Edisi Maret 2018
Akulturasi Basa Basi
#6
edisi enam
Cerna
KULINER NUSANTARA: BUMBU YANG MENENGGELAMKAN
Reportase SMA HELLOMOTION JUARA VLOG
Kupas
BELAJAR ISTILAH
Hellomotion’s monthly bulletin
EDITORIAL
BANGGA AKAN BUD
Oleh: Bagus S
Pernahkah kalian dengar atau baca tentang “Atlantis yang hilang�? kisah Atlantis menjadi sebuah ilustrasi tentang bagaimana sebuah negara yang ideal. Atlantis atau Atlantika adalah sebuah pulau atau benua legendaris yang pertama kali disebutkan oleh Plato dalam bukunya Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato mengungkapkan bahwa Atlantis ini terhampar di seberang pilar-pilar Herkules dan memiliki angkatan laut yang telah menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu solon atau sekitar 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis kemudian tenggelam ke dalam samudra hanya dalam waktu satu hari satu malam. (Jery Wong, 2017) Atlantis umumnya dianggap hanya sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politiknya. Masyarakat pada umumnya tidak terlalu mempercayai Atlantis ini. Kisah Atlantis kurang populer di Abad pertengahan, namun pada era modern cerita Atlantis muncul kembali. Seorang Profesor Arysio Santos yang telah melakukan penelitian 30 tahun mengemukakan bahwa Atlantis yang hilang tersebut adalah Indonesia. Meskipun baru sebatas hipotesa, namun beberapa bukti menandakan Indonesialah “The Lost Continent Atlantis�. Pernyataan arkeolog, bahwa manusia tertua adalah Pithecantropus erectus adanya di Indonesia. Dugaan bahwa hancurnya Atlantis yang bersamaan dengan akhir dari zaman es sekitar 11.600 tahun yang lalu adalah karena letusan gunung Krakatau Purba (induk gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883). Letusan ini mampu
menggelapkan hampir seluruh permukaan bumi, dan membuka selat sunda dan menenggelamkan sebagian permukaan bumi yang diduga adalah Atlantis. Dimana di dasar selat sunda juga ditemukan bangunan-bangunan tua bersejarah.
ilustrasi oleh Mas Gembol - KDRI
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Atlantis, paling tidak ini menjadikan kita menjadi bangga dan memotivasi bahwa bangsa kita ini adalah keturunan bangsa yang beradab dan berbudaya tinggi. Meskipun
DAYA INDONESIA
Sulasmono
masih diyakini sebatas mitos, Indonesia juga punya cerita nyata tentang kejayaan kerajaan Majapahit yang dapat menaklukkan seluruh Nusantara termasuk semenanjung Melayu (termasuk Malaysia), Thailand maupun Filiphina. Betapa masyhurnya
cikal-bakal pendiri bangsa ini. Dan masih banyak lagi kehebatan kerajaan-kerajaan lain setelah Majapahit, seperti Sriwijaya, dan Mataram Kuno.
Harusnya kita patut berbangga. Negara manakah yang memiliki ragam Bahasa, budaya dan suku seperti kita. Indonesia memiliki kurang lebih 652 jenis Bahasa daerah yang berbeda-beda. Indonesia juga memiliki 1.340 suku yang berbeda-beda pula. Dengan keragaman itu, menjadikan Indonesia kaya, namun memiliki potensi konflik yang besar jika masing-masing tidak memiliki hati yang besar demi satu nama Nusantara. Jika melihat kondisi Indonesia saat ini, barangkali para pendiri cikal bakal bangsa akan mengelus dada, dimana kepentingan bangsa bukanlah lagi menjadi prioritas, tetapi kepentingan pribadi, partai atau golonganlah yang dominan adanya. Tarikan kepentingan politik mengalahkan sisi budaya yang harusnya bisa mempersatukan kita semua dalam symbol Nusantara. Mental kebangsaan yang rendah telah menggerogoti bangsa ini dengan tindakan korupsi di semua lembaga/ institusi pemerintahan tak terkecuali, sehingga mengimbas ke segala perilaku masyarakat di bawahnya. Ketertinggalan Indonesia dari semua sektor dibandingkan dengan Negara tetangga, harusnya menjadi cermin agar Indonesia kembali berbenah, dan sadar bahwa kita pernah menjadi bangsa yang besar yang disegani oleh Negara tetangga. Maka dari itu, sebisa mungkin kita pangkas lingkaran setan ini dengan membentuk generasi baru melalui sekolah-sekolah hebat. Guru sebagai ujung tombaknya dalam membentuk karakter generasi baru yang memiliki jiwa dan wawasan kebangsaan yang luas. Mental anti korupsi dan tetap concern dengan budaya Indonesia.
ilustrasi oleh Agnisa Wisesa
Gajah yang tak tampak: Laporan Kegiatan Siswa
Di pacuan jaman yang begitu pesat, tanpa disadari kita semakin terengah mengikuti arus globalisasi yang lambat laun menghapus nilai-nilai ‘budaya’ bangsa Indonesia. Budaya yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), dimana segala sesuatunya berhubungan dengan budi, perilaku dan akal manusia. Budaya bangsa yang penuh kesantunan adat ketimuran mulai menghilang dari kehidupan masyarakat sekitar kita, ibarat peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak”, budaya lokal dapat diibaratkan seperti gajah yang berada di pelupuk mata namun sulit untuk terlihat dan diterapkan, namun budaya luar yang jauh dari adat istiadat nenek moyang kita justru sangat mudah ditemui sekarang. Dengan kondisi perkembangan teknologi yang sulit untuk dibendung inilah sangat diperlukan sebuah usaha dalam menyaring budaya negatif yang dapat merusak tatanan budaya Nusantara. Dengan tema “Deru Nafas Budaya Nusantara”, SMA Lazuardi Depok seolah mencoba membangun kembali semangat
M. Oktorio dan Rafif Bahanan dalam Lazfest 2018
foto karya Rafif Bahanan generasi muda sekarang untuk bangga akan budaya Nusantara, sehingga dapat menjadi perisai diri dalam melawan budaya-budaya negatif dari luar. SMA Lazuardi Depok kembali menggelar ajang tahunan mereka ditahun ini, ajang Lazuardi Festival atau disingkat LazFest 2018 diselenggarakan mulai tanggal 19 hingga 24 Februari lalu. Ajang kegiatan ini meliputi lomba-lomba bidang olahraga seperti futsal, basket, taekwondo dan lomba-lomba bidang seni dan budaya seperti storytelling, beatbox, band, fotografi, Ratoeh Jaroe dan Vlog. LazFest 2018 diikuti hampir seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di sekitar Depok, Jakarta, Bogor dan Tangerang Selatan. Ajang kegiatan dengan tema kebudayaan Nusantara seperti inilah yang harus seringdigalakan untuk mengimbangi perkembangan budaya budaya asing di generasi sekarang. Tak ingin kehilangan kesempatan berpartisipasi dalam melestarikan dan menjaga Budaya Nusantara, SMA HelloMotion mengirimkan delegasinya untuk mengikuti kegiatan perlombaan di LazFest 2018. Selain bertujuan sebagai bentuk pembelajaran dan penambah p e -nga l aman siswa, keikutsertaan SMA HelloMotion juga bukti kepedulian sekolah dalam menanamkan sikap sportifitas dalam berkompetisi. Pada ajang tersebut
SMA HelloMotion hanya mengikuti 3 jenis perlombaan yaitu Fotografi, Beatbox dan Vlog. Lomba Fotografi di wakili oleh ananda M. Oktorio Tambasa dan Rafif Bahanan, lomba Beatbox diwakili oleh ananda Raka Pratama Himawan dan Lomba Vlog yang merupakan lomba tim diwakili oleh Nayla Nafisha Asraf, Makaila Shakira Prihutomo dan Mulla Shadra M. Noer. Persiapan dalam mengikuti perlombaan pun dilakukan, mulai dari pemberian coaching clinic bidang beatbox oleh salah satu beatboxer Indonesia ‘MasterPoing’ kepada ananda Raka. Dibidang Fotografi dan Vlog pun mulai mempersiapkan segala sesuatunya dibawah bimbingan bapak Ary Aristo selaku pengajar bidang tersebut. Untuk lomba Vlog, tim melakukan persiapan dengan melakukan curah pendapat antar anggota tim dalam memilih tema vlog yang ingin diangkat. Tim juga melakukan
Penyerahan piala dan piagam LazFest 2018 oleh Bpk. Agus Purwanto - Kepala Sekolah SMA Lazuardi
WINNER
WINNER
Best Vlog
Most Favorite Vlog
LAZUARDI FESTIVAL
LAZUARDI FESTIVAL
2018
2018
Director Nayla Nafisha A. Host Makaila Shakira P. Videographer Mulla Shadra M.N. M. Oktorio T. Rafif Bahanan
Production 2018
foto karya M. Oktorio Tambasa observasi di sekitar lingkungan sekolah dan akhirnya memilih padepokan silat Tapak Saka yang letaknya ternyata tidak jauh dari SMA HelloMotion. Bahkan salah satu anggota tim yaitu Makaila sempat terkejut dan baru menyadari bahwa ada padepokan budaya di dekat kediamannya. Ini membuktikan bahwa generasi sekarang seolah tidak dapat melihat begitu dekatnya budaya disekitar mereka yang mulai tertutup oleh migrasi budaya asing. Padepokan Tapak Saka dipilih karena merupakan salah satu padepokan yang sampai saat ini tetap melestarikan budaya-budaya tradisional Betawi, seperti pembuatan boneka Ondel-ondel dan seni beladiri Silat Betawi yaitu Beksi’ Menurut keterangan yang di dapat dari salah satu pengurus padepokan yaitu pak Obing, padepokan ini sudah berdiri dan bertahan dari generasi ke generasi dan akan terus dijaga sampai nanti ucapnya. Dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi padepokan, diharapkan dapat membuka pandangan siswa siswi akan pentingnya melestarikan
sebuah budaya dalam bermasyarakat dan berbangsa, karena budaya tidak hanya menjadi sebuah identitas, namun dapat pula menjadi pembeda sebuah bangsa dengan bangsa lainnya. Berbekal usaha dan doa, a k h i r ny a tim SMA HelloMotion berhasil mengharumkan nama sekolahnya. Tim Vlog SMA HelloMotion berhasil menjadi juara pertama sekaligus favorit di kategori Vlog dalam ajang LazFest 2018. Prestasi tim Vlog SMA HelloMotion ini belum dapat diikuti dicabang beatbox dan fotografi. Namun demikian, kerja keras dan usaha yang dilakukan para peserta sangat patut untuk diapresiasi. Sebagai sekolah yang baru berdiri di tahun 2017 prestasi ini sangat membanggakan, dan diharapkan dapat dijadikan semangat dalam berkompetisi dengan sekolah-sekolah sekitar. Pada akhirnya pengenalan budaya Nusantara dilingkungan sekitar kepada generasi sekarang terbukti sangat diperlukan, budaya Nusantara yang sarat akan nilai nilai kemanusian dan moral sangat perlu ditanamkan dan dilestarikan. Dengan memperkenalkan budaya lingkungan sekitar melalui jalur video blog, terbukti hasil yang diraih tim vlog SMA HelloMotion diajang LazFest 2018 seolah menjadi sebuah usaha dalam memperkokoh pondasi kebangsaan siswa siswi dalam menangkal budaya negatif. Padepokan Tapak Saka yang keberadaannya selama ini tidak diketahui banyak orang kini dapat menjadi contoh nyata bentuk pelestarian budaya Nusantara khususnya budaya Betawi masih ada di sekitar kita. Semoga budaya Nusantara yang begitu melekat di kehidupan kita akan selalu besar nan gagah seperti gajah, dan bukan justru sebaliknya kita tidak dapat melihat begitu besarnya budaya Nusantara kita. oleh: Trada Lardiatama
Ruang Dalam Imajinasi: Meet the Master pertemuan ke-6 bersama
JOVITA ADELINE
“An Interior is the Natural Projection of the Soul.” --Coco Chanel Desain interior bekerja pada ranah bagian dalam bangunan. Dalam kebutuhan adaptasinya, desain ini dapat menyegarkan kembali unsur estetika, menciptakan identitas baru dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang unik. Pada pertemuan Meet the Master (MtM) Februari lalu, kita mendapat kesempatan mengeksplorasi peran dari furnitur (perkakas rumah/ bentuk desain produk) dalam proses transformasi dari ruang yang kosong dan kurang menarik. Tamu MtM kita kali ini adalah Jovita Adeline, seorang desainer interior dan produk. Ia menunjukkan berbagai proses dari mendesain, membuat dan memilih furnitur, dan mengeksplorasi strategi-strategi untuk dipamerkan dan didistribusikan.
Jovita menjelaskan mengenai perbedaan pengertian dari masing-masing desain interior dan produk. Apabila desain interior merupakan perancangan dalam suatu bangunan, desain produk memproduksi benda-benda pakai dan peralatan, seperti kursi dan barang furnitur lainnya. Di dalam ‘Furniture for Interior Design’ karya Sam Booth dan Drew Plunkett, salah satu buku yang menjadi referensinya, arsitek Norman Foster berkata: ‘Furnitur bagaikan arsitektur dalam skala mikrokosmos’. Desain interior memerlukan penelitian yang lebih cermat dibandingkan bagian eksterior dari suatu bangunan karena --bagi yang menggunakannya-- tanpa bisa dihindari, mengarah pada kontak fisik dan visual langsung dengannya dan dibuat untuk lebih menyadari efisiensi praktis dan bahasa estetis yang disampaikan. Lebih lanjut, Jovita menceritakan mengenai keterlibatannya dengan IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara) pada tahun 2016 silam. Ini merupakan suatu program yang dicanangkan oleh BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) yang menghimpun para desainer muda Indonesia untuk dapat bekerja sama dengan para seniman, perajin, dan budayawan di berbagai daerah agar seni-seni tradisional dapat menjadi pusat inspirasi. Melalui perjalanannya ke Rembang, Jawa Tengah, Jovita berkesempatan pula untuk dapat mengobservasi berbagai kesenian daerah dalam varian bentuk hingga ia bersama rekannya, Bayu Edward, merancang satu produk yang mereka namakan sebagai Canting Elektrik, sebuah alat untuk menggambar pola-pola batik
dengan daya listrik agar bisa dipakai oleh kalangan yang lebih luas. Selain itu, ia bersama rekan-rekannya turut pula mendesain interior bangunan-bangunan klasik di kota ini.
Dimensi-dimensi fisik dan karakter estetis dari setiap interior bangunan akan, dan seharusnya, mempengaruhi sifat dari interior baru yang disisipkan di dalamnya. Furnitur akan memainkan bagian yang paling krusial dalam hal perbaikan atas instalasi baru dan interaksi fisik antara elemen-elemen interior dengan manusia yang menggunakannya. Furnitur selain memenuhi kewajiban praktis secara komprehensif untuk mendukung aktivitas manusia tanpa mengkompromikan efisiensi atau kenyamanan, seharusnya juga menemui kewajiban yang ‘kurang nyata’ untuk menstimulasi dan memuaskan selera estetis bagi mereka yang menggunakannya, tanpa merasa dibebani oleh faktor kemanfaatan dan hiburan dari aktivitas yang mendukungnya. Ketika seorang desainer harus memahami bagaimana membangun elemen-elemen utama dari dinding, lantai dan langit-langit, furnitur memegang peran penting dalam hal menguasai dan memperbaiki keterampilan-keterampilan praktis yang membentuk bahasa arsitektur minimalis dari furnitur. Betapapun hebatnya rancangan konseptual, resolusi yang
praktis perlu menjadi perhatian khusus. Bentuk dapat diartikan melalui fungsi. Bentuk-bentuk umum perlu dikembangkan untuk menjalankan dan memperkaya jarak antara aktivitas-aktivitas intelektual dan fisik manusia, dan inilah tahap awal dari bahasa estetis yang disampaikan oleh para desainer dan mereka yang menggunakan karyanya dalam menentang setiap karya baru yang akan dinilai. “Kursi sudah seharusnya untuk diduduki. Bagian atas meja harus horizontal�. Dimensi ditentukan oleh keterbatasan tubuh manusia, dan material (bahan baku) melalui tingkat penggunaan sebagaimana seharusnya. Bagaimanapun, walau mudah untuk membandingkan kepraktisan yang telah ditentukan, tentunya kesuksesan sebuah karya interior bergantung kepada kapasitasnya dalam memuaskan dan menstimulasi pengalaman sensorik si pengguna. Tekstur dan warnanya akan secara intens dialami. Hal itu akan mempengaruhi kesan bagi para penggunanya. Dari rancangan kursi plastik yang sederhana di dalam ruang pertemuan yang kosong dan tak berkarakter, berubah menjadi benda yang unik dan melampaui ekspektasi. Desain interior mampu memberikan nilai-nilai simbolis, estetis dan kultural. Meja resepsi pada ruang lobi kantor dapat menampilkan status dan konsep bisnis dari perusahaan yang diwakili. Kursi-kursi pada lobi hotel dapat mengisyaratkan kualitas pengalaman yang ditawarkan. Ruang kosong dapat diisi dengan ragam karya furnitur atau produk lainnya yang diatur dalam rancangan yang beragam. Setiap varian akan memberikan identitas yang berbeda, baik itu dalam kesan formal atau informal, praktis atau romantis, hening atau bergejolak, tanpa membuat referensi terhadap arsitektur dari
rangka orisinil, bukan menggunakannya sebagai alat untuk memberikan intensitas persepsi dari hal baru. Banyak elemen yang kerap dihubungkan dengan identitas dari seni interior. Dalam kurun waktu lima puluh tahun ini, para desainer interior telah beranjak dari wilayah tradisional dalam sektor domestik untuk menciptakan interior publik, bisnis hiburan dan ritel, dan tempat kerja semi-swasta. Hal ini kemudian mendorong para desainer spesialis furnitur, perusahaan-perusahaan manifaktur dan ritel yang menganggap hal ini menguntungkan untuk mengkhususkan pada satu sektor atau lebih di area-area ini. Produksi yang meningkat diikuti dengan antusiasme yang meningkat pula pada sektor swasta dan publik. Pertumbuhan ini kian meningkat dalam kuartal terakhir abad ke20 hingga abad ke-21 melalui perubahan signifikan dalam filosofi-filosofi desain. Kehadiran Posmodernisme pada akhir 1970-an dan awal ’80-an menggeser keunggulan dari gaya puncak modernisme. Para desainer, baik interior maupun produk, mulai bereksperimen dengan bentuk-bentuk yang dikembangkan dari ekspresi subyektif, bukannya aplikasi obyektif dari proses. Hasil dari penerimaan fungsi itu bukan hanya mengenai praktika-
litas, yang dengan mudah segera dicapai, akan tetapi lebih mementingkan kesenangan estetis. Kesediaan para desainer dalam menciptakan bahasa yang lebih demokratis dan mudah diakses bagi para konsumen, menemui pertentangan di antara para penganut Modernisme tetapi tanpa bisa dipungkiri telah tersebar luas. Antusiasme konsumen terhadap desain produk dan interior dipertunjukkan melalui keberhasilan universal dari toko-toko seperti IKEA dan sejenisnya. Tentunya ini sangat jelas menandakan bahwa desain sudah menjadi bagian yang penting dari kehidupan modern. Mendesain merupakan proses kolaboratif yang melibatkan desainer, klien, artisan dan konsultan. Kolaborasi ini dapat menjadi sumber inspirasi yang syarat fungsi. Akselerasi dari inovasi teknologis juga menyediakan banyak sekali penggabungan materi dan ide yang diaplikasikasikan ke banyak bentuk karya. Pada akhirnya, manusia sebagai penggagas perlu selalu terus mengembangkan inovasi dan penemuan di setiap masa. Terima kasih kepada Jovita Adeline yang sudah berbagi ilmu dan pengalamannya dengan siswa-siswi HHS. Sampai jumpa lagi pada ulasan MtM berikutnya. Artikel oleh: Ary Aristo Pengajar Fotografi & Digital Filmmaking
Membersihkan Noda Teh/Kopi di Gelas oleh: Dea Daniella
Alat dan bahan yang dibutuhkan • Gelas yang banyak mengandung noda teh/kopi • 2 Sendok Makan Baking Powder • Sikat gigi • Air • Mangkok kecil/tempat
1 2
Campurkan baking powder dengan 3-5 tetes air. Aduk sampai menjadi Pasta.
Ambil sebagian pasta baking powder dengan menggunakan sikat gigi, lalu sikat bagian yang bernoda sampai noda hilang.
3
4
Setelah noda hilang cuci gelas dengan cairan cuci piring.
Voilaaaa...!!! gelasmu akan kembali seperti baru!
Kupas
Belajar Istilah Calir Raga Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang megatakan body lotion, yakni benda yang dipergunakan dengan tujuan untuk memperhalus, memutihkan, atau sekadar menjaga kelembapan kulit terutama bagi kaum wanita. Namun, pernahkah mendengar body lotion disebutkan dalam bahasa Indonesia? Apa padaan body lotion dalam bahasa Indonesia? Body dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tubuh, badan, raga. Lotion memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yakni calir. Calir merupakan gabungan dari kata cair dan alir. Sehingga dalam bahasa Indonesia, body lotion yang selama ini digunakan memiliki padanan calir raga. Berikut penggunaan calir raga dalam sebuah kalimat. Cinta memiliki rutinitas menjelang tidur malam, yakni membalur tangan dan kakinya dengan calir raga.
Jenama Cinta : “Tasku sudah rusak. Aku ingin beli tas baru.” Rangga : “Lebih baik kau membeli tas branded, agar lebih tahan lama.” Sudah tidak asing dengan istilah brand atau branded paling sering kita gunakan dalam ragam fesyen. Tapi, tahukah kita jika istilah brand atau branded telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, yakni jenama. Dalam KBBI Edisi V, jenama tergolong ke dalam kelas kata nomina dan bermakna ‘merek; jenis’. Maka, contoh percakapan di atas dapat diperbaiki menjadi berikut ini. Cinta : “Tasku sudah rusak. Aku ingin beli tas baru.” Rangga : “Lebih baik kau membeli tas berjenama, agar lebih tahan lama.”
Cerna
KULINER NUSANTARA: BUMBU YANG MENENGGELAMKAN oleh Iman Zanatul Haeri
Pengalaman Mengajar sejarah kelas 10 adalah semester paling menyenangkan. Terutama ketika materi Kedatangan Bangsa Barat ke Nusantara. Umumnya kita mengajarkan bahwa Kedatangan Bangsa Barat karena mereka ingin mendapatkan rempah-rempah. Padahal bila pertanyaannya dilanjutkan ‘mengapa’? Jawabannya tidak sekedar ‘rempah-rempah adalah komoditas penting saat itu’. Saya seringkali mengutip Jack Turner—‘karena orang Barat memiliki lidah yang buruk’. Kemudian saya menambahkan, ‘dahulu kala, tidak ada orang Barat yang mengetahui bahwa bahan makanan itu bukan hanya untuk bertahan hidup. Mereka bahkan tidak tahu bahwa makanan bisa dimasak dengan enak. Bukan orang Nusantara yang memberitahu mereka, namun orang Arab atau Timur Dekat (bagi orang Barat, Arab itu adalah Timur tapi dekat) yang memperkenalkan rempah-rempah kepada orang Barat.’ Ketika orang Arab menjual rempahrempah kepada orang Barat, mereka akhirnya mengetahui bahwa daging bisa dimasak dengan kehangatan, diberi racikan ajaib yang membuatnya berwarna, berkuah padat sehingga melupakan bagaimana sadis dan jijiknya daging berwarna merah dan mentah bisa tampil dengan sangat berbeda, berbau unik dan berbentuk lain. Dengan kata lain, dimakan secara beradab. ‘kalian tahu bagaimana perjuangan orang Barat untuk mendapatkan bumbu ajaib yang membuat mereka bisa mengawetkan makanan, dan membuatnya lebih lezat?’ kemudian saya menambahkan ‘mereka rela tertipu oleh pedagang Arab yang berjualan rempah diantara perbatasan Konstatinopel, perbatasan Maroko dan
pelabuhan di Venezia, Italia.’ Perlu ratusan tahun bagi mereka untuk mengetahui bahwa orang Arab hanya calo rempah. Kemudian mengetahui bahwa para pedagang arab mendapatkannya dari India (ada juga orang Arab yang langsung ke Nusantara). Namun ratusan tahun kemudian, India menjadi mitos karena orang Barat percaya semua rempah-rempah berasal dari India. Informasi rempah-rempah dari India membuat orang Barat mengadakan perlombaan untuk mencapai India. Sekuel paling menarik adalah ketika Colombus mencari jalan ke India dengan jalur Pintas berlayar ke Barat sehingga akan mencapai dunia Timur (ini penjelasan untuk bumi bulat, saya gapunya versi bumi datar lho). Pada saat mengatakan hal ini saya menggambar peta Dunia dan menunjuk Kepulauan Karibia sebagai titik akhir pencarian Colombus. Dengan percaya diri Colombus menyebut apapun yang ada di Karibia sebagai India yang ia cari, sehingga orang-orang asli Karibia disebut orang India-n. padahal ia tidak menemukan rempah yang dimaksud seperti Lada, Pala, Cengkeh dan kayu manis. Nah! Tapi ia menemukan pohon yang sepertinya mirip kayu manis. Dicongkelah kulit kayu tersebut, dan dibawa (sample) tanaman tersebut ke hadapan raja Spanyol yang membiayai dan mengutusnya. Baru 60 tahun kemudian mereka sadar Colombus penipu dengan memberi kayu manis palsu, dan ternyata ia tidak sampai ke India. Lebih dari itu, ia sebetulnya tidak menginjakan kakinya sedikitpun ke daratan Benua Amerika. ‘jadi’ saya katakan kepada siswa, ‘Colombus adalah bapak Karibia bukan bapak Amerika.’ Siswa tertawa.
Kemudian saya menghapus gambar peta daratan China, Asia Tenggara dan Indonesia di papan tulis. Demi menunjukan bahwa bila ditarik garis lurus dari Karibia ke Barat (arah kanan) bisa sampai ke India. Itulah yang dipikirkan barat saat itu, mereka yakin bahwa dibalik wilayah Arab (Asia Barat dan Afrika Utara) hanya ada India. Kekacauan tersebut semakin menjadi-jadi. Mereka menyebut samudra ditepian Nusantara menjadi Samudra H-India, menyebut Nusantara sebagai H- India-nya punye Belanda atau Hindia Belanda.
