Melampaui penderitaan

Page 1

Melampaui PenderitaanKisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo

Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo Diterbitkan atas dukungan

Cover Bojonegoro.indd 1

21/06/2015 14:49:38


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo




Keterangan Foto: Seorang ibu lanjut usia sedang menggembala kambing di jalur Bengawan Solo purba, beberapa hari setelah air surut usai meluap pada 10 April 2015.

Tim Penulis: Rohmat Maulana, Muh. Muhtadin, Vesta Farida, M. Yasin, M. Misbahul Munir, Ach. Chamami, Jatmoko, dan Ign. Sumarwoko (editor).

****


Buku ini didedikasikan kepada mereka yang tertimpa bencana serta bertahan untuk menjamin keberlangsungan hidup generasi dan peradaban.


“Keadilan adalah memberikan manfaat hasil pembangunan kepada mereka yang sepanjang segala abad selalu menderita”

John Rawls (21 Februari 1921 – 24 November 2002)


Daftar Isi

Bagian 1

7

Pengantar 7 Bagian 2 Metodologi Penentuan Desa Tangguh Ketangguhan Terhadap Bencana Penentuan Indikator Metodologi Pendokumentasian Ketangguhan Sistematika Dokumentasi Ketangguhan

9 9 9 9 12 14

Bagian 3

17

Banjir di Desa Sumbang Timun

17

Bagian 4 Tetap Sehat Meski Banjir Air Bersih di Antara Air Kotor Mencegah Penyakit Saat Banjir Pengobatan Alternatif Merawat Kesehatan Reproduksi

25 25 25 28 30 34

Bagian 5 Pangan Bergizi Untuk Keluarga Memenuhi Gizi Balita Mengolah Makanan Saat banjir Menyediakan Makanan untuk Remaja-Dewasa-Lansia

36 36 36 37 39

Bagian 6 Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi, dan Mitigasi Menjamin Pangan Sebelum Banjir Banjir Boleh Melanda, Kerukunan Tetap Terjaga Banjir: Relasi Tidak Terhenti

44 44 44 48 49

Desa Sumbang Timun dalam Catatan Sejarah Banjir dan Genangan Sumbang Timun dari Waktu ke Waktu Bengawan Solo dalam Pemahaman Warga Situasi Sosial Desa Sumbang Timun

17 18 21 23


Komunikasi untuk Evakuasi ‘Operasi’ untuk Evakuasi Aman karena Kerjasama Masyarakat

51 52 54

Bagian 7 Jaminan Penghidupan Untuk Pemulihan Ternak: Jaminan Pemulihan Pasca Bencana Mata Pencaharian Pengganti ‘Bagi Hasil’: Siasat Komunal

56 56 56 59 60

Bagian 8 Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

62 62

Bagian 9 Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari Perkara Besar Selalu Berawal Dari Perkara Kecil Kata Kuncinya: Menghargai Praktik Lokal Refleksi Atas Refleksi

66 66 67 68 69

LAMPIRAN 71 ANALISIS DATA SEKUNDER

72



Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


Pengantar

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

BAB I

Pengantar

1


BAB I

Pengantar

Pengantar

2

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengeluarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Setelah berjalan hampir tiga tahun, muncul kebutuhan untuk merefleksikan sejauh mana program-program ketangguhan telah meningkatkan resiliency (ketangguhan) komunitas atau masyarakat, terutama mereka yang paling rentan terhadap ancaman bencana. Di sisi lain, ada keperluan untuk menangkap seperti apa sesungguhnya makna ketangguhan dalam menghadapi bencana, atau bahkan sebenarnya ketangguhan tersebut sudah ada dalam komunitas dan masyarakat. Untuk melihat perspektif ketangguhan tersebut, dianggap perlu untuk melihat bagaimana respons masyarakat dalam menghadapi bencana di berbagai daerah, salah satunya adalah masyarakat di Kawasan Sungai Bengawan Solo yang mengalami banjir secara rutin. Mereka telah hidup turun temurun dan tetap bertahan, walaupun bencana banjir mengunjungi secara rutin. Kondisi ini tentunya menciptakan ketangguhan yang terus berevolusi dalam mengatasi berbagai persoalan yang disebabkan banjir. Kemampuan mereka berkembang sejalan dengan perubahan kondisi alam. Praktik-praktik ketangguhan yang sudah dilakukan secara turun-temurun inilah yang membuat masyarakat tetap bertahan dalam menghadapi banjir. Praktik pembelajaran yang baik ini tentunya akan lebih bermakna jika dapat didokumentasikan, sehingga menjadi pembelajaran dan diharapkan dapat diduplikasi di wilayah lain di sekitar Kawasan Sungai Bengawan Solo ataupun daerah lainnya jika memungkinkan. Dokumentasi ini merupakan cerminan pengalaman yang coba direkam dari masyarakat di Desa Sumbang Timun, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro melalui penggalian data sekunder dan primer (wawancara individu dan kelompok serta FGD). Proses sampai pada tahap pemilihan desa tersebut berdasarkan pada berbagai indikator tangguh yang disusun oleh tim lokal. Tim lokal ini berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dari masyarakat terendam banjir Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro. Berbicara tentang konsep ketangguhan, selama ini merujuk pada kelengkapan administrasi yang ditunjukkan melalui berbagai dokumen untuk memastikan


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

ketangguhan sebuah masyarakat. Sebenarnya, meskipun kelengkapan dokumen telah terpenuhi, terkadang masyarakat tersebut belum tentu memiliki ketangguhan dalam makna sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, mereka dapat berevolusi dan beradaptasi dengan kondisi bencana yang ada, sehingga mereka dapat bertahan dan kehidupan tetap berjalan meskipun saat terjadi bencana.

Semua yang tersampaikan dalam buku ini, tentunya tidak akan berhenti sampai di sini. Sangat terbuka ruang diskusi bagi siapapun demi perbaikan substansi yang tertuang dalam buku, sehingga informasinya bisa lebih lengkap. Untuk mencapai target maksimal, kegiatan ini memiliki beberapa target. Pertama, untuk mendapatkan dokumentasi praktik ketangguhan masyarakat dalam menghadapi banjir Bengawan Solo di Desa Sumbang Timun, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Kedua, menyebarluaskan informasi praktik ketangguhan masyarakat Desa Sumbang Timun kepada masyarakat lain di Kawasan Bengawan Solo. Ketiga, sebagai masukan bagi pemerintah pusat dan daerah serta pihak lain terkait upaya penanganan bencana ke depan yang lebih baik, terutama dalam pengurangan risiko. Oleh karena itu, masukan dari berbagai pihak mengenai pengetahuan dan praktik ketangguhan menjadi kunci dalam upaya pengurangan risiko berbasis komunitas Penanggulangan bencana harus mengelaborasi modalitas masyarakat setempat yaitu pengetahuan dan praktik ketangguhan itu sendiri. Dengan demikian, maka kita sudah memberikan kesempatan dan ruang bagi pengetahuan dan praktik ketangguhan untuk berevolusi, beradaptasi baik terhadap perkembangan pengetahuan itu sendiri maupun pola ancamannya. Semoga buku ini berkontribusi bagi dunia pengetahuan dalam penanggulangan bencana, terutama secara metodologis memberikan sumbangan bagi para pihak yang peduli untuk membuka kemungkinannya diterapkan di tempat lain dengan konteks yang lain. Harapan kami, buku ini membuka kembali diskursus pengurangan risiko bencana khususnya upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko.

Pengantar

Buku ini diharapkan mampu memberikan konteks ketangguhan, sehingga kita dapat belajar dari masyarakat Desa Sumbang Timun tentang bagaimana mereka terus beradaptasi di lingkungan yang mengalami banjir secara rutin. Melalui informasi yang disuguhkan dalam buku ini, pemerintah pusat maupun daerah diharapkan dapat terus melakukan perbaikan dari berbagai aspek untuk penanganan banjir Bengawan Solo. Selain itu, penting juga untuk mengabarkan kepada publik tentang hasil praktik ketangguhan seperti tertuang dalam buku ini untuk diterapkan di berbagai wilayah di sekitar Bengawan Solo. Berbagai program yang berkaitan dengan ketangguhan juga dirasa perlu untuk menyelaraskan dengan konteks ketangguhan masyarakat di Desa Sumbang Timun.

3


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


5

BAB iI

Metodologi Penentuan Desa Tangguh


BAB II

Metodologi penentuan desa tangguh

Metodologi Penentuan Desa Tangguh

6

2.1. Ketangguhan Terhadap Bencana Ketangguhan (resilience) adalah kemampuan keluarga, komunitas dan negara untuk menerima dan memulihkan diri dari bencana, sambil secara positif beradaptasi dan mentransformasikan struktur dan sarana penghidupan mereka dalam menghadapi tekanan, perubahan dan ketidakpastian dalam waktu yang lama (Mitchell:2013). Definisi ini menggambarkan bahwa ketangguhan itu berada pada keluarga atau kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan khusus, sehingga mampu bertahan dari ancaman bencana yang menimpanya. Ketangguhan juga diartikan sebagai keluarga dan masyarakat yang memiliki kemampuan mengembalikan keadaan seperti sebelum tertimpa bencana secara mandiri atau berbasis kelompok. Di sisi lain, ketangguhan di sini lebih menekankan masyarakat yang mampu beradaptasi serta bisa melakukan transformasi kehidupan pada saat bencana itu menimpa sehingga mampu menghadapi penghidupan yang serba tidak pasti dalam waktu yang lama. Sesuai dengan hasil diskusi dengan warga Sumbang Timun, tangguh itu sendiri tidak bisa dimaknai sebagai lokasi yang memiliki kriteria tertentu. Masyarakat secara sadar mendefinisikan tangguh adalah senajan banjir, namung isih urip koyo biasane (walaupun dalam keadaan banjir kehidupan masih normal seperti biasa). Bahasa lainnya adalah banjir koyo opo wae aku yo menter (keadaan banjir seperti apapun tidak terjadi apa-apa dalam diri saya). Ada juga warga yang mengatakan ..opo to cung‌ banjir iku yo wes ngunu kui wes biasa (banjir itu sudah biasa nak‌). Berbekal pendapat masyarakat tersebut, praktik ketangguhan diduga sudah berlangsung, sehingga banjir menjadi hal yang biasa. Jika pernyataan tersebut dirumuskan ulang, ketangguhan adalah kehidupan yang tetap dan terus berlangsung, meskipun banjir tetap ada. Kalimat kunci inilah yang kemudian menjadi titik tolak untuk dijabarkan dalam indikator yang lebih operasional, yaitu: apa yang membuat kehidupan masih berlangsung sementara banjir masih selalu terjadi?


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

2.2. Penentuan Indikator

Tabel 2.1. Indikator Memilih Desa Tangguh SEKTOR

INDIKATOR

1. Kesehatan

1. Pelayanan kesehatan masih berfungsi saat banjir per desa 2. Air bersih untuk kebutuhan minum, masak dan MCK tersedia sepanjang waktu saat banjir per desa 3. Warga memiliki alternatif pengobatan jika layanan kesehatan terhenti karena banjir 4. Kemampuan warga dalam menyediakan makanan pokok pengganti 5. Kemampuan warga dalam menyediakan makanan bergizi untuk balita per desa 6. Kemampuan warga menyediakan makanan berserat dan mengandung protein 7. Pelayanan terpadu untuk kesehatan anak dan balita tetap berfungsi di saat banjir 8. Kemampuan mengantisipasi wabah penyakit (nyamuk cikungunya, penyakit kulit, diare, muntaber, influenza, batuk pilek, demam) 9. Kemampuan mengelola lingkungan saat dan pasca banjir

2. Ekonomi

10. Kemampuan warga mendapatkan penghasilan sesuai dengan mata pencahariannya baik saat dan pasca banjir 11. Kemampuan warga mendapatkan penghasilan di luar mata pencaharian pokok 12. Kemampuan menyediakan pakan ternak di saat dan pasca banjir 13. Kemampuan merawat ternak di saat dan pasca banjir

Metodologi penentuan desa tangguh

Indikator menjadi penentu dalam menentukan ketangguhan secara operasional. Definisi tangguh yang muncul dari masyarakat terendam banjir, kemudian dirumuskan dengan mengacu pada 12 sektor, yakni: 1) Kesehatan, 2) Ekonomi, 3) Sosial Kemasyarakatan, 4) Infrastruktur (Sarana dan Prasarana Lingkungan serta Transportasi), 5) Pendidikan, 6) Keagamaan, 7) Keamanan, 8) Biologi/ Reproduksi, 9) Nilai Budaya, 10) Kepemimpinan, 11) Komunikasi Bencana, dan 12) Psikologi. Sektorsektor ini, selanjutnya dielaborasi menjadi 41 indikator sebagai berikut:

7


Metodologi penentuan desa tangguh

SEKTOR

INDIKATOR

14. Kegiatan sosial warga di saat banjir masih berjalan 15. Kerja sama warga dalam penyediaan makanan untuk korban banjir 3. Sosial 16. Komitmen (yang tidak tertulis atau tertulis) bagi warga dalam Kemasyarakatan hal panen hasil pertanian (jagung, singkong, tebon, pisang) 17. Kerja sama warga dalam memberikan pertolongan (orang sakit, evakuasi balita, lansia dan ibu hamil) 18. Warga pernah melakukan latihan evakuasi

4. Infrastruktur (Sarana dan Prasarana Lingkungan serta Transportasi)

19. Mobilitas warga pada saat banjir tidak berkurang dengan atau tanpa sarana transportasi 20. Terdapat jalur evakuasi dan distribusi logistik antar rumah (Wot) 21. Warga memiliki kiat-kiat khusus untuk tetap mendapatkan fasilitas istirahat dan memasak yang layak, 22. Warga memiliki strategi dan sarana untuk pengamanan stok pangan 23. Warga memiliki strategi dan sarana untuk pengamanan harta kekayaan

5. Pendidikan

24. Pendidikan formal masih berfungsi di saat banjir 25. Pendidikan non formal (PAUD, paket kejar, TPA/TPQ, Madin, Pesantren) masih berfungsi di saat banjir

6. Keagamaan

26. Kegiatan keagamaan seperti: tahlil, pembacaan yasin, pernikahan, majelis taklim, pengajian, shalat Jumat, akikah.

7. Keamanan

27. Warga memiliki mekanisme pangamanan wilayah di saat banjir 28. Warga memiliki kesiapan penandaan jalur (rambu-rambu) transportasi perahu pada saat banjir

8. Biologi/ Reproduksi

29. Strategi untuk perawatan kesehatan reproduksi ibu dan remaja 30. Strategi dalam menjaga keharmonisan hubungan suami istri 31. Tersedia sarana dan prasarana untuk mengurangi pelecehan seksual di tempat pengungsian

8


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

INDIKATOR

9. Nilai Budaya

32. Warga memiliki alasan untuk bekerja sama dengan tetangga sebelum, saat dan setelah bencana 33. Warga memiliki alasan sosial kemasyarakatan untuk menyelenggarakan kegiatan sosial dan adat di saat terjadi bencana 34. Warga menggunakan simbol-simbol lokal untuk penandaan dalam hal keamanan, rencana evakuasi, komunikasi dan penyelamatan untuk mengurangi risiko

10. Kepemimpinan

35. Terdapat pemimpin lokal yang dipercaya untuk menggerakkan potensi wilayah untuk mengurangi risiko, pertolongan darurat dan pemulihan pasca bencana 36. Terdapat pemimpin yang melibatkan warga dalam menggerakkan potensi wilayah untuk mengurangi risiko 37. Terdapat pemimpin lokal yang berani mengambil keputusan untuk warga pada saat krisis

11. Komunikasi Bencana

38. Warga memiliki sumber-sumber informasi yang kredibel sebelum, saat dan pasca bencana 39. Warga memiliki mekanisme komunikasi yang disepakati sebelum, saat dan pasca bencana 40. Warga memiliki informasi yang sama tentang kejadian banjir

12. Psikologi

41. Terdapat pendampingan antar warga untuk trauma dan penumbuhan harapan warga saat terjadi bencana

2.3. Metodologi Pendokumentasian Ketangguhan Proses pendokumentasian ketangguhan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Merumuskan pengertian ketangguhan Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran ketangguhan menurut masyarakat terdampak banjir Sungai Bengawan Solo. Informasi diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat terdampak, sehingga tergambar persepsi banjir menurut mereka untuk dijadikan acuan oleh peneliti dalam menentukan indikator ketangguhan.

Metodologi penentuan desa tangguh

SEKTOR

9


Metodologi penentuan desa tangguh

2. Penentuan indikator ketangguhan Dalam menentukan indikator ketangguhan masyarakat, kami memperhatikan persepsi banjir di lingkungan masyarakat terdampak, sehingga indikator ini berbasis informasi masyarakat. Setelah itu, beberapa hasil wawancara masyarakat didiskusikan untuk mengerucutkan beberapa aspek yang diturunkan menjadi beberapa indikator sebagai acuan penggalian data sekunder dan primer. Tahap ini akan menghasilkan rumusan 12 aspek yang dijabarkan menjadi 41 indikator. 3. Pengumpulan data sekunder Kegiatan pengumpulan data sekunder ini dilaksanakan pada tingkat kabupaten dengan mengacu pada rumusan 12 aspek yang sudah diturunkan menjadi 41 indikator. Penggalian data tersebut bersumber dari beberapa instansi yang memiliki kompetensi mengeluarkan data, yaitu: Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pengairan, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial, BPBD, Bappeda dan BPS). 4. Analisis data sekunder Tahapan selanjutnya adalah analisis data sekunder. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari kecamatan yang jumlah desa dan penduduknya terdampak banjir lebih dari 50% selama dua tahun berturut-turut, serta kecamatan yang daerah dan penduduknya 100% terendam. Hal ini untuk mempermudah mencari desa yang memiliki dugaan ketangguhan berada.

10

5. Pengumpulan data primer dan sekunder Tahapan pengumpulan data primer dan sekunder ini mengacu hasil analisis data sekunder, yang telah menentukan kecamatan sesuai dengan kriteria ketangguhan. Karena itulah, penggalian data ini bersumber dari empat kecamatan, yakni Kecamatan Malo, Trucuk, Kalitidu dan Kanor dengan mengacu 41 indikator, 6. Analisis data primer dan sekunder Proses analisis data primer dan sekunder meliputi pendeskripsian 41 indikator berdasarkan data perolehan dari lapangan dengan teknik tabulasi, yang dijabarkan kembali menjadi 86 sub indikator untuk menentukan desa yang diduga memiliki ketangguhan terhadap banjir Bengawan Solo. 7. Wawancara individu secara mendalam Setelah tahapan proses analisis data primer dan sekunder selesai dan menghasilkan desa terpilih yang memenuhi indikator terbanyak, dilanjutkan dengan wawancara individu dengan tujuan untuk menggali informasi khusus dengan langkah-langkah berikut: a. Pencarian responden dengan kriteria yang sudah ditentukan, dengan menggunakan metode (snowball sampling) b. Melakukan wawancara kepada responden terpilih


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

c. Merekam wawancara d. Merekap hasil wawancara

9. Focus Group Discussion (FGD) Dalam melakukan konfirmasi kebenaran informasi dari hasil wawancara individu dan kelompok masyarakat perlu dilaksanakan FGD, dengan tahapan berikut: a. Pengumpulan responden yang telah diwawancarai dan bersedia turut serta dalam FGD untuk pendalaman materi b. Penyampaian tujuan FGD dan pembagian kelompok c. Pelaksanaan FGD dipandu dua orang fasilitator setiap kelompok tematik Secara sistematis, proses pendokumentasian digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Metodologi penentuan desa tangguh

8. Wawancara kelompok masyarakat secara mendalam Untuk menindaklanjuti wawancara individu, perlu dilaksanakan wawancara kelompok agar bisa menggali informasi yang bersifat umum dari kelompok masyarakat.

11

Gambar 2.1. Tahapan Proses Penentuan Desa Tangguh di Bojonegoro


2.4. Sistematika Dokumentasi Ketangguhan

Metodologi penentuan desa tangguh

Dokumen ini terdiri 10 bagian termasuk lampiran. Penyajian dokumen ini dilakukan secara naratif-deskriptif, yang mengutamakan narasi ketangguhan sesuai dengan pengetahuan dan praktik masyarakat Desa Sumbang Timun dalam menanggapi bencana banjir Bengawan Solo. Secara lebih detail bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

12

Bagian 1 Bagian ini berisi pengantar yang menjelaskan maksud dan tujuan pendokumentasian ketangguhan. Selain itu, penjelasan kegiatan pendokumentasian ketangguhan yang �didudukkan� di Kabupaten Bojonegoro. Alasan-alasan ini yang selanjutnya digunakan sebagai pendasaran selama proses, menangkap, mengkaji, dan mendokumentasikan pengetahuan dan praktik ketangguhan warga Desa Sumbang Timun. Bagian 2 Bagian ini menjelaskan beberapa hal yang bersifat teoritik, yakni tinjauan tentang ketangguhan. Meskipun teoritis, diskusi ini lebih menekankan kesesuaian pandangan teoritis dengan pemahaman warga, sebagai pelaku ketangguhan itu sendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan pembahasan tentang metodologi penentuan desa tangguh serta sistematika penulisan dokumentasi ketangguhan. Bagian 3 Bagian ini menjelaskan gambaran umum banjir Bengawan Solo dalam versi ingatan warga. Selain itu, dijelaskan juga tanggapan warga terhadap Sungai Bengawan Solo. Bagian ini ditutup dengan kondisi sosial Desa Sumbang Timun. Bagian 4 Bagian ini memaparkan ketangguhan dan cara masyarakat menjaga kesehatan termasuk mencegah penyakit yang disebabkan banjir. Praktik warga dalam menyediakan air bersih untuk keperluan rumah tangga di tengah-tengah air kotor, mencegah penyakit, upaya pengobatan yang dilakukan dan perawatan kesehatan reproduksi. Bagian 5 Bagian ini berisi tentang praktik dan pola penyediaan pangan dan gizi untuk keluarga yang terdampak banjir. Penyediaan yang dimaksud dilakukan dalam konteks menjaga kebugaran termasuk di dalamnya pemenuhan gizi balita, pengolahan makanan, dan penyediaan makanan untuk orang dewasa. Bagian 6 Bagian ini secara umum menjelaskan siasat komunitas dalam penyediaan pangan,


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Bagian 7 Bagian ini berisi detail upaya-upaya yang dilakukan warga untuk menjamin penghidupan saat pemulihan setelah banjir. Praktik-praktik unik hidup bersama dalam ”menyambut” banjir termasuk praktik survival seperti ”bagi hasil” yang secara khusus hanya terjadi di saat banjir juga dipaparkan pada bagian ini. Bagian 8 Bagian ini adalah refleksi yang dituliskan tim dokumentasi dalam memahami praktik ketangguhan warga Desa Sumbang Timun. Anggota tim yang kebetulan korban banjir, karena mereka juga warga asli Bojonegoro, tentu mengalami banjir juga. Mereka mencoba menanggapi ”jantung” ketangguhan warga Desa Sumbang Timun. Bagian 9 Bagian ini berisi epilog, yaitu tanggapan masyarakat yang diwakili oleh Wakil Gubernur Jawa Timur 2014-2019, Syaifulah Yusuf. Lampiran Pada lampiran berisi: 1. Perumusan indikator ketangguhan 2. Pengumpulan data sekunder tingkat kabupaten 3. Analisis data sekunder a. Penentuan sasaran (objek) kecamatan 4. Pengumpulan data sekunder dan primer tingkat kecamatan a. Analisis data sekunder dan primer tingkat kecamatan (penentuan desa tangguh) 5. Proses konfirmasi ketangguhan tingkat desa a. Wawancara mendalam individu dan informan kunci b. Wawancara kelompok c. Focus Group Discussion (FGD)

Metodologi penentuan desa tangguh

membawa bahan makanan ke pengungsian, menjaga relasi di dalam dan antar keluarga dalam komunitas. Selain itu, dibahas mengenai mitigasi bencana yang meliputi komunikasi, operasi evakuasi dan penciptaan suasana yang aman di lingkungan.

13


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


15

BAB iiI

Banjir di Desa Sumbang Timun


bab III

Banjir di Desa Sumbang Timun

Banjir di Desa Sumbang Timun

3.1. Desa Sumbang Timun dalam Catatan Sejarah Desa Sumbang Timun terletak di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Kandangan di bagian selatan, Desa Mojo Kidul (Kecamatan Kalitidu) di sebelah timur, dan Desa Kanten di sebelah barat-utara. Dilihat dari topografinya, letak Desa Sumbang Timun dikelilingi bekas aliran sungai Bengawan Solo kuno yang kini telah mati. Hal ini terlihat jelas pada foto udara yang menunjukkan relief bekas aliran Bengawan Solo kuno tersebut (gambar 3.1).

16

Gambar 3.1. Foto Udara Desa Sumbang Timun Dari catatan sejarah, nama “sumbangâ€? terkait dengan salah satu naditirapradesa (desa pelabuhan pinggir sungai) pada zaman Kerajaan Majapahit. Informasi ini dapat dilihat pada Prasasti Canggu (1280 Çaka). Dalam prasasti ini disebutkan penghargaan kepada seluruh desa pelabuhan di sepanjang aliran Bengawan Sigarada (Brantas) dan juga sepanjang aliran Bengawan Wulayu (Bengawan Solo).


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Bengawan Solo dan Brantas merupakan jalan utama distribusi maupun media transportasi cepat dari pedalaman menuju daerah luar Pulau Jawa. Pada masa transportasi darat masih tradisional dan kondisi medan sulit, serta transportasi udara masih belum ada, maka transportasi air adalah jalan utama.

Aktivitas pelayaran sungai berperan menghubungkan daerah pedalaman dengan daerah pesisir atau sebaliknya dan daerah pedalaman dengan daerah pedalaman lainnya. Aktivitas pelayaran ini disebut sebagai pelayaran pedalaman. Bentuk transportasi air pada zaman itu ada beberapa jenis, yaitu lancang (sampan), parahu (perahu), tambangan (gethek), benawa (perahu besar), jong (jung), bahitra (bahtera) (Suryo, 1995). Masyarakat setempat memiliki keyakinan tersendiri terhadap asal usul Desa Sumbang Timun. Menurut mereka, desa tersebut berasal dari kisah dua orang bersaudara dari Kerajaan Pajang yang berkelana. Konon, kedua orang tersebut bernama Djojo Potro dan Djojo Saputro. Dalam pengembaraannya, Beliau singgah di salah satu tanah dukuhan Desa Mojo Kecamatan Kalitidu, di rumah Mbah Sukromo.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Keberadaan sungai pada masa kerajaan bercorak Hindu-Budha hingga awal kolonialisme di Jawa sangatlah vital. Siapa pun yang menguasai wilayah aliran kedua sungai besar tersebut, berarti menguasai perekonomian wilayah yang dilaluinya. Oleh karena itu, dahulu kala di sepanjang aliran sungai besar tersebut terbentuk kota-kota yang maju sebagai kota pelabuhan di pedalaman pulau.

17

Mbah Sukromo adalah sesepuh tanah dukuhan tersebut. Gaya hidupnya sangat sederhana dan senantiasa rukun dengan istrinya. Mbah Sukromo sangat senang jika ada tamu, apalagi hingga bermalam di rumahnya. Dia berharap bisa tukar pengalaman dan ngangsukawruh (memperoleh pengetahuan) dari tamunya. Beberapa tahun menetap di daerah tersebut, Djojo Potro dan Djojo Saputro mengembangkan pertanian dan perkebunan. Mereka menanam buah timun di lahan milik Mbah Sukromo. Tanaman Dyojo Potro dan Djojo Saputro menghasilkan timun yang melimpah. Hal itu memicu warga sekitar untuk menanam buah timun, tidak terkecuali Nyai Dukoh, janda miskin yang hanya mempunyai sebidang tanah satu kraman (petak).Tanpa disangka, salah satu tanaman timun hasil tanaman Nyai Dukoh berbuah timun sangat besar. Dia heran sekaligus takut. Kabar tersebut justru memancing warga ingin melihat keanehan tersebut. Tak ketinggalan Djojo Potro dan Djojo Saputro. Sampai akhirnya, atas izin Nyai Dukoh bersama Mbah Djojo menyumbangkan timun tersebut kepada Raja Pajang. Dari peristiwa itu, Raja Pajang kemudian memberi nama desa tersebut sebagai Sumbang Timun.


Djojo Potro dan Djojo Saputro tinggal di Desa Sumbang Timun hingga masa tuanya, bahkan hingga dipanggil oleh yang Maha Kuasa pada Jumat Pahing, 1598. Keduanya pun dimakamkan di desa tersebut. Untuk mengenang jasa-jasanya, warga Sumbang Timun sering mengadakan tahlil di makam dua tokoh tersebut pada hari Jumat Pahing.

Banjir di Desa Sumbang Timun

3.2. Banjir dan Genangan Sumbang Timun dari Waktu ke Waktu Banjir Bengawan Solo menurut sejarah sudah terjadi sejak zaman penjajahan Belanda yakni tahun 1912. Bencana tersebut terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun dengan ketinggian genangan yang beragam. Upaya penanggulangan pernah dilakukan pada era pemerintahan Presiden Soekarno pasca kemerdekaan. Pemerintah membentuk Panitia Penanggulangan Bencana Tingkat Nasional (Kabinet Kerdja Urusan Bentjana Alam) untuk menghadapi banjir di Jawa Timur, Sumatera, Nusa Tenggara dan daerah lainnya. Meski demikian, permasalahan banjir hingga sekarang tidak pernah kunjung selesai.

18

Gambar 3.2. Genangan Sumbang Timun tahun 2013 Kejadian banjir besar berulang pada Agustus 1942 saat zaman pendudukan Jepang, walaupun ketika itu musim kemarau. Suryadi, warga dari RT 13 menguatkan apa yang diceritakan warga lainnya, yaitu Mbah Supaji, dengan menyatakan, “bener iku, aku yo dicritani ngono karo wong tuo biyen� (benar itu, saya juga dapat cerita seperti itu dari orang-orang tua dulu). Pada tahun 1963 banjir kembali terjadi di Desa Sumbang Timun dengan ketinggian genangan mencapai 1,5 meter dari lantai rumah Mbah Supaji. Pada 1965 juga terjadi


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

banjir besar. Banjir pada tahun ini oleh warga masyarakat dikenal dengan zaman Gestok (Gerakan Satu Oktober). Selanjutnya pada 1970, terjadi banjir cukup besar pula hingga mengakibatkan jembatan putus di Dukuh Jambe, Desa Pilangsari, Kecamatan Kalitidu.

Cerita sejarah terjadinya banjir di Sumbang Timun terus berlanjut. Pada 1983, banjir menggenangi halaman masjid Sumbang Timun. Tujuh tahun kemudian, banjir di Desa Sumbang Timun telah menelan korban jiwa, yakni anak Masidin yang sedang berangkat sekolah. Tanpa disadari, anak itu berjalan di tengah genangan air hingga akhirnya terseret arus deras air Bengawan Solo dan tak terselamatkan. Banjir berikutnya terjadi pada 2002. Seorang anak kecil yang berjalan di atas kobangan (jalan berlobang dalam air) terjatuh, kemudian terjebak di arus deras luapan Bengawan Solo hingga akhirnya meninggal. Banjir besar masih terus terjadi. Peristiwa banjir 2007 adalah peristiwa banjir yang sangat diingat warga. Banjir terjadi pada Jumat pukul 12.00 siang, saat masyarakat sedang melaksanakan ibadah salat Jumat.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Sujito, Ketua RT 16 Desa Sumbang Timun mengatakan bahwa pada 1977 juga terjadi banjir besar akibat meluapnya Bengawan Solo. Banjir mengakibatkan rumah tergenang sampai 1,5 meter di rumah Mbah Supaji. Di samping luapan Bengawan Solo, banjir pada saat itu juga disebabkan besarnya aliran air Sungai Kening.

19

Hari itu, Jemah Wage (Jumat Wage). Warga masyarakat gupuh (panik) mendengar kentongan yang dibunyikan secara keras oleh warga Desa Pilang. Warga sudah paham bahwa suara itu adalah peringatan terjadinya banjir untuk masyarakat sekitar. Akibatnya warga berbondong-bondong menyelamatkan hewan ternak mereka untuk dibawa ke tempat yang lebih tinggi yang sudah biasa ditempati warga Desa Sumbang Timun untuk mengungsi. Banjir tahun itu mengakibatkan semua rumah warga tergenang. Suryadi mengaku bahwa pada tahun tersebut rumahnya terendam hingga satu meter dan rumah Muksin terendam 2,5 meter. Hal yang sama terjadi pula di rumah Udarmi dan Supaji. Selama banjir 2007 itu, ada dua ibu yang melahirkan dalam kondisi dan sarana darurat. Sumiatun melahirkan di atas genangan pada posisi berdiri di rumah pada malam hari. Sementara Sunarsih melahirkan di atas meja rumahnya karena tidak mampu mengungsi. Selain itu, ada pula warga yang melahirkan di posko pengungsian, yakni Barokah. Kondisi darurat dan serba terbatas juga dikemukakan oleh Suryadi dari RT 13. Keadaan itu membuat para warga harus bisa memanfaatkan apa pun yang ada untuk memenuhi kebutuhannya. Dia mencontohkan, pada waktu itu susah masak karena


kayu bakarnya basah. Untuk menyulut dan menyalakan kayu bakar susah, ada warga yang menggunakan bensin dari motor yang tergenang.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Bencana banjir Bengawan Solo masih terus terjadi. Pada 2009, meski banjir tidak terlampau besar, tetapi membuat sebagian rumah warga Desa Sumbang Timun tergenang. Rumah Suryadi misalnya, tergenang setinggi lutut. Demikian pula dengan rumah Sujito yang terletak di RT 16. Lebih tragis lagi, ketika Mbah Kasturi, warga setempat meninggal, masyarakat harus menunggu air surut untuk memakamkan jenazah.

20

Banjir pada 2013 termasuk banjir kategori besar. Hampir semua rumah warga Desa Sumbang Timun tergenang air. Genangan menjangkau hingga rumah warga yang berada di dataran tinggi. Rumah Yasban yang terletak di RT 14, air tergenang hingga setengah meter. Sedangkan di rumah Supaji dan Sudarmi genangan air mencapai 15 sentimeter. Tabel 3.1. Banjir di Desa Sumbang Timun Ketinggian air

Lama genangan

Korban jiwa

1912

Tidak diketahui

Tidak diketahui

Tidak diketahui

1942

Tidak diketahui

4 hari

Tidak diketahui

1963

1,50 m

Tidak diketahui

Tidak diketahui

1965

Tidak diketahui

14 hari

Tidak diketahui

1970

1,00 m

Tidak diketahui

Tidak diketahui

1977

1,50 m

Tidak diketahui

Tidak diketahui

1983

1,50 m

7 hari

Tidak diketahui

1990

1,50 m

6 hari

1 Anak

2002

1,00 m

3 hari

1 Anak

2007

2,50 m

15 hari

Tidak ada

2009

0,25 m

2 hari

Tidak ada

2013

0,15 m

10 hari

Tidak ada

Sumber: Hasil FGD warga Sumbang Timun, 2015

3.3. Bengawan Solo dalam Pemahaman Warga Bengawan Solo memiliki nilai tersendiri bagi warga yang bertahun-tahun telah hidup di bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Bengawan Solo, kata Sujito, “rezeki bagi warga Desa Sumbang Timun.�


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Sungai itu, dia menjelaskan, merupakan tempat warga mengais rejeki karena banyak kekayaan alam yang bisa diambil dari sana. “Misalnya pasir yang dapat diambil ketika musim kemarau dengan cara disedot atau dikeduk,� tuturnya, memberikan contoh.

Bagi para petani di sekitar Bengawan Solo, air sungai tersebut merupakan berkah. Petani dapat menanam padi pada musim kemarau dengan cara menyedot airnya untuk mengairi sawah. Banjirnya pun menjadi anugerah bagi kesuburan tanaman. Walet lumpur endapan (sedimen) Bengawan Solo memiliki unsur hara yang tinggi, sehingga mampu membuat tanaman semakin subur tanpa perlu ditambah pupuk. Hasil panen dari sawah warga pun meningkat. Di kala banjir, masyarakat sekitar Bengawan Solo juga memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi penyeberangan untuk menempuh jarak yang lebih pendek, menggantikan jalur darat. Pengguna tambangan (penyeberangan dengan perahu) memberikan imbalan kepada pemberi jasa penyeberangan perahu sebesar Rp2.000 sekali menyeberang. Nilai yang tidak terlalu besar, namun menjadi sumber rezeki.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Selain tambang pasir, Bengawan Solo merupakan tempat mencari ikan. Warga bisa menangkap ikan dengan cara njaring/mijer. Bahkan Isnan dan Nim, warga setempat, hingga kini masih melakukan kegiatan tersebut. Mereka memenuhi kebutuhan laukpauk sehari-hari dengan njaring ikan.

21

Gambar 3.3. Tambangan Perahu Penduduk Sekitar Bengawan Solo


Banjir di Desa Sumbang Timun 22

Gambar 3.4. Pembuatan Batu Bata di Kecamatan Trucuk Batu bata merupakan salah satu hasil kerajinan masyarakat di daerah aliran Bengawan Solo. Wujud anugerah luar biasa yang lain bagi warga Desa Sumbang Timun. Banyak keluarga yang sumber penghidupannya berasal dari kerajinan ini. Kaspo yang tinggal di RT 07 Desa Sumbang Timun misalnya, hingga saat ini masih melakukan pekerjaan tersebut. Bagi dia, pekerjaannya sangat membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meski demikian, persepsi masyarakat ternyata tak semua positif. Sujito misalnya, menganggap bahwa Bengawan Solo itu musibah yang “mateni”(mematikan). Suryadi punya pendapat senada.“Bengawan Solo itu mematikan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan,” ujarnya . Apabila banjir dan genangan berhari-hari merendam tanaman, petani tidak bisa berbuat apa-apa. Semua tanaman yang terendam gagal panen. Secara lebih ringkas persepsi masyarakat Desa Sumbang Timun terhadap Bengawan Solo dapat ditampilkan sebagai berikut: Tabel 3.1. Persepsi Masyarakat terhadap Bengawan Solo

Berkah/Rezeki 1. 2. 3. 4. 5.

Pertanian Batu bata Pasir Tambangan Ikan

Musibah 1. 2. 3. 4.

Banjir Longsor Korban jiwa Gagal panen

Sumber: Hasil FGD dengan warga, 2015


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

3.4. Situasi Sosial Desa Sumbang Timun Desa Sumbang Timun berada di area seluas145,98 hektare, terbagi menjadi lahan pertanian seluas 81,5 hektare dan permukiman seluas 46 hektare. Secara administratif, Desa Sumbang Timun terdiri dari 16 RT dan 5 RW, dengan jumlah penduduk 2.629 jiwa. Dari 16 RT tersebut, wilayah yang paling padat penduduknya adalah RT 7, 12, 13 dan 14. Penduduk di RT lain jumlahnya relatif lebih sedikit. Secara lebih rinci data kependudukan Desa Sumbang Timun dapat dilihat pada tabel berikut:

JUMLAH NO

RT

RW

Laki-laki (L)

KK

Jumlah Perempuan (P)

L+P

1

I

I

45

76

63

139

2

II

I

40

64

66

130

3

III

I

52

85

85

170

4

IV

II

47

61

70

131

5

V

II

46

66

72

138

6

VI

II

33

54

60

114

7

VII

III

75

119

120

239

8

VIII

III

54

83

91

174

9

IX

III

48

70

67

137

10

X

IV

68

94

99

193

11

XI

IV

50

72

78

150

12

XII

IV

67

96

108

204

13

XIII

V

74

117

120

237

14

XIV

V

61

112

106

218

15

XV

V

41

70

70

140

16

XVI

V

37

56

59

115

838

1.295

1.334

2.629

TOTAL

Sumber : Profil Desa Sumbang Timun, 2014

Pemerintah Desa Sumbang Timun mengupayakan penerapan asas adil dan merata dalam menjalankan pembangunan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Prinsip ini diambil agar tidak muncul ketidakharmonisan dalam kehidupan masyarakat.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Desa Sumbang Timun

23


Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah desa senantiasa melibatkan warga di masing-masing wilayah agar tercipta rasa saling memiliki, tercipta suasana yang nyaman bagi setiap penduduknya, dan warga selalu ikut serta menjaga desanya.

Banjir di Desa Sumbang Timun

Sarana dan prasarana di Desa Sumbang Timun cukup memadai. Data dalam profil desa menyebutkan, ada satu kantor kepala desa yang berfungsi baik, dua gedung sekolah/madrasah, satu masjid, 16 musala, dan dua pos siskamling.

24


Banjir di Desa Sumbang Timun

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

25


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


27

BAB iv

Tetap Sehat Meski Banjir


BAB iv

Tetap Sehat Meski Banjir

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

4.1. Air Bersih di Antara Air Kotor

28

Hal yang khas dengan banjir tahunan di Desa Sumbang Timun adalah genangan air. Posisi wilayah desa yang berada di dalam lingkaran bekas Bengawan Solo purba menyebabkan hampir seluruh wilayah desa ini terisolir dari desa lain. Dampak atas situasi ini adalah kelangkaan sumber air bersih yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Meski demikian, keadaan problematik yang terus terulang setiap tahun ternyata menumbuhkan kreasi dan langkah praktis namun solutif. Ketika banjir besar terjadi pada 2007, semua warga Desa Sumbang Timun mengungsi ke dataran yang lebih tinggi, karena rumahnya tenggelam dan tidak dapat ditempati. Munali dari RT 13 menceritakan, “tahun rongewu pitu meniko ten griyo sak dengkul, nek ten radosan kirang langkung tigang meter (pada 2007, ketinggian air di dalam

rumahnya mencapai lutut, sedangkan di jalan depan rumahnya kedalaman air kurang lebih tiga meter).” Padahal, posisi rumahnya sudah ditinggikan hingga dua meter di atas jalan. Sementara Mukhsin dari RT 13 dan Sarwi dari RT 16 menuturkan, “tahun niku ten lebete griyo ngantos sak ampik-ampik (tahun 2007 ketinggian air di dalam rumah sampai di bawah atap, sekitar 2,5 meter).” Pada 2013 juga terjadi banjir besar, namun tidak sebesar dan separah 2007. Sebagian warga masih ada yang menempati rumahnya (tidak mengungsi). Hanya hewan ternaknya saja yang diungsikan. Pada banjir itu, rumah Munali tidak sampai kemasukan air, tetapi genangan air di jalan depan rumahnya sekitar 2,5 meter. Beberapa rumah pun ada yang tergenang, seperti yang dialami Mukhsin dari RT 13 dan Sarwi dari RT 16. ”Toyane wekdal niku sak menten lho (airnya waktu itu segini ),” paparnya sambil menunjuk jendela rumahnya. Ketinggian air di dalam rumahnya lebih dari separuh jendela atau sekitar 1,70 meter. Dalam situasi genangan air ada di mana-mana, warga yang mengungsi maupun tidak, memenuhi kebutuhan air bersih untuk mandi dan cuci menggunakan air banjir. Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, warga memakai air bersih yang


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

telah disiapkan di genthong tempat menyimpan air. Genthong adalah periuk besar yang terbuat dari tanah liat sebagai tempat menyimpan air bersih untuk memasak dan minum sehari-hari yang ditempatkan di ruang dapur. Alat ini tetap digunakan seluruh warga hingga sekarang.

Untuk memenuhi kebutuhan air siap minum, sebelum air genangan masuk rumah, mereka memasak air sebanyak mungkin, kemudian disimpan dalam genthong khusus air minum yang umumnya terbuat dari plastik. Genthong berisi air siap minum mereka tempatkan di atas meja atau balai-balai, sehingga selama banjir mereka tidak kekurangan air minum.

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Jika banjir mulai datang, para ibu segera mengisi genthong yang mereka miliki. Begitu pula berbagai sarana yang bisa menampung air mereka penuhi semua untuk persediaan air bersih selama beberapa hari. Genthong dan berbagai tempat air itu ditempatkan lebih tinggi, yang tidak terjangkau genangan.

29

Gambar 4.1. Genthong Sebagai Penampung Air Bersih Jika ada yang kehabisan persediaan air bersih, mereka memanfaatkan genthong air sebagai tempat penjernih. Ketika dimasukkan ke dalam genthong, air dari pompa atau sumur masih bercampur debu-debu kecil atau juga zat kapur berlebih yang biasanya berupa titik-titik kecil yang melayang-layang dalam air. Setelah masuk genthong, debu dan zat kapur tersebut akan mengendap dengan sendirinya di bagian bawah, sehingga air di bagian atas sudah jernih. Siasat lain untuk mendapatkan air bersih bagi warga yang tidak mengungsi adalah dengan meninggikan pompa air. Bahkan ada yang tingginya mencapai dua meter,


menyesuaikan ketinggian air. Mereka menyiapkan paralon panjang untuk menyambung pompa air ketika banjir datang. Saat kemarau, mereka mengembalikan pompa air ke posisi semula. Mereka juga masih bisa mengambil air dari tempat lain yang tidak terendam, seperti sumur masjid/musala dan sumur tetangga. Sedangkan bagi warga yang mampu, mereka membeli air galon dari toko untuk minum dan memasak.

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat mengungsi, warga menggunakan jerigen untuk mengambil air dari desa tetangga yang tidak tergenang. Sebagian lainnya ada yang mengambil air dari sumber yang ada di kawasan pengungsian. Air ini mereka gunakan untuk memasak dan minum, sedangkan untuk mencuci mereka menggunakan air banjir. Dari pengalaman tersebut, dapat digambarkan secara lebih sistematis bahwa upaya pemenuhan air bersih warga pada saat mengungsi dan tidak mengungsi berbeda. Jika tidak mengungsi, warga menggunakan air sumur yang tidak tergenang sebagai sumber air bersih. Namun jika mengungsi, air tanah secara umum tergantung dari kepemilikan sumur warga di tempat pengungsian. Jika tidak ada, maka membeli air galon menjadi sumber air utama untuk minum dan makan.

30

Gambar 4.2. Peninggian Pompa Air Guna menjamin sumber air bersih selalu tersedia, maka meninggikan pompa air agar tidak tergenang adalah jalan keluar yang ditempuh oleh warga. Secara skematis penyediaan air bersih ditampilkan dalam gambar berikut:


Gambar 4.3. Pola Penyediaan Air Bersih Warga Sumbang Timun Saat Banjir 4.2. Mencegah Penyakit Saat Banjir Munculnya penyakit adalah salah satu dampak setelah terjadinya bencana banjir. Bukan hal yang baru jika pasca banjir banyak penyakit yang diderita oleh warga terendam. Selain karena lingkungan yang kotor dan kurang sehat, juga disebabkan karena sebagian warga lebih mengutamakan kebutuhan pangan daripada kebutuhan kesehatan. Terkait dengan situasi dilematis itu warga Sumbang Timun memiliki cara khusus untuk mencegah penyakit terutama penyakit gatal (kutu air) dengan cara sebagai berikut: Pertama, daun dan buah jarak jetun dihaluskan kemudian dibalurkan ke kaki sebelum masuk ke dalam air. Kebiasaan ini masih dilakukan oleh warga karena di sekitar rumah mereka terdapat tanaman tersebut. Tanaman ini tidak mati meski terendam banjir. Bahan untuk membuat ramuan obat alternatif ini bisa didapatkan dengan mudah di Desa Sumbang Timun.

Gambar 4.4. Pohon Jarak Jetun

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

31


TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Kedua, menggunakan minyak tanah, oli bekas, atau minyak solar untuk dioleskan pada kaki sebelum mereka masuk ke dalam air, terutama air yang berlumpur. Kebiasaan ini dilakukan warga dalam kondisi banjir maupun ketika tidak banjir. Minyak pelumas digunakan untuk mencegah kontak hewan kecil penyebab gatal di kaki. Dengan olesan minyak, kaki terbebas dari rasa gatal ketika warga harus bekerja di sawah (yang berlumpur).

32

Ciri: • Lebih mengandalkan sumber daya lokal (material seadanya dan bekas) • Lebih banyak alternatif

Ciri: • Mendapatkan material dengan cara membeli • Lebih sedikit alternatif

Kekuatan: • Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar • Dapat dilakukan secara mandiri • Lebih ekonomis Implikasi: • Alternatif lebih banyak sehingga kerentanan lebih rendah • Kapasitas relatif lebih tinggi

Kekurangan: • Diperoleh dengan membeli (mengandalkan uang) • Tergantung dari pihak lain • Tidak ekonomis Implikasi: • Alternatif lebih sedikit sehingga kerentanan lebih tinggi • Kapasitas relatif lebih rendah

Gambar 4.5. Pola Pencegahan Penyakit Akibat Banjir Ketiga, terdapat kebiasaan baru yang mereka lakukan sejak 2007, setelah peristiwa banjir yang menurut mereka terbesar dan terdahsyat sejak tujuh tahun sebelumnya. Warga Sumbang Timun menggunakan minyak rambut (merek Brisk) yang dioleskan ke kaki untuk mengantisipasi penyakit gatal sekaligus sebagai alternatif penyembuhan. Cara ini mereka dapatkan dari warga desa lain dan sudah mereka percayai karena terbukti khasiatnya.


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Alasan yang mendasari perilaku tersebut adalah keyakinan mereka bahwa barang tersebut memiliki sifat licin, sehingga air tidak dapat menembus kaki (kalis). Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari penyakit gatal terutama yang disebabkan oleh gigitan kutu air. Kebiasaan tersebut di atas lebih sering dilakukan oleh laki-laki daripada perempuan, karena laki-laki yang lebih sering masuk ke dalam air untuk berbagai keperluan pada saat banjir, sedangkan perempuan lebih cenderung menetap di dalam rumah dan menjaga anak-anak mereka. Dengan kata lain ada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan pada saat banjir.

Secara geografis, Desa Sumbang Timun cukup terpencil dan lumayan jauh dari pusat kecamatan. Badan desa yang bertugas berasal dari desa lain dan tidak bermukim di Sumbang Timun. Badan desa hanya membuka praktik di Palinodes dari pagi sampai sore di hari kerja saja, sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbatas. Untuk mengatasi kondisi tersebut, mereka membuat rayuan obat sendiri dengan memanfaatkan tanaman dan bahan-bahan yang mudah didapatkan, misalnya berimbang puluh dan jambu biji. Menurut penuturan warga Desa Sumbang Timun, pada umumnya penyakit yang diderita warga ketika banjir dan sesudahnya adalah penyakit kulit seperti kutu air, gatal-gatal, batuk, pilek, sakit kepala, badan meriang dan diare. Jenis-jenis penyakit yang umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kurang bersih. Hal ini karena seluruh aktivitas warga tidak pernah terlepas dengan air kotor, lumpur, sampah busuk, bahkan bangkai hewan. Oleh karena itu kontak warga dengan sumber penyakit tersebut perlu dicegah. Jika penyakit sudah terjadi, cara pengobatan yang dilakukan warga adalah sebagai berikut: 1. Penyakit kulit seperti kutu air dan gatal-gatal Bagi warga yang mampu secara ekonomi, mereka memilih berobat pada petugas kesehatan atau membeli obat di toko, seperti balsam, sale dan minyak rambut untuk cara dioleskan pada bagian yang sakit. Namun bagi warga kurang mampu, mereka masih mengandalkan pengobatan alternatif yang dibuat sendiri, dengan cara memetik daun dan buah pohon jarak jetun, kemudian diremas-remas untuk dioleskan pada kulit yang sakit. Pengobatan ini telah dilakukan oleh warga Sumbang Timun secara turun-temurun sejak dulu sampai sekarang. 2. Penyakit batuk disertai pilek, sakit kepala dan sesak nafas. Untuk penyakit seperti ini, yang dilakukan oleh warga ada beragam, yaitu:

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

4.3. Pengobatan Alternatif

33


TETAP SEHAT MESKI BANJIR

a. Belimbing wuluh Blimbing wuluh menurut warga Desa Sumbang Timun, selain digunakan untuk bahan masakan juga diyakini mampu mengobati batuk yang disertai pilek, sakit kepala serta sesak napas, dengan cara memanfaatkan buah, daun yang masih muda, bunga dan kulitnya. Keempat bahan tersebut dicuci sampai bersih lalu direbus jadi satu, kemudian diminum selagi masih hangat. Pengobatan itu telah dilakukan warga sejak dulu sampai sekarang, baik di saat banjir atau tidak. Anwar, warga RT 13, merupakan salah satu warga yang memiliki pohon belimbing wuluh dan terbiasa menggunakan cara itu. Menurut dia, banyak tetangga yang minta buah, daun, bunga dan kulitnya untuk pengobatan keluarganya yang sakit. b. Jeruk kecap Cara membuatnya adalah jeruk pecel diperas, kemudian dicampur dengan kecap dan air hangat secukupnya lalu diminum. c. Wedang (Minuman) jeruk Cara membuatnya, jeruk diperas dalam gelas diberi gula secukupnya lalu dituangkan air mendidih, kemudian diminum dalam keadaan hangat. Pengobatan tersebut biasa digunakan untuk anak-anak maupun orang dewasa dari dulu sampai sekarang.

34

Buah belimbing wuluh

Jambu biji

Gambar 4.6. Bahan-bahan untuk Pengobatan Penyakit yang Mudah Diperoleh 3. Penyakit diare Untuk mengobati penyakit diare, warga menggunakan daun jambu biji. Caranya dengan mengambil beberapa daun jambu biji yang masih muda (pucuk daunnya) dikunyah dengan garam dapur secukupnya, kemudian ditelan airnya dan dibuang ampas (sepah)-nya. Ada juga yang dikunyah sampai halus lalu ditelan semuanya. Untuk warga yang tidak terbiasa mengunyah, maka daun tadi ditumbuk lalu diperas airnya dan diminum. Seperti yang dilakukan oleh Suwardi, warga RT 16, cara ini


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

dilakukan juga untuk anak kecil dan bayi. Ada juga yang menggunakan cara memakan buah jambu biji yang agak matang (belum begitu matang) untuk menghentikan diare. Sebagian warga juga yang sudah menggunakan pengobatan dengan oralit, yaitu mencampur air, gula dan garam diaduk lalu diminumkan pada yang sakit.

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Ada juga warga yang menggunakan jasa tukang pijat tradisional yaitu Mbah Sumindari, salah satu warga RT 14, untuk mengobati sakit kepala dan badan meriang, terutama anak-anak. Pengobatan alternatif juga dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pengobatan alternatif keliling dari luar desa dengan mengendarai sepeda motor. Warga dapat menghubungi �penjaja� pengobatan alternatif melalui telepon. Pengobatan cara terakhir ini terbilang praktis, cukup menyediakan sejumlah uang, segala penyakit yang diderita warga akibat banjir segera mendapatkan pertolongan langsung di rumah yang bersangkutan.

35

Gambar 4.7. Pengobatan Alternatif Keliling dengan Sepeda Motor Berangkat dari informasi dan pengalaman warga dalam mengelola kesehatan dan mengobati penyakit yang diidap akibat banjir, status sosial ekonomi warga ternyata memberikan pola yang khas. Warga yang memiliki kemampuan yang lebih baik cenderung menggunakan cara yang lebih praktis dalam menangani penyakit. Kecenderungan ini terjadi karena dukungan fasilitas kesehatan yang disediakan baik oleh pemerintah maupun pihak lain. Pengobatan alternatif keliling misalnya, meskipun tersedia, namun pemanfaatnya lebih banyak warga yang memiliki anggaran untuk pengobatan. Penyediaan anggaran untuk menjaga kesehatan cenderung tidak dimiliki oleh warga dengan kemampuan ekonomi semakin rendah.


TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Bagi warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih rendah, mencari alternatif pengobatan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi prioritas. Mereka memanfaatkan tanaman yang tumbuh di sekitar lingkungan seperti buah-buahan, daun, bunga, dan lain sebagainya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Memang perlu tenaga “ekstra” untuk mengolah bahan-bahan tersebut menjadi obat alternatif, namun hal itu pulalah yang menjadikan pengalaman dari generasi terdahulu tetap terawat, bahkan masih digunakan saat ini. Lebih penting lagi, disadari bahwa dengan praktik mereka jalankan, kemampuan adaptif warga dalam menghadapi banjir semakin baik. Pengalaman warga tersebut memperlihatkan bahwa pengalaman memberikan sumbangan terhadap kapasitas beradaptasi terhadap bencana banjir yang lebih tinggi. Selain itu, untuk mengantisipasi wabah penyakit bagi warga yang terendam banjir, pemerintah berupaya membuka pengobatan massal di balai desa dan tempat pengungsian, terutama setelah banjir. Muallifah yang berprofesi sebagai bidan desa memiliki peran penting dalam membantu pengobatan sewaktu-waktu apabila ada warga yang membutuhkan pertolongan dalam hal kesehatan. Pelayanan ini akan mengurangi wabah penyakit dan berguna bagi warga untuk mengurangi penderitaannya karena banjir. Secara skematis pola pencegahan penyakit warga desa Sumbang Timun ketika terjadi banjir ditampilkan sebagai berikut:

36

Ciri: • Diperoleh dari lingkungan sekitar • Lebih banyak alternatif

Ciri: • Mendapatkan material dengan cara membeli • Lebih sedikit alternatif


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Kekuatan: • Dapat dilakukan secara mandiri • Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar • Lebih ekonomis

Kekurangan: • Diperoleh dengan (mengandalkan uang) • Tergantung dari pihak lain • Tidak ekonomis

membeli

Implikasi: Implikasi: • Alternatif lebih banyak sehingga • Alternatif lebih sedikit sehingga kerentanan lebih rendah kerentanan lebih tinggi • Kapasitas relatif lebih rendah • Kapasitas relatif lebih tinggi

4.4. Merawat Kesehatan Reproduksi Kesehatan merupakan satu dari 10 kebutuhan dasar manusia. Namun, kadang terabaikan dan tidak terpikirkan oleh warga desa, apalagi kesehatan reproduksi. Belum banyak warga desa yang memiliki perhatian khusus, juga jarang yang bisa memahami pentingnya kesehatan reproduksi. Desa Sumbang Timun belum memiliki pelayanan khusus pendeteksian kanker cerviks melalui papsmear, sehingga penyakit terkait kesehatan reproduksi tidak terdeteksi. Penyakit tersebut belum mengkhawatirkan warga.

TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Gambar 4.8. Pola Pengobatan Berbagai Penyakit Akibat Banjir

37

Menurut Muallifah, selama ini belum pernah terjadi kasus kesehatan reproduksi. Hal ini ikut memberi keyakinan baginya dan warga bahwa terkait kesehatan reproduksi di Desa Sumbang Timun tidak ada masalah. Sedangkan terkait siklus menstruasi bagi ibu-ibu dan remaja putri usia produktif, dihadapi dengan cara berbeda. Bagi yang perekonomiannya lebih baik, mereka membeli pembalut di toko dan menyimpan sebagai persediaan untuk kebutuhan selama beberapa hari. Sedangkan warga yang kemampuan ekonominya lebih rendah, lebih memilih menggunakan kain bekas sebagai alternatif pengganti pambalut. Bahkan menurut Muntini, guru TK di Desa Sumbang Timun, warga di lingkungannya ada yang menggunakan koran sebagai alternatif pengganti pembalut. Jika ditinjau dari kemampuannya, maka langganan koran merupakan hal yang mewah. Karena itu, kuat dugaan koran yang digunakan sebagai pengganti pembalut adalah koran bekas, yang tentunya tidak steril dan rawan terhadap penyakit. Pilihan tersebut diambil dengan alasan lebih baik menggunakan uangnya untuk membeli makanan anak-anak dan bayi daripada membeli pembalut. Dampaknya, ibu-ibu usia produktif akan lebih rentan terhadap penyakit. Para ibu lebih memilih mengorbankan kebutuhan pribadi demi tercukupinya kebutuhan gizi generasi penerus mereka.


TETAP SEHAT MESKI BANJIR

Adapun stok bantuan dari luar desa pernah ada dan dikirim ke pengungsian, tetapi tidak merata. Selain jumlahnya yang sedikit, Sumrotin, warga RT 13 menceritakan, cara memberikannya juga sering kali dilampirkan dari atas truk, sehingga warga perebutan untuk mendapatkan dan akhirnya salah sasaran. Warga yang membutuhkan bisa jadi tidak dapat bantuan.

38

Ciri: • Diperoleh dari lingkungan sekitar • Lebih banyak alternatif • Dapat dilakukan secara mandiri • Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar • Lebih ekonomis • Lebih berisiko pada kesehatan

Ciri: • Diperoleh dengan cara membeli • Lebih sedikit alternatif • Tergantung dari pihak lain • Tidak ekonomis • Risiko kesehatan lebih rendah

Implikasi: • Alternatif lebih banyak sehingga kerentanan lebih rendah • Risiko kesehatan lebih tinggi

Implikasi: • Alternatif lebih sedikit sehingga kerentanan lebih tinggi • Risiko kesehatan lebih rendah

Gambar 4.9. Pola Merawat Organ Reproduksi Ketika Banjir


TETAP SEHAT MESKI BANJIR

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

39


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


41

BAB v

Pangan Bergizi untuk Keluarga


BAB V

Pangan Bergizi untuk Keluarga

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

5.1. Memenuhi Gizi Balita

42

Peran ibu dalam kehidupan rumah tangga sangatlah menentukan, terutama bagi kelangsungan hidup anak-anaknya. Di Desa Sumbang Timun, saat banjir besar melanda pada 2007 dan 2013, ibu-ibu yang memiliki bayi berusia di bawah lima tahun (balita) harus menjalani perjuangan berat. Seperti dituturkan Juwarni, warga RT 13, untuk memenuhi kebutuhan makan bayinya ibu-ibu memberikan menu khusus sebagai berikut: • Bayi berusia 0-3 bulan diberi makan pisang pipit/mbangil yang dikerok dengan

sendok makan dan dicampur dengan sedikit nasi, kemudian dihaluskan dengan cara diremas-remas untuk selanjutnya disuapkan kepada bayi. Praktik yang pertama dijalankan pada 1997 itu berlaku sampai sekarang. • Pada usia 3-7 bulan warga terutama ibu-ibu memberi makan anaknya dengan masakan bubur sumsum, yakni tepung beras diberi air, garam dan santan

secukupnya, kemudian dimasak sampai matang dan warnanya berubah jadi bening. “Disukani bubur sumsum kersane areh (anaknya diberi makan bubur sumsum agar kenyang dan tenang),” tutur Juwarni. • Bayi usia 7-18 bulan diberi makanan nasi lunak dengan sayur bayam/wortel, atau nasi biasa yang umum dimakan orang dewasa. Bagi para ibu yang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih baik, cara mereka memperlakukan bayinya berbeda. Mereka cenderung memberi makan anak-anaknya dengan susu formula bubuk mulai usia 0-1,5 tahun. Ketika bayinya memasuki usia tiga bulan, warga yang mampu secara ekonomi memberi makanan tambahan berupa bubur instan yang dibeli di toko. Anak adalah prioritas. Demikianlah pemahaman masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga. Makanan yang terbaik bagi anakanak adalah segalanya. Upaya ini dilakukan dengan alasan, orang dewasa lebih bisa


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

bertahan daripada anak-anak. Dengan pertimbangan inilah, maka makanan bagi anak-anak relatif lebih baik daripada orang dewasa.

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

Terdapat perbedaan pola dalam penyajian makanan bagi anak-anak. Kemampuan ekonomi ikut mempengaruhi makanan yang dikonsumsi anak-anak. Bertolak dari pemahaman di atas, makanan yang siap saji menjadi mungkin dihidangkan kepada anak-anak ketika orang tuanya mampu. Bagi yang kemampuan ekonominya lebih rendah, makanan harus diadakan dengan mengolah bahan mentah setempat yang beragam. Pola dalam skema berikut adalah perbedaan cara warga yang berbeda kemampuan ekonominya dalam memberikan makanan bagi balita.

Ciri: Tidak ada makanan pengganti makanan pokok balita

Ciri: Terdapat makanan pengganti makanan pokok

Implikasi: Tidak banyak alternatif

Implikasi: Lebih banyak alternative

Gambar 5.1. Pola Penyediaan Pangan untuk Balita 5.2. Mengolah Makanan Saat banjir Untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam kondisi banjir dan tidak mengungsi, ibuibu harus menyiapkan gethek (rakit dari batang pisang). Zumrotin menuturkan, “Carane gae ghethek, ngethok wet gedhang (dhebok) sekawan to gangsal terus disujeni dipathek ngangge kayu ngisor, dhuwur kaleh tengahe dhebok wau, terus dilasari seng damel tumapangan pawonan (memotong pohon pisang 4-5

batang, ditusuk dengan kayu di bawah, atas dan tengahnya, lalu diberi alas seng untuk tempat tungku)�.

Zumrotin dan ibu-ibu lainnya memasak makanan untuk seluruh keluarga. Para ibu harus mempersiapkan alat masak tersebut, mulai dari seng untuk alas, batu

43


PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

bata yang ditumpuk sebagai tempat pembakaran, hingga kayu kering sebagai bahan bakar.

44

Selain menggunakan rakit, warga juga ada yang menggunakan meja atau balai-balai untuk memasak dengan cara meletakkan kulit gedebok pisang beberapa lapis, kemudian membuat tungku dari tumpukan batu bata, dan memasak di atasnya. Alas dari gedebok pisang berfungsi untuk menahan dan menyerap panas api dari tungku agar tidak membakar balai-balai atau meja yang umumnya terbuat dari kayu. Praktik semacam itu oleh warga Sumbang Timun telah dilakukan pada saat banjir sejak dulu sampai 2009, ketika tidak mengungsi. Gambar 5.2. Mengolah Makanan Saat Banjir Setelah warga mengenal dan memakai alat masak kompor LPG sejak2009, mereka tidak lagi menggunakan tungku pada saat banjir, akan tetapi menggunakan kompor yang diletakkan di atas meja. Jika ketinggian air bertambah, mereka mengganjal meja dengan batu bata atau batu kumbung. Sedangkan di tempat pengungsian, warga juga memasak sendiri untuk keluarga masing-masing, mereka tidak mengandalkan bantuan dari pihak lain “nggeh masak piyambak bu, kok njagakne bantuan, nggeh nek wonten, lha nek mboten dospundi

(kita memasak sendiri bu, tidak mengharapkan bantuan, ya kalau ada, kalau tidak ada terus bagaimana)?� tutur Ibu Sini.

Ada sebagian warga terutama yang memiliki anak-anak kecil, demi keamanan anak-anak, mereka lebih memilih mengungsi di rumah warga di daerah gunungan, jadi mereka juga memasak makanan di rumah pengungsian. Sedangkan tenda mereka ditempati ternak dan dijaga oleh para bapak. Pada waktu makan mereka mengirim makanan untuk para bapak di pengungsian. Kerjasama dan sikap penuh kekeluargaan terjalin, meski mereka bukan saudara, tetapi warga gunungan (sebutan mereka untuk warga yang tinggal di dataran tinggi) sudah terbiasa menerima mereka layaknya saudara sendiri. Beberapa warga gunungan yang hidup sekelompok, mereka menyebutnya dengan “kampung baru�, merupakan penduduk baru pindahan dari Desa Sumbang Timun. Jadi, rasa solidaritas terjalin karena mereka dulu juga ikut merasakan apa yang pernah dirasakan oleh para pengungsi. Karenanya pada saat banjir, mereka menyiapkan rumah masing-masing sebagai tempat mengungsi sekaligus tempat memasak para pengungsi. Hal ini dijelaskan oleh Anwar, tokoh masyarakat Desa Sumbang Timun.


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

5.2. Menyediakan Makanan untuk Remaja-Dewasa-Lansia Dalam penyediaan makanan tidak ada perbedaan baik untuk remaja, dewasa maupun lansia, kecuali untuk orang-orang yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Menurut Sini, warga RT 14, selama lansia tersebut mau makan makanan yang sama dengan yang lain, maka tidak ada menu khusus. Jika mereka tidak mau, baru dimasakkan sendiri dengan menu yang lain.

1. Nasi adalah makanan pokok warga Desa Sumbang Timun pada saat banjir maupun tidak. Nasi disajikan dengan beberapa cara, di antaranya: a. Nasi ditambah garam Orang yang sudah tua lebih suka makan nasi dengan garam saja, selain alasan mereka karena sudah kebiasaan, akses untuk mendapatkan bahan makanan sulit, juga ada yang beralasan karena ekonomi kurang. Kebanyakan yang masih mengonsumsi nasi dan garam pada saat banjir adalah orang-orang yang sudah tua renta dan tidak memiliki sanak keluarga. b. Nasi dengan ikan asin Nasi dengan ikan asin menjadi makanan favorit warga Sumbang Timun pada saat banjir. Cara penyajiannya adalah ikan asin digoreng dan dibumbui dengan irisan cabai, bawang merah, bawang putih, tomat dan garam. Ikan asin menjadi pilihan karena mudah didapatkan sewaktu-waktu, kebanyakan warga sudah memiliki stok ikan asin sebelum banjir, harganya murah, dapat dalam waktu yang lama, jika disajikan dengan nasi hangat rasanya sangat nikmat, ikan asin memiliki banyak protein. c. Nasi lengkap sayur dan lauk Sayur yang mereka gunakan pada saat banjir adalah daun singkong. Mereka memanfaatkan tanaman produktif mereka sendiri karena tanaman singkong mereka pada saat banjir tenggelam jadi daunnya diambil untuk sayur. Singkong menjadi andalan, daunnya dijadikan bahan sayuran dan buahnya dijadikan bahan untuk lauk. Untuk lauk pauk, bagi mereka yang kemampuan ekonominya lebih baik, mereka membeli telur. Tahu dan tempe sulit didapatkan saat banjir. Jagung putih menjadi makanan pokok warga Sumbang Timun selain nasi. Jagung putih dipercaya memiliki khasiat lebih untuk menambah tenaga, terutama bagi para pekerja berat seperti petani. Pada saat bekerja keseharian dan kondisi tidak banjir, saat mengirim makanan di sawah untuk para buruh tani, wajib untuk selalu menyertakan

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

Adapun jenis makanan yang mereka sajikan adalah sebagai berikut:

45


PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

jagung putih sebagai pendamping nasi. Kata Mustahal, tokoh agama Desa Sumbang Timun, nasi jagung bisa mengganjal perut dan awet kenyang. Demikian pula pada saat banjir, warga cenderung memilih menu jagung putih karena lebih tahan untuk menghimpun tenaga. Selain itu, jagung putih lebih tahan jika disimpan dalam waktu yang lama dan rasanya lebih enak daripada jagung kuning.

46

Gambar 5.3. Jagung Putih yang Biasa Dikonsumsi Warga Adapun cara mengolah jagung putih adalah sebagai berikut: 1. Jagung pipilan (jagung kering yang sudah terlepas dari bonggolnya, ditumbuk sampai terkelupas bungkil dan kulit yang menyelimuti bijinya (slamper) 2. Dipisahkan tepung dan slampernya dengan cara tapen 3. Direndam selama semalam 4. Ditiriskan sampai habis airnya 5. Ditumbuk sampai halus/diselep 6. Dicampur air dan garam secukupnya 7. Diaduk sampai rata 8. Dikukus 9. Aru (diangkat dan dituang air) 10. Dikukus lagi sampai matang


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Sebagian warga ada yang menyimpan tepung jagung putih dalam jumlah banyak agar bisa dipakai selama beberapa hari. Cara yang mereka lakukan adalah: setelah dikukus tepung jagung dikeringkan di bawah sinar matahari selama kurang lebih dua hari, sampai benarbenar kering. Setelah kering disimpan di dalam wadah tertutup. “Saget awet sampek kalih ulan langkung (dapat bertahan sampai dua bulan bahkan lebih),� tutur Sulikah.

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

Jagung Putih menjadi makanan khas warga Sumbang Timun pada saat banjir. Panganan tersebut disajikan dengan nasi dan sayur atau dengan parutan kelapa.

Gambar 5.4. Nasi Jagung Putih, Makanan Pokok Warga Jagung kuning juga menjadi salah satu makanan pokok pengganti nasi untuk sebagian warga Sumbang Timun. Sebagian warga masih suka makan jagung kuning, akan tetapi mayoritas mereka tidak mengonsumsi jagung kuning. Sebagian masyarakat menganggap jagung kuning bisa menyebabkan perut kembung (mbesesek), mulesmules dan diare bagi yang tidak cocok. Jagung kuning tidak awet ketika disimpan, hanya tahan sekitar 3-4 bulan, sedangkan jagung putih tahan sampai enam bulan. Karena itulah, warga lebih memilih menyimpan jagung putih sebagai persediaan bahan makanan. Jagung Kuning biasanya digunakan untuk makanan unggas dan mudah dijual. Banyak petani yang menjual jagung kuning dalam kondisi muda. Singkong dijadikan makanan pengganti nasi oleh warga Sumbang Timun pada saat banjir. Singkong bisa disajikan dengan beberapa cara, di antaranya: a. Gaplek; singkong basah dikupas, lalu dibelah dan dikeringkan, setelah kering gaplek digiling halus, dicampur air dan garam kemudian dikukus. Disajikan dengan sayur terong dan ikan asin. Gaplek hanya bertahan maksimal satu bulan, jika lebih dari satu bulan, maka diolah lagi menjadi gathot.

47


b. Gathot; gaplek yang sudah lebih dari satu bulan, jika dibiarkan akan keluar

tepungnya, maka gaplek tadi direndam dalam air selama satu malam. Pagi harinya ditiriskan dan dicuci bersih lalu ditaburi garam dan dikukus sampai matang. Disajikan dengan kelapa parut. c. Sredeg; singkong basah diparut sredeg (parut yang berlubang), kemudian

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

dikukus dan disajikan dengan cara: dicampur kelapa parut untuk sarapan, dan disajikan dengan sayur lodeh untuk makan siang.

