2 minute read

Bisa

Curhat Masalah Keluarga di Puspaga Projotamansari

BANTUL, TRIBUN - Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, meresmikan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Projotamansari yang beralamat di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo Nomor 76 Bantul, Jumat (27/1). Puspaga adalah bentuk layanan pencegahan di bawah koordinator Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Bantul. Kepala DP3APPKB Bantul, Ninik Istitarini, menjelaskan Puspaga Projotamansari ini dibangun sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kabupaten Bantul dalam meningkatkan kehidupan keluarga dan ketahanan keluarga melalui program pendidikan atau pengasuhan, perlindungan anak, hingga konseling. “Sasaran pelayanannya adalah anak, orang tua atau wali, calon orang tua dan orang yang bertanggung jawab ter- hadap pengasuhan anak,” kata dia. Di Puspaga tersedia layanan keluarga one stop services layanan satu pintu keluarga holistik integratif berbasis hak anak. Masyarakat bisa mendapatkan layanan informasi, konsultasi dan konseling bagi anak, orang tua atau orang yang bertanggung jawab terhadap anak. Ada pula tempat penghubung rujukan sebagai solusi bagi permasalahan anak dan keluarga. “Mereka yang bermasalah tinggal datang, bahkan yang tidak bermasalah pun boleh, karena kami sifatnya promotif preventif,” ucap Ninik.

Advertisement

Di tempat tersebut, pihaknya berusaha mencegah agar tidak terjadi masalah dalam keluarga atau bagaimana agar masalah-masalah keluarga diselesaikan dengan baik. Psikolog dan konselor akan ditempatkan setiap hari di Puspaga. “Karena sifatnya pencegahan, beberapa program juga kami rancang untuk keluarga atau calon orang tua yang hendak memiliki anak. Salah satunya kelas parenting,” jelasnya. Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan, tak dipungkiri sampai saat ini masih ada keluarga yang mengalami masalah. Ada keluarga yang bisa mengatasi masalahnya secara mandiri, tapi ada juga yang butuh pendamping. “Dan, keluarga ini butuh lembaga untuk menerima curhat mereka dan memberikan rekomendasi solusi. Maka, hari ini kita launching Puspaga untuk menerima curhatan, keluhan keluarga-keluarga ini,” terangnya. Bupati menekankan bahwa Bantul serius dalam mewujudkan kabupaten yang ramah perempuan, layak anak, dengan ketahanan keluarga yang semakin kuat. “Salah satu instrumen adalah Puspaga ini dan akan kita sempurnakan, baik fisik maupun layanan,” tandasnya. (nto)

TBC Renggut Nyawa 14 Warga

Kulon Progo Sepanjang 2022

KULON PROGO, TRIBUN - Sebanyak 286 kasus penyakit tuberkulosis (TBC) ditemukan di Kulon Progo sepanjang 2022. Dari jumlah itu, 14 pasien di antaranya meninggal dunia.

Dinas Kesehatan (Dinkes)

Kulon Progo kini terus beupaya meningkatkan proses pelacakan penderita di tahun ini. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kulon Progo, Rina Nuryati mengatakan, belasan pasien TBC di Kulon Progo yang meninggal pada 2022 ratarata berusia produktif.

Penyebab kematian, selain TBC, pasien juga menderita penyakit lainnya. “Karena komplikasi,” ucapnya, Jumat (27/1).

Adapun pada 2023 ini se- jak Januari tercatat sudah ada 8 kasus TBC di Kulon Progo. Dijelaskan Rina, TBC termasuk penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Kuman itu dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru.

Oleh karenanya, Dinkes Kulon Progo menargetkan upaya temuan TBC pada 2023 lebih banyak. “TBC itu kalau semakin banyak ditemukan, semakin bagus. Targetnya malah naik, 971 kasus di tahun ini. Kalau ada yang bergejala, diperiksa dahak dengan tes cepat molekular,” pungkasnya.

Sementara itu, Dinkes Gunungkidul tengah mewaspadai penyebaran pe- nyakit campak di wilayahnya. Hal itu menyusul status DIY yang belum lama ini masuk sebagai wilayah kasus luar biasa (KLB) campak, setelah ada peningkatan jumlah kasus di 2022 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul Dewi Irawaty mengklaim kasus campak di wilayahnya cenderung minim dan setiap tahun hanya ada satu atau dua kasus yang dilaporkan. Tahun lalu, hanya dua balita yang terpapar campak, adapun di 2023 ini belum ada kasus baru.

Meski minim kasus, pihaknya terus menggencarkan upaya pencegahan, antara lain dengan pemantauan dan pemetaan tingkat risiko penularan lewat data kasus yang diterima. Selain itu, sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi sebagai pencegahan kepada bayi. “Layanan vaksin campak saat ini juga tersedia di semua puskesmas,” kata Dewi.

Anggota Komisi D, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul, Ery Agustin berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul serius merespon status KLB campak. Ia mengatakan upaya pencegahan sangat perlu dilakukan ke masyarakat. Begitu juga dengan penanganan terhadap pasien yang terpapar campak.

“Meski kasusnya tidak banyak, penanganan terhadap pasien tetap jadi yang utama,” kata Ery. (scp/alx)

This article is from: