3 minute read

Aqua Sounds

Next Article
Vakansi

Vakansi

Atraksi Lumba & Satwa Liar sebagai Sarana Edukatif, Benarkah?

Oleh NR Novika

Advertisement

Keramaian perayaan Sekaten di Alun-Alun Selatan Yogyakarta menarik perhatian siapa saja yang melaluinya. Sebuah tenda biru besar berdiri di bagian timur alun-alun, seakan ditonjolkan sebagai wahana utama bagi pengunjung Sekaten Jogja saat itu. Di sekelilingnya terpasang beberapa spanduk dan umbul-umbul dengan warna mencolok, bertuliskan “ Datang dan Saksikan!!! Pentas LumbaLumba dan Satwa Langka”. Beberapa foto lumba-lumba menjadi latar tulisan, ada yang tengah melompat dari air, menahan bola dan hula hoop di moncongnya. Terpampang jadwal pertunjukan yang digelar empat kali dalam sehari, kecuali pada akhir pekan, ada lima kali pertunjukan. Beberapa pengunjung Sekaten yang sebagian besar orang tua dan anak-anak telah mengantre di depan loket sejak pukul 9 pagi. Loket tiket dibagi berdasarkan kelas atau posisi tempat duduk, seperti pada pertunjukan konser. Harga tiket berkisar mulai dari Rp 35.000 hingga Rp.100.000.

Pukul 09.30 WIB pintu masuk dibuka dan pengunjung mulai memasuki arena pertunjukan. Terdengar alunan musik pop yang diputar sangat kencang, diikuti suara laki-laki yang menyambut para pengunjung dengan lantang.

“Pertunjukan ini diselenggarakan oleh Diana Enterprise bekerja sama dengan PT Impian Jaya Ancol Jakarta!! Terima kasih Diana Enterprise udah datengin lumbalumba, daripada harus jauh-jauh ke Jakarta!!”, ucapnya.

Sementara itu, dua ekor lumba-lumba hidung botol tengah berenang mengitari sebuah kolam yang terletak di pusat arena besar tersebut. Kolam yang secara jelas tampak terlalu sempit untuk mereka huni selama satu bulan penuh di AlunAlun Selatan ini. Atraksi sepasang berang-berang dan seekor singa laut yang diberi nama Zaskia mengawali pertunjukan siang itu. Setiap berhasil melakukan atraksi yang diinstruksikan, mereka diberi dua ekor ikan oleh sang pelatih. Para penonton menyaksikan dengan terkesima, bertepuk tangan dan tampak terhibur. Tanpa disangka di tengah-tengah penampilannya, Zaskia tiba-tiba berjalan mendekati kolam lumba-lumba dan melompat masuk ke dalamnya. Sang pelatih nampak terkejut dan mencoba memancing Zaskia keluar dari kolam dengan ikan-ikan di tangannya, namun tak berhasil. Zaskia terus berenang mengitari kolam seolah menikmati segarnya air kolam dan tak mau keluar. Menyadari kebingungan penonton, pembawa acara kemudian memberitahukan bahwa pertunjukan saat itu terpaksa dibatalkan dan penonton akan dialihkan pada jadwal berikutnya. Penonton yang kecewa mulai mengosongi arena satu per satu.

Penasaran dengan apa yang akan dilakukan para pelatih, saya berbalik arah dengan alasan ada barang yang tertinggal. Saat itu saya melihat para pelatih menggunakan jaring besar untuk mengeluarkan Zaskia dari kolam secara paksa. Salah satu pelatih menyadari kehadiran saya dan berteriak dengan garang pada penjaga pintu masuk untuk membawa saya keluar.

Aqua Sounds

Begitulah atraksi yang saya lihat di dalam tenda biru besar itu, sebelum kemudian saya melihat keseluruhan atraksi hingga sesi foto bersama lumba-lumba berakhir.

Sebuah atraksi yang telah dilarang di hampir seluruh dunia karena dianggap mengancam hewan-hewan tersebut secara psikis dan fisik. Saat ditanya, pihak penyelenggara mengaku bahwa pertunjukan ini adalah sarana edukasi, khususnya bagi anak-anak, tentang lumba-lumba sebagai hewan mamalia, bukan ikan. Mengenai prosedur pengangkutan dan perawatan, mereka tidak menjelaskan secara detil, yang jelas sesuai dengan standar yang diperlukan. Mereka menambahkan bahwa ada dokter hewan dari pihak

Ancol yang mengecek kondisi lumba-lumba asal Karimunjawa dan

Pekalongan ini secara berkala. Namun, beberapa lembaga perlindungan kesejahteraan hewan, seperti Animal Friends Jogja menolak keras adanya kehadiran pertunjukan ini.

“Semua pihak yang berhubungan sudah kita kasih surat, dari Dinas Pendidikan sampai PAUD, karena target mereka ini anak-anak PAUD dan TK. Tapi pihakpihak tersebut tidak merespon. Padahal di Jakarta itu Dinas Pendidikan sudah memberi respon terkait hal ini dan sempat mengundang teman-teman JAAN (Jakarta Animal Aid Network) untuk diskusi. Sementara teman-teman di Balikpapan juga sudah beraudiensi dengan Dinas Pendidikan daerah setempat, mereka bersama-sama menolak sirkus lumba-lumba di sana”, kata aktivis perlindungan hewan dari Animal Friends Jogja, Angelina Pane.

Dilansir dari mongabay.com, terdapat lima kebebasan yang harus dipahami sebagai pedoman kesejahteraan satwa internasional, yaitu bebas dari lapar dan haus; rasa takut dan tertekan; penyiksaan fisik dan panas; rasa sakit, cidera, dan penyakit; serta bebas mengekspresikan kebiasaan normal. Masih adanya pertunjukan lumba-lumba keliling salah satunya juga karena masih banyak masyarakat yang tertarik untuk melihat pertunjukan ini. Jika orang tua ingin mengajarkan anak-anak mengenai lumba-lumba, mereka bisa melakukannya dengan melihat langsung di laut. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan, orang tua masih bisa mengenalkan anak-anak tentang lumba-lumba melalui bacaan di buku atau menonton tayangan edukatif melalui film dokumenter daripada menonton sirkus lumba-lumba keliling yang justru bisa disalah artikan oleh mereka.

This article is from: