY.
“Pengawasan Chikibul dilakukan bersama Dinas kesehatan kab/kota, Pengawasan dilakukan di Mall, sekolah, pasar malam, dan tempat keramaian lainnya,” jelasnya.
Saat pengawasan disampaikan, Trikoranti juga menyanpaikan edukasi mengenai bahaya penggunaan liquid nitrogen pada pangan siap saji ketika dikonsumsi. Di DIY tepatnya di Kabupaten Sleman sudah terdapat dua bocah yang keracunan chikbul berbahan nitrogen cair.
“Itu bisa menyebabkan bahaya seperti anak yang tubuhnya terbakar ketika akan mengkonsumsi Ice smoke snack, kasus keracunan di Tasik Malaya itu balita mengalami rupture lambung,” terang dia.
Dia menjelaskan, secara regulasi penggunaan liquid N2 sebagai bahan penolong untuk proses pengolahan pangan. Selain itu, nitrogen cair juga digunakan sebagai bahan pembeku freezing agent pada penyiapan pangan dengan pembekuan cepat misalnya es krim, di mana pada produk akhir harus ada upaya untuk menghilangkan residu LN2 pada produk akhir.
Diberitakan sebelumnya, dua anak di Kabupaten Sleman, diduga mengalami keracunan usai mengonsumsi jajanan ciki ngebul alias cikbul.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan dua anak yang masing-masing berusia 5 dan 7 tahun itu mengalami demam, pusing, dan muntah setelah malam sebelumnya mengonsumsi chikbul.
“Awalnya dikira masuk angin, tapi kemudian anak ini muntah berwarna kuning dan hijau. Karena orang tua khawatir lalu dibawa ke Puskesmas Berbah,” kata Kustini dalam keterangannya, Jumat (13/1). (tro)
Polisi Tangkap Tiga Pelajar Bawa Sajam untuk Tawuran
YOGYA, TRIBUN - Satuan Samapta Polresta Yogyakarta mengamankan tiga orang pelajar yang hendak tawuran pada Minggu (15/1) sekitar pukul 02.41 WIB. Para remaja itu kedapatan membawa beraneka macam senjata tajam (sajam).
Kasi Humas Polresta Yogyakarta AKP Timbul
Sasana Raharjo, mengatakan tiga pelajar yang diamankan yakni, PD (17) warga Mergangsan, AIU (15) warga Tukangan, Danurejan, dan ARD (15) warga Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
“PD ini diduga membawa golok kalau AIU itu diduga membawa gir,” katanya, Minggu siang.
Timbul menjelaskan, Minggu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB ketiga remaja itu bermaksud tawuran di Jalan Magelang. Pada saat perjalanan menuju Jalan Magelang, ketiganya diamankan oleh jajaran Polsek Umbulharjo. “Mereka kemudian diamankan di area Barat Balai Kota Yogya. Saat ini masih dalam pemeriksaan oleh penyidik,” jelasnya.
Beberapa barang bukti yang diamankan di antaranya satu buah golok ukuran 50 sentimeter ditemukan oleh anggota Sat Samapta Polresta Yogyakarta di Jalan Dr. Sutomo. “Polisi juga mengamankan satu buah gir ditemukan oleh anggota Sat Samapta Polresta Yogyakarta di sungai Manunggal,” jelasnya. Polisi masih mendalami apakah ketiga pelaku melanggar Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. (hda) ketan lokal, yang harganya lebih mahal dari ketan impor,” terangnya. “Semua resep masih asli, cara pembuatan, takaran bahan juga sama seperti orang tua saya dulu, makanya rasanya juga tetap enak, tetap terjaga, ya memang kalau soa harga ya lebih mahal, makanya yang beli ke sini rata-rata sudah langganan,” lanjutnya. Tidak hanya di DIY saja, kue keranjang yang diproduksi di Jalan Tukangan No 43 Danureja, Kota Yogyakarta tersebut juga dijual di sebagian Jawa Tengah hingga Lampung. Kunci sukses mempertahankan 63 tahun produksi adalah menjaga kualitas. Ia pun hanya menggunakan bahan alami tanpa bahan pengawet. Gula pasir dengan kualitas terbaik dan dimasak dengan cara yang benar menjadi pengawet alami kue keranjang. (maw)
Merapi Luncurkan Tiga Kali Lava Pijar Selama Sepekan
GUNUNG Merapi berdasarkan pengamatan BPPTKG Yogyakarta tercatat meluncurkan 3 kali guguran lava selama sepekan terakhir, dari tanggal 6 hingga 12 Januari 2023. Material vulkanik mengarah ke barat daya atau hulu Kali Bebeng dan Kali Sat/Putih dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter.
“Suara guguran juga terdengar dari Pos Babadan sebanyak 6 kali dengan intensitas rendah hingga sedang,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, Minggu (15/1).
Lebih lanjut, terkait pertumbuhan lava, tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan baik dari kubah barat daya dan kubah tengah. Volume kubah barat daya terhitung tetap, yaitu sebesar 1.616.500 m3, sedangkan untuk kubah tengah sebesar 2.772.000 m3.
Dalam minggu ini kegempaan Gunung Merapi masih cukup tinggi. Tercatat terjadi 664 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA), 17 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 75 kali gempa Fase Banyak (MP), 261 kali gempa Guguran (RF), 1 kali gempa
Hembusan (DG), dan 10 kali gempa Tektonik (TT).
Pekan ini juga terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 32 mm/jam selama 100 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 10 Januari 2023. “Tidak dilaporkan adanya penambahan aliran dan lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi,” tuturnya. Menimbang hasil pengamatan tersebut, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
“Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi,” ujarnya. (tro)
TRIBUN JOGJA/ALMURFI SYOFYAN
MELINTAS - Seorang pengendara roda dua melintas di sekitar patok kuning jalan tol Yogyakarta-Solo di Kampung Desan Wetan, Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, belum lama ini.