Pewara Dinamika Juli 2008

Page 40

cerpen

Saudara Seperguruan Oleh DWI YOGO MARDIYANTO

TERSEBUTLAH Bamowo. Seorang preman kampung yang kejam dan kasar. Laki-laki kekar berwajah garang itu seolah sudah tak punya hati. Dia tidak pilah-pilih lagi dalam

memalak para korbannya. Sampai-sampai Kek Beno yang masih teriiitung satu kampung pun ikut dijadikan sasaran. Peristiwa biadab itu teijadi sekltar seminggu yang lalu. Seperti biasa, setiap tanggal muda Kek Beno mengambll uang pensiun. Uang pensiun yang tak seberapa itu pun amblas dirampok Bamowo. Kek Beno tak berdaya saat Barnowo menempelkan sebilah golok di lehemya. Bamowo meminta Kek Beno tutup mulut. Atau, kalau berani melapor, maka golok itu yang akan bicara. Kek Beno pun pulang dengan gigit jari. Setelah peristiwa itu Bamowo menghilang dan bam hari ini kelihatan batang hidungnya. Bamowo berjalan sempoyongan. Dari mulumya tercium

bau alkohol. Sebilah golok yang tak pemah lepas dari pinggangnya membuat takut orang sekampung. Swasti, se orang dara kampung yang menjadi pujaan banyak pemuda,seketika memucat wajahnya. Gadis belia itu terjebak jalan. Swasti ingin berbalik arah, namun Bamowo telanjur melihatnya.

"Mau ke mana bocah ayu ...? Tolonglah aku...! Kakiku berat sekali!" teriak Bamowo sambil sempoyongan tak kaman. Swasti mengkeret ketakutan sampai tubuhnya menggigil. Orang-orang hanya bisa mengawasi dari jauh sambil menahan nafas. Mereka ingin menolong, tetapi tak ingin jadi sasaran golok sang preman. "Jangan ...! Biarkan saya lewat...!" suara Swasti memohon.

"Jangan takut, Ndhuk ...! Ayo ke sini. Tolong papah aku," kata Bamowo sambil bemsaha menubruk Swasti.

Swasti merasa terancam. Dengan sekuat tenaga gadis itu nekad menerobos samping tubuh Bamowo lalu lari sekencang-kencangnya. Untung saja Bamowo dalam keadaan mabok, sehingga walau kelihatan garang tenaganya tak se berapa. Laki-laki kekar itu limbung dan jatuh. Swasti berhasil lolos dari petaka.

"Bocah edan! Dimintai tolong malah lari!" umpat Barnowo sambil tertatih-tatih bangun. "Hai, orang-orang kampung yang bodoh. Ke mana ka lian? Mengapa tak ada yang menyambutku? Ayo keluar! Aku. raja kalian, telah datangl" Bamowo berteriak-teriak seperti orang gila. Merasa tak ada yang menghiraukan Barnowo naik pitam.

"Bangsat! Kalian menghina aku! BajinganI Akan kuobrak-abrik kampung inir Tiba-tiba Bamowo mendobrak

pintu sebuah warung di tepi jalan. Sebentar kemudian terdengar bunyi piring dibanting, meja ditendang, dan kursikursi terbang berhamburan. Prang...prang...plethak... pyuur...gledhak...I Bmtal sekali apayang dilakukan Bamowo.

"Mana uangmu?" Bamowo mengancam pemilik warung yang menggigil ketakutan.

"Saya belum dapat uang. Ampuun ... jangan sakiti sa ya," iba wanita paruh baya pemilik wamng itu. "Bangsat!" Tak ayal lagi Bamowo memukul kepala pe

milik warung. Kemudian, bagaikan orang kesetanan ia mengobrak-abrik selumh isi wamng.Karena tidak menemukan uang yang dicari, Bamowo mendekati pemilik wa mng dan menjambak rambutnya. Wanita setengah baya itu tak kuasa lagi, menjerit, selumh kulitnya seakan mati rasa dan peluh dingin bercucuran dari tubuhnya. "Biadab!" Sesosok tubuh bergegas masuk dan langsung menghadiahkan bogem mentah ke wajah Bamowo. Bamo wo yang tak menduga akan mendapat serangan mendadak itu terpelanting sambil memegangi wajahnya yang lebam. Mata Bamowo menyala merah menahan marah.Pemuda

pemberani itu segera menyuruh pemilik warung mencari tempat berlindung. Sementara dia sendiri menanti Bamo wo untuk bangkit.

"Kurangajarl Lagi-lagi kau, Baroto! Kau selalu mengganggu umsanku, bedebah!" Merah padam muka Bamowo

begitu melihat orang yang memukulnya. "Cukup, Bamowo! Thk insyafjuga kau atas dosa-dosamu! Kau selalu membuat onar! Kejahatanmu sudah terlalu

banyak. Kau hams diadili!" ucap Baroto tegas membuat Bamowo makin marah sampai gemeretak gigi-giginya. "Jangan menggurui aku! Kau masih anak kemarin sore!

Hari ini aku akan melibasmu! Rasakan ini, Kunyukl" Barnowo meneijang ke depan, Baroto bergeser sedikit ke sam

ping. Teijangan lutut Bamowo menerpa mang kosong, pre man kampung itu jatuh menimpa dinding bambu. Brug.' Suara tubuh kekar itu berdebam keras.

"Bangsat! Jangan menghindar! Mail kita mengadu jiwa!" Bamowo makin marah. Baroto waspada, orang yang pemah menjadi kakak sepergumannya itu amat berbahaya. Namun. Baroto juga tidak bisa dianggap enteng. Dia adalah murid kesayangan Ki Sentanu.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.