48

Gambar 5.5. Menu Jagung Kuning Pada saat banjir, bantuan yang sering datang adalah mi instan. Mi instan biasa disajikan sebagai pendamping nasi, jagung dan singkong. Akan tetapi, tidak jarang mereka makan mi instan saja (jika ada) sebagai pengganti nasi. Tabel 5.1. Pola Makanan Remaja/Dewasa/Lansia Kategori

Banjir

Tidak banjir

Sumber Karbohidrat

Nasi, jagung putih, jagung kuning, singkong, mie instan

Nasi, jagung putih

Sumber Protein

Ikan asin, telor

Tahu, tempe, ikan asin, telor


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Sumber Vitamin

Mengolah tanaman di sekitar rumah untuk sayur, dan buah di sekitar rumah untuk dimakan sendiri

Tanaman sayuran dan buah cenderung dijual

Sumber karbohidrat dan vitamin pada saat banjir lebih beragam, berbeda dengan sumber protein yang alternatifnya cenderung lebih sedikit. Sumber karbohidrat dan vitamin rata-rata bisa didapatkan dari lingkungan sekitar, sedangkan sumber protein secara umum mereka dapatkan dengan cara membeli. Jagung kuning dan singkong misalnya, pada saat kondisi tidak banjir mereka lebih memilih menjualnya dalam kondisi muda karena lebih mudah dalam pemasarannya. Tidak jarang pula jagung kuning dijual dalam bentuk pipilan dan sudah kering. Di samping harganya lebih mahal, juga bisa bertahan lebih lama daripada jagung muda. Penjualan tersebut dilakukan pada musim panen jagung pertama. Pada musim panen jagung yang kedua yang sudah mendekati bulan-bulan waktunya banjir, warga tidak menjual jagung kuning keseluruhan, melainkan menyisakan sebagian untuk persediaan pada saat banjir. Berbeda dengan jagung putih yang memang mereka prioritaskan untuk dikonsumsi sehari-hari sebagai campuran nasi dalam kondisi banjir maupun tidak. Adapun singkong, jika banjir datang maka tanaman singkong langsung dipanen meski belum waktunya. Hasil panen singkong tersebut belum layak jual sehingga dikonsumsi sendiri dan sebagian dibagikan kepada tetangga, buahnya diolah menjadi sumber karbohidrat dan daunnya untuk sayuran. Sayuran dan buah juga demikian, semisal cabai, tomat atau kangkung untuk sayuran, maupun pisang, pepaya dan mangga untuk buah, sudah terbiasa ditanam warga di pekarangan rumah mereka maupun di pematang sawah. Saat kondisi tidak banjir, sayuran dan buah yang lebih jika dimakan sendiri, maka mereka jual. Akan tetapi jika kondisi banjir, mereka bagi-bagikan kepada tetangga sekitar, atau mempersilahkan tetangga yang membutuhkan untuk mengambilnya. Perilaku bagi hasil inilah yang membuat warga pada saat banjir lebih banyak memiliki stok buah dan sayuran. Sedangkan untuk penyediaan protein, cenderung lebih sedikit karena produksi tahu dan tempe sebagai alternatif sumber protein yang biasa mereka konsumsi seharihari mengalami kendala pada saat banjir. Mereka lebih memilih telor dan ikan asin. Selain memperolehnya lebih mudah, juga karena lebih awet jika digunakan sebagai persediaan untuk beberapa hari.

PANGAN BERGIZI UNTUK KELUARGA

Sumber: Hasil FGD 2015

49


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


51

BAB vI

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi


BAB VI

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

52

6.1. Menjamin Pangan Sebelum Banjir Pangan merupakan urusan vital bagi warga Sumbang Timun. Sementara pada saat banjir, praktis tanaman di lahan/sawah tidak bisa dipanen, maka jaminan kehidupan mereka harus dipastikan tersedia di rumah. Salah satu persiapan untuk menghadapi banjir adalah memastikan bahwa persediaan pangan ada dan cukup untuk konsumsi keluarga. Penyimpanan bahan makanan di rumah dilakukan dalam dua bentuk yaitu disimpan di grobok dan jinem. Grobok adalah alat penyimpanan padi yang terbuat dari kayu jati, panjangnya

kurang lebih dua meter, sedangkan lebar dan tingginya satu meter. Ketika panen, warga meletakkan padi yang sudah kering ke dalam grobok. Hasil panen yang sebelumnya dimasukkan dalam karung kemudian ditempatkan di atas padi yang baru panen untuk segera diolah menjadi makanan. Sedangkan hasil panen yang belakang diolah paling akhir. Ketika banjir menggenangi rumah, sebagian warga mengganjal grobok dengan batu kumbung (batu putih yang biasa digunakan untuk bahan bangunan). Sebagian lagi ada yang memilih mengosongkannya dan memindahkan bahanbahan makanan ke dalam karung untuk diangkat ke tempat yang lebih tinggi.


Gambar 6.1. Grobok yang Biasa Dimiliki Warga Sumbang Timun

Sedangkan jinem memiliki fungsi dan ukuran yang lebih besar dari pada grobok. Jinem milik M. Shidiq dan Sulikah panjangnya 2,8 meter, lebar 1,8 meter dan tingginya 2,0 meter dengan tinggi kaki/alas dasar 50 sentimeter. Jinem

terbuat dari papan kayu jati dan hanya dimiliki oleh warga yang sawahnya luas sehingga butuh tempat penyimpanan hasil panen yang lebih besar. Di Desa Sumbang Timun yang masih memiliki jinem hanya beberapa orang saja, di antaranya Lasmi (65 tahun) dan Sulikah (50 tahun). Keduanya merupakan warga RT

14, selain As’ari, yang tinggal di RT 7.

Gambar 6.2. Salah Satu Jinem Milik Warga

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

53


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Jinem digunakan untuk menyimpan semua jenis hasil panen. Sementara pada saat banjir jinem juga digunakan untuk menyimpan barang-barang lain yang perlu diamankan seperti barang elektronik, surat-surat berharga, dan lain-lain. Jika air terus naik, warga memasukkan meja atau kursi ke dalam jinem dan menempatkan barang-barang lain di atas meja tersebut. Jadi dapat dipastikan barang-barang tersebut aman.

Adapun cara penempatan hasil panennya dimasukan ke karung, kemudian baru dimasukan ke jinem. Hasil panen yang lebih lama diletakan dekat pintu untuk segera dijadikan makanan. Prinsip �yang masuk dahulu adalah yang pertama dikonsumsi� merupakan prinsip yang dianut warga dalam penempatan hasil panenan dalam jinem atau grobok.

54

Gambar 6.3. Ruang Dalam Jinem Berisi Bahan Makanan Dikemas Karung

Dalam tabel 6.1. ditampilkan perbandingan fungsi grobok dan jinem untuk penempatan hasil panenan, sebagai persediaan makanan. Dalam peran tersebut, jinem sudah layak disebut langka, mengingat lahan pertanian milik para petani di Sumbang Timun semakin menyusut. Sehingga, mereka tidak lagi memiliki alasan untuk menggunakan jinem sebagai penyimpan persediaan.


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Spesifikasi

• • • •

Tinggi 1 meter Panjang 2 meter Lebar 1 meter Tinggi kaki 10-15 cm

• • • •

Tinggi 2 meter Panjang 2,8 meter Lebar 1,8 meter Tinggi kaki 50 cm Padi Beras Jagung Gaplek Barang elektronik dan surat berharga (saat banjir)

Barang yang disimpan

• Padi

• • • • •

Pemilik

Petani lahan tidak luas

Petani dengan lahan luas

Tata cara penyimpanan

1. Hasil panen dituang dalam grobok 2. Hasil panen yang baru di bawah 3. Hasil panen lama dimasukan karung ditaruh di atas untuk segera digunakan

1. Hasil panen dimasukan dalam karung kemudian dimasukan jinem 2. Hasil panen baru diletakan di ujung 3. Hasil panen lama diletakan dekat pintu untuk segera di gunakan

Sumber: Hasil Wawancara dan FGD, 2015

Persediaan juga berwujud penyimpanan bahan makanan segar di luar rumah. Bahan makanan yang sering disimpan adalah jagung. Tempat penyimpanan tersebut disebut sigiran. Sigiran digunakan untuk mengeringkan sekaligus menyimpan jagung. Jagung yang segar setelah panen sembari dikeringkan kemudian disimpan dalam sigiran. Warga membuat sigiran pada musim panen jagung, dua kali selama setahun, dengan cara: a. b. c. d. e. f. g.

Tiang bambu ditancapkan ke dalam tanah sedalam 1,5 meter Bambu panjang dikat dengan tali di tiang yang sudah menancap Jagung yang belum dikupas dikurangi ketebalan kulitnya Beberapa buah jagung kulitnya diikat jadi satu Dipasang di atas tiang dengan posisi menumpang Dikeringkan di bawah sinar matahari sampai beberapa hari Setelah benar-benar kering sigiran jagung dipindahkan ke dalam rumah dengan posisi yang sama

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Tabel 6.1. Perbandingan Fungsi Grobok Dan Jinem Komponen Grobok Jinem

55


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Gambar 6.4. Sigiran Jagung

56

Gambar 6.5. Sigiran Jagung di Dalam Rumah 6.2. Membawa Bahan Pangan ke Pengungsian Warga yang mengungsi selalu membawa bahan makanan secukupnya untuk beberapa hari selama di pengungsian. Alat yang mereka gunakan untuk membawa bahan makanan adalah gethek (rakit yang dibuat dari batang pisang). Tidak semua batang pisang bisa digunakan untuk membuat gethek. Rata-rata masyarakat yang terdampak banjir menggunakan batang pisang saba. Jenis pisang tersebut tidak mudah tenggelam dan tidak mudah busuk.


Gambar 6.6. Mempersiapkan Gethek dari Batang Pohon Pisang Warga yang memiliki bahan makanan cukup banyak, membawa secukupnya dan meninggalkan selebihnya di rumah dengan menyimpan di tempat yang tinggi. Sedangkan warga yang bahan makanannya pas-pasan, menjual ternak mereka

(seperti ayam, bebek) agar uangnya bisa dibelikan bahan makan selama di pengungsian.

Warga tidak mengharapkan bantuan dari pihak luar, walaupun jika ada bantuan, mereka terima dengan senang hati. Namun, mereka lebih suka persiapan sendiri sejak dini. Seperti disampaikan Juwarni, warga RT 13 “mboten njagakno bantuan bu, nggeh persiapan piyambak (kita tidak mengharapkan bantuan bu, ya lebih baik persiapan sendiri)�. Ada sebagian warga yang tidak mau repot membawa bahan makanan. Mereka lebih suka membawa uang agar tidak terlalu berat dalam perjalanan. 6.3. Banjir Boleh Melanda, Kerukunan Tetap Terjaga Dalam kondisi panik dan sibuk mengamankan jiwa dan harta benda, warga mendahulukan pengamanan ternak dan harta yang mereka miliki, setelah itu anggota keluarga. Dalam pandangan mereka, ternak lebih dari sekadar aset. Ternak merupakan jaminan hidup masa depan pasca banjir.

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

57


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Mengingat pentingnya ternak, dapat dibayangkan suasana penyelamatan modal kehidupan warga tersebut saat banjir melanda. Kekacauan sering kali tercipta dalam proses penyelamatan ternak.

58

Gambar 6.7. Perayaan Pernikahan Saat Banjir Melanda Namun apakah hal tersebut mempengaruhi relasi antar rumah tangga? Ternyata tidak. Buktinya, warga yang mampu dan rumahnya tidak tergenang, menampung tetangga yang rumahnya tergenang. Bahkan mereka juga saling tolong-menolong dalam kebutuhan logistik. Hal ini dipraktikkan oleh Supriyanto yang berasal dari RT 15. Saat banjir, dia menampung para tetangga yang rumahnya tergenang, menyediakan beras dan lauk seadanya untuk dimasak dan dimakan bersama-sama oleh para tetangga. Endang dari RT 14 warga yang mengungsi ke rumahnya, mengungkapkan bahwa ada juga yang membawa bahan makanan untuk dimasak dan dimakan bersama-sama. Kegiatan sosial kemasyarakatan dan keagamaan juga tetap berlangsung pada saat banjir. Seperti Imam Syafi’i yang tinggal di RT 12, tetap melaksanakan resepsi pernikahan putranya dalam keadaan banjir pada tahun 2013. Para tetangga tetap antusias membantu persiapan pernikahan dan mendatangi undangan beliau. Kedua mempelai diarak dengan perahu dan diikuti oleh para pengiring yang juga menggunakan perahu dan gethek, seperti foto dokumentasi di atas. 6.4. Banjir: Relasi Tidak Terhenti Pada saat banjir, komunikasi antar anggota keluarga menjadi lebih dekat dan lebih akrab dibandingkan dengan pada saat tidak terjadi banjir. Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi hal tersebut, antara lain orang tua lebih sering di rumah dan tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Kalaupun mereka melakukan pekerjaan alternatif di luar pekerjaan sehari-hari, maka waktu yang mereka habiskan di luar hanya sedikit. Karena itulah, waktu berkumpul bersama keluarga menjadi lebih banyak. Selain itu, orang tua (terutama ibu) juga lebih protektif terhadap anak-anak. Mereka sangat waspada menjaga anak-anak agar tidak celaka karena banjir.


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Warga mendirikan tenda yang berupa tiang bambu ditancapkan di tanah lalu dipasang terpal di atasnya persis seperti tenda pramuka. Satu tenda ada yang digunakan lebih dari satu keluarga. Mereka membagi tempat untuk ternak, tempat masak dan tempat tidur yang tanpa tirai pemisah. Tidak adanya fasilitas/tempat khusus yang diistilahkan oleh Muntini, warga RT 15 sebagai “bilik asmara”.

Selain itu, di saat malam, para suami jarang beristirahat. Mereka meronda di sekeliling pengungsian untuk menjaga ternak, harta benda dan anggota keluarga mereka. Sesekali mereka bergantian mengunjungi desa mereka yang banjir untuk sekadar melihat keadaan rumah mereka. Kondisi fisik yang lelah pada siang hari, membuat mereka terlelap pada malam hari, meskipun kondisi tempat peristirahatan mereka kurang nyaman. Pada dasarnya, warga Sumbang Timun mengatakan, tidak sempat berpikir tentang kebutuhan batin pada saat di pengungsian, sebagian lagi mengatakan ditahan untuk sementara waktu dalam istilah mereka “berpuasa”. Adapun jika rendaman di dalam rumah tidak begitu tinggi dan mereka tidak mengungsi, maka kebutuhan biologis mereka tetap bisa terpenuhi sebagaimana saat kondisi tidak banjir. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Imam Syafi’i dari RT 12, seorang tokoh agama di Desa Sumbang Timun yang juga terendam banjir, dan dikuatkan oleh ibu-ibu dalam forum FGD (Focused Group Discussion).

Gambar 6.8. Skema Relasi Antar Anggota dan Keluarga Dalam Komunitas

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Demikian pula dalam relasi suami-istri. “Hubungan suami istri” tetap berjalan di saat banjir kecuali mereka tinggal di pengungsian. Pada saat banjir, warga mengungsi di tanah lapang dataran tinggi.

59


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

6.5. Komunikasi untuk Evakuasi

60

Komunikasi merupakan sisi paling vital dalam penanggulangan bencana. Komunikasi yang salah bisa menjadi bencana itu sendiri. Secara praktis, dalam praktik komunikasi bencana, dibedakan menjadi tiga hal: (1) Jalur komunikasi, (2) Mekanisme komunikasi, dan (3) Distribusi informasi. Mengenai jalur komunikasi, secara formal beberapa warga mengatakan bahwa jalur komunikasi warga Desa Sumbang Timun bersumber dari kepala desa/perangkat desa. Sedangkan kepala desa/perangkat desa mendapat informasi dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bojonegoro tentang kondisi air Bengawan Solo dari pusat pemantauan Karangnongko. Jalur ini lebih dipengaruhi oleh mekanisme formal yang berlaku dalam pemerintahan. Sedangkan untuk mekanisme komunikasi, warga Sumbang Timun mengatakan memperoleh informasi tentang banjir Bengawan Solo itu diperoleh dari SMS/telepon dari teman tetangga desa yang memperoleh informasi lebih dulu. Selanjutnya, informasi tersebut disebarkan dengan cara dari mulut ke mulut atau oleh warga disebut dengan getok tular (berbagi informasi). Pengalaman lain disebutkan oleh Wiji. Ketika banjir akan tiba, dia mendengar kentongan dari desa tetangga Pilangsari dan Mojo Kalitidu, sehingga disampaikan kepada tetangga. Informasi lain bersumber dari pengamatan secara mandiri, yakni dilakukan oleh warga yang bertempat di dataran paling rendah (pertama kali terdampak), kemudian informasi disebarkan kepada warga lainnya. Proses distribusi informasi warga tergantung dengan isi informasi yang ada. Kebanyakan informasi banjir yang disampaikan adalah tentang ketinggian air, perintah untuk mengungsi, dan informasi banjir susulan. Sebagai contoh, kata Pardah, “banyu munjuk maneh, wong ngungsi ojo muleh (air naik lagi, yang mengungsi jangan pulang dulu)�. Inilah contoh kecil isi informasi warga Desa Sumbang Timun Kecamatan Trucuk. Secara sistematis pola komunikasi saat banjir yang dilakukan sebagai berikut:

Gambar 6.9. Pola Komunikasi Masyarakat Sumbang Timun Ketika Banjir


Dalam konteks banjir, secara formal, komunikasi menjadi tidak mungkin tanpa peran pemimpin. Demikian pula keberhasilan menghadapi banjir Bengawan Solo, dalam arti tidak sampai terjadi korban jiwa dan harta benda, tidak lepas dari peran warga masyarakat yang memiliki kapasitas tertentu atau bisa menggerakkan tetangganya. Mereka juga pemimpin. Seperti peran Sujito, Ketua RT 16 di Desa Sumbang Timun yang mampu mengarahkan warganya untuk mengungsi ditempat yang lebih aman ketika banjir datang seperti contoh yang disampaikan Sujito nderek RT ngungsi (ikut RT mengungsi). Di samping itu, ada warga yang mengatakan tidak ada ajakan dari siapapun, maka warga tersebut memiliki inisiatif sendiri untuk mengungsi dan menyelamatkan asetnya tanpa ada arahan dari tetangga/tokoh masyarakat sekitar. Di Desa Sumbang Timun, pemimpin struktural dan kultural juga sangat ditaati sesuai yang dikatakan Bu Wiji. Hal senada juga disampaikan oleh Mustahal (tokoh agama) bahwa masyarakat Sumbang Timun patuh terhadap pemimpin mereka. Mereka berpendapat siapapun yang menjadi pemimpin harus ditaati. Alasan yang mendasari ketaatan tersebut adalah “legowo amergo roso” (menerima karena kesadaran yang muncul dari hati nurani yang paling dalam). Sikap hormat mereka juga tampak ketika ada kegiatan sosial maupun keagamaan yang mengundang pemerintah desa maupun tokoh agama. Kegiatan masyarakat tidak akan dimulai ketika mereka (pemerintah desa/tokoh agama) belum hadir, dan akan ditunggu sampai datang atau dijemput ke rumahnya. Para tokoh tersebut baru ditinggal ketika mereka memastikan tidak bisa hadir atau para tokoh tersebut sudah konfirmasi sebelumnya. 6.6. Operasi untuk Evakuasi Masyarakat Sumbang Timun lebih mempercayai perilaku hewan sebagai pertanda ketika akan menghadapi banjir maupun pada saat banjir. Ayam yang bertengger di atas jemuran, genting, dan dahan pohon dipercaya menandakan akan terjadi banjir. Sedangkan pada saat banjir, masyarakat niteni akan naik atau tidaknya banjir dengan suara katak. Jika suaranya “thung blung” itu menandakan air akan naik/pasang. Jika suara katak theot thet blung itu artinya mereka bernyanyi menikmati air, dalam arti tidak terjadi banjir. Untuk penyelamatan harta benda serta jiwa, masyarakat terdampak banjir Bengawan Solo Desa Sumbang Timun Kecamatan Trucuk melakukan evakuasi mandiri dengan cara: sebelum mengungsikan anggota keluarga dan ternak, mereka membuatkan tenda terlebih dahulu di nggunung (tempat yang lebih tinggi yang berada di desa kanten) setelah itu membawa hewan ternak ke tempat pengungsian. Setelah itu membuat gethek dari gedebok pisang atau memanfaatkan ojek perahu dari warga sekitar dengan mengganti ongkos ojek. Hampir semua warga laki-laki desa Sumbang Timun bisa berenang, maka jika air sudah tinggi mereka berenang ke nggunung. Jika air belum terlalu tinggi dicari jalur yang lebih dangkal dengan cara “ngebak” atau berjalan di genangan air dangkal.

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

61


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi 62

Gambar 6.10. Jalur Ngebak Menuju Nggunung atau dengan Gethek Gedebok Pisang Selain itu, secara umum ada tiga pola warga Sumbang Timun dalam memilih jalur evakuasi yaitu melalui jalur pintas nyasak utowo nratas (menerobos). Bahkan hewan ternak yang ikut diselamatkan diajak berenang apabila dalam kondisi darurat. Cara ini lebih cepat untuk bisa sampai ke tempat pengungsian. Mencari jalur yang airnya lebih dalam dengan menggunakan gethek (rakit dari gedebok pisang) agar gethek tersebut tidak kandas, untuk mengangkut logistik dan barangbarang yang perlu diamankan. Mencari jalur yang dangkal untuk ngebak berjalan di atas genangan yang dangkal menuju tempat evakuasi yang aman, sebagian warga Sumbang Timun melintasi jalur jalan kuburan yang dikenal memiliki ketinggian dengan melewati balai desa untuk menuju jembatan Toeng dan sampailah di pegunungan Desa Kanten.

Gambar 6.11. Gethek dari Gedebok Pisang dengan Bambu Sebagai Perangkai


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Tabel 6.1. Pola Evakuasi Saat Banjir Evakuasi pribadi

Evakuasi dengan alat

Ngebak

Gethek

Nyasak

Perahu Sumber: Hasil FGD, 2015

6.7. Aman Karena Kerjasama Masyarakat Seperti tidak ada banjir, kegiatan sosial kemasyarakatan di Desa Sumbang Timun dalam keadaan banjir tetap berjalan seperti biasa. Kerja bakti membersihkan sampah pada saat maupun setelah banjir misalnya, tetap dilakukan bersama-sama atau gotong royong di lingkungan masing-masing dan di tempat fasilitas umum seperti musala, masjid. Bahkan untuk mengubur jenazah warga Desa Sumbang Timun bekerja sama dengan warga Kanten yang sudah diatur oleh kepala desa dan perangkat desa yang tidak terkena banjir. Kegiatan kerja bakti atau gotong royong ini dilakukan berawal dari individu warga, yang memulai untuk membersihkan sampah di depan rumah masing-masing. Setelah dirasakan banyak manfaatnya, maka kegiatan itu juga diikuti oleh warga yang lain dan terjadilah kebiasan itu menjadi kesepakatan bersama. Begitu pula dengan kejadian meninggalnya salah satu warga saat banjir atau ketika ada warga yang meninggal di luar banjir, dalam hal mengurusi jenazah masyarakat desa Sumbang Timun secara bersama–sama merawat dan sampai menguburkannya di tempat yang tinggi atau ke desa lain. Warga Sumbang Timun dalam meningkatkan keamanan baik anggota keluarga, harta bendanya pada saat terdampak banjir dengan cara menjaga anggota keluarga baik di tempat pengungsian maupun di rumah, seperti para lansia dan balita selalu dalam pengawasan anggota keluarga. Adapun untuk menyelamatkan barang-barangnya dengan cara meninggikan perkakas rumah tangga (gawe umpak), contohnya meninggikan bahan makanan/beras, tempat air bersih, tungku untuk masak, binatang ternak (ayam/unggas) yang diletakkan di atas meja yang sudah ditinggikan sehingga tidak terendam air.

Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

Gambar di atas menjelaskan deskripsi pembuatan gethek. Gethek yang terbuat dari gedebok pisang minimal empat buah yang dirangkai dengan bambu sehingga bisa terapung di atas air, dengan cara menumpangkan barang bawaannya di atas gethek melewati pinggiran yang lebih dalam airnya dan lebih dekat jaraknya.

63


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi 64

Untuk menghindari pencurian, warga menginap di rumah ketika malam hari. Surat berharga tidak dibawa karena rata-rata sudah panik tidak terpikirkan (sing penting awake slamet). Melakukan pengawasan individu/perseorangan yakni dengan mengawasi anggota keluarga masing masing. Warga mengamankan rumah dengan cara mengunci rumah ketika ditinggal mengungsi. Kebanyakan warga juga melakukan pengawasan rumah dengan cara pulang secara berkala (esuk sore tilik omah) untuk mengunjungi rumah agar keamanan terkontrol dengan baik ketika ditinggal mengungsi. Warga Desa Sumbang Timun dalam menyalurkan barang-barang, bahan makanan dan lain-lain (distribusi logistik) kepada warga lain kebanyakan dengan cara ngebak (berjalan di genangan air melalui jalur yang dangkal) dengan membawa barang yang akan dipindah atau disalurkan. Sedangkan untuk RT 13, 16 14 dan 1 melalui jalur kuburan (tempat pemakaman desa) karena jalannya lebih tinggi.


