Pewara Dinamika Agustus 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 44 agustus 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

OSPEK UNY 2011

MEnyEmAI PEnDIDIKAn KARAKTER SEJAK DInI Mengenalkan pendidikan karakter lewat Ospek.


MAHASISWA DAN KEMERDEKAAN

Setiap perayaan Hari Kemerdekaan RI kaum pemuda kembali mengambil peran. Di UNY, kaum muda yang masih berstatus mahasiswa tak mau ketinggalan. Mereka satu per satu berbagi peran untuk mengenang hiruk pikuk pemuda tahun 1945. Bendera merah Putih pun siap dikibarkan dengan penuh hormat. Akhirnya, kami segenap keluarga Besar UNY, terutama Mahasiswa mengucapkan DIRGAHAYU RI ke-66. INDONESIA JAYA !!! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • foto: Heri Purwanto


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Wakil Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Wakil Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisnarto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Hayati Nupus Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Selamat datang mahasiswa baru UNY! Selamat bergabung di kampus berslo­ gan bertakwa, cendekia, dan mandiri­ ini! Sambutan inilah yang patut kita sam­paikan kepada 5.914 mahasiswa ba­ ru UNY dari berbagai jenjang. Maha­ sis­wa yang berjuluk calon cendekia ini merupakan pemenang karena berhasil menyisihkan puluhan ribu pesaing dari seluruh Indonesia yang berminat untuk masuk ke kampus UNY ini. Pantas rasanya jika majalah Pewara Dinamika mengapresiasi kedatangan pa­ra mahasiswa baru dengan menyaji­ kan tema OSPEK sebagai jawaranya. Pes­ta akbar tahunan ini dimaksudkan sebagai ajang perkenalan sistem pem­ be­la­jaran ala mahasiswa UNY yang ber­ beda dengan cara belajar di sekolahse­kolah. Sebagai ajang dukungan atas kemenangan lima ribu lebih mahasiswa baru UNY, maka Prof. Suyanto, M.Pd., PhD., Dirjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional, yang juga mantan­ Rektor UNY beserta Prof. Dr. Djoko Pe­ kik, M.Kes., staf Kementerian­Pendidik­ an­dan Olahraga, bersedia mengisi stadi­ um general di hari pertama OSPEK UNY. Edisi ini berisi tentang rekaman ja­ lan­nya OSPEK UNY yang dirangkum­da­ lam barisan kata-kata sebagai gambar­ an visualisasi OSPEK UNY karena ajang ini tidak bisa dihadiri sembarang orang, atau dengan kata lain hanya untuk orang-orang yang berkepentingan saja. Sebelumnya, di masa persiapan te­ma, Pewara Dinamika telah mendapatkan per­tanyaan dari beberapa rekan, me­ ngapa OSPEK tahun ini diselengga­ra­kan berbarengan dengan jalannya­ iba­­dah puasa Ramadhan? Apalagi meng­­i­ngat kampus lainnya baru akan me­­nye­­leng­

garakan OSPEK selepas hari ra­ya Idul Fitri. Terpancing de­ngan perta­nya­an ini, Pewara Dinamika semakin­giat terjun langsung ke dalam gelaran OSPEK dan turut serta menahan lapar dan haus. Ti­dak sia-sia, jawaban pasti pun kami da­patkan. Agustus 2011 memang menjadi bu­ lan “besar” bagi UNY. Selain OSPEK dan ritual tahunan memperingati Kemer­de­ kaan RI ke-66 yang diselenggarakan di tengah bulan Ramadhan, tepat di awal tanggal pada Agustus ini, tubuh UNY se­ makin lengkap dengan diresmikannya­ Fakultas Ekonomi (FE) UNY pada 30 Ju­ li 2011. Kehadiran fakultas ketujuh ini dikemas dalam sisipan edisi khusus­ yang tidak boleh para pembaca lewat­ kan.­Apalagi pendirian fakultas ini di­ni­­ lai cukup berhati-hati karena UNY ju­ga memikirkan pengembangan fakultas­ini selepas diresmikan Rektor UNY. Lang­ kah ini relatif konservatif untuk menja­ wab tantangan perubahan dari IKIP men­­jadi universitas, seperti yang telah­ di­ra­gu­kan sebagian masyarakat berta­ hun-tahun lalu. Menarik bukan? Para pembaca tentu­ saja ingin terlibat dalam kemeriahan bulan Agustus 2011 ini. Jadi, jangan me­ nunggu waktu lagi untuk membaca ma­ jalah ini. Arkhian, kami menyerahkan­ majalah Pewara Dinamika kepada para pembaca sekalian untuk dinikmati seka­ ligus dikritisi. Semoga interaksi yang terjalin erat antar tim redaksi dan para­ pembaca akan mengantarkan majalah ini menjadi majalah kebanggaan UNY. Dan jangan lupa untuk terus mengi­rim tulisan-tulisan Anda berupa resensi, opini, cerpen, puisi, bina rohani­, mau­ pun surat pembaca. Tabik! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 44 agustus 2011

l a po ra n U ta m a

Ospek UNY 2011: Menyemai Pendidikan Karakter Sejak Dini heri p/pewara dinamika

Mengenalkan pendidikan karakter lewat Ospek. halaman 6

32

40 opini

berita

MICROSOFT EXCEL BERBASIS MULTIMEDIA ta menciptakan media pembelajaran Microsoft Excel berbasis multimedia. Dengan adanya media pembelajaran microsoft Excel berbasis multimedia diharapkan dapat mempermudah...

dokumen humas uny

Agus Buchori, mahasiswa Pendidik­ an­Teknik Informatika Fakultas Tek­ nik (FT) Universitas Negeri Yogya­kar­

Berita Lainnya • Doktor Baru Prodi PGSD UNY • Demi Pengembangan Ilmu dan Kerja Sama • Seskemenpora RI Resmikan Tribun Softball • Tempe Ragi Daun Waru

Skandal Cita-cita Pendidikan Sastra TAHUN ajaran baru 2011/2012 telah dimulai di sekolah, cita-cita disemai,­ dan impian dilepaskan setinggi awan suci, tetapi siapa di antara mereka... 45 bina rohani 5 bunga rampai 46 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 28 Kabar dari luar 48 pojok gelitik 48 puisi•geguritan•tembang 44 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1


jendela KERETA API SUPER CEPAT Pada penghujung Juni, persisnya 30/6/2011, pemerintah China meresmikan pemakaian dua instalasi publik yang sekaligus menan­ dai perkembangan teknologi­mutakhir China. Pertama, jembatan terpanjang­di dunia, dike­ nal dengan sebutan Jembatan Jia­ozhou. Ked­ ua, kereta apa super cepat Beijing—Shanghai. Jembatan Teluk Jiaozhou yang menghubung­ kan kota Qingdao dengan pulau Huangdao ini panjangnya mencapai 42 km dan lebar 35 m. Pembangunan jembatan ini menelan biaya Rp 13,2 trilyun dalam waktu 4 tahun. Kereta api ce­pat (350 km/jam) antara Beijing dan Shang­ hai ini bahkan diselesaikan dalam waktu 38 bu­ lan. Kereta api ini melintasi tujuh propinsi di kawasan negara China yang padat penduduk, kawasan utama perekonomian China. Dua peresmian infrastruktur publik ini kian mengukuhkan posisi China tak hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi teknologi rancang bangun. Tentu saja selain potensi pasar dengan milyaran jumlah penduduknya, posisi China ki­ ni tampaknya mulai menggeser posisi Amerika Serikat sebagai puncak kekuatan dunia. Pada zaman Soekarno, pembangunan fasili­ tas publik seringkali tidak hanya untuk kepent­ ingan umum atau rakyat Indonesia tetapi ser­ ingkali memiliki aspek “mercusuar” bagi negara lain. Dalam konteks ini, pembangunan proyekproyek “mercusuar” adalah bentuk pamer kes­ uksesan kepada negara lain. Apa yang dulu­ di­la­­ku­­kan Soekarno, kini malah dilakukan pe­ me­rin­tah China dengan respon yang positif. Tidak ada aspek yang bersifat kritis terha­ dap keberhasilan China masa kini dalam segala aspek pembangunannya. Bahkan yang muncul malah kekhawatiran, khususnya negara yang merasa tersaingi seperti AS yang mulai terger­ ogoti hegemoninya. Beda dengan Indonesia, yang meskipun punya potensi geo­gra­fis dan de­ mografis besar, hingga kini belum­menemukan momentum perkembangan yang berarti. Dan setiap melewati bulan Agustus, kita seakanakan terbentur dengan pertanyaaan inversif terhadap pembangunan yang kita lakukan. Persoalan yang ditampilkan media massa se­ lalu menonjolkan kegagalan atau kemuraman terhadap berbagai aspek. Selain parahnya fasil­ itas publik, negara kita juga diwarnai persoa­ lan mismanajemen pemerintahan dan korup­

si. Setiap hari seolah-olah kita selalu disodori oleh kemu­raman. Dulu, menjelang peralihan milenium ketiga (1990-an), sebelum munculnya kekuatan Chi­ na, posisi AS dan Jepang seakan-akan menjadi pusat dominasi ekonomi dunia. Dan Indonesia masih dalam posisi yang tidak diperhitungkan sehingga muncul anek­dot sebagai berikut. Di sebuah bandara internasional, bertemulah­ seorang Indonesia dengan seorang warga nega­ ra Amerika Serikat dan Jepang. Ketiganya ter­ka­ it perbincangan hangat seraya menunggu ke­ be­rang­kat­an pesawat. Tampaknya si Amerika­ ingin menunjukkan kehebatan negaranya. “Di Amerika, kami mencapai kemajuan da­ lam bidang teknik sipil yang luar biasa. Saking ma­junya, gedung-gedung di Amerika tingginya sama dengan awan,” katanya pamer. “Mendengar itu, orang Indonesia dan orang Jepang terkejut lalu menimpalinya dengan ka­ limat, “Masak sama dengan awan?” “Yaa, … tidak sama persis. Turun sedikit!” ka­ta si Amerika. Merasa dipameri, giliran si Jepang yang un­ juk gigi. “Di Jepang, transportasi mengalami ke­ majuan yang luar biasa. Saking majunya, kereta api Sinkanshen cepatnya sama dengan suara,” ka­tanya dengan bangga. Kini giliran orang Indonesia dan orang Ame­ rika yang terkejut. “Masak, sama dengan den­ gan suara?” kata mereka hampir berbarengan. “Yaa, … tidak sama persis ya. Turun sedikit!” ja­wab si Jepang tidak kalah bangga terhadap pem­bangunan negaranya. Tinggal orang Indonesia yang tidak tahu ha­ rus memamerkan apa yang bisa dibangga­kan oleh Indonesia. Tapi dasar orang Indonesia yang pintar seperti kancil, ia tiba-tiba menyeletuk dengan berkata, “Di Indonesia, perkembangan yang paling modern adalah bidang kedokteran. Saking majunya, perempuan-perempuan di In­ donesia dapat melahirkan lewat pusar.” “Hah, … apa? Melahirkan melalui pusar?” kata dua orang lawan bicaranya itu terheranhe­ran. “Yaa, … tidak sama persislah. Turun sedikit!”.

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Bagaimana Kabar Ijazah? Saya begitu bangga pernah memiliki ke­ sem­patan menjadi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kampus yang ter­ kenal dengan jargon “Cendekia, Mandiri dan Bernurani.” Namun begitu, ada banyak hal yang begitu mengganjal dalam hati saya, semenjak masih kuliah sampai kini telah menjadi alumni. Salah satunya mengenai pelayanan kampus, baik di fakultas, maupun di tingkatan uni­ versitas. Pada pelayanan fakultas, banyak mahasiswa yang ingin mengurus administrasi pendidikan, namun direpotkan oleh pe­ tu­gas yang galak dan judes. Tidak hanya pelayanan fakultas, pe­ la­yanan rektorat juga tidak begitu memuaskan. Salah satu pengalaman saya waktu itu ketika mengurus perbaikan ijazah. Pa­ da waktu itu terdapat kekeliruan pada­ijazah sehingga saya langsung ke pihak rektorat untuk memperbaikinya.­ Saya bertanya, “Selesainya kapan, Pak?” Beliau menjawab, “2 minggu lagi saya ka­­ba­ri, tinggalkan nomor telepon sa­

ja.” Dua minggu kemudian, sampai se­ ka­rang, juga belum dikabari pihak pe­la­­ yanan ijazah. Padahal saya wisuda awal Juni 2011. Orang tua saya juga­ber­ta­­­ nya-tanya, “Sudah jadi belum ija­zah­ nya?­Sudah 2 bulan kok belum jadi ju­ ga”. Pelayanan kampus terlalu sibuk, atau memang birokrasinya yang sulit?”

Saya bingung harus menjawab apa. Mes­kipun sudah patah semangat begi­ tu, saya tetap berharap ke depannya ada itikad baik dari pihak pelayanan kam­­pus demi kemajuan UNY kedepan. Semoga. Agung Isdianto alumnus FMIPA UNY

Kampusku Sayang, Kampusku Agak Gersang Tahun 2007 waktu saya pertama kali­ masuk UNY, saya bangga memiliki kam­ pus yang hijau. Lapangan rumput yang luas dan hijau menghampar di tiap sudut kampus. Saya dan teman-teman sering belajar berkelompok atau ngob­ rol-ngobrol sambil diteduhi pohon-po­ hon rindang. Tapi itu dulu. Sekarang­ lapangan rumput tidak lagi­luas dan hi­ jau. Karena sekarang di lapangan­tem­­ 4

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

pat saya dan teman-teman belajar­ke­ lom­pok dan ngobrol-ngobrol itu su­dah berdiri gedung-gedung megah.­Kam­ pusku sayang yang dulunya­rin­dang se­ka­rang jadi gersang. Lama ke­la­maan te­man-teman juga sudah malas berin­

Lapangan rumput ti­ dak lagi luas dan hijau.

te­raksi di tempat itu. Kami seperti dis­ ingkirkan. Lapangan rumput begi­ tu ra­mah sudah mulai berkurang. Kami seperti menjadi orang lain di kampus kami sendiri. Semoga ke depan, pihak birokrasi kampus lebih memperhatikan lahan hijau di kampus tercinta. Teri­ ma­kasih semoga memberi ma­sukkan. Etik Wahyuni mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman


tips tips Kiat Sehat Berpuasa O l e h Di a n D. A .

istimewa

Selama berpuasa tak ada alasan untuk­ bermalasa-malasan atau merasa tidak sehat. Karena dengan beberapa tips di­ ba­wah ini, puasa anda akan tetap lancar dan tubuh anda tetap sehat dan bugar. Tidak meninggalkan sahur. Saat ber­ puasa, tubuh tidak akan mendapat­ kan asupan gizi kurang lebih selama 14 jam. Hal ini tentu saja tidak baik untuk kelancaran fungsi tubuh. Maka dari itu, sahur sangatlah penting untuk mem­ persiapkan energi yang diperlukan. Na­ mun, jangan sembarang memilih menu sahur. Perhatikan menu yang banyak me­ngandung serat dan protein dan hin­ dari makanan yang manis-manis. Terlalu banyak mengonsumsi makan­ an manis akan membuat anda merasa­ cepat lapar karena makanan manis mem­buat tubuh berreaksi cepat dalam me­nge­lu­arkan insulin. Insulin merupa­ kan salah satu penghasil energi. Sedangkan makanan berserat mem­ buat proses pencernaan lebih lambat dan membantu insulin dikeluarkan se­ cara bertahap. Untuk membuat energy

1

sahur lebih tahan lama, bersahurlah ke­ tika mendekati waktu imsak. Tidak menunda-nunda waktu ber­ buka.Setelah adzan Maghrib mulai terdengar, bersegeralah membatalkan puasa anda untuk memulihkan energi. Sebaiknya makanlah makanan yang me­ ngandung karbohidrat yang terdapat­ dalam makanan manis. Makanan­manis­ dapat mengembalikan secara instan ener­gi yang terkuras seharian. Hindari mi­num­an dingin dan bersoda karena da­pat membuat pencernaan tak ber­ fungsi dengan baik. Makan secara bertahap. Sebaiknya tidak menyantap habis makanan dalam sekali waktu. Saat tiba waktu­ ber­buka, batalkanlah puasa dengan ma­ kan­an manis seperti kolak atau cu­kup­ dengan teh hangat. Setelah itu, is­ti­ra­ hat­lah sebentar sembari sholat magh­ rib. Hal ini untuk memberi waktu pada­ lambung untuk kembali beradaptasi un­ tuk mencerna makanan. Se­telah itu, ba­ rulah menyantap hidang­an utama yaitu nasi dan lauk-pauknya.­Setelah tarawih

2

3

baru dapat dilanjutkan de­ ngan me­ ngon­­sumsi camilan atau takjil. Tidak meninggalkan olah raga. Ja­ ngan menghentikan aktivitas yang sa­tu ini walau sedang berpuasa. Berolah­ raga dibutuhkan untuk menjaga kelan­ caran peredaran darah agar kita tidak mudah loyo. Namun, pilihlah olah raga ringan seperti lari-lari kecil atau hanya sekadar berjalan kaki. Mengonsumsi cukup air. Karena se­ bagian besar tubuh kita terdiri atas cairan makaperlulah untuk menjaga ke­ seimbangan ii agar fungsi tubuh tetap berjalan dengan baik. Dalam hal ini, ti­ dak hanya air putih yang diperlukan na­ mun susu atau teh. Mengendalikan emosi. Mengendali­ kan emosi secara psikologis meme­ ngaruhi mental-spiritual kita. Selain mem­buat jiwa sehat juga membuat ba­ dan­kita sehat.

4 5 6

Dian D. A. mahasiswa FBS UNY

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

5


laporan utama

OSPEK UNY 2011

MEnyEmAI PEnDIDIKAn KARAKTER SEJAK DInI

Mengenalkan pendidikan karakter lewat Ospek. Oleh sismono l a od e

B

ulan Agustus 2011 ini adalah sa­lah satu bulan yang penting bagi UNY. Ini tidak hanya kare­ na pada bulan Agustus yang di­ dalamnya terdapat hari kemer­ dekaan Indonesia. Namun, karena pa­ da bulan ini, UNY “disibukkan” dengan penerimaan Mahasiswa Baru (Maba) yang juga bertepatan dengan bulan su­ci Ramadan bagi umat Islam. Hal yang pertama ditekankan oleh UNY dalam tiap penerimaan mahasiswa baru adalah adanya kegiatan Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek) bagi Maba. Pengenalan kampus bagi Maba ini tidak bisa dibilang remeh untuk ukuran kam­ pus UNY yang tahun ini dengan jum­ lah Maba hingga melebihi angka 5403an mahasiswa. Justru dengan kegiatan pengenalan tersebut UNY ingin mem­ beritahukan pada keluarga barunya akan hal-hal yang terkait dengan UNY, ba­ ik itu menyangkut

de­ngan kegiatan akademik, kegiatan ke­mahasiswaan, hingga pengenalan vi­ si UNY dalam mendidik sivitas­akade­ mikanya ke depan. Kegiatan Ospek di UNY bukan pula­ ajang perploncoan pada Maba. Justru dalam kegiatan Ospek ini, jajaran kam­ pus yang terkait ikut serta dalam pe­ rencanaan hingga pelaksanaannya. De­­ngan keikutsertaan pihak kampus da­­­­lam kegiatan tersebut tidak lain ingin­ menanggalkan kesan dan perilaku­Os­ pek yang tidak sesuai dengan tujuann­ ya. Dan bagi Pewara Dinamika, kegiat­ an Ospek itu patut kami kabarkan pada pembaca sekalian. Hal ini secara tidak langsung bentuk pertanggun jawaban­ akan kegiatan-kegiatan tersebut di la­ pangan. Ospek yang berlangsung sejak 2-6 Agustus itu dan bertepatan dengan bu­ lan puasa. Walaupun bertepatan de­­ngan­ bualan puasa kegiatan Ospek tahun ini tetap berlangsung dengan meriah dan tanggapan Maba yang antu­sias dalam mengikuti acara tersebut. Adapun tema­ besar yang diusung UNY dalam Ospek tahun ini adalah, “Dengan Pendidikan Karakter, Menuju Kebangkitan Indo­ nesia Baru”. Dari tema­tersebut, UNY ingin menanamkan benih-be­nih pen­ didikan karakter sejak dini. Pen­­di­ dik­an yang menekankan­pada ni­lainilai kebangsaan, keagamaan, dan nilai-nilai yang lainnya sebagai mo­

dal dasar dalam belajar di UNY hingga setelah lulus. Dalam mendukung kegiatan Ospek tersebut, semua unsur kampus ikut ser­ta. Mulai dari jajaran Rektorat ikut serta, mulai dari Rektor hingga semua Wakil Rektor. Begitupun dengan jajar­ an pejabat tingkat fakultas dan jurus­an. Dalam pembukaan Ospek, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., menyampaikan pesan, bahwa tero­bos­ an-terobosan yang dilakukan UNY se­ lama ini, tidak lain untuk mendukung pendidikan moral dan karakter bang­ sa. Pengenalan akan Visi dan Misi UNY juga disampaikan pada Maba, “Untuk menghasilkan lulusan yang kita cita-ci­ takan, UNY terus berusaha melakukan internalisasi nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan melalui kegiatan akademik dan nonakademik, baik melalui kegia­ tan kurikuler, kokurikuler, maupun ek­ strakurikuler. Dari sinilah akan lahir lu­ lusan UNY yang Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia.” Peneguhan tiang pancang pendidik­ an karakter ini, dalam Ospek tahun ini UNY juga tidak tanggung-tanggung me­ nurunkan para tokoh-tokoh yang dimi­ likinya dalam rangka menjelaskan UNY secara garis besar pada Maba. Sebut sa­ ja semacam Prof. Suyanto, M.Pd., PhD., selaku Dirjen Pendidikan Dasar, Kem­ diknas yang juga mantan Rektor UNY dan Prof. Dr. Djoko Pekik, M.Kes., staf


pengajar FIK, UNY dan Deputi Bidang Keolahragaan dan Pejabat Sementara Sesmeneg Kemenpora RI. Kedua tokoh tersebut dihadirkan dan memberikan kuliah pada Maba dalam stadium gene­ ral untuk Maba. Laporan dari kedua tokoh tersebut kami sajikan secara utuh lengkap inti­ sa­ri materi yang disampaikan dalam sta­dium general tersebut. Seperti Prof. Suyanto dengan begitu provokatif ter­ hadap Maba saat memulai kuliah um­ umnya. “Jadi apa setelah kuliah? Ini per­ tanyaan penting bagi saudara-sauda­ra yang telah bersaing dengan puluhan ri­ bu calon-calon mahasiswa UNY lainn­ ya,” ujarnya pada Maba. Ungkapan tersebut tidak lain ingin menyulut Maba untuk giat belajar di UNY, karena mereka adalah mahasiswa pilihan yang telah mengalahkan ribuan calon mahasiswa lainnya. Dalam stadi­ um general yang bertema, “Mahasiswa dalam Perspektif Persaingan Global”, Prof. Suyanto memberikan gambaran nyata yang akan dihadapi mahasiswa ke depan hingga setelah lulus. Dan Prof. Suyanto menawarkan tiga alternatif pi­ lihan dalam menghadapi tantangan ke depan, yakni dengan pilihan menjadi ilmuwan, menjadi pemimpin, menjadi­ entrepreneur, atau justru ketiganya. Ba­ gaimana karakter tiga alternatif profe­ si yang diwacanakan oleh Prof. Suyan­ to, bisa anda baca dalam edisi ini juga.

Sedangkan Prof. Jokok Pekik dalam stadium general tersebut mengusung tema, “Budaya Belajar yang Bermarta­ bat”. Prof. Joko Pekik, menjelaskan akan pentingnya proses belajar dan ba­gai­ ma­na melihat belajar saat ini sudah se­ba­gai kebutuhan untuk mahasiswa. Me­nurutnya proses pembelajaran men­ gandung tiga esensi pokok, yakni be­ lajar adalah kewajiban, belajar adalah hak, dan lebih dari itu, belajar adalah kebutuhan. Itulah pesan yang disam­ paikan pada Maba untuk sukses dan berhasil melalui proses perkuliahan di fakultas masing-masing, sesuai dengan jurusan dan potensinya. Tidak lupa juga kami laporkan akan tanggapan Maba saat mengikuti prose­ si Ospek hingga selesai dan tanggapan­ nya tentang kampus ini. Juga lapor­an dari pengenalan Unit Kegiatan Ma­ha­sis­ wa (UKM) di UNY yang dibungkus­da­ lam acara display UKM. Acara tersebut sebagai bentuk pengenalan pada Ma­ ba akan adanya kegiatan di luar kuli­ ah yang bisa diikuti untuk menem­ pa diri dalam kegiatan berorganisasi atau pun untuk meningkatkan ke­ mampuan soft skill se­suai dengan bidang yang diminati dari 37 UKM yang ada di UNY. Memang dalam Ospek kemarin,­ terjadi kesalahpahaman antar FK UKM-Forum BEM Fakultas hingga­ menimbulkan ketegangan antara­

dua institusi mahasiswa ini. Kami ber­ harap konflik sebesar apapun bisa di­ se­lesaikan dengan kepala dingin, tan­pa­ merasa siapa yang menang dan sia­pa­ yang salah. Yang penting, kita ha­rus be­ lajar dari masalah tersebut dan ba­gai­ ma­na kita menyelesaikan ma­sa­lah. Bu­ kan begitu? Akihirnya ucapkan selamat datang bagi Mahasiswa Baru UNY 2011. Semo­ ga perjuangan yang dilakukan untuk masuk kampus ini tidak akan berhenti setelah diterima, namun semangat itu akan terus menyala dan sebagai bekal untuk mewarnai Indonesia yang lebih baik. Semoga dengan selesainya kegia­ tan Ospek yang telah diikuti memberi­ kan pemahaman awalan akan karakter­ yang ingin disemai di kampus UNY. Hing­ga akhirnya, hanya ini yang dapat kami haturkan pada pembaca sekalian. Selamat membaca. 


laporan utama

OSPEK Berkarakter ala UNY Orientasi Studi Pengenalan Kampus atau yang lebih sering kita kenal OSPEK baru saja digelar kampus kesayangan kita, UNY. Perhelatan ini digelar tepat dari tanggal 2 sampai 6 Agustus 2011 selain itu OSPEK kali ini lain daripada yang lain karena dilaksanakan bersamaan dengan bulan Ramadhan. OSPEK UNY kali ini secara global mengusung tema: Dengan Pendidikan Karakter, Menuju Kebangkitan Indonesia baru. Oleh R h e a Y us t i t i e

B

ulan Ramadhan bukanlah halangan UNY untuk menggelar acara penyam­ butan bagi maba. Puasa sama seka­ li ti­dak menyurutkan semangat ma­ ba dan panitia untuk melaksanakan OSPEK sekaligus­menjalankan ibadah. Acara yang di­ ge­lar­di Ge­dung Olahraga (GOR) ini terbukti­ me­nyita per­ha­ti­an seluruh maba UNY. Tampak­ slayer­warna-warni terus dikibarkan sebagai wujud identitas fakultas masing-masing. Sebut­ sa­ja slayer ungu untuk FBS, oranye untuk FT, merah­untuk FISE, kuning untuk FIK, biru untuk­ FMIPA,­dan hijau untuk FIP. OSPEK tahun ini diikuti­sebanyak 5.403 mahasiswa. Prof. Dr. Rochmat Wahab menyampaikan na­

sihat dalam acara pembukaan bahwa sejum­lah terobosan dilakukan UNY untuk mendukung pendidikan moral dan karakter bangsa. “Untuk­ menghasilkan lulusan yang kita cita-citakan, UNY terus berusaha melakukan internalisasi­ nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan mela­ lui kegiatan akademik dan nonakademik, baik mela­lui kegiatan kurikuler, kokurikuler,­maupun­ ekstrakurikuler. Dari sinilah akan lahir­lulusan UNY yang Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia.” Latar Belakang Untuk menjembatani perkenalan maba de­ ngan kampus UNY, maka OSPEK sangat dibu­ tuhkan. Tujuannya melalui kegiatan OSPEK, se­

Pegawai keuangan sedang melakukan aktivitas kerja.

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

foto-foto:heri p/pewara dinamika

foto-foto:heri p/pwara dinamika

8


laporan utama

buah proses kaderisasi dan penerimaan awal ma­ha­siswa ke dalam dunia kemahasiswaan. Tantangan yang perlu dilakukan oleh organisa­si kemahasiswaan adalah bagaimana menyaji­kan OSPEK sebagai sebuah kegiatan penanaman­ni­ lai tanpa motif penyiksaan. Karena OSPEK mer­ upakan alat paling efektif dalam meneruskan proses regenerasi organisasi kemahasiswaan dan penanaman nilai-nilai dan ideologi kema­ ha­siswaan kepada mahasiswa baru. Untuk me­ nunjang hal tersebut hal yang dilakukan adalah mengevaluasi metode yang dilakukan dengan tuntutan jaman. Pengenalan dan pendidikan menjadi prioritas utama kegiatan OSPEK seka­ rang. Hubungan antara OSPEK dan pendidikan ka­ rak­ter yang diusung UNY adalah dengan me­ wu­ jud­ kannya lewat tema OSPEK, “Dengan Pen­di­dik­an Karakter, Menuju Kebangkitan Indo­ ne­sia baru”. UNY sebagai kampus pendidikan bertekad menjadikan kampus ini sebagai pusat kajian tentang pendidikan karakter di Indone­ sia. Dengan mengangkat 3 pilar utama, yaitu Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia, UNY optimis mampu berkontribusi bagi perbaikan pendidik­ an di Indonesia.

bat dalam persaingan global. Menurut beliau ada tiga peluang yang bisa­ dipilih seorang mahasiswa seselesainya maha­ siswa tersebut dari sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa bisa memilih menjadi ilmuwan, menjadi pemimpin, menjadi enterpreneur, atau justru ketiganya. Yang terpenting, seorang ma­ hasiswa harus memilih dan harus mempunyai­ cita-cita. Jika ingin menjadi ilmuwan, maka maha­ siswa tersebut harus memiliki karakter khusus dari seorang ilmuwan. Seorang ilmuwan tidak mudah percaya tanpa analisis. Contohnya­pa­ da kasus contek massal di Surabaya tempo lalu, seorang ilmuwan tidak boleh langsung percaya bahwa contek massal tersbut memang benarbenar ada, melainkan harus melakukan ana­ li­sis terlebih dahulu baru kemudian memberi keputusan dan kesimpulan bahwa contek mas­ sal tersebut benar ada atau justru tidak terbuk­ ti benar. Seorang ilmuwan juga harus memiliki kei­ ngin­ tahuan yang kuat. Sebagai mahasiswa yang bercita-cita menjadi ilmuwan, mahasiswa­ harus berhasrat untuk mendapatkan dan me­ ngetahui hal-hal yang baru. Bagaimana dengan­ karakteristik pemimpin? Seorang pemimpin harus jujur, adil terhadap tim kerja, harus men­ jadi panutan (role model), demokratis, peduli terhadap kebutuhan rekan-rekan secara verti­ kal dan horisontal, dan tegas. Dari itu semua, seorang pemimpin harus tahan banting, baik

mahasiswa baru FBS sedang melancarkan aksi yel-yel.

Stadium General Pertanyaan mau menjadi apa dan siapa sete­ lah lulus kuliah menjadi bahasan utama pada stadium general OSPEK UNY kali ini yang disam­ paikan oleh Prof. Suyanto, M. Pd., PhD. Menurut beliau Ini adalah pertanyaan penting bagi sau­ dara-saudara yang telah bersaing dengan­pu­ luh­an ribu calon-calon mahasiswa UNY lainnya.­ Prof. Suyanto menyampaikan stadium general­ nya yang bertema “Mahasiswa dalam Perspek­ tif Persaingan Global’, mantan Rektor UNY ini membuka wacana betapa pentingnya hubung­ an antara mahasiswa dan teknologi untuk terli­

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

9


laporan utama

Tampak mahasiswa dari pelbagai fakultas melakukan aksi yel-yel sembari melaimbaikan simbol fakultas.

10

fisik maupun mental. Pemimpin tidak boleh sakit-sakitan atau merasa putus asa supaya bisa memimpin dengan optimal. Terakhir ada­ lah karakteristik enterpreuner. Seorang enter­ preuner harus mampu bersikap fleksibel dan mampu membaca situasi yang selalu berubah. Selain itu, harus kreatif, bersifat otonomi­atau tidak tergantung pada siapa pun, imajinatif, memiliki kemauan untuk berprestasi yang ting­ gi, memiliki sistem kendali, berjiwa leader­ship,­ mau bekerja keras, memiliki kemampuan per­ sepsi, dan berani mengambil risiko. Stadium general yang kedua pun juga memu­ kau perhatian maba karena Prof. Dr. Djoko Pe­ kik, M.Kes menyampaikannya dengan penuh semangat. Beliau menyerukan bahwa,” Belajar itu indah, belajar itu nyaman, belajar itu kebu­ tuhan”. Itulah slogan dalam belajar yang diuta­ rakan Djoko Pekik, Deputi Bidang Keolahragaan dan Pejabat Sementara Sesmeneg Kemenpora. Lebih lanjut Djoko Pekik mengungkapkan bahwa proses pembelajaran mengandung tiga­ esensi pokok. Ketiganya yaitu, belajar adalah ke­wajiban, belajar adalah hak, dan lebih dari itu, belajar adalah kebutuhan. Jika kita meng­ gunakan ketiga esensi itu sebaik-baiknya, ma­ ka kita bisa berhasil melalui proses perkuliah­ an di fakultas masing-masing, sesuai dengan ju­rus­an dan potensinya. Di balik ketiga esensi tersebut, belajar juga mempunyai makna. Per­ tama, makna belajar adalah untuk memperta­ hankan kehidupan (survival).

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Yang kedua, daya emosional. Daya emosio­nal menuntut kita mampu melakukan empati­ke­ pada diri kita sendiri dan pada orang lain. Wu­ judnya, tujuan kita belajar ialah untuk menga­ sah potensi dan wawasan yang ada dalam diri kita, lantas kita pun wajib membagi atau men­ transfer ilmu kita kepada orang lain, sehingga ilmu tersebut tidak putus sampai di diri kita sa­ ja. Kemudian yang ketiga adalah daya fikir. Ke­ mampuan berfikir seseorang tentu berbeda-be­ da dengan orang lain. Namun, cara yang paling ampuh untuk meningkatkan dan memperta­ hankan kemampuan berfikir kita berupa po­ la pembelajaran yang harus dianut seseorang adalah belajar secara terus menerus. Jadi bu­ kan belajar dengan sistem kebut semalam han­ ya untuk kebutuhan ujian esok harinya. Sekali lagi, manajemen waktu sangat perlu diterap­ kan dalam proses pembelajaran.


laporan utama lan duduk tak jauh dari saya pun mengungkap­ kan besar harapannya untuk maba mengenal baik tiap-tiap UKM yang ada di UNY. Tentu sa­ ja selain mengenal, maba mau ikut aktif bela­ jar berorganisasi di UKM yang mereka minati. Menurut Cahyo belajar berorganisasi merupa­ kan satu langkah belajar untuk menunjang ke­ mampuan softskill mahasiswa. Tanggapan Maba Keputusan universitas menyelenggarakan­ OSPEK pada bulan puasa wajib dilaksanakan­ maka dengan patuh dan tertib maba­melakukan­ nya. Noor Fatwa maba jurusan PGSD asal Pur­ Display UKM Rangkaian acara OSPEK tidak melulu diisi­ worejo mengaku senang mengikuti rangkaian materi dalam stadium generalnya. Hari kedua­ OSPEK UNY. Sebagai maba Noor memang mem­ OSPEK UNY masih digelar di GOR UNY dengan­ butuhkan acara serupa OSPEK untuk menge­ agenda Display Unit Kegiatan Mahasiswa­(UKM). nal lebih dekat kampus tempat belajarnya ini. Display UKM adalah ajang UKM memamer­kan Tidak ada penugasan aneh-aneh dari panitia keunikan juga kemampuan tiap-tiap UKM yang OSPEK,” katanya. I Gusti Sanggrayani Astadi atau Ayu, maba ada di UNY. Display UKM kali ini mengusung te­ ma UKM sebagai Wadah Kreativitas yang Bero­ asal Bali ini mengaku terkesan dengan materirientasi pada Pendidikan Karakter. Bagi Ari be­ ma­teri OSPEK yang disampaikan Prof. Suyan­ rada dalam suatu kepengurusan tidaklah asing, to juga Djoko Pekik pada pembukaan OSPEK Ari tercatat sebagai anggota UKM musik UNY tanggal 2 Agustus 2011. Begitu juga dengan atau yang lebih kita kenal UKM SICMA tapi se­ Tri Subekti, maba Pendidikan Teknik Busana bagai koordinator dalam acara yang melibat­ yang duduk di sebelah Ayu ikut menambahkan bahwa dia merasa nyaman berada ditengah-­ kan banyak orang baru sekali ini. 25 dari 37 UKM yang ada di UNY ikut serta tengah maba UNY untuk mengikuti rangkaian aksi pamer UKM masing-masing pada Display acara OSPEK. Hampir seluruh maba tidak ada kali ini. Memang tidak semua UKM ikut serta yang mengeluhkan penyelenggaraan OSPEK di dalam Display, tapi menurut Ari hal ini dirasa bulan puasa. Wajah-wajah maba pun tampak adil. UKM yang tidak dapat mengikuti Display se­nang dan penuh harapan pada kampus baru­ ini sedang merasakan punishment-nya karena nya, UNY.  pada pentas kolaborasi dalam rangka Dies Na­ talis UNY bulan Juni lalu tidak mau berpartisi­ pasi dalam kepanitiaan. Beberapa UKM yang tampil di awal seperti­ Catur, Resimen Mahasiswa, beberapa UKM kea­ gamaan seperti KMHD, IKMK, PMK juga UKKI dan yang lainnya membuktikan ternyata pua­ sa bukanlah halangan maba untuk bersema­ ngat mengikuti OSPEK hari itu. Ari menegaskan bahwa acara yang hampir tiap tahun diusulkan­ untuk digelar ini bertujuan mempromosikan UKM-UKM yang ada di UNY sebagai usaha me­ regenerasikan UKM yang sudah ada. Melihat minimnya minat mahasiswa terhadap UKM ta­ hun lalu maka Display kali ini memang sangat diupayakan untuk bisa diadakan dan akhirnya bisa terselenggarakan. Cahyo Purnomo Edi mantan ketua Forum Ko­ munikasi-UKM periode 2010-2011 yang kebetu­

Rektor UNY (kanan) menyaksikan Wakil Rektor III berjebat tangan dengan mahasiswa baru UNY.

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

11


laporan utama

OSPEK UNY di Mata MABA Bulan Agustus 2011 bagi umat muslim dirasa sangat istimewa karena tepat bulan ini Ramadhan datang. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta bulan ini pun juga istimewa. Ya, tepat tanggal 2-6 Agustus 2011 UNY tidak hanya menyambut datangnya bulan Ramadhan, tapi juga menyambut datangnya mahasiswa baru. Oleh R h e a Y us t i t i e

K

eputusan universitas menyelenggara­ kan OSPEK pada bulan puasa wajib di­ laksanakan. Dengan patuh dan tertib, maba pun melakukannya. Peserta­OS­ PEK adalah seluruh maba di UNY yang terdiri dari FIK, FT, FBS, FMIPA, FIP, juga FISE. Menu­rut Cahyo Purnomo Edi, mantan Koordinator Fo­ rum Komunikasi-Unit Kegiatan Mahasiswa (FKUKM), tidak ada alasan bagi maba untuk tidak ikut serta dalam OSPEK kali ini. Hal ini dikare­ nakan UNY tidak memberatkan maba dalam pe­­nu­gas­an. Adapun penugasan hanya membu­ at artikel atau membuat atribut berupa papan identitas nama. Mengiyakan apa yang disampaikan Cahyo, Noor Fatwa maba, jurusan PGSD asal Purworejo mengaku senang mengikuti rangkaian OSPEK UNY. Sebagai maba, Noor memang membutuh­ kan acara serupa OSPEK untuk mengenal lebih­ dekat kampus tempat belajarnya ini. “Tidak ada penugasan aneh-aneh dari panitia OSPEK. Pan­ itianya pun ramah-ramah. Kalaupun galak ka­

rena ada yang melanggar aturan itu hal yang wajar,” katanya. Sepakat dengan Noor adalah­ I Gusti Sanggrayani Astadi. Ayu, demikian ka­ wan-kawannya memanggil. Gadis asal Bali ini mengaku terkesan dengan materi-materi OS­ PEK yang disampaikan Prof. Suyanto juga Djoko Pekik pada pembukaan OSPEK tanggal 2 Agus­ tus 2011. Begitu juga dengan Tri Subekti, ma­ ba Pendidikan Teknik Busana FT, yang duduk di sebelah Ayu ikut menambahkan bahwa dia me­ra­sa nyaman berada di tengah-tengah maba UNY untuk mengikuti rangkaian acara OSPEK.

foto-foto:heri p/pwara dinamika

12

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Lemas karena Puasa? No Way! Antusiasme maba mengikuti serangkaian aca­ra OSPEK memang tinggi. Yel-yel, nyany­ ian, te­ puk juga sorak-sorak riuh terdengar antara tribun fakultas satu juga lainnya. Ham­ pir semua terlihat senang dan gembira. Luth­ fiyanto atau Anto misalnya, maba yang ber­ domisili asli­Yogyakarta ini mengatakan bahwa tidak ada rasa­capek. Tujuannya mengikuti OS­ PEK jelas un­tuk mengenal lebih dekat kampus tempatnya belajar. Selain itu, Anto terlihat­se­ mangat­karena­ia ingin mencari teman juga­ peng­alaman dari lima hari rangkaian acara OS­ PEK tersebut. Tidak ada kata lemas, katanya,­ justru ini adalah kegiatan menjelang buka pua­ sa jadi tidak ada kata untuk bermalas-malasan. Seia sekata dengan Anto, Ari Kurniawijaya, ko­ ordinator Display UKM dengan bersemangat mengatakan bahwa menyelenggarakan acara di bulan puasa memang tantangan berat. Na­ mun, setelah acara ini berlangsung, Ari merasa­ puas. “Malah membuat lebih semangat,” tam­ bahnya. Pada tribun fakultas lain ada Meryda Purban­ dari. Mery yang berminat masuk UKM Karate ini mengaku meskipun harus sampai di kampus


laporan utama Swara Wadana. Bagi mereka, OSPEK yang dise­ lenggarakan lima hari ditambah padatnya aca­ ra OSPEK tidak mengendurkan semangat bela­ jar lebih giat di UNY. Bahkan dengan adanya OSPEK mereka mengaku merasa lebih menge­ nal UNY. “Panitia OSPEK yang ramah mungkin cer­min­an bahwa kampus ini pun nantinya akan selalu ramah terhadap saya atau yang lain­nya,” kata Tri Subekti.

