3 minute read

Alasan Di Balik Dinamika Harga Batubara

Dalam harga batubara, terdapat dua istilah yang sering kita temui, yaitu Harga Patokan Batubara (HPB) dan Harga Batubara Acuan (HBA). Berdasarkan Permen ESDM No. 11/2020 Tentang Perubahan Ketiga Permen ESDM No. 7/2017 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara, Harga Patokan Batubara adalah harga batubara yang ditentukan pada titik serah penjualan (at sale point) secara Free on Board. HPB ini merupakan harga batas bawah dalam penghitungan kewajiban pembayaran iuran produksi oleh pemegang IUP Operasi-Produksi Batubara atau IUPK Operasi-Produksi Batubara. Sedangkan, Harga Batubara Acuan adalah harga yang diperoleh dari rata-rata indeks harga batubara pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan peraturan diatas, besaran nilai HBA mengacu pada indeks harga batubara yang dikeluarkan, seperti Indonesian Coal Index / Argus Coalindo, Newcastle Export Index, Globalcoal Newcastle Index, Platts Index, Energy Publishing Coking Coal Index, dan/atau HIS Markit Index. Sedangkan untuk HPB, HPB dapat berupa HPB untuk steam (thermal) coal dan coking (metallurgical) coal. Nilai HPB steam (thermal) coal dipengaruhi oleh nilai kalor batubara (calorific value), HBA Steam (Thermal) Coal, kandungan air (moisture content), kandungan belerang (sulphur content), dan kandungan abu (ash content). Sedangkan nilai HPB coking (metallurgical) coal ditentukan oleh variabel HBA Coking (Metallurgical) Coal, Coke Strength after Reaction, kadar zat terbang (volatile matter), kandungan air (moisture content), kandungan belerang (sulphur content), dan kandungan abu (ash content).

Advertisement

Harga batubara ini sangat dinamis. Berbagai isu minor pun dapat mempengaruhi harga batubara secara signifikan. Dewasa ini, isu COP26 cukup mempengaruhi secara signifikan dari naik-turunnya harga batubara. Selain isu COP26, pengiriman batubara juga mempengaruhi harga batubara. Ketatnya kondisi suplai batubara menyebabkan naiknya harga batubara. Pengiriman batubara dari Australia ke China belum berjalan normal tetapi permintaan atas daya listrik terus meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia dikala pandemi. Harga Batubara Acuan pada Bulan November 2021 pernah mencapai rekor tertingginya yaitu sebesar US$ 215.01 per metrik ton. Tetapi menurut Maybank Kim Eng Sekuritas, harga batubara bisa melemah jika pertumbuhan ekonomi dunia kembali resesi. Selain itu, ketika bank sentral dunia melakukan pengetatan kebijakan penggunaan batubara, seperti pada COP26 yang mengharuskan nol pemakaian batubara, juga menimbulkan potensi turunnya harga batubara.

Tetapi, tingginya harga batubara juga memiliki tantangan tersendiri karena dapat meningkatkan pengeluaran industri domestik untuk memperoleh sumber energi. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, perlu ada keseimbangan antar sektor agar lonjakan harga batubara tidak berbalik menekan kegiatan industri dalam negeri karena jika harga terlalu tinggi maka industri dalam negeri juga kesulitan untuk memperoleh energi karena biaya yang dikeluarkan lebih besar. Namun, ada juga sisi positif dari melambungnya harga batubara. Di sisi lain, meningkatnya harga batubara memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional karena Indonesia sendiri merupakan salah satu negara terbesar penghasil batubara.

This article is from: