8 minute read
opini
TRIPLE QUETION METHOD:
Advertisement
Oleh RENI NURYANTI
Seorang pemimpin adalah aktor yang tak hanya berhubungan dengan sutradaradan skenario sebagai pengendali peran— lebih detil ia berhubungan dengan pemain lain yang tidak bisa tidak adalah penentu keberhasilan perannya. Dialah yang dinamakan rakyat dalam konteks yang sesungguhnya. Mau dibawake mana rakyat, bangsa, dan negara bergantungpada kecakapan pemimpin dalam mengelola dan mengorganisasikannya.
A. Pengantar
Ada satu pernyataan menarik: “Jatuh bangunnya sebuah negara terletak pada kekuatan pemimpin”. Menarik, pun menggelitik pernyataan pendek itu. Sederhana, tetapi cukup mengena. Apalagi dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini, agaknya tidak salah kalau muncul satu tesis baru, “Indonesia lemah karena miskin pemimpin yang kuat”. Pas dengan pertanyaan Habibie (pada 21 Mei 1998): “Apakah Indonesiatidak memiliki budaya kepemimpinan, sehinggabelum bisa menyelenggarakan transisi kepemimpinan yang mulus?” Pertanyaan yang belum terjawab ini teriris kembali oleh Tanri Abeng yang mengatakan, “Mimpi Indonesia mempunyai pemimpin yang kuat.”
Pernyataan demi pernyataan orang-orang penting di negeri ini seolah ikut mewarnai de-
Pada umumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita menggunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, sudah pasti akan lebih jenius dari Einstein.
rita bangsa. Kapankah Indonesia yang dulu diperjuangkan dengan segenap pengorbanan jiwa-raga ini bangkit berlari mengejar negara lain yang telah mapan dengan kendali ‘sopir’ yang matang, cerdas, dan visioner? Akankah cuma mimpi dan akan dijumpai di alam kubur layaknya lambang negara kita, Padi dan Kapas yang sekarang dikonotasikan dengan kalimat “Keadilan di alam kubur”?
Dari sanalah perlunya refleksi. Berkeluh kesah, hanya mencela, itu tak cukup. Yang harus dilakukan, bagaimana memberikan sumbangsih bagi bangsa sekecil apa pun kemampuan kita miliki. Sejak dini, wujudkan para pemimpin yang cerdas dan visioner—pemimpin tak akan terwujud dengan tiba-tiba, butuh proses —yang menjadi sanggaan dan tanggung jawab bersama. Lompatan demi lompatan yang mencoba menampilkan wajah baru pemimpin Indonesia sudah saatnya dimunculkan.
Satu yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah bagaimana mewujudkan pemimpin yang cerdas dan visioner dengan pendekatan neorosains melalui tiga kecerdasan otak: IQ (Intelectual Quotion), EQ (Emotional Quotion), dan SQ (Spiritual Quotion), diistilahkan Triple Quotion Method (TQM). Dunia yang berkembang saat ini tidak hanya menuntut persaingan intelektual, tetapi juga perang pemikiran atau ideologi. Oleh karena itu, perlunya menggabungkan tiga kekuatan otak sebagai manifestasi kekuatan jangka panjang.
Banyak pernyataan, termasuk salah satunya penemu Kecerdasan Emotional (IQ), Daniel Goleman, mengatakan, kesuksesan seseorang hanya ditunjang 20% kemampuan IQ, lainnya EQ dan SQ. Lebih ekstrim, pengembang ESQ di Indonesia, Ari Ginanajar Agustian, mengatakan, IQ hanya menunjang 6-20% bagi kesuksesan manusia.
Ungkapan menggelitik Hernowo, Direktur Mizan, patut direnungkan. Ia mengatakan,“Padaumumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita meng
opini
gunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, sudah pasti akan lebih jenius dari Einstein. Sayangnya, kita masih gamang menggunakan kekuatan otak kita, sehingga selalu berada dalam kondisi yang minimal.”
B. Triple Quetion Method;
Sebuah Penjabaran Singkat
Sebenarnya model TQM tidak terlalu asing di telinga. Metode ini, seperti dikatakan Ari Ginanjar, “Menggabungkan kekuatan IQ, EQ, dan SQ” atau meminjam model Dr. Taufik Pasiak yang terkenal dengan Revolusi Kecerdasan Berbasis Neurosains dan Al Quran.
Tiga kekuatan itu akan dicobauraikan dari aspek psikologi yang akan menjadi fondasi kepemimpinan. Pertanyaan yang muncul: mengapa digabungkan, relevansinya dengan dunia kepemimpinan?
IQ. Awalnya, kecerdasan ini menjadi tolok ukur perkembangan penduduk suatu bangsa. Semakin tinggi skor IQ, semakin bangga. Psikolog berkebangsaan Prancis, Alfred Binet, pada 1905 menyusun tes kecerdasan terstandar untuk pertama kalinya. Kecerdasan itu pada dasarnya hanya mengukur kekuatan mental dengan perbandingan usia. Artinya, pada standar usia yang muda, IQ seseorang akan lebih mudah diukur, berikut penentuan kematangan mentalnya. Oleh karena itu, umumnya IQ dilakukan sejak SD. Tes dilakukan dalam konteks yang lebih sederhana, meningkat ke kompleks di SL.
