3 minute read
Sisa Uang Dikembalikan ke Orang Tua
Renegosiasi Seputar Masalah Pengadaan
Seragam Siswa SMA N 1 Wates
Advertisement
KULON PROGO, TRIBUNSengkarut masalah adanya dugaan mark up atau penggelembungan nilai pengadaan seragam bagi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Wates, Kabupaten Kulon Progo masih terus berkembang. Kabar terkini, Paguyuban Orang Tua (POT) sebagai koordinator pengadaan seragam di SMAN 1 Wates akhirnya mengembalikan kelebihan uang pembelian kepada masing-masing orang tua siswa pada Jumat (27/1).
Ketua POT SMAN 1 Wates, Suhartana mengatakan, pengembalian sisa uang seragam berdasarkan tindak lanjut dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Inspektorat Daerah (Irda) yang memberikan rekomendasi adanya renegosiasi. “Sesuai rekomendasi itu, kami (POT) mengadakan renegosiasi dengan pihak toko penyedia seragam. Hasil dari renegosiasi itu, kami sampaikan kepada orang tua siswa,” katanya saat ditemui di SMAN 1 Wates, Jumat (27/1).
Dari hasil re-negosiasi, POT mengembalikan kelebihan uang pengadaan seragam kepada masing-masing orang tua siswa berkisar Rp275.000-300.000 tergantung ukuran. Sebelumnya, tiap orang tua siswa membayar sebesar Rp2.374.500 untuk pengadaan seragam dan biaya operasional. Total ada 247 orang tua yang memesan seragam dalam pengadaan tersebut.
Adapun, pengadaan seragam bagi siswa kelas X di SMAN 1 Wates dilakukan di dua toko penyedia kain.
“Amanah dari supplier menyampaikan (kelebihan uang seragam) milik orang tua, sehingga harus dikembalikan. POT berusaha maksimal tidak mengambil keuntungan apapun, bisa melayani orang tua sebaikbaiknya,” ucapnya.
Berdasarkan informasi yang diterima Tribun Jogja, dari 247 orang tua yang memesan, tidak semuanya menerima pengembalian kelebihan uang pengadaan seragam tersebut. Satu di antara orang tua siswa yang menolak yaitu Agung Purnomo. Dia menolak pe- ngembalian kelebihan uang seragam karena prosesnya dirasa kurang transparan. Bahkan, penolakan itu telah disampaikan ke forum yang dihadiri oleh Kepala SMAN 1 Wates dan POT yang difasilitasi oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY pada Jumat kemarin. “Apa yang dikembalikan bukan besar atau kecilnya, tetapi transparansi yang tidak jelas. Itu pengembalian uang, apa terus besarannya segitu? Semua jika dikembalikan harus ada logika, sehingga kami sepakat untuk menolak,” kata Agung. Sebenarnya, lanjut Agung, pihak toko bisa mengembalikan kelebihan uang seragam sesuai dengan nilai kewajaran. Perbandingan dari hasil survei orang tua siswa di toko penyedia kain lainnya, besaran uang untuk pengadaan seragam hanya sekitar Rp1.535.750. “Analisis saya, nilai sebenarnya per meter bahan berapa, sehingga diketahui selisihnya yang akan dikembalikan ke kami (orang tua siswa),” ucapnya.
Monitoring Pengembalian kelebihan uang pengadaan seragam berdasarkan renegosiasi antara POT dan toko penyedia seragam kepada masingmasing orang tua siswa juga turut disaksikan oleh ORI DIY. Selanjutnya, ORI DIY akan melakukan analisis dari keterangan perwakilan orang tua siswa dan POT. Kemudian, baru disusun kesimpulan apakah bisa dikatakan sesuai aturan atau tidak. ORI DIY menyatakan
HARUS TRANSPARAN
Masalah pengadaan seragam bagi siswa kelas X di SMA Negeri belum bisa menyampaikan kesimpulan dari monitoring pada hari itu.
1 Wates, Kabupaten Kulon Progo masih terus berkembang.
Kabar terkini, Paguyuban Orang Tua (POT) sebagai koordinator pengadaan seragam mengembalikan kelebihan uang pembelian kepada masing-masing orang tua siswa.
Hal itu hasil renegosiasi dengan penyedia seragam berdasarkan rekomendasi dari Inspektorat Daerah.
“Karena ada orang tua yang menerima, ada sebagian yang menolak. Masingmasing (orang tua) punya pendapat dan pandangan yang berbeda,” kata Jaka Susila Wahyuana, Kepala Keasistenan Pemeriksaan Laporan ORI DIY. Permasalahan ini mencuat pada Oktober 2022 lalu, diawali oleh kecurigaan beberapa orang tua siswa terhadap proses pengadaan seragam. Mereka memandang kualitas bahan kain yang didapatkan tak sebanding dengan nilai yang yang telah mereka bayar. Orang tua siswa juga menilai ada proses yang tak transparan dalam pengadaan seragam tersebut. (scp) woharjo Sleman; Honda Mobilio AB 1417 NY dikemudikan PB (30) warga Gamping Sleman. Kemudian, Toyota Rush (AB 1335 BJ) dikemudikan AS (39) warga Gamping Sleman; pikap AB 8587
ZU dikemudikan AD (43) warga Berbah Sleman dan Avanza AA 1838 B dikendarai L (26) warga Samarinda. Kendaraan yang terlibat insiden kemudian diamankan di Polsek Bulaksumur. Info yang disampaikan Catur, kecelakaan tersebut bermula ketika mobil paling depan berusaha menghindari kucing lalu mengerem. Saat itu, mobil di bagian belakang tidak siap mengantisipasi kondisi karena jarak yang saling berdekatan, se- hingga mobil saling berbenturan. “Betul, mengindari kucing. (Mobil terdepan) mengerem, akhirnya belakang tidak siap. Jarak sudah dekat terjadilah benturan,” tuturnya. Kecelakaan bermula ketika Elf melaju dari arah timur ke arah barat melalui jalu cepat di Jalan Padjajaran Sleman. Sesampainya di lokasi kejadian, ada sebuah mobil tak diketahui identitasnya di depan ELF, mendadak mengurangi kecepatan. Kontan saja, pengemudi ELF juga langsung mengurangi kecepatan. Namun, ia diseruduk truk boks dari arah belakang, kemudian di belakangnya lagi berbenturan dengan Mobilio. Tidak berhenti sampai di sana.
Dari arah belakang, melaju Mobil Toyota Rush yang langsung mengerem ketika melihat di depannya berbenturan. Toyota rush berhasil menghindari benturan di depan, namun bagian belakangnya terbentur pikap dan Avanza. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, namun kendaraan yang telribat mengalami sejumlah kerusakan. Purnomo, satpam studio foto di dekat lokasi kejadian mengatakan, arus lalu lintas saat itu ramai lancar seperti hari-hari biasanya. Namun, ia meragukan informasi bahwa kecelakaan dipicu adanya kendaraan yang menghindari kucing. Purnomo dan kawannya melihat kucing itu sudah mati dan bangkainya kering. (rif/ard)
TRIBUN JOGJA/SANTO ARI
PUSAT PEMBELAJARAN - Suasana peresmian Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Projotamansari yang beralamat di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo no 76 Bantul, pada Jumat (27/1).