jam 06.00 WIB dan pulang sore hari, namun ka­ rena acaranya bervariatif, dia tak merasa capek. Beberapa memang terlihat lelah tapi memang faktor kecapekan atau tidak sahur. Sampai rang­ kaian OSPEK selesai pun tak ada keluhan serius.­ “Alhamdulillah, FBS nihil dari maba yang sa­kit,” tegas Wakil Dekan III FBS, Herwin Yoga Wicak­ sono, M. Pd. UNY Kampus Pilihan UNY ternyata cukup menarik perhatian ma­ sya­rakat. Sebagai kampus yang tugas utamanya mencetak calon pendidik-pendidik­baru, UNY banyak sekali peminatnya. Pada SNMPTN 2011 ini, UNY adalah kampus tujuan kedua setelah UGM. Mereka memang tidak hanya berasal da­ ri Yogyakarta. Noor Fatwa, misalnya, datang dari Purworejo karena ingin melanjutkan pen­ didikan menjadi guru SD lewat PGSD. Noor mengaku sejak SMP ingin sekali kuliah di UNY. Keluarga juga teman-temannya sangat men­ dukung cita-citanya sampai akhirnya Noor dite­ ri­ma. “Perasaan senang bukan main tidak bisa diung­kapkan dengan kata-kata,” ungkap Noor yang berjanji bersungguh-sungguh untuk bela­ jar di UNY. Begitu juga yang diungkapkan I Gusti Ayu Sanggrayani Astadi yang memang sudah mer­ encanakan masuk UNY jauh-jauh hari sebelum­ nya. “Dari dulu tekad saya sudah matang­hen­ dak belajar masak di UNY,” ujar Ayu, maba Tek­nik Boga ini. Septiyana Wulandari pun sena­ da­dengan Noor dan Ayu. Septi mengaku me­ ngenal UNY dari teman juga internet. Perasaan­ nya membuncah senang ketika dirinya berhasil masuk di Jurusan Pendidikan Seni Musik, FBS. Septi pun sudah menetapkan pilihan bahwa dirinya hendak menambah pengalamannnya untuk bergabung di UKM Marching Band Citra Derap Bahana juga Paduan Suara Mahasiswa

Harapan-harapan Noor, Ayu, Tri, Septi, dan Anto adalah perwa­ kil­an maba yang beruntung masuk di UNY. Se­ muanya mengaku bangga bisa melanjutkan pen­didik­an sampai ke jenjang lebih tinggi di UNY. Mereka sadar masih banyak kawan-kawan mereka di luar sana yang kurang beruntung masuk UNY. Bahkan mereka­berjanji untuk sela­ lu­­belajar dengan tekun agar nantinya mereka­ menjadi mahasiswa bertaqwa, cendekia, dan ju­ ga bernurani tentunya, seperti yang diung­kap­­­ kan­Noor di tengah hiruk pikuk OSPEK. Selain itu, Noor menambahkan agar nanti selesai­kuli­ ah, selain dapat ilmu dia pun bisa­mendapat­jo­ doh di UNY. Banyak harapan­yang mulai dipikir masak-masak oleh maba sejak sekarang. Ayu berharap dengan­masuk UNY yang dianggap­ nya cukup terkenal di Indonesia­nantinya me­ mu­dahkan dia mencari­kerja kalau sudah lulus. Anto yang mengaku terpicu semangatnya kare­ na materi-materi OSPEK hari pertama berjanji untuk belajar lebih giat dan mengharumkan na­ ma UNY. Pun begitu pula dengan harapan­Wa­kil Rektor I, Prof. Dr. nurfina Aznam, SU., Apt yang berharap seluruh mahasiswa lulus tepat semes­ ter 8 dan memperoleh predikat cumlaude. 

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

13


laporan utama

OSPEK Berbalut Pendidikan Karakter Gelaran OSPEK kembali dihelat UNY pada 2011 ini. Tepatnya pada 2-6 Agustus 2011. Sebanyak 5.403 mahasiswa baru dilibatkan. Uniknya, ajang besar-besaran ini digelar di tengah ibadah bulan puasa. Hal ini pun menjadi tantangan bagi maba, panitia, dan universitas untuk melancarkan jalannya OSPEK. Oleh Ariska P ra s e t ya n awat i

14

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

foto-foto:heri p/pewara dinamika

O

SPEK memang harus dilaksana­ kan pada awal bulan puasa ini karena merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan peny­ ambutan maba. Bagaimana pun, OSPEK ada­ lah peristiwa sejarah yang tidak akan diulangi untuk kedua kali selama mahasiswa baru man­ tap menjadi mahasiswa UNY,” ujar Prof. Dr. Her­ minarto Sofyan, Wakil Rektor III, yang disambut tepuk tangan riuh dari lima ribu lebih maba. Bu­ lan Ramadhan di hari kedua ini tampaknya me­ mang tidak berpengaruh pada semangat maba dan panitia untuk melaksanakan OSPEK sekali­ gus menjalankan ibadah puasa. Tampak slayer warna-warni terus dikibarkan sebagai wujud identitas fakultas masing-ma­ sing. Sebut saja slayer ungu untuk FBS, oranye untuk FT, merah untuk FISE, kuning untuk FIK, biru untuk FMIPA, dan hijau untuk FIP. OSPEK tahun ini diikuti sebanyak 5.403 mahasiswa dengan perincian dari FIP 979 orang, FBS 1,053 orang, FISE 1.218 orang, FMIPA 678 orang, FT 964 orang, dan FIK 511 orang. Dalam sambutan pembukaan OSPEK, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. menyampaikan bahwa sejumlah terobosan dilakukan UNY un­ tuk mendukung pendidikan moral dan karakter bangsa. “Untuk menghasilkan lulusan yang ki­ ta cita-citakan, UNY terus berusaha melakukan internalisasi nilai-nilai keagamaan dan kebang­ saan melalui kegiatan akademik dan nonakade­ mik, baik melalui kegiatan kurikuler, kokurikul­ er, maupun ekstrakurikuler. Dari sinilah akan lahir lulusan UNY yang Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia,” tutur Rochmat Wahab yang dilanjut­ kan dengan pemukulan gong sebanyak tujuh kali sebagai simbol bahwa OSPEK UNY tahun 2011 resmi dibuka. Selain itu, dalam sambutannya juga, Roch­

mat wahab mengucapkan selamat datang ke­ pa­­da para maba di kampus pendidikan UNY. Se­lan­jutnya, Rochmat Wahab menyampaikan be­­be­­ra­pa prestasi yang berhasil diraih UNY, ba­ ik ditingkat lokal, regoinal, maupun nasional. “Para mahasiswa baru perlu tahu UNY semakin­ meneguhkan kedudukannya sebagai salah satu­ universitas terbaik di Indonesia,” ujarnya. OSPEK kali ini digelar bersamaan dengan iba­ dah puasa bulan Ramadhan. Untuk itu, pi­hak rektorat menghimbau kepada panitia OSPEK untuk mengadakan OSPEK yang disesuaikan dengan ketahanan fisik seorang yang se­dang­ berpuasa. Himbauan inipun diwujudkan­de­ ngan­meminimalisir kegiatan fisik yang akan me­ngu­ras tenaga. Maba hanya didudukkan sa­ ja sembari disuguhkan stadium general den­ gan tema yang renyah dan pertunjukkan-per­ tunjukkan atraktif yang menghibur. Namun, himbauan ini tampaknya tetap dilanggar juga.­ Berkali-kali, maba dengan penuh semangat­ meng­elu-elukan nama fakultasnya seraya me­ ngi­bar­kan slayer berwarna kebanggaannya.­Se­ makin siang, OSPEK 2011 tampak lebih hidup karena semangat belum juga luntur dari pera­ saan maba.


laporan utama

Walaupun begitu, dari sudut-sudut kecil te­ tap tampak beberapa maba tumbang karena kelelahan. Mereka memilih mundur dari waha­ na OSPEK dengan cara dituntun perlahan ke ru­ ang kesehatan yang telah disiapkan, bahkan beberapa sudah pingsan terlebih dulu. Dari pe­ nelusuran Pewara, tiga orang maba terpaksa dilarikan ke Panti Rapih karena mengalami le­ mas dan dehidrasi berat. “Memang benar ada ti­ga mahasiswa mengalami pingsan. Namun itu karena ketiganya telah menderita sakit sebe­ lumnya dan tidak melaporkan hal tersebut ke­ pada pihak panitia. Dari hasil pemeriksaan, umum­nya para mahasiswa itu mengalami pus­ ing dan lemas karena kecapekan,” ungkap Fadli­ Rozaq, Ketua Panitia Pelaksana OSPEK UNY. OSPEK: Sebuah Kebutuhan Kepentingan mahasiswa berkoridor pada nilai-nilai kemahasiswaan. Nilai-nilai intelek­ tualitas, integrasi, kebangsaan, independensi pengabdian masyarakat, dan nilai perjuangan lainnya merupakan nilai yang telah diyakini sejak dulu dan beradaptasi dengan tuntutan jaman. Nilai-nilai tersebut ditanamkan lewat kegiatan OSPEK, sebuah proses kaderisasi dan penerimaan awal mahasiswa ke dalam dunia kemahasiswaan. Tantangan yang perlu dilakukan oleh organi­ sasi kemahasiswaan adalah bagaimana men­ yajikan OSPEK sebagai sebuah kegiatan pena­ n­am­an nilai tanpa motif penyiksaan. Karena OSPEK merupakan alat paling efektif dalam me­ neruskan proses regenerasi organisasi kemaha­ siswaan dan penanaman nilai-nilai dan ideologi kemahasiswaan kepada mahasiswa baru. Un­ tuk menunjang hal tersebut hal yang dilaku­ kan adalah mengevaluasi metode yang dilaku­

kan dengan tuntutan jaman. Pengenalan dan pendidikan menjadi prioritas utama kegiatan OSPEK sekarang. Sebagai bentuk pembekalan pendidikan, maka dalam kegiatan OSPEK para­ maba lebih diberikan pengetahuan seputar du­ nia kampus, cara belajar di perguruan tinggi yang jauh berbeda dengan masa sekolah. OSPEK merupakan momentum bersejarah bagi setiap maba yang memasuki pintu gerbang­ perguruan tinggi. OSPEK dengan seluruh rang­ kaian acaranya merupakan wahana awal pem­ bentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Dengan kata lain, bahwa baik tidaknya kepriba­ dian mahasiswa di sebuah perguruan tinggi sedikit banyak ditentukan oleh baik tidaknya pelaksanaan OSPEK di perguruan tinggi terse­ but. Disadari atau tidak, pengalaman pertama yang diperoleh selama mengikuti OSPEK sangat berkesan bagi seorang mahasiswa, yang pada gilirannya akan terekspresi dalam kehidupan kesehariannya di lingkungan kampus.

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

15


laporan utama Hal ini bisa ditinjau dari tujuan OSPEK, anta­ ra lain: mengenal dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya, menambah wawasan mahasiswa ba­ ru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus secara maksimal, memberi­ kan pemahaman awal tentang wacana keaga­ maan dan kebangsaan serta pendidikan yang mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai ke­is­laman dan kemanusiaan, mempersiapkan ma­hasiswa agar mampu belajar di perguruan­ tinggi serta mematuhi dan melaksanakan nor­ ma-norma yang berlaku di kampus, menum­ buhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di ka­langan civitas akademika dalam rangka men­ ciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan dinamis, dan menumbuhkan kesa­ daran mahasiswa baru akan tanggungjawab akademik dan sosialnya sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. OSPEK dan Pendidikan Karakter Hubungan antara OSPEK dan pendidikan ka­ rak­ter yang diusung UNY adalah dengan me­ wu­ judkannya lewat tema OSPEK, “Dengan Pen­didikan Karakter, Menuju Kebangkitan Indo­ ne­sia baru”. UNY sebagai kampus pendidikan bertekad menjadikan kampus ini sebagai pusat kajian tentang pendidikan karakter di Indone­ sia. Dengan mengangkat 3 pilar utama, yaitu Bertakwa, Mandiri, dan Cendikia, UNY optimis mampu berkontribusi bagi perbaikan pendidik­ an di Indonesia. “Sekilas visi tersebut tidaklah berbeda den­ gan visi sebelumnya, yang menempatkan seca­

16

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

ra berturut-turut kata cendekia, mandiri, dan bernurani, sebagai dasar pijakan mencapai citacita Universitas. Akan tetapi keduanya tetap memiliki landasan epistemologis yang berbe­ da. Jika kita menempatkan kata cendekia, seba­ gai pondasi awal mencapai cita-cita UNY, ma­ ka UNY akan cenderung lebih dulu berorientasi pada pengembangan intelektual. Padahal ke­ cerdasan intelektual tanpa didasari kecerdasan nurani/moral, maka hasil yang diperoleh akan kurang baik. Berbeda halnya, jika UNY lebih du­ lu mengutamakan kecerdasan spiritual, moral, disusul kemandirian, dan kecerdasan intelektu­ al, maka hasil yang UNY capai akan lebih baik karena memiliki fondasi awal yang kokoh yang berupa niat baik serta nilai ketakwaan. Itulah mengapa mulai tahun 2011 UNY bersepakat untuk mengubah visi “Cendekia, Mandiri, dan Bernurani” menjadi “Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia”. Dua hal yang sekilas sama, tetapi se­ cara filosofis sungguh sangat berbeda,” terang Rochmat Wahab lagi. Demikianlah tiga pilar pokok yang ditawar­ kan UNY yang terbungkus dalam produk Pendi­ dikan Karakter untuk mengatasi persoalan pen­ didikan di Indonesia. Pembangunan karakter mahasiswa menjadi sorotan utama demi mene­ mukan kembali orientasi pendidikan yang su­ dah sekian waktu mengalami pergeseran. Pen­ didikan bukan hanya soal kemampuan untuk menguasai informasi dan teknologi, melainkan suatu kemampuan untuk menginternalisasikan nilai dalam kehidupan. Mahasiswa harus benarbenar memiliki karakter yang kuat agar dapat berperan dalam penyelesaian persoalan­yang dialami bangsa Indonesia. Demikianlah, jika masih ada semangat dari mahasiswa untuk­sa­ ma-sama mengamalkannya maka bukan tidak mungkin kita akan kembali menjadi bangsa  yang merdeka seutuhnya.


laporan utama

Serba-serbi Display UKM UNY Tepat tanggal 3 Agustus 2011, OSPEK hari kedua digelar. Pelaksanaan OSPEK dilakukan di Gedung Olahraga (GOR) UNY. Mulanya saya kesulitan mendapatkan akses masuk untuk peliputan OSPEK. Namun berbekal surat tugas dari Humas UNY, akhirnya saya dapat masuk untuk meliput. Agenda hari kedua OSPEK adalah Display Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UNY. Oleh R h e a Y us t i t i e

D

isplay UKM adalah ajang UKM mema­ merkan keunikan juga kemampuan tiap-tiap UKM yang ada di UNY. Ma­ suk ke GOR sungguh luar­biasa me­ nurut saya. Antusias maba mengikuti rangkai­ an display sungguh besar. Display berlangsung mulai pukul tujuh pagi dan dibuka oleh Wakil­ Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Saya ber­ kesempatan duduk di kursi tamu VIP. Kebetulan sebelah saya adalah Ari Kurniawijaya, Koordi­ nator Display UKM UNY 2011. Saya dan Ari mulai berbincang-bincang. Ari menceritakan pengalamannya menjadi koordi­ nator Display UKM. Display UKM kali ini men­ gusung tema “UKM sebagai Wadah Kreativitas

yang Berorientasi pada Pendidikan Karakter”. Bagi Ari berada dalam suatu kepengurusan ti­ daklah asing. Ari tercatat sebagai anggota UKM musik UNY atau yang lebih kita kenal UKM SIC­ MA. Menjadi koordinator dalam acara yang me­ li­batkan orang banyak, baru sekali ini ia rasa­ kan. Memang awalnya gugup, juga ada rasa kurang yakin untuk mengoordinasi acara sebe­ sar Display. Namun, akhirnya Ari berhasil me­ naklukannya. Terbukti, kurang lebih 5.403 ma­ hasiswa duduk menikmati serangkaian acara Display UKM. 25 dari 37 UKM yang ada di UNY ikut serta aksi “pamer” ini. Memang tidak semua UKM ikut serta dalam display. Tapi, menurut Ari, hal

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

17


laporan utama ini dirasa adil. UKM yang tidak dapat mengiku­ti display ini sedang merasakan punishment-nya karena pada pentas kolaborasi dalam rangka­ Dies Natalis UNY bulan Juni lalu tidak mau ber­ partisipasi dalam kepanitiaan. Hal ini sangat disayangkan, mengingat Display UKM adalah ajang promosi UKM terbesar. Inilah risiko bagi­ kawan-kawan UKM yang dirasa kurang bisa di­ ajak bekerjasama. Puasa bukan Halangan Hampir 50% maba UNY adalah umat muslim yang sedang melakukan ibadah puasa, begitu­ juga dengan saya. Cuaca hari itu begitu panas, sehingga godaan untuk minum sangat tinggi. Begitu saya melihat antusias kawan-kawan ma­ ba dalam mengikuti display, hilang­sudah ha­us yang saya rasakan. Begitu juga dengan Ari, me­ nyelenggarakan acara yang melibatkan­banyak orang dan terlihat sangat rumit memang­tan­ tangan berat. Namun, ada sisi positif dari pe­ nye­lenggaraan acara di bulan puasa ini baginya.­ OSPEK pada saat puasa bisa jadi kegiatan seha­ rian penuh hingga menjelang buka puasa. De­ ngan adanya OSPEK ini maka tidak ada alasan bermalas-malasan karena sedang puasa. Riuh-renyah maba terdengar sangat antusias melihat gelar dari beberapa UKM yang tampil di awal seperti Catur, Resimen Mahasiswa, be­ berapa UKM keagamaan seperti KMHD,­IKMK, PMK juga UKKI dan yang lainnya.­Ternyata­pua­ sa bukanlah halangan maba untuk­bersema­ ngat mengikuti OSPEK hari itu. Jika­dilihat se­ ki­las­yang tampak adalah wajah-wajah gembira dan antusias dari maba. Ari pun mengungkap­ kan kebahagiaannya. Hasil kerja kerasnya ber­

bu­lan-bulan mempersiapkan Display UKM di­ rasa­berhasil. Ditanya mengenai tujuan utama­ diadakannya Display UKM, Ari menegaskan bahwa acara yang hampir tiap tahun diusul­ kan untuk digelar ini bertujuan mempromosi­ kan UKM-UKM yang ada di UNY sebagai usaha meregenerasikan UKM yang sudah ada. Melihat minimnya minat mahasiswa terhadap UKM ta­ hun lalu, maka Display kali ini memang sangat diupayakan untuk bisa diadakan dan akhir­nya bisa terselenggarakan. UKM-UKM yang berkesempatan mengikuti­ display pun tidak menyia-nyiakan kesempatan­ ini. UKM seperti Menwa, pecinta alam atau MADAWIRNA, KSR-PMI, Marching Band CDB, Pramuka, dll., sudah berlatih berbulan-bulan untuk tampil maksimal di acara ini. Tujuan me­ reka hampir sama supaya bisa menarik perha­ tian maba dan maba tertarik menyalurkan mi­ natnya pada salah satu UKM di UNY ini. Besar harapan mereka untuk mampu melanjutkan re­ generasi dari masing-masing UKM. Cahyo Pur­ nomo Edi, mantan Ketua Forum KomunikasiUKM periode 2010-2011, yang kebetulan duduk tak jauh dari posisi saya pun mengungkapkan besar harapannya untuk maba mengenal baik tiap-tiap UKM yang ada di UNY. Tentu saja se­ lain saling mengenal, maba mau ikut aktif be­ lajar berorganisasi di UKM yang mereka minati. Menurut Cahyo, belajar berorganisasi merupa­ kan satu langkah belajar untuk menunjang ke­ mampuan softskill mahasiswa. foto-foto:heri p/pwara dinamika

18

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Tidak berjalan lancar Saya melanjutkan kegiatan meliput berita ini. Saya mulai berjalan mengelilingi GOR, ber­ jalan dari tribun fakultas satu ke fakultas lain. Disamping itu, acara display masih berlang­ sung dengan riuhnya. Sepertinya tidak ada rasa lelah bagi maba. Yel-yel dari fakultas per fakul­


laporan utama tas terus berkumandang menyoraki tiap-tiap UKM yang sedang show up. Sampai ketika saya sedang berdiri di tengah-tengah tribun antara mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan Fakultas Teknik (FT), saat itu UKM Unit Studi Sastra dan Teater (UNSTRAT) sedang menampil­ kan aksinya untuk promosi UKM-nya. Semacan tarian yang dilakukan oleh beberapa orang pe­ nuh dengan perlengkapan yang melekat pada­ masing-masing penarinya. Saya masih asyik me­nik­ma­ti tontonan tersebut, hingga tiba-tiba­ dikejutkan suara ribut di belakang saya. Bebera­ pa panitia bertanya kepada saya, ”Mbak kena­ pa kawan-kawan FT balik badan?” Saya sempat tidak paham dengan pertanyaan panitia,­sam­ pai saya menengok ke samping-belakang saya. Benar saja, kawan-kawan maba dari FT mem­ balik badan mereka, bahkan hal serupa dila­ ku­kan oleh maba fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) ju­ ga dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam (FMIPA). Saya lantas bertanya kepa­ da panitia OSPEK dari FT, hampir dari semuanya menjawab tidak tahu sebabnya. Mereka hanya­ menerima instruksi dari koordinator masingmasing agar menginstruksikan balik badan. Hanya FBS juga Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang masih asyik menyaksikan UKM UN­ STRAT unjuk gigi. Saya merasa bingung dan aneh­dengan tindakan seperti ini, baru sekali­ ini saya melihat instruksi balik badan. Saya me­ mu­tus­kan keluar dan mencari informasi lebih lanjut. Hampir semua orang yang saya jumpai dan tanyai mengaku tak tahu menahu sebab­ nya. Sampai saya bertemu salah satu maba dari FISE, Meryda Prabandari yang mengaku aksi ba­ lik badan ini dilakukan karena penari UKM UN­ STRAT memakai kostum yang dianggap tidak berkarakter karena tidak sesuai dengan ruju­ kan tema OSPEK yang dimaksudkan untuk me­

majukan pendidikan karakter. Saya berdecak dan mulai mengingat-ingat kostum seperti apa yang dipakai kawan UKM UNSTRAT. Mereka me­ makai kostum yang sedikit banyak seperti yang digunakan orang primitif. Dalam pertunjukan­ nya ini, UNSTRAT sebenarnya ingin menyam­ paikan pesan bahwa masyarakat primitif pun mampu menjaga alam mengapa masyarakat modern kurang bisa menjaga alam. Sayangnya, pertunjukan mereka dianggap kurang mencer­ minkan kepribadian yang berkarakter. Display masih terus berjalan sampai akhir­ nya­di akhir acara, FIK meninggalkan GOR UNY lebih dulu dibanding maba dari fakultas­lain. Banyak hal yang dapat dijadikan catatan­evalu­ asi untuk pelaksanaan display tahun depan. Bah­­kan, Herwin Yoga Wicaksono selaku­Wakil­ Dekan III FBS yang saya temui di lain tempat­ meng­ung­kapkan kekecewaannya. Herwin­ meng­­ung­kapkan bahwa atas nama FBS yang me­ru­pakan fakultas sarat seni menilai UNSTRAT­ hanya ingin menyampaikan sesuatu melalui karya pertunjukannya. “Tidak benar jika apa yang dipertunjukkan itu tidak cocok dengan ke­ priba­dian bangsa. Seharusnya tidak perlu ada peristiwa balik badan. Ini catatan untuk tahun depan. Tidak seharusnya seni dinilai sesempit itu. Mari kita belajar seni!” imbaunya. Senada dengan Herwin, Cahyo dan Ari sa­ ngat menyayangkan peristiwa ini. Display yang dinilai dari awal berjalan lancar dan tertib­ harus ada kejadian seperti ini. Akhirnya semua mengharap agar kejadian ini tak berulang lagi dan seni bisa dinilai lebih luas dan luwes lagi, sehingga ke depan Display UKM UNY benar-be­ nar bermanfaat sebagai ajang promosi UKM. 

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

19


laporan utama Prof. Dr. Djoko Pekik, M.Kes.

Belajar, Belajar, dan Belajar “Belajar itu indah, belajar itu nyaman, belajar itu kebutuhan”. Itulah slogan dalam belajar yang diutarakan Prof. Dr. Djoko Pekik, M.Kes., Deputi Bidang Keolahragaan dan Pejabat Sementara Sesmeneg Kemenpora, dalam stadium general pada OSPEK UNY 2011 di GOR UNY. Mengusung tema “Budaya Belajar yang Bermartabat”, Djoko Pekik memberi dukungannya untuk para mahasiswa baru yang bersiap menghadapi perkuliahan di UNY. Oleh Ariska P ra s e t ya n awat i

P

roses pembelajaran mengandung tiga esensi pokok. Ketiganya yaitu, belajar adalah kewajiban, belajar adalah hak, dan lebih dari itu, belajar adalah kebu­ tuhan. Jika kita menggunakan ketiga esensi itu sebaik-baiknya, maka kita bisa berhasil melalui proses perkuliahan di fakultas masing-masing, sesuai dengan jurusan dan potensinya. Di balik ketiga esensi tersebut, belajar juga­ mempunyai makna. Pertama, makna belajar ada­lah untuk mempertahankan kehidupan (sur­ vival). Kita pahami bahwa dunia semakin meng­ global dan keras untuk dihadapi, sehingga­di­ bu­tuhkan upaya-upaya tepat yang tidak bisa ditawar lagi. Upaya itulah yang kita dapat dari

foto-foto:heri p/pwara dinamika

20

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

proses pembelajaran. Makna kedua adalah un­ tuk mendapat kemandirian karena belajar ada­ lah suatu kegiatan untuk meningkatkan potensi dan mengembangkan wawasan. Terakhir, mak­ na belajar dapat mengubah kehidupan ke arah lebih baik dan berkualitas. Belajar adalah bagian ibadah. Kita harus ber­pedoman pada landasan tersebut. Jika kita menyadari hal itu, kita akan bisa belajar dengan ikhlas, sehingga hasilnya baik dan maksimal. Sesungguhnya niat belajar adalah untuk men­ dapatkan “kebutuhan” dunia dan akhirat. Bela­ jar tidak bisa kita identikkan untuk keberhasil­ an yang bernilai duniawi saja, melainkan dapat menambah pengetahuan kita terhadap bekalbe­kal yang bisa kita bawa di akhirat kelak, se­ hingga kita berhasil juga mendapatkan nilai akhirat yang lebih kekal. Dengan memahami kebutuhan untuk dunia dan akhirat ini, saya ja­min setiap individu yang mau belajar akan mendapatkan sesuatu yang bermakna dalam kehidupan kita. Satu hal lagi bahwa dengan be­la­jar, kita bisa masuk dalam alur kompetisi­ dan menakhlukan kompetisi itu karena kemam­ puan kompetensi yang kita asah terus lewat pro­ses belajar. Kita bisa belajar dengan baik dan maksimal dengan syarat harus memperhatikan tiga daya dalam proses belajar yang bermartabat. Daya yang pertama adalah daya fisik. Saat ini, sudah saatnya kita menghilangkan cara belajar wa­ yangan. Besok ujian, malam ini kita lembur be­ lajar. Kita memerlukan manajemen waktu yang sesuai dan harus disiplin menjalaninya supaya


laporan utama

sistem belajar kita lebih terarah. Yang kedua, daya emosional. Daya emosional menuntut ki­ ta mampu melakukan empati kepada diri kita sen­diri dan pada orang lain. Wujudnya, tujuan kita belajar ialah untuk mengasah potensi dan wawasan yang ada dalam diri kita, lantas kita pun wajib membagi atau mentransfer ilmu ki­ ta kepada orang lain, sehingga ilmu tersebut tidak putus sampai di diri kita saja. Kemudian yang ketiga adalah daya fikir. Ke­ mampuan berfikir seseorang tentu berbeda-­be­ da dengan orang lain. Namun, cara yang pa­ling ampuh untuk meningkatkan dan mem­per­ta­ han­­kan kemampuan berfikir kita berupa pola­ pem­belajaran yang harus dianut seseorang ada­ lah belajar secara terus menerus. Jadi bukan belajar dengan sistem kebut semalam hanya untuk kebutuhan ujian esok harinya. Sekali la­

gi, manajemen waktu sangat perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam kesempatan ini, saya akan membeber­ kan kebiasaan yang dilakukan orang sukses, yang bisa kita simpulkan menjadi kebiasaan orang sukses. Untuk menjadi sukses, orang ha­ rus mampu mengenali diri sendiri karena de­ ngan mengenali dirinya, kita akan mengeta­ hui kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Dari kekurangan dan kelebihan inilah kita bisa­me­ mahami apa saja yang kita butuhkan dan yang perlu kita hindari supaya diri kita semakin ber­ kem­bang dan tidak terjerumus dalam pemi­kir­ an yang dapat menjatuhkan kemampuan kita. Orang sukses juga selalu memiliki semangat untuk berubah, pantang menyerah, dan posi­ tive thinking. Ketiga perihal itu akan membuat kita selalu terpacu melakukan inovasi-inovasi yang membangun, tidak terpuruk dalam keg­ agalan yang dihadapinya, melainkan bangkit dari kegagalan, dan berprinsip bahwa semua hal jika dilakukan dengan penuh optimis pasti­ akan menelurkan keberhasilan sesuai harapan.­ Lalu, kebiasaan orang sukses yang paling men­ dasar adalah memiliki manajemen waktu. Den­ gan manajemen waktu yang teratur, kita akan menjadi individu yang menghargai proses pem­ belajaran, sehingga terdorong untuk selalu me­ lakukan hal terbaik dan memaksimalkan pro­ ses belajar. 

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

21


laporan utama Prof. Suyanto, Ph.D.

Kuliah dan Teknologi Harus Berdampingan “Jadi apa setelah kuliah? Ini pertanyaan penting bagi saudarasaudara yang telah bersaing dengan puluhan ribu caloncalon mahasiswa UNY lainnya.” Itulah kalimat pembuka yang disampaikan Prof. Suyanto, Ph.D., Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional, kepada mahasiswa baru UNY dan calon cendekia muda UNY. Lewat stadium generalnya yang bertema “Mahasiswa dalam Perspektif Persaingan Global’, mantan Rektor UNY ini membuka wacana betapa pentingnya hubungan antara mahasiswa dan teknologi untuk terlibat dalam persaingan global. Oleh R h e a Y us t i t i e

U

ntuk menjawab pertanyaan pembu­ ka di atas, ada tiga peluang yang bi­ sa dipilih seorang mahasiswa sese­ lesainya mahasiswa tersebut dari se­­buah perguruan tinggi. Mahasiswa bisa­me­ mi­­lih menjadi ilmuwan, menjadi pemimpin, menjadi enterpreneur, atau justru ketiganya. Yang terpenting, seorang mahasiswa harus me­ milih dan harus mempunyai cita-cita. Jika ingin menjadi ilmuwan, maka mahasis­

foto-foto:laode/pwara dinamika

22

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

wa tersebut harus memiliki karakter khusus da­ri seorang ilmuwan. Seorang ilmuwan tidak mudah percaya tanpa analisis. Contohnya pada­ kasus contek massal di Surabaya tempo lalu, se­ orang ilmuwan tidak boleh langsung percaya bahwa contek massal tersbut memang benarbe­nar ada, melainkan harus melakukan anali­sis terlebih dahulu baru kemudian memberi kepu­ tusan dan kesimpulan bahwa contek massal ter­sebut benar ada atau justru tidak terbukti­ benar. Seorang ilmuwan juga harus memiliki kei­ ngintahuan yang kuat. Sebagai mahasiswa yang bercita-cita menjadi ilmuwan, Saudara harus


laporan utama

sarana untuk berdialog antara satu dengan­ yang lain. Dengan dukungan teknologi kita bi­ sa melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan le­ bih efisien. Menyitir dari istilah yang diutarakan Presid­ en AS, Barack Obama, bahwa di dalam menja­ wab tuntutan global seperti saat ini, sebuah sistem harus memiliki kompeten yang paling ahli, serta komitmen yang kuat kepada penel­ itian dan teknologi. Luar biasa! Maka, untuk mecapai keberhasilan di dalam aktivitas seba­ gai mahasiswa, kita harus mampu bergerak ce­ pat dan berdampingan dengan teknologi yang mendukung kita jika kita bijak menggunakan­ nya. 

foto-foto: dokumen humas unY

ber­hasrat untuk mendapatkan dan mengetahui­ hal-hal yang baru. Salah satu caranya adalah dengan banyak membaca berbagai sumber in­ formasi dan pengetahuan. Seorang ilmuwan ha­rus menjunjung tinggi nilai kejujuran supa­ya tidak dijuluki seorang plagiator karena plagia­ risme harus terus dikikis dalam sebuah pergu­ ruan tinggi sebagai wujud implementasi pen­ didikan karakter. Untuk itu, ilmuwan harus mampu berpikir kreatif dalam mencoba ber­ bagai hal yang positif, inovatif, dan imajinatif atau berfikir futuristik karena imajinasi mer­ upakan hal yang sangat penting. Bagaimana pun, semua teknologi lahir dari imajinasi. Bagaimana dengan karakteristik pemimpin? Seorang pemimpin harus jujur, adil terhadap tim kerja, harus menjadi panutan (role model), demokratis, peduli terhadap kebutuhan rekanrekan secara vertikal dan horisontal, dan tegas. Dari itu semua, seorang pemimpin harus tahan banting, baik fisik maupun mental. Pemimpin tidak boleh sakit-sakitan atau merasa putus asa supaya bisa memimpin dengan optimal. Terakhir adalah karakteristik enterpreuner. Seorang enterpreuner harus mampu bersikap fleksibel dan mampu membaca situasi yang se­ lalu berubah. Selain itu, harus kreatif, bersifat otonomi atau tidak tergantung pada siapa pun, imajinatif, memiliki kemauan untuk berpresta­ si yang tinggi, memiliki sistem kendali, berjiwa leadership, mau bekerja keras, memiliki kemam­ puan persepsi, dan berani mengambil risiko. Saat ini kita berada dalam sistem teknologi­ yang semakin mengglobal dan menjamah siapa­ saja. Untuk itu, teknologi harus menjadi­teman­ dalam hal pembelajaran di perkuliahan. Untuk mengawali ini, kita harus mengetahui ciri-ciri teknologi di era global. Teknologi saat ini me­ miliki kecepatan (speed) yang melaju pesat yang terbukti dengan sistem pemograman yang se­ lalu diperbaharui dan alat-alat teknologi yang tumpah ruah di pasaran dengan berbagai ke­ le­bihannya. Teknologi juga menuntut keterhu­ bungan (connectivity). Misalnya milis yang me­wa­dahi kita untuk mendiskusikan apa saja, kapan saja, dan dengan siapa saja tanpa ter­ batas. Selanjutnya intangible (suatu hal yang tidak tampak tetapi tetap ada), yang bisa dicontoh­ kan dengan email. Kita tidak bisa melihat wu­ jud dari aktivitas email, namun nyatanya kita bisa mempercayakannya untuk mengirim apa saja. Ciri terakhir adalah compatibility atau

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

23


liputan khusus

Dibalik berdirinya Fakultas Ekonomi UNY

dokumen humas uny

Demo atau aksi memang identik dengan mahasiswa. Hampir 6 tahun mahasiswa rumpun keilmuan ekonomi berjuang untuk terselenggaranya Fakultas Ekonomi (FE). Akhirnya Agustus 2011 FE resmi didirikan meskipun pemangku jabatan dekan masih sementara, Sardiman AM, M. Pd. Mulanya memang belum ada keinginan­ membangun fakultas baru untuk rum­ pun ekonomi. Selama ini UNY mengga­ bungkan rumpun keilmuan ekonomi dalam rumpun keilmuan sosial. Berbe­ da dengan universitas setara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang lain seperti UNESA, UNNES, atau UNS, UNY termasuk LPTK yang terlam­ bat dalam menyelenggarakan FE. Hal ini bukanlah suatu halangan untuk men­jadikan FE UNY kalah bersaing de­ ngan FE LPTK lain. Rektor UNY, Prof. Dr. Rohmat Wahab MA, M. Pd., dalam 24

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

pidato peresmian FE mengungkapkan bahwa keterlambatan dibukanya FE me­ ru­pakan sikap hati-hati dalm melaku­

kan pengembangan kampus. Keinginan mahasiswa rumpun keil­ muan ekonomi untuk berpisah dari keil­ muan sosial cukup besar. Hal ini dibuk­ tikan dengan adanya aksi mahasiswa yang rutin digelar sejak 2006. Ketaku­ tan anggapan tidak diakuinya Sarjana Ekonomi yang berasal dari Fakultas Il­ mu Sosial dan Ekonomi-lah yang mela­ tarbelakangi aksi-aksi tersebut. Pandu Adhi Wicaksono S. E., mantan mahasis­ wa rumpun ekonomi yang ikut aktif ber­juang mendirikan FE. Pandu pernah­ tercatat sebagai Ketua Himpunan Ma­


liputan khusus

hasiswa (Hima) Manajemen periode 2006-2007 juga merupakan salah satu pen­diri Forum Komunikasi Mahasiswa Rumpun Ekonomi (FKMRE). Bukan Sekadar Aksi FKMRE inilah yang disebut-sebut se­ ba­gai tonggak berdirinya FE. Pandu­me­ ngatakan bahwa pada dasarnya Fakul­ tas Ilmu Sosial (FIS) berbeda dengan de­ ngan FE. Keberadaan prodi-prodi rum­pun ekonomi dalam FIS dianggap ti­­dak masalah namun bagi Pandu jika hal ini dibiarkan terus menerus akan me­ru­gikan lulusan rumpun ekonomi.

Ketidakpercayaan dunia kerja pada SE yang lulus dari FIS cenderung tinggi. Oleh sebab itulah Pandu dan kawankawan yang tergabung dalam FKMRE berjuang memisahkan FIS dan FE. Banyak usaha yang terus dilakukan dari tahun ke tahun. Di antaranya ada­ lah menggelar demo atau aksi. Diawali pada OSPEK 2006, mahasiswa baru bah­ kan diajak serta untuk memperjuang­ kan FE. Audiensi dengan Alm. Prof. H Su­ geng Mardiyono, PhD., mantan Rektor UNY sempat dilakukan. tidak sampai itu saja kemudian FKMRE terus berdiskusi, menggelar aksi demi terwujudnya mi­

si mereka bersama. Akhirnya FKMRE di­ akui oleh Dekan FISE, Sardiman Am, M. Pd. Kemudian Sardiman mengeluarkan surat dukungan penuh akan berdirinya FE serta mendukung penuh FKMRE se­ bagai wadah perkembangan FE. Tidak ada gading yang tak retak, pro dan kon­ tra terus terjadi dalam usaha pe­res­mian FE. Pembacaan kurangnya­tenaga pen­ didik yang berkompeten adalah salah satu tembakan kontra fakultas ini berdi­ ri. Selebaran gelap hampir selalu ada di pojok fakultas untuk menentang berdi­ rinya FE. Sampai akhirnya, Agustus 2011 FE resmi dibuka sebagai fakultas baru di UNY. Menurut Pandu, berdiri­nya FE merupakan salah satu poin dalam suatu grand design. Masih ada banyak catatan yang harus dilakukan untuk pengembangan FE kedepan. Bangga FE diresmikan Selain kebanggaan atas resmi ber­ di­rinya FE, Pandu yang kini resmi me­ nyan­ dang gelar SE mengungkapkan­ harapannya kedepan. Pandu sangat ber­ harap nantinya seluruh civitas aka­de­­ mika yang baru harus mampu mem­buk­­ tikan secara nyata bahwa ilmu eko­no­mi dapat berkembang jauh lebih pesat dibawah bendera Fakultas Ekonomi­ UNY. Besar kemungkinan nama FE beru­ bah lagi menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNY, namun ini hanya pan­ dangan saya,” lanjut Pandu. Ades Se­tya­ ningsih, mahasiswi Ilmu Manajemen­ UNY tingkat akhir juga mengaku bang­ ga akhirnya FE resmi berdiri. Ades sem­ pat ikut serta memperjuangkan FE ber­ sama Pandu, baginya lelah unjuk aksi memperjuangkan pendirian FE terba­ yar sudah. Ades yang sedang menem­ puh skripsi menyatakan siap untuk lu­ lus sebagai SE resmi dari FE. Ades pun punya harapan yang sama seperti Pan­ du yaitu perjuangan yang selama ini dilakukan sampai berdirinya FE tidak dilupakan begitu saja. ”Besar harapan kami untuk melihat FE lebih baik dari sekarang, estafet perjuangan harus se­ lalu ada dan kami percaya kalian bisa,” pesan pamungkas Pandu. Rhea Yustitie

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

25


liputan khusus

Fakultas Ketujuh yang Ditunggu

Dokumen humas uny

Bertambah lagi hari bersejarah bagi UNY. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23/2011 tertanggal 22 Juni 2011 tentang organisasi tata kerja UNY, akhirnya UNY berhasil meresmikan Fakultas Ekonomi (FE) pada 30 Juli 2011. Acara peresmian tersebut dilaksanakan di pelataran gedung Dekanat FE dan dihadiri oleh segenap dosen dan pegawai UNY. FE yang merupakan fakultas ketujuh mi­ lik UNY kini telah mantap berpijak. Hal ini ditandai dengan kokohnya gedung Dekanat FE yang berdiri di atas lahan seluas luas 2.898 m2. Gedung yang ter­ diri dari tiga lantai ini telah menelan da­ na APBNP sebesar Rp9.158.209.465,38. (sembilan milyar seratus lima puluh de­ lapan juta dua ratus sembilan ribu em­ pat ratus enam puluh lima koma tiga puluh delapan rupiah). Pendirian fakultas ini sudah dirintis­ sejak dua tahun yang lalu. Dasarnya­ ada­lah keberadaan program studi Ma­ 26

