![](https://assets.isu.pub/document-structure/230228065338-86d156082d63f20a2941912401a54e4e/v1/8e8722227bb331af26bf133f5c88d800.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
3 minute read
Investor Tepat untuk Olah Limbah
DISKUSIKetua DPD
GIPI DIY Bobby Ardiyanto Setyo
Advertisement
Ajie (tengah), dan Tustiyani, anggota DPRD DIY (kiri) membicarakan potensi health tourism di Yogya dalam DisCast (Dinas Kesehatan Podcast), belum lama ini.
TRIBUN JOGJA/ISTIMEWA
Health Tourism Dorong Turis
Tinggal Lebih Lama di Yogyakarta
YOGYA, TRIBUN - Health tourism atau pariwisata kesehatan diproyeksikan mampu untuk mendorong turis agar mau tinggal lebih lama di DIY. Wilayah ini dinilai cocok untuk mengembangkannya lantaran banyak daerah wisata yang dekat dengan alam.
“Jadi, health tourism itu bisa dibilang barang baru di DIY. Meski sudah tereksplor, ini mulai jadi segmen baru, kerja sama antara Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pariwisata (Dinpar),” ujar Tustiyani, Anggota DPRD DIY dalam siniar DisCast (Dinas Kesehatan Podcast) berjudul “Kestrad dalam Health Tourism”.
Dia menjelaskan dengan adanya istilah health tourism ini, Dinkes tidak hanya menyembuhkan orang sakit jadi sehat lagi, tapi membuat mereka bisa menemukan kehidupan yang lebih baik. Dari sini, menurut Tustiyani, masa tinggal atau length of stay pengunjung bisa lebih panjang.
“Setelah sembuh, mereka tidak lantas pulang, tapi bagaimana memperbaiki hidup setelah bisa bebas dari penyakit,” terangnya.
Maka, pencarian kualitas hidup yang lebih baik ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah.
Pasti ada orang-orang yang inginnya menyembuhkan penyakit sekaligus beristirahat sejenak di DI Yogyakarta jauh dari rutinitas dunia.
Menurutnya, DI Yogyakarta cocok untuk mengembangkan health tourism lantaran banyak daerah wisata yang kembali kepada alam.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Ajie menyetujui pendapat tersebut. Health tourism dianggap mampu memperpanjang masa tinggal wisatawan di Yogyakarta. Apalagi, Yogyakarta memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan oleh health tourism itu sendiri.
“Kita ada Rumah Sakit (RS) representatif, tipe
A, B dan C kalau berbicara tentang medical tourism Sport tourism di DIY sebagai bagian dari health tourism juga sudah masuk di kalender agenda internasional. Termasuk, scientific health tourism, dmana UGM sering bikin seminar tentang kesehatan yang bisa menarik wisatawan ke Yogya,” jelas dia. Bobby mengatakan, perlu kepastian dari stakeholders untuk meningkatkan pelayanan berkaitan dengan health tourism di DIY. Ia menilai, satu daerah tidak akan sukses menjadi tuan rumah jika masyarakat tidak siap menjadi garda depan itu sendiri. Hospitality based itu kuncinya ada di masyarakat. Industri pasti oke, mereka sudah melewati training dan punya ilmu, tapi masyarakat yang banyak bersinggungan dengan wisatawan itu. Ini PR kita bersama. Bagaimana masyarakat DIY punya hospitality based,” tegas dia. (ard/ord)
Proyek KPBU TPA Regional Piyungan Masuk Lelang Terbuka
YOGYA, TRIBUN - Proyek pembangunan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sampah Regional Piyungan melalui skema kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) memasuki babak baru. Pemerintah DIY bersama PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (PII) tengah melaksanakan penjajakan minat pasar atau market sounding proyek KPBU.
Seperti diketahui, usia TPA Regional Piyungan diprediksi hanya dapat bertahan dalam beberapa tahun ke depan karena kondisinya yang sudah overload . Karenanya, pemerintah perlu mencari investor yang sanggup mengelola TPA dengan teknologi modern.