EQ. Dipopulerkan pertama kali oleh Daniel Goleman. Ia mencoba menyajikan tesis baru atas kegagalan IQ secara otonom. Dicontohkan, Jerman sebagai negara dengan tingkat IQ tertinggi di dunia, berbanding lurus dengan kejahatan paling kejam di dunia pula. Inikah yang dinamakan kecerdasan yang sesungguhnya? Goleman berpikir. Melalui penelitian dan perenungan yang lama, terciptalah EQ. Esensi dari kecerdasan ini adalah manusia tak hanya butuh kecerdasan yang berstandar intelektual semata —lebih jauh ia harus punya kekuatan batin dan hati dalam usaha mengelola emosi dan membangun relasi positif.
SQ. Danah Zohar pertama kali mempopulerkan SQ. Pada 1932 ia mengadakan riset. Apa yang ditulis Zohar melahirkan karya yang cukup monumental, 7 Habits (ditulis Stephen Covey). Inti SQ adalah bagaimana manusia mencoba memaknai apa yang dikerjakan dan dihasilkan. Dengan demikian, akan terwujud sebuah empati yang beralas pada titik pribadi manusia sebagai makhluk ciptaan.
Dalam konteks Islam, inilah yang kemudian disebut titik kulminasi Tuhan (istilah filsafat). Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan. Dengan demikian, manakala mencapai kesuksesan tidak takabur, kegagalan dimaknai cobaan dan pelajaran. Demikian mudahnya memahami SQ. Dalam teori nesurosains yang dikatakan oleh Dr. Taufik Pasiak — betapa hebatnya kekuatan SQ, sampai dikatakan, dalam belahan otak ia menempati pada bagian God Spot (titik Tuhan). “Luar biasa, bagi yang bersih hatinya, maka God Spot ini akan kelihatan bersinar.”
repro kalam/pewara
C. TQM: Alternatif Mewujudkan
Pemimpin Cerdas dan Visioner
a. Tiga Kejahatan Akademik: Tidak Membaca,
Menulis, dan Bicara
Pertanyaan yang layak diajukan, bagaimana mewujudkan kepemimpinan yang cerdas dan visioner dengan kekuatan IQ, EQ, dan SQ. Satu hal yang perlu dipahami, IQ merupakan fondasi awal dalam menentukan kecerdasan seseorang walaupun bukan ukuran mutlak. Dalam jiwa seorang pemimpin, kecerdasan ini mutlak diperlukan. Seorang pemimpin membutuhkan kepekaan matematis dan kekuatan logika yang tinggi.
*Tulisan pertama dari dua tulisan
renI nuryantI alumni universitas negeri yogyakarta
opini
Oleh SUKARJONO, S.Sos.
Pendahuluan Kemajuan IPTEKS membawa dampak yang begitu besar terhadap berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali perpustakaan. Seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan harus mamu mengantisipasi berbagai kebutuhan informasi para penggunanya. Perpustakaan tidak cukup memberikan layanan yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harus menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan para penggunanya. Kalau tidak, perpustakaan akan ditinggalkan penggunanya. Untuk itu, perpustakaan harus mereposisi peran dan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna.
Adanya kemajuan di bidang teknologi informasi (TI), jarak, ruang, dan waktu seperti tidak ada batasan. Hal itu telah mengubah pola perilaku pengguna perpustakaan dalam mencari informasi. Pengguna menginginkan informasi terkini, tidak peduli informasi tersebut berasal dari mana, yang penting ada dan bisa diperoleh dengan cepat. Pengguna tidak mau lagi pencarian informasinya terganggu hanya karena perpustakaan telah tutup.
Haruskah perpustakaan selalu siap setiap saat? Haruskah perpustakaan buka selama 24 jam sehari? Itu di antara alternatif yang ada, atau mungkin dengan wacana baru (memanfaatkan fasilitas internet, misalnya). Dengan demikian, mau tidak mau perpustakaan harus mampu menata diri untuk memasuki jaringan internet. Dengan sarana tersebut perpustakaan dapat selalu hadir di hadapan para penggunanya, juga karena di sanalah sumber informasi dari seluruh dunia berada. Salah satu sumber informasi di internet untuk pengembangan layanan perpustakaan adalah jurnal elektronik (on line).
Kelebihan Jurnal Elektronik
Jurnal elektronik adalah terbitan serial, seperti halnya jurnal dalam bentuk tercetak, tetapi dalam format elektronik. Itu biasanya terdiri atas tiga format: text, text dan grafik, serta full image (dalam format PDF). Dibandingkan dengan jurnal tercetak, jurnal elektronik memiliki kelebihan, di antaranya dari segi kemutakhiran. Jurnal elektronik seringkali sudah dapat diakses sebelum jurnal format tercetak diterbitkan, sehingga dalam hal kecepatan, penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan.
