4 minute read
Petani Cabai Mengeluh Kualitas
Panenan Menurun Saat Musim Hujan
SLEMAN, TRIBUN - Musim hujan yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir berdampak terhadap menurunnya kualitas hasil panen cabai di Kabupaten Sleman.
Advertisement
Hal itu dirasakan olah seorang Petani Cabai di Padukuhan Pundong V, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Slemet Iswanto (30). Pasalnya, 2.000 pohon cabai yang ditanam hanya bisa menghasilkan 80 kilogram dalam satu kali panen.
jelasnya kepada wartawan saat ditemui di lahannya, Kamis (26/1).
Tidak hanya itu saja, beberapa pohon cabai rawit merah maupun merah keriting banyak yang mati, lantaran lahan terendam air hujan. Walau begitu, untuk urusan jual beli produk, Slamet tetap mengutamakan kualitas hasil panennya.
rung fluktuatif di pasaran. “Harga jual cabai rawit merah sekarang itu dikisaran Rp30 ribu-Rp50 ribu per kilogram. Sedangkan, cabai merah keriting sekitar Rp25 ribu. Ya masih standar lah harga segitu,” beber Slemet.
TRIBUN JOGJA/AHMAD SYARIFUDIN
PENCAIRAN - Penyerahan buku rekening bantuan bagi peternak terdampak penyakit mulut dan kuku (PMK) di kantor Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Kamis (26/1).
“Kalau tidak musim hujan, biasanya saya bisa panen lebih dari satu kuintal atau lebih dari 100 kilogram. Karena, kalau cuaca hujan gini , banyak cabai yang patek atau busuk, jadi hasil panen menurun,”
Pemuda Curi Mesin Diesel untuk Modal Nikah
SEORANG pemuda warga Srunggo, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Bantul, SH (25) berniat untuk menikahi pujaan hatinya. Namun, ia menghalalkan segala cara untuk menambah modal nikah hingga nekat mencuri mesin diesel pengairan sawah milik petani.
Kapolsek Imogiri Kompol Suharno menjelaskan kasus terungkap ketika pihaknya mendapat laporan dari dua warga Srunggo yang kehilangan mesin diesel di sawah, 24 Desember kemarin. “Ada dua mesin diesel hilang saat itu,” ujar Kapolsek Rabu (25/1).
Hasil penelusuran polisi, ada informasi dari seorang saksi yang pernah ditawari mesin diesel dengan harga miring oleh seseorang, yakni Rp1,5 juta. Penyelidikan kemudian mengarah ke SH sebagai pelaku. “Setelah kami pastikan, kemudian kami amankan pelaku di rumahnya pada 2 Januari kemarin dan yang bersangkutan mengakui perbuatannya,” ujarnya. Dari hasil interogasi, SH mengaku melakukan aksinya berdua bersama temannya BS (28) alias Genjik, warga Srunggo 1, yang kini jadi buronan polisi. Mereka beraksi di ma- lam hari, memanfaatkan kelengahan petani yang biasanya meninggalkan mesin diesel di sawah.
Tersangka menjual dua mesin seharga Rp3 juta, padahal harga aslinya mencapai Rp5,2 juta per unit. Polisi pun menemukan dua mesin itu di wilayah Bambanglipuro. SH mengatakan bahwa dirinya saat ini sudah tidak bekerja, namun kebelet menikah. “Dijual untuk modal nikah. Saya ajak teman yang juga butuh uang. Hasil penjualan kemarin dibagi dua, masing-masing Rp 1,5 juta,” ujar residivis kasus narkoba pada 2019 kemarin itu. (nto)
Ruas Jalan Yogya-Wonosari di Patuk Bakal Diperbaiki
DINAS Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul akan menangani kerusakan di Jalan Yogya-Wonosari, antara lain di tikungan Ngembes wilayah Patuk, dekat perbatasan antara Gunungkidul dan Bantul. Kepala DPUPRKP Gunungkidul, Irawan Jatmiko mengatakan titik tersebut sebenarnya sudah beberapa kali diperbaiki. “Jalan kerap rusak setiap kali perbaikan selesai dilakukan beberapa waktu setelahnya,” jelas Ira- wan, Kamis (26/1). Kerusakan diduga akibat adanya mata air di dalam tanah, persis di bawah jalan. Aliran air membuat lapisan aspal kerap mengelupas dan jalan menjadi bergelombang. Irawan mengaku sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-DIY yang berwenang atas ruas tersebut. “Rencananya akan dilakukan penanganan secara permanen tahun ini,” katanya.
