Pewara Dinamika Agustus-September 2009

Page 47

bina rohani

Surga Hanyalah Seekor Anak Kucing O l e h H eru Fa rh a ni SURGA hanya seekor anak kucing. Itu berlaku bagi Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad saw mengatakan, beliau dan para sahabat sedang berbincang ketika itu, tiba-tiba Rasul bertanya kepada para sahabat, “Maukah kali­an kutunjukkan seseorang yang akan masuk surga hanya karena dibawa seekor anak kucing?” Hampir bersamaan, para sahabat balik bertanya, “Siapakah dia, ya Rasul?” “Dia adalah orang yang se­dang melangkah kemari.” Secara serentak mereka mem­­bali­k arah pandang. Terlihatlah se­ o­­rang lelaki bergamis putih panjang, di bagian ujung depannya terpoton­g mem­ bentuk (nyaris serupa) setengah lingkaran. Kisah itu sebenarnya bermula dari kesaksian malaikat Jibril, yang menunjuk­ kan aktivitas Abu Hurairah di suatu ha­ ri dengan seekor anak kucing. Entah ba­gai­mana gambaran Jibril, mungki­n da­lam konteks sekarang, gambar itu ada­­­lah rekaman dari kamera CCTV. Wak­tu itu Abu Hurairah sedang duduk ta­fa­kur di lantai masjid. Gamisnya yang panjang membuat ujungnya tergelar. Di atas gamis itulah seekor anak kucing tiba-tiba ndheprok dan terti­dur. Ketika Abu Hurairah memungkasi dzikirnya, ia terkejut melihatnya. Abu Hurairah berdiri di garis batas an­tara iba dan ragu. Di satu si­si, ia harus menyudahi dzikirnya sebab ia haru­s bekerja. Di sisi lain, tak tega rasanya ji­ ka ia harus membangunkan seekor anak kucing yang terti­dur pulas dan kele­ lahan. Hatinya tergetar. Hati seorang ma­nusia muslim yang sadar, yang paham bahwa kucing juga makhluk Tuhan. Makhluk yang dalam tiap helaan nafasnya juga mengandung dzikir dan tasbih kepada Allah. Dengan hatinya yang lembut dan bijaksana, dia mengambil sikap semu­a harus dimenangkan. Ia yakin, setiap makh­

luk Tuhan memiliki hak-hak yang harus ditunaikan. Saat itu juga ia menyobek bajunya, tepat beberapa sentimeter di sekitar anak kucing yang tertidur pula­s. Ia bisa pergi melanjutkan tugasnya sebagai manusia secara horizontal dan kucing itu tetap tidur de­ngan pulas. Sebuah kisah pemerolehan tiket ke sur­ga hanya karena membantu seeko­r anak kucing. Dalam kisah Abu Hurairah itu, surga hanya seekor anak kucing­. Bagi kita, bisa jadi, surga hanya hal-hal se­ derhana yang lain. Sekilas semuanya terasa musykil. Ma­ na mungkin hanya dengan tak meng­

istimewa

ganggu seekor anak kucing yang ter­ti­­ dur pulas di baju, seseorang bisa ma­suk surga. Atau, kisah lain, Rasululla­h dalam mimpinya mendengar suara langkah kaki Bilal di surga. Setelah diselidiki semua itu terjadi hanya karena Bilal selalu memperbaharui wudhunya setiap kali batal. Di hadapan Allah segala sesuatu pen­ ting dan diperhitungkan. Sebagaiman­a termaktub dalam kalimah-Nya, ”Sesung­ guh­nya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan ji­ka ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan membe­rikan pahala yang besar dari sisi-Nya (QS An-Nisa 40). Jelas, yang terpenting di hadapan Tuhan bukanlah besar dan kecil aktivitas kemanusiaan di muka bumi. Tetapi, sejauhmana aktivitas penghambaan kita.

Sederhana saja permisalannya. Seseo­ rang melakukan sebuah pekerjaan besa­r, taruhlah membangun masjid yang me­ nelan dana milyaran rupiah. Seseorang yang lain hanya menyedekahkan 1000 rupiah harta miliknya kepada anak ya­ tim. Dalam aktivitas kemanusiaan di muk­a bumi, tampaknya sang pemba­ ngu­n masjidlah yang berhak mendapat­ kan tiket ke surga. Karena, yang dilakukannya adalah pekerjaan besar dan mu­lia. Sementara, sosok yang menyede­ ka­h­kan “hanya” 1000 rupiah itu pekerja­ an biasa-biasa saja. Ternyata, pembagian tiket ke surga tak sesederhana itu. Tuhan lebih meng­ utamakan sesuatu yang tak artifisial, sebab Tuhan lebih mengutamakan yang bersifat motivasi tersembunyi. Jadi, da­ lam konteks di atas, bukanlah jumlah rupiah atau besar wujud yang dapat dilihat mata yang menjadi titik utama, tetapi bagaimana nominal-nominal itu dibelanjakan. Miliaran rupiah bisa jadi dipenuhi kesombongan, riya’, dan akti­ vitas penghambaan manusia yang tak total kepada Allah. Sementara, nominal 1000 rupiah itu, barangkali diberikan dengan hati bergetar, sedih tak mampu mendermakan jumlah yang besar, sebab itu satu-satunya uang yang dimili­ kinya. Akhirnya, surga bukan besar-kecilnya yang telah kita lakukan dengan ka­camata duniawi, tetapi berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat penghambaan manusia kepada Rabb. Surga, dengan de­mikian, bisa jadi hanya seekor anak ku­cing, memaafkan orang-orang sebelum tidur, selalu memperbaiki wudhunya. Dan, surga mungkin hanya suatu se­nyuman tulus dan pasrah yang diberikan kepada sebuah kehilangan.

Heru Farhani Pemerhati Facebook

P e wa r a Di n a m i k a s e p t e m b e r- o kt o b e r 2009

45


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.