6 minute read
BIZ Likuiditas Perbankan Masih Memadai
Bunga Kredit Diperkirakan Naik di Kuartal II-2023
JAKARTA, TRIBUN - Bank
Advertisement
Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan dari 3,5 persen menjadi 5,75 persen sejak Agustus 2022.
Namun, perbankan masih banyak yang belum mentransmisikannya ke bunga kredit, sebagian bahkan belum menaikkan bunga depositonya. Berdasarkan data BI, bunga deposito 1 bulan pada Desember 2022 tercatat 3,97 persen atau meningkat 108 basis poin (bps) dibandingkan dengan level Juli 2022.
Sementara, bunga kredit pada Desember 2022 tercatat 9,15 persen atau meningkat 21 bps dibandingkan level Juli 2022. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima
Yudhistira, memperkirakan perbankan akan mulai mentransmisikan kenaikan suku bunga acuan BI ke bunga kredit di kuartal II-2023. “Kalau situasi ekonomi domestik masih cukup baik, risiko bisa dikelola, mungkin bank baru sesuaikan bertahap di Kuartal ke II 2023,” ujarnya, Jumat (27/1).
Sebab, selain suku bunga acuan BI, perbankan juga mempertimbangkan faktor risiko penyaluran kredit dan kondisi likuiditas terutama dana murah. Likuiditas yang memadai ini mendukung ketersediaan dana bagi perbankan untuk penyaluran kredit dunia usaha. Saat ini, likuiditas perbankan dan perekonomian masih relatif memadai untuk mendorong peningkatan kredit.
Hal ini tercermin dari rasio
Alat Likuid terhadap Dana
Pihak Ketiga (AL/DPK) pada
Desember 2022 tetap tinggi, mencapai 31,20 persen dan meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,42 persen. Oleh karenanya, masih belum meratanya transmisi suku bunga acuan ke bunga kredit karena kondisi likuiditas perbankan berbeda-beda.
TUNGGU WAKTU z Perbankan masih belum mentransmisikan kenaikan suku bunga acuan ke bunga kredit. z Sebagian perbankan bahkan belum menaikkan bunga depositonya. z Kondisi itu lantaran perbankan menilai kondisi likuiditasnya masih memadai untuk mendorong peningkatan kredit.
“Transmisi suku bunga bank berbeda beda, contohnya bunga bank cabang asing paling cepat naik dibanding swasta domestik,” ucapnya. Menurutnya, segmen kredit yang paling berpengaruh pada kenaikan suku bunga acuan ialah segmen kredit konsumsi sehingga kemungkinan bunga kredit konsumsi akan lebih cepat naik pada kuartal II mendatang. “Segmentasi kredit juga berpengaruh, di mana kenaikan paling cepat ada di bunga kredit konsumsi,” tukasnya. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan, sejak Agustus 2022, BCA baru sekali menaikkan bunga deposito sebesar 0,1 persen dari 1,9 persen menjadi 2 persen lantaran kondisi likuiditas masih memadai. Namun, tidak menutup kemungkinan ke depan perseroan akan menaikkan bunga deposito. Pasalnya, saat ini suku bunga di berbagai negara sudah tinggi sehingga kompetisi mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) semakin ketat.
“Selama likuiditas kita cukup, mungkin ini akan sangat lambat mengikuti kenaikan BI. Tetapi kalau memang ternyata diperlukan dana yang besar untuk menambah likuiditas kita, ya tentu deposito sedikitsedikit kita akan coba naikkan untuk mengejar ya,” ujarnya, Kamis (26/1).
Dia memastikan, dalam waktu dekat BCA masih belum akan mentransmisikan kenaikan bunga deposito ke kenaikan bunga kredit. Begitupun dengan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), BCA masih akan tetap mempertahankan suku bunga. “Kami sampai sekarang relatif belum menaikan suku bunga dan tentu ada gap beberapa waktu lagi sampai kita harus melihat bahwa kita akan mulai menaikan suku bunga kredit,” ucapnya.