Menurut Irawan, kajian yang mendalam juga perlu dilakukan sebelum perbaikan dimulai, terutama soal dugaan air bawah tanah yang jadi penyebabnya. Terpisah, Lurah Patuk, Catur Bowo juga menduga kerusakan jalan disebabkan oleh aliran air bawah tanah, karena air kerap mengalir di permukaan jalan. Ia mengungkapkan jika di kawasan tersebut memang ada sumber air bernama Slumprit, di kawasan ruang terbuka hijau (RTH) saat ini. (alx)
“Saya kalau jual ke pasar lelang pasti yang bagus-bagus. Kalau yang busuk atau kering begini pasti enggak saya jual, karena takut nanti harga jualnya bisa menurun,” urainya.
Adanya penurunan kualitas hasil panen memberikan dampak perubahan harga jual cabai yang cende-
Ia mengakui bahwa biaya perawatan tanaman cabai terbilang mahal. Dalam sekali masa tanam, ia setidaknya membutuhkan dua kuintal pupuk. Sedangkan, harga pupuk per kilogramnya sebesar Rp20.000. Slemet berharap pemerintah dapat membantu menjaga stabilitas harga pupuk di pasaran.
“Harapannya, harga pupuk jangan naik-naik terus,” pintanya. (nei)
Dihantam Ombak Tinggi Empat Meter, Kapal Nelayan Trisik Terbalik
KULON PROGO, TRIBUN - Sebuah perahu nelayan terbalik setelah dihantam ombak dengan ketinggian 4 meter di Pantai Trisik, Galur, Kabupaten Kulon Progo, Kamis (26/1) pagi. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini dan dua nelayan berhasil diselamatkan. Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah V Kulon Progo, Aris Widiatmoko mengatakan, peristiwa terjadi sekitar pukul 07.00 WIB. Saat itu, perahu dengan nama lambung Sarpras yang dikemudikan oleh Sukak (48) warga setempat dan anak buah kapal (ABK) Torino (43), warga Cilacap hendak pergi melaut.
Ombak sebenarnya mulai terlihat bergejolak sejak di area bibir pantai. Setelah sempat menunggu, perahu melaju menerobos gelombang laut, namun ombak besar tiba tiba menghantam. Akibatnya, mesin mati dan badan perahu dipenuhi air hingga akhirnya terbalik.
“Beruntung, tekong dan ABK kapal dalam kondisi selamat. Setelah mendapat laporan, anggota SRI Pantai Trisik langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan pertolongan bersama nelayan setempat,” kata Aris.
Ketugian dari kejadian itu ditaksir sekitar Rp3 juta karena mesin dan jaring rusak, serta katir atau cadik patah. Selanjutnya, kapal dibawa ke menepi ke pantai.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa gelombang tinggi 2,5-4 meter bakal terjadi di beberapa titik di perairan selatan dan Samudera Hindia Selatan pada Kamis (26/1) hingga Jumat (27/1). Di antaranya di perairan wilayah Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta. Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Adnan Dendy, mengatakan, berdasarkan polanya, angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Laut-Timur Laut dengan kecepatan berkisar 5-25 knot. Sedangkan, angin di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Dava-Barat Laut dengan kecepatan berkisar 5-25 knot.
“Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, perairan Kep. Anambas-Kepulauan Natuna, perairan timur Bintan, dan Selat Sunda,” kata Adnan dalam keterangan resminya.
Pihaknya memberikan imbauan kepada para nelayan dan pelayar untuk tetap memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran. Baik itu terhadap perahu nelayan, kapal tongkang, dan kapal ferry maupun kapal kargo dan kapal pesiar. “Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada,” tutup dia. (scp/nei)