23 minute read
Gambar IV.5 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Tahun 2040
Hasil proyeksi penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar mengalami peningkatan disetiap tahunnya dan mencapai 79793 ribu jiwa pada tahun 2040. Proyeksi ini menggunakan asumsi dasar kecenderungan penduduk dimasa lalu yang akan terlanjut tanpa batas. Hasil proyeksi penduduk dapat menunjukkan tren bahwa jumlah penduduk mengalami peningkatan sebanyak 16 % dari tahun 2020 sampai 2040, sehingga dapat diasumsikan bahwa jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar cenderung akan mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
4.1.2 Ekonomi
Advertisement
Perekonomian merupakan hal terpenting dalam merencanakan pembangunan suatu wilayah. Aspek perekonomian menjadi aspek yang akan digunakan dalam pendekatan forcecasting. Pada aspek perekonomian di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar memiliki sektor unggulan yang mengambil peranan penting dan terbesar dalam perekonomian lokal maupun daerah yaitu sektor pertanian, industri, dan perdagangan. Selain komoditas unggulan, perekonomian membahas terkait ketenagakerjaan sebagai sumber daya pergerakan ekonomi. Tujuan pemilihan aspek perekonomian menjadi subjek pendekatan forcecasting yaitu ingin mengetahui tren pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan di Kawasan Perkotaan. Langkah yang digunakan untuk pendekan forcecasting ekonomi yaitu dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share. Periode pengolahan data yang dipakai 5 tahun yaitu pada tahun 2015 sampai 2019 untuk PDRB sektor unggulan dan periode 4 tahun yaitu tahun 2015 sampai 2018. Berikut merupakan hasil perhitungan pendekatan forcecasting sektor PDRB:
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Pendekatan Forecasting Sektor PDRB
Kategori Lapangan Usaha LQ (2015) LQ (2019) Keterangan
Pertanian, Kehutanan, dan
A
Perikanan
0.97 0.98 Non Basis C Industri Pengolahan 1.29 1.34 Basis G Perdagangan Besar dan Eceran 0.82 0.84 Non Basis Sumber: Olah Data PDRB 2015 – 2019
Berdasarkan hasil olahan data menggunakan metode analisis LQ didapatkan hasil bahwa industry pengolahan merupakan sektor basis karena memiliki nilai di atas 1 dan sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor
non basis karena nilai di bawah 1. Sektor basis menjadi penyumbang terbesar ekonomi daerah. Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan
pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut (barang maupun jasa) tergantung permintaan. Analisis LQ menggambarkan kebutuhan intenal kawasan, sehingga dapat diasumsikan bahwa industri pengolahan (basis) dapat memenuhi kebutuhan internal dan ekternal (eksport) sedangkan sektor pertanian dan perdagangan hanya cukup memenuhi kebutuhan internal. Untuk hasil perhitungan dengan metode shift share sebagai berikut;
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Metode Shift Share Kategori Lapangan Usaha KPN KPP Ket KPP KPPW Ket KPPW PE PB Ket PB
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30% 15% Tumbuh Lambat Dapat
3%
Bersaing 17% 13% Mundur
C
Industri Pengolahan 30% -5% Tumbuh Lambat Dapat
7% Bersaing 32% 2% Progresif
Perdagangan
G
Besar dan Eceran 30% 1% Tumbuh cepat Dapat
5% Bersaing 35% 6% Progresif
Sumber; Hasil olah data PDRB
Berdasarkan hasil olahan data PDRB Kabupaten Karanganyar didapatkan hasil bahwa semua sektor unggulan dapat berdaya saing namun apabila dilihat dari pertumbuhannya itu dapat mengalami pertumbuhan secara lambat maupun cepat. Pertumbuhan dapat dilihat dari hasil olahan KPP dimana sektor pertanian dan industri hasilnya menunjukkan nilai negative yang menandakan pertumbuhannya lambat, sedangkan sektor perdagangan menunjukan nilai positif yang menandakan pertumbuhannya cepat. Dari hasil penggabungan olahan dengan metode LQ dan Shift Share dapat diasumsikan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor basis dan dapat bersaing hal ini bisa dipengaruhi oleh dukungan dari kebijakan lokal/daerah, saspras daerah, dan kelembagaan daerah. Aspek kedua yaitu ketenagakerjaan. Berikut merupakan data tentang jumlah tenaga kerja pada sektor unggulan;
20.000
Jumlah
16.000
12.000 20.059
9.078 19.949
9.219
8.000
5.253
6.264
4.000 2015 2016 Tahun 2017 Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Perdagangan 2018
Grafik IV.1 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Unggulan Berdasarkan data tenaga kerja sektor unggulan Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar, Jumlah terbesar terdapat pada tenaga kerja Sektor Industri. Jumlah tenaga kerja sektor industri dari tahun 2015 ke tahun 2018 mengalami penurunan yang dapat berdampak pada petumbuhan sektor tersebut cenderung lambat. Pada Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan akan tetapi kedua sektor mengalami pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan Sektor Pertanian cenderung lambat dapat disebabkan karena Pekerja Sektor Pertanian merupakan pekerjaan tidak tetap/musiman. Sedangkan Pertumbuhan Sektor Perdagangan mengalami pertumbuhan yang cepat dipengaruhi oleh jumlah Tenaga Kerja sektor tersebut mengalami peningkatan. Dengan semakin meningkatnya tenaga kerja di perdagangan maka transaksi perekonomian menjadi lebih berjalan dengan cepat pula. Dari hasil perhitungan ini dapat diasumsikan bahwa jumlah pekerja pada sektor pertanian dan perdagangan akan mengalami peningkatan ditahun yang akan mendatang dan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan akan mengalami penuruan ditahun yang akan mendatang.