Siasat Penyediaan Pangan, Komunikasi dan Mitigasi

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

65


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


67

BAB vII

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan


BAB VII

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

68

Ketika banjir melanda, setidaknya terdapat tiga hal yang ditempatkan sebagai prioritas yang harus diselamatkan, yaitu (a) keselamatan diri dan anggota keluarga, (b) pangan, dan (c) jaminan “tabungan” pasca bencana. Ketiganya adalah “satu paket” yang tidak bisa ditawar. Jika ada yang lain di luar ketiganya, maka akan ditempatkan sebagai prioritas berikutnya. Keselamatan diri dan anggota keluarga adalah yang paling utama. Konsekuensinya, meski dalam pengungsian perhatian dan kesediaan menolong diberikan kepada siapapun yang terancam keselamatannya, semuanya dijalani dalam koridor bahwa diri dan keluarganya tetap sebagai prioritas yang pertama. Prioritas penyelamatan pangan terkait dengan keselamatan diri dan keluarga pada saat banjir dan keberlangsungan hidup selanjutnya. Dalam hal ini, keselamatan pangan mencakup dua hal, yaitu makanan untuk anggota keluarga dan pangan untuk ternaknya. Begitu pentingnya penyelamatan pangan bagi ternaknya karena ternak bagi warga bukan bukan hanya bermakna sebagai harta kekayaan belaka. Ternak adalah “tabungan”, sumber daya utama yang paling fleksibel sekaligus paling strategis untuk digunakan saat pemulihan. Ternak menjadi cadangan kebutuhan finansial untuk secara cepat “menormalkan” kehidupan pasca bencana. 7.1. Ternak, Jaminan Pemulihan Pasca Bencana Seperti dijelaskan di atas, ternak bermakna lebih dari sekadar aset atau harta. Ternak adalah tabungan yang siap digunakan untuk “menutup” kegagalan produksi akibat bencana. Maka ternak terkadang diposisikan setara dengan manusia, meski biaya untuk evakuasi ternak memerlukan dana besar. Bagi warga, keselamatannya adalah prioritas, bukan berapa besar biayanya. Pada peristiwa banjir besar terakhir, biaya menyelamatkan ternak dari banjir ke tempat pengungsian bisa mencapai Rp200 ribu. Tenda pengungsian ternak dipersiapkan


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Warga Desa Sumbang Timun memiliki cara tersendiri dalam menyediakan pakan ternak untuk antisipasi datangnya banjir. Pertama, mereka mencari dan mengumpulkan batang padi (damen) dari sawah. Kemudian damen tersebut dikeringkan dan dikumpulkan menjadi satu dengan cara ditata dan ditumpuk dalam bentuk seperti lingkaran. Ujung jerami berada pada posisi di tengah (pusat) sementara bagian pangkal batang padi ada pada posisi di luar. Tumpukan ini bisa mencapai ketinggian tiga meter, menampung jerami dalam jumlah banyak. Jerami yang baru ditempatkan pada lapisan atas, demikian seterusnya setiap ada kesempatan menambah jumlah jerami. Semakin ke bagian lapisan atas, berarti jerami yang lebih baru, lebih belakangan dalam peletakan dan penyusunan. Tumpukan jerami semacam ini oleh warga disebut gadhangan useran damen, biasa disebut gadhang damen atau gadhang.

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

seperti tenda untuk anggota keluarga. Penyediaan pakan ternak menjadi sama pentingnya dengan penyediaan pangan untuk diri dan keluarganya.

69

Gambar 7.1. Gadangan Useran Damen di Luar Rumah yang Digambarkan Warga Mbah Nguadi menuturkan cara membuat gadhang damen. Kata dia, damen garing dikumpulne lan ditumpuk dadi siji, ngono iku kuat suwe, isa nganti setahun luwih (jerami yang dikeringkan dan ditumpuk bisa bertahan sampai satu tahun lebih ).


Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan 70

Gambar 7.2. Gadangan Damen yang Ada di Dalam Rumah Warga mulai membuat gadhang ini pada setiap akhir masa panen. Jerami yang disusun harus benar-benar kering. Jika jerami basah ditumpuk, tidak akan mengering dalam tumpukan, tetapi justru membusuk. Pemanfaatan jerami kering dalam tumpukan gadhang, dilakukan dengan cara mengambil jerami sedikit demi sedikit dari bawah. Hal itu dilakukan sesuai dengan jadwal dan kebutuhan pemberian pakan bagi ternaknya, hari ke hari, demikian seterusnya. Cara ini oleh warga dinamai nglongkrongi. Letak gadhang damen kebanyakan ada di luar rumah, walaupun ada pula yang disusun di dalam rumahnya.

Gambar 7.3. Warga Pulang Mencari Pakan Ternak


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Warga yang hanya mempunyai 1-2 ternak kebanyakan cukup mencari rumput atau jerami segar tanpa harus menyimpannya dalam tumpukan gadhang. Saat terjadi genangan banjir, warga mencari pakan ternak segar di lahan yang lebih tinggi. Kemudian, untuk mengangkut pakan ke lokasi ternak yang terkendala genangan, mereka menggunakan gethek dari batang pisang untuk menyeberang. Cara lain lagi, warga yang memiliki lahan cukup luas membuat cadangan pakan ternak dengan cara menanam rumput gajah di pematang sawah yang dapat diambil setiap saat. Rumput gajah ini menjadi “pakan istimewa� saat banjir bagi ternak piaraan seperti yang dilakukan H. Sumandar. Cara ini hanya dilakukan oleh para warga di luar Desa Sumbang Timun, mengingat warga di desa tersebut tidak memiliki sawah.

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

Meski pembuatan gadhang damen ini relatif sederhana dan praktis, ternyata tidak semua pemilik ternak sapi atau ternak lain pemakan jerami membuatnya. Beberapa orang yang memiliki gadhang damen adalah mereka yang punya hewan ternak dalam jumlah banyak, mencapai tiga ekor atau lebih, seperti Supri dari RT 16.

71

Gambar 7.4. Pola Penyediaan Pakan Ternak 7.2. Mata Pencaharian Pengganti Pada saat banjir menimpa, tentunya warga tidak bisa bekerja seperti biasa. Misalnya para petani yang lahannya terendam, mereka harus mencari pekerjaan lain yang dapat memberikan penghasilan. Mereka mencari kerja dengan cara menjual jasa tenaga, mengerjakan lahan warga lain di desa lain seperti Desa Kanten Kecamaan Trucuk, Desa Mojo kecamatan Kalitidu. Hubungan kerja yang demikian di dua wilayah tersebut sudah dimiliki oleh warga Sumbang Timun sebelumnya.


Pekerjaan lainnya adalah mengambil rencek (ranting kayu) yang berada di hutan desa Kanten, Kecamatan Trucuk. Kayu rencek adalah kayu dalam ukuran kecil, biasanya berasal dari ranting pohon yang habis ditebang, atau dari canang kecil yang mengering. Kayu kering ini digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak di tungku.

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

Cara memasak menggunakan tungku dan kayu kering sebagai bahan bakar banyak dilakukan oleh warga Sumbang Timun dan sekitarnya. Kayu bakar menjadi salah satu kebutuhan warga.

72

Rencek menjadi komoditas bagi masyarakat Sumbang Timun. Ini yang dimanfaatkan para pengungsi untuk menopang kebutuhan harian sekaligus menjadi kegiatan produktif penjaga aktivitas warga selama masa banjir. Hasil kayu yang dikumpulkan dijual atau digunakan sendiri sebagai bahan bakar untuk mengolah makanan. Kegiatan semacam ini telah berlangsung sejak lama. Menurut Mbah Supaji dan Sudarmi, pada zaman dulu setiap satu bongkok (ikat) rencek yang diperoleh dihargai dengan beras satu kobokan (satu liter). Sekarang, satu ikat dihargai Rp20 ribu. Warga Sumbang Timun juga mencari tanah garapan persilan di lahan milik PT Perhutani (Persero) yang berada di Desa Kanten Kecamatan Trucuk. Lahan garapan ditanami tanaman pangan seperti singkong/ketela pohon serta jagung. Warga Sumbang Timun memulai mengerjakan tanah persilan sejak tahun 1960. Menurut Mbah Supaji, untuk mendapatkan tanah persilan, warga terlebih dahulu mendaftarkan diri ke Perhutani. Pola penggarapanya adalah digarap dan dibiayai sendiri oleh penggarap dan hasil panen sepenuhnya menjadi hak penggarap. Warga desa yang mengerjakan tanah persilan adalah mereka yang tidak mempunyai lahan pertanian. Periode atau jangka waktu hak garap terkait tanah persilan ini terdapat perbedaan. Kalau pada tahun 1960 warga mengerjakan persilan dibatasi dengan waktu yakni setiap dua tahun sekali harus dikembalikan ke Perhutani. Sekarang, menurut Mbah Supaji, mengerjakan tanah persilan bisa selamanya. Ada juga yang menjadi buruh tani atau kuli bangunan di tempat yang tidak terdampak banjir atau di desa lain yang membutuhkan jasa tenaga. Selain itu, ada pula warga yang berjualan ditempat pengungsian. Mereka jualan sayuran atau beberapa kebutuhan dapur lainnya, seperti yang diceritakan Sudarmi, “Kalau tidak banjir, jualan di desa. Kalau banjir, jualan di tempat pengungsian.�


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Tabel 7.1. Mata Pencaharian Warga Desa Sumbang Timun

Mampu

Tidak Mampu

Tidak Banjir

Pokok : Nihil

Pokok : 1. Bertani 2. Dagang

Tambahan : Dagang

Tambahan : Kerja sampingan

Pokok : Nihil

Pokok: 1. Garap persil 2. Bertani

Tambahan : 1. Buruh tani 2. Ngrencek 3. Buruh bangunan

Tambahan Kerja serabutan

Sumber: Hasil wawancara dan FGD, 205

7.3. Bagi Hasil, Siasat Komunal Bagi hasil adalah hal biasa yang dilakukan warga Desa Sumbang Timun. Warga memperbolehkan orang yang mau mengungsi mengambil bambu untuk membuat tenda di pengungsian. “Sing nduwe pring menehi sing ora duwe lan mbutuhake (yang memiliki bambu memberikan kepada yang tidak memiliki dan membutuhkannya)�. Demikianlah prinsip hidup bersama yang dipegang warga Sumbang Timun. Warga dapat membuat tenda pengungsian dengan cara memotong bambu di kebun milik warga lain tanpa izin pemiliknya, demikian juga warga boleh mengambil batang pisang untuk membuat gethek, dengan cara memotong batang pisang seperti di kebun sendiri. Warga juga diperbolehkan mengambil singkong/jagung di sekitar pengungsian selama pengungsian, atau ikut membantu memanen hasil kebun atau hasil sawah dengan bagi hasil 1:6 atau 1:7 dengan pemilik lahan. Satu bagian untuk pekerja, sementara yang enam atau tujuh bagian hak pemilik panenan. Bagi warga, cara seperti itu sudah dilakukan sejak zaman sejak nenek moyang dulu. Pengungsi juga boleh mengambil sayuran lombok dan lainnya pada waktu mengungsi untuk memenuhi kebutuhan masak. Mereka boleh mengambil secukupnya, sepanjang tidak dijual.

Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

Banjir

Kemampuan Ekonomi

73


Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan 74

Gambar 7.5. Pola bagi Hasil Warga Sumbang Timun


Jaminan Penghidupan untuk Pemulihan

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

75


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


77

BAB VIII

Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain


BAB VIII

Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

78

Terdapat banyak kesan ketika menyaksikan sendiri tuturan warga Sumbang Timun dalam proses dokumentasi pengalaman mereka dilakukan. Kemauan mereka untuk tetap menjaga keluarga dari sisi kesehatan, gizi dan keamanan sangat tampil daripada persoalan lain yang dihadapi ketika menghadapi banjir. Terutama para ibu, bagi mereka keluarga adalah yang utama. Tindakan mereka menunjukkan sikap protektif terhadap anggota keluarga mereka bahkan mengalahkan kebutuhan mereka sendiri. Kepedulian mereka terhadap tetangga juga ditampilkan dengan sikap kerjasama dan saling berbagi. Warga Sumbang Timun memiliki sikap mudah menerima terhadap pihak luar. Mereka tidak mudah menaruh curiga terhadap pendatang dari daerah lain. Mereka dengan ramah bisa menyambut orang lain dengan penuh keakraban, kekeluargaan dan penuh rasa aman, meskipun sebelumnya belum saling mengenal. Dengan tetap hormat, para tamu dijamu dengan makanan kecil yang mereka miliki. Sikap menghormati tamu yang masih mereka pegang teguh menciptakan rasa nyaman bagi para pendatang. Seolah-olah sudah akrab sejak lama, meskipun kenyataannya baru berkenalan pada saat itu. Dalam menyampaikan pendapat dan cerita yang mereka ketahui, warga Sumbang Timun juga terbuka dan tidak berusaha menutupi kenyataan yang mereka ketahui. Mereka bisa diajak berkomunikasi dengan nyaman. Kemampuan berkomunikasi bukan hanya dimiliki oleh orang-orang dewasa saja, melainkan semua warga dari berbagai tingkatan usia, mulai anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia sekalipun bisa diajak berkomunikasi dengan sangat baik dan lancar. Ketenangan dan ketegaran mereka dalam menghadapi segala bentuk permasalahan sangat tampak dari cara mereka berinteraksi dengan warga lain maupun dengan pendatang. Seperti yang disampaikan Sekretaris Desa Sumbang Timun, bahwa wong Sumbang Timun iku ora gupuhan (Warga Sumbang Timun itu tidak mudah panik). Kematangan jiwa yang besar kemungkinan disebabkan karena mereka harus mengalami kejadian bencana yang terus-menerus sehingga membuat mereka dapat


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Hampir pasti setiap warga Desa Sumbang Timun dapat bercerita tentang banjir Bengawan Solo yang melanda desanya dari waktu ke waktu dengan runtut dan mudah dimengerti. Meskipun gaya dan detail ceritanya bisa berbeda satu sama lain, namun mereka mencoba membuat orang lain mengerti dengan menghadirkan kembali fakta seperti tingginya genangan pada setiap peristiwa yang menggambarkan besar kecilnya banjir yang terjadi. Gambaran besar kecilnya dampak banjir menjadi mudah untuk dimengerti. Kisahnya menjadi mudah untuk disampaikan dengan gaya penuturan yang mengalir seperti membuat gethek untuk menempatkan barang agar tidak terkena air. Demikian pula ketika mereka mengisahkan harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke lokasi yang tidak tergenang dan tinggal sementara di sana. Penuturan yang runtut tersebut memberi kesan seolah mereka sudah akrab dengan banjir yang terus dialami sepanjang tahun. Keakraban warga Desa Sumbang Timun terhadap banjir ternyata bukan sekadar karena sudah biasa. Berbagai ancaman yang diakibatkan oleh banjir menumbuhkan pemikiran baru dan tindakan yang berbeda dengan keseharian ketika tidak terjadi banjir. Bahkan muncul kreasi yang memanfaatkan berbagai hal akibat banjir untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik selama banjir maupun setelah banjir. Untuk makan sehari-hari selama banjir warga Sumbang Timun memakai bahan-bahan makanan pokok yang disimpan sebelum banjir. Ketersediaan bahan makanan pokok yang di miliki warga cukup untuk digunakan selama banjir terjadi. Demikian pula persediaan kebutuhan untuk kaum perempuan, untuk memenuhi kebutuhan penggunaan pembalut selain ada yang membeli mereka juga memakai kain bekas dan koran. Penggunaan kain bekas dan koran bukanlah disengaja oleh warga akan tetapi karena ketersaan. Kaum perempuan dan anak-anak perempuan memakai kain bekas dan koran itu penderitaannya saat banjir. Apapun bisa dilakukan dan semakin lama kreatifitas warga semakin berkembang. Kreativitas itu juga terjadi untuk mengetahui tanda akan terjadinya (early warning) banjir. Warga biasa menggunakan tanda alam seperti suara katak untuk menandai banjir sudah melanda. Observasi ketinggian air yang mulai masuk ke permukiman adalah alat yang paling mudah untuk diingat, bukan menggunakan alat pendeteksi kejadian dini modern. Hasil observasi mereka digunakan untuk mengambil keputusan: apakah tetap bertahan di rumah atau harus mengungsi. Apabila early warning system (EWS) modern seperti suara sirine digunakan, kemungkinan besar mereka justru akan menanggapi dengan tindakan berbeda. Suara

Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

mengendalikan situasi. Dalam pandangan kami, warga Desa Sumbang Timun benarbenar unik dan beda dengan warga lain pada umumnya.

79


Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

sirine erat dengan kejadian kematian. Jika suara sirine ada, bisa jadi warga Sumbang Timun justru mencari sumber suara karena suara sirine identik dengan suara ambulans dan bukan mengamankan diri.

80

Terkait dengan ketaatan kepada pemimpinnya, warga Sumbang Timun memiliki ketaatan yang penuh, baik kepada pemimpin struktural (kepala desa dan perangkat), lebih-lebih kepada pemimpin kultural (kyai dan guru). Terdapat hubungan yang harmonis antara pemimpin struktural dan pemimpin kultural di Desa Sumbang Timun. Ada pembagian peran yang jelas antara pemimpin struktural dan kultural di desa Sumbang Timun. Dalam hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan misalnya, pemimpin kultural yang lebih berperan dalam pengambilan kebijakan. Secara sosial Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) sebagai perangkat desa juga berperan sebagai pemimpin kultural. Beliau sebagai juru kunci makam Mbah Potro sekaligus pengelola kegiatan keagamaan yang rutin mereka lakukan setiap bulan di pemakaman tersebut. Hampir bisa dipastikan setiap rumah di Desa Sumbang Timun memiliki ternak, baik unggas, kambing maupun sapi. Ternak adalah aset kekayaan warga dan modal untuk penghidupan mereka di masa depan. Dengan demikian ternak harus diuri-uri (dirawat dengan sungguh-sungguh). Berbeda dengan warga desa lain yang cenderung membelanjakan kelebihan uang yang mereka miliki untuk membeli perhiasan, kendaraan bermotor, barang elektronik dan sejenisnya. Warga Desa Sumbang Timun tidak menempatkan ternak sebagai moda transportasi. Ternak adalah sumber daya cadangan, sehingga pilihan ditekankan pada nilai tabungan ketika mereka membutuhkan sumber daya pasca banjir, untuk pemulihan. Ternak memberikan harapan untuk pemulihan pasca bencana. Demikian pula dalam pemanfaatan sumber daya lokal untuk kepentingan yang lain. Belimbing wuluh misalnya, digunakan untuk pengobatan ketika mereka mengalami wabah penyakit. Upaya bertahan dengan sumber daya yang ada memberikan peluang termasuk membangun harapan sehingga mereka menghadapi banjir menjadi seperti menghadapi masalah sehari-hari. Situasi ini juga memberikan sumbangan pada harapan yang tampak pada warga. Dalam hal penyediaan pangan warga Sumbang Timun mempunyai kecenderungan untuk beternak hewan yang bisa dijual dengan mudah seperti sapi, kambing dan ayam. Warga Sumbang Timun memilih hewan ternak tersebut karena mudah dirawat. Alasan lainnya adalah kemudahan dalam penyediaan pakan. Pakan dapat diadakan dan mudah didapatkan karena tersedia secara alami di lingkungan sekitar. Keselamatan, pangan dan tabungan adalah kunci daya tahan warga Sumbang Timun dalam menghadapi bencana. Ketiganya menjadi prioritas utama pada saat banjir. Jika


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

ketiga hal tersebut sudah dapat terpenuhi, maka mereka tidak akan mengejar yang lebih dari itu.

Gambar 8.1. Relasi Motif Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Konsekuensinya, pilihan-pilihan yang tersedia akan diseleksi dengan kacamata relasi tersebut. Pilihan penggunaan alat evakuasi misalnya, mereka lebih mempertimbangkan menggunakan gethek untuk mengejar kecepatan agar selamat. Meski pada umumnya mereka bisa berenang, namun dengan berenang mereka akan membatasi kemampuan menyelamatkan tabungan dan pangan yang diperlukan untuk memastikan pemulihan kehidupan setelahnya. Demikian pula dalam memilih ternak atau sepeda motor. Pilihan tersebut dikalkulasi dengan pertimbangan: apakah motor atau ternak yang memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk pemulihan? Karena itu, perhitungannya akan fokus pada besaran konstribusi kedua pilihan tersebut sebagai modal untuk pemulihan.

Sumbang Timun: Pembacaan Warga Desa Lain

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 8.1, ketiganya terhubung menjadi satu kesatuan. Keselamatan, pangan, dan tabungan adalah modal minimal yang perlu disediakan dan dipastikan ketersediaannya ketika bencana melanda. Maka, ketiganya adalah syarat survival. Tanpa ketiganya, yang lain tidak bermakna.

81


Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo


83

BAB iX

Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari


Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

bab ix

84

Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

Oleh: Drs. H. Syaifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur 2014-2019) Membaca buku dokumentasi tentang ketangguhan masyarakat Desa Sumbang Timun Kabupaten Bojonegoro sungguh membuka kesadaran mengenai pergulatan hidup masyarakat ketika berhadapan dengan banjir Bengawan Solo. Saya yakin, tidaklah mudah bagi masyarakat yang harus melangsungkan hidupnya di sekitar aliran sungai tersebut, apalagi dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada sisi lain, saya juga memahami bahwa daya tahan masyarakat Desa Sumbang Timun tentu lebih karena �diharuskan� oleh situasi. Atas situasi ini, maka adalah benar bahwa ketangguhan masyarakat Desa Sumbang Timun sudah melampaui penderitaannya. Salah satu ajaran setempat yang sesungguhnya sangat mulia, sudah diberikan oleh saudara-saudara kita warga Desa Sumbang Timun melalui buku dokumentasi ini. Pelajaran tersebut, yaitu kesetiaan dalam menghadapi masalah karena motif untuk menyelesaikannya. Praktik pengurangan risiko bencana yang dilakukan sesuai dengan kemampuan masyarakat ini, secara otodidak dipengaruhi oleh naluri untuk selamat. Keselamatan dicapai melalui pengalaman yang berbaur dengan “ilmu titen� (observasi) yang dalam jangka panjang dimaknai sebagai pengetahuan. Hal ini persis menjelaskan alasan apabila ada anak sakit diare diberikan obat yang berasal dari tanaman setempat yang sepet (seperti rasa buah salak). Masyarakat tidak tahu secara detail alasan diare dan tanaman terasa sepet. Namun masyarakat tahu dampak bagi si penderita. Inilah ciri pengetahuan setempat yang diwariskan secara turun temurun antargenerasi. Pengetahuan ini kemudian menjadi bekal bagi generasi berikutnya jika anggota keluarganya mengalami hal yang sama. Tindakan kolektif ini bukan kearifan, namun pengetahuan lokal yang memang secara geografis di lokasi setempat ada tanaman terkait. Pengetahuan inilah yang disebut kecerdasan sosio-kultural yang dalam jangka panjang tampil sebagai budaya masyarakat dalam menangani anggota keluarga yang mengalami diare. Inilah


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Secara lebih luas jika kita amati dengan pengetahuan yang dominan saat ini, praktik ini membuka kesadaran baru bahwa rumus tangguh itu bukan dari mana-mana kecuali dari lokasi setempat. Semuanya tersedia, tergantung cara kita sendiri dalam “ber-ada”, apakah benar kita tidak perlu lagi mengenal hal seperti ini karena saat ini kita sudah merasa cukup dimudahkan dengan banyak fasilitas modern? 9.1. Perkara Besar Selalu Berawal dari Perkara Kecil Tentu praktik tersebut, bagi kita orang yang lahir dan tumbuh dewasa dengan adat Jawa tidak terlalu mengherankan. Lain dari itu, pada waktu kecil jika kita luka cukup kita oles dengan pelepah pisang bagian bekas irisan yang mengeluarkan getah, atau kunyahan daun mlandhing (lamtoro). Banyak cara penyembuhan luka yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yang intinya memanfaatkan sumber daya yang ada di lokasi sekitar. Sangat mungkin kita terheran-heran ketika kita dengan pengetahuan dan teknologi modern mendekati persoalan ketangguhan masyarakat terhadap bencana, ketika ternyata praktik ketangguhan itu disuguhkan dari kesetiaan dan penghargaan atas ajaran leluhur secara turun-temurun. Masyarakat Desa Sumbang Timun sudah membuktikan bahwa ketangguhan masyarakat terhadap bencana itu berawal dari praktik yang sangat biasa. Warga Desa Timung pun memperlihatkan mekanisme ketahanan kolektif dalam mempertahankan kehidupan kehidupan bersama melalui ‘mekanisme bagi hasil’ bumi kepada mereka yang terdampak. Warga Desa Sumbang Timun sudah mengingatkan kita kembali bahwa mekanisme bagi hasil itu dilakukan semata-mata bukan untuk melindungi harta bendanya. Makna bagi hasil bumi yang sesungguhnya adalah menjaga agar hidup bersama selalu mungkin, persis seperti yang dipraktikkan warga Desa Sumbang Timun pada saat banjir. Makna kian terasa mendalam ketika tindakan ini dilakukan pada saat bencana menimpa, bukan dalam kondisi normal. Dalam kondisi normal, pada situasi sosial secara umum saat ini, transaksi ekonomi bukan lagi menjadi perkara memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti dikatakan Aristoteles, pemikir besar 2000 tahun yang lalu. Transaksi sudah berubah menjadi perkara penumpukan kekayaan (khrematisme). Jiwa khrematis inilah yang menjadi sumber ketimpangan, seakan kemakmuran itu selalu perlu tumbal berupa penderitaan orang lain. Jika hidup dipenuhi oleh hasrat untuk selalu menumpuk kekayaan, maka diri individu menjadi pusat segala transaksi ekonomi. Kehidupan menjadi perkara “hidupku” bukan “hidup orang lain” atau “hidup kita”. Sedemikian sehingga, kemungkinan hidup bersama itu semakin jauh dan absurd.

Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

ketangguhan.Ketangguhan bukan berasal dari luar dirinya, namun dari pengalaman dan pengetahuannya yang berkembang waktu demi waktu.

85


Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari 86

Warga Desa Sumbang Timun telah mengingatkan kita bahwa dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun, kemungkinan hidup bersama selalu ada. Saya yakin inilah mutiara yang harus terus dijaga, keyakinan bahwa di dalam kehidupan bersama ada kebaikan bersama (common good) yang dicita-citakan oleh manusia sepanjang kehidupannya. Implikasinya, manusia tidak bisa hidup tanpa kebaikan, dan kebaikan tidak bisa dicapai tanpa orang lain. Kebaikan bersama inilah yang dipertaruhkan manusia ketika bencana terjadi. Justru motif inilah yang tam dari kisah ketangguhan warga Desa Sumbang Timun terhadap bencana. Kita tentu sudah mendengar dan sudah mafhum sebelumnya bahwa kebaikan itu ada dalam tiap individu manusia. Namun kebaikan itu belum menjadi tindakan yang baik ketika individu tidak berjumpa dengan individu lain. Kebaikan selalu hadir dalam perjumpaan antar manusia. Jika ketangguhan adalah resultan dari banyak potensi, maka ketangguhan sebagai praktik kolektif tidak akan ada (menjadi aktual) tanpa motif kebaikan bersama. Secara singkat, berdasarkan atas pengalaman warga Desa Sumbang Timun dalam menghadapi banjir Bengawan Solo, ketangguhan sesungguhnya adalah dampak (means) dari perawatan motif untuk bertindak baik yang kemudian membuahkan kebaikan bersama (end). Ini praktik biasa, karena setiap orang pernah diajari kebaikan. Namun menjadi tidak biasa ketika yang biasa itu disadari dan selalu dihidupi. Sekali lagi terbuktikan bahwa yang istimewa itu berangkat dari yang biasa, yang besar selalu berawal dari hal-hal kecil. Perbedaannya adalah apakah yang kecil itu disadari dan dihidupi? 9.2. Kata Kuncinya: Menghargai Praktik Lokal Pola-pola yang dinarasikan oleh penulis buku dokumentasi ini sungguh mengingatkan bahwa keseluruhan praktik warga Desa Sumbang Timun bukan kebetulan. Sulit untuk mengklaim peristiwa itu adalah kebetulan yang sifatnya acak. Bagaimana mungkin kebetulan membuahkan keselamatan yang diidam-idamkan oleh semua orang? Bagaimana mungkin peristiwa acak dapat memberikan pola perilaku? Bukankah sejauh-jauhnya kebetulan, peristiwa yang tampil acak itu seharusnya memberikan pola acak? Lebih jauh dari itu, mungkinkah jika pola ini diterapkan untuk warga daerah lain akan pula menghasilkan end yang identik? Mungkin sekali! Justru pola inilah yang menjadi �model� tanpa berusaha �memindahkan� apa adanya keseluruhan cara hidup yang tangguh dari masyarakat Desa Sumbang Timun ke daerah lain yang tentu berbeda konteksnya. Lalu, apa konsekuensinya? Jikalau mau menjadi tangguh, ya jangan diambil materi ketangguhannya, namun diambil caranya dalam menemukan (menyadari) praktik ketangguhannya.


Meniadakan campur tangan yang berlebihan inilah yang tam dari penulis buku dokumentasi ini. Penulis, meskipun mengalami banjir Bengawan Solo tetap memerankan fungsi fasilitasi tanpa mencampuri muatan (materi) praktik ketangguhan warga Desa Sumbang Timun. Secara praktis ketangguhan hanya mungkin akan tampil ke permukaan jika dan hanya jika penulis menghargai praktik lokal. Tanpa itu semua, kita semua sedang mendiskusikan pikiran penulis, dan praktik warga Desa Sumbang Timun menjadi justifikasi atas pikiran tersebut. Inilah hal pokok lain jika akan membantu membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. Tanpa itu penanggulangan bencana akan jatuh dalam romatisme penyelenggara penanggulangan bencana. Dalam konteks ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur perlu mengapresiasi tindakan dan peran kolektif warga Desa Sumbang Timun dalam menghargai dan menghidupi budaya dan kearifan lokal untuk penanggulangan bencana. Tindakan kolektif ini menjelaskan nalar kalimat dalam Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2010 Pasal 3 Huruf D. Saya meyakini, pengalaman seperti yang dialami masyarakat Desa Sumbang Timun itulah yang melatarbelakangi masyarakat internasional merekomendasikan tindakan strategis dalam penanggulangan bencana. Pemerintah nasional dan lokal perlu memastikan penggunaan pengetahuan dan praktik lokal secara pantas, sedemikian sehingga melengkapi peran pengetahuan modern dalam implementasi kebijakan, strategi, rencana dan program secara spesifik dan disesuaikan dengan konteks setempat (Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030).

Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

87

Hal yang saya kemukakan ini tentu tidak bermakna bahwa ketika masyarakat sudah tangguh lalu menghilangkan peran pemerintah, terutama pemerintah daerah. Negara wajib memberikan perlindungan atas kehidupan dan penghidupan warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap bencana. Dengan pengalaman ini, saatnya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Bojonegoro khususnya perlu melakukan penyesuaian dalam program penanggulangan bencana, menyesuaikan dengan pengetahuan dan praktik masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan bencana. Inilah momentum yang harus diambil oleh pemerintah daerah, mengembangkan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dengan membangun kepekaan sosio-kultural dan kecerdasan populis, serta dilandasi oleh kesadaran kebutuhan hidup bersama. Simpati, empati, dan bela rasa (compassion) adalah kapasitas. Mereka bukan bawaan (given). Ketiganya akan hadir secara niscaya ketika kepekaan sosio-kultural terbangun. Tindakan sekecil apapun dari pemerintah daerah untuk pengurangan risiko bencana di Jawa Timur membutuhkan syarat keterlibatan masyarakat setempat dalam membuat keputusan programatik. Tanpa hal itu, tujuan final penanggulangan bencana akan jauh panggang dari api, absurd.


Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

9.3. Refleksi Atas Refleksi

88

Refleksi yang saya sampaikan ini adalah tanggapan atas praktik ketangguhan yang dilakukan warga Desa Sumbang Timun. Sama seperti yang saya alami ketika membaca dokumentasi ini, kesimpulan itu muncul sebagai buah refleksi saya sebagaimana saya paparkan di atas. Saya mengajak para pembaca buku ini, mari kita sadari sungguhsungguh praktik yang dilakukan warga Desa Sumbang Timun ini, lalu buah pemikiran apakah yang kita peroleh? Itulah kesimpulan besar kita karena kita berposisi sama dengan warga Desa Sumbang Timun, kita masih merindukan kebaikan bersama. Hanya dengan demikian hidup bersama menjadi mungkin. Lalu, tindakan seperti apakah yang harus kita tindaklanjuti agar kehidupan bersama menjadi nyata? Bagikan refleksi anda, dengan demikian diskursus pengurangan risiko bencana menjadi riil dan memunculkan alternatif-alternatif baru. Luasnya alternatif melekat pada ciri masyarakat tangguh. Tentu dengan cara-cara yang sangat praktis kita juga perlu mengetahui risiko bencana dan kemudian mencari tindakan kolektif apakah yang dapat dilakukan agar semua orang yang tinggal di daerah rawan bencana menjadi selamat, sehingga kita bisa hidup bersama untuk nguri-uri (merawat) kebaikan bersama. Terima kasih saya ucapkan kepada Tim Dokumentasi Ketangguhan Jawa Timur yang memberikan kesempatan kepada saya untuk menutup pembacaan kisah ketangguhan masyarakat Desa Sumbang Timun Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Dengan kesempatan ini saya merasa teristimewa. Saya berharap hal yang saya alami ini juga dialami para pihak terutama Pemerintah Daerah Bojonegoro khususnya dan Provinsi Jawa Timur dalam menanggulangi dampak banjir Bengawan Solo. Akhir kata, sembari memberikan penghargaan yang tertinggi bagi masyarakat Desa Sumbang Timun, saya mengajak pembaca sekalian untuk membawa pengalaman pengurangan risiko bencana di wilayah kita masing-masing dalam diskursus pengurangan risiko bencana. Diskursus itu akan membangkitkan kecerdasan kolektif melalui partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana. Tanpa itu semua tujuan final penanggulangan bencana hanya akan menjadi mimpi di siang bolong. Demikian pula dengan cita-cita hidup bersama akan terasa jauh dan mustahil untuk dapat diraih.***


Epilog: Ketangguhan Masyarakat Itu Perkara Sehari-hari

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

89


Lampiran

Analisis Data Sekunder

lampiran

Penentuan Objek Kecamatan

90

Proses pengumpulan data sekunder telah dilalui, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data sekunder yang bersumber dari Instansi terpilih yang dianggap sebagai sumber data sekunder. Berikut ini hasil analisis data sekunder berbasis kabupaten untuk menentukan kecamatan terpilih sebagai kecamatan yang di situ ada indikasi desa yang memiliki ketangguhan sesuai 141 indikator yang dirumuskan. Namun sebelum itu secara metodologi perlu menentukan batasan kriteria kecamatan terdampak, kriteria tersebut adalah: 1. Kecamatan yang memiliki jumlah desa terdampak lebih dari 50% selama dua tahun berturut-turut 2. Kecamatan yang memiliki penduduk terdampak lebih dari 50% selama dua tahun berturut-turut 3. Kecamatan yang 100% desa dan penduduknya terdampak Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari BPBD Bojonegoro mulai tahun 2010 sampai 2013 berikut ini kecamatan yang terendam banjir: No Kecamatan 1

Ngraho

Desa

Banjir 2013

Mojorejo

Payaman

Tapelan

Luwihaji

Sugihwaras

Sumberarum

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

2 Padangan

3

4

5

Kasiman

Purwosari

Malo

Desa

Banjir 2013

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010

Tebon

Prangi

Nguken

Sidorejo

Banjarejo

Kuncen

Purworejo

Kebonagung

Padangan

Ndengok

Batokan

Tembeling

Betet

Purwosari

Rendeng

Kemiri

Malo

Tulungagung

Semlaran

Sudah

Dukohlor

Kacangan

Kliteh

Ngujung

Trembes

Tanggir

Petak

Tinawun

Ketileng

Kedungrejo

Banaran

lampiran

No Kecamatan

91


No Kecamatan

Trucuk

lampiran

6

92

7

Kapas

Desa

Banjir 2013

9

Gayam

Sumberrejo

Banjir 2011

Banjir 2010

Banjarsari

Sranak

Guyangan

Sumberejo

Trucuk

Tulungrejo

Mori

Padang

Pagerwesi

Sumbangtimun

Kandangan

Kanten

Bogo

Ngampel

Sambiroto

Sukowati

Tikusan

Bakalan 8

Banjir 2012

Beged

Ngraho

Sudu

Cengungklung

Manukan

Sumuragung


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Banjir 2013

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010

Pucangarum

Kadungrejo

Sraturejo

Sumuragung

Tlogoagung

Lebaksari

Tanggungan

Kalisari

Kauman

Karangdayu

Pomahan

Gunungsari

Gajah

Tulungagung

Bumiayu

Trojalu

10 Baureno

Desa

Sembunglor

√ √

Baureno

Selorejo

Blongosong

Banjaran

Ngemplak

lampiran

No Kecamatan

93


Banjir 2013

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010

Piyak

Simbatan

Kabalan

Cangaan

Kanor

Semambung

Tambahrejo

No Kecamatan

lampiran

11 Kanor

Desa

Sarangan

Pilang

Sedeng

Tejo

Gedongarum

Kedungprimpen

94

Simorejo

Temu


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Banjir 2013

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010

Sukoharjo

Leran

Ngringinrejo

Mojo

Pumpungan

Mojosari

Pilangsari

Mayangrejo

Panjunan

Mlaten

Sumengko

Talok

Kalitidu

Brenggolo

12 Kalitidu

13 Dander

Desa

√ √

√ √

*)Sudu

*)Cengungklung

*)Manukan

*)Ngraho

*)Beged

Ngablak

Sumbertlaseh

Ngulanan

lampiran

No Kecamatan

95


No Kecamatan

lampiran

14 Balen

15 Bojonegoro

96

Desa

Banjir 2013

Banjir 2012

Banjir 2011

Banjir 2010

Mulyoagung

Lengkong

Sekaran

Kedungdowo

Kedungbondo

Mulyorejo

Sarirejo

Pilanggede

Prambatan

Kalirejo

Ledok Kulon

Mulyoagung

Klangon

Sukorejo

Kadipaten

Pacul

Ledok Wetan

Banjarejo

Jetak

Semanding

Kauman

Campurrejo

Ngrowo 16 Margomulyo

Kalangan

Ngelo

JUMLAH

127 Sumber : Data BPBD Tahun 2013

√ 45

76

99


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Keterangan: *) Tahun 2010, 2011 dan 2012 desa tersebut masuk Kecamatan Gayam Berdasarkan data BPBD pada 2010, banjir Bojonegoro menggenangi 99 desa dari 12 kecamatan. Sedangkan pada 2011, banjir Bojonegoro menggenangi 76 desa di 8 kecamatan. Kemudian pada 2012, banjir Bojonegoro menggenangi 45 desa dari lima kecamatan dan pada 2013, banjir menggenangi 127 desa di 16 kecamatan.

lampiran

Untuk mengetahui gambaran secara rinci kecamatan mana yang terdampak banjir Bengawan Solo serta jumlah penduduk terdampak, maka perlu melakukan analisis dengan cara membandingkan jumlah keseluruhan desa dengan desa terdampak. Berikut ini hasil analisis desa terendam banjir Bengawan Solo dari tahun 2010 sampai dengan 2013.

97

Grafik Desa Terdampak Banjir 2010-2013


2

16 Margomulyo

141

16

15 Bojonegoro

Jumlah

9

1

14 Balen

Sumberrejo

9

5

3

Gayam

8

10

13 Dander

Kapas

7

12

12

Trucuk

6

17

12 Kalitidu

Malo

5

1

17

Purwosari

4

3

11 Kanor

Kasiman

3

10

17

Padangan

2

6

276

6

18

23

16

18

25

25

26

12

21

12

20

12

10

16

16

45

0

0

8

2

7

14

14

0

0

0

0

0

0

0

0

0

276

6

18

23

16

18

25

25

26

12

21

12

20

12

10

16

16

16.30%

0.00%

0.00%

34.78%

12.50%

38.89%

56.00%

56.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

6

18

23

16

24

25

25

26

12

21

12

20

12

10

16

16

77 282

0

9

9

2

6

14

22

0

0

3

0

12

0

0

0

0

Sumber data : BPBD Tahun 2013, BPS Tahun 2014

51.09%

33.33%

88.89%

39.13%

18.75%

66.67%

68.00%

68.00%

3.85%

41.67%

47.62%

100.00%

85.00%

8.33%

30.00%

62.50%

37.50%

27.30%

0.00%

50.00%

39.13%

12.50%

25.00%

56.00%

88.00%

0.00%

0.00%

14.29%

0.00%

60.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

100

1

10

9

2

15

11

14

0

0

6

12

11

0

2

7

0

282

6

18

23

16

24

25

25

26

12

21

12

20

12

10

16

16

35.46%

16.67%

55.56%

39.13%

12.50%

62.50%

44.00%

56.00%

0.00%

0.00%

28.57%

100.00%

55.00%

0.00%

20.00%

43.75%

0.00%

Persentase Desa Persentase Desa Persentase Desa Persentase Desa Terdampak 2013 Terdampak 2012 Terdampak 2011 Terdampak 2010 Desa Desa Desa Desa Total ProsenTotal ProsenTotal ProsenTotal ProsenTerdamTerdamTerdamTerdamDesa tase Desa tase Desa tase Desa tase pak pak pak pak

10 Baureno

Ngraho

Kecamatan

1

No.

lampiran

Prosentase Desa Terdampak Bencana Banjir Bengawan Solo Kab. Bojonegoro Tahun, 2010, 2011, 2013 Dan 2014

98


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

lampiran

Grafik Prosentase Jumlah Desa Terdampak Tahun 2010

99

Grafik Prosentase Jumlah Desa Terdampak Tahun 2011


lampiran

Grafik Prosentase Desa Terdampak Tahun 2012

100

Grafik Prosentase Desa Terdampak Tahun 2012 Berdasarkan data di atas, 16 kecamatan terdampak terdiri dari 140 desa yang dihitung sesuai prosentase jumlah desa terdampak pada tahun 2010 sampai 2013. Banjir besar terakhir adalah pada tahun 2013 yang menggenangi 140 desa di 16 kecamatan.


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Analisis ini menggunakan ukuran 50% dan 75% desa terdampak. Apabila memakai ukuran 50%, maka ada 7 desa yang terdampak, yaitu kecamatan Padangan, Malo, Trucuk, Baureno, Kanor, Kalitidu dan Bojonegoro. Prosentase Jumlah Pendudukan Terdampak Bencana Banjir Bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011

1

Ngraho

0

16

0.00%

0

0

0.00%

2

Padangan

0

16

0.00%

0

0

0.00%

3

Kasiman

0

10

0.00%

0

0

0.00%

4

Purwosari

0

12

0.00%

0

0

0.00%

5

Malo

12

20

60.00%

21,771

34,746

62.66%

6

Trucuk

0

12

0.00%

0

0

0.00%

7

Kapas

3

21

14.29%

6,656

55,329

12.03%

8

Gayam

0

12

0.00%

0

0

0.00%

9

Sumberrejo

0

26

0.00%

0

0

0.00%

10 Baureno

22

25

88.00%

73,273

87,180

84.05%

11 Kanor

14

25

56.00%

33,389

63,944

52.22%

12 Kalitidu

6

24

25.00%

14,043

71,088

19.75%

13 Dander

2

16

12.50%

7,153

90,448

7.91%

14 Balen

9

23

39.13%

16,989

70,988

23.93%

15 Bojonegoro

9

18

50.00%

37,674

95,652

39.39%

16 Margomulyo

0

6

0.00%

0

0

0.00%

Jumlah

77

282

27.30%

210,948 569,375

37.05%

Data BPBD Tahun 2011

Menurut hasil analisis data sekunder dari BPBD dan BPS tahun 2011, dari 16 kecamatan terdampak terdapat 3 kecamatan yang jumlah penduduknya 50% lebih terdampak banjir Bengawan Solo, yakni Kecamatan Malo, Baureno dan Kanor.

lampiran

PERSENTASE DESA TEDAMPAK 2011 Desa Jumlah Jumlah NO. KECAMATAN Total PersenPersenTerdampenduduk penduDesa tase tase pak terdampak duk

101


lampiran 102

Grafik Jumlah Penduduk Terdampak Banjir Bengawan Solo Tahun 2011 Pada tahun 2011, potensi bencana yang melanda masyarakat bantaran sungai Bengawan Solo cukup besar. Data yang dihimpun dari BPBD Bojonegoro menunjukkan ada dua kecamatan yang relatif besar yakni Kecamatan Kalitidu 19,75%, Kecamatan Balen 23,93%, Kecamatan Kanor 52,22%, Kecamatan Malo 62,66%, dan Kecamatan Baureno yang menempati urutan tertinggi 84,05%. Jadi pada tahun 2011 kecamatan yang terdampak paling besar adalah Malo, sedangkan Kanor dan Baureno memenuhi kriteria 50% penduduk terdampak banjir Bengawan Solo. Tabel Prosentase Jumlah Pendudukan Terdampak Bencana Banjir Bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012 PERSENTASE DESA TEDAMPAK 2012 NO. KECAMATAN 1 2 3 4 5

Ngraho Padangan Kasiman Purwosari Malo

Desa Jumlah Jumlah Total PersenTerdampenduduk penduDesa tase pak terdampak duk 0 0 0 0 0

16 16 10 12 20

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

Persentase 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

PERSENTASE DESA TEDAMPAK 2012 Desa Jumlah Jumlah Total PersenPersenTerdampenduduk penduDesa tase tase pak terdampak duk

6

Trucuk

0

12

0.00%

0

0

0.00%

7

Kapas

0

21

0.00%

0

0

0.00%

8

Gayam

0

12

0.00%

0

0

0.00%

9

Sumberrejo

0

26

0.00%

0

0

0.00%

10

Baureno

14

25

56.00%

40,986

89,301

45.90%

11

Kanor

14

25

56.00%

33,881

66,867

50.67%

12

Kalitidu

7

18

38.89%

18,731

55,441

33.79%

13

Dander

2

16

12.50%

7,242

94,324

7.68%

14

Balen

8

23

34.78%

15,925

71,838

22.17%

15

Bojonegoro

0

18

0.00%

0

0

0.00%

16

Margomulyo

0

6

0.00%

0

0

0.00%

Jumlah

45

276

16.30%

377,771

160.20%

116,765

Data BPBD Tahun 2012

Data BPS dan BPBD tahun 2012 di atas menyebutkan bahwa ada 1 kecamatan yang jumlah penduduknya terdampak di atas 50% yakni Kanor, sedangkan kecamatan lain yang ditunjukkan dengan jumlah terdampak nol (0) menunjukkan tidak ada banjir yang menggenangi rumah mereka, sesuai dengan grafik berikut;

lampiran

NO. KECAMATAN

103


lampiran

Grafik Jumlah Penduduk Terdampak Banjir Bengawan Solo Tahun 2012

104

Data penduduk yang terdampak banjir pada tahun 2012, menunjukkan bahwa Kecamatan Kanor menempati prosentase tertinggi yakni 50,67%, sedangkan Kecamatan Baureno 45,90% disusul oleh Kecamatan Kalitidu 33,79%. Maka, Kanor memenuhi kriteri 50% jumlah penduduk terdampak pada tahun 2012. Tabel Prosentase Jumlah Pendudukan Terdampak Bencana Banjir Bengawan Solo Kab. Bojonegoro Tahun 2013

NO. 1 2 3 4 5 6

KECAMATAN Ngraho Padangan Kasiman Purwosari Malo Trucuk

PROSENTASE DESA TEDAMPAK 2013 Desa Jumlah Jumlah Total PersenPersenTerdampenduduk penduDesa tase tase pak terdampak duk 6 16 37.50% 18,021 51,512 34.98% 10 16 62.50% 31,989 50,363 63.52% 3 10 30.00% 21,648 34,855 62.11% 1 12 8.33% 4,690 33,484 14.01% 17 20 85.00% 28,496 35,604 80.04% 12 12 100.00% 44,505 44,505 100.00%


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Kapas Gayam Sumberrejo Baureno Kanor Kalitidu Dander Balen Bojonegoro Margomulyo Jumlah

10 5 1 17 17 12 3 9 16 2 141

21 12 26 25 25 18 16 23 18 6 276

47.62% 41.67% 3.85% 68.00% 68.00% 66.67% 18.75% 39.13% 88.89% 33.33% 51.09%

24,647 12,321 5,758 54,290 42,252 46,021 11,924 17,928 81,452 3,361 449,303

56,626 35,863 77,944 87,700 65,943 55,470 92,092 70,678 97,764 25,539 915,942

43.53% 34.36% 7.39% 61.90% 64.07% 82.97% 12.95% 25.37% 83.31% 13.16% 49.05%

Berdasarkan data tahun 2013 dari jumlah 16 kecamatan terendam banjir terdapat 8 kecamatan yang penduduknya di atas 50% terdampak, yakni Padangan, Kasiman, Malo, Trucuk, Baureno, Kanor, Kalitidu dan Bojonegoro.

lampiran

Data BPBD & BPS Tahun 2013

105

Grafik Analisis Jumlah Penduduk Tahun 2013


lampiran

Berdasarkan analisis data di atas, dalam mengambil sampel kecamatan yang terindikasi memiliki ketangguhan, digunakan kriteria minimal 50% dari kecamatan dan minimal berdasarkan data jumlah desa dan jumlah penduduk minimal 2 tahun berturut-turut, yakni Kecamatan Malo, Baureno, Kanor, dan Bojonegoro. Tetapi ada data yang tidak teridentifikasi, karena berdasarkan data lapangan Kecamatan Trucuk terdampak 100%. Logikanya, banjir tahun 2011 dan 2012 seharusnya menggenangi Kecamatan Trucuk. Pengecekan di kantor kecamatan menunjukkan bahwa pada tahun tersebut ternyata tidak terdata. Kecamatan yang lolos menjadi objek analisis data sekunder adalah Kecamatan Malo, Baureno, Kanor, dan Bojonegoro.

106


4

3

2

1

No.

Indikator

Kecamatan

Kanor 1. Pelayanan kesehatan Baureno Malo masih berfungsi saat banjir per desa Trucuk Bojonegero Kanor 2. Air bersih untuk Baureno kebutuhan minum, Malo masak dan MCK tersedia sepanjang Trucuk waktu saat banjir Bojonegero 1 . Kanor Kesehatan 5. Kemampuan warga Baureno dalam menyediakan Malo makanan bergizi untuk Trucuk balita Bojonegero 8. Kemampuan mengan­ Kanor Baureno tisipasi wabah penyakit Malo (nyamuk cikun­gunya, Trucuk penyakit kulit, diare, Bojonegero muntaber, influenza, batuk pilek, demam)

Sektor

lampiran

1 Puskesmas 1 Puskesmas 1 Puskesmas 1 Puskesmas 1 Puskesmas Tersedia Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tersedia Tidak Tersedia 2.016 kasus 3.000 kasus 724 kasus 814 kasus 1.893 kasus

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih Keterangan

Jumlah kasus penyakit Dinas akibat banjir dari tahun Kesehatan 2007 - 2008. Konfirmasi Tahun 2014 untuk diperbaharui data tahun 2012-2013

Apa dan kapan makanan bergizi untuk balit tersedia di saat banjir di 5 Kecamatan

PDAM Data layanan Air Bersih tahun 2014 PDAM Bojonegoro

Dinkes kab. Apa layanan yang tidak Bojonegoro berfungsi dan saat tahun 2014 banjir tahun 2014

Sumber

Analisis Kecamatan Berbasis Indikator Setelah tahapan penentuan kecamatan terdampak sesuai kriteria yang ada selesai, tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis kecamatan tersebut berbasis sektor yang diturunkan kepada indikator dengan menggunakan data sekunder. Berikut ini hasil analisis data sekunder untuk kecamatan berdasarkan data tingkat kabupaten:

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

107


5

No.

2. Ekonomi

Sektor

10. Kemampuan warga mendapatkan penghasilan sesuai dengan mata pencahariannya baik saat dan pasca banjir

Indikator

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Kecamatan

108

Sumber

Dinas Pertanian Tahun 2013

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih a. 2.933 Ha lahan padi dan palawija yang terendam dari luas total 5.980 Ha (49,05%) b. Produktifitas lahan total 3.428 ton (0,57 ton/ Ha) a. 6.550 Ha lahan padi dan palawija yang terendam dari luas total 12.549 Ha (52,20%) b. Produktifitas lahan total 3.974,19 ton (0,32 ton/Ha) a. 2.537 Ha lahan padi dan palawija yang terendam dari luas total 6.830 Ha (37,14%) b. Produktifitas lahan total 34.094 ton (4,99 ton/Ha) a. 3.501 Ha lahan padi dan palawija yang terendam dari luas total 4.998 Ha (70,05%) b. Produktifitas lahan total 24.586 ton (4,92 ton/Ha)

lampiran

Rata-rata produk lahan total di 5 kecamatan adalah 3,38 ton/Ha. Jadi, kecamatan yang memiliki produksi lahan di atas 3,38 ton/ Ha adalah Kecamatan Malo, Trucuk dan Kalitidu.

Keterangan


6

No.

Sektor

12. Kemampuan menyediakan pakan ternak di saat dan pasca banjir

Indikator

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Kecamatan

lampiran

a. 736 Ha lahan padi dan palawija yang terendam dari luas total 13.006 Ha (5,67%) b. Produktifitas lahan total 60.7 ton (0,005 ton/Ha) Jumlah ternak total yang terdampak sebanyak 20 ekor dari total ternak yang dimaksud sebessar 162.101 ekor (0,01%) Jumlah ternak total yang terdampak sebanyak 0 ekor dari total ternak yang dimaksud sebessar 162.382 ekor (0%) Jumlah ternak total yang terdampak sebanyak 531 ekor dari total ternak yang dimaksud sebessar 49.442 ekor (1,08%) Jumlah ternak total yang terdampak sebanyak 5.941 ekor dari total ternak yang dimaksud sebesar 31.734 ekor (18,72%)

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih

BPBD Tahun 2013

Sumber

Jenis ternak yang dimaksud di dalam data yag diperoleh adalah: kambing, sapi, unggas dan kelinci). Jumlah rata-rta ternak yang mati dari total kecamatan terpilih sebesar 1.180 ekor. Jadi, kecamatan yang terpilih untuk indikator ini adalah jumlah ternak yang mati di bawah 1.180 ekor

Keterangan

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

109


7

6

No.

4. Infrastruktur (Sarana Prasana Lingkungan Dan Transportasi)

Sektor

19. Mobilitas warga pada saat banjir tidak berkurang dengan atau tanpa sarana transportasi

13. Kemampuan merawat ternak di saat dan pasca banjir

Indikator

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Kecamatan

110

Jumlah ternak total yang terdampak sebanyak 475 ekor dari total ternak yang dimaksud sebessar 61.915 ekor (0,77%) Digabung dengan indikator 12 Digabung dengan indikator 12 Digabung dengan indikator 12 Digabung dengan indikator 12 Digabung dengan indikator 12

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih

lampiran

Sumber

Dibantu informasi dengan data pimer

Tidak ada informasi tentang ketersediaan pakan ternak

Keterangan


9

8

No.

5. Pendidikan

Sektor

Pendidikan formal tidak ada yang berfungsi di semua desa terdampak

Baureno

25. Pendidikan non formal (PAUD, kejar paket, TPA/TPQ, Madin, Pesantren) masih berfungsi di saat banjir Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

lampiran

Pendidikan formal tidak ada yang berfungsi di semua desa terdampak Terdampak pendidikan non formal yang berfungsi Terdampak pendidikan non formal yang berfungsi Terdampak pendidikan non formal yang berfungsi

Pendidikan formal tidak ada yang berfungsi di semua desa terdampak

Pendidikan formal tidak ada yang berfungsi di semua desa terdampak

Pendidikan formal tidak ada yang berfungsi di semua desa terdampak

Kanor

Kecamatan

24. Pendidikan formal masih berfungsi di saat Malo banjir

Indikator

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih

Observasi 2013

Observasi 2013

Sumber

Pendidikan non formal yang dimaksud adalah pesantren, TPQ/TPA da Madin. Pendidikan non forml lebih berfungsi di saat banjir disebabkan karena:

Menggunaan observasi tahun 2013 karena banjir pada tahun 2013 lebih parah dibanding dari tahun sebelumnya berdasarkan informasi peta yang tersedia

Keterangan

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

111


12

11

10

No.

8. Biologi/ Reproduksi

7. Keamanan

Sektor

31. Tersedia sarana dan prasarana untuk mengurangi pelecehan seksual di tempat pengungsian

29. Strategi untuk perawatan kesehatan reproduksi ibu dan remaja

27. Warga memiliki mekanisme pangamanan wilayah di saat banjir

Indikator

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

Kecamatan

112

Terdampak pendidikan non formal yang berfungsi Tidak ada pendidikan nn formal yang berfungsi

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih

lampiran

Sumber

Tidak dapat dikonfirmasi melalui data sekunder. Perlu dikonfirmasi melalui data primer

Tidak dapat dikonfirmasi melalui data sekunder. Perlu dikonfirmasi melalui data primer

Perlu konfirmasi kembali kepada MUSPIKA setempat. Tidak dapat dikonfirmasi melalui data sekunder

Keterangan


Sektor

11. Komunikasi Bencana

12. Psikologi

No.

13

14

41. Terdapat pendampingan antar warga untuk trauma dan penumbuhan harapan warga saat terjadi bencana

38. Warga memiliki sumber-sumber informasi yang kredibel sebelum, saat dan pasca bencana

Indikator

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Bojonegero

Trucuk

Malo

Baureno

Kanor

Kecamatan

lampiran

Terdapat trauma healing di sekolah

Terdapat trauma healing di sekolah

Terdapat trauma healing di sekolah

Terdapat trauma healing di sekolah

Terdapat trauma healing di sekolah

Terdapat sumber informasi

Terdapat sumber informasi

Terdapat sumber informasi

Terdapat sumber informasi

Terdapat sumber informasi

Keterangan Indikator Per Kecamatan Terpilih

 Observasi tahun 2013

Observasi tahun 2013

Sumber

Semua terdapat trauma healing di sekolah dan pendampingan antar warga oleh kiyai berdasarkan observasi tahun 2013

Terdapat sumbersumber informasi dari BPBD ke kecamatan, desa dan warga berdasakan observasi tahun 2013

Keterangan

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

113


lampiran

79

16

1

0

1 1

1 0

1

1 0

1

1 1

0

1

1

1

1

1

1

0

0

0 0

1

1

1

11 (29)

12 (31)

13 (38)

14 (41)

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

KeaKesehatan Komuni- Psikomanan Reproduksi kasi logi

10 (27)

6

9

9

7

9

Jumlah

Berdasarkan analisis 14 indikator data sekunder untuk 8 sektor, yakni kesehatan, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, keamanan, dan psikologi yang diterapkan untuk 5 kecamatan terpilih serta disederhanakan menjadi tabulasi di atas dihasilkan kesimpulan bahwa; berdasarkan 14 indikator yang dianalisis diterapkan terhadap 17 desa di Kecamatan Kanor mendapatkan skor 9, ada 5 indikator yang tidak bisa terpenuhi yaitu indikator 10, 24, 27, 29 dan 31.

JUMLAH

Bojonegoro

1

1

0

0

5

12

0

0

1

Trucuk

1

1

1

4

17

0

1

Malo

1

0

3

17

1

Baureno

1

2

1

0

1

Kanor

1

17

Pendidikan

8 9 (24) (25)

Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Kecamatan Desa (1) (2) (5) (8) (10) (12,13) (19) No. Terpilih TerdamInfraspak Kesehatan Eko-nomi truktur

Kapasitas Berdasarkan Indikator Nomor

Tabel Tabulasi Analisis Berdasarkan Indikator Kecamatan Terpilih

114


kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

Berdasarkan 14 indikator yang dianalisis dan diterapkan terhadap 17 desa di Kecamatan Baureno, didapatkan skor 7. Kemudian di Kecamatan Malo didapatkan skor 9, dengan identifikasi 5 indikator yang tidak terpenuhi. Di Kecamatan Trucuk dari 100% desa terdampak terdapat 9 indikator yang terpenuhi dari 14 indikator yang diterapkan. Sedangkan kecamatan terakhir yakni kecamatan Bojonegoro dari 16 desa terdampak mendapat skor 6. Dari analisis data tersebut bisa disimpulkan bahwa ada 3 Kecamatan yang memperoleh skor sama yakni Kecamatan Kanor, Trucuk dan Malo.

lampiran

Grafik Hasil Skoring Analisis Kecamatan Terpilih

115


lampiran

Indikator

Sumber/ Dokumen

a. Pengobatan (penanganan pengobatan dan datanya)

Pertanyaan Kunci

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Pengobatan tetap jalan meskipun dalam keadaan banjir Data/ Tetap dilaksanakan wawancara 1. Pelayanan oleh bidan desa dari dokter kesehatan b. Monitoring masing-masing dan puskesmas/ 1. masih kesehatan ibu (hamil pihak kecamatan mantri Kesehatan berfungsi dan menyusui), juga sering dan bidan saat banjir per balita dan lansia berkeliling ke desadesa. (Data desa desa menggunakan diutamakan perahu tahun 2013) Jumlah Posyandu 65, c. Jumlah titik Polindes 24, Pustu 3, pelayanan Puskesmas 1

Sektor

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015 Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor dr. Vera Agustina,pr, 36, Kepala Data polindes dan PUSKESMAS, Sumuragungposyandu d kec Sumberrejo, 08157716169, kanor,2015 PUSKESMAS Kanor

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa) dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Hasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015

Hasil Tabulasi Data Primer dan Sekunder Kecamatan

Berikut ini hasil tabulasi data primer dan data sekunder yang bersumber dari kecamatan terpilih;

Setelah menentukan kecamatan terpilih, yakni Kecamatan Kanor, Malo dan Trucuk langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data primer dan sekunder tingkat Kecamatan yang akan dianalisis untuk dijadikan alat untuk memilih desa terpilih yang memenuhi 8 sektor dan 41 indikator yang sudah ditentukan.

Pengumpulan Data Sekunder dan Primer tingkat Kecamatan

116


Sektor

Data/ wawancara dari kecamatan/ puskesmas (Data diutamakan tahun 2013)

Data/ wawancara dari dokter puskesmas/ mantri dan bidan desa. (Data diutamakan tahun 2013)

3. Warga memiliki alternatif pengobatan jika layanan kesehatan terhenti karena banjir

Sumber/ Dokumen

2. Air bersih untuk kebutuhan minum, masak dan MCK tersedia sepanjang waktu saat banjir per desa

Indikator

tersedia

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Ada, bahkan Kanor adalah pusatnya pijat tradsional

lampiran

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Warga lebih suka datang langsung ke petugas kesehatan jika ada masalah tentang kesehatan

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Penyakit yang PUSKESMAS, Sumuragungdisebabkan banjir Sumberrejo, 08157716169, 2013 PUSKESMAS Kanor

b. Cara warga melakukan pencegahan dan pengobatan mandiri untuk mengatasi panyakit di saat banjir c. Praktik warga dalam pengobatan alternatif di saat banjir (pijet, bekam, kerokan dan lainnya)

a. Jumlah kasus penyakit akibat banjir di masingmasing desa

1. mengambil air dari tetangga yang tidak terdampak, 2. Meninggikan Pompa air Diare 8, ISPA 21, Kulit 17, Typoid 2, Lainnya 58

c. Siasat penyediaan air minum oleh warga terdampak

b. Akses terhadap air sangat mudah minum

a. Ketersediaan air bersih di area terdampak

Pertanyaan Kunci

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa) dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015 dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015 Kantor dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara puskesmas PUSKESMAS, SumuragungKanor, 1-4Sumberrejo, 08157716169, 2015 PUSKESMAS Kanor Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

117


Sektor

Data/ wawancara dari dokter puskesmas/ mantri dan bidan desa. (Data diutamakan tahun 2013)

Data/ wawancara dari dokter puskesmas/ mantri dan bidan desa. (Data diutamakan tahun 2013)

5. Kemampuan warga dalam menyediakan makanan bergizi untuk balita per desa

Sumber/ Dokumen

4. Kemampuan warga dalam menyediakan makanan pokok pengganti

Indikator

c. Siasat warga terhadap makanan balita atau penggantinya saat banjir

b. Akses terhadap makanan balita atau penggantinya

a. Ketersediaan makanan balita atau penggantinya

c. Siasat warga terhadap makanan pokok atau penggantinya saat banjir

b. Akses terhadap makanan pokok atau penggantinya

a. Ketersediaan makanan pokok atau penggantinya

Pertanyaan Kunci

lampiran

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Respon/ Siapa Yang Dan Tanggapan/ Mengeluarkan Tanggal Jawaban Dan Tahun Wawancara Berapa) tersedia dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015 aksesnya mudah, dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor warga bisa Membeli PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas di toko karena Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4meski banjir toko PUSKESMAS Kanor 2015 tetap buka dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor 1. Warga sudah PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas punya simpanan bahan makanan, Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-42. Menggunakan PUSKESMAS Kanor 2015 makanan pengganti seperti: singkong Kantor tersedia dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara puskesmas PUSKESMAS, SumuragungKanor, 1-4Sumberrejo, 08157716169, 2015 PUSKESMAS Kanor akses mudah dr. Vera Agustina ,pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015 dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor sudah ada puskesmas persiapan sebelum PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4banjir, dengan membeli stok di PUSKESMAS Kanor 2015 toko

118


Sektor

6. Kemampuan warga menyediakan makanan berserat dan mengandung protein

Indikator

Data/ wawancara dari dokter puskesmas/ mantri dan bidan desa. (Data diutamakan tahun 2013)

Sumber/ Dokumen

a. Ketersediaan makanan yang berserat (sayur) dan mengandung protein (daging, telur, tempe, tahu dan ikan) atau penggantinya b. Akses terhadap makanan yang berserat (sayur) dan mengandung protein (daging, telur, tempe, tahu dan ikan) atau penggantinya c. Siasat warga terhadap makanan yang berserat (sayur) dan mengandung protein (daging, telur, tempe, tahu dan ikan) atau penggantinya saat banjir

Pertanyaan Kunci

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Warga sudah terbiasa Menanam sayuran di kebun sendiri, memelihara ayam, itik dan lele, industri tempe tahu juga tetap jalan sehingga tidak kekurangan

lampiran

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

aksesnya mudah

tersedia

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa) dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Hasil wawancara Kantor PUSKESMAS, Sumuragungpuskesmas Sumberrejo, 08157716169, Kanor, 1-4PUSKESMAS Kanor 2015 Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

119


Sektor

Sumber/ Dokumen

Data/ wawancara puskesmas, posyandu kecamatan

Data/ wawancara dari dokter puskesmas/ mantri dan bidan desa. (Data diutamakan tahun 2013)

Indikator

7. Pelayanan terpadu untuk kesehatan anak dan balita tetap berfungsi di saat banjir

8. Kemampuan mengantisipasi wabah penyakit (nyamuk cikungunya, penyakit kulit, diare, muntaber, influenza, batuk pilek, demam)

Posyandu tetap dilaksanakan, jika tempatnya tenggelam pindah ke tempat lain

a. Jumlah dan data desa yang masih melakukan pelayanan posyandu di saat banjir

Diare 8 kasus, ISPA 21, Kulit 17, Typoid 2, Lainnya 58

Bidan desa selalu aktif melaksanakan b. Langkah-langkah sosialisasi tentang antisipasi yang kesehatan, terjun dilakukan warga langsung ke desauntuk menghindari desa. Dengan wabah karena banjir demikian kesadaran warga sudah ada

a. Jumlah kasus penyakit akibat banjir di masingmasing desa

b. Titik sebaran posyandu ada pelayanan posyandu disetiap dusun di desa

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

dr. Vera Agustina,pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa) Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala Data polindes dan PUSKESMAS, Sumuragungposyandu d Kec Sumberrejo, 08157716169, Kanor,2015 PUSKESMAS Kanor

lampiran

Pertanyaan Kunci

120


Sektor

9. Kemampuan mengelola lingkungan saat dan pasca banjir

Indikator

Pertanyaan Kunci

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungHasil wawancara Sumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

lampiran

a. Jumlah dan sebaran desa yang mampu mengelola lingkungan saat dan pasca banjir Warga bekerjasama (menjaga kebersihan membersihkan Data/ lingkungan, sampah wawancara mengeringkan dari dokter genangan, puskesmas/ membuang sampah mantri pada tempatnya dan dan bidan praktik lainnya) desa. (Data diutamakan b. Gerakan tahun 2013) kebersihan Melakukan foging jika ada laporan lingkungan warga secara reguler di kasus, dan mlakukan pembagian abate masing-masing jika datang msim desa (seperti: penghujan foging berkala dan pembagian abate)

Sumber/ Dokumen

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

121


Indikator

Sumber/ Dokumen

Data/ wawancara 10. Kemam足 dengan puan warga Mantri mendapat足kan Statistik penghasilan (mantis), 2. Ekonomi sesuai dengan Kasi mata pencaha足 Bangdes, riannya baik Sekcam, saat dan pasca Mantri banjir Pertanian dan Peternakan

Sektor

b. Sejauh mana kemampuan ekonomi (produktifitas) warga bertahan pada saat banjir (terutama banjir tahun 2013) per desa

a. Sejauh mana produksi pertanian dan peternakan warga di saat banjir

Pertanyaan Kunci

Data rekap luas lahan dan hasil pertanian kec. Kanor tahun 2013/ Hasil wawancara

Kantor BPP Kec Kanor/ 31-3-2015/ 1-4-2015

Kantor BPP Kec Kanor/ 31-3-2015/ 1-4-2015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor/Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec. Kanor

Masyarakat sudah memiliki sistem kalender musim (tidak menanam padi pada musim banjir). Yang gagal panen Kedungprimpen, Gedungarum, temu, cangaan dan kabalan

Selain menanam padi dan beternak, warga juga memiliki pekerjaan yang lain

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Kantor Kec. Kanor/Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec. Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

lampiran

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

122


Sektor

Indikator

lampiran

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Respon/ Sumber/ Siapa Yang Pertanyaan Kunci Tanggapan/ Dokumen Mengeluarkan Jawaban Dan Tahun Berapa) c. Data produksi Kerugian di Desa Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Data peternakan tanaman dan gedongarum 365 Teknis Peternakan, Prayungankec. Kanor, kematian ternak Ha, Kedungprimpen Sumberrejo, 081359883546, Dampak banjir (terutama banjir 339 Ha, Temu Kantor Kec. Kanor/ Muhajir, S.Pt., 2013/ hasil tahun 2013) per desa 300 Ha, tidak ada lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, wawancara binatang ternak 085230994202, BPP Kec. Kanor yang mati, tetapi kerugian ternak ikan karena hanyut yaitu : 1. Di Desa Piyak : Lele 4000 ekor, Nila 6.000 ekor. 2. Cangaan : Lele 16.000 ekor, 3. Semambung : Nila 2.000, Lele 2500, Tawes 3.000, Patin 2.000, 4. Simbatan: Lele 23.000, tombro 2000 Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Kantor BPP Kec Kanor/ 31-3-2015/ 1-4-2015

Tempat Dan Tanggal Wawancara

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

123


Sektor

Sumber/ Dokumen

Data/ wawancara dengan Mantri Statistik (mantis), Kasi Bangdes, Sekcam, Mantri Pertanian dan Peternakan 12. Data/ Kemampuan wawancara menyediakan dengan pakan ternak Mantri di saat dan Statistik pasca banjir (mantis), Kasi Bangdes, Sekcam dan Peternakan

11. Kemampuan warga mendapatkan penghasilan di luar mata pencaharian pokok

Indikator

ada simpanan warga jadi tidak masalah

b. Akses teerhadap pakan trnak pada saat dan pasca

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, Prayunganakses mudah karena Sumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara jalan masih bisa Kantor Kec. Kanor/ Muhajir, S.Pt., dilewati lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec. Kanor

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor/ Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec. Kanor

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor/ Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec. Kanor

Prayungan, 1-4-2015

Prayungan, 1-4-2015

Kantor BPP Kec Kanor/ 31-3-2015/ 1-4-2015

Kantor BPP Kec Kanor/ 31-3-2015/ 1-4-2015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor / Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec.Kanor

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Buruh tani di desa lain, berdagang dll, rata-rata petani dan peternak punya pekerjaan lain

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

lampiran

a. Ketersediaan pakan ternak ada saat dan pasca banjir pakan tetap tersedia per desa

b. Sejauh mana kemampuan ekonomi warga bertahan pada saat banjir (terutama banjir tahun 2013)

a. Apakah sumbersumber alternatif mata pencaharian warga pada saat dan pasca banjir menurut desanya

Pertanyaan Kunci

124


3. Sosial Kemasya足 rakatan

Sektor

Sumber/ Dokumen

Pertanyaan Kunci

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Prayungan, 1-4-2015

Prayungan, 1-4-2015

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, form populasi Kantor Kec. Kanor / Muhajir, S.Pt., ternak 2014 lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec.Kanor Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor / Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec.Kanor Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Hasil wawancara

Prayungan, 1-4-2015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Sadikun, SE., lk, 53, Petugas Teknis Peternakan, PrayunganSumberrejo, 081359883546, Hasil wawancara Kantor Kec. Kanor / Muhajir, S.Pt., lk, 53, PPL Pertanian, Sroyo-Kanor, 085230994202, BPP Kec.Kanor

lampiran

membuat gadangan c. Siasat penyediaan persediaan jerami, rumput gajah, pakan ternak mangambil rumput di desa lain Kuda 5, Sap 4317, Domba 13. Data/ 6218, kambing 5364 Kemampuan wawancara Ayam buras 56.482,Ayam a. Jumlah ternak merawat dengan Ras Pedaging 94.000, ternak di saat Mantri sebelum, saat dan Ayam Ras Petelor dan pasca Statistik pasca banjir 1500,Itik 6425, Itk Manila/ banjir (mantis), enthok 3294 Kasi membuat Bangdes, Sekcam dan b. Siasat penyediaan gadangan ( persediaan jerami) Peternakan pakan ternak saat rumput gajah, dan pasca banjir mangambil rumput di desa lain kerjabakti tetap jalan 14. Kegiatan Data/ a. Praktik kegiatan dengan cara gotong sosial warga wawancara sosial yang masih royong, terutama di saat dengan Kasi berjalan meskipun ketika air datang banjir masih Kesra dan situasi banjir (kerja warga beramai-ramai berjalan Sekcam bakti, bersih desa dan lainnya) di setiap membuat bendungan dari kantong pasir desa

Indikator

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

125


Sektor

16. Komitmen (yang tidak tertulis atau tertulis) bagi warga dalam hal panen hasil pertanian (jagung, singkong, tebon, pisang)

15. Kerjasama warga dalam penyediaan makanan untuk korban banjir

Indikator

b. Sejauh mana keterlibatan warga di setiap kegiatan di masing-masing desa a. Jumlah desa yang memiliki kerjasama dalam penyediaan logistik saat banjir

Pertanyaan Kunci

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Warga yang membutukhan disuruh mengambil hasil panen tetangga secukupnya, terutama lele, sayuran dan singkong

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Warga yang tidak terdampak banjir memberikan bantuan kepada warga terdamppak

Semua desa terdampak

warga sangat antusias.

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

lampiran

a. Jumlah desa yang Ada didesa piyak, si warganya masih mbatan,kabalan,can mempraktikkan gaan,semambung �bagi hasil panen�

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra dan b. Siasat bagi hasil Sekcam panen di saat banjir

Data/ wawancara dengan Kasi b. Siasat kerjasama Kesra dan warga dalam Sekcam penyediaan makanan saat banjir

Sumber/ Dokumen

126

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)


Sektor

18. Warga pernah melakukan latihan evakuasi

17. Kerjasama warga dalam memberikan pertolongan (orang sakit, evakuasi balita, lansia dan ibu hamil)

Indikator

a. Jumlah desa yang warganya masih mempraktikkan �pemberian pertolongan pada warga terdampak�

Pertanyaan Kunci

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra dan Sekcam / (PMI) b. Frekuensi latihan evakuasi darurat tidak ada

lampiran

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor / Suharto, lk, 57, Kasi Kesra, Ds. Kanor-Kanor, 085203163732, Kantor Kec Kanor dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor / Suharto, lk, 57, Kasi Kesra, Ds. Kanor-Kanor, 085203163732, Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Rumah yang tidak tergenang menampung tetangga yang rumahnya tergenang dan saling membantu jika ada yang sakit diantar atau dipanggilkan petugas kesehatan

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Semua Desa

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

a. Jumlah desa yang Ada posko pernah melakukan kedaruratan latihan evakuasi bencana kedaruratan banjir

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra dan Sekcam b. Siasat warga dalam memberikan pertolongan

Sumber/ Dokumen

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

127


Indikator

Sumber/ Dokumen

Pertanyaan Kunci

a. Jumlah desa yang warganya memiliki 19. Mobilitas sarana transportasi warga Data/ pada saat wawancara untuk mendukung banjir tidak dengan Kasi mobilitas saat banjir berkurang Kesra dan b. Sejauh mana dengan atau Sekcam / mobilitas warga tanpa sarana (PMI) sebelum, saat dan transportasi 4. Infra足 pasca banjir setiap s足truktur desa (Sarana Data/ a. Jumlah desa 20. Terdapat Prasana wawancara yang memiliki jalur evakuasi Ling足kungan dengan Kasi jalur evakuasi dan dan distribusi Dan Trans足 Kesra dan distribusi logistik logistik antar portasi) Sekcam / antar rumah rumah (Wot) (PMI) 21. Warga a. sejauh mana memiliki kiatData/ warga masingkiat khusus wawancara masing desa yang untuk tetap dengan Kasi tidak mengungsi mendapatkan Kesra dan memiliki fasilitas fasilitas Sekcam / untuk istirahat dan istirahat dan (PMI) memasak makanan memasak yang layak,

Sektor

lampiran

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Fasilitas istirahat dan Kesra,Ds.Kanormasak tercukupi Kanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

ada, di desa kanor dan kedungprimpen

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Hasil wawancara

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

disemua desa terdampak sarana transportasi tetap berjalan dengan menggunakan perahu ojek, rakit dari batang pisang ada yang jalan kaki ada yang pakai perahu dan atau rakit, semuanya berjalan seperti biasa

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

128


Sektor

23. Warga memiliki strategi dan sarana untuk pengamanan harta kekayaan

22. Warga memiliki strategi dan sarana untuk pengamanan stok pangan

Indikator

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

a. Jumlah desa yang memiliki praktik Semua desa pengamanan stokk terdampak pangan

Pertanyaan Kunci

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

anggota keluarga bergiliran menjenguk rumah dan mengamankan aset didalam rumah, warga membuat pos penjagaan di setap lingkungan/gang

lampiran

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

semua desa a. Jumlah desa yang terdampak memiliki praktik memiliki praktik pengamanan aset pengamanan aset atau harta kekayaan atau harta kekayaan

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra dan b. Siasat dan sarana Sekcam / warga dalam (PMI) pengamanan harta/ kekayaan

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

diamankan oleh anggota keluarga masing-masing didalam rumah ditempat yang lebih tinggi

Data/ wawancara dengan Kasi b. Siasat dan sarana Kesra dan warga dalam Sekcam / pengamanan stok (PMI) pangan dimasingmasing desa

Sumber/ Dokumen

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

129


Sumber/ Dokumen

Data/ wawancara dari UPTD/ pengawas/ penilik Sekolah/ Madrasah

Indikator

24. Pendidikan formal masih berfungsi di saat banjir

Sektor

5. Pendi足 dikan

a. Jumlah desa yang pendidikan formalnya masih berfungsi pada saat banjir

M.Subhi,M.Pd,lk,50,Pengawas PAI,BakungKanor,085258618442,Kantor PPAI Kanor/Sujatmiko,S. Pd.MM.,lk,55,Ka UPTD,Ledok Kulon-Bjn,0353 886795,Dinas Pendidikan Kec.Kanor

dari 13 Desa terdampak pendidikan formal di SD masih tetap berjalan, untuk MI yang diliburkan Cangaan dan Kabalan

Siasat : 1. Pengawasan guru ke siswa lebih intensif, 2. Komunikasi guru b. Siasat dalam dengan ortu, 3. memenuhi layanan Pengamanan pendidikan formal di Dokumen, 4. masing-masing desa Koordinasi dengan pemdes dan Komite Sekolah, 5. Memantau ketinggian banjir

M.Subhi,M.Pd,lk,50,Pengawas PAI,BakungKanor,085258618442,Kantor PPAI Kanor/Sujatmiko,S. Pd.MM.,lk,55,Ka UPTD,Ledok Kulon-Bjn,0353 886795,Dinas Pendidikan Kec.Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Pertanyaan Kunci

lampiran

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

130

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Kantor UPTD Kanor, 1-42015

Kantor UPTD Kanor, 1-42015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)


6. Keaga足 maan

Sektor

Sumber/ Dokumen

Pertanyaan Kunci

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

a. Jumlah desa yang pendidikan non formalnya masih berfungsi pada saat banjir

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

M.Subhi,M.Pd,lk,50,Pengawas PAI,BakungKanor,085258618442,Kantor PPAI Kanor/Sujatmiko,S. Pd.MM.,lk,55,Ka UPTD,Ledok Kulon-Bjn,0353 886795,Dinas Pendidikan Kec.Kanor

Masbukhin Elya, M.Hi., lk,47, Kepala KUA, SukodadiLamongan, 082143650133, Kantor KUA Kec Kanor Masbukhin Elya, M.Hi., lk,47, Kepala KUA, SukodadiLamongan, 082143650133, Kantor KUA Kec Kanor

Kantor KUA Kec. Kanor, 31-3-2015

Kantor KUA Kec. Kanor, 31-3-2015

Kantor UPTD Kanor, 1-42015

Kantor UPTD Kanor, 1-42015

Hasil wawancara

M.Subhi,M.Pd,lk,50,Pengawas PAI,BakungKanor,085258618442,Kantor PPAI Kanor/Sujatmiko,S. Pd.MM.,lk,55,Ka UPTD,Ledok Kulon-Bjn,0353 886795,Dinas Pendidikan Kec.Kanor

lampiran

Dari 18 Desa terdampak, memang pendidikan agak terganggu tetapi 25. tetap berjalan Pendidikan Data/ Siasat : 1. non formal wawancara Pengawasan (PAUD, kejar dari UPTD/ guru ke siswa paket, TPA/ pengawas lebih intensif, 2. TPQ, Madin, Madrasah Komunikasi guru b. Siasat dalam Pesantren) untuk memenuhi layanan dengan ortu, 3. masih Madin/PLS/ pendidikan non Pengamanan berfungsi di Dokumen, 4. formal di masingsaat banjir masing desa Koordinasi dengan pemdes dan Komite Sekolah, 5. Memantau ketinggian banjir a. Praktik kegiatan Kegiatan keagamaan yang 26. Kegiatan keagamaan seperti masih berjalan keagamaan Data/ tahlil, pengajian seperti: tahlil, wawancara meskipun situasi tetap jalan yasin, nikah, dengan KUA banjir di setiap desa Warga tetap b. Sejauh mana majelis taklim, dan Kasi antusias tetapi ada keterlibatan warga Kesra pengajian, sedikit penurunan di setiap kegiatan di jumat, aqiqah. dibanding ketika masing-masing desa kondisi tdak banjir

Indikator

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

131


7. Keamanan

Sektor

28. Warga memiliki kesepakatan penandaan jalur (ramburambu) transportasi “perahu’ pada saat banjir

27. Warga memiliki mekanisme pangamanan wilayah di saat banjir

Indikator

a. Jumlah desa yang memiliki rambu Data/ penandaan jalur tidak ada wawancara transportasi pada dengan Kasi saat banjir Kesra dan b. sejauh mana Sekcam / rambu tersebut tidak ada rambu, (PMI) dimanfaatkan oleh warga sudah hafal warga

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0 82139201138,Koramil 0813/10 Kanor/Mashadi,SH.,lk,52,Kapo Hasil wawancara lsek,Kanor,0353331697,Polsek Kanor Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0 82139201138,Koramil 0813/10 Kanor/Mashadi,SH.,lk,52,Kapo Hasil wawancara lsek,Kanor,0353331697,Polsek Kanor

Koramil 0813/10 Kanor/Polsek Kanor, 1-42015

Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0 82139201138,Koramil 0813/10 Kanor/Mashadi,SH.,lk,52,Kapo Hasil wawancara lsek,Kanor,0353331697,Polsek Kanor

Mendirikan pos pengamanan di setiap lingkungan/ gang

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa) Koramil 0813/10 Kanor/Polsek Kanor, 1-42015

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0 82139201138,Koramil 0813/10 Kanor/Mashadi,SH.,lk,52,Kapo Hasil wawancara lsek,Kanor,0353331697,Polsek Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

lampiran

a. Jumlah tindak kejahatan (pencurian, perampokan, tidak ada kejahatan perampasan) terhadap aset warga pada saat banjir

Pertanyaan Kunci

Data/ wawancara dengan POLSEK dan SATPOL PP b. Sejauh mana keterlibatan warga di masing masing desa dalam pengamanan wilayah

Sumber/ Dokumen

132


8. Biologi/ Reproduksi

Sektor

Data/ wawancara puskesmas, posyandu kecamatan

29. Strategi untuk perawatan kesehatan reproduksi ibu dan remaja

Data/ 30. Strategi wawancara dalam menjaga puskesmas, keharmonisan KUA, hubungan PKK, dan suami istri posyandu kecamatan

Sumber/ Dokumen

Indikator

tidak ada kasus

lampiran

Hasil wawancara

Hasil wawancara

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Hasil wawancara

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Pelayanan kesehatan reproduksi sudah dilaksanakan bidan desa masingmasing

Hasil wawancara

tidak ada kasus

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Kantor puskesmas Kanor, 1-42015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

dr. Vera Agustina, pr, 36, Kepala PUSKESMAS, SumuragungSumberrejo, 08157716169, PUSKESMAS Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

b. ketersediaan layanan penyelesaian konflik Ada di setiap desa, suami istri pada saat POKJA I PKK banjir di masingmasing desa/ pengungsian

a. Jumlah kasus konflik suami istri pada saat banjir

b. Titik sebaran pelayanan kesehatan reproduksi di masing-masing desa

a. Jumlah kasus kesehatan reproduksi ibu dan remaja perempuan pada saat banjir

Pertanyaan Kunci

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

133


9. Nilai Budaya

Sektor

31. Tersedia sarana dan prasarana untuk mengurangi pelecehan seksual di tempat pengungsian 32. Warga memiliki alasan untuk bekerjasama dengan tetangga sebelum , saat dan sesudah bencana 33. Warga memi足 liki alasan sosial kema足syarakatan untuk menye足 lenggarakan kegi足atan sosial dan adat di saat terjadi bencana

Indikator

Pertanyaan Kunci

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra, pemuka adat/agama

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra dan Sekcam

a. Sejauh mana keterlibatan warga dalam bekerjasama dengan tetangga sekitar dimasingmasing desa

a. Sejauh mana keterlibatan warga dalam bekerjasama dengan tetangga sekitar dimasingmasing desa

a. Jumlah tindak kejahatan pelecehan seksual terhadap Data/ wawancara perempuan dan anakanak pada saat banjir dengan b. Sejauh mana POLSEK dan keterlibatan warga di SATPOL PP masing masing desa dalam antisipasi pelecehan seksual

Sumber/ Dokumen

lampiran

Semua warga terlibat

Semua warga terlibat

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0821 39201138,Koramil 0813/10 Kanor/ Hasil wawancara Mashadi,SH.,lk,52,Kapolsek,Kanor,0 353331697,Polsek Kanor

Sudah saling mengerti dan hal yang demikian itu dianggap tabu

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Koramil 0813/10 Kanor/Polsek Kanor, 1-42015 Koramil 0813/10 Kanor/Polsek Kanor, 1-42015

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

tidak ada

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi) Baryono,lk,48,Koramil,Kanor,0 82139201138,Koramil 0813/10 Kanor/Mashadi,SH.,lk,52,Kapo Hasil wawancara lsek,Kanor,0353331697,Polsek Kanor

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

134


34. Warga meng­gunakan simbol-simbol lokal untuk penan­daan dalam hal keamanan, rencana evakuasi, komu­nikasi dan penye­lamatan untuk meng­ urangi risiko

Indikator

Sumber/ Dokumen

Pertanyaan Kunci

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

lampiran

a. Jumlah desa yang memiliki rambu dalam hal keamanan, rencana evakuasi, tidak ada rambu Data/ komunikasi dan wawancara penyelamatan untuk dengan mengurangi risiko Kasi Kesra, masyarakat sudah Sekcam dan b. sejauh mana hafal dengan PMI rambu tersebut lokasi dimasing2 dimanfaatkan oleh desa, sehingga warga penandaan tidak lagi dibuat. a. Jumlah desa yang 35. Terdapat memiliki pemimpin pemimpin lokal lokal dipercaya untuk yang dipercaya menggerakkan masing-masing untuk meng­ Data/ potensi wilayah desa ada, yaitu gerakkan wawancara untuk mengurangi perangkat desa 10. Kepe­ potensi wilayah dengan Kasi risiko, pertolongan Kesra dan mimpinan untuk meng­ darurat dan urangi risiko, Sekcam / pemulihan pasca pertolongan (PMI) bencana darurat dan b. sejauh mana pemu­lihan pemimpin tersebut warga patuh pasca bencana dipatuhi warga

Sektor

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

135


Sektor

Sumber/ Dokumen

Pertanyaan Kunci

37. Terdapat pemimpin lokal yang berani mengambil keputusan untuk warga pada saat krisis

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

warga patuh

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Hasil wawancara

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

masing-masing desa ada, yaitu perangkat desa

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

lampiran

a. Jumlah desa yang memiliki pemimpin masing-masing lokal yang berani Data/ mengambil desa ada, yaitu wawancara keputusan untuk perangkat desa dengan Kasi warga pada saat Kesra dan krisis Sekcam / (PMI) b. sejauh mana keputusan tersebut warga patuh dipatuhi warga

a. Jumlah desa yang memiliki 36. Terdapat pemimpin lokal pemimpin yang melibatkan yang meli足 Data/ warga dalam batkan wawancara menggerakkan warga dalam dengan Kasi potensi wilayah mengge足 Kesra dan untuk mengurangi rakkan potensi Sekcam / risiko wilayah untuk (PMI) mengu足rangi b. sejauh mana risiko pemimpin tersebut dipatuhi warga

Indikator

136


11. Komuni足 kasi Bencana

Sektor

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra, Tomas, dan Sekcam / (PMI)

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra, Tomas, dan Sekcam / (PMI)

38. Warga memiliki sumbersumber informasi yang kredibel sebelum, saat dan pasca bencana

39. Warga memiliki mekanisme komunikasi yang disepakati sebelum, saat dan pasca bencana

Sumber/ Dokumen

Indikator

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Hasil wawancara

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

lampiran

semua desa memiliki sumber komunikasi yang baik Pihak kecamatan memberikan b. contoh informasi informasi lewat sms yang kredibel kepada Kepala Desa, dimasing-masing dilanjutkan kepada desa warga melalui perangkat desa Disetiap desa ada Posko a. Jumlah desa yang penanggulangan memiliki mekanisme bencana yang komunikasi dalam dipimpin kepala penanggulangan Desa masingbanjir masing dan ttik pengungsian juga sudah ditentukan b. Praktik mekanisme Komunikasi lewat komunikasi di telephon masing-masing desa

a. Jumlah desa yang memiliki informasi yang kredibel terkait dengan sebelum, saat dan pasca banjir

Pertanyaan Kunci

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

137


12. Psikologi

Sektor

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra, Tomas, dan Sekcam / (PMI)

Data/ wawancara dengan Kasi Kesra, Tomas, dan Sekcam / (PMI)

41. Terdapat pendam足 pingan antar warga untuk trauma dan penum足buhan hara足pan warga saat terjadi ben足 cana

Sumber/ Dokumen

40. Warga memiliki informasi yang sama tentang kejadian banjir

Indikator

Masyarakat tenang-tenang saja menghadapi banjir,tidak ada trauma

a. Jumlah desa yang menerima pendampingan dari luar /dari dalam untuk pengurangan trauma dan penumbuhan harapan saat banjir

b. Sejauh mana warga memanfaatkkan tidak ada endampingan tersebut pendampingan dimasing masing desa

Pihak kecamatan memberikan informasi lewat sms kepada Kepala Desa, dilanjutkan kepada warga melalui perangkat desa

b. Contoh informasi yang dimiliki warga pada saat banjir dimasing-masing desa

Identitas Responden (Nama, Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Alamat, Nomor Kontak, Institusi)

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

Suharto,lk,57,Kasi Kesra,Ds.KanorKanor,085203163732,Kantor Kec Kanor

lampiran

Respon/ Tanggapan/ Jawaban

a. Jumlah desa yang memiliki informasi Semua desa yang sama terkait terdampak dengan sebelum, saat dan pasca banjir

Pertanyaan Kunci

138

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Hasil wawancara

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Kantor Kec Kanor, 31-32-15

Dokumen Yang Diperoleh (Judul, Tempat Siapa Yang Dan Mengeluarkan Tanggal Dan Tahun Wawancara Berapa)


2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kesehatan

8 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kapasitas Berdasarkan Indikator Nomor Sosial Kemas­ Pendi­ Keaga­ Kea­ Nilai Ekonomi Infrastruktur Biologi yarakatan dikan maan manan Budaya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 3 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 Kepe­mim­ pinan 35 36 37 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Komuni­ Psiko­ kasi logi 38 39 40 41 1 2 3 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0

22 20 21 21 21 23 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Jumlah

lampiran

Dari hasil analisis data yang bersumber dari Kecamatan Malo, yakni data dari Kaur Kesra Kecamatan, Puskesmas, KUA, Polsek, dan Mantri Ternak dan Mantri Pertanian dll, berdasarkan 41 indikator, dari 17 desa ada 3 desa yang memenuhi indikator ketangguhan berjumlah 21 indikator, kemudian 12 desa memenuhi 20 indikator dan dua desa lain yakni Desa Rendeng memenuhi 22 indikator dan Desa Sudah memenuhi 23

Analisis No Berbasis Desa (Kecamatan) 1 1 Malo 1 Rendeng 1 2 Kemiri 1 3 Malo 1 4 Tulungagung 1 5 Semlaran 1 6 Sudah 1 7 Dukohlor 1 8 Kacangan 1 9 Kliteh 1 10 Ngujung 1 11 Trembes 1 12 Tanggir 1 13 Petak 1 14 Tinawun 1 15 Ketileng 1 16 Kedungrejo 1 17 Banaran 1

Untuk memperjelas hasil tabulasi data primer dan data sekunder perolehan dari Kecamatan Kanor perlu diidentifikasi melalui penskoran sebagai berikut:

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

139


lampiran

Analisis Berbasis Desa (Kecamatan) 1 1 Trucuk BANJARSARI 1 SRANAK 1 SUMBERREJO 1 TULUNGREJO 1 TRUCUK 1 GUYANGAN 1 MORI 1 PADANG 1 PAGERWESI 1 KANTEN 1 SUMBANGTIMUN 1 KANDANGAN 1

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0

4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kesehatan

7 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 8 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0

9 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kepemin­ Komu­ Psiko­ Jumpinan nikasi logi lah 35 36 37 38 39 40 41 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 36 1 1 1 1 1 1 0 33

Berdasarkan hasil analisis data dari Kecamatan Trucuk, dihasilkan 4 desa memenuhi 33 indikator tangguh, yakni Desa Banjarsari, Padang, dan Desa Kanten, kemudian Desa Tulungrejo dan Desa Trucuk memenuhi 34 indikator. Sebanyak 35 indikator dipenuhi oleh 4 desa, yakni Sranak, Sumberrejo, Guyangan, dan Mori, sedangkan desa terakhir, yakni Sumbang Timun memenuhi 36 indikator dari 41 indikator yang ditentukan, maka Desa Sumbang Timun adalah desa terpilih dari Kecamatan Trucuk.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

No

Kapasitas Berdasarkan Indikator Nomor Sosial Pendi­ Kea­ Kea­ Nilai Ekonomi Kemasyakartan Infrastruktur Biologi dikan gamaan manan Budaya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

indikator. Maka di Kecamatan Malo desa yang memiliki indikator ketangguhan tertinggi adalah Desa Sudah.

140


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

No

JUMLAH

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kesehatan

7 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 8 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

lampiran

Analisis Berbasis Desa (Kecamatan) 1 1 KANOR PIYAK 1 SIMBATAN 1 KABALAN 1 CANGAAN 1 SARANGAN 1 TEJO 1 SEDENG 1 TAMBAHREJO 1 KANOR 1 SEMAMBUNG 1 PILANG 1 GEDONGARUM 1 KEDUNGPRIMPEN 1 TEMU 1 PRIGI 1 SUMBERWANGI 1 SIMOREJO 1

Kepemin­ Komu­ Psiko­ Jumpinan nikasi logi lah 35 36 37 38 39 40 41 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 35 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 33 0 0 0 1 0 1 0 27 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 34 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 32 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 0 32 1 1 1 1 1 1 0 33 0 0 0 1 0 1 0 27 0 0 0 1 0 1 0 27

Kapasitas Berdasarkan Indikator Nomor Sosial Pendi­ Kea­ Kea­ Nilai Ekonomi Kemasyakartan Infrastruktur Biologi dikan gamaan manan Budaya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

141


lampiran

Membaca grafik dan tabel di atas, yakni hasil analisis 41 indikator berbasis Kecamatan Kanor yang berjumlah 17 desa, yakni ada tiga desa yang memenuhi 27 indikator, yakni Desa Sedang, Sumberwangi, dan Desa Simorejo. Sedangkan Desa Temu dan Desa Gedung Arum memenuhi 32 indikator. Desa lainnya adalah Desa Sarangan, Tejo, Semamabung, Pilang dan Prigi memenuhi 33 indikator, sedangkan Desa Kabalan, Cangaan, dan Kanor, bisa memenuhi 34 indikator. Desa yang memenuhi lebih banyak indikator yakni berjumlah 35 ada dua desa, yakni Desa Piyak dan Desa Simbatan. Maka desa yang paling banyak memenuhi kriteria desa tangguh yakni Desa Piyak dan Simbatan.

142

Grafik di atas menunjukkan bahwa banyak di 3 kecamatan yang berjumlah 46 desa yang sebenarnya memiliki tingkat ketangguhan yang cukup kuat, karena kalau kita memakai ukuran 50% dari 41 indikator kenyataannya tidak ada desa yang memenuhi kriteria indikator tangguh kurang dari 21%, maka dari sini terlihat jelas bahwa masyarakat Bojonegoro memiliki separuh lebih dari masyarakat tangguh terdampak banjir Bengawan Solo. Analisis data berbasis kecamatan ini dapat dilihat hasilnya, yakni Desa Sumbang Timun memiliki pemenuhan indikator tertinggi yang berjumlah 36 indikator. Maka Desa Sumbang Timun terpilih menjadi yang memenuhi indikator tangguh terbesar di Bojonegoro. --selesai--


lampiran

kisah ketangguhan masyarakat desa sumbang timun bojonegoro dalam menghadapi banjir bengawan solo

143


Melampaui PenderitaanKisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo

Melampaui Penderitaan Kisah Ketangguhan Masyarakat Desa Sumbang Timun Bojonegoro dalam Menghadapi Banjir Bengawan Solo Diterbitkan atas dukungan

Cover Bojonegoro.indd 1

21/06/2015 14:49:38


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.