Edisi Februari 2018
#5 edisi lima
Hellomotion’s monthly bulletin
Hello Tips Turban Casual
Reportase Fieldtrip ke Marvel Creative Day Out 2018
Cerna Guru, Batin dan Cinta
Sinau MOcO Maca Mawi Kaca, Sinau Maos Mawi Raos
EDITORIAL
DUKA GURU,
Oleh: Bagus S
Masih hangat dibicarakan mengenai kabar duka yang menimpa rekan guru dari SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Achmad Budi Cahyanto meninggal dunia karena dianiaya oleh muridnya sendiri. Ada apa gerangan hingga seorang peserta didik tega melakukan tindakan yang menyebabkan sang guru kehilangan nyawanya? Menurut sumber berita, peristiwa ini berawal dari dalam kelas saat korban mengisi pelajaran di kelas XII. Korban menegur pelaku karena tidak menghiraukan pelajaran yang disampaikan korban. Hingga beberapa kali ditegur, pelaku tetap tidak menghiraukan sehingga terjadi debat di antara keduanya. Usai perdebatan, pelaku kemudian menganiaya korban. Berita di atas adalah salah satu di antara contoh kejadian buruk di dunia pendidikan. Murid yang seharusnya menaruh rasa hormat terhadap guru, ironisnya yang terjadi justru sebaliknya. Seakan-akan pendidikan karakter yang selama hampir 12 tahun di bangku sekolahnya tidak memiliki bekas di hati sang murid. Memang tidaklah mudah untuk menjadi seorang guru. Hanya orang-orang yang terpanggil yang memiliki niat kuat untuk menjadikan generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin di masa depan. Istilah ‘guru’ berasal dari bahasa Sansekerta yaitu ‘gu’ yang artinya kegelapan, dan ‘ru‘ yang berarti menghilangkan. Jadi guru adalah seseorang yang membawa cahaya penerang dalam hidup kita. Bahkan secara arti khusus dalam agama Hindu dan Budha, guru adalah tempat suci yang berisi ilmu dan jalan menuju kebenaran. Dalam
Islam, guru mengambil sebagian peran seorang nabi, karena nabi pun bergelar Al-Mu’allim yang artinya pendidik. Sungguh pentingnya peran guru, sehingga ada yang mengungkapkan bahwa guru akan memberikan syafaat (berkah ampunan) di akhirat kelak. Melihat betapa tinggi perannya, sudah seharusnya guru merasa bangga atas keprofesiannya. Tentunya dalam hal ini adalah guru yang bertanggung jawab dan memiliki niat ikhlas untuk mengabdikan dirinya bagi pendidikan.
Kembali ke permasalahan di atas. Tidak salah jika seorang guru memberi teguran, peringatan atau bahkan hukuman selama masih dalam ranah pendidikan. Mendidik tidak hanya sebatas mengajar atau transfer ilmu saja, tetapi juga menyisipkan pendidikan moral dan karakter di dalamnya. Dalam proses pendisiplinan ini, guru mendapatkan perlindungan payung
DUKA KITA
Sulasmono
hukum yang tegas dari negara sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 10 tahun 2017. Diharapkan dengan adanya Permendikbud tersebut tidak akan ada lagi kriminalisasi guru dalam proses pendidikan dan pendisiplinan siswa. Sekilas terkesan bahwa pekerjaan guru tidak beresiko dan mustahil bersinggungan dengan permasalahan hukum karena
courtesy : wikipedia
interaksi yang terjadi antara guru dan murid --kalaupun terjadi konflik-- semua dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Namun, seiring dengan berkembangnya wacana Hak Asasi Manusia (HAM), tindakan guru tidak bisa dianggap ‘semua benar’ jika menyangkut pelanggaran hak asasi murid. Tindakan pendisiplinan terhadap murid yang membandel seringkali
dijadikan sebagai obyek pengambing-hitaman pelanggaran HAM. Tanpa disadari, pemahaman yang kebablasan ini menjadi senjata ampuh bagi murid untuk berbuat semaunya sendiri. Murid kerap memancing emosi guru dengan segala tindakannya karena beranggapan bahwa jika terjadi hukuman fisik, tindakan guru tersebut dapat dipidanakan. Pemahaman ini yang harus diluruskan kembali. Upaya pendisiplinan terhadap tindakan indispliner murid adalah bagian dari cinta kasih guru kepada muridnya agar murid memiliki akhlak yang baik. Masih di luar nalar sehat; bagaimana mungkin hanya karena alasan ditegur lantas sampai hati menganiaya gurunya? Sedangkal itukah pola pikir anak muda zaman sekarang? Bertindak tanpa melalui proses berpikir jangka panjang? Ya, mungkin saja. Kebiasaan mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan instan, menjadikan mereka kurang menghargai proses. Sisi egosentris mereka –yang seharusnya sudah tuntas di usia balita-- masih terlalu kuat menguasai diri. Akan tetapi, tidak bisa juga 100% menyalahkan anak dalam kasus ini. Kita mungkin hanya melihat dari satu sudut pandang saja. Latar belakang tindakan anak tersebut perlu dikaji lebih mendalam. Yang pasti, tugas guru tetap menjaga anak didiknya agar memiliki karakter yang kuat. Akhlak yang baik harus menjadi faktor utama yang harus dimiliki oleh semua siswa HelloMotion High School agar mereka dapat menjadi bagian dari masyarakat yang lebih luas lagi di masa depan.
Have you empathized?
MENAKLUKAN OTAK KADAL Fieldtrip ke Marvel Creative Day Out 2018 oleh Trada Lardiatama
ilustrasi by : @maswaditya Buku Kreatif Sampai Mati Sila ke-6
Apakah kreativitas hanya milik seniman? Mungkin hal ini yang harus kita pertanyakan. Atau memang kita yang kerap membatasi diri, takut, bahkan enggan dalam mewujudkan ide-ide kita selama ini. “Jangan lakukan itu, nanti kamu rugi!”, “Jangan bertindak, pasti kamu gagal!”, “Awas, jika kamu berbuat seperti itu, orang akan menertawakanmu!”. Kata-kata semacam itulah yang hampir selalu muncul dan terbisik ketika kita berniat mewujudkan ide dan impian kita. Kemungkinan semua itu adalah ulah si ‘Otak Kadal’. Menurut Seth Godin, pengarang buku Linchpin: Are You Indispensable?, ‘Otak Kadal’ itu bukan
sekedar konsep, tapi memang nyata hadir di otak kita masing-masing. Dalam ilmu biologi, ia disebut sebagai amygdala. Ketika menjalani proses belajar menjadi seorang kreatif, kita memang harus melawan si ‘Otak Kadal’ tersebut. Atas dasar itu, pada tanggal 12 Januari 2018, siswa-siswi HelloMotion High School (HHS) melakukan kunjungan ke sebuah acara bertajuk Marvel Creative Day Out (MCDO) 2018 yang diselenggarakan atas kerjasama Disney Asia, Marvel Studio dan Universitas Bina Nusantara (Binus). MCDO 2018 merupakan sebuah acara yang sangat inspiratif karena membuka wawasan dan pengetahuan seputar dunia kreatif khususnya di bidang komik, ilustrasi, dan desain karakter.