Ketika Vasco Da Gama mencapai India setelah menyusuri Ujung Selatan Afrika, mereka tetap tertipu. India bukan asal rempah-rempah. Selain calo Arab, ternyata pedagang India juga calo atau numpang endorse doang. Setelah menculik salah satu pelaut India, mereka memaksanya untuk menunjukan arah menuju Pulau Rempah. Mendaratlah mereka di Aceh, kemudian mereka semakin tercengang melihat kesibukan pelabuhan dagang Malaka, Banten, Demak, Makasar dan Maluku. Saya menambahkan ‘Mereka tambah kecewa karena disemua tempat itu lagi-lagi mereka menemukan pedagang Arab dan India yang menipu mereka.’ Siswa pun tertawa, dan saya mengklarifikasi. ‘saya becanda, maksudnya mereka baru sadar kedua bangsa itu ternyata reseler juga.’
Bila kita mengikuti pengalaman orang Barat mencari Rempah-rempah, kita bisa merasakan betapa kesalnya mereka. Rempah-rempah diperkenalkan orang Arab yang notabennya beragama Islam. Kemudian mereka menemukan India yang kental dengan agama Hindu (meski beberapa kerajaan Islam ada di India). Rumus berfikirnya seperti angka deret. Bila mereka bertemu Islam di Arab, Hindu di India, berarti ada sebuah masyarakat dengan agama lebih aneh (bukan Islam bukan Hindu) dipojokan setelah India. Mereka salah lagi. Agama Hindu mulai tidak terlihat dan Islam sudah mendominasi kehidupan pelabihan-pelabuhan rempah tersebut (Aceh, Banten, Makasar dan Maluku). Dengan sentimental anti-Islam pasca Perang Salib, tentu saja mereka merasa kesal karena tertipu berkali-kali lipat. Hanya untuk mencari rempah-rempah, demi makan enak. …jadi’ saya menambahkan. ‘Melihat perjuangan bangsa Barat menemukan sumber utama Rempah-rempah, apa kalian masih menganggap rendah makanan Indonesia yang kuahnya banyak dan lauknya sedikit?’. Pada bagian ini suara saya keraskan ‘jadi kalau makanan I n d o n e s i a b u m b u rempah-kuah nya sedikit, itu bukan Indonesia banget. Saking banyaknya rempah-rempah dalam masakan Nusantara, lauknya sampai tenggelem.’ Seisi kelas tertawa.
index Kemudian saya menambahkan bagian reflektif ‘namun sekarang, apapun makanannya, kita selalu menambahkan susu dan keju.’ Ujar saya dengan nada rendah. Seisi kelas senyap. Keju dan susu yang mungkin hari itu sudah masuk dalam kerongkongan mereka atau keju-susu yang sudah pernah mereka nikmati dihari-hari sebelumnya menjadi berita buruk diakhir tawa. Sedikit berusaha menyembuhkan kemurungan saya menambahkan ‘tapi itu biasa dalam sejarah, setiap bahan makanan pernah enak di zamannya’. Saya menyadari kalimat terakhir itu tidak perlu disebutkan, namun mereka adalah generasi baru. Mereka perlu optimis dan pesimis disaat bersamaan. Mereka harus bangga sekaligus murung menanggung beban kenangan indah masa lalu. Sebuah beban bahwa kita pernah jaya. Bahwa kita bisa jaya kembali atau hanya bisa tenggelam mengenangnya. Seperti bumbu Nusantara.
Diterbitkan Oleh : HelloMotion High School Pembina Bagus Sulasmono Penyusun Trada Lardiatama Ary Aristo Agnisa Wisesa Bagus Sulasmono Suhfi Albab Iman Zanatul Haeri Pendukung Ricca Rahmat Mediana Putri Lulu Luthfiah Dea Daniella Hari Kusbianto Sahru Ramadhan
HelloMotion High School : +62 21 227 46 400 / +62 812 12304 100 highschool@hellomotion.ac - @smahellomotion