4.1.3 Perumahan
Pendekatan forcecasting pada perumahan bertujuan untuk mengetahui keterbutuhan lahan untuk perumahan ditahun perencanaan. Periode peramalan ketubuhan lahan untuk perumahan yaitu 20 tahun yang akan mendatang. Metode yang digunakan adalah metode agregat. Dalam metode agregat ini ada beberapa tahapan, tahapan pertama adalah melakukan peramalan jumlah rumah tangga pada tahun 2040. Berikut tabel pengolahannya;
Tabel IV.4 Pengolahan Jumlah Ramalan Keluarga
Rumus S Perhitungan S Perhitungan H Hasil
H=P/S Jumlah penduduk/Banyaknya keluarga 64.248/18.765 79.793/3,42 23305 Berdasarkan hasil olahan jumlah ralaman keluarga diperoleh hasil bahwa di tahun 2040 akan ada 23.305 jumlah keluarga di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar. Jika siasumsikan jumlah ukuran rumah tangga ada 4 orang maka akan ada 5.826 rumah baru ditahun 2040. Langkah selanjutnya yaitu menghitung keterbutuhan lahan pada tahun 2040, berikut merupakan tabel pengolahannya;
Tabel IV.5 Perhitungan Kebutuhan Lahan Rumus D Perhitungan D Perhitungan A Hasil
A=H/D Jumlah rumah/Luas kawasan terbangun 15004/681,3 23305/22 1056,23 Berdasarkan hasil pengolahan jumlah kebutuhan lahan untuk perumahan,
Pada Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar memiliki kebutuhan lahan untuk perumahan di tahun 2040 seluas 1.056,23 Ha.
4.1.4 Transportasi
Pendekatan Forcecasting pada aspek penggunaan lahan sangat penting dalam sebuah perumusan peramalan. Tujuan dilakukannya pendekatan trasnportasi untuk melihat pola perjalanan dan mobilitas penduduk padat pada tahun eksisting. Teknik atau metode yang dilakukan yaitu pendekatan trip generation. Berikut merupakan hasil dari trip generation untuk melihat pola perjalanan dan mobilitas penduduk di kawasan perkotaan Kecamatan Karanganyar.
Gambar IV.1 Peta Trip Distribution Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar
Peta di atas merupakan peta interaksi keruangan yang berada di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar. Interaksi keruangan yang terjadi adalah sebagai berikut; 1) Internal - internal : Pola perjalanan yang terjadinya pada pola internal - internal adalah pola perjalanan masyarakat ke tempat kerja pada hari kerja. Pola perjalan ini sering dan paling banyak di kawasan ini. Pada hari libur masyarkat yang berada di zona sub urban akan melakukan pola perjalanan ke cbd untuk mencari hiburan atau untuk memberika kebutuhan rumah.
2) Ekternal - Internal ; Pola perjalan ini diperkiran terjadi pada industri untuk meimport bahan atau perjalan masyarakat yang tinggal di luar kawasan yang bekerja di dalam kawasan perkotaan kecamatan karanganyar ataupun ada kegiatan lain di dalam Kawasan. 3) Internal - Ekternal ; Pola perjalanan ini diperkirakan terjadi pada kegiatan industri untuk meneksport hasil industri ke luar Kawasan. Selain itu pola ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di dalam Kawasan keluar ke luar Kawasan untuk kerja atau kegiatan tertentu. 4) Intrazona ; merupakan pola perjalan antar zona, contoh pola perjalan antar zona sub urban ke zona permukiman kelas rendah atau ke zona permukiman yang lain untuk melakukan suatu kegiatan atau urusan.
4.1.5 Penggunaan Lahan
Pendekatan Forcecasting pada aspek penggunaan lahan sangat penting dalam sebuah perumusan peramalan. Tujuannya untuk melihat tren yang terjadi pada penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar selama 10 tahun terakhir. Metode yang digunakan alah olah data citra satelit tahun 2010, 2015, dan 2020 untuk melihat perubahan penggunaan lahan. Berikut merupakan hasil analisis perubahan penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar;
Lahan Non Penggunaan Lahan Terbangun
Lahan Terbangun 861 924
933,31
1.991 1.928 1918,74
2010 2015 2020
500 750 1.000 1.250 1.500 1.750 2.000 2.250 Luas Penggunaan Lahan
Grafik IV.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun Kawasan Perkotaan Kec. Karanganyar
Perubahan lahan terbangun dan non terbangun ini menggunakan penggunaan lahan pada tahun 2010, 2015 dan 2020(peta terlampir). Pada periode waktu tersebut terjadi kenaikan lahan terbangun dan terjadi penurunan pada lahan non terbangun. Hal ini bisa disebabkan oleh salah satunya factor pertumbuhan penduduk yang setiap tahun meningkat. Pada tahun 2010, persentase lahan terbangun sebesar 30,19 % dan lahan non terbangun sebesar 69,81 %. Selanjutnya pada sepuluh tahun mendatang yaitu tahun 2020, luas lahan terbangun menjadi 32,72 % dan lahan non terbangun berkurang dan tinggal menjadi 67,28 %. Untuk melihat pola persebaran perubahan penggunaan lahan sebagai berikut;
Gambar IV.2 Peta Perubahan Lahan Kawasn Pekrotaan Kecamatan Karanganyar
Berdasarkan peta di atas, dapat dilihat bahwa persebaran perubahan penggunaan lahan berada di Kelurahan Karanganyar, Lalung, Cangakan, Jungke, Bejen dan Tegalgede. Pada Kelurahan Karanganyar dan Cangakan mengalami perubahan sangat signifikan karena merupakan pusat kota, memiliki aksebilitas, dan ketersediaan saspras yang memadahi. Untuk melihat proyeksi lahan terbangun dan non terbangun ditahun peramalan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel IV.6 Proyeksi Lahan Terbangun dan Non Terbangun
No Tahun
1 2015 2 2020
Lahan Terbangun
924 933.31
Penggunaan Lahan Lahan Non Terbangun
1928.2
1918.74
3 2025 4 2030 5 2035 942.76 952.64 962.97 1909.29 1899.41 1889.08
6 2040 973.76 1878.29
Proyeksi mengenai perubahan dan kebutuhaan penggunaan lahan ini kami asumsikan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. Dimana jika melihat trendline pertumbuhan penduduk maka ada kecenderungan pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar akan selalu meningkat sehingga berdampak pada perubahan penggunaan lahan serta kebutuhan lahan yang juga akan meningkat. Proyeksi penggunaan lahan ini mengansumsikan bahwa setiap pertambahan penduduk akan berpengruh pada pertambahan luas Kawasan terbangun maupun non terbangun. Dari hasil proyeksi lahan terbangun didapatkan hasil bahwa pada tahun 2040 nanti luas lahan terbangun di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar bertambah menjadi 33 % yang semula seluas 924 ha pada tahun 105 menjadi 973,76 pada 20 tahun yang akan datang nantinya.
4.1.6 Hasil Forecasting
Berdasarkan hasil forecasting dengan menggunakan pendekatan aspek kependudukan, ekonomi, perumahan, transportasi, dan penggunaan lahan, dapat dilihat beberapa tren yang akan terjadi di tahun 2040. Secara garis besar pada tahun 2040 akan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan. Penambahan jumlah penduduk ini akan memicu terjadinya permintaan akan penggunaan lahan meningkat. Peningkatan permintaan akan lahan akan mengurasi luasan lahan pertanian yang ada di Kawasan Perkotaan. Secara umum pola perkembangan lahan terbangun di Kawasan Perkotaan ini dapat dilihat pada peta berikut ini;
Berdasarkan peta di atas dapat dilihat pola perkembangan lahan terbangun di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar. Pada tahun 2040 permintaan akan lahan terbangun untuk perumahan mencapai 1.080 Ha. Dapat diasumsikan pola pertumbuhan lahan terbangun akan muncur dipinggiran jalan. Hasil dari pendekatan forecasting pada aspek penggunaan lahan, dihasilkan tren bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terjadi perubahan penggunaan lahan yaitu penambahan lahan terbangun dengan persebarannya yaitu dipinggiran jalan dan dekat dengat pusat kota. Selain itu aksebilitas dan pola perjalanan di daerah yang dekat dengan jalan itu sangat tinggi sehingga dapat diasumsikan bahwa proyeksi lahan terbangun pada 2040 akan meningkat disepanjang pinggiran jalan.
4.2 Pendekatan Backcasting
Metode backcasting berhubungan dengan bagaimana masa depan yang diinginkan dapat dicapai dalam suatu kondisi normatif, dalam artian bekerja ke belakang dari kondisi tertentu masa depan yang diinginkan menuju kondisi saat ini.
Berikut merupakan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam metode peramalan backcasting:
1) Tujuan
Tujuan dalam prakiraan kondisi masa depan dengan pendekatan backcasting yaitu Perkotaan Berbasis Lingkungan.
2) Ukuran
Rincian tujuan atau sasaran yang merupakan ukuran mengenai target yang akan dicapai dalam mewujudkan tujuan yaitu Perkotaan Berbasis Lingkungan, di antaranya sebagai berikut: a. Membatasi pertumbuhan populasi maksimal 8% b. Membatasi alih fungsi lahan pertanian c. Membangun pusat sarana perdagangan dan jasa d. Membangun sistem jaringan jalan yang kuat e. Meningkatkan RTH dipenjuru kota terutama di pinggiran jalan f. Membangun jalan bersepeda g. Memasang alat penghisap gas CO untuk mengurangi polusi h. Membuat kebijakan rumah horizontal i. Membatasi pembangunan rumah maksimal 60 m2 dengan ketentuan 80% bangunan 20% rth.
3) Kondisi Saat ini
Prakiraan kondisi masa depan menggunakan pendekatan backcasting memerlukan pengetahuan mengenai kondisi eksisting atau saat ini. Kondisi saat ini pada kawasan perkotaan Kecamatan Karanganyar di antaranya yaitu: a. Jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar cenderung akan mengalami peningkatan disetiap tahunnya. b. Industri pengolahan (basis) dapat memenuhi kebutuhan internal dan ekternal (eksport) sedangkan sektor pertanian dan perdagangan hanya cukup memenuhi kebutuhan internal. Indsutri pengolahan dan dapat bersaing namun tumbuh lambat dan perdagangan dan jasa dapat bersaing dan tumbuh cepat c. Luasan penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Kecataman Karanganyar didominasi oleh penggunaan lahan untuk pertanian yaitu seluas 47 % dari luas kawasan perkotaan.
4) Faktor Eksogen
Beberapa faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja sistem dalam mewujudkan tujuan untuk kondisi masa depan di antaranya: a. Urbanisasi
b. Pergerakan ekternal internal
c. Pergerakan eksternal eksternal d. Kebijakan Nasional
5) Skenario
Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang yaitu: a. Kebutuhan lahan sedikit karena pertumbuhan populasi menurun dan system perumahan yang minim lahan b. Terciptanya daerah sekitar jaringan jalan yang kuat dan sejuh sehingga masyarakat nyaman untuk berjalan kaki dan bersepeda c. Terciptanya kawasan hijau yang banyak sehingga meningkatkan kadar O2 dan lingkungan menjadi sejuk
6) Kebutuhan Pelaksanaan
Kebutuhan pelaksanaan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang diinginkan dan dapat memenuhi skenario yaitu: a. Kebijakan dan peraturan pemerintah daerah b. Para pakar dan ahli (perencanaan, pembangunan, ekonomi, lingkungan,
Kemasyarakatan) c. Partisipasi masyarakat
7) Dampak
Beberapa hal yang mungkin dapat terjadi berkaitan dengan skenario yang dilakukan dalam mewujudkan tujuan yang tentunya hal tersebut berdampak pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya, antara lain: a. Lingkungan, di antaranya terjaganya kualitas lingkungan, terjaminannya kelestarian ekosistem, dan terjaganya kawasan pertanian. b. Ekonomi, di antaranya peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah pada sektor perdagangan, serta berkurangnya lapangan pekerjaan pada sektor industri.
c. Sosial Budaya, di antaranya masyarakat yang disiplin dan cinta terhadap lingkungan, serta interaksi antar individu masyarakat yang meningkat.
4.3 Prakiraan Kondisi Masa Depan
Setelah mengetahui kondisi eksisting dan prakiraan kondisi masa depan maka diperlukan adanya serangkaian kegiatan lanjutan berupa tindak lanjut perencanaan.
Tindak lanjut perencanaan tersebut diwujudkan dalam tahap pembangunan yang diiringi oleh dukungan sumber daya. Berikut ini merupakan tahapan pembangunan beserta dukungan sumber daya di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar.
4.3.1 Struktur Ruang
Struktur ruang merupakan susunan pusat permukiman dan sistem jaringan sarana prasarana sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi dan memiliki hubungan fungsional.
Gambar IV.3 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Tahun 2040
Rencana struktur ruang yang akan dituju yaitu membangun area perdagangan dan jasa untuk menumbuhkan ekonomi pada daerah lain dengan tujuan agar terciptanya ekuilibrium atau keseimbangan dalam aktivitas dan distribusi penduduk khususnya di kawasan perkotaan Kecamatan Karanganyar. Selain itu, dari segi infrastruktur akan dibangun jalan-jalan yang akan digunakan sebagai rute bus trans beserta penempatan halte di beberapa tempat. Dari rute bus tranns yang telah dibuat diintegrasikan dengan kereta listrik yang akan dibangun di sepanjang jalan kolektor. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai rencana desain area jalan kolektor tersebut.
Sumber: https://finance.detik.com Gambar IV.4 Ilustrasi Area Jalan Kolektor Dari gambar di atas, akan dibangun sistem jaringan jalan yang kuat agar kontruksi jalan tahan lama. Akan dilaksanakan pembangunan jalur sepeda yang mana khusus digunakan untuk para pengguna sepeda. Tujuan dibangunnya jalur khusus sepeda diharapkan agar masyarakat lebih memilih transportasi yang ramah lingkungan serta agar para pengguna sepeda nyaman dalam berkendara.
Penggunaan transportasi yang ramah lingkungan seperti bersepeda dapat mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Selain itu, akan dipasang alat penghisap gas CO untuk mengurangi polusi tersebut. Kemudian akan ditanam juga pepohonan di sepanjang jalan guna meningkatkan RTH di penjuru kota terutama di pinggiran jalan. Pepohonan yang ditanam di sepanjang jalan berfungsi sebagai penghasil oksigen dan daerah resapan air. Ditanamnya pepohonan di jalur sepeda juga dapat memberikan kenyamanan bagi para pengguna sepeda agar merasa sejuk saat berkendara. Selain itu, pepohonan juga memberikan kesan estetik terhadap daerah tersebut dan dapat menjadikan ciri khas atau identitas sebuah perkotaan.
4.3.2 Pola Ruang
Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam wilayah yang terdiri dari peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.
Gambar IV.5 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Tahun 2040
Rencana pola ruang yang akan dituju yaitu mengarahkan area permukiman baru di sekitar jalan kolektor yang berdekatan dengan rencana perdagangan dan jasa. Tujuan pembangunan tersebut yaitu menumbuhkan ekononi dan menciptakan ekuilibrium agar persebaran perdagangan dan jasa dalam aktivitas dan distribusi penduduk tidak terpusat dalam satu kawasan. Terkait rencana pola ruang ini, secara keseluruhan tidak banyak perubahan. Hal ini mengacu pada sasaran backcasting yaitu membatasi alih fungsi lahan, membuat kebijakan rumah horizontal, dan membatasi pembangunan rumah maksimal 60 m2 dengan ketentuan 80% bangunan 20% rth.
4.4 Tindak Lanjut Perencanaan
Setelah mengetahui kondisi eksisting dan prakiraan kondisi masa depan maka diperlukan adanya serangkaian kegiatan lanjutan berupa tindak lanjut perencanaan.
Tindak lanjut perencanaan tersebut diwujudkan dalam tahap pembangunan yang diiringi oleh dukungan sumber daya. Berikut ini merupakan tahapan pembangunan beserta dukungan sumber daya di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar.
4.4.1 Tahap Pembangunan
Untuk mewujudkan kota yang ramah lingkungan, maka perlu ada beberapa tahapan untuk dapat merealisasikannya. Secara garis besar, tahapan pembangunan tersebut terdapat dalam tahapan penyelenggaraan tata ruang. Sesuai dengan PP
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, berikut tahapan pembangunan kota berbasis lingkungan di Kawasan Perkotaaan Kecamatan
Karanganyar:
1) Pengaturan
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat regulasi atau kebijakan. Regulasi atau kebijakan dibuat sebagai arahan dan pedoman dalam proses pembangunan kawasan. Kebijakan ini dapat berupa peraturan atau surat keputusan dari pemerintah setempat.
2) Pembinaan
Kegiatan pembinaan ini sebagai wujud koordinasi antar stakeholder dan berupa sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan informasi serta arahan pengembangan kawasan perkotaan yang berbasis lingkungan. Koordinasi antar stakeholder memiliki peran penting dalam tahapan ini karena untuk menjelaskan dan menyatukan presepsi dalam pembangunan. Sedangkan sosialisasi menjadi tonggak utama untuk mendekatkan diri pada masyarakat sebagai wujud partisipasi publik dalam perencanaan. Dalam perencanaan perkotaan berbasis lingkungan, salah satu hal yang diubah adalah kebiasan masyarakat agar lebih mencintai lingkungan. Sehingga dengan adanya pendekatan ini masyarakat dapat tertarik untuk berpartisipasi dalam mewujudkan perkotaan yang ramah lingkungan.
3) Pelaksanaan
Proses pelaksanaan memuat perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Dalam tahap perencanaan, hal yang dilakukan yaitu penyusunan struktur ruang dan pola ruang untuk perkotaan berbasis lingkungan. Dalam tahap pemanfaatan, hal yang dilakukan yaitu membuat program – program pembangunan untuk merealisasikan kebijakan. Program pembangunan di antaranya adalah membangun jaringan kereta api listrik di sepanjang koridor jalan kolektor, membangun halte di setiap penjuru kawasan sub urban, membangun pusat
perdagangan di Kelurahan Jantiharjo, membangun jalan sepeda, dan lain-lain.
Pada tahapan pengendalian hal, yang dilakukan yaitu membuat peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, serta pemberian sanksi. Contohnya membangun rumah maksimal 60 m2 dengan komposisi 80 % bangunan 20 % sebagai RTH.
4) Pengawasan
Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan yaitu pemantau, evaluasi, dan pelaporan. Tahapan ini sebagai bentuk penilain terhadap keberjalan sistem perkotaan berbasis lingkungan yang kemudian dilakuakn evaaluasi dan pelaporan kepada pihak yang berwajib.
4.4.2 Dukungan Sumber Daya
Dari hasil proyeksi penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Karanganyar menunjukkan trendline yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
Kecenderungan peningkatan penduduk dapat mengindikasikan bahwa Angkatan
Kerja juga akan meningkat. Hal tersebut membawa keuntungan yang disebut sebagai masa bonus demografi. Bonus demografi adalah fenomena yang terjadi ketika penduduk usia produktif lebih banyak daripada penduduk usia tidak produktif. Bonus demografi sendiri dapat menyerap tenaga kerja lokal yang lebih banyak sehingga muara utamanya pada sektor perindustrian yang berjalan akan lebih maksimal lewat dukungan sumber daya manusinya. Akan tetapi bonus demografi bisa tidak bernilai apa-apa jika generasi muda tidak produktif. Bahkan pemerintah pun harus mampu mempersiapkan lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk menghindari ledakan pengangguran. Sehingga lewat dukungan dari sumber daya manusia yang melimpah ini diharapkan dapat membawa keuntungan.
Mengingat faktor manusia merupakan titik sentral berpikir, perencanaan, perekayasa, perancang dan pelaksana maupun penyelenggara pembangunan dan atau pelaku pembangunan. Oleh karena itu dukungan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah. Selain adanya dukungan sumber daya manusia, Kawasan Perkotaan
Kecamatan Karanganyar juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang dapat
dikatakan cukup lengkap sehingga dapat diperkirakan kegiatan-kegiatan masyarakatnya dapat tersalurkan dengan baik. Sebagai contohnya, dengan tersedianya berbagai sarana kesehatan, masyarakat menjadi lebih mudah untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian dengan tersedianya sarana pendidikan dari jenjang pendidikan usia dini hingga akademi/perguruan tinggi dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Seluruh kelurahan yang masuk dalam Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar pun sudah teraliri listrik dari PLN, selain itu kondisi sinyal selulernya juga kuat sehingga komunikasi pun dapat berjalan dengan lancar. Di Kecamatan Karanganyar juga tersedia beberapa SPBU. Ketersediaan SPBU tersebut dapat mendukung terjadinya mobilitas baik dalam kecamatan itu sendiri maupun keluar. Kecamatan Karanganyar memiliki transportasi darat sebagai layanan transportasi yang membantu mobilitas penduduk dan sumber daya lainnya. Terdapat dua buah terminal, yaitu Terminal Jungke dan Tegalgede, serta beberapa halte. Dengan tersedianya terminal dan halte, masyarakat dapat dengan mudah mengakses transportasi umum. Keberadaan infrastruktur yang memadai akan berkontribusi kepada kelancaran produksi maupun distribusi barang dan jasa antar wilayah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Lestari & Suhadak, 2019). Terlebih dari hasil analisis shift-share sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan yang cepat adalah sektor perdagangan dan jasa yang mana membutuhkan dukungan dari infrastruktur khususnya transportasi untuk dapat memperlancar mobilitas sehingga proses produksi maupun distribusi barang dan jasa dapat berjalan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkembangan kota pada umumnya selalu dihadapkan pada berbagai tuntutan sekaligus implikasi yang menyertai berkembangnya keragaman dari intensitas kegiatan. Perencanaan tata ruang sangat erat kaitannnya dengan pengaturan ruang.