Foto bersama Allen Au-Yung Matahari sudah cukup tinggi ketika rombongan siswa-siswi bersiap untuk berangkat dari HHS menuju lokasi kegiatan di bilangan Palmerah, Jakarta Barat. Dalam perjalanan kali ini, rombongan memilih menggunakan moda transportasi kereta listrik dan angkutan perkotaan sebagai salah satu bentuk pembelajaran menumbuhkan rasa empati pada siswa-siswi. Perjalanan keberangkatan selama kurang lebih satu jam seolah memberi kesan tersendiri bagi mereka. Sesampainya di lokasi, rombongan menyempatkan diri untuk melaksanakan shalat jumat di masjid kampus. Pada pukul 13:30 WIB, rombongan memasuki auditorium di lantai empat gedung kampus Anggrek untuk menyimak presentasi dari para kreator Marvel dan Disney Asia. Sesi dibuka oleh Allen Au-Yung, Vice President Disney China, yang menjelaskan bagaimana cerita dan karakter-karakter Marvel diadaptasikan ke dalam bentuk desain busana dan produk. Sesi dilanjutkan dengan berbagi cerita pengalaman dari
para kreator Marvel asal Indonesia seperti Ario Anindito, Miralti Firmansyah, Sunny Gho, Jasmine Putri dan C.B. Cebulski (Marvel Vice President of Asia Brand Management and Development) mengenai dunia ekstensif Marvel Universe. Dalam sesi tersebut, banyak hal-hal inspiratif yang dapat dipelajari oleh siswa-siswi, di antaranya adalah cara bagaimana mengalahkan si ‘Otak Kadal’. Salah satu caranya –sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh para pembicara-- adalah dengan selalu memperhatikan dateline (tenggat waktu). Dengan disiplin dalam berkarya sesuai dengan dateline, maka dengan sendirinya kita dapat melatih otak kita untuk terus kreatif dan membungkam si ‘Otak Kadal’ yang menjadi penghalang dalam berkarya. Setelah puas dengan presentasi inspiratif dari para kreator Marvel dan Disney, siswa-siswi HHS berkesempatan mengikuti sesi lokakarya bersama Allen Au-Yung, Vice President Disney China. Pada kesempatan tersebut, Allen --sapaan akrabnya-- memberikan pengetahuan mengenai bagaimana menciptakan desain dari
permasalahan di sekitar kita. Para peserta diarahkan untuk membuat visualisasi dari ide mereka dengan menggunakan tema salah satu film Marvel yang akan tayang di tahun 2018 ini, yaitu Black Panther. Dari keseluruhan sketsa yang dihasilkan para peserta, terpilih lima karya yang menurut Allen sangat menginspirasi baginya dalam mengaplikasikan tema yang ditentukan. Sangat membanggakan ketika karya dari Makaila Shakira dan Rafif Bahanan masuk ke dalam lima karya terbaik tersebut, bahkan karya ananda Rafif terpilih menjadi karya terbaik pada lokakarya tersebut. Dalam waktu yang sangat singkat, para
peserta diarahkan untuk dapat melawan si ‘Otak Kadal’ agar dapat mewujudkan ide mereka dan terbukti berhasil. Setelah menyelesaikan semua rangkaian acara, akhirnya rombongan siswa-siswi HHS beranjak meninggalkan lokasi acara MCDO 2018 dengan membawa inspirasi dan pengalaman yang berharga. ‘Otak Kadal’ akan selalu ada di dalam otak kita. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat mengekang dan mempersempit cara kerjanya. Lantas, sekali lagi: apakah kreativitas hanya milik seniman? DASAR OTAK KADAL!
Socially Engaged Art ala
Nama: Mae Aguinaldo-Mapa Tempat tanggal lahir: BL Manila, Oktober 1981 Pekerjaan: Desainer Fesyen dan Pekerja Seni Lembaga Masyarakat Website: wearmesa.blogspot.com
Mae Aguinaldo-Mapa Meet the Master pertemuan ke-5 oleh Agnisa Wisesa Memasuki pekan kedua semester ini, siswa-siswi HelloMotion High School (HHS) yang masih cukup terbawa suasana liburan, disadarkan dengan bel masuk setelah istirahat jam pertama. Mereka menghimpun semangat untuk masuk kembali ke ruang kelas. Hari itu bukan seperti Senin biasanya. Pada 22 Januari 2018 lalu, HHS kedatangan seorang seniman asal Filipina yang bernama Mae Aguinaldo-Mapa. Ini adalah kali pertama HHS mendatangkan seorang seniman dari luar Indonesia. Mae, sapaan akrabnya, berfokus dalam bidang edukasi sosial untuk masyarakat, atau yang lebih dikenal sebagai socially engaged art. Mengawali karirnya sebagai desainer fesyen, ia merasa industri fesyen selalu bergejolak dan penuh dengan kom-
Eco-statement shirt at the Dhauli Stupa. Material: tarpaulin, plastic twine, scrap fabrics, yarn.
petisi akan tetapi terkadang mengingkari bahwa tidak semua lapisan masyarakat dapat terlibat dengan dinamika tersebut. Berangkat dari kegelisahan tersebut, Mae memutuskan untuk membuat sebuah gerakan sosial yang dapat memberikan ruang bagi masyarakat untuk menciptakan industri fesyen mereka sendiri. Di tahun ke-11 masa berkaryanya, Mae banyak berkeliling ke negara-negara ASEAN untuk menyebar-luaskan metode berkaryanya kepada seniman dan berbagai komunitas. Hal ini ia lakukan agar dapat mengembangkan industri fesyen skala kecil dan domestik. Oleh karena itu, pada kali kedua kunjungannya ke Indonesia ini, Mae ingin memberikan sebuah gambaran mengenai praktik sebagai seorang seniman yang mengabdi untuk masyarakat. Kegiatan dimulai pada jam 09.20 WIB, tepat setelah rehat pagi. Narasumber Meet the Master kelima ini memperkenalkan se-
cara singkat mengenai socially engaged art melalui rangkaian slide yang menampilkan karya-karyanya, beberapa di antaranya adalah sebuah sekumpulan pakaian yang dijahit menjadi satu lembar besar kain. Karya lainnya adalah kegiatan produksi di Jatiwangi Art Factory pada tahun 2012 lalu, saat Mae mendapatkan kesempatan untuk menetap sementara di wilayah Majalengka, Jawa Barat. Dari penjelasan dua karya ini, siswa-siswi memahami mengenai kesenian yang dapat berkontribusi langsung untuk masyarakat di sekitarnya. Dalam penjelasannya juga, Mae memberikan contoh-contoh bagaimana berbagai bentuk kesenian, termasuk desain, dapat menjadi instrumen penting dalam perkembangan masyarakat. Walaupun cukup membingungkan dan kompleks, topik mengenai socially engaged art ini cukup menimbulkan banyak pertanyaan menarik dari siswa-siswi. Seperti halnya Rendra yang bertanya mengenai kesulitan
yang dialami pada saat memutuskan untuk menjadi seniman komunitas, Rio yang bertanya soal hubungan antara kesenian dan masyarakat, serta Mikail yang tertarik mengenai alasan Mae memutuskan menjadi seorang seniman yang melibatkan masyarakat secara langsung untuk kekaryaannya, meskipun yang terlihat lebih banyak faktor kesulitannya daripada keuntungan finansialnya. Sesi pertama diakhiri dengan sedikit latihan dan demo tentang seni keterlibatan masyarakat yang menjadi ciri khas seni Mae. Siswa-siswi cukup aktif dan terlibat dalam pelaksanaan latihan ini, mereka juga belajar mengenai cara membuat sebuah karya yang tidak hanya untuk eksistensi diri, namun bagaimana karya tersebut dapat dipahami dan diterima oleh khalayak luas.
Setelah jam isirahat kedua, Mae mengadakan sebuah lokakarya DIY (Do It Yourself) singkat untuk membuat pakaian lama yang sudah tak terpakai menjadi baju yang dapat digunakan kembali. Walaupun beberapa siswa membawa pakaian yang kurang sesuai dengan instruksi, mereka sangat antusias dalam merekonstruksi pola dan bentuk pakaian lamanya menjadi baju baru. Beberapa ide DIY cukup menarik dan seru, seperti Nayla
membuat sebuah crop top dari kemeja lama yang cukup besar untuk ia gunakan. Raka membuat salah satu lengan bajunya dilapisi motif seperti zebra yang memberikan kesan seperti tato. Sayangnya, waktu lokakarya yang cukup singkat sehingga membuat cukup banyak siswa belum sempat merampungkan karyanya. Namun siswa-siswi berjanji akan memotret dan menggunakan hasil karyanya sebagai proses akhir dari kegiatan tersebut. Dalam waktu yang singkat, siswa-siswi mendapatkan ilmu mengenai seni yang melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Tidak berbeda dengan design thinking yang setiap hari diaplikasikan ke berbagai mata pelajaran, seni untuk masyarakat sangat meresonansi pembelajaran dan aplikasi ilmu yang dapat dilakukan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Belum lagi di penghujung acara kali ini siswa mendapatkan kesempatan untuk bekerja langsung menggunakan material kain. Dengan berakhirnya Meet the Master kali ini, kita harapkan untuk pertemuan berikutnya tidak akan kalah seru!