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

na­jemen dan Akuntansi yang saat itu ma­sih bernaung di bawah bendera­Fa­ kul­tas Ilmu Sosial (FIS) pernah dike­luh­­

kan alumni karena mengalami per­ma­ sa­lahan di organisasi profesi. Keluhan tersebut kemudian ditindaklanjuti de­ ngan rencana pendirian FE yang terle­ bih dahulu dijembatani dengan peru­ bahan FIS menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Sutrisna Wibawa, M.Pd., selaku Wak­ il Rektor II menjelaskan bahwa usulan pendirian FE ini sudah disampaikan se­ jak setahun lalu. Sebelum ditandatanga­ ni Menteri Pendidikan Nasional, sudah lebih dulu disetujui Menteri Pendaya­ gunaan Aparatur Negara dan Reforma­


liputan khusus

si Birokrasi. Persetujuan inilah yang se­ makin memantapkan niat UNY untuk membangun gedung dekanat FE yang kini menjulang di antara fakultas-fakul­ tas lainnya. “Nantinya di bagian bela­ kang gedung tersebut akan dibangun lagi gedung setinggi empat lantai untuk kegiatan perkuliahan FE. Pembangunan gedung-gedung ini dalam rangka me­ menuhi kebutuhan pengembangan aka­ demik,” jelas Sutrisna Wibawa. Jumlah mahasiswa dari tahun ke ta­hun­semakin bertambah, seiring­de­ ngan­perkembangan program studi­dan daya tampung secara nasional. Dalam perkembangan ini, tentu tidak dapat dipungkiri bahwa UNY membutuhkan­ fasilitas yang memadai. “Perkembang­ an jumlah mahasiswa harus diikuti de­ ngan penambahan fasilitas, salah sat­ unya gedung. Disamping itu, dengan­ adanya pengembangan Fakultas Ekono­ mi, maka dibutuhkan pembangun­ an­

jaga ukhuwah terkait dengan keilmuan, kemanusiaan antarsesama dan sejawat komunitas FISE. Sebab visi di fakultas sesuai dengan UNY yaitu misi kependi­ dikan. Di samping itu secara keilmuan, adanya FE terkait kajian dan studi ten­ tang ekonomi akan lebih cepat dan ma­ ju karena lebih fokus. Dari segi ukhu­ wah kemanusiaan, karena berasal dari satu komunitas yang sama, sehingga saling membantu untuk berkembang bersama-sama. “Mudah-mudahan akan menjadi pertimbangan dan apa yang Rumpun Keilmuan Lahirnya fakultas baru FE maupun dimaksud dengan perluasan mandat.,” FIS, jumlah mahasiswa diperkirakan harapnya. Dalam sambutan peresmiannya, ber­ tambah, sehingga dimungkinkan pe­­ngem­bangan Prodi sesuai tuntutan Rek­tor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, per­ kembangan. Dimungkinkan akan M.Pd., M.A., mengatakan bahwa FE me­ tum­buh program studi baru, seperti­ miliki dua tugas utama. Pertama, FE ber­ Eko­nomi Syariah atau Ekonomi Islam.­ tanggung jawab mengawal pendidik­an Sementara Dekan FISE sekaligus pejabat ekonomi yang secara historis merupa­ Dekan FE, Sardiman AM, M.Pd., berha­ kan bagian dari rumpun keilmuan so­ rap pemekaran fakultas ini tetap men­ sial dalam konteks ilmu kependidikan. Ke depan diharapkan terus ada koordi­ nasi dengan ilmu-ilmu sosial untuk me­ majukan Ilmu Pengetahuan Sosial, baik dalam jenjang pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, maupun menengah. Kedua, FE merupakan suatu institusi­ yang mengawal ilmu ekonomi­bertang­ gung jawab juga mengembangkan ilmu-­ilmu ekonomi dan menghasilkan­ ahli ekonomi yang dilandasi nilai-ni­lai religius dan visi kerakyatan.­Sela­in­itu, FE diharapkan mampu meng­op­ti­mal­ kan­SDM-nya untuk terus meningkat­ kan profesionalisme, sehingga dapat mem­berikan kontribusi yang berarti­ba­ gi pengembangan keilmuan dan meng­ hasilkan intelektual muda bidang­eko­ nomi. ru­ang-ruang untuk kegiat­an­ akademik­ Fakultas Ekonomi,” papar Sutrisna­Wi­ bawa. Pembangunan sendiri merupa­ kan bagi­an dari rencana pengemba­ ngan induk UNY yang mengatur­zona kam­pus dan terbagi atas zona akade­ mik, zona perkantoran, zona kegiatan kemahasiswaan, zona fasilitas umum, zona usaha, dan taman kuliner Karang­ malang yang telah diresmikan penggu­ naannya.

Ariska Prasetyanawati

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

27


kabar dari luar Kewirausahaan Belum Menjadi Pilihan Mahasiswa dan Pemuda

Hanya 4 dari 100 yang Bertahan 5 Tahun

dokumen pribadi

Asisten Deputi Pengembangan Kemitraan dan Keolahragaan Kemenpora Ir Imam Bonila Sombu (kiri) membuka diskusi kewirausahaan untuk Mahasiswa yang menghadirkan dua pembicara yakni Pengusaha Muda Yogyakarta Firmansyah Budi Prasetyo (duduk dua dari kiri) dan Ketua II Kospin Jasa Teguh Suhardi (duduk dua dari kanan)

Kewirausahaan hingga kini belum men­jadi pilihan utama bagi generasi mu­da. Padahal pilihan tersebut membe­ ri­kan kesempatan bagi pemuda untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi­ masyarakat yang ada di sekitarnya. Kondisi tersebut, tidak hanya dipen­ garuhi oleh mindset dan keinginan yang masih rendah. Namun juga dipenga­ruhi oleh sulitnya untuk mengakses permo­ dalan dari lembaga keuangan. Hal terse­ but diakibatkan kebijakan lembaga ke­­u­ang­an yang memilih untuk menya­ lur­­kan bantuan keuangan kepada usaha­ yang sudah berjalan dengan baik. Kebijakan tersebut menunjukan arah bantuan modal hanya dapat­diak­ses un­ tuk pengembangan usaha.­Semen­tara sebagai pemain baru dalam usa­ha,­ma­ hasiswa atau pemuda­menurut­Dia, mem­­bu­tuhkan bantuan­ permodalan­ un­­­tuk memulai usaha. “Mana mungkin­ ki­ta akan memulai­usaha­jika tanpa mo­ dal. Dan hal tersebut tentunya membu­ tuh­kan akses yang tidak mudah,” tu­ tur Ketua II Kospin Jasa Teguh Suhardi 28

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

dalam diskusi kewirausahaan untuk Ma­ha­sis­wa beberapa waktu lalu. Mengutip hasil sejumlah survey yang dilakukan, tercatat saat ini baru­seban­ yak 100 sarjana yang menjadi wi­ra­usaha baru, hanya hanya 20 orang yang dapat bertahan hingga di tahun ke­dua. Dari jumlah tersebut tercatat hanya ada em­ pat orang yang mampu mempertahan­ kan usahanya hingga di ta­hun kelima. Kenyataan tersebut menurut Dia, harus disikapi oleh lembaga keuangan untuk mengeluarkan kebijakan baru me­ nge­ nai bantuan permodalan bagi wi­­ra­u­sa­ha baru. “Kredit tanpa agunan dala berbagai bentuk namun memiliki­ tujuan bantuan permodalan dapat men­ ja­di­solusi yang tepat,” tambahnya. Pengusaha Muda Yogyakarta Fir­ mansyag Budi Prasetyo mengatakan, men­jadi wirausaha adalah sebuah pili­ han jalan hidup. Hal tersebut tidak han­ ya dapat diambil berdasarkan bakat dan keinginan dari seseorang. Perkem­ bangan ilmu pengetahuan telah men­ jadikan kegiatan kewirausahaan dapat

dipelajari di bangku pendidikan. Dalam mengembangkan bisnis, na­ ma produk menurut Dia, memiliki per­ anan paling penting untuk memulai usaha. “Nama menjadi magnet utama yang akan bersentuhan secara langsung­ dengan masyarakat yang nantinya akan menjadi konsumen,” tandas pemilik usa­ha Tela Krezz tersebut. Selain itu, faktor dominan lain yang mempengaruhi pengembangan usaha adalah kualitas dari produk yang diha­ sil­kan. Jika bisnis yang dikembangkan dalam hal kuliner, maka kualitas rasa menjadi factor yang tidak dapat dita­ war. Sementara jika usaha yang diba­ ngun dalam bidang jasa, maka kualitas pelayanan dinilainya menjadi hal yang harus selalu mendapat perhatian. Sementara Asisten Deputi Pengem­ bangan Kemitraan dan Keolahragaan Kemenpora Ir Imam Bonila Sombu me­ nilai, kewirausahaan menjadi salah sa­ tu solusi memberikan kegiatan bagi ma­ hasiswa maupun pemuda. Tidak hanya untuk mengisi waktu, namun demikian


kabar dari luar kegiatan yang bernilai positif tersebut berpeluang untuk terus dikembangkan sebagai modal melanjutkan kehidupan. Dengan mengembangkan usaha­di sela-sela aktivitas belajar, mampu men­

cegah mahasiswa dan pemuda terjebak pada kegiatan organisasi yang tidak je­ las dan cenderung merugikan. “Pemuda adalah agen perubahan. Dengan pem­ berian fasilitas untuk menjadi pengusa­

ha muda akan mampu mengurangi ke­ terlibatan mereka pada kegiatan yang tidak bermanfaat dan cenderung meru­ gikan,” tandasnya. Sugianto

Jurnalistik, Karya Sastra dan Politik di Indonesia

Berkarakter dan Memiliki Hubungan Kuat

dokumen pribadi

Karya sastra dan politik di Indonesia me­miliki hubungan yang sangat kental.­ Bahkan jika dibandingkan dengan­per­ kembangan karya sastra di luar negeri, di Indonesia perkembangan hubungan keduanya memiliki karakteristik­yang sangat kuat. Penyajian karya sastra dan budaya di Indonesia mendapatkan ruang yang sangat luas di media masa. Hal tersebut terlihat dari banyaknya wartawan seba­ gai pelaku jurnalistik yang juga menulis sastra dan politik di Indonesia. “Salah satu yang terlihat nyata me­ ngenai hubungan sastra, politik dan me­ dia masa di Indonesia adalah Mochtar Lubis. Kalau kita bicara Mochtar Lubis ini maka akan terlihat semakin kental­ hubungan antara politik dan karya sas­ tra di Indonesia,” ujar Peneliti­Asian Stu­dies Program, School of Social Scien­ ces and Humanities, Faculty of Arts, Ed­ ucation and Creative Media, Murdoch University, Murdoch, Western Australia Prof David.T.Hill pada diskusi buku ter­

barunya berjudul Jurnalisme dan Poli­ tik di Indonesia. Dari hasil riset yang dilakukannya, Mochtar Lubis pada dasarnya tidak han­ ya dapat disebut sebagai wartawan. Na­ mun sosoknya juga pantas disebut se­ bagai intelektual sekaligus sastrawan. Dari karya-karyanya Mochtar Lubis men­ja­di sosok intelektual yang sekuler­ namun modern. Karya-karya yang dihasilkan Mochtar Lubis diakui, mampu mendiskripsikan secara lugas apa yang sedang terjadi­ di Indonesia. Kepiawaian Mochtar Lu­ bis merangkai karya, menjadikan seti­ ap karyanya dapat dengan mudah di­ mengerti oleh publik di luar negeri. “Mungkin disini bahasanya semacam sebagai broker atau pialang namun ba­ hasanya mudah dimengerti oleh orang asing,” tandasnya lebih lanjut. Pakar Ilmu Komunikasi Dodi Ambar­ di menilai, sosok Mochtar Lubis tidak dapat dilepaskan peranannya dalam perkembangan sejarah jurnalistik­di In­

do­ne­sia. Dari catatannya, ada tiga­pe­ ran penting dari Mochtar Lubis se­per­ ti yang diungkapkan oleh Prof David. T. Hill. “Tidak hanya wartawan, tetapi ju­ ga sebagai intelektual serta sastrawan dan budayawan,” tandasnya. Mochtar Lubis dari catatannya, dike­ nal sebagai seorang jurnalis yang cinta dengan pemerintahan bersih dan ber­ mar­tabat. Karya jurnalistiknya menem­ patkan Mochtar Lubis dalam jajaran po­ litikus yang elit di tingkat atas. Namun­ demikian karya jurnalisitik yang diha­ sil­kan selalu dinanti mendatkan perha­ tian baik dari kalangan elit maupun pu­ blik pada umumnya. Dalam perjalanan karir jurnalisme so­sok Mochtar Lubis menurut Dodi, karya yang ditinggalkan selalu men­ inggalkan rekam jejak yang tidak han­ ya bersifat personal tetapi juga umum. Namun yang paling dikesankan olehn­ ya adalah, tingginya semangat untuk kritis, opo­sisi dan melawan penguasa. Sugianto

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

29


kabar dari luar Seminar

Semangat, Optimis, Kritis Modal Meraih Sukses

30

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

dokumen pribadi

Semangat atau spirit merupakan se­ buah sikap yang harus terus digelora­ kan oleh seseorang jika ingin meraih sukses. Tanpa adanya semangat untuk berubah, keinginan untuk merubah na­ sib dan karir tidak akan mudah dilaku­ kan. Sementara dengan semangat dan ra­ sa percaya diri, maka kesuksesan bu­ kan menjadi hal yang mustahil untuk dicapai. Hal tersebutlah yang ditekan­ kan oleh CEO General Electric (GE) Indo­ nesia Dr Handry Satriago dalam diskusi leadership and globalization di Yogyakar­ ta belum lama ini. Semangat menurut lelaki kelahiran Pekanbaru tersebut, menjadi sebuah peng­ alaman yang dirasakan sendiri. “Saya divonis mengalami kanker kelen­ jar getah bening pada usia 17 tahun. Aki­­batnya saya mengalami kelumpuh­ an sejak saat itu,” tuturnya lelaki yang tercatat lahir pada 13 Juni 42 tahun la­ lu tersebut. Perjalanan untuk mencapai posisi men­jadi CEO diakuinya tidak mudah di­ ca­ pai seperti membalikan telapak ta­­ngan. Keputusasaan menjadi factor peng­­ha­lang pertama yang muncul keti­ ka vonis kanker diberikan oleh dokter. Hal tersebut dikarenakan banyaknya aktivitas yang selama ini ditekuni harus ditinggalkan karena sakit tersebut. Kelumpuhan yang harus diderita­ka­ rena sakit tersebut memaksanya harus menjalani hidup dari atas sebuah kur­ si roda. Hal tersebutlah yang paling mem­buatnya harus merasa kehilangan kekuatan untuk meneruskan kehidupan yang telah dijalani. Beruntung dukung­ an orang tua menjadi penyelamat yang dirasakan sehingga bisa berkarya hing­ ga saat ini. “Aktivitas saya dulu cukup banyak. Di bidang seni ada teater dan di dunia out dor saya penyuka kegiatan panjat tebing. Beruntung dukungan dari orang tua sangat kuat sehingga saya kembali­ lagi menjalani hidup dengan seman­

gat dan kecerian,” tandasnya pada­aca­ ra motivasi yang diikuti oleh ratusan orang mahasiswa tersebut. Dari pengalaman hidup yang dija­ la­ni­nya, untuk mencapai sukses sema­ ngat­yang muncul harus diperkuat de­ ngan cara berpikir optimis. Pemikiran berbeda pendapat dengan menawarkan pemikiran baru diakuinya menjadi pin­ tu sukses yang kini didapatkannya. Ke­ percayaan menjadi CEO diperoleh sete­ lah berupaya untuk mempertanyakan visi dari GE Internasional yang disam­ paikan ke CEO GE Dunia. Sebuah visi menurut Handry menja­ di sebuah factor paling penting ketika seseorang ingin mencapai sukses. Na­ mun sebuah visi tidak akan memiliki ar­

ti sama sekali jika tidak diikuti de­ngan usaha secara konkret. “Banyak yang berpikir setelah saya berani bertanya tentang visi ke pimpi­ nan saat itu, yang ada selanjutnya ada­ lah tinggal menunggu kapan saya akan dikeluarkan dari perusahaan. Tapi un­ tungnlah tidak dan nyatanya enam bu­ lan kemudian saya jadi justru menda­ patkan kepercayaan menjadi CEO GE Indonesia,” tandasnya. Teori lain yang didapatkan Handry dari pengalamannya adalah, adanya­hu­ bungan yang kuat antara konsep lead­ ership dengan follower atau pengikut. Menjadi pengikuti diakuinya tidak sela­ manya buruk. Karena menjadi pengi­ kuti yang baik pada kenyataanya dapat


kabar dari luar mendukung kinerja dari leader untuk memajukan organisasi. Namun hingga kini kepemimpinan diakuinya masih lebih dominan diban­

dingkan dengan pengembangan konsep followership yang baik. Diyakininya, per­ usahaan yang mampu mengem­ bangkan sikap follower yang baik kepa­

da karyawan akan menemukan keun­ tungan yang besar diantaranya adalah loyalitas dari karyawan. sugianto

Hasil Riset National University of Singapore

Jatuhnya Orde Baru, Desentralisasi dan Demokratisasi

dokumen pribadi

Jatuhnya rezim orde baru yang diiku­ti kehadiran reformasi memberikan dam­ pak positif bagi perkembangan kehidu­ pan bernegara di Indonesia. Hasil pene­ litian dari Prof Tim Bunnel dari Lembaga Riset Asia dari National Univer­si­ty of Si­ ngapore, dampak positif yang terlihat adalah munculnya kebijakan­desentrali­ sasi dan demokratisasi. Kedua kebijakan tersebut menjadi­ sebuah kebutuhan bagi kehidupan ber­ negara untuk dapat bergerak menja­di­ negara maju. Namun demikian, kepu­ tus­an positif tersebut masih belum­da­ pat memberikan manfaat secara maksi­ mal bagi Indonesia. Hal tersebut ti­dak terlepas dari belum diikutinya de­sen­tra­ li­­sasi dan demokratisasi dengan trans­ paransi dan akuntabilitas. Justru yang terlihat, desentralisasi dan demokratisasi yang bergulir diikuti­ dengan praktik korupsi, kolusi, nepo­ tisme yang semakin meluas. “Justru yang terjadi desentralisasi korupsi, ego kedaerahan dan kerjasama yang buruk antar daerah,” tutur Bunnel dalam ke­ sempatan pemaparan hasil penelitian­ nya di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Desentralisasi yang dimaksudkan un­tuk mendekatkan kebijakan dengan­ masyarakat agar terjadi kesesuaian ke­ bu­tuhan disebutkannya, justru diikuti dengan kemunculan sejumlah kasus ko­ rupsi yang melibatkan kepala daerah. Dari catatannya, puluhan bupati kepa­ la daerah di Indonesia yang saat ini po­ sisinya sedang tidak beruntung karena tersangkut kasus korupsi. Kendati demikian dari riset yang di­ la­­ku­kannya, ada juga daerah yang ber­ hasil menerapkan desentralisasi­dan de­mokratisasi dalam tatanan­ pe­me­rin­ tah­­annya. Yogyakarta dan Solo­disebut­

kan Bunnel menjadi daerah­yang patut untuk dicontoh oleh daerah­lain di Indo­ nesia. Keduanya berhasil me­wujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemba­ngunan di era otonomi daerah. Penilaian tersebut tidak terlepas dari diperolehnya sejumlah penghargaan oleh kedua daerah dari pemerintah­pu­ sat.­Secara khusus penilaian positif di­ berikan BUnnel kepada Walikota Solo Joko Widodo alias Jokowi. “Beliau mili­ ki kemampuan kepemimpinan, perenca­ naan yang baik, merangsang rasa ke­ pe­ milikan masyarakat dalam proses per­u­bahan,” tuturnya. Sementara dari sisi perencanaan pe­ na­ta­an kota daerah yang menurut­Dia berhasil melakukan adalah Palembang,­ Tarakan, dan Pekalongan. Pemerintah­ Palembang dinilai mampu melakukan

pe­na­ta­an sungai. Seperti diketahui ke­ber­­ada­an­ sungai Musi di Palem­ bang saat ini ma­sih menjadi kawasan penyang­ga ekonomi masyarakat. Sementara Tarakan disebutkannya, berhasil melakukan perencanaan tata kota sesuai dengan kebutuhan tata geo­ grafis daerah tersebut. Lima prioritas kebijakan pembangunan yang dimiliki kota tersebut yakni Transportasi, Pen­ didikan, Aparatur Pemerintahan, Ling­ kungan Hidup dan Pemukiman sesuai dengan kebutuhan daerah. Kebijakan pembangunan yang dila­ kukan Tarakan, didukung oleh kepemi­ likan sejumlah potensi sumberdaya alam yang dimiliki. Minyak, gas, batu­ ba­ra dan sejumlah bahan galian C men­ jadi sumber daya yang sangat mendu­ kung kebutuhan daerah. Sugianto

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

31


berita MEDIA PEMBELAJARAN

MICROSOFT EXCEL BERBASIS MULTIMEDIA

dokumen humas FT

Agus Buchori, mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan media pembelaja­ ran Microsoft Excel berbasis multime­ dia. De­ngan adanya media pembelaja­ ran mi­cro­soft Excel berbasis multimedia­ diha­rapkan dapat mempermudah pe­ ser­ta­didik dalam mempelajari Micro­ soft Excel. Selain itu program ini juga menyediakan tutorial yang tidak mu­ dah didapatkan pada materi-materi la­ in sehingga menjadikan proses belajar le­bih mendalam dan beragam. Media pembelajaran ini merupakan­ hasil skripsi Agus dibawah bimbingan Drs. Kadarisman Tejo Yuwono. Pencip­ ta­an ini dilatarbelakangi media yang di­ gunakan untuk pembelajaran, selama­ ini, hanya sebatas buku-buku yang di­ pin­jam diperpustakaan, lembar kerja­ siswa (LKS) dan ceramah. Kreatifitas­ guru untuk memaksimalkan fasilitas­ me­ dia dengan menggunakan media­ ani­masi untuk mendukung proses pem­ be­lajaran Microsoft Excel sangatlah ku­ 32