Fokus utama dari perencanaan tata ruang adalah orientasi tentang masa depan dan cara-cara atau metode untuk mencapainya. Kawasan Perkotaan Kecamatan
Karanganyar merupakan salah satu wilayah yang di dalam laporan ini telah dijelaskan mengenai masa depannya dan cara-cara untuk mencapainya. Dari segi Pertumbuhan penduduk tahun 2011 hingga 2019 di kawasan perkotaan Kecamatan Karanganyar terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya.
Jumlah penduduk di tahun 2011 yaitu 62.207 jiwa selalu meningkat hingga mencapai 66.616 jiwa di tahun 2019. Kemudian untuk jenis tenaga kerja di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Karanganyar sesuai dengan sektok/komoditas unggulan. Masyarakat yang berkerja di sektor unggulan yaitu dalam pertanian, perdagangan, dan industry.sector unggulan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Kecataman
Karanganyar yaitu sektor pertanian, industry dan perdagangan dan enceran. Ketika sector tersebut mengampil peranan penting dalam menyumbang perekonomian lokal maupun daerah. Berkaitan dengan bentuk dan struktur kota dari Kawasan perkotaan Kecamatan
Karanganyar ini struktur ruangnya mengacu pada Teori Inti berganda. Teori ini dipilih dari kondisi eksisting yang ada pada wilayah perencanaan tresebut. Umumnya persebaran lahan dalam teori inti ganda ditentukan oleh faktor-faktor lain sehingga tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona kotanya.
Terkait dengan Pola Ruang pola peruntukan kawasan lindung di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar diantaranya kawasan perlindungan setempat yaitu waduk lalung embung jungke dan embung dungdo, kawasan cagar budaya yaitu Masjid Karanganom, Situs Giyanti, makam Nyi Ageng Karang dan Astana Temuireng, dan kawasan lindung untuk rawan bencana yaitu berada di Kelurahan Bejen. Sedangkan untuk kawasan budidaya daiantaranya kawasan budidaya pertanian lahan basah dan lahan kering, kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya industri, dan kawasan budidaya permukiman. Dan untuk penggunaan lahan secara garis besar pola penggunaan lahan untuk Kawasan Perkotaan yaitu didominasi pertanian.
Hasil proyeksi penduduk dapat menunjukkan tren bahwa jumlah penduduk mengalami peningkatan sebanyak 16 % dari tahun 2020 sampai 2040, sehingga dapat diasumsikan bahwa jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar cenderung akan mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Di sektor ekonomi Analisis LQ menggambarkan kebutuhan intenal kawasan, sehingga dapat diasumsikan bahwa industri pengolahan (basis) dapat memenuhi kebutuhan internal dan ekternal (eksport) sedangkan sektor pertanian dan perdagangan hanya cukup memenuhi kebutuhan internal.
Kemudian untuk jumlah kebutuhan lahan untuk perumahan, Pada Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar memiliki kebutuhan lahan untuk perumahan di tahun 2040 seluas 1.056,23 Ha. Proyeksi penggunaan lahan ini mengansumsikan bahwa setiap pertambahan penduduk akan berpengaruh pada pertambahan luas Kawasan terbangun maupun non terbangun. Dari hasil proyeksi lahan terbangun didapatkan hasil bahwa pada tahun 2040 nanti luas lahan terbangun di Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar bertambah menjadi 33 % yang semula seluas 924 ha pada tahun 105 menjadi 973,76 pada 20 tahun yang akan datang nantinya.
