Pewara Dinamika Agustus-September 2009

Page 1

Volume 10 • nomor 23 sept-okt 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PARA FACEBOOKER UNY Inilah komunitas yang konon sukar untuk dibayangkan. Kini hadir dengan ragam identitas yang juga sukar untuk dikenali.


JANGAN LEMAHKAN KPK !!!

“...cicak kok mau melawan buaya...” (Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno Duadji, Majalah TEMPO 6-12 Juli 2009) Pernyataan pejabat penegak hukum ini oleh banyak kalangan dianggap sebagai upaya melemahkan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Memang, akhir-akhir ini, banyak dugaan bahwa institusi KPK tengah berkonflik dengan lembaga-lembaga negara lainnya, bahkan dengan lembaga penegak hukum sekalipun, seperti kepolisian, kejaksaan, Mahkamah Agung, dan seterusnya. Jika dugaan ini mengarah pada fakta sesungguhnya, maka siapapun kita, dari latar belakang apapun kita, sudah sewajarnya bersama-sama menguatkan “CICAK” ini. Dan mengusung tangan untuk melawan para buaya. Karena yang mereka lakukan adalah upaya menindas dan merampas hak rakyat. Dan yang lebih penting lagi, usaha kita adalah perbuatan yang sebaik-baiknya; sehormat-hormatnya! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • repro. gambar: kalam jauhari


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Badraningsih, M.Kes. (FT) Aryanto Sudarmono, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo Sumedi ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Tak seorangpun yang tidak pernah me­la­kukan kesalahan. Begitu pula kami. Agaknya setiap edisi kami selalu meminta maaf atas keterlambatan, tapi apa daya waktu selalu saja lebih kencang berlari. Semoga pembaca selalu men­jadi pemaaf yang manis untuk kami. Tidak lupa, tentunya, kami ucapkan Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf (sekali lagi) Lahir Batin. Pasca libur lebaran, kami kembali ber­kumpul untuk mengerjakan Pewara Dinamika. September bukan hanya ceria, seperti yang dinyanyikan Vina Panduwinata, tapi juga banyak acara. Baik di UNY, maupun di luar UNY. Se­mentara itu, kami harus mengejar ketertinggal­an untuk menggenapi tulisan edisi September setelah libur panjang lebaran. Memanaskan kembali energi yang sempat terserap di acaraacara Syawal­an pasca Idul Fitri. Yah, demi Pewara apa sih yang nggak? Hehehe. Kejar terus, bro! Kendati sibuk di berbagai kegiatan, ada saja ide yang muncul untuk Pewara. Kali ini kami mengangkat tema ”Facebook” dengan pertimbangan jejaring sosial ini memanen banyak kontroversi. Mulai dari pelarangan karena dianggap melenakan karyawan sampai ke­curigaan sebagai media penyerap du­ kungan. Kami tertarik membenturkan­ nya dengan keadaan di kampus tercin­ta. Benarkah Facebook melenakan kar­ya­ wan ataukah justru menjadi medi­a yang efektif? Tema ini memang lezat, selezat Facebook itu sendiri. Bagaimana tidak? Ka-

mi searching hal-hal di facebook yang berbau UNY. Dan hasilnya? Betapa me­ nge­jutkan! Kami menemukan banya­k komunitas dari UNY yang mewarnai dunia maya itu. Baik yang berlatar belakang komunitas mahasiswa jurusa­n, maupun komunitas UNY yang sama se­ kali tidak membicarakan tentang UNY. Melalui tulisan, kami menerakan fakta yang unik dan menarik. Tengok saja ba­gaimana mahasiswa, dosen, dan karyawan menanggapi per­ kembangan jejaring sosial terbesar di dunia. Secara oto­matis komuni­ tas yang terba­ngun ikut melebarkan sayap UNY di jejaring so­sial yang tidak terbatas itu. Terkadang itu ti­ da­k kita sadari, bukan? Di samping sisi positif, ka­mi juga me­nyiapkan sejumla­h opini mi­ring tentang facebook dan ba­ gaimana apresias­i karyawan terhadap perkembangan face­book yang kontroversial. Terlepas da­­ri apa kepentingan tim pengagas face­book, kami hanya ingin memotret bagai­mana perkembangan facebookers di UNY. Sebagaimana kita tahu, semua ba­rang baru tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Lantas, seperti apakah civitas academ­ ica UNY menanggapi kemajuan teknologi in­formasi dan perkembangan media? Kami sajikan tulisan ini secepat kam­i bisa. Bukan seperti makanan cepat saji memang, karena memerlukan waktu dan proses yang tidak sebentar, tapi ka­ mi yakin edisi ini selezat jejaring sosi­al yang saat ini sedang dicandui banyak orang. Selamat membaca! Tabik kami. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009


daftar isi Volume 10 • Nomor 22 Agustus 2009

l a p o r a n U ta m a

Para Facebookers UNY Ahmad Natsir/pewara dinamika

Inilah komunitas yang konon sukar untuk dibayangkan. Kini hadir dengan ragam identitas yang juga sukar untuk dikenali. halaman 6

26

40 opini

berita

Mahasiswa UNY Mewakili Indonesia Maha­siswa Nasional (Pimnas) Latifah Septiyanti Santosa, Mahasiswa Ju­rusan Pendidikan Perancis FBS me­ no­rehkan medali emas untuk konti­ ngen UNY.

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Dalam Program Kreativitas Maha­ siswa (PKM) Bidang Pengabdian Ma­syarakat dalam Pekan Ilmiah

Berita Lainnya • Dosen UNY Wakili Indonesia • Kabar Utusan UNY Dari Filipina • Refleksi Sejak di Parlemen Mahasiswa • Hari Pertama Masuk Kerja Rektor Silaturahmi ke Fakultas

Disiplin Kepemimpinan Faktor disiplin dalam kepemimpinan me­rupakan sesuatu yang sangat pen­ ting. Persoalan utama yang muncul adalah persepsi yang keliru tentang disiplin itu sendiri, baik dari segi pe­ mimpin maupun yang dipimpin. 45 5 47 4 1 3 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9


jendela

IDUL FITRI 1430 H Bulan Ramadhan berlalu meninggalkan kita­. Syawal kemudian datang menyapa. Di akhir Ramadhan dan di awal Syawal itulah umat Islam di seluruh dunia melaksanakan shala­t Idul Fitri. Yang, untuk tahun 2009 M ini umum­nya dilaksanakan pada 20 September. Hari (Raya) Idul Fitri adalah hari kesyukuran, hari kegembiraan, bagi kaum muslim khususnya, mengingat di bulan suci Ramadhan yang penuh rahmat dan barokah. Umat Islam telah mampu melaksanakan tugasnya dengan mudah dan lapang dada, untuk berbakti dan mengabdi kepada Allah swt de­ngan menjalankan ibadah puasa di siang hari dan berbagai amalan di malam hari, kemudian, prosesi itu diteruskan dengan menunaikan zakat. Yang terkandung di dalam rahasia Idul Fitri adalah kesucian. Itu sesungguhnya yang disam­ but gembira, saling memaafkan, saling meri­ dhakan segala salah dan khilaf yang terjadi pada setahun yang lalu. Dengan itu, seolah-olah mereka kembali kepada asal kejadiannya yang suci bersih, kembali kepada fitrahnya. “Sesungguhnya Allah menjadikan Hari Raya Idul Fitri ini agar umat manusia ingat kepada fitrah, yak­ ni saat Allah menciptakan mereka” (H.R. Imam Tabrani dan Ibnu Abbas r.a.). Untuk itulah, Idul Fitri mesti dijadikan penggugah jiwa untuk segera insyaf dan taubat, untuk menghubungkan tali persaudaraan demi men­capai kemenangan dalam melaksanakan perintah-perintah Allah swt. Ada fenomena menarik tatkala Idul Fitri tiba­. Makna halal-menghalalkan, ridha-meridha­kan, maaf-memaafkan, antara satu dan yang la­in diungkapkan dalam berbagai gaya yang begitu kreatif. Mulai dari gaya yang normati­f sampai gaya yang puitis-estetis, dari yang biasa-biasa saja hingga ungkapan yang penuh nuansa aga­ mis, dari eks­presi “orang biasa” sampai pada ungkapan para “penyair”. Beberapa contoh berikut menarik untuk disimak. “Selamat Idul Fitri, Minal ‘Aidiin wal Faiz­ iin wal Maqbuuliin, kullu ‘aamin wa antumbikhai­

ir, mohon maaf lahir dan batin”. “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H, Taqabalallahu minna wa minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir batin”. “Selamat Idul Fitri 1430 H. Ada pula yang bergaya begini. “Meniti hari menabur khilaf, menyongsong fitri menuai maaf, semoga tiada tersisa khilaf dosa. Selama­t Idul Fitri 1430 H, mohon maaf lahir dan batin”. “Beralas ikhlas beratap doa, hidup ini bersimbah khilaf dan salah, mengharap diri dibasuh maaf... Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin”. Ada lagi yang diungkapkan sebagai berikut. “Waktu akan terus berjalan. Sebelum jiwa me­ ninggalkan raga dan kita tak sempat bertatap, saya ucapkan “Taqobbalallahu Minna wa Min­ kum, Taqobbal ya Karim’. Selamat Idul Fitri 1430 H, mohon maaf lahir dan batin”. “Jika hati sejer­ nih air jangan biarkan ia keruh, jika hati seputih awan jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman. Mohon maaf lahir dan batin. Beberapa di antaranya diungkap denga­n bahasa daerah seperti berikut. “Muhung mring Gusti, mugya kinabulan kang sinedya, yeku reri­ pih rahmating Idul Fitri. Minal Aidin wal Faizin, apura-ingapura, ilanging dosa kala rubeda, satemah bagya mulya. Amin”. “Jroning nala, tan­ sah nglenggana tan ana jalma kang sampurna. Tumunten amastuti mring Hyang Widhi, mugi linebur dosa kula lan jengandika ing dinten ri­ yadi”. Dari sekian banyak model jawaban untuk itu, ada jawaban yang juga cukup menarik. “Alhamdulillah, sama-sama, semoga Allah swt selalu sayang kepada kita. Meski minta maaf tida­k harus menunggu Idul Fitri tiba, pada ruang dan waktu yang teramat monumental ini kami mohon maaf segala kesalahan lahir dan batin”. Wow.....menarik kan?

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Bangkitkan IKA UNY Setelah mengenyam dunia kerja, saya kem­ bali lagi untuk meneruskan S1 saya di kam­ pus pendidikan ini. Banyak hal yang baru yang saya lihat, terutama gedung-gedung apik yang berdiri kokoh di lingkungan se­ kitar UNY. Turut bangga juga karena almamater saya bisa mem­ bangun gedung yang megah ini. Tak terkecuali, saya melihat ge­dung di belakang kantor pos Gejayan telah berubah menjadi men­jadi gedung bertingkat dua. Saya masih ingat tahun 2007 lalu sa­ya membuat kartu ikatan alumni di gedung itu, dan belumlah sea­pik sekarang. Saya rasa cukup bagus gedung Ikatan Alumni UNY sudah lebih bagus daripada dulu (waktu belum bertingkat dua). Tetapi saya perhatikan lagi dan saya berpikir kok rasanya baru gedungnya saja yang berubah. Mungkin ini perasaan saya saja, tetapi jika saya lihat lagi kok di papan pengumuman IKA juga ti­dak begitu banyak informasi yang saya peroleh. Minimal info ter­baru tentang lowongan pekerjaan yang up to date. Bagi yang ke­sulitan untuk berselancar di dunia maya sebenarnya, papan pengumuman di IKA sangat membantu sekali untuk memperoleh informasi tentang info pekerjaan. Harapan saya, yang paling dalam ada­­lah IKA UNY yang sudah baik dan ter­ta­ta akan menjadi semakin baik dan ter­tata, bahkan IKA UNY menjadi lem­ba­­ ga yang besar dan berkibar. Sangatla­h besar sebenarnya manfaat yang bisa dioptimalkan oleh para keluarga UNY jika IKA besar. Jalinan dengan para alumnus

UNY akan tetap terjalin, atau dengan adanya IKA dapat memberi peluang kepada para mahasiswa untuk memper­ oleh informasi pekerjaaan atau yang la­ innya. Saya punya impian IKA UNY akan sebesar bahkan melebihi IKA UGM yang terkenal dengan KAGAMA. Amin!

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Sandra Oktadinata

Untuk pemasangan iklan di Pewara Dinamika, hub Sismono La Ode: 081578735435


bunga rampai

AWAS ... COPET!!! ol e h Pitri M ari a n a buat apa-apa. ������������������������ Juga penumpang lainnya. Terdiam. Sejak itu aku ekstra hati-hati. ������ Pertama yang kulakukan, kuamati seluruh pe­numpang bus. Dengan itu, aku tah­u formasi duduk, ciri-ciri, gelagat para co­ pet. “Kiri, Mas,” pinta ibu paruh baya. Ia

ra kalam/pewa

Mataku liar melihat ke seluruh penumpang bus. Di bangku pojok, seorang laki-laki umur 30-an mengenakan topi lo­reng, duduk dengan mata setajam elang. ������������������������������� Kemudian kulihat bangku ketiga di belakang supir. Laki-laki dengan tas lap­top, juga memakai topi. Badan lakila­ki ini lebih kecil daripada yang duduk di pojok. Yeah...aku sangat paham siapa me­reka. Pengalamanlah yang membuat­ ku lebih be careful ketika naik bus. Waktu itu aku pergi kuliah. Jarak ���������� kosku yang cukup jauh dari kampus tak memungkinkanku jalan kaki. Seperti biasa, naik bus, duduk manis, bayar ongkos, sesekali melihat benda mungil – HP – sekedar mengisi waktu. Seperti biasa, aku turun di kantor pos kampus. “Kiri, Pak,” pintaku. ���� Aku berdiri menenteng ransel yang kuposisi­ kan di samping. Seorang laki-laki bertopi berusaha menghalangiku untuk sege­ ra keluar dari bus. ������������������� Anehnya, laki-laki itu bukannya turun, malah berhenti di pintu bus. Terasa ada yang meraba-raba tasku. Kulihat ke belakang. “Copet......!” teriakku keras. Seketika mataku melotot, ingi­n kulayangkan tanganku ke muka laki-laki bertopi itu. Tapi, ia keburu duduk dengan muka panik. Laki-laki yang menghalangiku tadi sudah keluar, ternyata masuk lagi lewat pintu lain. Dadaku panas. Kurang-ajar! Merek­a mau mencopetku. �������������������� Kulihat kancing ranselku terbuka. Untung belum ada yang hilang. ����������������������������� Padahal, kusimpan HP dan dompet di situ. Beberapa saat aku masih terpaku, kutatap tajam laki-laki itu. Akhir­ nya, kuputuskan keluar bus dengan da­da panas. Aneh! Jelas ada copet. Supir maupun ker­net tetap saja diam. Tak bereaksi! Kusimpulkan, mereka tahu ada copet di busnya. Tapi, mereka tidak berani ber-

ingin turun di depan Toga Mas, salah satu toko buku terkenal di Yogya. Bus berhenti. Oh...no... ������������������������� persis seperti yang dulu terjadi denganku. Laki-laki yang tadi duduk di pojok secepat kilat menghala­ngi ibu itu agar tak bisa segera keluar­. Dan, laki-laki dengan tas laptop (kosong­) menyerempet tubuh ibu itu dari belakang. Tas ibu itu jadi sasaran. Saat tangan copet itu membuka kancing tas, aku pura-pura batuk dan sece­ pat kilat kuberi kode ibu di depanku agar segera menyelamatkan tasnya. Posisiku yang persis di dekat pintu memu­ dahkanku melakukan segala bentuk penyelamatan atas ibu itu. Untung, ibu tadi memperhatikan gerak mataku. Seperti yang kuharapkan, ia menarik tasnya, mendekapnya di depan dada, dan berteriak “Copet.....!” Reaksi yang tak terduga, dipukulkannya tas itu ke kepala copet. Yang terjadi kemudian, laki-laki itu babak-belur dihajar massa. Aku pun ikut melayangkan bogem mentahku ke wajahnya. Meski sekali, puas juga aku. Nah, yang perlu diketahui, formas­i duduk para copet–biasanya tim–akan mengambil posisi strategis di bus. Copet yang satu duduk terpisah dari yang lain. Atributnya, biasa memakai topi, ada yang membawa tas laptop (kosong). Matanya jelalatan mencari mangsa, apalagi saat ada yang masuk bus. Biasanya, para pencopet menjalankan aksinya saat penumpang akan turun dengan cara menghalanginya agar tidak bisa segera turun. Untuk itu, ketika Anda akan turun da­ ri bus, letakkan tas di depan dada dan dekaplah! Experience is very expensive. Be careful for all in your life. Pitri Mariana Mahasiswa Fisika FMIPA UNY

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009


laporan utama

PARA FACEBOOKER UNY Inilah komunitas yang konon sukar untuk dibayangkan. Kini hadir dengan ragam identitas yang juga sukar untuk dikenali. Oleh sismo n o l a od e

T

ULISAN Shawn P. Wilbur dalam Arkeologi Cyberspace—sebuah virtualitas, komunitas, indentita­s— diawali dengan kalimat ‘‘Komunitas virtual” bisa jadi merupakan salah satu istilah yang paling sering diguna­ kan, dan paling sering di”perkosa”, da­ la­m berbagai literatur yang membahas perihal Komunikasi berbasis komputer (CMC).” Ini tidak mengejutkan. Karena­, menurut Wilbur, setiap orang terkena dam­pak kolektivitas yang tidak lagi di­ pe­ngaruhi keterbatasan fisik. Kini, sebu­ a­h ruang telah terbuka bagi pelbagai komunitas yang disediakan jaringan internet, yang secara linear mengancam “komunitas nyata”. Untuk itu katanya, diperlukan kajian kritis untuk memba­ has ini, bahkan pilihan kata dalam setiap istilah dunia maya harus hati-hati dipakai. Lantas, apakah komunitas itu? Wil­ bur berusaha mengetengahkan tujuh

definisi berdasarkan net.speed. Salah sa­­tu­nya, komunitas diartikan sebagai ruang yang berisikan pengalaman bertukar dengan orang lain yang tidak terli­ hat dalam ruang komunikasi yang nya­ ta. Baginya, sensasi pengalaman on-line adalah kebutuhan untuk terus ter­sam­ bung. “Saya berkelana ke dalam internet saat malam, bersamaan denga­n sa­ya merebus air, juga saat saya menandatangani surat penting, atau saya menyetujui pertemuan dengan mahasis­ wa saya. Sekali, dua kali, saya log on, de­ngan harapan akan mendapatkan komunikasi yang lebih real time. Keraba­t maupun kolega saya tam­paknya juga mengalami perasaan se­rupa. Kadang pe­ ngalaman ini terasa se­per­ti komunikasi langsung, namun se­le­bihnya merupakan pengalaman soli­ter, untuk mendapatkan kontak suara atau tubuh secara langsung. Dan saat telepon berdering dite­ngah malam, atau sebuah surat da-

tang, pe­ngalaman berbagi teks dengan orang la­in yang tidak pernah “benar- be­ nar” anda temui, akan terus teringat,” demikian urainya. Untuk dunia yang dimaksud Wilbur ini, tentunya dunia facebook menjadi hal yang menarik, bahkan bisa dikata­ kan seksis. Facebook, sebagaimana di­u­ rai dalam laporan utama Pewara Dina­ mika edisi ini, telah begitu “menjiwai” segenap mahasiswa UNY, terma­suk para karyawan dan dosen. Mereka de­ ngan skill yang belum lama dipero­leh, sukses mempermainkan iden­titasnya, sekaligus sukses berkomunikasi melewati batas-batas ruang dan waktu. Untuk lebih jauh memahami selukbeluk komunitas Facebook UNY dan apa saja yang mereka lakukan, ada ba­ik­nya membaca majalah ini. Jika ada yang kurang, maka kami amat membu­tuh­ kan masukkan dan kritikan dari pemba­ ca. Iyakan…. 



laporan utama

Menilik Komunitas UNY di Facebook Komunitas facebook di UNY beragam. Lewat media virtual ini, mereka saling menyapa dan bertukar pikiran. Entah apa? Oleh D hia n H apsa ri

S

ejak dilempar untuk publik pada 2006, Facebook (FB) makin mengaet banyak peminat. Apalagi fitur-fitur yang disediakan memungkinkan menambah member jumlah banyak. Fitur groups, misalnya. Fi­ tur ini memberi kemudahan untuk berdiskusi, mu­lai diskusi soal organisasi, hobi, pekerjaan maupun topik menarik lainnya. Apapun yang diperlukan komunitas pun terpenuhi dengan FB dengan fasilitas note, invited, chat, dan lailain. Penciptaan FB ini pun awalnya didasari atas ke­butuhan komunitas. Mark Zuckerberg, mahasiswa akhir di Harvard, membuat the facebook sebagai proyek hobi bersama kawannya, Eduardo Saverin, untuk memenuhi kebutuhan komunikasi intern mahasiswa Harvard. Kendati sekadar media komunikasi dalam kampus, fasilitas

FB mulai tercium oleh mahasiswa lain, seperti mahasiswa di Yale University dan Stanford University. Mereka meminta untuk diikutkan menjadi member FB. Kabar tentang FB pun berkembang sangat cepat. Bukan hanya dua universitas saja yang meminta menjadi member the facebook, bahkan 30 universitas lain melirik fasilitas jaring sosial ini. Tidak heran dalam hitungan dua minggu saja, sudah ada sekitar 30 kampus yang masuk jaringan FB. Belum lagi ditambah sekolahsekolah yang berada di bawah jaringan Ivy League. Tentu saja perkembangan ini sempat mengejutkan Zuckerberg. Merasa kewalahan, ia meminta dua kawannya yang juga dari Harvard untuk membantu menangani FB. Mereka adalah Dustin Moskovitz and Chris Hughes. Bersama dua kawannya ini Zukerberg kemudian mendandani the FB menjadi facebook.com sebagai jaring sosial yang lebih besar dengan menerima member umum dan anak usia sekolah 13 tahun ke atas. Perluasan network itu menjadikan pengguna FB meningkat drastis. Bayangkan saja, seba­ nyak tiga ratus juta orang (data September 2009) memiliki account di FB (sebutan popule­r Face­book.com). Jumlah ini akan semakin me­ ning­­kat selama FB masih terus diminati.

istimewa

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Komunitas Tidak jauh berbeda dengan di Yale Universit­y dan universitas lain di berbagai belahan duni­a. Mahasiswa dan karyawan UNY pun kini sedang berasyik-ria dengan “mainan” baru itu. Seiring pertumbuhan jumlah member FB bertambah pula jumlah komunitas dalam jejaring sosial


laporan utama

Lain dari itu, komunitas beraroma unik jug­a nangkring di FB dengan berlatar belakang UNY pula. Tengok saja The Sochih (Komunitas penggemar Pak Sochih), Drop Out From UNY, dan MUNK UNY. Komunitas yang ikut meramaikan dunia FB ini memiliki member di atas 30 orang dan cukup ramai dalam berdiskusi. Salah satunya komunitas The Sochih. Komunitas ini beranggotakan mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) yang pernah masuk kuliah. Dalam profi­l komunitas penggemar Pak Sochih ini tertuli­s, Pak Sochih adalah salah satu dosen UNYyang meng­ampu di program studi Pendidikan Akun­ tansi. Dia merupakan sosok yang humoris. “Ta­pi agak pelupa juga c, hehehe piss pak sochih,” salah satu contoh pembicaraan di group ini. Dari semua komunitas berlatar belakang UNY hanya The Sochih-lah komunitas yang mengangka­t tema penggemar do­sen. dhian hapsari/pewara dinamika

terpupoler tersebut. Di UNY saja berkembang sekitar lebih dari lima puluh komunitas. Baik yang berasal dari lembaga resmi seperti BEM dan UKM, maupun komunitas di luar itu yang beranggotakan mahasiswa dari UNY. Beberapa komunitas dari UNY yang tida­k asin­g antara lain The Big Family Otomotif UNY, FK UKM UNY, SC UNY, dan masih banyak lag­i la­ innya. Komunitas yang berangkat dari tim pem­ be­lajaran pun mulai dibentuk seper­ti PBS­I UNY 2009 kelas B, Keluar­ga KKN PPL SMK­N 2 Pur­­worejo, Teknolog­i Pembela­ jar­­an UNY, Multi­ plikasi UNY, Pen­ di­dikan Kimia Swa­dana UNY, Ti­mor Auto­car, Tutoria­l PAI, dan Spedu FIP UNY.

Member Komuni­tas Groups da­la­m FB menja­di media mem­­ ber FB be­r­­tu­ka­r in­­formasi dan berdiskusi. Pun, tidak membatasi seberapa banyak pengguna FB akan mengikuti suatu komunitas. Zuyyi, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris 2008, mengaku menjadi lebih dari lima komunita­s yang ada

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009


laporan utama

istimewa

di FB. Ia, yang menjadi pengguna FB sejak semester satu, merasa terbantu dengan menjadi komunitas FB. “Komunitas atau group di FB dapat memberi banyak manfaat. Informasi dari kampus UNY maupun kampus lain menjadi mudah didapatkan. Selain itu, komunikasi pun tidak terhambat jarak dan waktu.” Menurutnya, FB dapat menjadi media komunikasi yang efektif, di luar komunikasi langsung dengan seluler ataupun fasilitas lainnya. Kelebihan lain yang diberikan FB pun dirasakan perempuan yang aktif di kegiatan Ormawa FBS UNY ini. “Komunitas dapat menjadi jembatan diskusi untuk masalah yang tidak memungkinkan untuk diungkapkan secara langsung karena malu, terhalang waktu, jarak atau apapun. Untuk itu, kita dapat memanfaatkan fasili­ tas chat private di FB sehingga komunikasi lebi­h lancar,” ungkapnya lebih lanjut. 10

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Sama halnya dengan Raras Gistha Rosard­i, mahasiswa Pendidikan Ekonomi, 2006. Perem­ puan yang akrab dipanggil Raras ini menja­di­ kan FB bukan sekadar tempat komunikasi. Ia le­ bih memanfaatkan FB untuk mencari lowongan pekerjaan dan hal-hal yang dapat mendukun­g perkuliahannya. “Belum lama ini saja saya mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari FB yang mungkin lowongan pekerjaan itu tida­k akan saya dapatkan kalau saya tidak ikut FB,” tuturnya. Lain halnya dengan Nurul Ahadiyah, maha­ siswa Pendidikan Bahasa Jerman, 2007. Mes­ kipun ia lumayan lama menjadi pengguna FB, ia tidak tertarik mengikuti groups. “Tidak terta­ rik saja, soalnya tidak ada komunitas yang sesu­ ai dengan apa yang saya inginkan.” Termasuk komunitas yang berlatar belakang Pendidikan Bahasa Jerman pun tidak ia ikuti. “Kalau ba-


laporan utama

Dhian HApsari/pewara dinamika

gi saya, ya, untuk apa mengikuti komunitas. Ko­munikasi kan dapat langsung, karena seti­ ap hari bertemu.” Selama menjadi member, ia meng­gunakan FB untuk bertegur sapa dan saling bertukar kabar dengan kawan-kawan lama­ nya yang terpisah jarak. “Sejak pertama saya lebih senang berkomunikasi dengan kawan-kawan SD, SMP, dan SMU,” ung­kapnya.

istimew a

Rambu-rambu Komunitas Laiknya diskusi, ber-FB ria juga memiliki ram­ bu-rambu tertentu atau yang disebut sebag­ai sopan santun ber-FB. “Sopan-santun ini pen­ ting karena komunitas dalam FB sangat berbe­ da dengan group melalui yahoo atau jaringan lainnya yang memungkinkan memiliki moderasi. Tapi ya, tidak menutup kemungkinan apabila ada moderator dalam groups itu,” papar Raras. Secara sederhana, kata Raras, kita harus men­ jaga diri apabila akan memberi komentar dalam wall kawan. “Terkadang ada hal pribadi yang dapat terbongkar hanya dengan komentar di FB. Itu menjadi tidak baik, karena merusak nama baik seseorang,” ungkapnya lebih lanjut. Untuk itu, ia mengaku sangat jarang memberi komentar di wall pengguna FB lainnya, “Bukan karena apa-apa, saya hanya khawatir kalau tidak berkenan atau apa.” Lebih dari itu, mengko-

mentari wall pengguna FB lainnya, tidak lebih bermanfaat daripada bertukar informasi tentang hal-hal yang berguna untuk masa depan seperti informasi diskusi, lowongan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu menurutnya, membuka FB berlebihan dapat menyita waktu dan tenaga. “Sebaiknya kita memiliki prioritas waktu untuk membuka atau sekadar mengecek wall. Paling tidak sekitar 10-15 menit saja. Kalau ti­ dak direm, kita sendiri yang akan rugi nanti­ nya,” tuturnya. Senada dengan Raras, Zuyyi menambah­ kan, “FB dapat menjadi jejaring sosial yang berguna dan dapat pul­a men­ jadi sangat meng­ ganggu. Itu ter­gan­ tung pemakainya. Apapun itu kalau digunakan secara ber­lebihan akan mengganggu aktifitas lain yang seharusnya dapat lebi­h bermanfaat.” 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

11


laporan utama

Dari Obrolan Ringan hingga Ubah Jadwal Kuliah Tidak sedikit mahasiswa dan dosen berkomunikasi lewat FB. Mulai dari say hello sampai bimbingan akademik. Oleh Endang Artiati S uhe sti

B

anyak user memanfaatkan Facebook (FB) sebagai ajang untuk bernostalgi­a. Mereka mencari teman-temannya dengan fitur search yang ada di dalam situs jejaring pertemanan ini. Komunikasi pun kembali terjalin dan lebih hidup. Para user bis­a menggunggah foto-foto mereka, teman-teman mereka pun menjadi tahu perkembangan ma­ sing-masung. Foto-foto zaman-zaman bahela terpampang dan para pengguna lain yang sudah dikonfirmasi menjadi teman dengan mudah saling memberi komentar. Foto-foto pernikah­ an bahkan sampai undangan pernikahan pun da­pat dengan bebas dipasang dalam account masing-masing. Selanjutnya tinggal menunggu komentar-komentar dari teman-teman. Isi komentar bisa menyanjung, mengejek, bergurau, la­lu si pemilik foto juga bisa membalas komentar-komentar tersebut dengan leluasa. Tidak hanya foto-foto yang menjadi fokus per­hatian para user untuk diberi komentar, me­ reka dapat memberi komentar tentang status teman yang lain. Status di sini ini adalah fasilitas untuk menuliskan apa yang sedang dialami atau dipikirkan sang pengguna. Menuliskan apa yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang

foto-foto: istimewa

12

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

dialami di wall dalam fitur FB ini juga menjadi sebuah aktivitas yang menarik para user FB, lebih hidup dan seperti bercakap-cakap karena para pengguna lain bisa langsung memberikan tanggapan. Dari tanggapan hingga tanggapan atas tanggapan pun menyatu di sini. Facebook membuat penggunanya bebas ber­ ekspresi. “Suka, duka, sedih, bingung, cemas se­ mua perasaan yang ada di hati dapat dicurah­ kan lewat FB,” ungkap Fitri Nur Mahmudah. Ba­ginya ia seperti menemukan tempat untuk meng­eskpresikan diri antarteman. Berbeda halnya antara mahasiswa dan do­ sen­, tidak terlalu terlibat pada komunikasi yang sifatnya lebih pribadi. Herman Sujono, dosen


laporan utama Fakultas Teknik (FT) mengungkapkan, “Maha­sis­ wa lebih sering say hello saja, tidak ada yang curhat-curhat. Paling mereka tanya-tany­a tentang pelajaran.” Diresty pun mengiyakan bah­ wa komunikasi dengan dosen lebih pada sepu­ tar tanya jawab mata kuliah. “Iya, sekadar ta­nya jawab mata kuliah,” ujarnya singkat. Bagi Utari Sumaryato, FB justru dapat digu­ nakan untuk berkomunikasi dengan dosen, ter­ utama yang berkaitan dengan akademik. “Ter­ kadang bila dosen tidak masuk atau jam kuliah diubah, dosen sering memberikan informasi lewat FB,” terangnya. Begitu juga dengan maha­ siswa yang merasa kesulitan tentang tugas ma­ ta kuliah bisa langsung kirim pesan atau cha­ting lewat FB atau Yahoo Messenger. Ia juga menceritakan pengalamannya saat melaksa­nakan Praktik Industri di perusahaan di luar kampus, “Saat itu saya mendapat tugas tentang learn­ ing management sistem moodle (e-learning). Saya mendapatkan kesulitan dalam menamba­h bahasa dan mengubah template, kemudian saya kirim pesan pada Pak Herman, dosen saya untuk menanyakan hal itu,” tuturnya. Bagi Utari FB cukup efektif dan efisien untuk komunikasi jarak jauh antara dosen dengan mahasiswa daripada kirim email. Lain halnya dengan salah satu mahasiswa

da­ri Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) mengaku jarang malah hampir tidak pernah mengguna­ kan FB untuk berdiskusi dengan dosennya. “Face­book masih digunakan untuk percakapa­npercakapan yang biasa. Ada dosen yang menggu­ nakan FB aktif meng-up date statusnya sehingga mahasiswa tahu apa yang sedang dilakukan oleh dosen itu,” ungkapnya. Bagi Priyanto, dosen FT ini, FB hanya diguna­ kan sebagai sarana komunikasi ringan dan pertemanan saja. “Kalau saya tidak pernah menggunakan FB untuk pembelajaran, karena masih ada perangkat lunak yang dikhususkan untuk pembelajaran dan memiliki fitur yang lengkap sesuai dengan kaidah e-learning,” paparnya via email. Ditegaskan bahwa dirinya tidak memanfaatkan FB untuk pembelajaran bukan karena tidak menyukai FB tetapi melainkan memang sudah ada software yang khusus untuk pembela­jaran. Dari pantauan Herman Sujono selaku kepal­a Puskom UNY, mengakui bila banyak dosen yang belum punya account FB. “Saya tidak mau merekomendasikan agar dosen punya Facebook. Punya FB adalah pilihan, terserah mereka. Yang jelas saya rekomendasikan untuk menunjang pembelajaran adalah e-learning (BESMART) dan blog,” pesannya. 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

13


laporan utama

Adu Sikut Antar Jejaring Sosial Keberadaan facebook yang meneguhkan eksistensi jejaring sosial, justru (juga) melahirkan persaingan antarmereka. Oleh D hia n H aps ari

S

iapa tidak kenal Facebook (FB)? Jejaring sosial yang membawa pendirinya, Mark Zuckerber­g yang masih berusia 25 tahun, menjadi milyuner termuda. Jeja­ ring sosial yang awalnya berkembang di Amerika dan Kanada ini meram­bah Indonesia pada awal 2008. Bertepatan dengan pe­ngumuman resmi facebook.com dan menerima member semua umur dan berbagai kalang­an. Kini FB berkembang di Indonesia. Apalagi setelah ditambah dengan fitur berbahasa Indonesia. Masyarakat umum dari berbagai kalang­ an dapat menikmatinya. Namun, banyakkah orang yang mengetahui bagaimana sejarah FB hingga mampu menggeser jejaring sosial se­jenis semacam Friendster dan MySpace? Konon, jejaring sosial yang diciptakan Mark Zuckerberg ini hanya dimaksudkan sebagai ja­ ringan kontak jodoh antarmahasiswa di Harvard University. Zuckerberg mencari foto terba­

foto-foto: istimewa

14

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

ru mahasiswa Harvard “door to door”, baik de­­ngan langsung maupun meminta selembar fo­to orang yang bersangkutan. Pada waktu itu bukan bernama facebook.com melainkan facemash.com. Ia mewajibka­n setiap profil memiliki foto, bahkan apabila orang yang dimaksud tidak memberikan fotonya, Zuckerberg tidak segan-segan membobol akses jaring­ a­n komputer kampusnya untuk mencuri foto ma­­hasiswa. Aksi nekadnya ini diketahui pihak kam­pus dan ia, yang masih menginjak semeste­r dua itu, hampir dipecat dari Harvard. Ia tidak pernah menyerah. Pada semester selanjutnya, ia bangun lagi sebuah situs bernama thefacebook.com. Peminat situsnya ini memblu­ dak sedemikian banyak, hingga ia meminta tolong kawannya untuk membantu mengurusi. Mereka antara lain Eduardo Saverin yang memiliki latar belakang analis usaha, Dustin Moskovitz seorang programer, Andrew McCollum sebagai desainer grafis, dan Chirs Hughes. Tentu saja pertumbuhan thefacebook.com se­ makin cepat dan mencolok, hingga menggaet salah seorang pendiri PayPal, Pieter Thiel, untuk menanamkan investasinya pada thefacebook. com. Kemajuan bisnis thefacebook.com juga dili­ rik Accel Partner setahun setelah PayPal memetik investasinya dari thefacebook.com. Dua investor itu saja telah memberi angin segar pada tim thefacebook.com hingga tidak ragu lagi membeli nama domain dari Aboutface.com seharga USD 200.000. Selanjutnya label thefacebook.com berganti menjadi facebook.com pada 23 Agustus 2005. Setelah berganti nama, facebook.com juga mem­perluas jaringan member-nya. Ia membuk­a siapapun yang ingin bergabung, asalkan berusia di atas 13 tahun. Kabar bertambahnya mem­ ber tersebut membuat panas telinga pemilik Yahoo dan Friendster. Tidak heran Friendster pernah menawarkan 10 juta US Dollar untuk mengakuisisi facebook.com. Tawaran ini dito­ lak, sama seperti tawaran yang pernah diberi-


laporan utama

kan Viacom seharga 750 juta US Dollar. Pemain raksasa seperti Yahoo! pun pernah menawari Zuckerberg untuk mengakuisisi Facebook deng­ an dana sebesar 1 Milyar US Dollar!

Persaingan Ketat Menurut penelitian yang dilakukan Alexa. com, Facebook mengalahkan Friendster pada per­ tengahan 2008 seiring dengan semakin jenuhnya pengguna Friendster yang kemudian pindah ke Facebook. Rival lainnya, seperti MySpace cenderung stabil karena lebih mengedepankan Profile Music yang masih diminati para musis­i. Bukan itu saja, di peringkat dunia Facebook men­ duduki peringkat kelima untuk situs yang se­ rin­g diakses setelah Goggle, Yahoo, Youtube dan Live. Sejak berkembangnya Facebook, banyak orang membandingkan Facebook dengan jeja­ rin­g sosial lain seperti hi5, twitter, friendster, MySpace, Kaskus, FUPEI, Bebo, dan masih banya­k jejaring sosial lainnya. Mereka memiliki kelebih­ a­n dan kekurangan masing-masing. Kekurang­ an facebook dibandingkan MySpace dan Friend­ ster adalah tampilannya. Facebook, awalnya, tidak memperkenankan pemakainya menguba­h tampilan. Akan tetapi, pada perkembangannya facebook lantas menarik penggemar software untuk menciptakan aplikasi yang dapat digunakan dalam Facebook. Fasilitas ini dikenal sebagai Facebook Platform. Selain itu, beberapa fitur lain yang dimili­ki Facebook dan tidak dimiliki jejaring sosial lain yaitu poke/colek, gift/hadiah, quiz, marketplace, wall/dinding, status, photos, dan fitur lainnya yang akan segera dibangun. Fitur ini merupakan daya tarik yang luar biasa bagi suatu situs untuk menggaet member. Hasilnya? Facebook tercatat oleh ComScore (situs pe­riset internet marketing) sebagai pengumpul peng­guna sebanyak yang dimiliki Goggle dan Microsoft.