PENJAJAKAN PASAR z Proyek pembangunan z Pemerintah DIY bersama PT PII tengah melaksanakan market sounding proyek KPBU. z Pemerintah cari investor yang sanggup mengelola TPA dengan teknologi modern. z Proyek ini akan gunakan skema DBFOMT selama 21,5 tahun.
TPA Regional Piyungan melalui skema KPBU memasuki babak baru.
“Proyek ini rencananya akan menggunakan skema DBFOMT ( Design Build Finance Operate Maintain Transfer ) dengan periode KPBU selama 21,5 tahun dengan rincian 1,5 tahun masa konstruksi dan 20 tahun masa operasi,” kata Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, Minggu (19/2). Aji mengatakan, market sounding bertujuan untuk mempromosikan proyek peluang investasi bidang infrastruktur serta mendapatkan masukan dari investor, terhadap bentuk kerjasama yang ditawarkan. Beberapa hal yang dijajakan adalah terkait penawaran pengembalian investasi.
“Termasuk aspek bankability dari sudut pandang tender potensial, indikasi besaran pinjaman, jangka waktu, dan manajemen ri- siko,” sambungnya. Selama proses KPBU dan lelang terbuka berlangsung, Pemda DIY telah menyiapkan zona transisi tempat pembuangan sampah yang lokasinya tak berada jauh dari TPA Regional Piyungan. Lahan seluas 2,1 hektar tersebut digunakan jika dua zona pembuangan di TPA Regional Piyungan sudah penuh. “Itu merupakan solusi jangka pendeknya jika TPA Piyungan sudah penuh. Jangka panjangnya kita menggunakan skema KPBU untuk mengadakan teknologi pengolahan sampah,” paparnya. Aji pun berharap agar TPA Regional Piyungan dapat dikelola dengan metode pengolahan sampah berwawasan lingkungan. Sebab selama ini, TPA tersebut masih memanfaatkan metode sanitary landfill yakni sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan. Metode itu memakan lahan yang begitu luas serta cenderung tidak ramah terhadap lingkungan sekitar. “Dengan kerja sama yang tidak hanya melibatkan kami selalu PJPK dengan badan usaha, akan tetapi kerja sama seluruh masyarakat bersama Pemerintah kabupaten dan kota yang sampahnya ditampu TPA Piyungan,” katanya. Direktur Utama PT PII, Wahid Sutopo mengatakan, pihaknya mendapat kepercayaan dan penu - gasan dari Kementerian Keuangan, serta Pemda DIY untuk mendampingi pelaksanaan penyiapan dan proses transaksi pada proyek TPAS Regional Piyungan. Proyek ini akan berlokasi di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. “Melalui skema Project Development Facility yang merupakan mandat dari Kemenkeu, kami berkomitmen untuk melaksanakan pendampingan pada setiap tahapan proses, yang mencakup kajian pra studi kelayakan, proses transaksi untuk pemilihan badan usaha, pelaksanaan hingga perolehan pembiayaan pada proyek ini,” kata Wahid. Pihaknya telah melaksanakan tahap awal dalam menyusun kajian pra studi kelayakan dan rekomendasi terkait pilihan teknologi persampahan, serta sistem pengelolaan sampah terpadu yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Kajian tersebut juga mempertimbangkan kesesuaian dan kebutuhan. Baik dari sisi regulasi, kondisi fisik lingkungan, kapasitas fiskal dari pemerintah, serta dari komunitas masyarakat di sekitar lokasi.
“Saat ini kami mempersiapkan tahap berikutnya untuk mempersiapkan proses transaksi atau pelelangan yang dilaksanakan secara terbuka,” lanjut Wahid.
Pelelangan terbuka ini dilakukan nantinya dengan harapan mendapatkan mitra badan usaha yang tepat. Dengan begitu, nantinya dapat dipenuhi pemenuhan pembiayaan yang dapat membantu pelaksanaan proyek.
“Diharapkan akan banyak calon investor yang tertarik untuk berpartisipasi dalam proyek ini sehingga dapat segera terlaksana,” kata Wahid. (tro)