Pewara Dinamika Agustus 2011

Page 47

bina rohani Bijak Ol e h K r e sn a “Manakah menurutmu agama yang benar?” Pertanyaan ini dilontarkan oleh Sul­ tan Saladin seorang muslim kepada Na­than seorang yahudi dalam drama ber­ju­dul Nathan der Weise karya G.E. Les­sing seorang sastrawan kebangsa­ an Jerman. Drama Nathan der Weise ini sempat dilarang oleh Gereja semasa hidup Les­ sing. Pasalnya drama ini dianggap me­ nentang kebenaran agama Kristen dan menyamakan dengan agama lainnya. Me­mang pada masa itu, eksklusivisme agama yang ada masih begitu kental. Kris­ten dan Yahudi yang pada masa itu be­sar di Eropa tidak membuka tali sila­ tu­rah­mi yang baik. Drama ini mengambil setting waktu pada masa Perang Salib ketiga di Yeru­ salem. Inilah yang membuat drama ini menjadi menarik, karena dalam kondisi perang antar-agama ada individu-indi­ vidu yang berbeda agama saling berko­ munikasi dengan baik dan bersahabat. Nathan (seorang yahudi yang taat), Sul­ tan Saladin (seorang panglima perang mus­lim), dan seorang pendeta Kristen ke­­ rap kali berbincang-bincang serta ber­­de­bat tentang agama mereka ma­ sing-­masing. Mendengar pertanyaan Sultan Sala­ din itu Nathan lalu menjawab dengan sebuah perumpamaan. *** Syahdan, ada seorang ayah yang me­ miliki tiga orang anak. Sang Ayah me­ miliki sebuah cincin yang dipercaya me­ miliki kekuatan ajaib. Suatu saat sang ayah hendak mewariskan cincin terse­ but kepada anaknya. Namun karena ta­ kut akan terjadi kecemburuan di anta­ ra anaknya jika hanya satu orang yang mendapatkan cicin dari ayahnya, maka sang Ayah meminta salah satu pembuat cincin untuk membuat duplikat cincin tersebut yang sama persis sehingga tidak bisa dibedakan. Kemudian ia memberikan cincin-cin­

istimewa (repro.)

cin tersebut kepada anak-anaknya­yang dicintainya. Kemudian ketiga­anaknya­ bertengar dan berdebat manakah di an­ ta­ra cincin itu yang asli. Lalu seorang hakim menasehati mereka untuk tidak lagi bertengkar mencari manakah cin­ cin yang asli, namun bagaimana mere­ ka bisa menunjukan dan mendatangkan kebaikan dengan cincin-cincin yang ada di tangan mereka.­ Lewat cuplikan drama ini, Lessing in­ gin mengajukan suatu pandangan ba­ ru tentang cara memaknai agama keti­ ka itu. Cincin adalah metafora dari tiga agama yang bertikai dalam Perang Salib dan tiga anak yang bertengkar adalah umat dari agama itu. *** Sungguh perumpamaan dalam dra­ ma­yang ditulis Lessing pada masa ­Auf­kla­rung ini sangat menarik untuk di­ta­rik dalam kehidupan spiritual dan so­si­al masyarakat Indonesia sekarang ini. Bisa dilihat bagaimana perbedaan aga­ma/kepercayaan kerap kali muncul sebagai pemicu konflik di masyarakat. Masih teringat jelas bagaimana perbe­ da­­an kepercayaan berujung pada hi­ lang­­nya nyawa beberapa warga Ah­ ma­di­yah.­ Tantangan terbesar dari bangsa In­ do­­ne­­sia yang plural dan multikultur ada­­lah bagaimana menjaga hubungan yang baik di antara perbedaan yang ada. Fanatisme agama ataupun juga

cha­u­­vi­­nis­­me suku justru akan berimbas­ pada perpecahan. Jika kita bersepakat bahwa semua­ agama bertujuan mendatangkan kebai­ kan di dunia ini, maka sudah seharus­ nya kita menjadi bijak menyikapi per­be­ da­an agama. Seperti apa yang di­la­ku­kan oleh Nathan. Jawaban atas per­ta­nya­ an Sultan Saladin merupakan jawaban yang sangat bijak untuk melihat­sebuah perbedaan agama. Tak terbayang jika Nathan menjawab bahwa agama yang benar adalah agama Yahudi yang dia­ nutnya. Nathan tidak terjebak pada perbeda­ an pandangan mana yang paling benar, namun ia justru menekankan pada apa yang bisa diperbuat dengan masingma­­sing agama yang dianut. Sikap bijak­ ini tentunya sangat baik untuk dite­rap­­ kan dalam kehidupan sehari-­hari. Apa­ lah guna beragama Kristen, Islam, Hin­ du, Buddha, Konghucu, atau penganut aliran kepercayaan jika hanya perbua­ tan jahat saja dilakukan dan tidak men­ datangkan kebaikan bagi sesama ma­ nusia. Jadi, manakah agama yang paling be­ nar menurutmu? Saya tak tahu, yang jelas agama yang benar selalu membawa kebaikan.

Kresna koordinator Youth Writing Club YMCA, Yogyakarta

P e wa ra D i n a m i ka Agu s t u s 2011

45


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.