Banyaknya peminat Facebook ini juga didorong status Facebook yang free, sebab di samping Facebook ada juga jaring sosial yang berbayar seperti Diamond Lounge yang memiliki alamat situs www.diamonlounge.com. Dimana dalam situs ini, orang yang ingin menjadi anggota diwajibkan membayar sebesar 500.000 rupiah. Membayar pun belum dianggap selesai. Anda harus diseleksi oleh tim khusus yang disebut sebagai komite Diamond Lounge. Situs ini memang dirancang untuk kaum ekslusif seperti kalangan khusus para sosialita seperti para selebritis, dan pengusaha kaya saja.

Meniru Facebook Dalam industri internet, kue bernama Face­ book ini memang terlihat begitu lezat. Di sam­ ping dapat menghasilkan pemasukan ratusan juta dollar dari hasil iklan, pengguna seakanakan menjadi pecandu Facebook yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk me­nge­cek dan up date status di profil facebook-nya. Melihat perjalanan karir Zuckerberg yang berawal dari nothing menjadi something itu pun menginspirasi banyak pihak untuk mencip­ takan jejaring sosial semacam Facebook. Lihat saja bagaimana StudiVZ.com, studenface.com.au milik Australia, xiaonei.com, vkontakte.ru, unibi­ cate.com, unihayat.com yang dibuat Turki, dan Amikumu.com. Orang kreatif Indonesia sendiri juga membu­ at kloning Facebook yang dinamainya Youfaces­ ter. Ia tidak sungkan-sungkan menyebutkan situs buatannya itu adalah hasil dari kloning antara You­tube, Facebook, dan Frienster. Si pembuat Youfacester (yang tidak diketahui siapa namanya) bah­kan menulis Youfacester Indonesia, Facebook Clone Layout di sisi kiri bawah. Kendati demikian, pengguna Youfacester tidak sebanyak pengguna Facebook yang telah populer mulai dari belahan bumi Barat hingga Timur. Apapun itu, jejaring sosial memang sangat diperlukan untuk dunia komunikasi, terlebih lagi bagi mereka yang memiliki aktifitas mencari jaringan. Namun, dunia bisnis internet juga bukan dunia yang selamanya indah. Di dalamnya tetap ada saling sikut dan saling gusur seperti yang pernah terjadi pada Friendster jaringan sosial terkemuka yang akhirnya digeser Facebook saat ini. Bagaimanapun, pasar tetap yang menjadi penentu jejaring sosial mana yang akan tetap berada di atas angin. 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

15


laporan utama

Di Kelas, dari Bosan hingga Berpaling Facebook Kelas terasa hening, sebagain besar para mahasiswa mendengarkan penjelasan yang sedang dipaparkan dosen. Tapi tunggu dulu, ada seorang mahasiswa yang sesekali tersenyum simpul sendiri dan jari-jari tangannya seperti menari-manari di atas keypad handphonenya. Oleh Endang artiati suhe sti

S

ejak situs pertemanan yang telah dite­ mukan oleh Mark Zuckerber ini diluncur­ kan, hampir semua orang menggandru­ nginya. Dari anak SD sampai orang tua, seperti diserang “demam facebook”. Mereka mem­buka facebook (FB), entah untuk unggah fo­to, memberi komentar, atau up date status. Lebih mudah lagi bagi orang-orang yang memiliki handphone dengan fitur GPRS. Mereka bisa mudah sekali “fesbukan” di mana-mana dan bisa setiap saat. Di lingkungan kampus UNY sebagian besar ma­hasiswa juga sedang terkena “demam Face­ book”. Kesibukan mereka tambah satu lagi selain kuliah, membuka acount yang mereka punyai di facebook. Fitur-fitur disediakan yang dibuat remaja yang pernah kuliah di Universita­s Har-

Ahmad Natsir/pewara dinamika

16

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

vard Amerika Serikat ini menarik. Setidaknya bisa membuat user-nya merasa asyik mengakses. Sampai-sampai Sari, mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia ini menggambarkan, “Sekarang itu istilahnya Fesbukan sambil kuliah,“ ujarnya seraya tertawa. Lebih seringnya, lanjut Sari kalau mengakses facebook itu untuk up date status, memberi komentar di status teman, lihat siapa yang memberi comment atau kasih balasan comment. “Asyik aja rasanya kalau ada yang comment status kita atau comment foto kita,” tambahnya dengan riang. Kerajinan bermain Facebook, membuat sejumlah mahasiswa UNY mengaksesnya saat ku­ li­ah berlangsung. Hampir semua mahasiswa yang ditemui Pewara mengakui banyak mahasis­ wa yang bermain Facebook saat kuliah berlangsung. Kebanyakan dari mereka memberi alasan, karena mengantuk atau karena bosan. Seperti yang diutarakan oleh Sari, “Ada seh 1-2 orang mengakses Facebook saat kuliah. Biasanya karena dosennya ngebosenin gitu, jelas mahasiswa semester 3 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY ini. Sekelompok mahasiswa yang sedang bermain laptop di sekitar lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) pun menjawab sama. “Ya biasanya karena ngantuk,” ujar salah satu dari mereka singkat. Gerak gerik mereka tidak begitu terlihat ka­ rena mereka menggunakan dengan handphon­e (HP). “Teman saya mengakses facebook di kelas menggunakan HP, biasanya kalau pas dosennya tidak ‘killer’. Baru di tengah-tengah perkuliah­ an dimatikan,” urai Ridho, mahasiswa FIP. Bah­


laporan utama

istimewa

Ahmad Natsir/pewara dinamika

kan ada dosen kurang begitu paham kalau ada mahasiswa yang asyik-masuk mengakses FB. “Dosen sendiri tahunya teman-teman sedang asyik mainan HP karena dapat sms dari pacar­ nya dan baru kasmaran. Kan ada dosen yang belum tahu FB, jelas Fitri, mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran ketika diwawancara­i lewat situs FB. Walaupun begitu, lanjut Fitri do­ sen menegur dan menasihati agar jangan “smsan” di dalam kelas pada saat kuliah berlang­ sung. Tak hanya dosen yang menegur, mahasisw­a juga kadang menegur temannya yang asyik ber­ main FB di kelas. Seperti yang diungkap Fitri, “Saya menegur teman saya itu. Biasanya kalau mereka marah, saya hanya bisa bilang “kamu tahu tempat tidak?” Kalau Utari, teman Fitri, bia­ sanya hanya akan mengatakan, “Wah asyi­k nih, lagi ngapain hayoo..!” Lain lagi dengan yang diu­ ta­rakan Dyresti, mahasiswi yang aktif di unit kegiatan mahasiswa radio komunitas Magenta UNY ini mengaku membiarkan saja jika teman-temannya yang asyik mengakses FB di kelas. “Saya biarkan saja (baca: mereka), asalkan ti­dak mengganggu. Kalau kita terlalu ekstrim menanggapinya nanti dikira mencampuri privasi orang lain. Sebenarnya hal ini kesadaran masing-masing saja. Kalau sekiranya sudah keterlaluan, ditegur secara halus juga sudah cukup,” terang Dyresti. “Selama tidak mengganggu sebenarnya tidak apa-apa, mereka sudah dewasa, sudah kuliah, mereka harusnya bisa memikir-

kan untung ruginya,” lanjut Sari. Dewi, mahasiswa Pendidikan Sejarah 2007 juga mengaku tidak begitu mempedulikan ketika ditanya tentang mahasiswa yang mengakses FB di kelas. “Cuek saja saya dengan mereka, toh tidak mengganggu saya,” ujarnya sambil mengaku tidak suka dengan situs pertemanan di dunia maya. Menanggapi hal itu, Priyanto, dosen FT yang kebetulan mengajar mata kuliah Software En­ gineering ini mengatakan via email kepada Pe­ wara, “Fenomena menarik. Kalau kuliah kok mahasiswanya asyik bermain FB, berarti... yang salah adalah dosennya, bukan mahasiswanya, tidak (atau kurang) menarik dalam menyampaikan kuliah, baik dari sisi materi maupun cara penyajian, dan pengelolaan kelasnya.” Hingga sikap yang layak diambil dosen menurut Herman Surjono, Pendidikan Teknik Elektronika UNY ini, dengan menegur mahasiswa yang sedang bermain FB. Menanggapi hal yang sama, Utari Sumaryanto mahasiswa Fakultas Teknik ini berkomentar, “Sebaiknya diminimalisis membuka FB waktu jam kuliah, atau diblokir saja situs FB-nya lewat server sehingga mahasiwa tidak dapat mengak­ses FB pada jam kuliah.” Lain halnya dengan Perwita, yang memberikan tips agar tidak membuka facebook, “Ya tidak usah beli pulsa reguler, kan handphonenya tidak bisa buat mengakses internet,” ujarnya seraya ter­ senyum. 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

17


laporan utama

Hari Gini Nggak Punya Facebook? Jangankan Mahasiswa, orang-orang biasa pun menggunakan facebook, hari gini nggak punya Facebook? Apa kata Dunia… Oleh Endang Artiati S uhe sti

B

egitulah salah satu yang penuturan mahasiswa yang tengah merampungka­n strata 2 di Program Pasca Sarjana UNY. Facebook masih (saja) menghipnotis ma­syarakat, tak hanya usia remaja, usia-usia pa­ruh baya pun banyak yang mengandru­ngi situs jejaring yang telah diluncurkan awal tahu­n 2004 ini. Mark Zuckerberg, remaja yang tidak sempat menyelesaikan kuliahnya di Universita­s Harvard AS telah berhasil membuat orang berbondong-bondong menjadi user aktif Facebook (FB). Sebagai jaringan sosial ini, FB membantu ma­ sya­rakat untuk berkomunikasi lebih efisien de­ ngan teman-teman-teman dan juga dengan ke­luarga. Dari anak-anak sekolah, mahasiswa, karyawan, hingga ibu-ibu rumah tangga dapat mengakses FB. Mereka dapat saling berkomuni­ kasi mudah di dunia maya tanpa harus terikat oleh jarak dan sekat-sekat geografis. Aktivitas mereka sehari-hari bisa dikatakan tidak bisa lepas dari FB, dari bangun tidur, di kantor, di rumah, kuliah atau pulang kampus Mereka dapat dengan mudah mengekspre­ sikan segala sesuatu tentang diri mereka lewat

foto-foto: istimewa

18

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

fitur yang tersedia dalam FB, baik itu melalui fo­to, video, aplikasi, catatan, status, ataupun komentar. Setiap orang yang menggunakan FB memiliki ke­ sempatan menjadi diri sendiri dan bebas berbica­ ra dengan semua orang, bahkan mereka bebas untuk “mempermainkan” identi­tas tersebut. Tak kecuali dengan keadaan mahasiswa di UNY tak luput dari kebebasan menunjukkan eksis­tensi diri dalam situs FB. Sebagian besar mahasiswa yang berhasil diwawancarai Pewara mengaku punya acount di FB dan menjadi use­r yang aktif. Tak hanya mereka yang menjadi us­ er, mereka pun mengaku jika dalam pengamatan mereka sehari-hari banyak mahasiswa UNY yang sedang menggandrungi situs perteman­ an ini. “Ini jelas, terbukti dari padatnya (baca: ma­hasiswa) yang ‘ngenet’ di LIMUNY (tempat berinternet yang lokasinya di Pusat Komputer [PUSKOM] UNY). Sebagian besar punya account FB,” ujar Dyresti. Dalam pengamatan saya, lanjut Pratiwi selama di PUSKOM UNY sekitar saya kebanyakan bermain FB. Priyatno, dosen FT me­ng­amati pula bahwa dari kalangan dosen dan mahasiswa, tampaknya mayoritas menggu­ nakan FB. “Kalau mahasiswa, tampaknya hampir semua atau bahkan semua menggunakan FB,” imbuhnya. Menurut Nurdin, mahasiswa Manajeman Pendidikan Pasca Sarjana UNY, banyaknya maha­ siswa UNY yang menggandrungi disebabkan karena situs FB sedang menjadi trend, sedang digandrungi juga oleh orang-orang di seluruh dunia. “Kalau diamati sekilas, ketika masuk di


laporan utama ngkan bila ada yang mengharamkan FB. Karena FB merupakan salah satu produk perkembang­ an teknologi informasi, sama seperti situs-situs yang lain, yang bisa kita manfaatkan untuk halhal positif (dan tentu saja juga hal-hal negati­f), sehingga tergantung pemakainya. Saya ilustra­ sikan seperti pisau, apa kita juga mengharamkan pisau karena gara-gara dengan pisau bisa membunuh orang.” Justru, lanjut Herman, FB amat bermanfaat. “Saya bisa memberi pengumuman tentang perkuliahan (baca: dengan FB) dan dengan cepat direspon mahasiswa. FB bisa juga untuk menunjang pembelajaran selain situs e-learning yang saya gunakan, yaitu website pribadi ataupun blog,” terangnya kemudian. Saya tidak setuju, imbuh Priyanto via email jika ada yang memandang memandang negati­f terhadap FB. Kalau berbicara negatif, semua memiliki sisi negatif, termasuk email, handphone dan sebagainya. “Teknologi membawa konsekuensi”, tegasnya. Jika di lingkungan Balaikota Bogor, Faceboo­k internet perpustakaan atau PUSKOM, hampir setiap mahasiswa yang menggunakan internet di tempat-tempat tersebut membuka Face­ book,” terangnya.

Antusiasme Facebook Setelah diluncurkan, antusias masyarakat melirik FB mulai meroket di awal tahun 2009. Data versi google dan versi alexa dalam ocen­ trum.com menyebutkan bahwa di awal 2009 situs ini dikunjungi sebanyak 1,4 juta orang per hari, dengan rata-rata waktu berkunjung 32 menit per kunjung, untuk total kunjungan kese­ luruhan perbulan sebanyak 51 juta kunjung­an dan total halaman yang dibuka di FB selama satu bulan sebanyak 1,1 milyar halaman. Hal ini menempatkan FB sebagai situs ketiga yang pa­ ling banyak dicari, setelah google dan yahoo. Walaupun diclaim sebagai situs yang paling ba­nyak dicari, Facebook dalam perkembangannya menuai pro dan kontra seperti yang muncul di kalangan masyarakat tentang fatwa Facebook yang diharamkan. Dilangsir dalam situs Kom­ pas.com, (22/05) menyebutkan bahwa Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMPP) meng­haramkan penggunaan jejaring sosial se­ perti “friendster” dan “facebook” yang berlebih­ an jika menjurus pada perbuatan mesum dan tidak bermanfaat. Menanggapi hal itu, Herman Surjono, dosen FT UNY mengatakan via email, ”Sangat disaya­ P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

19


laporan utama diblokir (5/10) seperti yang diberitakan oleh tempointeraktif.com, di lingkungan kampus UNY tidaklah demikian. “Belum ada wacana apakah FB di UNY mau diblokir atau tidak,” ungkap Herman Surjono dengan ramah ketik­a ditemui di ruang kerjanya. Kalau mau dibloki­r, lanjutnya, PUSKOM tinggal menunggu surat perintah saja. Tetapi pengakuan salah satu pegawai di ling­ kungan UNY merasakan bahwa Facebook di UNY sempat diblokir. “Waktu itu memang Fa­ cebook tidak bisa dibuka, terutama jaringan

20

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

yang pakai LAN baru bisa (baca:dibuka) setelah sore hari, setelah jam kerja. Kalau pakai wifi FB masih bisa dibuka,” tuturnya. Ketika dikonfirmasi kembali dengan kepala PUSKOM, Herman menegaskan bahwa tidak ada pemblokiran situs pertemanan hasil karya Mark Zuckerberg ini. “Selama ini pihak kami (Puskom) tidak pernah mengeluarkan kebijakan untuk memblokir FB. Saya heran kok bisa ada komplain seperti itu,” tuturnya dalam pesan email yang diterima Pewara. Mungkin, imbuh Herman menengahi, kalau ada terblokir bisa jadi karena petugas


laporan utama

admin di masing-masing lingkungan fakultas. Mereka (baca: petugas admin) bisa memblokir di wilayah mereka tergantung kebijaksaan di fakultas itu. Lantas apakah FB disinyalir dapat menurun­ kan kinerja di kampus UNY, Herman menja­wab “Bisa ya bisa tidak. Tergantung bagaimana etos kerja mereka, bagaimana kedisiplinan dan kemampuan membagi waktunya. “Dulu sebelum marak FB, banyak juga orang yang sering bermain games, seperti tetris, soliter dan lain lain,” ujarnya.

Kebermanfaatan Bagi kebanyakan Facebooker (sebutan para peng­guna FB, red.) memanfaatkan FB untuk bertemu (lagi) dengan teman-teman lamanya. Lewat FB, ungkap Fitri, bisa digunakan untuk menyambung tali silaturrahmi dengan teman yang dulu yang sudah hilang kontak. Dengan teman yang lain yang sekiranya jauh dan belum kenal juga bisa untuk menjalin silahturahmi. FB bisa untuk mencari informasi, mengakses ja­ ringan. Dengan FB bisa digunakan juga untuk membahas kepanitiaan. Hal ini seperti diungkap oleh Fitri Nur Mahmudah, “Saya pakai FB biasanya untuk membahas sesuatu misalnya ketika ada kepanitiaan di organisasi yang belum diselesaikan,” terangnya. Diresty menambahkan bahwa dengan puny­a Facebook dirinya bisa bertemu dengan teman-teman lamanya yang sudah bertahun-tahun tidak ketemu. Selain itu, tambahnya (baca: Facebook) bisa untuk menjalin silahturahmi dan tukar informasi. Sama halnya dengan Utari Sumaryanto yang melihat FB punya sisi manfa­at untuk berbagi informasi, chating dan diskusi, dan bisa membuat komunitas tertentu pula­. “Biasanya

sa­ya diskusi dengan teman satu sekolah (STM) dulu yang kuliah di perguruan tinggi lain. Kami membicarakan tentang tugas kuliah, materi kuliah atau perkembangan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah masing-masing. Selain itu juga berdiskusi dengan bapak atau ibu guru sekolah (STM) tentang ilmu dan perma­ salahan dunia Informatika. Tak berbeda jauh di kalangan mahasiswa S2 UNY, Nurdin yang sedang kuliah S2 ini mengung­ kapkan bahwa penggunaan FB di kalangan mahasiswa S2 UNY lebih banyak untuk mencari sahabat-sahabat lama yang sudah sangat lama tidak berjumpa atau saudara-saudara jauh. “Manfaat yang bisa diambil dari FB dapat menjalin persahabatan dengan rekan-rekan melalui dunia maya, selain itu dapat duga sebagai tempat untuk menuangkan ide-ide atau pikiran kita ,“ ungkapnya via email. Ketika pengguna dunia maya (baca: internet), menjadi kerajinan FB, ini menjadi berdam­ pak negatif. “Bisa menyebabkan kita lupa waktu dan melupakan aktivitas-aktivitas yang lain,” tegas Nurdin. Selain itu, menurut Utari Sumaryanto, dapat terjadi penyalahgunaan data karena FB itu universal, misalnya foto yang di-upload di FB dapat digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan hahal yang negatif. 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

21


laporan utama

FB? Kenapa tidak! Kehadiran dunia cyber membuat jutaan manusia terkagum-kagum. Jika demikian tidak ada alasan untuk tidak “menikmatinya”! Oleh D hia n H aps ari

I

nternet bukan barang mahal lagi di UNY. Setiap orang dapat mengaksesnya di mana­ pun, terutama sejak adanya hotspot di sekitar kampus. Tentunya setiap perkembang­ an internet akan sangat mudah diikuti baik oleh mahasiswa maupun karyawan UNY. Tida­k terkecuali Facebook. Seperti virus influenza, Facebook mudah me­­ nu­lar dari satu orang ke orang lain. Merek­a yang belum memiliki ‘id’ di facebook segera men­­daf­ tarkan diri agar tidak ketinggalan, sedang­kan mereka yang sudah akrab dengan jaring sosial ini sudah pasti sering menengok status yang baru saja dipostingnya. Apakah sudah ada komentar dari kawan ataukah ada status kawan lain yang menarik untuk dikomentari. Merebaknya facebook membuat karyawan, mahasiswa, dan banyak orang lainnya menyi­ sihkan waktunya membuka facebook, sehingga Majelis Ulama Indonesia di sebagian wilayah Jawa Timur, terutama Madura, sempat meluncurkan fatwa bahwa Facebook dihukumi hara­m. Bukan itu saja alasan MUI melarang facebook, mereka menganggap facebook menjadi media untuk berghibah, seks terselubung, atau kegiat­ an yang diharamkan lainnya. Seperti yang ramai dibicarakan dan menjadi wacana hangat beberapa waktu lalu.

Keanggotaan Wedho, panggilan akrab Wedho Christanto­, menganggap facebook lebih banyak memberika­n manfaat daripada dampak buruknya. Ia yang telah memiliki akun di FB selama kurang lebi­h enam bulan ini menyatakan, “Saya mengguna­ kan facebook untuk mempererat silaturahmi dengan kawan-kawan lama saya. Dengan face­ book, saya dapat menghadirkan masa lalu di ma­sa sekarang!” katanya dengan bersemangat sambil memperlihatkan foto-foto kenang­ an masa silamnya. Tidak jauh berbeda dengan Pangesti Wiedar­ 22

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

ti, Dosen Bahasa Indonesia FBS UNY yang ca­ kap berbahasa Inggris ini pun menangkap per­ kembangan FB sebagai hal yang positif. “Saya ter­masuk orang yang senang mengamati per­ kembangan media dan teknologi informasi­. Face­book sebagai jaringan sosial semakin me­ mu­dahkan kita untuk saling berhubungan dan meretas jarak, ruang dan waktu. Jadi saya kira, mengapa tidak memiliki akun di FB?” Ia menambahkan, sebagai civitas akademika memang sebaiknya memiliki hubungan yang luas agar wawasan juga lebih terbuka. Jadi, dosen, karyawan, dan mahasiswa sebaiknya memanfaatkan kelebihan FB. Lain halnya dengan Ririn Kustiarini, pegawai UNY yang sehari-harinya dapat ditemui di kantor Tata Usaha, menyatakan dirinya belum mendapatkan manfaat dari ber-facebook ria. “Bukan karena apa-apa, saya cuma belum begi­ tu perlu untuk mendaftar sebagai anggota FB ataupun memiliki akun di FB.” Hingga berita ini diturunkan belum jelas secara pasti, berapa jumlah karyawan, dosen, dan mahasiswa yang memiliki akun di FB. Namun pada umumnya dosen yang memiliki hubungan luas di luar kampus memiliki akun di FB, sedang­ kan untuk mahasiswa hampir bisa dipastikan memiliki akun di FB. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya group yang menamakan diri­ nya berlatar belakang dari UNY.

Manfaat FB Facebook memang semacam jaring sosia­l yang sangat terbuka dan memberi ruang yang cukup luas untuk member lain mengetahu­i ba­ gai­mana latar belakang si pemilik akun, mes­­ kipun di luar itu masih saja ada anggota FB yang merahasiakan dirinya. Orang dapat memilih untuk menggunakan FB ataupun tidak sama sekali. Pun, lembaga besar seperti UNY ti­dak memaksakan civitas akademikanya maupun karyawannya memiliki akun di FB, sehingga


laporan utama tidak semua orang yang berada di bawah payung UNY memiliki keanggotaan dalam group UNY. Seperti juga yang dikatakan Asnan, karyawa­n UNY yang bergelut di Museum Pendidikan Indo­ nesia, “FB memang memiliki kelebihan yang menarik untuk menghubungkan satu orang de­ ngan orang lainnya. Meskipun saya mengetahui adanya FB sudah lama, tapi saya bukan orang yang cepat memutuskan memiliki id di FB. Saya memiliki FB baru-baru saja karena saya lebih memperhatikan keamanan dan kegunaan.” Berbeda dengan Wedho yang langsung tertarik setelah mendengar pertama kali istilah Facebook. “Awalnya saya mendengar kata Face­book saya tertarik. Seperti apa yang namany­a facebook itu. Pada waktu itu media massa banyak yang mengabarkan tentang fenomena facebook baik di Indonesia maupun dunia. Itu yang membuat saya lebih tertarik lagi.” Setelah mendenga­r kabar yang fenomenal itu, Wedho kemudian mencari tahu lebih banyak tentan­g Facebook dari internet dan menemukan alamat www.facebook.com. “Saya langsun­g utak atik sendiri dan mendaftarkan diri menjadi anggo­ta.” Facebook yang menyediakan berbagai fitur itu membawa Wedho mencari kawan-kawan lamanya. “Saya iseng-iseng mencari kawan-kawan saya di SMP, SMA, juga kawan kuliah dulu. Ternyata mereka juga banyak yang memiliki FB. Wah…senang sekali rasanya.” Komunikasi yang sudah terputus bertahun-tahun itu dapat tersambung kembali dengan media facebook. Kendati memiliki keasyikan tersendiri dalam ber­facebook, Wedho tidak merasa menjadi peng­ gila facebook. “Penggunaan facebook tetap saya batasi, karena saya tidak ingin menyita banyak waktu saya untuk itu. Saya hanya gunakan facebook untuk refreshing. Paling tidak setelah sholat dzuhur di waktu istirahat ataupun malam sebelum tidur saja saya menengok status ataupun posting foto.”

Urusan Kantor Facebook memang menyediakan berbagai ma­cam fitur. Salah satu unggulannya adalah fitur chat yang memungkinkan penggunanya melakukan obrolan seperti dalam Yahoo Messe­ nger. Menurut Asnan, fitur chat ini memang baik digunakan dan efektif, namun ia merasa tidak terlalu aman menggunakan untuk urusa­n kantor. “Saya lebih baik membicarakan urusan kantor secara langsung, karena saya belum ter-

istimewa

lalu yakin dengan fasilitas itu.” Begitu pula yang dilakukan Wedho, “Kalau untuk urusan kantor itu berbeda, saya jarang sekali menggu­ nakan FB untuk urusan kantor. Selain lebih enak kalau berbicara langsung, saya tidak menemukan banyak orang kantor yang memiliki facebook.” Facebook, menurut Asnan, hanya media yang baik digunakan untuk diskusi seputar ho­ bi dan perkembangan lainnya, bahkan lebih baik memilih media lain untuk menawarkan Museum Pendidikan Indonesia, sebagaimana yang dikatakannya, “Kalau untuk memperkenal­ kan Museum Pendidikan, saya pikir lebih efektif dengan media massa seperti koran maupun website daripada dengan Facebook. Itu akan lebih banyak dibaca orang.” Ya, facebook memang menarik! Saya mene­ mukan banyak hal di sana, tambah Wedho. “Saya menemukan teman diskusi tentang hob­i atau kabar-kabar terkini tentang perkembang­ an sosial dengan mengikuti group di FB. Disku­si semacam itu membuat refreshing dan menam­ bah wawasan daripada menggunakan FB untuk selingkuh ataupun perbuatan negatif lainnya.” Lebih dari itu, tegasnya, facebook memang memiliki dampak buruk. “Baik dan buruk itu tergantung masing-masing. Misalnya kita lihat kasus Bibit-Chandra. Facebook dapat menjadi pressure group yang efektif, lalu lihat juga kasus Prita yang juga mendapat dukungan ba­nyak facebooker. Baik dan buruknya itu tergantung dari orangnya atau pemakainya. Baik bagi siap­a dan buruk bagi siapa,” tegasnya. 

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

23


laporan utama BIBIT-CHANDRA, FACEBOOKERS, DAN GERAKAN SOSIAL O l e h S ism o n o L a Od e

K

asus kriminalisasi yang melanda Bibi­t Samad Rianto dan Chandra M Hamza­h menyulut perhatian publik. Dukung­ an moral terhadap kedua pimpinan KPK yang dinonaktifkan ini terus mengalir, ter­utama pasca diumumkannya P19 atas berkas Chandra M Hamzah. Grup Facebook, yang dibuat untuk menggalang dukungan terhadap dua tokoh KPK itu kini telah mendekati angka 1,2 juta anggota. Hingga pukul 02.53 WIB, Selasa (10/11/2009) tercatat 1.177.461 anggota yang tergabung dalam grup Facebook bertajuk “Ge­ rakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah&Bibit Samad Rianto”. Pelbagai macam komentar muncul dalam alam maya tersebut, tentunya kesemuanya berusaha melawan “arogansi” kepolisian dan kejaksaan yang berkola­ borasi dengan pemilik modal yang sewenangwenang. Gerakan yang diluncurkan pada Jumat, 30 Oktober 2009, saat Chandra dan Bibit ditahan oleh Mabes Polri, merupakan gerakan sosial model baru, oleh media mass­a disebut sebagai fenomena bangkitnya dunia maya. Dulu, untuk melihat dukung­an publik terhadap sesuatu cukup dengan turun ke jalan (demontrasi) atau dengan polling. Kini, setelah Faceboo­k sukses “menekan” arogansi atas institusi yang dianggap sewenang-wenang, seperti pada kasus Prita Mulyasari, seorang Ibu yang dipenjarakan hanya karena menulis keluhan via email atas tidakprofesional­nya Rumah Sakit Omni Internasional Tangerang.

Suksesnya gerakan komunitas virtual (baca: Facebookers) ini tentunya membuat dunia virtual menjadi objek kajian akademis yang menarik. 24

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Suksesnya gerakan komunitas virtual (baca: Facebookers) ini tentunya membuat dunia virtu­ al menjadi objek kajian akademis yang menarik. Tidak hanya, sifatnya yang bisa menjadi media gerakan sosial, tetapi lebih dari itu. Oleh Howard Rheinghold, komunitas virtual, dalam The Virtual Commu­nity: Homesteading on the Elec­ tronic Frontier, merupakan bentuk segregasi sosial yang muncul dari jaringan internet saat terdapat cukup orang untuk melak­sanakan diskus­i publik yang panjang mengenainya, dengan perasaan manusia yang memadai pula, untuk membentuk jejaring berupa hubungan perso­ nal di dunia maya. Jejaring yang dibangun dalam dunia cyber, jika kita menilik pada kasus Bibit-Chandra maupun Prita, ternyata tidak lepas dari bagaimana cara setiap orang yang menyuarakan ketidak­a­ dil­an hukum. Mereka, para Facebookers, tampak dengan caranya sendiri ber­ga­bung dalam gerakan dukungan tersebut, sembari memberi komentar saran, an­cam­an, dan protes atas buruknya kinerja hukum, yang dapat dibeli oleh pemilik modal, dalam hal ini Anggodo Widjoyo maupun RS Omni. Fenomena gerakan sosial yang diawali Facebookers (juga blogger) ini, secara tidak langsung ingin menegaskan bahwa pemilik dunia saat ini, bukan saja berasal dari dunia empiris, juga dunia virtual deng­ an segenap propertinya. Tidak salah kemudian, jika banyak perusaha­ an bahkan institusi (negera) mula­i “ketakutan” akan kehadiran Facebook. Sebagai­mana diberitakan Banjarmasin Post, edisi Rabu­, 11 Maret 2009, bertajuk “Perusahaan Indonesia Anggap Facebook Ancaman”, bahwa ‘ancaman’ Facebook terhadap perusahaan mulai tampak. Selain itu, di Negeri para Mullah, Iran, keber­ adaan Facebook menjadi “ancaman” pemerintah yang hendak menyelenggarakan Pemilu 12 Juni 2009 lalu. Setali tiga uang, di Jawa Timur, sekitar 700 ulama dari Jawa dan Madura berkumpul dan mengeluar­kan fatwa yang kontroversi, mengharamkan Facebook. Situs tersebut mereka sebagai wadah pergaulan bebas, perse-


laporan utama lingkuhan, yang menjuru ke perzi­naha­n, dan hal negatif lainnya. “Ketakutan” akan hadirnya (gerakan sosial) Facebook tentunya beralasan, karena di alam cy­ber ini, orang atau komunitas bebas memainka­n identitasnya. Tanpa haru­s menunggu datangnya pe­rintah, para Facebooke­rs bebas mengekspre­si­kan diri. Menurut Turkle, da­lam dunia simulasi identitas dapat mencair dan menjadi multi-identitas­. Internet adalah contoh yang paling eksplisit tentang multipersonalitas­. Cyberspace memungkin­kan pemakainya untuk menggunakan identi­tas yang diinginkan. Dalam cyber­ space, self menjadi self-fa­ shion dan self-create, Jean Baudrillard menyatakan dalam cyberspace yang ber­ laku bukanlah hu­kum kemajuan—sebab kemajuan selalu berarti ekspansi teritorial—melainkan hu­kum orbit. Lewat hukum orbit segala sesua­tu berputar secara global, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu peradaban ke peradaban lain­nya. Dalam proses perputaran itu semua wujud beru­bah menjadi virtual. Dalam kasus Bibit-Chandra (maupun Prita), kuasa dunia cyber lewat gerakan sosial yang dilakukan para Facebookers telah menunjukkan hasil. Dengan multi-identitas yang merek­a punyai, para Facebookers sukses memainkan peran simboliknya sebagai “institusi” yang punya kuasa, setidaknya, seperti telah penulis ung­ kapkan sebe­lumnya, bahwa gerakan dukungan ini telah “memaksa” Presiden SBY untuk membentuk TIM 8. Lantas, apa tuntutan para Facebookers hingga “memaksa” elit-elit bersuara? Dalam situs resminya, mereka dengan lantang menyuarakan: Bebaskan Bibit-Chandra, Jangan Takut Pada Buaya, Kami Cicak Berani Lawan Buaya, dan seterusnya. Tampaknya, melihat kasus Bibit-Chandra (maupun Prita) di atas, para Facebookers boleh bersenang hati, setidaknya komunitas virtual ini diakui keberadaannya. Walaupun demikia­n, bukan berarti Facebook tanpa “ancaman” bag­i kebe­basan individu. Jika kita teliti prosedur menjadi Facebookers, kita diwajibkan untuk mengisi biodata pribadi, yang juga

menyer­takan email dan password. De­ngan demikian administrator dapat dipastikan me­ ngantongi seluruh biodata pengguna Facebook. Dari proses awal ini saja diketahui bahwa Facebook sangat berpotensi mengawasi atas segala informasi yang dimiliki oleh para penggunanya. Dengan memegang semua alamat email dan password para penggunanya, pemilik Facebook dapat mengontrol seluruh informasi yang berkaitan dengan penggunanya. Facebook tidak hanya dapat memblokir tapi juga dapat mengetahui pesan-pesan (yang bisa jadi rahasia) antar anggotanya. Dalam perumpamaan panoptikon (istilah ini di­ pakai oleh Michel Fou­ cault untuk menggambarkan mekanisme produksi kekuasaan melalu­i internalisasi pengawasan), Facebook sebagai penjaga mengendalikan seluruh in­ formasi deng­an menguasai email dan password. Kekuasaan kontrol tersebut dipegang mutlak oleh pemilik Facebook. Salah sa­­tu kasus yang cukup he­ kalam/pewara boh adalah kasus pemblo­ kiran na­ma ”Alicia Istanbul” yang dilansir oleh media massa Amerika. Pada sebuah Rabu pa­gi hari Alicia mendapati bahwa dia telah terputus dari jaringan Facebook yang sudah dia gunakan sejak tahun 2007. Masih banyak ancaman lain dari dunia maya, selain contoh di atas. Akan tetapi harus diakui pula bahwa dunia maya lengkap dengan propertinya yang di sisi lain dapat menguntungkan masyarakat. Ruang-ru­ang teritorial yang selama ini membatasi, sirna seketika. Tidak perlu harus “berlari” ke ruang lain, cukup duduk sembari berinteraksi, kapan dan dimanapun, dengan jaringan internet. Jika hal ini ditarik pada perkara Bibit-Chandra, dunia Facebook telah menunjukkan kuasanya, hingga institusi sehebat polisi (baca: “Buaya”) tidak banyak berbuat apa pun.

Sismono La Ode Mahasiswa Media and Culture Studies sekolah pascasarjana Universitas Gadjah Mada; Redaktur Pelaksana Majalah Pewara Dinamika UNY

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

25


berita KOMPETISI STUDI PERANCIS 2009

Mahasiswa UNY Mewakili Indonesia

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Dalam Program Kreativitas Maha­sis­ wa (PKM) Bidang Pengabdian Masyara­ ka­t dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Na­sional (Pimnas) Latifah Septiyanti San­tosa, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Perancis FBS menorehkan medali emas untuk kontingen UNY. Sedangkan dalam kompetisi Concour Séjour Linguistique en France 2009 (Kompetisi Studi Kebaha­ saan Perancis 2009) ia berhak mewakili Indonesia dalam Séjour Langue et Cul­ ture Française 2009 “Studi Bahasa dan Budaya Prancis 2009”. Program studi bahasa dan budaya Pe­ rancis yang berlangsung dari 1-18 Agustus lalu berlangsung di Paris, Perancis. Latifa merupakan satu-satunya peserta dari Asia Tenggara pada program tersebu­t. Adapun negara lain yang mengirimkan perwakilannya seperti, Jepang, Iran, Sudan, Afrika Selatan, Litu­ ania, Ma­roko, Izrael, Amerika Serikat, Mongo­lia, Yunani, Algeria, Montenegro, Rumania, Albania, Chili, Serbia, Malawi dan Meksiko yang semuanya berjumlah 30 orang. Di Perancis mereka mempelaja­ ri ba­­hasa serta kebudayaan Perancis 26

seca­ra lebih dekat dan detail. Seperti yang diungkapkan Latifa, “Kami berdiskusi me­ngenai sejarah kota Paris­, mempresen­tasikan les regions de la France (daerah-daerah di Perancis) sert­a bermain permainan yang membuat kami lebih saling mengenal satu sama lain. Pembelajaran dilakukan dari pagi hingga siang dilanjutkan dengan kunjungan ke berbagai situs dan tempat penting dan bersejarah di seluruh kawa­san Paris.” Latifa juga menceritakan bahwa, semua peserta diajak menggunakan alat transortasi umum dalam semua kegiat­ annya. Seperti le métro (kereta bawah tanah), RER (kereta bawah tanah kecepatan tinggi), le tramway dan bus. Se­ hing­ga secara tidak langsung semua peserta diajak mempelajari kebudayaan orang Perancis (terutama warga Paris) yang jarang menggunakan kendaraan pribadi dalam setiap melakukan aktifi­ tas­nya. “Malam harinnya, kami naik kapal wi­sata menyusuri sungai terpanjang, ter­indah dan terbesar yang melewat­i Paris, yakni sungai Seine. Sepanjang per­