CASUAL TURBAN oleh: Agni Wisesa
KINI Hidup untuk saat ini Tiada masa lalu, masa depan, hanya kini. Mencoba rasakan setiap kebergerakan Tenang dan perlahan Aku bersorak untuk kemampuan minumku dari gelas hampa dan melonjak riang saat itu kupecahkan Seluruh atmosfer seketika mengkristal menjadi sepi hingga mencair dan berteriak: “Ini! Saat ini!� Ary Aristo
Sambori Ooo‌sambori!! Sudah kunujah cinta dalam runut alaf yang bajik Sudah kunujah kata dalam susun bahasa yang bijak Namun, dirimu tak lekang dinanar Wajahmu tak pias di mata Matamu tak raib diingat Hingga diriku enggan pada malam yang merayu Pada angin yang mencumbu Karena dirimu ada dalam detail kehadiran Kehadiranmu mutlak dalam ada Oh..sambori!! Kerinduanku tak sanggup kutanggung sendiri Aah..jika saja Suhfi Albab
#Cin Usai sudah puisi cinta yang kau tulis Pilihan diksimu merenda-renda Tabuhan satirmu menggoda Ironimu menarikku ke dalam desah nun debar Kau pun meliukkan metaphor yang subtil Baru aku tahu, aku hanya sampiran pada puisimu yang centil Ya, hanya sampiran Begitulah aku di matamu SuhfiAlbab
HalaH Sengat kata itu mencoba meruak masuk telinga lagi Siapa peduli? Jiwa ini sudah penuh buaian mesra sang tak bertulang Sampaikan saja kepada hati yang sudah lama pergi Biar aku cerna sendiri kalimat nasib ini HalaH Hentikan persembahan alibimu Siapa peduli? Raga ini sudah lama tak bertuan Silahkan nikmati titian mimpimu Aku sudah cukup masif HalaH Trada Lardiatama
Cerna
Guru, Batin dan Cinta oleh Iman Zanatul Haeri
Rapat kerja di HelloMotion High School pada akhir tahun lalu dibuka oleh presentasi dari salah seorang pendiri sekolah kita, Bapak Haidar Bagir. Saya hanya mengenal beliau secara tidak langsung melalui reputasinya sebagai pemilik perusahaan penerbitan Mizan, dan selebihnya hanya pernah mengenal melalui tulisan-tulisan beliau. Banyak hal yang beliau bahas dalam kesempatan ini. Pengalaman berharga yang jarang saya temui --dan menariknya-- beliau berbicara tentang arti mengajar dalam aspek batin. Faktor yang seringkali dilupakan oleh banyak guru yang terjebak dalam rutinitas dan kegiatan administratif. Di tengah uraiannya, beliau menjelaskan bahwa gagasan aspek batin berasal dari landasan pemikiran Plato; “ide” sebetulnya sudah bersemayam jauh di dalam diri manusia sebelum ia berinteraksi dengan realitas. Proyeksi kita tentang realitas adalah pancaran ide yang sudah lama bersemayam dalam diri manusia. Landasan pemikiran ini berbeda dengan teori pendidikan behaviorisme yang mengacu pada empirisme John Locke yang memaparkan bahwa manusia sejak dilahirkan adalah tabula rasa (latin: batu tulis yang kosong), seperti kertas putih yang perlu diisi oleh pengalaman yang akan membentuk pengetahuan dan kebiasaan manusia. Secara operasional, metode pendidikan akhir-akhir ini justru mempraktikkan hal yang sebaliknya. Apabila secara umum tabula rasa mengharuskan guru membekali siswa dengan pengetahuan, melalui