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

rang. Padahal, peran media pembelajar­ an menjadi sangat penting didalam stra­tegi pembelajaran dikarenakan se­ bagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi situasi, kondisi, dan ling­kungan belajar yang direncanakan, di­persiapkan dan diciptakan oleh guru. Penggunaan media dalam proses pem­ belajaran dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan bela­ jar dan bahkan membawa pengaruhpe­ngaruh psikologis terhadap siswa. Se­ lain membangkitkan motivasi dan mi­nat siswa, media pembelajaran juga­ dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik. Secara keseluruhan ada sembilan­ tam­pilan pada media ini, yakni (1) Tam­ pil­an Intro merupakan tampilan perta­ ma kali kita membuka media pembela­ jaran Microsoft Excel untuk menuju ke bagian pentunjuk penggunaan dalam tampilan ini juga terdapat judul me­ dia pembelajaran Microsoft Excel; (2) Tampilan petunjuk penggunaan yang mana berisikan petunjuk penggunaan media pembelajaran Microsoft Excel; (3) Tampilan pengenalan media pembe­ lajaran Microsoft Excel yang berisi ani­ masi dan pengenalan media pembe­ la­jaran Microsoft Excel; (4) Tampilan pendahuluan berisi kompetensi yang harus dicapai berdasarkan pada kuri­ kulum KTSP 2006; (5) Tampilan mate­ ri yang mana dibagi menjadi 4 materi dan setiap materi berisi pokok bahas­ an masing-masing, yakni: Materi per­ tama berisi tentang pengenalan latar atau layout, ikon-ikon pada Microsoft Excel, serta pengenalan tentang mem­


berita buat dokumen pada Microsoft Excel, Materi kedua berisi tentang mengolah data angka pada Microsoft Excel, Materi ketiga berisikan tentang menggunakan fungsi pada Microsoft Excel sedangkan Materi keempat tentang menyisipkan gambar, grafik pada Microsoft Excel; (6) Tampilan Latihan, yang berisi 10 soal pi­lihan ganda dilengkapi dengan hasil­ jawaban yang benar dan hasil jawaban

yang salah, dan skor untuk memberi­ kan nilai; (7) Tampilan Tes Evaluasi ber­ isikan 15 soal pilihan ganda yang juga menampilkan hasil jawaban yang be­ nar dan hasil jawaban yang salah, dan skor; (8) Tampilan profil yang mana ter­ dapat informasi biodata pembuat me­ dia pembelajaran Microsoft Excel; (9) Tampilan Exit/ Keluar. haryo

Studi Banding

Demi Pengembangan Ilmu dan Kerja Sama

Dokumen Humas PPs

Mahasisawa Program Studi S-2 Pendi­ dikan Matematika, Program Pascasar­ jana (PPs), UNY, angkatan 2010 melak­ sanakan stu­ di banding ke Program Studi Pendidikan Matematika PPs Uni­ versitas Malang (UM) pada Selasa­ (26/6/11). Kegiatan ini dilatarbelakangi­ oleh kebutuhan Program Studi Pendi­ dik­an Matematika PPs UNY untuk me­ ngem­bangkan diri secara keilmuan dan menjalin kerjasama dengan universitasuniversitas lain di Indonesia. Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan­ta­hun­ an­yang dilaksanakan oleh Program Stu­ di Pendidikan Matematika PPs UNY den­ gan mengunjungi berbagai perguruan tinggi yang berbeda setiap tahunnya. Rombongan mahasiswa Pendidikan­ Matematika PPs UNY didampingi oleh Ke­tua Program Studi, Dr. Jailani; Sekre­

taris Program Studi, Dr. Dhoriva Urwa­ tul W., dan Dosen Program Studi Pendi­ dikan Matematika PPs UNY, Dr. Heri Retnawati. Pada studi banding kali ini, UNY disambut secara langsung oleh Ketua Prodi Pendidikan Matematika PPs Malang, Dr. Edi Bambang dan bebera­ pa perwakilan mahasiswa pendidikan matematika PPs UM. Dalam sambutan­ nya, Dr. Edi Bambang menyampaikan ucap­an selamat datang dan terima ka­ sih kepada rombongan mahasiswa dan dosen Pendidikan Matematika PPs UNY. Beliau sangat berharap kegiatan seperti ini senantiasa dilestarikan untuk men­ jalin komunikasi dan kerjasama dalam perkembangan keilmuan khususnya pen­didikan matematika. Selama kunjungan di PPs UM, maha­ siswa melaksanakan berbagai kegiatan,­

diantaranya diskusi antara mahasiswa dengan pengelola prodi, diskusi antar mahasiswa, dan kunjungan ke berbagai fasilitas penunjang pendidikan di PPs UM. Fasilitas yang menjadi tempat favo­ rit mahasiswa adalah perpustakaan. Se­lama di perpustakaan, rombongan ma­ha­siswa PPs UNY memanfaatkan ke­ sem­pat­an untuk mencermati berbagai­ koleksi buku yang ada. Tidak ketinggal­ an, mereka juga ikut mengamati bukubuku tesis karya mahasiswa Pendidikan Matematika PPs UM. Kesan yang disam­ paikan sebagian besar mahasiswa pe­ serta studi banding adalah bahwa keg­ iatan seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk saling bertukar infor­ masi terkait perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika. Anggit P

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

33


berita penemuan

TEMPE RAGI DAUN WARU

dokumen humas FMIPA

Sebagai salah satu sumber protein se­ lain daging dan ikan, tempe memberi­ kan solusi yang terbaik bagi masyarakat Indonesia karena selain harganya yang murah juga mudah didapat di Indone­sia­ sehingga masyarakat dapat me­me­nuhi­ kebutuhan protein sehari-hari.­Ke­ku­ rang­an protein bagi tubuh akan menim­ bulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu kwarsiorkor, marasmus, trom­bo­ sis, osteoporosis, kanker payudara, pe­ ning­katan resiko jantung, dan masih banyak lagi. Kadar protein dalam tempe juga tidak berbeda jauh dengan kadar protein dalam daging. Kebutuhan pro­ tein yang tinggi memang sangat diper­ lukan. Tempe selain memiliki rasa yang enak juga mudah diolah.­Solusi­dari per­ masalahan ini yaitu melakukan pene­li­ tian untuk mengetahui kadar protein yang lebih tinggi dari sumber protein yang murah dan mudah didapat yaitu tempe. Selain itu dalam hal kualitas sep­ erti keawetan dan rasa bisa didapatkan tempe yang lebih unggul dari tempe kon­vensional. Sekelompok mahasiswa Fa­kul­tas MIPA Universitas Negeri Yogya­ karta (UNY) yaitu Yulia Linguistika dari 34

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

prodi pendidikan matematika, Chomari­ yah prodi pendidikan biologi dan Ah­ mad­Hanif Sidiq dari prodi pendidikan kimia membuat tempe yang difermen­ tasikan menggunakan daun waru (Hi­ bis­­cus tiliaceus). Ide ini bermula­dari ke­­i­nginan untuk mengetahui kadar pro­ te­in tempe dengan ragi daun waru yang ternyata lebih unggul dari tempe de­ ngan ragi konvensional. “Sebelumnya­ kami telah melakukan penelitian de­ ngan­membandingkan kandungan pro­ te­in tempe yang difermentasikan meng­ gunakan daun waru dengan tempe yang difermentasikan menggunakan ra­ gi­tempe konvensional,” kata Yulia Lin­ guistika, “Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa protein yang ter­ kandung dalam tempe ragi daun wa­ ru­lebih besar daripada kadar protein pada tempe konvensional dan kami ju­ ga akan melakukan penelitian lanjutan dengan menguji kandungan protein pa­ da ragi daun waru dan menguji kuali­tas tempe yang difermentasikan­ de­ngan­ daun waru dalam hal penampak­an, ra­ sa, dan keawetan.” Chomariyah mengungkapkan bahwa dalam pembuatan tempe ini pertama­ kali harus dibuat ragi daun waru de­ ngan­­cara melubangi daun waru dengan­ jarak antarlubang sekitar 0,5 cm atau bisa juga dengan parutan,­kemudian­ta­ bu­ri daun waru yang dilubangi­tersebut dengan kedelai yang telah siap men­jadi tempe lalu ditumpuk dan dan dibiarkan­ kurang lebih dua hari­hingga­menjamur­ putih. Setelah berjamur­putih lalu­dipi­ sahkan satu demi satu dan dijemur sam­­ pai kering, setelah kering­daun wa­ru tersebut ditumbuk agar menja­ di­bubuk. “Untuk membuat tempe da­ un­waru, kedelai direndam selama­2 jam dan direbus selama 1,5 jam kemu­ di­­an kedelai itu dipecah menjadi 2 ba­


berita gian” kata Chomariyah, “Lalu kedelai di­rendam kembali selama 1 malam ke­ mu­dian dikukus lagi selama 1,5 jam, di­ amkan agar dingin baru dicampur ke­ de­lai yang telah dikukus dengan ragi da­un waru secara merata dan dibung­ kus dengan daun.” lanjutnya. Ahmad Ha­nif Sidiq mengatakan setelah dianali­ sa di Laboratorium Kimia Fakultas MI­ PA UNY, kandungan protein pada tem­

pe yang difermentasikan dengan daun waru sebagai bahan alternatif penggan­ ti ragi adalah sebesar 17,44% sedang­ kan kandungan protein pada tempe­ yang difermentasikan dengan ragi bia­ sa­adalah sebesar 16,25% dengan sam­ pel 0,24 gram tempe konvensional dan 0,23 gram tempe ragi daun waru. “Ke­ sim­pulannya kandungan protein pada tempe yang difermentasikan dengan

daun waru lebih tinggi 1% dibanding­ kan­dengan kandungan protein pada tem­pe yang difermentasikan dengan ra­gi tempe, selain itu daun dan akar wa­ru juga mengandung saponin dan fla­vo­noid” ungkap Hanif, “Penelitian ini ber­hasil lolos dalam Pekan Ilmiah Ma­ ha­siswa Nasional bidang penelitian di Makasar 18-23 Juli yang akan datang”. Dedy Herdito

ujian doktoral

DOKTOR BARU PRODI PGSD UNY

Dokumen humas FIP

Dosen Prodi PGSD, Fakultas Ilmu Pendi­ dikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakar­ ta (UNY) Ali Mustadi S.Pd, M.Pd berhasil meraih doktor di bidang pendidikan ba­ hasa Inggris di PPs (Program Pascasar­ jana) UNNES (Universitas Negeri Sema­ rang) setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul English Syllabus De­ sign for Elementary School Teacher Edu­ cation Department, Faculty of Education, State University of Yogyakarta: A Study to Develop an Alternative English Syllabus’. Di hadapan tim penguji yang terdiri­ Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, Msi (Re­ ktor/Ketua Tim), Prof. Dr. Samsudi, MPd (Direktur PPs/Sekretaris), Prof. Retmono,­ MA, PhD (Promotor), Prof. Mursid Saleh, MA., PhD (co-promotor), Bambang­Su­ geng, PhD (anggota promoter/UNY),­ Prof. Warsono, MA (penguji),­dan Prof.

Abbas Achmad Badib, MA., Dipl TEFL, PhD (penguji luar/UNESA Surabaya),­Ali Mus­tadi menyatakan kebutuhan­maha­ sis­­wa sebagai calon guru sekolah­dasar terhadap kompetensi Communicative­ Eng­lish sangat diperlukan karena sejalan­ dengan tuntutan profesi dan kebu­tuh­ an masyarakat akan kompetensi­Bahasa Inggris, terutama tuntutan akan English for Bilingual Intruction di RSBI (rintisan Sekolah BErstandar Internasional) dan SBI (Sekolah Berstandar Internasional). “Sangat mendesak kebutuhan akan kompetensi bahasa Inggris Spoken mau­ pun Written dan English for Instruction bagi calon guru SD terutama untuk se­ kolah bertaraf internasional. Silabus al­ternatif “Competency-Task Based Sylla­ bus” di desain berbasis pada The Current Theories in English Language Teaching

yaitu Communicative Competence yang men­ cakup 4 area kompetensi yaitu Gram­matical Competence, Sociolinguistic­ Com­petence, Discourse Competence dan Strategic Competence dan juga berbasis pada The Empirical Finding melalui Need Analysis”, ujar Ali saat mempertahan­ kan disertasinya. Disertasi berbasis Research and Deve­ lop­ment (R & D) tersebut diselesaikan di 2 Perguruan Tinggi, yaitu di Universitas Negeri Semarang dan Ohio State Univer­ sity, USA. Disertasi ini mampu mengan­ tarkan Ali Mustadi lulus doktor dengan predikat Sangat Memuaskan. Ali terca­ tat­sebagai doktor ke-86 yang dilulus­ kan­PPs Unnes dan doktor ke 10 lulusan­ Program Studi Pendidikan Bahasa Ing­ gris PPs UNNES. dk

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

35


berita gedung baru

SESKEMENPORA RI RESMIKAN TRIBUN SOFTBALL

dokumen humas uny

Prof. Dr. Joko Pekik Irianto, Deputi Pe­ ningkatan Prestasi Olahraga sekaligus pelaksana harian Seskemenpora meres­ mikan tribun softball Fakultas Ilmu Keo­ lahragaan (FIK) UNY, Selasa (2/8) di hala­ man tribun softball UNY. Hadir pada kesempatan tersebut Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., dan ja­ jaran pejabat universitas, fakultas, ke­ tua lembaga, dan direktur Program Pas­ casarjana. Dalam sambutannya, Joko Pekik me­ ngatakan, “Fasilitas olahraga ini adalah bagian dari upaya kita secara keseluruh­ an dalam konteks memberikan edukasi dan apa lagi peningkatan prestasi. FIK UNY ini kampus impian yang harus kita­ manfaatkan untuk mengabdikan diri ki­ ta pada masyarakat terutama terkait de­ngan pembinaan prestasi. Walau se­ bagus apapun kampus dalam kepemi­ likan kita tanpa ada artinya kalau ini tidak ada manfaat bagi orang lain.” “Di Australia sarana-prasarana olah raga sudah menginduk di perguruan tinggi sehingga mereka memiliki paling­ tidak ada 7 sentra pembinaan olahraga, jadi satu centra pembinaan di situ­ada­ 36

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

lah perpaduan antara SDM yang ber­ku­ alitas, sarana-prasarana yang utuh dan satu hal yang ada beda­dengan­kita, ternyata kalau ilmunya tidak jauh beda ternyata referensinya,­bedanya hanya komitmen. Orang Australia­yang saya li­ hat dibeberapa tempat orangnya sedikit tapi bisa mengurusi hal yang banyak. Kita kadang orangnya banyak mengu­ rusi hal yang sedikit dan kadang tidak

beres,” lanjutnya. Selain itu, Joko Pekik berujar bahwa pembangunan salah satu sarana olah ra­ga ini merupakan upaya untuk men­ jadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses edukasi di dalam masyarakat. Joko Pekik sebagai wakil dari Kemen­ terian Pemuda dan Olahraga memberi­ kan apresiasi kepada UNY yang telah secara sistematik dan sinergi memban­


berita gun sarana-prasarana dari mulai trek sintetis lapangan atletik, GOR, lapa­ ngan softball, kolam renang bertaraf Internasional. Sementara itu Rektor UNY mengata­ kan bahwa semua komunitas UNY ber­ harap fasilitas-fasilitas ini disamping untuk kepentingan mahasiswa FIK ju­ ga dapat digunakan oleh seluruh civi­ tas akademik UNY.

”Saya berharap semua fasilitas ini di link-kan dengan federasi. Misalnya un­ tuk softball ke Perbasasi, dan cabang lainnya. Diharapkan selain ke dalam ki­ ta juga lebih dekat dengan KONI. KONI adalah tempat pengabdian yang nyata di lapangan,” tambah Rektor. Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes., me­ ngatakan, biaya pembangunan tribun softball tahap pertama sebesar Rp

867.866.000,- yang diambil dari dana­ BLU FIK UNY 2011. Pembangunan­ tribun ini diharapkan lebih bisa memfasi­li­tasi implementasi tri dharma perguruan tinggi khususnya bagi FIK UNY dan ba­ gi masyarakat pecinta olahraga. Tribun ini sudah dapat dinikmati sejak awal Ju­ li lalu saat terselenggara pra PON (Pe­ kan Olahraga Nasional) Softball. witono

Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru

Sarana Peningkatan Kualitas Pendidikan

Demi terjaminnya kualitas pendidikan Indonesia, maka FBS menyelenggara­ kan Pelatihan Pengembangan Profe­ sionalisme Guru­(PLPG) pada 1-9 Agus­ tus 2011. Acara ini terselenggara karena UNY ditunjuk­oleh Direktorat Pendid­ ikan Tinggi (Dikti)­sebagai pelaksana PLPG Rayon 11 yang men­cakup D.I. Yo­ gyakarta dan Jawa Te­ngah. FBS sendiri bertanggung jawab untuk pelatihan ba­ gi guru-guru bidang studi Bahasa Indo­ nesia, Bahasa Inggris dan Seni Budaya. PLPG ini sendiri terbagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama diikuti oleh 250 peserta yang terdiri dari guru SD, SMP, dan SMA yang berasal dari Dae­ rah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gelom­ bang kedua sendiri terselenggara pa 1322 Agustus 2011. “PLPG bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan gu­ ru-guru yang layak dipandang sebagai calon guru yang akan diberi sertifikat professional,” ujar Zulfi Hendri, M. Sn, ketua pelaksana yang sekaligus sebagai Dosen Seni Rupa FBS UNY Selain itu, Zulfi juga menjelaskan ten­­

dokumen humas fbs

tang pola pelatihan yang dipakai ada­­­ lah semi Pendidikan Profesi Guru­(PPG). Workshop ini menghasilkan seki­tar­seki­ tar 70% pengembangan bahan­ajar, baik berupa materi, metode,­media, mau­ pun system penilaian pembela­ jaran.­ Pelatihan ini melibatkan dosen-do­ sen FBS yang kompeten dan telah ter­

uji dan memiliki Nomor Induk Asesor (NIA). Setelah rangkaian pelatihan se­ lesai, peserta menjalani ujian teori dan praktek mengajar. Bagi guru yang ber­ hasil maka predikat guru professional­ dapat disandang. Sedangkan, guru yang dinyatakan tidak berhasil dapat meng­ulang dengan batas dua kali peng­ ulangan. Zulfi berharap proses ini dapat men­ ingkatkan profesionalisme para guru peserta PLPG. “Jangan hanya bersikap baik demi penilaian sesaat,” ujarnya te­ gas. “Justru pada saat kembali ke seko­ lah, segala hal didapat di sini harus te­ rus dikembangkan, agar anak didik bang­sa menjadi jauh lebih berkualitas.” Diyan

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

37


berita peresmian fakultas EKONOMI

FISE RESMI JADI FIS & FE Sabtu (30/7) Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta­ (FISE UNY) resmi terpisah menjadi dua setelah diresmikan oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Pe­rse­mian ini juga disaksikan oleh Dir­ jen Pendidikan Dasar, Prof. Dr. Suyanto, Ph.D, para Wakil Rektor UNY beserta de­ kan dan pimpinan lembaga di lingkun­ gan UNY. Peresmian gedung FE (Fakultas Ekonomi) yang dilakukan di halaman FE tersebut sekaligus juga me­resmikan ge­ dung kuliah FMIPA (Fakiul­tas Matema­ tika Ilmu Pengeta­huan Alam), serta ge­ dung kuliah FBS (Fakultas­Bahasa dan Seni) dengan pemotongan buntal di pin­ tu masuk gedung dekanat FE. Sardiman AM.MPd., Dekan FISE­yang akan menjabat sebagai Dekan FIS dan FE sampai periode masa jabatan­nya ber­ a­ khir Oktober mendatang, dalam sam­­but­an­nya menyampaikan bahwa mun­­cul­­nya FE berawal dari adanya per­ so­­alan yang berkembang di masyara­ kat. Persoalan tersebut­diantara­nya be­ rupa pertanyaan ‘kenapa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) bisa meluluskan sarjana eko­ nomi?’ Hal ini tentu saja menyulitkan lulusannya dalam mencari pekerjaan. Selain itu, lulusan FIS dari prodi akun­ tansi pun tidak dapat melanjutkan pen­ didikan profesi akuntan kalau tidak lu­ lus dari fakultas ekonomi. Berawal dari permasalahan diatas un­tuk mengakomodasi persoalan dan aspirasi yang berkembang di masyara­ kat, muncullah sebuah kompromi yang monumental yang diusulkan oleh Prof. Suyanto, Ph.D., Dosen Jurusan Pendidik­

38

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Foto-foto dokumen humas FISE

an Ekonomi FIS UNY saat itu yang juga Dirjen Mendikdasmen untuk merubah nama dari FIS menjadi FISE. Sardiman memaparkan, “Untuk mewujudkan pe­ rubahan dari FIS menuju menuju FISE bukanlah perkara yang mudah, butuh proses dan waktu yang lama. Mulai da­ ri tahun 2001 hingga 2009 proses ber­ dirinya FISE berlangsung. Dan saat ini menindak lanjuti perkembangan jaman dan kebutuhan yang ada di masyarakat­ akhirnya muncullah Fakultas Ekonomi,” paparnya. Dalam sambutannya, Rohmat Wahab­ mengatakan, FE memiliki dua tugas uta­ma, pertama bahwa FE bertanggung jawab mengawal pendidikan ekonomi yang secara historis merupakan bagian­ dari rumpun keilmuan sosial da­ lam konteks ilmu kependidikan. Kede­pan di­ harapkan terus ada koordinasi de­ngan ilmu-ilmu sosial untuk memaju­kan Il­

mu Pengetahuan Sosial baik dalam jen­ jang pendidikan pra sekolah, pendidi­ kan dasar, maupun menengah. Kedua, FE merupakan suatu institusi yang mengawal ilmu ekonomi bertang­ gung jawab juga mengembangkan il­ mu-ilmu ekonomi dan menghasilkan ah­li ekonomi yang dilandasi nilai-nilai­ religius dan visi kerakyatan. Selain itu FE diharapkan mampu mengoptimal­ kan SDM yang dimiliki untuk terus me­ning­kat­kan profesionalismenya, se­


berita Kilas

hingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan keil­ muan dan menghasilkan intelektual mu­da bidang ekonomi. Jika dilihat dari perspektif kesejah­ teraan suatu intitusi perguruan tinggi­ bila dibandingkan dengan sesama LP­ TK, UNY relatif konservatif, karena­cu­ kup­ berhati-hati dengan melaku­kan­­ pengem­bangannya, sehingga­ ke­ber­lan­ ju­t­an institusi UNY tetap terjaga­seba­ gai LPTK. Apalagi dengan berubahnya IKIP menjadi Universitas, sebagian ma­ syarakat masih juga ada yang menya­ yangkannya. Kiranya perlu ditegaskan ulang bahwa UNY bersama LPTK lain­ nya menuju kearah pengembangan ke depan tetap berkomitmen untuk mem­ bawa misi utama tugas LPTK. Sedang Wakil Rektor II, Sutrisna­Wi­ bawa, M.Pd.,selaku penanggungjawab pembanguanan gedung menjelas­kan, jumlah mahasiswa dari tahun ke ta­ hun semakin bertambah, seiring de­ ngan perkembangan program studi dan daya tampung secara nasional. Dalam perkembangan ini, tentu tidak dapat di­ pungkiri membutuhkan fasilitas yang memadai. Karena itu, pembangunan ge­ dung yang didanai dari APBNP ini da­ lam rangka memenuhi kebutuhan pe­ ngembangan akademik. “Disamping itu, dengan pengemban­ gan fakultas baru, yaitu Fakultas Ekono­ mi (yang semula bergabung dengan Fa­kul­tas Ilmu Sosial), membutuhkan­ kam­pus untuk kegiatan akademik Fa­ kul­­tas Ekonomi,” paparnya. Data fisik­ secara lengkap Gedung Dekanat FE luas­ 2.898 m2, dengan menghabiskan dana sebesar Rp 9.158.209.465,38.-, yang di­ danai APBNP. sari

dokumen himas fip

Lomba Pengawas SD VIP Se-DIY Masih dalam rangka Dies Natalis FIP ke 61, diadakan lomba pengawas VIP (Visioner,­In­ ovatif, Produktif) yang diikuti oleh para­pen­ gawas dari berbagai kabupaten di wilayah Yogyakarta. Lomba dibagi dari beberapa ta­ hap, yaitu penilaian portofolio, wawancara dan presentasi program kerja dan kunjung­ an para juri ke tempat kerja pengawas. Ada­ pun tim juri terdiri dari para dosen Prodi Manajemen Pendidikan yang ahli di bidang pengawasan pendidikan serta Drs. Kudianta, seorang supervisor penga­ was dari Dinas Propinsi DIY. Tujuan diadakannnya lomba pengawas VIP ini adalah mengapresiasi kinerja pengawas yang juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, karena tidak mudah menjadi pengawas. mereka harus memiliki kompetensi kepribadian, supervise manajerial, super­ vise akadeik, evaluasai pendidikan, penelitian dan pengembangan dan sosial sebaimana tertera dalam Permendiknas No 12 Tahun 2007. Dari hasil seleksi, terpilihlah empat besar untuk menjalani tes wawancara dan presentasi program kerja. Para pengawas terpilih adalah Rini Ningsih, M.Pd dari Bantul, Drs. Joko Prasetyo, M.Pd , Drs. Introko, M.A dari Sleman dan Drs. Suhardiyanto dari Bantul. Keempat peserta menjalani tes wawancara dan pre­ sentasi program kerja masing-masing dihadapan para juri. Penilaian juri men­ gantarkan Rini Ningsih, M.Pd menjadi juara I, Drs. Joko Prasetyo, M.Pd meraih juara II, Drs. Introko, M.A serat Drs. Suhardiyanto meraih juara III bersama.­ Penghargaan kepada para juara lomba pengawas VIP diserahkan oleh Rek­ tor UNY. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A didampingi Dekan FIP. Prof. Dr. Achmad­Dardiri, M.Hum pada hari Minggu 14 Agustus 2011 bertepatan de­ ngan­peringatan Dies Natalis FIP UNY ke 61. DK

Pentas Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang FISE UNY “Dengan penuh percaya diri Anoman sebagai abdi Sri Rama menyanggup­ kan diri menjadi utusan untuk mencari informasi keberadaan Dewi Shinta di Alengka. Berkat ketulusan hati dan kegigihannya, Anoman dapat menghalau segala rintangan sehingga berhasil menjalankan misi Sri Rama. Atas keber­ hasilannya tersebut, Anoman mendapatkan anugrah Anoman Rama Daya Pa­ ti”, demikianlah sinopsis cerita wayang yang digelar di halaman depan Fakul­ tas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) Sabtu malam(30/7). Hadir dalam ke­sem­patan tersebut Dirjen Dikdaa, Direktur PPs UNY, 7 Rektor dari 7 Universitas mitra termasuk Rektor UNY, Dekan FISE UNY, Dekan FIK UNY, De­ kan FIP UNY, Dekan FT UNY, Dekan FBS UNY, Kajur dan Kaprodi FISE UNY, war­ ga setempat, serta para dosen dan karyawan di lingkungan FISE UNY. Pentas kolaborasi yang dimulai pukul 21.00 tersebut menampilkan dua da­ lang cilik Anggit Laras Prabowo dan Canggih Triatmojo yang masing masing pernah menjuarai Festival Dalang Cilik tahun 2008 dan 2011. Penyerahan wa­ yang secara simbolis oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA ke­ pada dalang cilik, menandai dimulainya acara pentas kolaborasi wayang kulit dan wayang orang yang melibatkan 26 pengrawit, 22 penari, dan 5 orang Pem­ bina dari sanggar Sarotama Surakarta. Dengan keahliannya memainkan way­ ang kulit Canggih dan Anggitpun mampu meyedot perhatian penonton. eko

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

39


opini Skandal Cita-cita Pendidikan Sastra O l e h Eko Triono

T

/1/ ahun ajaran baru 2011/2012 telah dimulai­di sekolah, cita-cita disemai, dan impian dilepaskan setinggi­awan suci, tetapi siapa di antara mereka yang datang dan sengaja bercita-cita menjadi­ seo­ rang sastrawan? Bukan pegawai ne­ geri (polisi, guru, tentara), artis, dokter, dan se­te­ rusnya. Tidak, nyaris tidak ada, sebab tidak “wajar” yang demikian, kecuali pada beberapa­ sekolah di Madura yang anak didiknya­telah be­ra­ni bercita-cita menjadi seorang penyair, pe­ker­ja puisi. Padahal cita-cita mereka adalah­ gam­baran masa depan bangsa pada suatu hari­ nanti. Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, to­ pik ini memang terdengar tidak penting untuk­ dibicarakan. Mereka terbiasa—mungkin juga di­ bia­ sakan—menganggap sastra adalah hal yang tidak lebih penting dari ekonomi, politik,­ hukum, dan sembako. Jadilah kemudian: simbol­ sebuah mata dari rantai lingkaran setan yang terus melilit dunia literasi Indonesia, sebuah ...mata sangkur [yang] menghujam mata batin... karena mereka terlalu serakah hanya... menge­ jar mata uang (dinukil dari sajak W.S. Rendra, Mata Kejora). Para orang tua dengan sadar menjauhkan anak jadi pekerja sastra, sebagian besar karena­ alasan masa depan ekonominya kelak, dan aki­ batnya anak tak pernah sempat menulisnya men­­jadi cita-cita, bahkan yang paling rahasia­ di antara cita-cita rahasia sekalipun. Dan han­ cur—seperti kata para ahli—hancurlah kemu­ dian, dengan perlahan yang menyakinkan, se­ buah bangsa yang telah jauh dari baca-sastra:

Mereka terbiasa—mungkin juga dibiasakan—menganggap sastra adalah hal yang tidak lebih penting dari ekonomi, politik, hukum, dan sembako. 40

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

dengan menjangkitnya ketidakhumanisan, pe­ nindasan, korup, ketidakadilan sosial, dan se­ terusnya. Dengan begitu, manjurlah pula hubungan sebab-akibat ini: jika ingin menghancurkan se­ buah umat jauhkanlah mereka dari kitab sucin­ ya (penulis sarikan dari perkataan seorang na­ bi), dan jika ingin menghancurkan sebuah bang­sa jauhkanlah mereka dari buku dan litera­ sinya. Apa, kenapa, dan bagaimana semua ini bisa disadari kembali? /2/ Sengaja penulis menggunakan istilah “dis­ adari kembali”, karena pada akhir abad XVIII cikal Indonesia sadar bahwa penjajahan (yang sama dengan penderitaan) yang menghantui selama berabad, salah satu sebabnya adalah ke­­gagal­an menguasai mantra dari ilmu dan penge­ ta­ hu­ an. Mantra itu bernama: tulisan atau kompleksnya adalah literasi. Awal 1900an­munculah beragam surat kabar pribumi dan per­gerak­an dimulai dengan pena; koordi­ nasi, pro­paganda, transfer pengetahuan, dan seterus­nya. Sampai kemudian mereka berhasil­ meraih kemerdekaan. Tentu kenyataan itu bukanlah ingatan jamak­ dari manusia Indonesia. Sebagian besar, ketika mengingat perju­ang­ an, hanyalah kenangan tentang darah, senjata, pertempuran, dan kematian. Ini salah satu bi­ ang kerok ganjil yang nyaris mewabah hingga kini, karena semua monumen berpatung (bah­ kan nama jalan) dan teks sejarah perjuangan kemerdekaan didominasi oleh dunia kekerasan militer. Tidak ada nama jalan seorang sastrawan atau teks dari judul pledoi Indonesia Menggu­ gat-nya Bung Karno yang membawa bangsa ini dipeluk dukungan semesta, dan juga catatan atau karya lain dari para pahlawan-pahlawan non-militer, lebih tepatnya pahlawan-pahlawan literasi (tidak melulu pahwalan revolusi) seper­ ti Chairil Anwar dengan propaganda beberapa puisinya di jaman perjuangan. Dan, bukankah juga Bung Karno, orang no­ mor satu yang berteman dengan Chairil itu, ti­dak bertempur di medan perang? Ia justru


opini meng­hi­sap jutaan buku, merakit kata, menye­tel strategi, dan menggempur dengan jitu-menya­ kinkan dalam teks, termasuk proklamasi hing­ ga orang-orang bertepuk girang dan kita semua menjadi senang? Meski kemudian Bung Kar­ no­aneh juga ternyata. Ia yang memulai mode pelarangan buku dengan keluarnya UU Nomor: 14/PNPS/1963. Kilas balik ini kecil, tetapi penting artinya untuk membuka beberapa pemikiran dasar dari sikap anti-literasi sebagian besar penduduk In­ donesia. Pertama, sejumlah oknum telah men­ ciderai sejarah. Sejarah adalah kiblat cerita dan cita-cita. Perhatikanlah efeknya: menjadi tenta­ ra lebih terkesan mulia, dan dianggap pahla­ wan, daripada menjadi seorang sastrawan. Ini kemudian melebar tradisi menjadi berebut ko­ lom cita-cita dalam peluk dan naungan gaji aba­ di hingga mati, sebagai pegawai negeri (segala­ jenis pegawai negeri dari ‘seleksi’ sampai pemi­ lu), dengan tak peduli cara apapun harus dila­ lui. Percayalah, dari sinilah korupsi, kolusi, dan nepotisme sesungguhnya dimulai; ketika uang bulanan resmi telah menjadi cita-cita yang pa­ ling benderang untuk dijunjung tinggi, untuk disampaikan ke anak-anak dan dituliskan ke se­la-sela putih awan suci di langit Tuhan yang seluas bumi. Kedua, bangsa kita masih dijajah dan akan menghancurkan dirinya sendiri. Hanya bangsa­ yang masih dijajahlah yang mual terhadap lite­ rasi. Bedakan dengan China, Jepang, Eropa, Ame­rika, dan negara lain yang benar-benar mer­deka. Tandanya gampang: sejauh mana da­ ya baca dan daya karya warga negaranya, bu­ kan daya citra dan daya konsum-manjaisnya.­ Sekali lagi kita masih dijajah, dijajah oleh “ne­ ge­ri” lain dan pemikiran yang tidak tepat dari dalam diri kita sendiri. Itu terlihat dari cita-ci­ ta para kanak masuk sekolah setelah libur pan­ jang berkemas pulang. Sungguh, cita-cita me­ re­ka yang ditulis pada balon dan dilambung ting­gi itu adalah cita-cita sebuah bangsa pada­ kelak nanti. /3/ Kita memerlukan revolusi. Dan, berhentilah­ memaknai revolusi secara fisik, secara ornamen­ tal. Itu penyakit. Revolusi itu kita namai: revolusi cita-cita. Se­ mentara ini, anak-anak bercita-cita dengan me­ niru keadaan sekelilingnya atau atas dorongan orang tua (yang cenderung mempertimbang­

istimewa

kan aspek ekonomi). Padahal, jumlah penduduk Indonesia terus membesar. Jika pekerjaan yang diperebutkan itu-itu saja, maka karakter buruk (KKN) dalam persaingan tidak dapat dihindar­ kan dan bangsa ini akan berjalan di tempat ka­ rena banyak sektor lain yang tidak tergarap: se­ni, budaya, sastra, hutan, sawah, gunung, laut­an, dan seterusnya. Anak-anak bangsa ha­ rus memiliki cita-cita yang proporsional dan ra­si­onal. Termasuk boleh bercita-cita menjadi seorang sastrawan. Dengan demikian, pendidikan sastra di seko­ lah pun jadinya bukan lagi sekedar formalitas kurikulum sewajarnya, yang berarti termasuk guru ajar di dalamnya, melainkan semacam anak tangga yang harus dikuasai untuk bisa men­capai cita-cita menjadi seorang sastrawan. Ini akan membuat sektor literasi bangsa kemba­ li bangkit. Yang artinya, akan kembali merevo­ lusi segala macam penjajahan baik atas nama politik maupun ideologi, yang selalu menutupi kejujuran. Percayalah, karena sastra senantiasa mengajarkan keindahan dan kebaikan terhadap sesama manusia, bukan sebaliknya.

Eko Triono pekerja prosa, esai, dan puisi, mahasiswa PBSI UNY

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

41


opini Pendidikan Mengharmoni Berkearifan Lokal O l e h D r. P u t u S udira , M P.

P

endidikan seharusnya dapat menghar­ moniskan hidup manusia pada setiap­ za­man­nya secara seimbang dan ber­ke­ lanjutan tanpa batas dan keterbatasan. Dalam ajaran Tri Hita Karana digariskan kehar­ monisan hidup manusia ditentukan oleh tiga do­main yaitu: (1) keharmonisan antara manu­ sia dengan Tuhan; (2) keharmonisan antar-sesa­ ma manusia; (3) keharmonisan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Ketiga dimensi ini merupakan hukum yang semestinya harus di­pa­tuhi dalam menata dan mengembangkan pendidikan. Ketiga dimensi ini mengimplikasikan bahwa pendidikan harus berkembang sejalan dengan­ konteks perkembangan jaman dan tetap kuat ti­dak tercerabut oleh budaya global tanpa ben­ tuk. Kerusakan sebagian atau keseluruhan da­ri­ ketiga dimensi ini sama dengan rusaknya­ling­ kung­an dan atmosfir pendidikan. Menurut Amir Sodikin (2005) Indonesia se­ makin kehilangan identitas di tengah-tengah kebhinekaan dan kebesaran budaya nusanta­ ranya. Budaya lokal terbengka­lai bagaikan pakaian kusut di gantungan terus­menerus mengalami intrusi budaya global. Pada saat kekuatan kebangsaan sedang tidak sehat, gempuran budaya global tidak terelakkan,­se­ mangat sukuisme dan provinsialisme semakin menguat, bahkan terkadang keluar dari kon­ teks ke-Indonesiaan, maka integritas dan iden­ ti­tas nasional menjadi semakin terancam (Ha­ mengku Buwono X, 2008). Penanganan dampak intrusi budaya global terhadap budaya lokal salah satunya dapat di­ lakukan melalui inovasi pengembangan kuali­ tas, perluasan akses, dan relevansi pendidikan

Pendidikan adalah aksi reaksi interaksi antara manusia dengan keseluruhan dimensi lingkungan yang terkondisi. 42

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

berbasis budaya dan kearifan lokal. Universitas­ Negeri Yogyakarta perlu segera menempatkan­ diri sebagai lembaga pendidikan terdepan da­ lam meneliti dan mengembangkan pengeta­ huan kearifan lokal. Ino­vasi pengembangan kualitas, perluasan akses, dan relevansi pendid­ ikan berbasis budaya dan kearifan lokal dihara­ pkan dapat semakin­me­nge­nal­kan dan mening­ katkan kecintaan ma­sya­rakat terhadap budaya bangsa sekaligus me­ning­kat­kan kualitas, pen­ ciri, dan daya saing­te­na­ga kerja. Di samping memperhatikan konteks perkembangan glo­ balisasi, inovasi dan pe­ngem­bang­an pendid­ ikan juga sangat perlu memperhatikan kon­ teks lokal.­Sasarannya­agar pendidikan dapat berkembang secara se­imbang dan berkelanju­ tan, memberi kon­tribusi pada keharmonisan dan pelestarian­ling­kungan, pelestarian nilainilai budaya, pe­ngu­kuhan identitas bangsa, bi­ jak dalam menggunakan sumber daya alam, efektif­efisien da­ lam melakukan perbaikan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Untuk menghadapi globalisasi, wahana ter­ baik pengembangan pendidikan adalah mela­ lui wawasan kebudayaan dengan menguatkan kearifan lokal karena budaya memiliki asas-asas hakiki. Sejalan dengan pendapat Cheng (2005) bahwa pengembangan diri manusia melalui pendidikan berkearifan lokal dapat didekati meng­gunakan teori pohon, teori kristal, dan te­ori sangkar burung. Teori Pohon memiliki karakteristik dasar bah­wa pendidikan harus mengakar pada nilaini­lai dan tradisi lokal tetapi menyerap sumber-­ sumber dari luar yang relevan. Implikasinya­ bahwa kurikulum harus didasarkan pada asetaset nilai-nilai budaya lokal seperti­ideologi­ THK tetapi terbuka terhadap pengetahuan dan teknologi global. Teori Kristal dengan ciri pokok adalah dimi­ likinya bibit atau benih yang dapat dikristal­ isasikan dan diakumulasikan pada pengetahu­ an global persis seperti bentuk lokalnya. Desain dari kurikulum dan pembelajarannya diawali dengan identifikasi kebutuhan dan nilai-nilai sebagai benih atau bibit. Dampak yang dihara­ pkan dari hasil pendidikannya adalah pribadi


opini lokal yang utuh dengan beberapa pengetahuan global, mampu bertindak dan berpikir lokal meng­gunakan cara-cara global (act locally and think locally with increasing global techniques). Teori Sangkar Burung dengan ciri keterbuka­ an terhadap pengetahuan dan sumberdaya glo­ bal tetapi dibatasi dengan framework lokal yang tetap. Pengembangan pengetahuan lokal da­lam globalisasi pendidikan membutuhkan frame­ work lokal sebagai proteksi dan penyaring.­ Dampak yang diharapkan dari pen­didikan den­ gan Teori ini adalah pribadi lokal dengan pan­ dangan global yang dapat bertindak lokal den­ gan pengetahuan global terfilter/terpilih (act locally with filtered global knowledge). Inovasi dan pengembangan kualitas pendid­ ikan di era industri berbasis pengetahuan di­ harapkan mampu: (1) menggerakkan siswa un­ tuk berpikir kritis, bertanggungjawab dalam mengelola informasi dan pengetahuan (Gold­ berg & Caufal, 2009); (2) mematangkan emosi, mental, dan moral siswa untuk bekerjasama sa­ tu sama lain dalam mengelola dan memecah­ kan permasalahan hidup; (3) menggunakan tek­no­lo­gi baru (ICT) secara interaktif, efektif, efi­si­en, dan bertanggungjawab; (4) menumbuh­ kan kualitas diri individu siswa secara utuh; (5) membangun budaya dan jiwa wirausaha dalam berkarya, belajar, dan melayani­secara produk­ tif; (6) bersifat kontekstual sesuai dengan de­ sa, kala, dan patra (tempat, waktu, kondisi riil di lapangan) (Sudira, 2011; Djohar, 1999; Wag­ ner, 2008; Billet, S.,2009; Tessaring, M., 2009; Rychen, D.S., 2009; Overtom, 2000). Pendidikan tidak lagi dipahami secara seder­ hana hanya sebagai pendidikan dalam kerang­ ka transmisi pengetahuan dan keterampilan kerja sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi dan ketenagakerjaan wilayah suatu negara, melainkan sebagai pendidikan dalam rangka memproduksi kebudayaan, proses inkulturasi akulturasi memperadabkan genera­ si dan mengembangkan potensi diri. Pendidik­ an dituntut proaktif dan tanggap terhadap pe­ rubahan-perubahan ekonomi, politik, sosial, budaya, mengadopsi strategi jangka panjang, dan membumikan budaya masyarakat setem­ pat untuk memenuhi kebutuhan pribadinya (Gleeson,1998:47; Rau, 1998:78; Bailey, Hughes, & More, 2004;100; Clarke & Winch, 2007:130; Raelin, 2008:46; Bruner, 2008). Dalam era platinum memasuki tahun 2011 seluruh aspek pendidikan di seluruh dunia ter­

istimewa

masuk pendidikan semakin dihadapkan pada berbagai macam peluang dan tantangan­seper­ ti globalisasi politik, ekonomi, sosial, budaya,­ teknologi, dan otonomi daerah. Transformasi­ internasional menuju desa global, ekonomi ber­ basis pengetahuan, kuatnya tuntutan kebutu­ han pembangunan masyarakat, persaingan regional dan internasional telah berpengaruh besar terhadap perubahan paradigma pengem­ bangan pendidikan vokasi di Indonesia. Diperlukan adanya transformasi pendidikan dari paradigma lokal yang sempit atau paradig­ ma global tanpa akar budaya yang kuat men­ uju paradigma baru yaitu triplisasi. Triplisa­ si (triple-lisasi) adalah konsep berpikir reflektif yaitu berpikir mondar mandir di antara indi­ vidualisasi, lokalisasi, dan globalisasi pendidi­ kan. Bagaimana secara arif dan seimbang men­ dudukkan posisi proses individualisasi di antara perkembangan lokal dan global sehingga ter­ jadi transformasi bernilai tinggi bagi perkem­ bangan suatu bangsa, masyarakat suatu dae­ rah, dan individu di tengah perkembangan dunia global platinum (glo-plat). Ada keseim­ bangan di antara pandangan ke dalam diri dan ke luar diri, lahir-batin, keseimbangan di antara kebutuhan lokal (nasional) dan global. Seba­gai harapan adalah terjadi proses act locally develop globally secara utuh dan benar sesuai tahapantahapan kehidupannya.