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

ja­lanan, kami melihat berbagai bangun­ an penting di Paris, seperti kantor wali­ ko­ta Paris, Universitas Sorbonne I, l’O­péra de la Bastille, kantor pos utama Pa­ris, gedung kepresidenan, Cathédral Notre-Dame de Paris dan lain-lain,” ung­ ka­p Latifa. Peserta juga diajak mengunjungi la Tour Eiffel atau menara Eiffel. Menara yang dijuluki “Wanita dari Prancis” ter­ sebut sangat memikat. Besi dan baja yang telah digubah menjadi mahakarya raksasa empat tingkat yang menga­gum­ ka­n. Tidak ketinggalan Le Musée du Lou­ vre (museum Louvre) yang menyuguh­ kan mahakarya seni dari berbagai ne­­­gara. Tidak hanya karya seni yang ber­­asal dari seniman Prancis, di sana ju­ga terdapat karya-karya seniman besar Italia, Mesir, Turki dan negara-nega­ ra lainnya. Hari berikutnya, peserta diajak me­ ngunjungi Le Château de Versailles, istana kerajaan Prancis pada masa lampau. Istana yang menyimpan peninggalan raja-raja yang memerintah Perancis dan berjaya pada masanya seperti, Henry IV, Louis IV, Louis XVI, dan raja-raja yang lainnya. Di hari terakhir, peserta diajak berkunjung ke kawasan Barat Prancis, yakni di daerah Normandie, tepatnya di kota pesisir Enfleur dan Deauville. Di tempat itu dapat dinikmati indah­nya pantai Perancis, kawasan pedesaan, ladang gandum, dengan pemandangan kincir-kincir raksasa. Tidak hanya sebatas acara jalan-jalan yang berikan pada para pemenang. Para peserta juga diajak menonton film Pa­ ris Story di Quartier d’Opéra, yakni sebu­ ah film yang mengisahkan sejarah kota Paris dan pembangunan menara Eiffel. Sebuah kisah yang bagus dan menarik dalam penyajiannya. Dimana film tersebut menyajikan keindahan Paris dalam tiap perkembangnnya. Program tersebut dikelola oleh CEI (Club des 4 Vents). Sebuah organisas­i yang bernaung di bawah Departemen


berita Urus­­an Luar Negeri Perancis. Di man­a tiap tahunnya, organisasi tersebu­t me­m­ fasilitasi sejumlah anak-anak muda dari berbagai negara dan tingkat pendidikan untuk bersama-sama belajar bahasa dan kebudayaan Perancis. Dan tahun 2009 mengangkat tema “linguistik” dan “pedagogik”. Di Yogya­karta, Lembaga Indonesia Perancis (LIP) yang menjadi

penghubung antara pelajar dan mahasiswa dalam belajar bahasa dan budaya Perancis dengan pihak CEI. Bagi Latifa, keseluruhan program Sé­ jour Langue et Culture Française 2009 sa­ ngat bagus dan potensial untuk pembe­ la­jarannya dalam praktek baha­sa Pe­­­ran­cis. Dimana semua kegiatan telah di­ran­cang dengan baik. Latifa merasa

sangat beruntung bisa mengikutinya­. Sekarang ia merasa lebih berani untu­k bermimpi dan akan berniat untuk melanjutkan studi di Perancis lewat jalur beasiswa. Latifa berharap semua ini bisa menjadi motivasi bagi temante­mannya di UNY untuk meraih mimpi itu. Lt/Humas UNY

KEGIATAN 2009 KRIVET TVET AND HRD

DOSEN UNY WAKILI INDONESIA

dokumen pribadi losina

Masalah pengangguran merupakan per­masalahan yang tidak dapat die­lak­ kan di mayoritas negara ASIA. Salah sa­ tu upaya yang dilakukan untuk me­ngu­ ra­nginya adalah mencetak lulusan siap ker­ja. Terutama melalui pendidikan ke­ ju­ruan dan pelatihan. Berkenaan dengan hal tersebut, do­ sen Pendidikan Ekonomi FISE UNY, Lo­si­ na Purnastuti M.Ec.Dev. diundang dalam kegiatan 2009 KRIVET (Korea Re­search Institute for Vocational Edu­cation and Training) TVET and HRD Training Program for Experts from South East Asia pada 17-20 Agustus 2009. Penyelenggara: Korea Research Ins­titute for Vocational Education and Training (KRIVET), dan SEAMEO-VO­CTECH. Bertempat: Hotel Imperial Pa­lace Seoul Korea Selatan. Peserta: In­do­nesia, Brunai, Malaysia, La-

os, Philipina, Vietnam, Thailand, Kamboja, Singapura, Korea Selatan. Losina yang saat ini mengambil P.hD., program di School of Economics and Finance, Custin Business School, Cur­tin Univerty of Technology Aus­tra­ lia mengungkapkan kegiatan ini ber­ lang­sung selama empat hari. Tiga hari pertama pelatihan mengenai human resources development dan vocational edu­ cation and training di korea. Kegiatan hari terakhir pelatihan dilakukan study visit ke Samsung D’light, Incheon Human Resources Development Institute, Se­o­ ul Institute for Vocational Training in Advanced Technology (SIVAT), dan dia­ khiri dengan Culture Day, kunjungan ke N Seoul Tower. Setelah 4 hari pelatihan dilanjutkan dengan KRIVET-SEAMEO VOCTECH Join

International Seminar dengan tema Cur­ rent Status and Future Directions of Voca­ tional and Technical Education in Korea and Southeast Asia. Pada kegiatan semi­ nar masing-masing perwakilan negara mempresentasikan country report. Losina Purnastuti selaku wakil dari Indone­ sia mempresentasikan country report de­ ngan judul “Current Status and Future Directions of Vocational and Technical Edu­ cation in Indonesia”. Kegiatan seminar di­akhiri dengan diskusi seluruh peserta seminar dengan para ahli dari perwakil­ an berbagai departemen dan institusi di Korea Selatan. Diharapkan ke depan akan dapat dilakukan berbagai kerjasama dan penelitian bersama antara nega­ ra-negara peserta dalam bidang vocati­ onal education and training. kirom

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

27


berita Konferensi Lembaga Legislatif Mahasiswa se-Indonesia

REFLEKSI SEJAK di PARLEMEN MAHASISWA Lembaga legislatif dalam ketatanegaraan Indonesia kontemporer memiliki peran vital, sesuai dengan karakter konstitusi kita yang legislative heavy. Parlemen kini dihadapkan pada dua situasi, keprihatinan atas rendahnya produktivi­ tas dan buruknya kinerja anggotanya. Di sisi lain harapan publik tetap tidak pernah berhenti pada kinerja parlemen dalam menyuarakan amanah rakyat. Itulah konteks yang mendorong dilaksanakannya Forum Lembaga Legisla­ tif Mahasiswa Indonesia dengan tema “Prospek Parlemen Indonesia Menuju Parlemen yang Bermartabat dan Fungsi­ onal”. Acara tersebut dibidani oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNY, selama dua hari, Sabtu dan Minggu (????) yang bertempat di Aula Gedung KPLT Fakultas Teknik UNY dan di Hotel Ka­yu Manis Kaliurang. Kegiatan tersebut diikuti oleh 59 akti­ vi­s lembaga legislatif mahasiswa dari 24 perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia. Beberapa Kampus di luar Jawa yang hadir antara lain Univer­ sitas Syiah Kuala NAD, Universitas Mu­la­ war­man Kalimantan, Universita­s Anda­ las Padang, Universitas Muhamma­diyah Se­marang, dan sejumlah perwaki­lan kam­pus lainnya. Forum tingkat nasional tersebut di­ke­ ma­s dalam bentuk Studium General dan Konferensi. Acara dibuka oleh Suhar­no, M.Si, Pembantu Dekan III FISE, yang juga mewakili Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Dalam pida­ t­o sambutannya, Suharno menyata­kan, sa­lah satu persoalan utama parlemen In­ donesia pada aspek rekrutmen anggo­ta­ nya, yang juga sangat dipenga­ruhi oleh kinerja dan performa partai politik sebagai jalur privelese menuju Sena­yan. 28

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

“Karenanya, mahasiswa harus menyi­ ap­kan diri untuk mengisi kekosongan dalam proses rekrutmen tersebut. Mahasiswa hendaknya sejak dini menempa diri iron stock kepemimpinan yang tak mudah bengkok oleh godaan pragma­ tisme dan kepentingan politik jangka pendek,” ungkapnya lebih lanjut. Suharno yang juga kandidat doktor kebijakan publik, UGM menyatakan, un-

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

tuk kepentingan tersebut sudah saatnya mahasiswa melakukan refleksi dan penguatan (strengthening). Di mana refleksi harus mulai intensif dilakukan sejak mereka duduk di lembaga parlemen mahasiswa, atas kinerja, perilaku, dan mentalitas sendiri. “Sehingga, pada saatnya mereka siap menjadi suksesor dalam parlemen Negara,” paparnya. Halili


berita Silaturahmi

HARI PERTAMA MASUK KERJA REKTOR SILATURAHMI KE FAKULTAS

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Seperti sudah menjadi tradisi, setiap ha­ ri pertama setelah libur lebaran, ja­jaran pejabat universitas beserta sekita­r 300 karyawan Kantor Rektorat UNY salin­g berjabat tangan. Saling jabat tangan diselenggarakan di Hall Rektorat, Kamis, (24/9). Ada sesuatu yang baru pada sila­tu­ rah­mi kali ini, di mana setelah Rektor dan para Pembantu Rektor (PR) ber­si­ laturah­mi dengan karyawan kanto­r pu­sat, me­­re­ka ke fakultas-fakultas dan Pascasar­jana UNY. dan jabat tanga­n de­ ngan pim­­pinan dan karyawan di fakultas. Pa­r­a Dekan dan karyawan fakultas tampa­k bangga dan tidak menduga ka­ lau mereka akan didatangi oleh para pim­pin­an universitas. Disela-sela kunjungan silaturahmi Rek­tor, Dr. Rochmat Wahab, MA., menga­ takan, untuk silaturahmi tidak mesti kar­yawan yang datang ke pimpinan, tapi pimpinan silaturahmi ke karyawan

juga sesuatu yang lumrah. Kalau biasanya tidak semua karyawan fakultas bisa langsung silaturahmi dengan pimpinan, maka dengan kunjungan seperti ini karyawan bisa bersilaturahmi langsung dengan pimpinan universitas. Acara jabat tangan seperti ini sudah menjadi tradisi di UNY. Dengan saling berjabat tangan dan saling memaafkan akan terbangun tali silaturahmi dian­ta­ ra para pejabat dan karyawan. De­ngan suasana hati yang nyaman, maka kinerja pegawai akan menjadi lebih berkualitas. Lain halnya jika hubungan di ­antara pegawai tidak harmonis tentunya akan mengganggu kinerja. ”Saya bangga, karena walau hari ini ada­lah hari pertama masuk kerja setelah lebaran, tapi karyawan tidak lekas hanya berleha-leha, tapi bekerja sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Hal seperti ini patut dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan

yaitu universitas yang menuju World Class University,” ujar Rektor Dengan silaturahmi maka akan membuka pintu rezeki dan menjaga selain hubungan dengan Allah SWT. Selain itu kualitas hubungan dengan orang lain juga menentukan kualitas keimanan seseorang urainya. Dengan menjaga perbuatan dan kata-kata, maka tali silaturahmi akan terjaga dengan baik. Rektor menambahkan, bahkan dalam hal pembelajaran, antara dosen dan ma­­ hasiswa juga harus terjalin hubung­an yang baik. Dengan begitu proses pembelajaran berjalan lancar. Fasilitas kampus yang memadai harus di­man­faatkan sebaik-baiknya untu­k menun­jang per­ kuliahan, sehingga nan­ti akan mengha­ silkan lulusan yang lebih berkualitas. Dengan begitu para lulusan akan sege­ ra mengabdikan keilmuan­nya kepada masyarakat dengan lebih baik. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

29


berita

ahmad natsir/pewara dinamika

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Lokarya Pendidikan Karakter FISE

LEBIH EFEKTIF DENGAN TAULADAN Mulai tahun ajaran 2009, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY memasuk­ kan mata kuliah Pendidikan Karakter sebagai mata kuliah wajib. ”Sebagai mata kuliah afektif pembelajaran pendidikan karakter jangan terjebak pada pengembangan aspek kognitif,” ungkap Sardiman, AM., yang juga selaku Dekan FISE UNY saat pembukaan Lokakarya Pendi­ dikan Karakter, di Ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY, pada Jumat 28 September 2009. Acara tersebut dihadiri oleh semua Ka­prodi jajaran FISE dan calon dosen pe­ngampu mata kuliah Pendidikan Ka­ rak­ter. Dalam sambutannya Sardima­n menegaskan, bahwa dosen harus mampu mengembangkan mata kuliah pendi­ 30

dikan karakter sebagai wahana melatih diri mahasiswa. Adapun pembicara dalam Lokakarya tersebut menghadirkan Samsuri, M.Si., Dr. Dwi Siswoyo, Dr. Marzuki, M.Ag., dan Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Menurut Sam­suri, pendidikan karakter memiliki status mapan di sejumlah negara, misal­ nya di AS terdapat Character Education Partnership. Di Indonesia sebenarny­a ju­ ga memiliki mata kuliah dan mata pe­ lajaran sejenis seperti pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama. ”Untuk itu, perlu kehati-hatian menyu­ sun perangkat pembelajaran pendidik­ an karakter agar efektif,” papar mahasis­ wa S3 UPI ini. Sedangkan Samsuri mengamati, akan

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

perlu standar minimal dalam pendidik­ an karakter yang meliputi tujuan, mate­ ri kajian, referensi, instrumen penilai­an, pusat kajian pendidikan karakter, dan syarat tenaga pengajar. Pendidikan Karakter minimal memuat kajian haki­kat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, kepribadian manusia (perspek­tif agama, moral, dan psikologi), nilai-nilai dan jati diri bangsa, etika ilmiah, etos kerja dan profesional, dan pengembang­ an kepribadian. Untuk mengajar pendidikan karakte­r, diharapkan pengajar yang memahami dan menguasai hakikat pendidikan ka­ rakter. Terpenting dalam pendidikan karakter adalah menciptakan iklim karak­ ter yang baik di lingkungan kampus.


berita Ti­dak hanya sebatas memasang motomo­­to terkait di dinding-dinding, terpen­ ting juga adalah membuat kebiasaan ka­rakter dengan menekankan perilaku kebajikan menjadi kebiasaan (habitu­ al). Lokakarya yang dipimpin Pembantu Dekan I FISE UNY, Suhadi Purhantoro, M.Si., menghasilkan tim penyusun pe­ rangkat pembelajaran Pendidikan Karak­

ter. Adapun cakupannya, yang meliputi perencanaan, strategi, media, dan penilaian pembelajaran. Dalam acara tersebut juga disinggung bila mata kuliah Pendidikan Karakter bukan materi yang ekslusif, tetapi tetap terintegrasi deng­ an mata kuliah yang lain. Selain itu juga membahas akan pen­ tingnya tauladan untuk mencapai tuju­ an pembelajaran yang efektif dalam

pem­bentukan karakter. Penciptaan iklim kampus yang mencerminkan karak­ ter penghuninya dan akan mendorong peng­huni baru untuk mengikutinya. Sa­at ditemui, Suhadi mengungkapkan bahwa, pendidikan karakter bukan ha­ nya untuk mahasiswa semata, namun sekaligus sebagai ruh untuk seluruh civitas akademika. MR SPD

Halal bi halal

MENCIPTAKAN KAMPUS PERSAUDARAAN DENGAN NILAI-NILAI RELIGI Menciptakan kampus yang penuh de­ ngan persaudaraan tidaklah lepas dari nilai-nilai religi. Salah satunya dengan menjadi manusia yang bertakwa kepa­ da Sang Pencipta. Selain itu juga bisa de­ngan menjadi sosok yang sabar dan pemaaf. Dengan sabar dan pemaaf, akan memun­culkan kebersamaan dan per­saudaraan di antara para civitas aka­ demika Sehing­ga tercipta hubung­an yang tidak hanya bersifat profesional tapi berlandaskan ke­tulusan. Diharapkan kampus yang penuh dengan persaudaraan dan insan-insan yang bernurani, mandiri dan cen­dekia dapat terwujud. Demikian disampaikan Guru Besar UNY, Prof. Dr. Zamroni pada acara Hala­l Bi Halal Keluarga Besar UNY, Senin­, (28/9), di Auditorium UNY. Syawalan yang bertema ”Mengaktualisasikan Mak­na dan Nilai Syawalan Kita Mantapkan Kedamaian Kehidupan Kampus untuk Mewujudkan Insan Bernurani, Mandiri, dan Cendekia”, dihadiri oleh ci­vi­tas akademika UNY dan Tamu Undangan. Sebelum syawalan di dalam au­di­torium, Rektor dan pejabat lainnya saling berjabat tangan dengan para hadirin di halaman auditorium. Lebih lanjut dikatakan Zamroni, bulan Syawal bukan bulan kemenangan jika kita tidak dapat meningkatkan dan melanjutkan segala amal kebaji­kan

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

yang telah kita lakukan di bulan Ra­ma­ dhan. Kemenangan bulan Rama­dhan da­ lam melawan hawa nafsu setidak­nya menjadi cambuk bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik di hadapan-Nya. Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA., mengatakan, halal bi halal selain sebagai wadah untuk sa­­ling memaafkan juga untuk saling mengakrabkan rasa persaudaraan dan persahabatan dari latar belakang dan cita-cita yang berbeda. Sehingga sema­

kin memperkokoh sebuah civitas aka­­­ de­mika yang dapat berkontribusi opti­ mal baik secara personal, secara kolek­tif maupun secara institusional. ”Dengan membawa spirit syawala­n diharapkan dapat menjadi manusia yang selalu menghadirkan kebaikan dan kebermanfaatan bagi orang lain. Seca­ra institusional, UNY dapat memberi­kan manfaat tidak hanya untuk internal sa­ ja, tapi juga masyarakat yang lebih lua­s lagi. Tusty Handayani

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

31


berita SARASEHAN

TERIMA KASIH WISUDAWAN CUMLAUDE

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Menjelang pelaksanaan wisuda perio­ de Agustus 2009 kemarin. Jajaran rekto­ rat UNY mengadakan sarasehan bersa­ ma wisudawan cumlaude dan juga di­ha­diri seluruh pimpinan UNY. Sara­ sehan yang dihadiri 115 mahasiswa ini juga melaporkan rincian lulusan perfakultas dan domisili wisudawan cumlaude yang disampaikan Dra. Hj. Budi Hestri Hutami selaku Kepala Bir­o Admi­ nis­trasi Akademik, Kemahasiswaan, Pe­ ren­canaan, dan Sistem Informasi (BA­ AKPSI) UNY. Dari program Pascasarjana, jenjan­g 32

S3: 1 orang, jenjang S2: 14 orang, FMIPA­, jenjang S1: 26 orang, FT jenjang D3: 4 orang, jenjang S1: 4 orang, FBS jenjang S1: 6 orang, FISE, jenjang S1: 43 orang, jen­jang D3: 7 orang, dan FIK jenjang S1: 3 orang. Sedangkan dari domisili asal wisu­dawan, Thailand: 1 orang, Provinsi DIY: 52 orang, Provinsi Jawa tengah: 43 orang, Provinsi Jawa Barat: 4 orang, Provinsi Jawa Timur: 1 orang, Provinsi DKI: 1 orang, Provinsi Banten: 1 orang, Pro­vinsi Kalimantan Barat: 1 orang, Pro­ vinsi Kalimantan Timur: 1 orang, Pro­ vinsi Nusa tenggara Barat: 2 orang, Pro­

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

vinsi Bali:1 orang, Provinsi Maluku: 1 orang, Provinsi Sumatera Selatan: 2 orang, Provinsi Lampung: 3 orang, Pro­ vinsi Bangka Belitung: 1 orang. Selain itu, jiga dibacakan karya ahir wisudawan yang terkait dengan UNY sebagai bentuk sumbangan pemikiran untuk UNY lewat tugas ahirnya. Anasu­ fi Banawi, dari Program Pascasarjana dengan judul “Menuju UNY yang World Class University”, Wahyu Hidayat, dari FMIPA dengan judul “Kelebihan UNY”, sedangkan Afrizal, dari FISE dengan judul “Optimalisasi Kinerja di UNY”.


berita Sedangkan IPK tertinggi diperoleh Dra. Ismu Tri Parmi, M.Pd., Prodi Ilmu Pen­didikan jenjang S3 dengan IPK 3,78; Anasufi Banawi, S.Pd., Prodi Pendidikan Dasar jenjang S2 dengan IPK 3,92; Nenden Susilowati, Prodi Pendidikan Ekonomi jenjang S1 dengan IPK 3,77; dan Vita Wahyu Insanigati Prodi Sekreta­ ri jenjang D III, dengan IPK 3,88. Dalam sambutannya Pembantu Rektor I UNY, Prof. Dr. Nurfina Aznam N., SU., Apt., mengucapkan selamat dan

menyampaikan penghargaan setingg­itingginya kepada mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studinya dengan predikat cumlaude. “Keberha­sil­ an yang saudara peroleh ini tentu sa­ja karena kerja keras, dan semangat saudara yang tinggi, namun tentu tida­k dapat dilupakan doa, bantuan moril maupun materil dari orang tua, suami, istri, kakak, adik, dan teman-teman. Kami dan orang-orang terdekat Anda akan makin bangga dan bersyukur bila meli-

hat saudara dapat berkarya, mengamalkan semua yang telah diperoleh untuk kepentingan masyarakat, diri sendiri maupun almamater tercinta, UNY. Kerja keras dan semangat yang tinggi harus tetap dijaga, silaturahmi dengan almamater harus tetap dilakukan,” ungkap PR I. Dalam kesempatan yang sama Prof. Dr. Nurfina Aznam N., SU., Apt. juga memberikan kenang-kenangan pad­a wisudawan cumlaude. Ahmad natsir EP.

