Edisi September 2019
#9 edisi sembilan
HELLONEWS
- HEROIC #2 - Konsinyering Kurikulum Baru - KONSTELASEA & Baduy
HelloMovie
- Pablo’s Flower
HelloThink
- Metz & Teori Film (bagian 1)
HelloLit
- Belajar Istilah - The Poetry
BUDAYA BEREMPATI
HELLO CONTENTS
1 SAYHELLO!
Menumbuhkan Budaya Empati
2 HELLONEWS HEROIC #2
5 HELLOMOVIE Pablo’s Flower
6 HELLOLIT Belajar Istilah
8 HELLONEWS Konsinyering Kurikulum IPA
10 HELLONEWS Konstelasea & Baduy
14 HELLOLIT The Poetry
16 HELLOTHINK Metz & Teori Film
sayHello!
MENUMBUHKAN BUDAYA EMPATI
M
asih ada dalam ingatan kita kisah yang viral, dimana seorang mahasiswi yang curhat di media sosial tentang rasa kesalnya pada ibu hamil yang ‘merebut’ bangkunya di KRL. Alih-alih mendapatkan dukungan, mahasiswi tersebut malah mendapatkan banyak hujatan dari netizen yang menganggap bahwa ia tidak memiliki rasa empati terhadap ibu hamil. Contoh di atas adalah kasus nyata bahwa tidak semua orang memiliki perasaan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Jiwa individualis/mementingkan diri sendiri dan sikap masa bodoh lebih dominan dibandingkan dengan permasalahan/kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya, selama bukan dirinya yang menjadi korban. Seakan-akan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya bukan menjadi tanggung jawabnya untuk diselesaikan. Padahal tanpa disadari permasalahan kecil akan menjadi besar karena adanya butterfly effect jika orangorang di sekitarnya semakin tidak peduli yang pada akhirnya bisa jadi dirinya pun akan menjadi korban dari masalah tersebut. Dengan adanya kemajuan teknologi seperti gawai, bisa saja semakin memperparah sikap tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap individu akan disibukkan dengan apa yang ada di dalam gawai sehingga melupakan apa dan siapa saja yang ada di lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya, efek gawai mungkin saja bisa mendekatkan yang jauh, tetapi juga dapat menjauhkan yang dekat. Oleh karena itu, perlu adanya self control dari masing-masing individu agar terhindar dari perilaku tersebut. Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar perlu dibangun sejak dini melalui pembiasaan-pembiasaan. Selain itu, rasa simpati dan empati harus ada di dalam setiap individu manusia. Kata simpati dan empati saling berkaitan dengan emosi yang sama dan berasal dari istilah Yunani yaitu ‘pathos’ (yang berkaitan dengan penderitaan dan perasaan). Tetapi meskipun berasal dari bahasa yang sama, kedua kata ini memiliki perbedaan
oleh: Bagus Sulasmono
inti. Simpati menggambarkan perasaan belas kasih dan sayang atas kejadian yang menimpa seseorang, sedangkan perasaan empati dapat menempatkan diri pada posisi tersebut dan berbagi secara langsung kesedihan mereka. Tidak hanya sekedar penumbuhan sikap simpati dan budaya empati di atas, HelloMotion High School juga senantiasa mengasah rasa empati siswa melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan design thinking, serta kegiatankegiatan yang secara langsung menumbuhkan rasa kepedulian tersebut. Pendekatan design thinking merupakan siklus pembelajaran yang bermula dari Empathy Define Ideate Prototype Test. Dengan penekanan rasa empati di awal pembelajaran, diharapkan siswa-siswi HelloMotion High School mampu menciptakan langkah penyelesaian yang lebih humanis dan feasible. Memang ini tidaklah mudah sebagaimana merancang pembelajaran seperti di atas, tetapi paling tidak diharapkan muncul rasa empati melalui deskripsi masalah yang disajikan oleh guru. Selain penggunaan metode design thinking di setiap pelajaran, terdapat pula kegiatan siswa yang belajar secara langsung di masyarakat selama seminggu yang dikenal dengan kegiatan HEROIC. Melalui kegiatan HEROIC ini, siswa-siswi ditempatkan di rumah-rumah penduduk untuk mendapatkan pengalaman langsung bagaimana menjadi anggota keluarga dari induk semangnya (penduduk setempat yang menjadi orang tua asuh) yang bisa jadi memiliki kehidupan sosial yang tidak sama dengan apa yang selama ini mereka jalani dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga melalui kegiatan ini akan timbul rasa empati terhadap kehidupan orang lain dan rasa syukur atas nikmat dan anugerah yang ternyata selama ini telah mereka dapatkan. Melalui pembiasaan tersebutlah, diharapkan hati mereka menjadi lebih peka kepada sekitarnya, memiliki rasa simpati dan juga empati yang tinggi seperti halnya tuntutan dalam students profile yang sebelumnya telah kita tetapkan bersama.
1 _
HEROIC #2
“Love Nature, Love Life” oleh: Khoirul Anam
HelloMotion Empathic Research on Initiation Camp atau disingkat dengan HEROIC adalah kegiatan yang memberikan kesempatan belajar bagi para siswa-siswi HelloMotion High School untuk melakukan penelitian dan mengasah kepekaan dengan terjun langsung ke dalam kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupan yang selama ini mereka jalani. Selama hampir seminggu, para siswa-siswi (angkatan Narancasta) akan ditempatkan pada suatu wilayah di Indonesia, kemudian tinggal dan menjalani kehidupan bersama induk semang (penduduk setempat). Program ini bertujuan untuk membangun rasa empati dan merangsang keinginan dalam pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal. Tahun 2019 ini, HEROIC #2 dilaksanakan di Jl. Babakan Cianjur, RT.01/09, Ds. Sukamanah, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung. Induk semang yang ditinggali memiliki beragam profesi di antaranya petani tomat, peternak sapi, penjual gorengan, dan buruh pabrik pengolahan kerupuk tahu. Hari Senin (22 September 2019) pukul 07.00 pagi, seluruh peserta HEROIC #2 sudah berkumpul di gedung HelloMotion High School untuk melaksanakan briefing keberangkatan. Setelah memasukkan seluruh barang bawaan ke minibus dan dilanjut dengan mendengarkan pesan dari kepala sekolah, kami pun berangkat. Alhamdulillah perjalanan lancar. Di Jalan Tol KM. 72, kami beristirahat sebentar untuk makan siang dan sholat dzuhur. Setelah itu, ketika keluar dari Pintu Tol Soreang, kami melanjutkan sisa perjalanan kurang lebih satu jam sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan pada pukul 13.45. Kedatangan kami pun disambut dengan baik oleh para anggota Karang Taruna Desa Sukamanah di gedung balai warga. Setelah sekitar satu jam kami melakukan ramah tamah, akhirnya kami pun melaksanakan serah terima peserta HEROIC #2 kepada masingmasing induk semang. Hari pertama ini berjalan lancar. Masingmasing kelompok akan melakukan aktivitas perdana yaitu membantu induk semang mereka untuk memasak makan malam. Pada hari kedua, peserta langsung beraktivitas dengan induk semang masing-masing. Ada
2 _
beberapa kelompok yang pagi-pagi sudah membersihkan kandang sapi dan siap-siap untuk memerah susu yaitu kelompok ‘Shigeru dkk’ dan kelompok ‘Azka dkk’. Ada pula kelompok yang bergegas langsung ke kebun untuk memetik cabe dan tomat yang letaknya persis di depan rumah induk semang yaitu kelompok ‘Jehan dkk’ dan juga kelompok ‘Ali dkk’. Sedangkan kelompok ‘Deva dkk’ berkeliling kampung menjajakan dagangan gorengan. Ada pisang goreng, bakwan, tahu, dll. Sementara itu, induk semang kelompok ‘Naila dkk’ yang berprofesi sebagai pedagang cireng dan gemblong baru mulai beraktivitas pada pukul 13.00 WIB. Adapun kelompok ‘Zahra dkk’ membantu induk semang bekerja di home industry pengolahan kerupuk tahu. “Capek tapi seru!”, kata para peserta HEROIC #2 serempak ketika dilakukan evaluasi sore di masjid setelah sholat ashar. Kegiatan selanjutnya di hari ketiga kurang lebih masih sama dengan hari sebelumnya. Namun, pada waktu senja, beberapa kelompok berinisiatif untuk berjalan-jalan ke kebun teh dan juga ke makam Bosscha yang lokasinya tidak jauh dari Desa Sukamanah. Keesokan harinya pada hari keempat, dilakukan kegiatan workshop melukis tote-bag dengan peserta yaitu santri TPA Al-Huda Desa Sukamanah yang berjumlah 60 orang. Dengan panduan pak Wawan, para santri sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Di akhir sesi, para panitia memberikan piagam penghargaan kepada para santri secara simbolis. Selanjutnya, hari terakhir HEROIC #2 sangat mengharukan dimana para peserta berpamitan dengan induk semang masing-masing. Tidak terasa waktu yang sangat singkat ini ternyata telah memberikan banyak pengalaman yang sangat berharga bagi mereka. Oleh karena itu, tidak sedikit dari para peserta yang menitikkan air mata karena terharu. Selain pengalaman berharga, ada juga banyak ilmu bermanfaat yang bisa dibawa pulang dari acara HEROIC #2. Harapannya adalah semoga acara HEROIC tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya dapat senantiasa memberikan nilainilai yang bermanfaat bagi kehidupan pesertanya.
HELLOMOVIE
S
eorang gadis remaja bernama Morana (Tiara Amanda) tidak menyukai sosok ibunya sebagai tulang punggung keluarga. Alasannya karena Morana merasa bahwa ibunya tidak pernah memenuhi satupun keinginannya. Morana yang merasa kecewa pun kemudian memutuskan untuk mencari sosok Ibu baru melalui situs khusus di internet agar dapat memenuhi semua keinginannya. Tidak berselang lama, akhirnya ia dipertemukan dengan seseorang dengan sebutan Mommy (Ren Darto). Setelah menjalin komunikasi yang intens melalui situs tersebut, Mommy kemudian menawarkan sesuatu yang tidak dapat Morana tolak. Tawaran seperti apakah yang diberikan oleh Mommy?
yang berjudul ATMA sudah mendapatkan banyak atensi dan juga beberapa penghargaan dari festival film pendek yang sudah kami ikuti. Salah satunya adalah penghargaan dari HelloFest 12. Harapannya adalah film “Pablo’s Flower” yang bergenre mockumentary ini bisa mengikuti jejak prestasi dari film kami sebelumnya. Atau lebih baik lagi; melampauinya.
CREW
Rumah Produksi: Artives Production
Sutradara: Adra Noer
Produser:
Mutiara Kasih
say it with his flower
oleh: Adra Noer
B
Penulis:
Adra Noer, Mutiara Kasih, Habsya Amira, Ren Darto, Audi Prawita, Rasyaad Bimosekti
Pemain:
Tiara Amanda, Ika Herlika, Ren Darto
ermula dari tugas sekolah di mata pelajaran Digital Filmmaking, kami kelas Artives dibentuk menjadi tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang. Kelompok tersebut kemudian ditugaskan untuk membuat sebuah naskah film pendek berdurasi maksimal 10 menit. Nantinya akan dipilih naskah terbaik untuk diproduksi bersama. Singkat cerita, terpilihlah naskah kelompok 2 yang berjudul “Mommy”.
Penyelia Produksi:
Pada hari pertama pengambilan gambar, semua berjalan dengan lancar. Namun di hari kedua, kami mendapat tawaran dari guru Digital Filmmaking (yang pada saat itu menjadi supervisor kami), bahwa alangkah lebih baiknya apabila film ini dikemas menjadi film bergenre mockumentary dengan pengambilan gambar handheld. Genre mockumentary merupakan salah satu jenis film fiksi yang disajikan dengan gaya ‘seolah-olah’ dokumenter. Konsep yang ditawarkan oleh Pak Aristo tersebut sangat menarik bagi kami.
Lee Michael
Berdasarkan saran tersebutlah akhirnya kami mencari referensi lebih banyak dari beberapa film dan sutradara seperti karya Lars von Trier, Quentin Tarantino, dan Woody Allen. Pada akhirnya film ini berganti judul menjadi “Pablo’s Flower”.
Btw, film “Pablo’s Flower” ini merupakan film kedua yang pernah kami buat. Film sebelumnya
Ary Aristo
Penata Fotografi:
Rafif Bahanan & Adra Noer
Penata Artistik:
Makaila Shakira, Audi Prawita
Penata Cahaya:
Mikail Musa, Rasyaad Bimosekti
Penata Suara: Editor:
Adra Noer
Storyboard Artist: Habsya Amira
Casting Director: Oktorio Tambasa
Asisten Sutradara:
Nayla Nafisha, Rasyaad Bimosekti
Asisten Kamerawan: Raka Pratama
Manager Unit Produksi: Mikail Musa
Make Up Artist: Makaila Shakira
MG Artist:
Daffa Risandi
5 _
Hello-Lit
BE LA JAR ISTILAH
oleh: Suhfi Albab
“Tolok Ukur”
“Yang menjadi tolak ukur keberhasilan tim pemadam mengatasi karhutla adalah 80% dari jumlah titik api yang ada sudah benar-benar padam.” Siapa sangka ternyata frasa yang dicetak miring dalam kalimat tersebut merupakan frasa yang salah. Jika dipisah, frasa tersebut terdiri dari dua kata, yakni tolak dan ukur. Tidak ada yang salah pada kedua kata tersebut. Namun, jika kedua kata tersebut digabungkan, tidak akan ada makna yang muncul. Dengan kata lain, tolak ukur bukanlah satuan frasa baku yang ada dalam Bahasa Indonesia. Sebab, jika kita mengacu kepada KBBI Edisi V, kita hanya akan menjumpai frasa tolok ukur¸ yang bermakna ‘sesuatu yang dipakai sebagai dasar mengukur (menilai, dan sebagainya); patokan; standar’. Jadi, jika diperbaiki, kalimat dengan frasa yang benar adalah “Yang menjadi tolok ukur keberhasilan tim pemadam mengatasi karhutla adalah 80% dari jumlah titik api yang ada sudah benar-benar padam.”
6 _
KONSINYERING KURIKULUM PROGRAM PEMINATAN IPA SMA HELLOMOTION oleh: Bagus Sulasmono
SMA HelloMotion di tahun pelajaran 2020/2021 akan memasuki tahun keempat. Selama tiga tahun menyelenggarakan pendidikan, SMA HelloMotion mengalami peningkatan dari sisi jumlah peserta didik barunya. Di tiga tahun itu pula, program peminatan yang ditawarkan hanya Ilmu Pengetahuan Sosial yang tentunya dipadupadankan dengan muatan khas SMA HelloMotion di bidang kreatif desain. Berdasarkan animo masyarakat dan masukan yang ada, sebagaimana halnya sekolah SMA pada umumnya, maka di tahun keempat ini, SMA HelloMotion akan membuka program peminatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dengan tetap menggunakan pendekatan design thinking, guru-guru SMA HelloMotion bersama dengan guru dan praktisi dari Lazuardi meramu kurikulum modifikasi untuk peminatan IPA tersebut tanpa meninggalkan ciri khasnya SMA HelloMotion. Meskipun dengan adanya program IPA, skill kreatif desain juga akan tetap diajarkan sama halnya dengan program IPS. Sehingga nantinya diharapkan siswa lulusan IPA dari SMA HelloMotion selain cerdas di bidangnya, tetapi juga kreatif dan pandai berkomunikasi verbal maupun visual. Salah satu contoh yang mungkin dapat menginspirasi adalah Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) yang merupakan seorang arsitek tetapi juga pandai dalam berkomunikasi visual melalui gambar-gambar. Selain itu, ada juga artis Indonesia bernama Tompi yang merupakan seorang dokter tetapi juga pandai bernyanyi dan menciptakan banyak lagu hits. Berdasarkan hal tersebutlah, maka diadakan konsinyering mengenai pembahasan pembentukan kurikulum IPA untuk SMA HelloMotion. Pelaksanaan konsinyering kurikulum IPA dilaksanakan pada tanggal 13–14 September 2019 di Park 5 Hotel. Meskipun hanya dilaksanakan selama dua hari, tetapi para guru bekerja secara maksimal hingga larut malam untuk membuat model kurikulum program IPA yang bercirikan SMA HelloMotion. Dimulai dengan pembekalan dari Sayed Haidar yang menyampaikan tentang “Creating STEAM with Design Thinking… and Design Thinking Through STEAM”. STEAM ini merupakan model pembelajaran baru dengan singkatan Science Technology Engineering Art and Math yang di dalam setiap pembelajaran IPA harus mengandung dua, tiga atau kesemua unsur STEAM tersebut.
8 _
Illustrasi by: Jenni
Di dalam dunia pendidikan dikenal model pembelajaran yang dikenal adalah STEM (tanpa Art), dan juga STEAM (dengan Art). Pendekatan STEM diperlukan karena: 1. Menyiapkan siswa ke arah masa depan. 2. Memberikan ruang siswa berkreasi dengan kreatif. 3. Menambah rasa percaya diri siswa 4. Mengajarkan siswa memiliki kemampuan problem solving. Namun tanpa adanya “Art�, jika dianalogikan sebagai otak, maka hanya otak kiri saja yang dikembangkan. Begitu pula sebaliknya, yakni dengan adanya unsur “Art�, maka kedua belahan otak menjadi sama-sama bekerja. Selanjutnya, dengan adanya pendekatan design thinking di SMA HelloMotion ini, akan memberikan panduan framework/kerangka kerja yang mendukung dan memperluas cara pandang pembelajaran STEAM ini. Sama halnya dengan sekolah SMA jurusan IPA pada umumnya, nantinya siswa baru yang mengambil program peminatan IPA di SMA HelloMotion akan mendapatkan mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika IPA. Namun, yang membedakannya yaitu bahwa akan ada proses integrasi antara mata pelajaran IPA dalam satu project bersama di setiap akhir semester. Contohnya, ketika membahas tentang isu pencemaran lingkungan atau tentang pembuatan kincir air sebagai sumber energi terbarukan, maka kesemuanya akan dibahas melalui disiplin ilmu Kimia, Biologi, Fisika dan juga Matematika. Project tersebut harus mengandung unsur EMPATI di awal sebagai bagian dari siklus design thinking dengan tujuan akhirnya adalah mengedepankan sisi kemanusiaan. Hal tersebut sejalan dengan prototype yang siswa akan buat dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar. Semoga dengan adanya program peminatan IPA ini, memberikan ragam pilihan bagi calon siswa SMA HelloMotion tanpa harus meninggalkan ciri khas dan keunggulan SMA HelloMotion. Kita siapkan siswa-siswi lulusan SMA HelloMotion yang cerdas, kreatif, berkarakter, sadar isu global dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa Indonesia.
9 _
KONSTELASEA MENYATU DENGAN ALAM DI KAMPUNG ADAT SUKU BADUY LUAR oleh: Saka M. S. Memulai Perjalanan Menuju Rangkasbitung Pagi di hari Kamis, 26 September 2019 begitu istimewa. Udara terasa lebih segar dan lembut. Membuatku rindu akan perjalanan baru. Ah, ya! Hari ini adalah jadwal Konstelasea memulai perjalanannya ke perkampungan adat Suku Baduy Luar. Sementara pagi terasa mulai menghangat, ku lihat beberapa siswa Kontelasea sudah berkumpul di pintu masuk Stasiun Jurangmangu, tepat di seberang gedung Bintaro Xchange. Mereka terlihat bersemangat dengan segala candaan dan obrolan yang pelan-pelan terdengar riuh. Sementara itu, beberapa dari mereka berkabar kalau masih di perjalanan. Tak lama kami menunggu, akhirnya semua siswa Konstelasea dan para guru pendamping
10 __
telah berkumpul. Kami pun segera mengantri untuk memasuki Stasiun Jurangmangu. Perjalanan kami ke Baduy dimulai dengan menaiki KRL Tanah Abang – Rangkasbitung. Tepat pukul 07.13 WIB, kereta yang kami tunggu pun akhirnya datang. Segera kami menaiki kereta dan berangkat menuju Rangkasbitung. Ketika kami sampai di Stasiun Rangkasbitung, hari terasa mulai panas, matahari kian tinggi merangkak di langit. Waktu tempuh kami dari Stasiun Jurangmangu menuju Stasiun Rangkasbitung sekitar dua jam. Sebelum menuju ke Baduy, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Perpustakaan Saidjah Adinda dan Museum Multatuli yang terletak di samping Alun-Alun Rangkasbitung. Kami melakukan kunjungan tersebut dengan berjalan kaki dari
Stasiun Rangkasbitung. Cukup melelahkan saat itu, karena cuaca cukup panas di sana. Tapi dalam panas, semangat kami kian mengeras. Berkunjung ke Museum Multatuli dan Perpustakaan Saidjah Adinda “Halo Multatuli dan Saidjah Adinda!”, ucapku dalam hati menyapa dua bangunan yang berjajar mesra di samping Alun-Alun Rangkasbitung. Bangunan itu adalah Museum Multatuli dan Perpustakaan Saidjah Adinda. Dan anganku pun melambung pada saat itu, membayangkan sosok Multatuli yang melegenda. Multatuli, nama pena
dari seorang Belanda; Eduard Douwes Dekker, adalah seorang Asisten Residen yang ditugaskan di Lebak oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, meski ia seorang Belanda yang bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda, ia justru banyak mencurahkan usahanya untuk kesejahteraan rakyat Lebak. Bahkan buku karyanya yang berjudul Max Havelaar, oleh Pramoedya Ananta Toer disebut-sebut sebagai buku yang membunuh kolonialisme. Ah, hampir lupa, Max Havelaar sangat dekat dengan nama Saidjah dan Adinda. Bagaimana
tidak, dua nama itu adalah tokoh yang ada di dalam buku Max Havelaar. Sepasang kekasih yang memiliki kisah pahit bak Romeo dan Juliet. Sesampainya di Perpustakaan Saidjah Adinda, kami berkumpul di pelataran untuk mengingatkan rundown kegiatan kami hari ini. Segera setelah itu, secara berkelompok siswa-siswi Konstelasea memasuki perpustakaan dan mengeksplorasinya. Kegiatan eksplorasi itu kemudian ditutup dengan acara nonton film bersama tentang kisah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa sebagai sultan dari Kesultanan Banten melawan VOC Belanda di ruang multimedia Perpustakaan Saidjah Adinda. Setelah mengunjungi perpustakaan,
kami segera melangkahkan kaki kami ke Museum Multatuli yang berdiri tepat di samping gedung perpustakaan. Gedung dengan desain berbentuk huruf “T” yang dulunya adalah kediaman wedana Lebak ini dilengkapi dengan pendopo di halaman depan yang digunakan sebagai tempat pertemuan. Museum Multatuli memiliki tujuh ruang pameran. Setiap ruangan mewakili periode di dalam sejarah kolonialisme. Ruang pertama merangkap sebagai lobi dengan hiasan wajah Multatuli terbuat dari kepingan kaca serta kalimat kutipan Multatuli yang tenar: “Tugas
11 __
Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia�. Ruang kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara. Ketiga, tentang periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi. Keempat, ruang Multatuli dan pengaruhnya kepada para tokoh pejuang kemerdekaan. Kelima, menceritakan perjuangan perlawanan rakyat Banten dan kemudian perjuangan pembebasan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keenam, terdiri dari rangkaian kronologis peristiwa penting di Lebak dan era purbakala. Ketujuh, terdiri dari foto tokoh-tokoh yang pernah lahir, menetap serta terinspirasi dari Lebak. Ketika tengah mengeksplorasi Museum Multatuli, tak terasa azan Zuhur telah menggema. Kami pun mengakhiri kunjungan kami di Museum Multatuli untuk makan siang, shalat Zuhur berjamaah bagi yang menjalankan, serta beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Baduy. Yah, petualangan kami masih panjang. Ada banyak hal lagi yang menanti di depan kami. Menuju ke Perkampungan Adat Suku Baduy Luar Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di Desa Ciboleger dari Alun-Alun Rangkasbitung. Ciboleger tak ubahnya seperti pintu masuk menuju perkampungan adat Baduy Luar. Di sana berdiri patung yang menggambarkan satu keluarga orang Baduy yang sedang melambai seolah menyambut kami; para pendatang. Kami yang baru saja sampai di sana pun segera mengambil kesempatan untuk berfoto bersama di bawah patung itu. Di Ciboleger udara masih terasa panas. Meskipun matahari terlihat mulai merangkak turun, panasnya masih saja terasa menembus kulit dan memaksa keringat-keringat kami menetes keluar. Namun keringat tak bisa menyekat kami dari tujuan kami di sini. Segera setelah semuanya bersiap dengan barang bawaan masing-masing, kami pun segera memulai perjalanan kami dari Desa Ciboleger menuju perkampungan adat Suku Baduy Luar. Di sepanjang perjalanan, panorama hutan yang asri menjadi pemandangan utama yang disuguhkan alam Baduy ke kami. Selain itu, rumah-rumah berbahan dasar bambu dengan atap rumbia dan kadang pelepah daun kelapa juga turut menarik perhatian kami. Meskipun, trek yang kami lalui adalah jalanan yang dibuat dari susunan batu kali yang seringkali terasa cukup terjal dengan
12 __
medan tanjakan dan turunannya karena pada dasarnya lingkungan tempat tinggal suku Baduy dikelilingi lembah. Tak lama waktu yang kami tempuh untuk sampai di perkampungan suku Baduy Luar. Kalau dihitung mungkin menempuh waktu sekitar satu setengah jam. Tiba di Perkampungan Adat Suku Baduy Luar Langit Baduy seolah menyambut kami ketika kami memasuki perkampungan adat Suku Baduy Luar. Langit yang sedari siang terlihat cerah dan menurunkan udara panas mendadak jadi gelap disusul suara deraian hujan. Pun suara burung dan binatang yang sebelumnya sesekali terdengar kini kian menyunyi. Maka adalah tinggal derai pada tajuk-tajuk kelapa dan pepohonan rimbun yang ku dengar pada saat itu. Kami yang enggan basah kuyup pun segera meneduhkan diri di rumah Kang Sarpin, seorang warga dari Suku Baduy Luar yang mengizinkan rumahnya menjadi tempat menginap kami selama di sana. Kami sampai di perkampungan adat Suku Baduy Luar sekitar jam setengah empat. Tak banyak yang bisa kami lakukan di sana saat itu, karena hujan deras yang mengguyur, ku lihat beberapa siswa ada yang menggerombol sambil asyik mengobrol. Beberapa lagi asyik bermain game dengan temannya. Dan beberapa ada juga yang memilih membaringkan dirinya – berharap lelah yang memenuhi tubuh segera surut. Sekitar jam lima sore, hujan pun reda. Akhirnya ada waktu juga bagi kami untuk berkeliling sejenak menikmati panorama kampung adat ini. Setelah menyusuri jalanan yang di kiri dan kanannya berjajar rumah khas adat masyarakat Baduy, akhirnya kami pun sampai di tepi sungai yang terletak di belakang perkampungan suku Baduy Luar. Cukup lama kami di sana menikmati udara dingin lembah yang habis diguyur hujan bersama gemericik air yang menghantam bebatuan di sungai. Saat malam tiba, ternyata langit menurunkan hujannya lagi. Terpaksa, jadwal kami untuk bakarbakar jagung bersama di luar harus ditunda. Ah, tapi tak apa, kami masih bisa ngariung bersama sambil mengobrol di dalam rumah. Sampai malam memuncak, beberapa dari kami masih asyik mengobrol di serambi rumah. Meski di sana keadaan cukup gelap karena di kampung adat ini tidak ada listrik dan teknologi lainnya sehingga kami hanya memakai senter seadanya. Namun, kami masih bisa menikmati suasana itu.
Tiba Waktunya Mengeksplorasi Pagi di kampung adat Baduy terasa istimewa, tak ada deru motor, bunyi klakson, juga riuh orang-orang yang hendak pergi kerja atau yang sekedar keluar rumah. Pagi itu terasa tenang dan hening. Seolah alam tengah berdamai dengan kami. Dan dalam kesejukan pagi itu, kami bersiap untuk berkeliling kampung. Pagi itu juga ada acara ngobrol bersama Kang Enal, salah satu warga kampung adat Baduy Dalam yang sejak awal selalu mendampingi perjalanan kami di sana. Setelah selesai sarapan dan merapikan barang-barang kami berkeliling kampung– karena selesai kegiatan pagi itu kami akan bergegas kembali ke rumah kami masing-masing. Kami berjalan menyusuri jalanan yang tersusun dari batuan sungai, menyeberangi jembatan, melewati deretan rumah masyarakat Baduy Luar yang beberapa di serambinya tergantung aneka kerajinan yang dijajakan kepada pengunjung seperti kami. Di beberapa serambi rumah terlihat juga seorang ibu-ibu yang tengah menenun. Setelah berkeliling dan menyusuri jalanan, akhirnya kami menghentikan langkah kami di gubuk tak berdinding yang ada di tepi sungai. Ada beberapa gubuk yang dibangun di sana. Di dekat gubuk itu terdapat jembatan bambu yang unik. Jembatan itu dibangun dari bambu-bambu yang telah disusun sedemikian rupa dan direbahkan untuk menghubungkan kedua sisi sungai dengan disangga oleh bambu-bambu yang telah dilintangkan kesana-kemari. Di sekitar gubukgubuk dekat jembatan itulah kami lalu melakukan diskusi bersama salah satu warga Baduy Dalam. Diskusi ini membahas mengenai banyak hal, dari mengenai sejarah asal-usul suku Baduy, sistem sosial, mata pencaharian, sampai kehidupan budaya dan adat istiadat yang selama ini selalu
mereka pegang teguh. Kulihat, Konstelasea juga terlihat cukup aktif dalam diskusi ini. Suasana yang cukup membahagiakan. Selesai kegiatan diskusi, kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah Kang Sarpin, tempat kami menginap sebelumnya, karena barangbarang kami masih ada di sana. Di sela-sela perjalanan, Konstelasea secara berkelompok juga ditugaskan untuk mengunjungi rumah warga dan berkomunikasi (wawancara) dengan mereka. Meskipun ada juga yang harus menyerah karena mereka tak bisa dan tak mengerti ucapan si tuan rumah karena berbahasa Sunda. Namun, bagaimanapun itu adalah pengalaman baru yang positif untuk mereka Konstelasea. Kembali Pulang! Waktu menunjukkan sekitar pukul sebelas siang ketika kami mulai beranjak kembali ke Desa Ciboleger dari kampung adat Suku Baduy Luar. Tibalah waktu untuk melakukan perjalanan pulang yang tak ubahnya seperti saat kami datang. Hanya cerahnya hari yang menjadi pembeda. Kami tiba di Desa Ciboleger sekitar pukul setengah satu siang. Tak lama setelah kami tiba, tiga minibus yang sebelumnya mengantarkan kami ke sini tiba juga dan bersiap untuk membawa kami kembali ke Stasiun Rangkasbitung. Di sana kami menaiki KRL Rangkasbitung – Tanah Abang dan kembali ke rumah masing-masing. Bersama deru laju kereta yang kami naiki, kami hanya bisa berharap semoga tidak ada yang sia-sia dari perjalanan kami ke kampung adat Suku Baduy Luar selama dua hari satu malam ini. Semoga segala nilai positif dan kebaikan bisa kami serap dan melebur dalam kehidupan kami di hari-hari selanjutnya.
13 __
Poetry
The
BADUY oleh: Zahra
Mereka tak beralas kaki Namun mampu untuk mendaki Melewati pepohonan yang tinggi Untuk sampai di tempat yang ditinggali Tempat yang serba sederhana Yang unik dengan keindahannya Yang masih kental adat istiadatnya Dan juga pelestarian lingkungannya Rumah yang hanya terbuat dari bambu Tak memiliki listrik dan juga lampu Yang mengikuti surya sebagai waktu Tak berubah sejak dulu Rasa kagum kepada mereka Tak mampu kuucapkan begitu saja Juga tak mampu kuucapkan dengan kata Namun, aku bisa menuliskannya
art by: Kanaya Sabina
HELLOTHINK
METZ & TEORI FILM:
TEORI GRAND SYNTAGMATIC
(bagian 1)
Oleh: Ary Aristo
“Film is Difficult to Explain because it is Easy to Understand” - Christian Metz -
Film memainkan peranan mendasar dalam penyemaian suatu budaya dengan gagasan dan kemungkinan-kemungkinan baru sehingga menjadikannya wadah yang relatif ideal dalam hal pengungkapan ekspresi dan sarana diskursus (pewacanaan). Eksperimentasi yang dapat terjadi kadang menempatkan seni ini menjadi medium yang lintas disiplin dan penuh dengan potensipotensi besar dalam hal merepresentasikan ide dan realita. Penjabaran pesan yang dibawa oleh media, dalam hal ini film, menjadi sangat kaya. Setiap konsensus maupun hipotesis mampu menciptakan keputusan atau sebaliknya, yang memberikan berbagai ragam penafsiran. Sebagai pembahasan dalam rubrik HelloThink kali ini, saya ingin meminjam model Metz agar dapat lebih mudah dan terpola dalam menganalisis adegan-adegan (scenes) dari film. Untuk itu, alangkah lebih baiknya bagi kita untuk sedikit mengulas tentang sosok Christian Metz dan kerangka pemikirannya mengenai sintagma dalam film. Christian Metz Tokoh ini lahir di Beziers, Prancis bagian selatan, pada tahun 1931 dan meninggal secara tragis pada akhir tahun 1993. Pada tahun 1960an Metz merintis upaya menetapkan teori tentang film sebagai suatu disiplin intelektual tersendiri. Artikel-artikel yang ditulis dalam
16 __
karya Metz, Essais sur la signification au cinéma (1968), membuka jalan didirikannya jurusan sinematografi di Universitas Vincennes (Paris VIII). Agar dapat memahami pentingnya dampak yang diberikan oleh pemikiran Metz, kita perlu memahami bahwa sebelum pertengahan tahun 1960-an, belum terlalu banyak intelektual yang berusaha melakukan analisis tentang film atau lembaga bioskop. Singkatnya, andaikan saat itu tidak ada kritik-kritik singkat tentang film, maka hampir tidak ada apapun yang dilakukan terhadap film sebagai suatu medium. Dalam upaya menghadapi hal ini, dan sejalan dengan evolusi kerangka teoritisnya, secara garis besar karya Metz terbagi menjadi dua macam penelitian; analisis semiologis film dan telaah psikoanalisis tentang bioskop. Bila kita bisa memahami dua garis besar penelitian ini, maka kita bisa mendapatkan gagasan tentang karya Metz sebagai satu keseluruhan. Akan tetapi, pada kesempatan ini saya akan berfokus kepada salah satu macam penelitiannya, yaitu analisis semiologis film. Ide sentral Metz dalam analisis semiologis film adalah bahwa medium percakapan seharusnya memiliki sesuatu yang dapat dibandingkan dengan sistem bahasa, yang menentukan aturan-aturan seleksi dan kombinasi dari penanda-penandanya. Metz bersandar pada premis Saussure bahwa aspek konvensional penanda yang arbitrer merupakan alasan mengapa kita dapat mengerti percakapan, walaupun penanda-penanda ini tidak se-arbitrer bahasa lisan atau tulisan. Perbedaan antara sistem bahasa dan figurasi campuran dalam berbagai teks, membuat Metz dapat membedakan dua jenis riset semiologi: pertama, adalah untuk membukakan kode-kode sistem bahasa khusus; kedua, mempelajari campuran dari berbagai sistem semiologi dalam manifestasinya yang aktual. Metz mengikuti Saussure dalam membedakan ‘sistem bahasa’ (langue) dan ‘percakapan’ atau ‘tuturan’ (parole, speech). Kekuatan ‘realisme’ film datang dari kemampuannya untuk menciptakan ilusi kenyataan. Anehnya, ‘realisme’ film itu dicapai setelah ambang ‘irealitas’ (ketidak-real-an) telah dilewati. Ini terkait dengan prasyarat bahwa para penonton menunda ketidakpercayaannya, karena sebagai suatu medium atau sarana representasi, film adalah ilusi dalam kaitannya dengan realitas yang dianggap nyata di luar representasi itu. Pada umumnya film adalah ilusi jenis tertentu, yang jelas berhasil dalam menggoda penonton untuk menunda ketidakepercayaannya. (bersambung ke HelloTeen edisi selanjutnya)
- Amira -
:
By a
hl
Ka
Comic by: Jenni
HelloTeen Diterbitkan oleh: HelloMotion High School Pembina: Bagus Sulasmono Penanggung Jawab: Saka M. S.
Editor & Layouter: Afdal Husain Desain Sampul: Alkhwarizmi S. Penyusun: Tim Penyusun
Once upon a time in Baduy...
Kontributor: Adra Noer Zahra Sahila Kanaya Sabina Tubagus Omar Amira H. P. Jennifer F. A. Kahla Salsabilla
Pendukung: Abdillah A. Lulu Luthfiah Mediana Putri Tommy H. Hari Kusbianto P. Milhan Sahru Ramadhan Maulana
HelloMotion High School:
+6221 227 46 400 / + 62 812 12304 100 highschool@hellomotion.ac - @smahellomotion www.hellomotion.sch.id