Pertumbuhan ekonomi
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam hasil risetnya menemukan bahwa suku bunga kredit yang rendah bukan faktor pendorong utama pertumbuhan kredit. Direktur Utama BRI, Sunarso, Kamis (26/1), mengatakan, berdasarkan model kredit total ditemukan pertumbuhan ekonomi dan kondisi likuiditas perbankan memiliki pengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan kredit dibandingkan dengan penetapan suku bunga rendah. Sementara, berdasarkan model kredit menurut segmen ditemukan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat paling berpengaruh pada pertumbuhan kredit. Dengan kata lain, pendorong terbesar pertumbuhan kredit berasal dari pertumbuhan ekonomi, likuiditas perbankan, dan daya beli masyarakat bukan bunga kredit rendah. “Penetapan suku bunga naik atau turun ternyata tidak signifikan pengaruhnya terhadap loan growth,” ujarnya. (kpc)
Disdag Gunungkidul Gelar Operasi Pasar Lagi di Februari
GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul berencana menggelar operasi pasar (OP) mulai Februari mendatang.
Kepala Disdag Gunungkidul, Kelik Yuniantoro mengatakan OP dilakukan untuk menjaga harga komoditas pokok di pasaran. “Terutama, menjelang puasa nanti,” kata Kelik, Jumat (27/1).
Pihaknya akan menggandeng Bulog dalam pelaksanaan OP nanti. Berbagai komoditas pun akan disediakan dengan harga murah, seperti telur ayam, gula pasir, beras, hingga minyak goreng.
Menurut Kelik, sejumlah komoditas saat ini harganya mulai terpantau naik di pasaran, seperti telur ayam dan minyak goreng. “Termasuk Minyakita, yang merupakan merek dari Kementerian Perdagangan,” jelasnya.
Kelik menjelaskan kenaikan tersebut terjadi karena persediaan yang minim di pasaran. Kondisi ini tak sebanding dengan tingkat permintaan di masyarakat.
Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Disdag Gunungkidul, Retno Utami juga menyebut pedagang saat ini kesulitan mendapatkan Minyakita. Ia menduga kondisi ini disebabkan dari produsen. “Kemungkinan produsen Minyakita mengurangi produksinya,” jelas Retno.
Harga Minyakita saat ini mencapai Rp17.000/liter, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000/liter. Meski demikian, kondisi ini tak berpengaruh pada minyak goreng jenis lainnya.
Menurut data Disdag Gunungkidul, minyak goreng tanpa merek masih stabil di harga Rp15.000/kg. Sedangkan untuk yang bermerek di kisaran Rp19.00020.000/liter.
Terkait OP, Retno mengatakan kegiatannya akan diawali pada 1 Februari 2023. OP ini akan menyediakan beras dengan harga murah dari Bulog. “Kuotanya 2 ton beras jenis medium, nanti akan berlangsung di Genjahan, Ponjong,” ujarnya. (alx)
Harga Tomat Turun Rp6.000 Per Kilogram
SLEMAN, TRIBUN - Harga tomat di Pasar Sleman cenderung anjlok dalam sepekan terakhir. Penurunannya berkisar Rp6.000-8.000 per kilogram. Sumarni (60), pedagang sayur di Pasar Sleman mengatakan, penurunan harga tomat itu telah berlangsung sejak seminggu yang lalu. Tomat kecil yang semula seharga Rp15.000 per kilogram kini turun jadi Rp8.000 per kilogram. Sedangkan, tomat besar yang semula Rp18.000 turun jadi Rp10.000 per kilogram. Meski ada penurunan harga, transaksi penjualan menurutnya tak banyak berubah. Saat ini, ia masih bisa menjual hingga 10 kilogram tomat per hari. “Mau harga naik atau turun, masih saja sama jumlah penjualannya. Tapi, kadang kalau harga naik sekali, yang beli malah lumayan banyak. Sehari, bisa 20 kilogram,” terang Sumarni, Jumat (27/1). Pedagang lainnya, Maryati, juga me- ngungkapkan hal serupa. Menurutnya, tetap tidak banyak konsumen membeli tomat meski harganya turun. Dia sejauh ini hanya menjual 2-3 kilogram tomat per hari. Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3)Kabupaten Sleman, Suparmono, mengatakan, pihaknya sudah menjalin diskusi dengan petani dan pedagang sayur dan sama sekali tidak ada keluhan terkait harga tomat.