Peramalan dengan metode backcasting dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain penentuan tujuan, sasaran, penjelasan kondisi eksisting, faktor eksogen, skenario, kebutuhan pelaksanaan, dan dampak yang mungkin terjadi dengan adanya skenario yang dilakukan. Prakiraan kondisi masa depan terhadap struktur ruang yang akan dituju yaitu membangun area perdagangan dan jasa untuk menumbuhkan ekonomi pada daerah lain agar terciptanya ekuilibrium atau keseimbangan dalam
aktivitas dan distribusi penduduk. Untuk prakiraan kondisi masa depan terhadap pola ruang yang akan dituju yaitu mengarahkan area permukiman baru di sekitar jalan kolektor yang berdekatan dengan rencana perdagangan dan jasa dengan tujuan untuk menumbuhkan ekononi dan menciptakan ekuilibrium agar persebaran perdagangan dan jasa dalam aktivitas dan distribusi penduduk tidak terpusat dalam satu kawasan. Rencana pola ruang tersebut secara keseluruhan tidak banyak perubahan karena hal ini mengacu pada sasaran backcasting.
5.2 Saran
Lembaga terkait di Kabupaten Karanganyar harus terus membenahi data dan sistemnya, terutama yang berkaitan dengan data kependudukan, ekonomi, perumahan, transportasi, dan penggunaan lahan, karena data tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam analisis peramalan ini. Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Presiden NO 39/2019 tentang Satu Data Indonesia, bahwa untuk untuk memperoleh Data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan dibagikan, maka diperlukan perbaikan tata kelola Data yang dihasilkan oleh pemerintah melalui penyelenggaraan Satu Data Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bibri, S. E. (2018). The IoT for smart sustainable cities of the future: An analytical framework for sensor-based big data applications for environmental sustainability.
Sustainable Cities and Society, 38, 230–253. Darwin, R., & Hidayat, M. (2016). Analisis Investasi Terhadap Pembangunan Ekonomi
Wilayah Kabupaten Meranti (Pendekatan Forecasting Analysis). Celscitech-UMRI.
Pekanbaru: LP2M-UMRI, p. Eco, 14–20. Didu, S., & Fauzi, F. (2016). Pengaruh jumlah penduduk, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Kabupaten Lebak. Jurnal Ekonomi-Qu, 6(1). Dreborg, K. H. (1996). Essence of backcasting. Futures, 28(9), 813–828. Gaspersz, V. (2002). Production Planning and Inventory Control Manufacturing 21.
Vincent Poundation. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Geurs, K. T., & Van Wee, B. (2004). Accessibility evaluation of land-use and transport strategies: review and research directions. Journal of Transport Geography, 12(2), 127–140.
Saifullah, A. M. (2014). Pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan limit pada peserta didik kelas XI semester 2 di Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Bugel Jepara tahun pelajaran 2012/2013. IAIN Walisongo. Sukmawati, T. (2017). Analisis Kinerja Transaksi Ba’i Salam dalam Bisnis Online di
Gamis Adzkia Hijab Syari Tulungagung. Wardah, S., & Iskandar, I. (2017). Analisis Peramalan penjualan Produk Keripik Pisang
Kemasan Bungkus (Studi Kasus: Home Industry Arwana Food Tembilahan). J@
Ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 11(3), 135–142.
LAMPIRAN
Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010, 2015, 2020
Peta Harga Lahan
Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Karanganyar Tahun 2011-2019
No
Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Kode Nama 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 33.13.09.1001 Lalung 7969 8000 8014 8097 8192 8253 8325 8410 8469 2 33.13.09.1003 Jantiharjo 5461 5526 5536 5593 5656 5703 5753 5747 5852 3 33.13.09.1004 Tegalgede 9343 9377 9392 9489 9583 9675 9760 9789 9928 4 33.13.09.1005 Jungke 5667 5779 5789 5849 5908 5966 6018 6051 6122 5 33.13.09.1006 Cangakan 6293 6436 6447 6513 6584 6643 6701 6716 6916 6 33.13.09.1007 Karanganyar 4451 4451 4458 4504 4548 4593 4632 4627 4712 7 33.13.09.1008 Bejen 10295 10266 10282 10388 10491 10588 10681 10706 10865 8 33.13.09.1009 Popongan 7344 7502 7514 7592 7671 7741 7809 7856 7943 9 33.13.09.1010 Gayadompo 5384 5485 5495 5552 5609 5661 5711 5723 5809 Jumlah 62207 62822 62927 63577 64242 64823 65390 65625 66616