Jurnal elektronik juga lebih efisien dalam hal tempat karena tidak memerlukan ruangan yang luas untuk penyimpanannnya. Waktu pemanfaatan tidak dibatasi oleh jam layanan perpustakaan karena dapat diakses secara online melalui jaringan internet. Juga tidak perlu antri untuk bergantian sebagaimana jurnal tercetak karena dapat diakses secara simultan oleh banyak pengguna, satu informasi dapat diakses secara bersamaan oleh banyak pengguna. Selain itu, untuk mempercepat akses telah tersedia fasilitas penelusuran (indeks).
Konsep Baru Perpustakaan
Konsep perpustakaan seiring dengan kemajuan TI memang telah mengalami pergeseran. Dari “penjaga pengetahuan” menjadi penyedia jasa informasi. Dulu hanya satu jenis media, sekarang menjadi multi media. Besarnya koleksi sempat menjadi tolok ukur eksistensi perpustakaan. Tetapi, kini akses ke berbagai sumber informasilah yang menjadi tolok ukur eksistensi serta keberhasilan layanan perpustakaan.
Supaya tetap digunakan masyarakat, perpustakaan harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Semakin kita menjauhi perubah-
an, semakin tertinggallah perpustakaan kita dan semakin sulit nantinya mengejar ketinggalan tersebut.
Tuntutan Pengguna
Dosen-dosen yang sedang melanjutkan studi (S-2, S-3) sangat memerlukan jurnal-jurnal yang mutakhir untuk keperluan tugas-tugasnya, tesis, dan disertasinya, agar penyelesaian tugasnya tepat waktu. Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan jurnal-jurnal mutakhir untuk pengerjaan tugas. Hal itu berakibat mundurnya lama belajar mereka, akan berakibat pula pada membengkaknya biaya universitas untuk pendidikan mereka.
Bagi staf pengajar yang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang tersedia fasilitas jurnal online, tentu tidak menjadi masalah, bahkan dapat berbagi pengalaman untuk pengembangan perpustakaan yang ada di universitas kita. Berbeda dengan mereka yang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang tidak tersedia fasilitas itu, tentu akan menghambat proses belajarnya. Untunglah saat ini UNY telah berlangganan jurnal on line, sehingga tidak peduli studi di mana pun, kebutuhan informasi akan selalu terpenuhi, pada akhirnya akan mempercepat penyelesaian studinya.
Cara Mengakses Jurnal Elektronik
UNY melanggan jurnal elektronik dari ProQuest, memuat tidak kurang dari 700 judul jurnal internasional bidang kependidikan. Ada dua pilihan dalam mengakses jurnal elektronik: pertama, untuk mengakses informasi yang sudah di-download, kedua, dapat diakses melalui alamat http://www.proquest.com/pqdweb.
Cara pertama, akses jurnal elektronik yang sudah di-download dapat dilakukan melalui seluruh jaringan LAN yang ada di lingkungan Kampus UNY. Informasi pertama dalam tampilan adalah judul-judul jurnal yang sudah di-download. Judul tersebut akan memberikan informasi tentang volume dan nomor (edisi) yang telah di-download. Berikutnya, nomor tersebut akan memberikan informasi full text yang tersaji dalam format PDF.
Cara kedua, akses melalui internet. Setelah masuk ke situs proquest, kita akan diminta mengisi Account Name dan Password. Sebagai informasi bagi para pengguna, Account Name dan Password dapat ditanyakan di Perpustakan (Pusat) UNY. Selanjutnya, tinggal menuliskan informasi yang diinginkan.
Konsep Baru Perpustakaan
Sekitar dua atau tiga tahun lalu betapa sulitnya masyarakat akademik UNY menemukan literatur yang bersumber dari jurnal internasional. Kalaupun ada, jumlahnya tidak lebih dari jumlah jari dua tangan. Belum lagi berbicara masalah edisi, yang terbaru adalah edisi satu tahun yang lalu. Kondisi ini terjadi karena saat itu perpustakaan tidak bisa melanggan dengan alasan administrasi pertanggungjawaban. Akhirnya, perpustakaan membeli judul-judul jurnal tahun lalu yang sudah lengkap nomornya.
Begitu banyak informasi dapat diperoleh melalui internet, bahkan sering kita kebingungan memilihnya. Karena itulah, agar akses kita terhadap informasi yang kita inginkan lebih mudah, perpustakaan melanggan jurnal elektronik (walaupun baru satu bidang). Perlu kiranya disadari bahwa saat ini perpustakaan jelas belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan informasi, tetapi kebijakan yang diambil oleh pimpinan universitas berkaitan dengan jurnal elektronik yang dikelola perpustakaan adalah langkah awal yang diharapkan akan menyusul langkahlangkah berikutnya, yakni melanggan bidangbidang yang lain. Semoga!
opini
repro kalam/pewara
sukarjono, s.sos. pustakawan uny