“Kemarin pas diskusi harga dengan temen-temen sayur tidak ada keluhan terkiat harga. Produktivitas juga aman,” katanya. Pun sampai saat ini juga belum ada laporan terkait petani di Slemanyang membuang hasil panennya seperti video petani tomat di luar daerah yang sempat viral di media sosial. Dia memastikan, produktivitas petani masih terjaga dan peluang pasar sayuran di Kabupaten Sleman masih terbuka lebar. DP3 meminta petani meman - faatkan peluang ini dengan bermitra bersama pasar lelang sayur yang sudah ada di Sleman.
“Sehingga, ada jaminan pasar dan pasar lelang ada jaminan pasokan dari mitra petani,” ujarnya.
Menurut laporan di pasar lelang sayur tahun 2022, produktivitas timun baby 723,8 ton, timun biasa 11,5 ton, tomat 30,8 ton, gambas 14,1 ton, kacang panjang 56,7 ton, buncis 22,3 ton, terong 14,5 ton, dan pare 9,7 ton. Guna menjaga kestabilan harga, DP3 Sleman mengoptimalkan pasar lelang yang sudah ada embrionya dari sisi pasar.
Untuk menjaga produktivitas, pihaknya bakal memperluas area tanam dengan melibatkan kelompok wanita tani (KWT). Saat ini ada sekitar
348 KWT di 17 kapanewon di Sleman. Selain memberdayakan perempuan, KWT juga diharapkan dapat meningkatkan pasokan sayur di wilayah Sleman. (nei/maw)
Kinerja APBN di DIY Tumbuh
Positif Sepanjang 2022
YOGYA, TRIBUN - Penerimaan negara, realisasi pendapatan, dan hibah di DI Yogyakarta tahun 2022 mencapai Rp8,64 triliun atau 114,97 persen melampaui target. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan dan hibah tumbuh signifikan 15,91 persen (year on year/yoy).
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan DIY, Arif Wibawa mengatakan kinerja APBN yang tumbuh positif sepanjang tahun 2022 merupakan modal kuat untuk merespons tantangan global di tahun 2023. “Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi DIY yang kondusif, peranan APBN dan APBD diharapkan tetap besar, khususnya dalam menjaga dari potensi dampak inflasi kepada masyarakat miskin,” katanya, Jumat (27/1).
Arif mengungkapkan penerimaan perpajakan memberikan andil yang besar dalam peningkatan kinerja pendapatan dan hibah. Sampai dengan akhir tahun 2022, penerimaan perpajakan mengalami kenaikan sebesar Rp977,67 miliar atau tumbuh 19,9%. Realisasi Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga melebihi target yang ditetapkan, mencapai 125,33% atau sebesar Rp2.757,74 miliar. Kinerja PNBP ini mengalami kenaikan sebesar Rp209,34 miliar atau tumbuh
8,21% dari tahun sebelumnya. “Kenaikan kinerja PNBP didukung adanya relaksasi PPKM yang mendorong peningkatan pendapatan rumah sakit, pendidikan, pertanahan, keimigrasian, dan keagamaan,” ungkapnya.
Sementara, dari sisi belanja negara, realisasi belanja negara di DIY mencapai Rp21,69 triliun atau 96,03 persen dari target APBN. Realisasi belanja negara terdiri dari Belanja Kementerian/ Lembaga (K/L) sebesar Rp11,76 triliun atau 94,10 persen dari target APBN dan TKDD (Transfer ke Daerah dan Dana Desa) sebesar Rp9,93 triliun atau 98,43 persen.
Komponen utama belanja negara yang mengalami kenaikan yaitu Komponen Belanja Pemerintah Pusat yang meningkat 0,44%. Sedangkan, TKDD mengalami kontraksi 2,46%. Penurunan kinerja TKDD 2022 dipengaruhi oleh penurunan pagu dibandingkan dengan tahun sebelumnya, adanya penurunan nilai Rencana Kegiatan pada beberapa bidang yang didanai DAK Fisik, adanya DAK Fisik yang tidak salur karena tidak sesuai persyaratan, dan adanya Pemda yang tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan penyalurandana transfer.
Terkait dengan belanja Penanganan Covid-19 dan Pemilih Ekonomi Nasional (PC-PEN), realisasi belanja DIY sampai 2022 sebesar Rp3,34 triliun. “Realisasi PC-PEN DIY didominasi klaster perlindungan masyarakat, sebesar 61,84%. Penopang utamanya adalah realisasi sembako sebesar Rp816,96 miliar,” ujarnya. (maw)