Dr. Putu Sudira, MP. dosen jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

43


resensi media Tak Alergi Pelajaran Kimia Oleh HE N D RA SU G I A N T O RO Membaca buku ini, kita didorong untuk mempelajari ilmu kimia sebagai ba­­gi­an dari aktivitas penghambaan. Mung­kin banyak dari kita tidak menyu­kai­pela­ jaran kimia. Dibandingkan ca­bang ilmu pengetahuan alam lainnya, pelajaran kimia kerapkali tak begitu di­mi­na­ti. Ma­ ka, lewat buku ini, pemaham­an bahwa kimia bukanlah momok menakutkan coba dibangun. Apalagi bagi pelajar ma­ u­pun mahasiswa, kimia tetap penting­ untuk ditekuni. Jika kita mau menyadari, materi dan ruang lingkup apa pun yang kita­per­bin­ cang­kan di muka bumi ini takkan ter­ le­pas dari keberadaan ilmu kimia. Kita­ akan menemukan ilmu biokimia­ke­ti­ ka­membicarakan manusia, tumbuhan,­ dan hewan. Kimia anorganik akan kita­ hadapi dalam pemanfaatan sumber mi­ ne­ral, minyak bumi, dan sumber-sum­ ber energi di muka bumi. Lingkungan­ berupa daratan, lautan, dan udara yang kita amati terkait dengan kimia ling­ kung­an. Tegasnya, segala sesuatu yang menyangkut materi di muka bumi­ini adalah bagian dari disiplin ilmu kimia.­ Mem­pelajari alam berarti juga mempe­ lajari ilmu kimia dan sekaligus mempe­ la­jari tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Makan, minum, bekerja, dan tidur pun juga berkaitan erat dengan pengetahu­ an kimia (halaman 3--5). Dikatakan penulis buku, ilmu kimia­ adalah bagian dari ilmu Allah SWT. Niat yang lurus diperlukan. Anggapan su­lit dan resiko yang seringkali menjadi­mo­ mok hendaknya dijauhkan dari benak. Dunia ini amat membutuhkan kontri­ busi para ilmuwan kimia. Ilmu kimia itu nyata dan tidak abstrak, maka bu­ kan hal yang mustahil dipelajari. Untuk­ tahap awal perlu kiranya belajar dan meng­kaji terlebih dahulu betapa pen­ ting­­nya ilmu kimia terapan. Kimia tak hanya ada di pabrik-pabrik maupun la­ bo­­ratorium perusahaan, namun juga­ 44

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Belajar Kimia dari Al-Qur’an Penulis: Nafi’ah Al-Ma’rab • Penerbit: LeutikaPrio, 2011 • Tebal: vi+66 halaman

ada di meja makan, pada saat kita tidur­ dan bangun, dan seterusnya. Dengan memahami peranan dan apli­­ kasi ilmu kimia akan membuat kita­leb­ ih tertarik ketimbang disibukkan­terle­ bih dahulu dengan rangkaian reaksi dan perhitungan kimia yang merumit­kan kepala. Mengingat kimia­ adalah di­­si­p­lin ilmu yang tak lepas kaitannya­de­ngan laboratorium, maka­kita perlu menjiwai­ aktivitas kerja di laboratorium.­Membu­ at larutan, mengaduk­larutan, mencam­ pur zat untuk direaksikan pada ha­ki­ katnya sama dengan kerja memasak­di dapur. Bedanya adalah zat-zat itu ha­rus dijaga dengan hati-hati, karena­ma­singmasing zat memiliki sifat dan daya tok­ sid yang berbeda-beda (halaman­7-8). Tokoh-tokoh muslim yang ahli dalam bidang kimia juga diperkenalkan penu­ lis buku. Jabir Ibnu Hayyan (721--815 H), misalnya, diberi penghargaan oleh dunia sebagai Bapak Kimia Modern. Di

Barat, ia dikenal dengan nama Geber. Selain itu, penulis buku juga mengajak kita menyelami khazanah Al-Qur’an. Pa­da dasarnya, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tak per­ nah habis untuk terus dikaji. Unsur­be­ si telah diisyaratkan Allah SWT sebagai sesuatu yang penting bagi kehidupan. Malah besi merupakan sebuah logam is­ timewa yang disebutkan langsung dan terabadikan sebagai salah satu nama surat: Al-Hadid (besi). Selain besi, peng­ etahuan kimia seperti biodiesel, hujan, ekstraksi, tegangan permukaan, nera­ ca analitis, atom, dan aturan tata na­ ma telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an (halaman. 30--64). Buku ini harapannya bisa memberi­ kan motivasi agar kita tidak alergi ter­ hadap pelajaran kimia. Belajar kimia ju­ ga bagian dari aktivitas penghambaan kepada Sang Pencipta dan juga sebagai upaya membangun kemaslahatan ke­hi­ dupan. Begitu.

HENDRA SUGIANTORO pegiat Pena Profetik


bina rohani Bijak Ol e h K r e sn a “Manakah menurutmu agama yang benar?” Pertanyaan ini dilontarkan oleh Sul­ tan Saladin seorang muslim kepada Na­than seorang yahudi dalam drama ber­ju­dul Nathan der Weise karya G.E. Les­sing seorang sastrawan kebangsa­ an Jerman. Drama Nathan der Weise ini sempat dilarang oleh Gereja semasa hidup Les­ sing. Pasalnya drama ini dianggap me­ nentang kebenaran agama Kristen dan menyamakan dengan agama lainnya. Me­mang pada masa itu, eksklusivisme agama yang ada masih begitu kental. Kris­ten dan Yahudi yang pada masa itu be­sar di Eropa tidak membuka tali sila­ tu­rah­mi yang baik. Drama ini mengambil setting waktu pada masa Perang Salib ketiga di Yeru­ salem. Inilah yang membuat drama ini menjadi menarik, karena dalam kondisi perang antar-agama ada individu-indi­ vidu yang berbeda agama saling berko­ munikasi dengan baik dan bersahabat. Nathan (seorang yahudi yang taat), Sul­ tan Saladin (seorang panglima perang mus­lim), dan seorang pendeta Kristen ke­­ rap kali berbincang-bincang serta ber­­de­bat tentang agama mereka ma­ sing-­masing. Mendengar pertanyaan Sultan Sala­ din itu Nathan lalu menjawab dengan sebuah perumpamaan. *** Syahdan, ada seorang ayah yang me­ miliki tiga orang anak. Sang Ayah me­ miliki sebuah cincin yang dipercaya me­ miliki kekuatan ajaib. Suatu saat sang ayah hendak mewariskan cincin terse­ but kepada anaknya. Namun karena ta­ kut akan terjadi kecemburuan di anta­ ra anaknya jika hanya satu orang yang mendapatkan cicin dari ayahnya, maka sang Ayah meminta salah satu pembuat cincin untuk membuat duplikat cincin tersebut yang sama persis sehingga tidak bisa dibedakan. Kemudian ia memberikan cincin-cin­

istimewa (repro.)

cin tersebut kepada anak-anaknya­yang dicintainya. Kemudian ketiga­anaknya­ bertengar dan berdebat manakah di an­ ta­ra cincin itu yang asli. Lalu seorang hakim menasehati mereka untuk tidak lagi bertengkar mencari manakah cin­ cin yang asli, namun bagaimana mere­ ka bisa menunjukan dan mendatangkan kebaikan dengan cincin-cincin yang ada di tangan mereka.­ Lewat cuplikan drama ini, Lessing in­ gin mengajukan suatu pandangan ba­ ru tentang cara memaknai agama keti­ ka itu. Cincin adalah metafora dari tiga agama yang bertikai dalam Perang Salib dan tiga anak yang bertengkar adalah umat dari agama itu. *** Sungguh perumpamaan dalam dra­ ma­yang ditulis Lessing pada masa ­Auf­kla­rung ini sangat menarik untuk di­ta­rik dalam kehidupan spiritual dan so­si­al masyarakat Indonesia sekarang ini. Bisa dilihat bagaimana perbedaan aga­ma/kepercayaan kerap kali muncul sebagai pemicu konflik di masyarakat. Masih teringat jelas bagaimana perbe­ da­­an kepercayaan berujung pada hi­ lang­­nya nyawa beberapa warga Ah­ ma­di­yah.­ Tantangan terbesar dari bangsa In­ do­­ne­­sia yang plural dan multikultur ada­­lah bagaimana menjaga hubungan yang baik di antara perbedaan yang ada. Fanatisme agama ataupun juga

cha­u­­vi­­nis­­me suku justru akan berimbas­ pada perpecahan. Jika kita bersepakat bahwa semua­ agama bertujuan mendatangkan kebai­ kan di dunia ini, maka sudah seharus­ nya kita menjadi bijak menyikapi per­be­ da­an agama. Seperti apa yang di­la­ku­kan oleh Nathan. Jawaban atas per­ta­nya­ an Sultan Saladin merupakan jawaban yang sangat bijak untuk melihat­sebuah perbedaan agama. Tak terbayang jika Nathan menjawab bahwa agama yang benar adalah agama Yahudi yang dia­ nutnya. Nathan tidak terjebak pada perbeda­ an pandangan mana yang paling benar, namun ia justru menekankan pada apa yang bisa diperbuat dengan masingma­­sing agama yang dianut. Sikap bijak­ ini tentunya sangat baik untuk dite­rap­­ kan dalam kehidupan sehari-­hari. Apa­ lah guna beragama Kristen, Islam, Hin­ du, Buddha, Konghucu, atau penganut aliran kepercayaan jika hanya perbua­ tan jahat saja dilakukan dan tidak men­ datangkan kebaikan bagi sesama ma­ nusia. Jadi, manakah agama yang paling be­ nar menurutmu? Saya tak tahu, yang jelas agama yang benar selalu membawa kebaikan.

Kresna koordinator Youth Writing Club YMCA, Yogyakarta

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

45


cerpen Segelas Susu Coklat hingga Sarjana O l e h Triya n t o P. Nu g roho Akhirnya aku bisa memakai toga. Duduk bersama ratusan wisudawan lainnya dalam ruang auditorium kampus. Bang­ ga sekaligus haru, karena lebih dari enam tahun aku menem­ puh kuliah di kampus pendidikan ini. Jangan dikira bahwa la­manya aku lulus berarti aku bodoh. Tidak! Aku bukanlah orang bodoh dan pemalas, bila diukur dari raihan IPK. Bukti­ nya IPK-ku mencapai 3,46: Sangat Memuaskan. Hanya saja se­ba­gian besar waktu kuliah aku habiskan untuk mengurus berbagai organisasi kemahasiswaan. Walaupun bagi sebagi­ an orang perbuatanku itu menjadi semacam apologi saja. Tapi itu bukan persoalan penting bagiku. Hal terpenting dalam wisuda ini pun bukan mendengarkan sambutan Pak Re­ ktor atau menerima ijazah dari Dekan. Yang teramat pen­ting di hari ini adalah melihat senyum bahagia di wajah ibuku. Ya, hari ini adalah pelunasan janjiku pada ibu untuk me­ raih gelar sarjana. Makanya sedari tadi aku malah sibuk melihat ke arah baris­ an kursi para orang tua. Berkali-kali aku menengok ke bela­ kang, kontras dengan para wisudawan lain yang fokus mena­ tap podium. Cukup sulit melihat ibu, karena jarak tempat du­duk kami memang berjauhan. Terpaut sekitar 50-an kursi. Aku hanya bisa melihatnya sepintas. Wajahnya teduh. Nampak bingung dalam kerumunan ribuan orang ini. Tapi­ seulas senyum tetap terlukis di wajahnya. Menambah indah­ krudung biru yang khusus dibelinya untuk hadir dalam wisu­ da ini. *** Ibuku saat ini telah berusia 57 tahun. Tubuhnya tergolong pendek. Kalau disandingkan denganku, tingginya hanya seba­ huku saja. Kulitnya coklat tua, sama denganku. Rambutnya juga sama denganku, hitam lurus. Tapi seiring dengan ber­ tambahnya usia, di sela-sela rambutnya telah nampak ramai­ oleh uban. Ibuku bukanlah seperti kebanyakan ibu-ibu saat ini. Ia tidak lulus SD. Nenek pernah bercerta bahwa ibu hanya per­ nah sekolah hingga kelas 1 SD saja. Padahal menurut nenek­ ku, ibu tergolong murid pintar saat itu. Sayang, keterbatasan biaya membuat ibuku putus sekolah di tengah jalan. Aki­ batnya ibu tak bisa membaca dan menulis dengan lancar. Kalau ibu-ibu yang lain akrab dengan Facebook, ibuku men­ girim dan membaca SMS pun tak bisa. Sejak kecil ibu tak pernah mengajariku belajar. Mungkin karena memang ia tak bisa “mengajarkan” materi pelajar­ anku. Ia hanya sering menyuruhku belajar. “Wes garap PR durung ‘le?” begitu ucap ibu tiap malam. Walaupun begitu, ibu sangat memperhatikan kebutuhan­ ku dalam belajar. Misalnya, sewaktu kecil aku sering di ru­ mah sendiri, sedang ayah dan ibu ke pasar untuk berdagang. 46

Pewa r a Din a mik a Agus t us 2 0 1 1

Ibuku tidak membelikanku PS (playstation) atau nintendo un­ tuk “menemaniku” di rumah (rumah teman SD-ku semuanya jauh dari rumah) tapi entah kenapa ia malah membelikan ma­ jalah anak-anak dan berbagai buku cerita. Alhasil, sebagian besar temanku saat itu telah canggih bermain game, sedang­ kan aku telah menamatkan bertumpuk majalah. Pernah aku minta ke ibu untuk dibelikan juga playstation. Waktu itu baru saja terima rapor. Dan aku meraih rangking 1. Pikirku, wajar saja bila aku minta hadiah atas prestasi ini. Waktu itu ibu duduk di kursi ruang tamu dan sedang men­ jahit baju. Bukan menjahit sebenarnya, ia hanya memasang kancing baju saja. Ruang tamu rumahku hanya diisi satu me­ja kecil dan kursi sofa butut yang sudah tak empuk lagi. “Bu, aku pengen PS,” pintaku sambil duduk di sampingnya. Ibu tak langsung menjawab. Ia tetap melanjutkan mema­ sang kancing baju. Tangan kirinya menekan kancing, sedang­ kan tangan kanannya menarik benang dan jarum. “Bu!” panggilku dengan tak sabar. Mendengar panggilanku, ia hanya menatapku sebentar. Lantas menjawab singkat, “Belum ada uang ‘le.” Mendengar jawaban seperti itu, aku langsung diam. Tak berani membantah atau merajuk. Ibu melanjutkan menjahit bajunya tanpa berkata lagi pa­ daku. Semenit kemudian, setelah kami saling diam, aku be­ ranjak berdiri dan langsung masuk kamar. Dalam hati aku merasa sangat kesal. Kenapa tidak mau dibelikan? Bukankah aku telah juara kelas? Dan kalau juara kan bisa dapat hadiah sesuai permintaan? Bukankah harusnya begitu? Kejadian itu yang membuat aku bertekad untuk tak minta apa-apa lagi kepada ibu, selain hal-hal pokok yang berhu­ bung­an dengan sekolah tentunya. Kini baru aku sadar. Mungkin begitulah cara ibuku, yang tak lulus SD, mendidikku agar aku tidak terjebak dalam du­ nia game yang justru dapat menurunkan prestasi belajarku. Mafhum bahwa banyak anak tidak belajar karena asyik ber­ main PS. *** Sedari SD, ibu selalu membuatkanku segelas susu coklat sebelum berangkat sekolah. Aku, hingga sekarang, memang tak terbiasa sarapan pagi. Rasanya kok tidak ada nafsu ma­ kan di pagi hari. Perutku selalu menolak untuk dimasuki nasi­ pada jam pagi. Sampai sekarang pun dalam sehari cuma ma­ kan siang dan malam hari. Kadang kalau punya uang lebih bisa tambah makan sore. Karena kebiasaan itu, ibu lalu menggantinya dengan sege­ las susu coklat. Selalu susu coklat. Tak pernah diganti susu putih atau susu sapi. Aku juga tak tahu alasannya, padahal aku juga doyan minum susu sapi.


cerpen

istimewa

Susu coklat buatan ibuku benar-benar terasa spesial. Ibu me­nyajikannya bukan di gelas biasa, dengan cangkir atau da­ lam gelas besar. Bukan! Ibu selalu menggunakan mug, yang ukurannya tidak terlalu besar tapi juga tidak terlampau kecil. Hanya ada tiga mug di rumah. Satu bergambar Mickey­ Mouse, dua bergambar Manchester United, warna hitam dan merah. Mug-mug itulah yang menemaniku secara bergiliran tiap pagi. Dari segi suhu, susu buatan ibu juga tak terlalu panas atau dingin. Ibu selalu membuatnya sangat pas untuk sekali teguk. Caranya, ibu selalu menambahkan air dingin, sehing­ ga suhu panasnya menjadi berkurang. Dari segi pemberian gula, ibu biasanya hanya memakai takaran 2--3 sendok makan. Ini menambah manis tapi tetap membuat rasa coklatnya masih kuat. Itu semua dilakukan ibuku semenjak aku duduk di bangku­ SD hingga kini meraih gelar sarjana. Jadi, kalau dihitung ibu telah membuatkanku susu cokelat lebih dari 6570 gelas se­ lama 18 tahun! *** Begitulah. Hari ini aku ganti membahagiakan ibu dengan gelar sarjana ini. Walaupun aku sadar bahwa ini tak cukup

untuk membalas seluruh kasih ibu. Seperti lirik dalam se­ buah lagu, “Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.” Aku kembali menoleh ke belakang. Ibu terlihat sedang ki­ pas-kipas karena ruangan yang memang membuat gerah. “Ibu,” kataku dalam hati. “Ribuan gelas susu coklatmu tel­ ah mengantarkan anakmu menjadi sarjana.” Tak terasa sebutir air bening menetes dari pojok pelu­ puk mataku. *** Selesai upacara wisuda, aku langsung mencari ibuku. Cu­ kup sulit. Aku harus menerobos ratusan orang. Berdesak-des­ akkan. Hatiku bergetar. Gambaran ibu yang sedang membuat susu coklat tiba-tiba menyeruak. Membayangkan keriput di wajahnya semakin bertambah. Berpikir seperti itu membuat air mataku terus menetes. Aku sayang ibuku!

Triyanto P. Nugroho mahasiswa FISE UNY

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

47


puisi•geguritan•tembang Sajak-sajak Ika Setyaningsih Tak Seharusnya Jangan kau tanya telaga Di teriknya gurun Di sini hanya ada debu, pasir, serta angin Yang sama indahnya dengan riak-riak bening telaga Lihatlah kaktus di sana Ia tetap kokoh Walau matahari dengan garang membakarnya Hembusan angin menggoyahkan akar-akarnya Ia tetap senyum dalam ketegaran Tegar dalam keterbatasan Ia tetap bertahan melawan segala ara Serta masih berbagi keindahan dengan bunga-bunganya Maka jangan kau tanya lagi Tentang telaga bening itu

istimewa

Karena ia tak seharusnya ada Dalam ruang dan waktu ini Jogja, 23 April 2008

Ika Setyaningsih alumnus Pendidikan Biologi UNY

pojok gel it ik

Agustusan

48

kalam/pewara Pewa r a Din a mik a Agus t us 2011

Umarmadi: Eh, sudah Agustus lagi ya? Umarmoyo: Kenapa? Umarmadi: Prihatin aja. Umarmoyo: Kok? Umarmadi: Agustus kan identik dengan kemerdekaan. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Tahu nggak, merdeka

artinya apa? Umarmoyo: Bebas. Umarmadi: Nah, itu dia! Umarmoyo: Maksudnya? Umarmadi: Karena sudah merdeka, terus kita harus bebas. Umarmoyo: Maksudnya? Umarmadi: Bebas melakukan apa saja! Umarmoyo: Misalnya? Umarmadi: Jadi pejabat terus sikapnya berlebihan. Menggunakan filosofi aji mumpung. Berprestasi dalam bidang korupsi berjamaah. Sapa sira sapa ingsun. Dan seterusnya. Umarmoyo : ......................................? ema r '11


a lens

UPACARA 17 AGUSTUS Seperti biasanya setiap 17 Agustus bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya. Di UNY sendiri perayaan ulang tahun kemerdekaan dirayakan dengan gegap gembita. Upacara 17 belasan tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi di medium ini pula sivitas akademika UNY yang berprestasi diumumkan. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


Rahmat Puasa untuk Indonesia SEGENAP KELUARGA BESAR UNY MENGUCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA, RAMADHAN 1432 H

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.