Program Kerjasama UNY 2009

PENERIMAAN MAHASISWA BARU KABUPATEN BENGKAYANG DAN KABUPATEN LANDAK KALBAR

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

UNY telah menerima mahasiswa baru se­banyak 112 orang dari Kalimantan Ba­ rat. Ini adalah tindak lanjut atas MoU kerjasama UNY dan Pemerintah Kabu­ paten Landak dan Kabupaten Bengka­ yang Kalimantan Barat. Mereka dinyata­ kan Lulus Seleksi Masuk UNY Tahun Aja­ran 2009/2010. Dari Kabupaten Beng­ kayang diterima 80 mahasiswa, Prodi Pendidikan Fisika 25 mahasiswa, Prodi Pendidikan Kimia 25 mahasiswa, Prodi

Pendidikan Sejarah 15 mahasiswa, Prodi Pendidikan Geografi 15 mahasiswa. Sedangkan, untuk Kabupaten Landak diterima 32 mahasiswa, Prodi Pendidikan Fisika 20 mahasiswa, Prodi Pendididkan SDLB 6 mahasiswa, Prodi Pendidikan Teknik Informatika 6 mahasiswa. Demikian laporan Pembantu Rektor I UNY, Prof. Nurfina Aznam, SU., Apt., sa­at acara Penerimaan Mahasiswa Baru UNY Program Kerjasama di ruang

Sidan­g Utama Rektorat akhir bulan lalu. Hadir pula dalam acara Penerimaan tersebut Pembantu Rektor II, Pem­bantu Rektor III, Dekan FIP, Dekan FI­SE, Dekan FT, dan para Kepala Biro di ling­kungan UNY dan pejabat kedu­a wakil dari Kabupaten masing-masing. Sementara itu Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA., dalam kesempatan itu menyatakan, langkah yang diambi­l Pemerintah Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang semoga diconto­h oleh kabupaten lain. Kerjasama serupa bukan pertama kalinya bagi UNY. Seba­ gai lembaga pendidikan tinggi berusaha menyediakan berbagai program stu­ di yang relevan untuk peningkatan ku­a­litas sumber daya manusia (SDM). Dikatakan lebih lanjut, UNY tetap me­ lakukan seleksi yang ketat untuk mendapatkan mahasiswa yang potensi­al dari calon mahasiswa. Rektor juga menambahkan, bila upaya Pemerinta­h Ka­­ bupaten (Pemkab) tersebut tidak la­in agar para mahasiswa yang sudah mau­ pu­n yang akan mengikuti program bea­ siswa ke depannya akan dapat memenu­ hi keinginan Pemkab. Hal ini seiring perkembangan daerah yang begitu pesat di rasakan saat ini, yang harus di imbangi dengan SDM yang terampil dan terlatih. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

33


berita Peresmian

REKTOR RESMIKAN UNY FOOD COURT

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Un��������� iversitas Negeri Yogyakarta kemba­li menambah fasilitas kampusnya deng­an meresmikan UNY FOOD COURT. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., Selasa, 13/10, di UNY FOOD COURT, sebe­ lah barat Museum Pendidikan. Dikatakan Pembantu Rektor II, Sutris­ na Wibawa, M.Pd., komplek ini terdiri dari 1 joglo yang artistik, gasebo tempat makan 6 unit, gasebo terbuka 8 unit, outlet makan 10 unit ukuran 3x4, out­let cinderamata 1 unit, dan panggung terbuka 1 unit. “Walaupun tempat ini menjadi tempat makan dan minum, tetapi fasilitas ini tetap menjadi 34

sifat akademis karena berbagai kegiat­an akademis (telah, red.) kita persiapka­n di sini. Selain itu, kita persiapkan link dengan hotspot, sehingga para pengun­jung bisa sambil akses internet bisa sambil menikmati makan dan minum,” ujarnya. UNY Food court ini adalah salah satu unit usaha baru dengan pangsa pasar utama adalah mahasiswa, dosen, karya­ wan, dan para tamu. UNY Food court ini sengaja dibangun di dalam komplek mu­ seum Pendidikan Indonesia. Unit la­in yang dibangun adalah unit Teater. Se­ lain itu juga akan ada Museum Olahra­ ga. Di sana diharapkan Olaraga bisa di­nik­mati oleh pengunjung museum, ke­

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

mu­dian ke museum olahraga, dan UNY Food court, ungkap Sutrisna. Dikatakan lebih lanjut oleh Sutrisn­a, beberapa kegiatan diharapkan bisa me­ ngisi di komplek ini, seperti pementas­ an-pementasan mahasiswa maupun binaan-binaan LPM ataupun UKM. Tempat ini juga bisa digunakan untuk rapat-rapat, acara-acara di tingkat universitas maupun fakultas. “Kita ingin di ting­kat universitas ada fasilitas yang re­presentatif untuk kalangan sivitas aka­ demika dan tamu,” lanjutnya. Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA., dalam sambutannya mengatakan, bahwa kampus adalah sa­ tu lembaga akademik yg selalu diharap-


berita kan memegang teguh misi pendidikan. Kehadiran UNY Food Court selintas eko­ nomis tapi diharapkan punya nilai pendidikan yang tinggi. Dengan adanya UNY Food Court diharapkan memberikan dukungan bagi mahasiswa yang setiap harinya beraktivitas di kampus dari pagi hingga sore tidak bisa lepas dari kebutuhan energi. “Diharapkan, di tempat ini juga dise­ diakan souvenir-souvenir seperti kaos, topi, payung dll. Souvenir center ini mohon disiapkan supaya siapapun yang datang ke UNY pulang dengan memba­ wa oleh-oleh khas UNY. Pengelola bisa

bekerjasama dengan teman-teman dari FBS yang punya karya seni untuk bis­a berkarya dan menghasilkan sesuatu ba­ gi UNY. UNY Food Court bisa memper­ kuat ide-ide tentang wisata kampus,” tuturnya. Lanjut Rochmat, makanan yang diju­ al harus ada jaminan halal. Selain itu juga murah. Bukan hanya mahasiswa yang ingin harga murah, tapi dosen dan karyawan pun menginginkan harga yang murah. Misalnya, konsumsi untuk kebutuhan rapat, sehingga tidak harus pesan diluar. “Para mahasiswa tata boga FT jug­a

diharapkan dapat berkiprah di sini. Tem­ pat ini bisa sebagai tempat berlatih untuk bekerja dan belajar untuk entrepre­ neurship. Untuk para mahasiswa yang difakultas yang kemarin berhasil untuk kewirausahaan untuk ditampilka­n di UNY Food Court ini. Bahkan untuk makanan tradisional kipo ternyata ha­ sil karya mahasiswa PLB UNY. “Deng­an demikian, tempat ini bisa sebagai Cen­ ter of Sosio Activities. Suatu saat kit­a berkumpul dan ada acara di sini baik un­ tuk kepentingan kita maupun kegiat­an yang sifatnya terbuka,” tambahnya. Witono Nugroho

Oppek

DOSEN UNY DI ORIENTASI OPPEK (Orientasi Pengembangan Pen­ dam­ping Kemahasiswaan) Tahun 2009 bagi Dosen di UNY, berlangsung selama tiga hari, dimulai Jum’at sore dan berakhir pada Minggu (16-18/10) di Hotel Anugerah Wisata, Kaliurang Sleman, Yogyakarta. Kegiatan ini dibuka Rektor UNY Dr. Rochmat Wahab, MA., didam­ pingi Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Hermi­ narto Sofyan menjelaskan penataran ini merupakan program yang digagas oleh pihak universitas yang diadakan dalam rangka menyamakan persepsi ten­tang pola-pola pengembangan dan pendam­ pingan kemahasiswaan di pergurua­n tinggi, khususnya di UNY. Pembe­kal­ an dilakukan dengan tujuan untuk me­ nge­tahui kondisi kemahasiswaan di In­donesia, pola pengembangan kemaha­ sis­waan secara nasional, memahami dinamika kehidupan mahasiswa, memahami sejumlah gaya kerja, dan mampu menerapkan gaya kerja dalam bernegosiasi. Menurutnya, OPPEK merupakan se­ rang­kaian kegiatan terstruktur yang dise­lenggarakan untuk membantu para pen­damping mencapai kesepakata­n ten­ tang cara-cara yang sebaiknya diterap-

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

kan dalam menangani masalah-masalah kemahasiswaan di perguruan tinggi masing-masing. Melalui pembekalan ini juga diharapkan dosen dapat melakukan monitoring secara langsung terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dan organisasi-organisasi yang berada dalam naungan di bawahnya yaitu MPM, DPM, BEM, dan UKM.

Materi yang diberikan dalam kegiatan ini meliputi Kebijakan Umum, Pola Pengembangan Pembinaan Kemaha­sis­ waan, Konsep OPPEK & LKMM, Iden­­ tifikasi Masalah Kemahasiswaan, Pro­ gram Penalaran, Dinamika Ormawa, Stan­dar Kerja Non Teknis, Kepemimpinan, Gaya Kerja, Negoisasi dan Manaje­ men Konflik, dan Outbond. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

35


berita

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

halal bi halal

DAMAIKAN HIDUP DENGAN SALING MEMAAFKAN Mencermati dan mempercantik diri sen­­diri dengan menggunakan busana ketaqwaan merupakan salah satu cara bagi perempuan untuk mendapatkan kebahagian lahir dan bathin. Dengan menjadikan sifat ’affu yaitu sifat suka memberi maaf dan meminta maaf seba­ gai bagian dari perilaku dan kebiasaan kita, niscaya akan memberikan kelapa­ ngan dan kebahagian hidup. Selain juga akan menambah kearifan dan kedamaian hidup baik dalam berumah tangga, bertetangga, bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Demikian diungkapkan Ibu Hj. Yani­k Prayitno dalam acara Silaturahmi dan Syawalan Pengurus/Anggota Dharma Wanita Persatuan Kantor Tata Usaha Pusat (DWP KTUP) pada (2/10) di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY. Pencapaian kebahagian, lanjutnya­, da­pat ditempuh dengan melakukan ma­ na­­jemen hati, yakni sebuah kepeka­a­n 36

kita dalam mengasah, mengasuh dan mengasih hati. Tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan memiliki kebiasaan ngobrol ngalor-ngidul tanp­a topik yang jelas atau istilah bekennya ngerumpi. Hal ini patut diwaspadai karena bisa me­ nyebabkan penyakit hati yang ditimbul­ kan karena prasangka baik disengaja maupun tidak, yang dapat memberi celah terhadap timbulnya kerikil-kerikil dalam hubungan silahturahmi antarin­di­ vidu. Sehingga sangat dibutuhkan pengendalian terhadap diri terutama dalam menjaga komuniasi lisan. Bicara sedikit bermanfa­at, bicara banyak bermanfaat dan diam pun itu berpikir. Sehingga, ini akan mengantarkan kita pada perempuan yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang dimuli­akan Allah SWT, tegasnya. Sementara Ibu Hj. Ana Royanna Rochmat Wahab mewakili Ketua Panitia

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Syawalan DWP KTUP menyampaikan acara syawalan diharapkan sebagai wadah silaturahmi dan menjalin persaudaraan antaranggota DWP KTUP, selain untuk memberikan kesempata­n untuk saling melebur dosa dan khilaf. Ibu Rektor UNY ini, Ana Rochmat Wahab juga berharap anggota DWP KTUP menjadikan 11 bulan kedepan menjadi bula­n yang sarat dengan perbaikan dan peningkat­an kualitas keimanan dan ketakwaan diri. ”Dengan demikian kita dapat men­ja­di insan yang memiliki kebahagia­an yang utuh, melingkupi lahir dan ba­tin,” ujarnya. Acara syawalan yang juga dihadiri oleh para Istri Pembantu Rektor, Kepala BAUK, Kepala BAAKPSI, dan para anggota DWP KTUP. Acara tersebut diakhiri dengan pembagian doorprize serta saling berja­bat tangan dan ramah-tamah. Tusti Handayani


berita Seleksi CPNS UNY

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TANPA PENDAFTAR Dari pendaftaran Penerimaan CPNS UNY tahun 2009 antara 14 September s.d. 6 Oktober dan setelah diperpanjang sampai 8 Oktober 2009, formasi untuk tenaga pengajar kualifikasi S2 Pendidik­ an Teknologi Kejuruan (dari S1 Pendidik­ an Tata Busana) tidak ada pendaftarnya. Sedangkan formasi yang paling banya­k peminatnya adalah S2 Akuntansi deng­ an 14 pendaftaran diikuti Pendidikan Sains (7). Jumlah pendaftar untuk tenaga pengajar 40 orang dengan jumlah for­ masi 15 orang. Sedangkan untuk tenaga teknisi sebanyak 119 dengan rincian, D3 Akuntansi 77 orang dan D3 Teknik Informatika/Tek­nik Elektronika/ Teknik Komputer 42 orang. Sementara itu formasi yang dibutuhkan untuk tenaga pengajar 15 orang dan tenaga teknisi 3 orang. Kabag Kepegawaian UNY, Sri Mulya­ ni, SH., mengatakan, pendaftar­an CPNS UNY sampai 6 Oktober masi­h ada beberapa formasi yang belum ada pendaftarnya yaitu S2 Bimbingan Konseling (BK) (dari S1 BK, S2), Pendidik­a­n Teknik Kejuruan (dari S1 Pendidika­n Teknik

Elektronika, S2 Pendidikan Tek­nik Kejuruan (dari S1 Tata Rias), dan S2 Teknik Transportasi (dari S1 Sipil). ”Untuk formasi yang belum ada pen­ daftar, ada sebagian kualifikasi yang diu­ bah yang pendaftarannya diundur dua hari hingga 8 Oktober. Kualifikasi tersebut yaitu S2 Teknik Informatika (dari S1 Teknik Informatika/S1 Teknik Elektro), S2 Teknik Sipil Struktur (dari S1 Teknik Sipil/S1Pendidikan Teknik Sipil), S2 Pendidikan Teknologi Kejuruan (dari S1 Pendidikan Tata Busana), dan S2 Bimbingan Konseling (dari S1 BK)/S2 Psikologi (S1 Psikologi)/S2 Psikologi (dari S1 Bimbing­ an Konseling). Dari beberapa kualifikasi tersebut, untuk S2 Pendidik­an Teknologi Kejuruan tidak ada pendaftarnya,” ujarnya. Sedangkan Kaprod­i Tata Rias UNY, Yuswati, M.Pd., menga­takan, untuk lulusan S1 kecantikan saat ini hanya dari universitas di Jakarta. Lulusan tiap tahunnya tidak banyak. Selain itu, sebagian besar dari mereka sedikit yang mau jadi dosen karena di Jakarta peluang usahanya lebih ba­nyak, bisa di swasta, bah-

kan peluang kerja diluar negeri juga besar. Sementara itu, Pembantu Rektor II, Su­trisna Wibawa, M.Pd., mengatakan, walaupun pada formasi tertent­u pendaftarnya hanya satu orang, tapi be­lum tentu orang tersebut langsung lo­los seleksi. Tapi tetap diuji sesuai pro­ se­dur dan harus memenuhi standar kom­petensi. Jika tahun ini tidak ada yang diterima, ta­hun depan bisa di buka lagi. Memang jumlah dosen tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Untuk dosen ilmu sosial idealnya rasio do­sen dan mahasiswa adalah 1:20. Sementara itu, ujian seleksi tahap I diselenggarakan Kamis, 15/10 di FMIP­A UNY. Materinya adalah Tes Pengetahu­ an Umum (TPU) dan Tes Bakat Skolastik (TBS). Pengumuman ujian tahap I diper­ kirakan 30/10. Bagi yang lolos tahap I di­wajibkan mengikuti tes tahap II yaitu tes substansi/kompetensi yang meliputi wawancara akademik dan uji kompetensi dan psikotes. Khusus bagi tenaga pengajar ditambah Bahasa Inggris. witono nugroho

dokumen humas fise

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

37


berita KULIAH TAMBAHAN

MANTAPKAN HATI DENGAN LIMA HURUF: Y-A-K-I-N

Hesti/PEwara Dinamika

Saat bangun tidur, menataplah cermin dan rasakan sesuatu dalam diri Anda. Jika Andajeli, Anda akan mengucapkan rasa syukur karena masih diberikan wajah yang utuh dan umur panjang. Sela­ ma ini rasa syukur dan sikap ikhlas se­ ringkali terlupakan, padahal senyuma­n merupakan salah satu wujud syukur ki­ ta. Memulai awal kehidupan di tiap ba­ ngun pagi hari dengan rasa bersyu­kur akan menciptakan keindahan dalam hi­ dup anda. Lambat laun Andapun akan mendapati keikhlasan dalam hidup. Karena kenapa? Semua yang kita mili­ ki akan menjadi tidak penting manaka­ la kita tak dapat mengaktualkannya da­ lam kehidupan kita. Demikian Drs.Wiwit Sukmadji Su­ pri­hendaryono, motivator dari Kapila­ wastu Yogyakarta dalam kuliah pe­ngem­ bang­an Sumber Daya Manusia, yang diikuti mahasiswa FIK yang mengam­ 38

bi­l Mata Kuliah Pemasaran Olahraga dan Bis­nis Olahraga, di Kampus FIK UNY baru-baru ini. Lanjutnya, manusia memiliki otak, hati dan tubuh. Otak untuk berfikir, hati untuk merasakan hal baik, dan tubu­h untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat. Berfikir dan melakukan hal positif sangat bermanfaat bagi diri dan lingkungan. Yang menjadikan diri kita tidak unggul, sebenarnya adalah mind­ set kita sendiri. Menurut Pak Wiwit­, se­ sungguhnya ada 3 dimensi untuk menjadi pribadi unggul. Pertama, Proses­. Sebagai contoh untuk menjadi seo­rang sarjana maka harus mengikuti per­ku­ liah­an, ujian akhir semester, dan yudisi­ um/ wisuda. Tidak mungkin tiba-tiba men­jadi sarjana tanpa melalui proses di atas. Kedua, Aspek Waktu. untuk men­jadi manusia unggul perlu belajar dan belajar. Belajar akan membuat ses-

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

eorang kaya akan pengetahuan. Ketiga­, Waktu. Pada waktunya nanti, kita akan memetik dari apa yang telah kita rintis. Oleh karenanya berfikir dan bertindak positif mulai sekarang. Jangan takut menghadapai perbedaan, karena perbe­ da­an itu adalah pribadi kita yang sebe­ narnya. Sukses tak harus ber-Indek Prestas­i empat koma nol, karena yang utama adalah pengimplementasian dalam kehi­ dupan. Oleh karenanya hilangkan lima huruf yang membuat risau hati, yaitu: T-A-K-U-T dan mantapkan hati dengan lima huruf pula, yaitu Y-A-K-I-N. Selain itu perhatikan empat hal meliputi: sikap, gaya hidup, penampilan, dan citra diri. Mengakhiri acara Wiwit meng­ ajak peserta meneriakkan yel-yel: Aku harus Yakin, Aku harus Percaya, Aku harus Bahagia. Ratnae


berita K i las

pelatihan

KABAR UTUSAN UNY DARI FILIPINA anto/humas fip

FIP Menyelenggarakan Seminar Internasional

dokumen pribadi

Kuswarsantyo, M.Hum., Dosen Jurus­ an Seni Tari dan Yunita Soelistyowati mahasiswa Jurusan Tari FBS UNY sejak 10 Agustus 2009 memberikan pelatih­ an tari gaya Yogyakarta di Konsulat Jen­ deral Republik Indonesia (KJRI) Davao, Davao City Philippines. Kedua utusan tersebut memberikan pelatihan tari untuk murid-murid Indonesian School di Davao City. Pelatihan tersebut digela­r jelang peringatan HUT RI ke-64 di Davao City, Filipina. Pada 14 Agustus mereka mementaskan Tari Bambu Runcig dan Rantak dalam rangka hari Pamuka yang dihadiri utusan sekolah asing di Filipina. Tarian ini dipersiapkan kembali untuk peringatan malam gembira Indonesia HUT RI ke-64. Tarian karya Kuswarsantyo ini juga kembali digelar di House of Indonesia, Davao city. Di samping melatih tari, Dosen Jurus­ an Tari FBS UNY ini juga diminta untuk melatih Karawitan Dasar untuk staf KJRI Davao. Konsul Jenderal RI di Davao, Lalu Malik Partawana, menyambut gembi­ ra kedatangan dua utusan UNY tersebut. Lalu Malik berharap kerjasama ini dapat ditindaklanjuti di masa mendatang dalam berbagai event. Konsul Indonesia Davao memberi sinyal bahwa tahun depan akan digelar pertunjukan seni di jalan (karnaval) untuk hari jadi kota Davao pada Maret 2010. Ahmad Nasir EP

Pada 10 Oktober 2009, FIP menggelar semi­ nar internasional yang bertemakan “Reinventing Education for The Whole Person Development”. Seminar ini diselenggarakan di ruang sidang utama Universitas Negeri Yog­ yakarta. Acara yang dibuka oleh Pembant­u Rektor I UNY, Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU, Apt., menghadirkan Lima orang pemateri, yaitu Fredi Munger, Ed.D, (21st Century Edu­ cation Models: the Measurement Challenge), Prof . Dr. Dede Rosyada, MA., (Islamic Education: A Philosophical Perspective), Dr Ghulam Farid Malik (Some Perpective of Education for Whole Person’s Development and Challenges of Translating this Theory into Practise), Dr Affandi Mochtar (Islamic Education: Significance, Prob­ lems, and Solutions (With Special Reference to Al-Faruqi’s Thought), dan Sumarn­o, Ph.D (Research for Education Development). Dalam seminar ini mengidentifikasi tantangan dan permasalahan pendi­ dikan baik sebagai teori dan praksis. Kedua untuk menjelajahi beberapa konsep atau teori pendidikan yang sesuai dengan individu dan pembangunan sosial dan ketiga untuk merumuskan konsep pendidikan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan teori dan praksis pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Prof Suyata, Ph.D, dosen Pasca Sarjana UNY yang pada kesempatan ini menjadi keynote speaker, bahwa ada yang salah dengan pendidikan di Indonesia yang, salah satunya tentang value. “ In education never talk about value, i ask our discusse how the value can be the basic for our eductio­n,” papar Suyata. Hesti

Mahasiswa Universitas Jambi Kunjungi FMIPA UNY Sebanyak 35 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita­s Jambi mengadakan studi banding ke Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogya­ karta, Rabu (14/10). Rombongan didampingi oleh Fuldiaratman, M.Pd dan Ngati­ jo, M.Si ., dosen jurusan pendidikan Kimia Universitas Jambi dan diterima oleh Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan. Dalam sambutannya, Ariswan mengatakan bahwa adalah sebuah kehormatan bahwa FKIP Universitas Jambi bersedia me­ ngunjungi FMIPA UNY khususnya jurusan kimia karena banyak prestasi yang telah ditorehkan oleh jurusan kimia. Diharapkan dalam kunjungan ini para mahasiswa dari dua universitas bisa saling menukar informasi dan menggali kelebihan masing-masing. dedy herdito

Terimakasih Pak Amro Tepat pada 1 Oktober 2009, Pak Amro sebutan akrab Kepala Sub Bagian Pendi­dik­ an dan Pengajaran Fakultas Ilmu FIK UNY memasuki masa purna tugas. Dalam pelepasan (30/9) di ruang sidang utama FIK dihadiri para pembantu dekan, kabag tata usaha, kasubag: Umum Perlengkapan, Keuangan Kepegawaian, Kemahasiswaan dan seluruh staf sub bag Pendidikan dan Pengajaran. Amro, S.Pd. yang mengawali karirnya sebagai staf pelaksana pada kantor perpustakaan UNY, selanjutnya menjabat Kasubag Umper FIP IKIP (1989-1995), Kasubag Tata Usaha BAUK IKIP/ UNY (1995–2004), dan purnatugas sebagai Kasubag Pendidikan FIK UNY (2005- 2009). ratnae P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

39


opini

DISIPLIN KEPEMIMPINAN O l e h Y udant o r o B P

F

aktor disiplin dalam kepemimpinan me­ rupakan sesuatu yang sangat pen­ting. Persoalan utama yang muncul adalah persepsi yang keli­ru tentang disiplin itu sendiri, baik dari segi pe­mimpin maupun yang dipimpin (bawahan). Pe­mimpin bisa terjebak untuk menggunakan di­si­plin guna mempertahankan “status quo” da­lam kepemimpinannya atau untuk mengekspre­si­kan sikapnya terhadap bawahan. Disiplin se­o­lah-olah diar­tikan sebagai hukuman semata-mata. Dari pihak bawahan, disiplin terlihat sebagai hukuman yang mengancam nasibnya, atau usaha atasan untuk menghalang-halangi kemajuan dirinya. Dalam kepemimpinan, disiplin harus diar­ti­ kan sebagai “mendidik untuk perbaikan dan men­jadi lebih baik”. Disiplin jangan diartikan seba­gai hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik seca­ ra konsisten. Disiplin tidak hanya diterapkan pada saat seseorang terbukti bersalah. Disi­plin dimulai dalam kondisi kerja normal untuk meningkatkan komitmen dan kinerja. Seseorang yang terbukti bersalah, disiplin hanyalah salah satu aspek saja. Adapun fungsi disiplin dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, meningkatkan kualitas karakter. Kualitas karakter akan terlihat pada komitmennya kepada Tuhan, organisasi, diri, orang lain, dan kerja. Puncak komitmen akan ter­lihat pada integritas diri yang tinggi dan tang­guh.

Disiplin jangan diartikan sebagai hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik secara konsisten. 40

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Kedua, mendukung proses pengejawantahan kualitas karakter, sikap, dan kerja. Kualitas sikap (komitmen dan integritas) ditunjang, didukung­, dikembangkan, dan diwujudkan dalam kenya­ taan. Komitmen dan integritas akan terlihat da­ lam kinerja yang konsisten. Ketiga, memproduksi kualitas karakter dalam hidup yang ditandai oleh adanya karakter kuat dari setiap orang, termasuk pemimpin dan bawahan. Pemimpin yang terbukti berdisiplin tinggi da­ lam sikap hidup dan kerja akan mempengaruhi para bawahan untuk berdisiplin tinggi dan dijadikan model oleh bawahannya. Demikian halnya dalam menjalankan disi­ plin, proses disiplin dapat dilukiskan dari li­ma sisi penting berikut ini. Pertama, disiplin bagai­ kan mercusuar yang membuat nahkoda tetap sia­ga akan kondisi yang dihadapi dan tetap was­ pada menghadapi kenyataan hidup dan kerja. Ke­dua, disiplin bagaikan air sungai yang teru­s mengalir dari gunung ke lembah dan terus mem­bawa kesegaran dan membersihkan bagian sungai yang keruh. Ketiga, disiplin bagaikan dinamo yang menyimpan kekuatan/daya untu­k menghidupkan mesin. Apabila kunci kontak di­ buka, daya pun mengalir dan menghidupkan me­sin yang menimbulkan daya dorong yang le­bih besar lagi dan berjalan secara konsisten. Keempat, disiplin bagaikan gas, rem, dan kemudi pada mobil yang mendorong, menghentikan, dan memberikan arah yang pasti. Dan kelima, disiplin bagaikan wasit dan hakim yang menga­ rahkan pertandingan dan menetapkan skor benar-salah, untung-kalah. Betapapun, disiplin harus ditegakkan dan di­ ja­lankan dalam kepemimpinan apabila organi­sa­ si hendak tetap tegak dan lebih maju. Pemimpin yang disiplin akan mempengaruhi bawahannya dalam berdisiplin. Disiplin merupakan tanda dan penggerak hidup suatu organisasi. Dalam upaya menjalankan disiplin, cara-ca­ ra di bawah ini dapat ditempuh. Pertama, disiplin dalam kondisi normal. Disiplin harus ditegakkan secara terus-menerus, dijelaskan, dan dikomunikasikan tentang policy/ketentuan hi­ dup/kerja organisasi secara kreatif. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan nasihat


opini

repro. Kalam/pewara

istimewa

umum, brifing, petunjuk khusus, serta nasiha­t/ dorongan langsung di tempat kerja. Kedua, disiplin dalam kondisi khusus. Dalam kon­disi khusus terdapat kesalahan/kekeliruan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak. Ma­ka, hal-hal berikut perlu diperhatikan oleh pemim­pin: (a) Bobot dari kesalahan yang diperbuat oleh bawahan; (b) Unsur-unsur administra­ si, hukum, sosial, ekonomi, politik, rohani/ mo­ral/etis yang terdapat dalam kekeliruan/kesa­ lahan; (c) Kualitas keputusan yang dilakukan dan efeknya terhadap organisasi, pemimpin, dan bawahan. Disiplin dapat diwujudkan dengan cara-cara: (1) Teguran (reprimend); dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari teguran lisan dan tertulis yang dicatat secara teratur. Tegur­an dapat diberikan bagi kekeliruan yang dinilai ringan. (2) Peringatan atau ancaman keras; diberikan bagi pelanggaran yang dinilai berat/besar oleh pemimpin dan harus diberikan dalam bentuk tertulis. (3) Pemutus­an hubungan kerja; dapat diberikan atas peni­laian pemimpin terhadap

pelanggaran berat bawahan yang sangat merugikan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pemutusan hubungan kerja diberikan demi kebaikan organisasi, pemimpin, maupun bawahan. Disiplin yang baik dan benar dalam kepemim­ pinan akan selalu membangun serta membawa kemajuan. Pemimpin yang berhikmat akan selalu menerapkan disiplin dalam hidup dan kerja, sehingga membawa dampak positif bagi kemajuan hidup dan kerja dalam organisasi. Akhirnya, perlu disadari bahwa disiplin da­ lam berorganisasi, bekerja, berkelompok, dan individu merupakan gambaran tekat, kemauan, serta komitmen yang sedang diejawantahkan. Hal itu menentukan kohesi tinggi dalam meka­ nisme sosial yang memastikan hubungan dan kerjasama yang erat, yang secara pasti mengarah pada keberhasilan atau kesuksesan hidup dan kerja kelompok maupun individu.

Yudantoro BP S.I.P., Biro Kerjasama dan Komunikasi UPN Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

41


opini

Belajarlah di Sekolah Berkepribadian Indonesia O l e h S uk a rni

K

ehadiran sekolah internasional adalah imbas globalisasi. Pada era perdagang­ an bebas persaingan sangat ketat. La­lu, hadirlah sekolah internasional yang menjanjikan lulusan yang mampu bersa­ in­g dalam pasar bebas. Maka, kurikulum yang diselenggarakan pun berorientasi pada dunia kerja: mata pelajaran bahasa asing, pengenal­ an mesin, dan lain-lain. Karena bernama seko­ lah internasional, biaya pendidikannya pun cu­ kup mahal. Di sekolah mereka dicekoki dengan cerita-cerita kesuksesan para alumnusnya yang dengan mudah melanjutkan ke perguruan-perguruan tinggi ternama. Profil sekolah mampu menja­ dikan siswanya menjadi mahasiswa di perguruan tinggi kenamaan, hingga kelak mampu mendapatkan karir yang mapan. Inilah model peradaban modern yang mencengkeram duni­a pendidikan. Pendidikan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan, sehingga beban mesti dipikul oleh pendidikan. Dari uraian di atas, satu hal yang mestiny­a dicermati, adakah kurikulum untuk memenang­ kan persaingan di pasar bebas itu sudah sela­ ras dengan kepribadian Indonesia?

Kita perlu belajar dari sejarah, para pemimpin kita yang konon lulusan pendidikan luar negeri (internasional) telah menyumbangkan masalah besar bagi bangsa. Di atas kertas mereka memang cakap, tetapi kecakapannya itu telah disalahgunakan. 42

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Kita perlu belajar dari sejarah, para pemim­ pin kita yang konon lulusan pendidikan luar ne­ ge­ri (internasional) telah menyumbangkan masalah besar bagi bangsa. Di atas kertas mereka memang cakap, tetapi kecakapannya itu telah disalahgunakan. Tanpa kepribadian Indonesia, dengan seenaknya mereka gadaikan negeri ini kepada pihak asing. Alhasil, kita bisa merasakannya hingga saat ini: hutang melilit sampai leher, anak cucu kit­a yang tidak tahu-menahu pun mesti ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu, berbicara tentang sekolah internasional atau nasional atau sekolah tanpa standar sekalipun adalah jamin­ an berkepribadian Indonesia. Secara tidak langsung, sekolah internasiona­l membawa pola dikte pemodal terhadap lemba­ ga pendidikan. Modal bisa mengalahkan nilai kebenaran dan pemanusiaan manusia secara utuh hanya karena alasan kepentingan industri/ bisnis. Ini berarti, kita akan terjajah lagi, bu­kan oleh Belanda atau Jepang, tetapi oleh pemikiran pemilik modal sekolah internasional­. Kita sudah merasakan penjajahan asing dik­ te pemikiran sangat tidak menyenangkan. Kepatuhan Indonesia dalam mengikuti saran-sa­ ran IMF dalam menyelesaikan krisis ekonomi membuktikan hasil yang nol. Berbeda denga­n kemandirian Malaysia misalnya, yang tida­k mau mengikuti saran IMF, bisa lebih cepat mengatasi krisis. Sekarang, masihkah kita mau mengulangi kesalahan lagi pada bidang pendidikan? Lebih baik anak-anak kita disekolahkan di se­kolah yang dijamin sebagai sekolah berkepri­ baian Indonesia. Sekolah yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat tentu akan me­ nyiapkan lulusan yang berkepribadian Indonesia. Selain itu, jika mau berhitung tentang biaya pendidikannya, sekolah internasional pasti jauh lebih mahal. Jika bersekolah di sekolah yang bukan internasional, kemampuan membayar tinggi itu bisa digunakan untuk membantu siswa yang miskin. Model subsidi silang akan mening­


opini

Kalam/pewara

katkan mutu sekolah kita. Agar semakin mantap, memilih sekolah ber­ kepribadian Indonesia adalah masalah kema­ tangan nurani. Semenjak dini, anak-anak di­per­siapkan dengan sistem kematangan kepri­ ba­dian untuk menjadi bangsa mandiri, bukan menjadi bangsa kuli dari bangsa lain. Inilah fungsi penting pendiddikan yang mampu meng­ ubah sikap manusia menjadi lebih baik. Untuk menerima konsep ini, tentu kesadar­ an menjadi modalnya, dimulai dari kaum inte­ lek dan orang tua kaya. Rasakan suara jiwa “nasionalisme” dan cinta tanah air. Dahulu ne­gara kita sering disebut surga dunia, sekarang—de­ ngan banyaknya bencana yang terjadi—ba­ gaimana menyiapkan generasi yang tahan uji

yang berkepribadian Indonesia? Adalah tugas bersama mempersiapkan gene­ rasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan berjiwa mandiri, dan bukan generasi instan yang mungkin sedang dipersiapkan oleh sekolah internasional dengan jaminan keberhasilan di dalam pasar bebas. Akhirnya, belajarlah di sekolah yang mengajarkan pendidikan berkepribadian Indonesia. Di sini ditransformasikan nilai-nilai hakiki dalam detak nafasnya dan diimplementasikan pada setiap detik yang akan berlalu.

Sukarni mahasiswa PBSI FBS UNY

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

43


resensi buku

Pesona Dunia dalam 25 Gagasan O l e h I sl a huddin Teori apa yang sebenarnya paling pen­ ting bagi kehidupan manusia? Teori Big Bang, Gravitasi Newton, Evolusi (selek­ si alam) Darwin, atau Relativitas Einstain. Jawaban-jawaban semacam itu mung­kin bisa benar. Namun, menurut Ro­bert Mattews, terpenting justru kesadaran manusia untuk selalu kritis pada teori-teori tersebut. Buku ini mengajak kita untuk me­ nge­luhkan hal itu. Menyangsikan akan tingkah orang kebanyakan, yang begitu mudah percaya pada konsepsi-konsepsi umum, tanpa mengkajinya kembali. Sebagaima­na ia mengomentari film What the bleep do we know?, yang banyak dikagu­mi orang. Isi film itu menurut­ nya, hanya se­macam testimoni para ilmuwan akan banyak hal yang belum kita ketahui tentang alam semesta ini. Salah satunya adalah mengenai prila­ ku dan bentuk dari molekul air yang men­ jadi kristal es yang dipengaruhi oleh pi­­kiran orang di sekitarnya. Dimana mo­­le­kul air yang telah diberkati pendeta Zen akan membentuk pola-pola yang indah. Mattews memang tidak memberika­n penjelasan detai akan hal itu. Namun, sanggahannya tegas dan lugas: bahwa penemuan tersebut harus diuji ulang! Penelitian itu perlu bukti logis nan ilmi­ ah. “Lupakan pendeta Zen, coba yang ini: sifat air ditimbulkan oleh suatu bentuk energi yang benar-benar muncul da­ ri ketiadaan, yang tampaknya terkait dengan suatu gaya yang kini mendo­ rong ekspansi seluruh alam semesta. Dan, buktinya bukan cuma beberapa yang bagus: buktinya berasal dari riset puluhan tahun diberbagai laboratorium dan observatorium di seluruh dunia,” (halaman 11). Tampikkan hal yang mendasar yang perlu diperbaiki akan kepercayaan-ke­ per­cayaan tersebut adalah tentang kesadaran. Wajar bila kesadaran dalam 44

25 Gagasan Besar: Sains yang Mengubah Dunia 25 Big Ideas in Science: The Science That’s Changing Our World • Robert ����������������� Mattews • Serambi ������������������ 2009�������������� • 340 Halaman

buku—yang merangkum gagasan-gasan sains rentan 528 SM hingga abad 21—seba­gai gagasan muqadimah-nya. Penelitian tentang kesadaran, senyap. Teori tentang itu hampir tidak terjamah hingga pertengahan abad XIX. Sebab kesadaran bukan hasil langsung kinerja otak, tidak ada hasil yang jelas, dan tidak objektif. Usa­ha untuk mengungkap misteri kesadaran ini pernah dilakukan Shidarta Gautama pada 2500 tahun lampau. Ia mempraktikkan metode pengu­kuran objektif dan subyektif pada kinerja otak dengan bertapa dan menelaah ulang apa yang telah dialami sepanjang hidupnya. Hingga akhirnya sang Budha mendapatkan Pencerahan Agung. De­ngan kata lain, introspeksi yang telah dilakukan sang Budha memberikan wawasan tentang akal-budi, realitas, sekaligus misteri kesadaran.