cara berpikir ini, Pak Haidar menekankan bahwa siswa adalah misteri itu sendiri. Di dalam diri siswa terdapat ‘semesta kecil’ (mikrokosmos). Guru tidak bisa menggali misteri tersebut apabila menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penjelasan ini lebih dekat dengan pemikiran pendidikan nativisme-nya Schopenhauer. Filosof Jerman ini berpendapat bahwa apabila seorang anak memiliki potensi yang rendah karena faktor hereditas (pewarisan watak), maka potensinya akan tetap rendah walaupun ia sudah dewasa atau terdidik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan potensi anak adalah pendidikan yang tidak berguna. Oleh sebab itu, Pak Haidar memakai istilah ‘batin’. Bahkan kata ‘terampil’ atau ‘imajinasi’ terbatas pada pengalaman, sedangkan ‘batin’ tidak terbatas. Lalu dengan apa guru dapat memasuki ruang batin siswa? Cinta. Menurutnya, melalui cinta kita bisa memasuki berbagai ruang, termasuk ruang batin siswa. Setelah menjawab itu, Pak Haidar membuka gawainya dan mengatakan, “semalam saya tweet hal ini”. Ia menunjukkan kutipan ‘Dialog Matahari dan Rembulan’ yang ditulis oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Pada kalimat terakhir terisyarat: meski di dalam hati kita kehilangan jiwa dan bersemayam penderitaan, kita harus mempertahankan itu. Mengajar perlu melibatkan ‘keprihatinan’. Beliau menolak istilah prihatin disamakan dengan kata ‘concerned’. Asal kata ‘prihatin’ dapat dirunut muasal katanya hingga mengasosiasi kepada kata ‘perih’. Kata ‘perih’ menunjukkan penderitaan dan bukan sekadar ‘perhatian’.
Menurutnya, orang yang mencintai biasanya menanggung beban untuk menderita. Oleh sebab itu, mengajar adalah proses penderitaan (perih), justru karena kita ‘cinta.’ Beliau mencontohkan dengan dua pekerja yang membangun sebuah rumah dengan material dan waktu yang sama. Salah satu dari mereka melakukannya demi cinta, yang lain demi uang dan pemenuhan kewajiban semata. “Maka...’, ia menambahkan, “tentu kualitas rumah yang dibangun dengan semangat cinta kualitasnya lebih baik”. Jalan cinta inilah yang bisa membuat kita memasuki ruang batin siswa, meski rasa cinta mengandung penderitaan yang menghasilkan luka. Mengutip beberapa hadis dan wasiat-wasiat ulama, beliau mengatakan bahwa melalui ‘luka’, cahaya pengetahuan dapat masuk. Justru luka yang membuat sesuatu dapat masuk dari luar, termasuk cahaya. Kita boleh tidak setuju dengan landasan pemikiran tersebut, namun pergeseran paradigma ini memiliki implikasi positif agar guru tidak terlampau percaya diri dengan transfer knowledge yang selalu menjadi prioritas utamanya dalam mengajar. Melalui cara berpikir demikian, kita dituntut untuk memulai premis bahwa siswa sangat mungkin berpengetahuan lebih luas dari para guru. Bukan mustahil selama ini secara tidak sadar kita hanya sekadar memberi informasi; tidak mengajarkan pengetahuan. Apabila benar anggapan bahwa sebagian besar pengetahuan yang diajarkan di sekolah tidak terlalu bermanfaat bagi siswa di jenjang hidup mereka selanjutnya, maka patut dipertanyakan, interaksi semacam apa yang kita lakukan di sekolah terhadap siswa selama ini? Jangan-jangan kita hanya robot tak berbatin, tanpa cinta, dan ironisnya: tetap menderita.
index Diterbitkan Oleh : HelloMotion High School Pembina Bagus Sulasmono Penyusun Trada Lardiatama Ary Aristo Agnisa Wisesa Bagus Sulasmono Suhfi Albab Iman Zanatul Haeri Pendukung Ricca Rahmat Mediana Putri Lulu Luthfiah Dea Daniella Hari Kusbianto Sahru Ramadhan
HelloMotion High School : +62 21 227 46 400 / +62 812 12304 100 highschool@hellomotion.ac - @smahellomotion