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

Dari sinilah ajaran Budhisme berasal­, sepenuhnya bersifat psikologis. Budh­a tidak tertarik pada hal-hal yang bersifa­t ingin memuaskan rasa ingin tahu ma­ nusia akan musal semesta. Namun, le­ bih berkonsentrasi pada situasi yang dihadapi manusia itu sendiri, teruta­ m­a de­ngan hal-hal yang berkaitan de­ nga­n penderitaan dan keputusasaan. Dan Budha menghampiri hal-hal yang semacam itu dengan maya dan nirvana. Kesemuanya itu demi mencapai tujuan yang ingin dicapai, tafsir yang segar, dinamis, serta relevan secara psikologis. Itulah salah satu gagasan yang coba diceritakan, mulai dari muasal dan kontribusinya bagi kehidupan di dunia. Begitupun dengan 24 gagasan-gagasan la­ innya. Kesemuanya dilengkapi dengan sejarah, pembanding, dan perkembang­ an terakhir dari tiap gagasan. Apa saja kontribusi sains bagi duni­a ini? Itulah paradigma yang coba diba­ ngu­n dalam buku ini. Ternyata, penemu­ an-penemuan sains masa lalu tidak le­bih hanya menciptakan pertanyaanper­tanyaan baru bagi generasi mendatang. Walau demikian setidaknya sang penulis sudah mencoba menjawab dan menyeleksi jawab­an-jawaban terkait akan pesona dan misteri alam. Selain itu juga disertakan kisah-kisah kecil di ba­lik temuan para kreatornya. Dengan gaya penyampaian yang ber­­­nas dan mengalir, meski berbicara sains. Jauh dari kesan njlimet walau diba­ ca para awam sains sekalipun. Sekali lagi, pembaca diharapkan tetap awas akan pentingnya kesadaran objektif da­ la­m melihat sebuah gagasan, bukan asal sanjung. Walaupun terpesona, sege­ra­ lah bergegas untuk melanjutkan tur gagasan-gagasan dalam buku ini.

Islahuddin Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin UNY


bina rohani

Surga Hanyalah Seekor Anak Kucing O l e h H eru Fa rh a ni SURGA hanya seekor anak kucing. Itu berlaku bagi Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad saw mengatakan, beliau dan para sahabat sedang berbincang ketika itu, tiba-tiba Rasul bertanya kepada para sahabat, “Maukah kali­an kutunjukkan seseorang yang akan masuk surga hanya karena dibawa seekor anak kucing?” Hampir bersamaan, para sahabat balik bertanya, “Siapakah dia, ya Rasul?” “Dia adalah orang yang se­dang melangkah kemari.” Secara serentak mereka mem­­bali­k arah pandang. Terlihatlah se­ o­­rang lelaki bergamis putih panjang, di bagian ujung depannya terpoton­g mem­ bentuk (nyaris serupa) setengah lingkaran. Kisah itu sebenarnya bermula dari kesaksian malaikat Jibril, yang menunjuk­ kan aktivitas Abu Hurairah di suatu ha­ ri dengan seekor anak kucing. Entah ba­gai­mana gambaran Jibril, mungki­n da­lam konteks sekarang, gambar itu ada­­­lah rekaman dari kamera CCTV. Wak­tu itu Abu Hurairah sedang duduk ta­fa­kur di lantai masjid. Gamisnya yang panjang membuat ujungnya tergelar. Di atas gamis itulah seekor anak kucing tiba-tiba ndheprok dan terti­dur. Ketika Abu Hurairah memungkasi dzikirnya, ia terkejut melihatnya. Abu Hurairah berdiri di garis batas an­tara iba dan ragu. Di satu si­si, ia harus menyudahi dzikirnya sebab ia haru­s bekerja. Di sisi lain, tak tega rasanya ji­ ka ia harus membangunkan seekor anak kucing yang terti­dur pulas dan kele­ lahan. Hatinya tergetar. Hati seorang ma­nusia muslim yang sadar, yang paham bahwa kucing juga makhluk Tuhan. Makhluk yang dalam tiap helaan nafasnya juga mengandung dzikir dan tasbih kepada Allah. Dengan hatinya yang lembut dan bijaksana, dia mengambil sikap semu­a harus dimenangkan. Ia yakin, setiap makh­

luk Tuhan memiliki hak-hak yang harus ditunaikan. Saat itu juga ia menyobek bajunya, tepat beberapa sentimeter di sekitar anak kucing yang tertidur pula­s. Ia bisa pergi melanjutkan tugasnya sebagai manusia secara horizontal dan kucing itu tetap tidur de­ngan pulas. Sebuah kisah pemerolehan tiket ke sur­ga hanya karena membantu seeko­r anak kucing. Dalam kisah Abu Hurairah itu, surga hanya seekor anak kucing­. Bagi kita, bisa jadi, surga hanya hal-hal se­ derhana yang lain. Sekilas semuanya terasa musykil. Ma­ na mungkin hanya dengan tak meng­

istimewa

ganggu seekor anak kucing yang ter­ti­­ dur pulas di baju, seseorang bisa ma­suk surga. Atau, kisah lain, Rasululla­h dalam mimpinya mendengar suara langkah kaki Bilal di surga. Setelah diselidiki semua itu terjadi hanya karena Bilal selalu memperbaharui wudhunya setiap kali batal. Di hadapan Allah segala sesuatu pen­ ting dan diperhitungkan. Sebagaiman­a termaktub dalam kalimah-Nya, ”Sesung­ guh­nya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan ji­ka ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan membe­rikan pahala yang besar dari sisi-Nya (QS An-Nisa 40). Jelas, yang terpenting di hadapan Tuhan bukanlah besar dan kecil aktivitas kemanusiaan di muka bumi. Tetapi, sejauhmana aktivitas penghambaan kita.

Sederhana saja permisalannya. Seseo­ rang melakukan sebuah pekerjaan besa­r, taruhlah membangun masjid yang me­ nelan dana milyaran rupiah. Seseorang yang lain hanya menyedekahkan 1000 rupiah harta miliknya kepada anak ya­ tim. Dalam aktivitas kemanusiaan di muk­a bumi, tampaknya sang pemba­ ngu­n masjidlah yang berhak mendapat­ kan tiket ke surga. Karena, yang dilakukannya adalah pekerjaan besar dan mu­lia. Sementara, sosok yang menyede­ ka­h­kan “hanya” 1000 rupiah itu pekerja­ an biasa-biasa saja. Ternyata, pembagian tiket ke surga tak sesederhana itu. Tuhan lebih meng­ utamakan sesuatu yang tak artifisial, sebab Tuhan lebih mengutamakan yang bersifat motivasi tersembunyi. Jadi, da­ lam konteks di atas, bukanlah jumlah rupiah atau besar wujud yang dapat dilihat mata yang menjadi titik utama, tetapi bagaimana nominal-nominal itu dibelanjakan. Miliaran rupiah bisa jadi dipenuhi kesombongan, riya’, dan akti­ vitas penghambaan manusia yang tak total kepada Allah. Sementara, nominal 1000 rupiah itu, barangkali diberikan dengan hati bergetar, sedih tak mampu mendermakan jumlah yang besar, sebab itu satu-satunya uang yang dimili­ kinya. Akhirnya, surga bukan besar-kecilnya yang telah kita lakukan dengan ka­camata duniawi, tetapi berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat penghambaan manusia kepada Rabb. Surga, dengan de­mikian, bisa jadi hanya seekor anak ku­cing, memaafkan orang-orang sebelum tidur, selalu memperbaiki wudhunya. Dan, surga mungkin hanya suatu se­nyuman tulus dan pasrah yang diberikan kepada sebuah kehilangan.

Heru Farhani Pemerhati Facebook

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

45


cerpen

Topeng Aktivis O l e h H e ndra S ugia nto r o Jam 9 kuliah pagi. Satu per satu soal ujian Statistika dibagi. Mahasiswa bersiap mengernyitkan dahi. Apalagi Aldi yang hampir tak pernah membuka buku catatan. Kesehariannya selalu dihabiskan untuk rapat, rapat, dan rapat. Aktivitas orga­ nisasi menyita pikirannya, sehingga tak sempat dan menyem­ patkan diri memasukkan rumus-rumus hitung di otaknya. Di saat teman-temannya bingung dengan soal yang serba njli­ met, Aldi tenang-tenang saja mengintip kertas ajaibnya. Ternyata, dia sudah menyiapkan sontekan yang dilipat-lipat di saku bajunya. Rumus-rumus Statistika tertera rapi dan tinggal diotak-atik di atas lembar jawaban. “Mau makan siang? Ini perut sudah nyanyi, keroncongan nih,” Aldi mengajak Peno ke kantin barat gedung organisasi mahasiswa seusai ujian. “Boleh, asal ditraktir,” Peno menyanggupi. Mereka meme­ san dua mangkok soto ayam dan es jeruk. Tak habis pusing bu­at Aldi ketika harus membayar jajan dengan uang organi­ sasi. *** Habis Ashar, Aldi mengikuti pertemuan panitia seminar tentang kekerasan terhadap anak. Saatnya laporan keuanga­n, Aldi memberikan kuitansi senilai 15 ribu. Uang yang untuk jajan 6 ribu siang tadi diikutkan dalam kuitansi pengeluaran. Kemarin Aldi ditugasi membeli kertas asturo 5 warna dan double tip. Astri, bendahara kegiatan, memang memercayai Aldi. Aldi dikenal sebagai sosok moralis di lingkungan organisasinya. Selain tak pernah absen demo, Aldi juga lengket dengan sekretariat BEM. Setiap hari tak pernah tak ada wajahnya. Rekan-rekan sesama aktivis menyukai Aldi yang rajin bersih-bersih sekretariat, sehingga tampak rapi dan nyaman untuk beraktivitas. “As, minta uang 100 ribu untuk membuat spanduk. Sekalia­n jaga-jaga kalau ada kebutuhan mendesak.” Tanpa keberatan Astri menyerahkan selembar gambar Soekarno-Hatta. Seusai rapat Aldi langsung tancap gas ke warnet. Setiap ada tugas membuat makalah, Aldi tak ambil pusing, dipindahkannya artikel-artikel dari internet. Aldi tampaknya tahu benar dosennya tak mungkin memeriksa keseluruhan tugas mahasiswa. Untuk memastikan setiap pekerjaan orisinal atau tidak, dosen selalu padat dengan kesibukannya. Mustahil mengamati tugas-tugas mahasiswa yang mencapai 50an lebih. “Nanti malam aku tidur di sekretariat. Kamu mau menema­ niku? Biasa, aku harus menyelesaikan tugas dari dosen.” Se46

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

perti biasa Aldi minta Azwar jaga malam bersama di Sekreta­ riat BEM. Di depan komputer Aldi memencet huruf demi huruf untuk merampungkan makalah kuliahnya. Ngeprint tinggal menggunakan kertas kuarto yang memang tersedia. Makalah, paper, atau tugas-tugas yang perlu diketik selalu diselesaikan dengan fasilitas organisasi. Mumpung jadi akti­ vis, pikirnya. Hari H seminar pun berlangsung. Pelaksanaannya bisa dibilang lancar. Evaluasi kegiatan menjadi ritual rutin pasc­a melangsungkan hajat besar organisasi. Aldi pun tak lupa memanipulasi kuitansi untuk bisa dapat tambahan 10 ribu. Bergerak di seksi PDD, Aldi bertanggung jawab mengurusi spanduk, membeli rol film, dan mencetak pamflet publikasi. Harga-harga itu teramat mudah untuk ditambahi, meski sekedar seribu setiap barangnya. *** Aktivasi massa telah dilakukan. Mahasiswa demonstran menyatukan barisan. Mahasiswa berjumlah 100 kepala mene­ riakkan tuntutan pemberantasan korupsi. Aldi, sang koordinator lapangan, tak henti-hentinya menyenandungkan yelyel dan lagu-lagu pengobar semangat. “Korupsi telah menyebabkan penderitaan rakyat bertambah besar. ��������������������������������������������� Kekuasaan telah dimaknai pemimpin sebagai sarana memperkaya diri. Kita lihat saja berapa kasus korupsi di lembaga-lembaga negara. Bahkan, anggota DPR yang nya­ ta-nyata wakil rakyat juga tak lepas dari perilaku korupsi,” Aldi berseru lantang di depan gedung DPRD. Terik panas tak menyurutkan para demonstran. Biarlah kucuran keringat menjadi saksi perjuangan membebaskan pertiwi dari kezaliman. Kunci ������������������������������������� kekuatan mahasiswa yang tela­h menghunjam: idealisme, kecerdasan, sikap kritis, kepekaa­n sosial, keberanian, dan pengorbanan. Setiap fase sejarah se­ lalu melahirkan orang-orang besar, dan mereka bersedia me­ nyematkan diri menjadi pejuang-pejuang zaman untuk me­ ngawal reformasi. ������������������������������������ Mereka tampil di garda depan dengan ke­beraniannya untuk dikenang sebagai pahlawan melalui pe­ngorbanannya. “Pahlawan yang lahir dari kondisi keterpurukan sebuah negara disebut sebagai pahlawan kebangkitan. Kitalah pahlawan kebangkitan yang akan membangkitkan Indonesia kembali dari keterjajahan. Rakyat masih tertindas dan sulit menge­ nyam kesejahteraan,” tutur Aldi seperti menyambung lidah Anis Matta untuk mencari pahlawan Indonesia . ***


cerpen

istimewa

Menjelang Hardiknas, ruang sekretariat BEM ramai deng­an diskusi mempersiapkan aksi pendidikan. Pendidikan kata­nya telah dijadikan produk jasa sehingga diperdagangkan. Tak karuan begitu banyak rakyat yang kesulitan untuk mengak­ ses bangku pendidikan formal. “Saat aksi nanti kita tampilkan teatrikal. Teater yang kita mainkan menceritakan siswa-siswa lulusan sekolah mene­ ngah yang bertemu monster asing. Mereka keluar dari bangku sekolah, berhadapan dengan mahalnya pendidikan tinggi. Keinginan dan cita-cita mereka dikebiri oleh tangan halus kapitalisme yang menjadikan pendidikan sebagai barang dagangan,” Azwar berbincang dengan teman-temannya di BEM memikirkan skenario adegan. Aldi tak banyak cuap. Pikirannya melayang ke wajah Pak Tedjo, dosen Sosiologi Pendidikan. Sudah 5 kali Aldi membolo­s kuliah dan harus membuat makalah agar dapat ikut ujian akhir semester. Tidak masalah buat Aldi menyelesaikan tuga­stugas kuliah. Setiap komputer di sekretariat ormawa sejak 2 bulan lalu telah disambung jaringan internet, termasuk komputer BEM. Satu-dua sentuhan langsung terpampang berbagai pilihan topik sesuai selera. Dekanat yang bermaksud membuat mahasiswa tidak buta informasi justru memanja­ kan mahasiswa. Aldi yang nomaden seolah mendapatkan rezeki nomplok. Sambil melahap 5 bungkus nasi kucing dan tempe goreng, Aldi terus asyik mengakses yahoo atau google.

Aldi dengan mudahnya meng-copy paste tulisan-tulisan dari internet, bahkan karya orang lain. Untuk mengetik tak perlu ke rental. Habis berlembar-lembar kuarto, tinggal minta jatah ATK ke bagian kemahasiswaan. Aldi tak mengerti ia telah melakukan kejahatan korupsi. Bukan pada tingka­t negara. Tapi, menggunakan fasilitas organisasi untuk kepenting­ an pribadi. Aldi seakan tak menyadari perilakunya. Terus-menerus me­ manfaatkan barang, bahkan uang organisasi. Meskipun demikian, Aldi sempat berkoar-koar, “Keberhasilan reformasi­, jika boleh dibilang, mungkin hanya terlihat dari penyeleng­ garaan Pemilu yang katanya berlangsung demokratis. Hak politik rakyat mendapatkan apresiasi dengan munculnya sistem multipartai. Namun, tak bisa dipungkiri, banyak kepentingan pragmatis menghinggapi calon-calon legislatif kita yang memanfaatkan suara rakyat untuk menumpuk pundipun­di rupiah di kursi parlemen. Perjuangan atas nama rak­ yat cukup berhenti saat kampanye dan tidak lagi kentara ketika duduk di Senayan. Kita simak saja tingkat kesejahtera­an rakyat yang tak kunjung membaik.” Sepuluh tahun reformasi, Aldi masih bisa kelihatan reformis. Ah dasar!!! HENDRA SUGIANTORO Staf Redaksi Educinfo FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

47


puisi•geguritan•tembang Sajak Anti DW Monolog aku mencintainya dalam setiap helaan nafasku setiap aliran darahku setiap detak jantungku setiap denyut nadiku setiap getar syarafku aku mencintainya dengan seluruh hatiku seluruh jiwaragaku seluruh hidupku menjauh darimu membiarkan asaku terbang entah ke mana dalam diam aku memandangi, merindui mengagumi, membanggakan

engkau cinta hendak kaubawa ke mana aku aku tak hendak beranjak aku akan menanti siapa kan menghampiri dia atau Dia

Yogyakarta, 2009

Anti DW Mahasiswa UNY

poj ok geli t ik

Cerita Anak-Anak Baru

UMARMADI: Yo, orang-orang Indonesia tuh kreatif ya? UMARMOYO: Maksudmu? UMARMADI: Sekarang pintar buat

Kalam/pewara

48

Pewara Dinam i ka s e p t e m b e r- o kt o b e r 2 0 0 9

cerita anak-anak lagi. UMARMOYO: O ya? Maksudmu? UMARMADI: Cerita anak yang selama ini sudah ada kan .... UMARMOYO: Kancil nyolong timun. UMARMADI: Ya. Apa lagi? UMARMOYO: Kancil ama gajah. UMARMADI: Ya. Apa lagi? UMARMOYO: Kancil ama macan. UMARMADI: Ya. Apa lagi? UMARMOYO: Kancil ama ular. UMARMADI: Ya. Apa lagi? UMARMOYO: Kancil ama buaya. UMARMADI: Sekarang ada cerita anak-anak yang baru. UMARMOYO: Apa itu? UMARMADI: Cicak ama buaya! UMARMOYO: ...................................? ema r '09


n le

sa

81 Tahun Sumpah Pemuda Hikayat bangsa ini tidak pernah lekang dari peran pemuda. “Dimana ada pemuda di situ ada perubahan”. Semoga ungkapan itu tidak hanya tersemai dalam benak, tapi juga dibuktikan oleh para pemuda pada tiap generasi. Dari pada terus menghujat, mari nyalakan lilin-lilin kecil untuk perubahan. Mulailah dari hal-hal terkecil di lingkungan kita. Yakinlah, kelak riak-riak kecil itu akan menjadi gelombang besar untuk kemajuan bangsa ini. Selamat Hari Sumpah Pemuda 2009. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep


PEWARA DInAmIKA TERBAIK KE III

Majalah ini dinobatkan menjadi majalah Humas terbaik ke III se-Indonesia oleh Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah pada tahun 2009. Terimakasih Kami ucapkan kepada para pembaca atas apresiasi yang telah diberikan. Kami akan terus menjaga dan meningkatkan komunikasi itu dengan masyarakat, terutama yang terakait dengan UNY.

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.