CARI, DEKATI DAN HANCURKAN
2 1 0
2 I S R U TE S U N H A K
F N I I E R A H I S I D
PENGANTAR
s
REDAKSI
ebagai insan yang beriman dan bertaqwa, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, Majalah Gema Infanteri edisi khusus Hari Infanteri tahun 2012 kembali hadir untuk para pembaca khususnya warga Korps Infanteri dimanapun bertugas dan berada. Pada penerbitan kali ini redaksi menyajikan sejumlah tulisan terkait dengan Kecabangan Infanteri dan perkembangannya. Beberapa tulisan. artikel dan informasi penting tentang Infanteri diantaranya ” Menggagas formulasi keterpaduan guna mensinergikan kekuatan kecabangan tni ad dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan latihan antar kecabangan “; “ Menata peradaban demi tegak kokohnya NKRI”. Serta artikel “Konflik dan Solusi Laut China Selatan dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional” dan “Analisis Ancaman Perang Asimetris dihadapkan pada Sistem Pertahanan Semes-
COVER DEPAN Sertijab Danpussenif Kodiklat TNI AD dari Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim kepada Brigjen TNI M. Nasir.
ta”. Kami juga menampilkan budaya bersepeda di Yonif 111/Karma Bhakti Kodam IM. Kami berharap semoga tulisan tersebut dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, adapun kritik dan saran dari para pembaca, guna pembenahan dan penyempurnaan kualitas Majalah Gema Infanteri pada edisi mendatang, dapat dikirimkan melalui email : redaksi_gemainfanteri@yahoo.com atau ke Redaksi Majalah Gema Infanteri, Jl W R Supratman No. 60 Bandung Telp/fax. (022) 7207397. Akhir kata redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga atas partisipasi penulis dan pembaca sekalian.
YUDDHAWASTU
PRAMUKA Bandung, Desember 2012 STAF REDAKSI
REDAKSI PELINDUNG Mayor Jenderal TNI M. Nasir
PENASEHAT Brigadir Jenderal TNI Tatang Sulaiman
PIMPINAN REDAKSI Kolonel Inf Herman Asaribab
WAKIL PIMPINAN Letkol Inf Hidayat Suryono
DEWAN PERTIMBANGAN REDAKSI Kolonel Inf Widhagdo Sw Kolonel Inf Hipdizah Kolonel Inf Ardi Kartono
STAF REDAKSI Mayor Inf Windarto Kapten Inf Dodi Nur Hidayat
TATA USAHA
PNS Darkeli PNS Saminatul Ma’rufah PNS Yusup Hermawan PNS Yusep Mardi Putra PNS Lina Suryawati PNS Arum Dwi Astuti PNS Dwiyati PNS Asep Sajudin, A.md.
ALAMAT Sdirbinsen Pussenif Kodiklat TNI Ad Jl. Wr. Supratman No. 60 Bandung 40121 Telp
022 - 7207397 022 - 7206445 Ext - 234
Fax
022 - 7207397
EMAIL redaksi_gemainfanteri@yahoo.com
COVER BELAKANG Acara Tradisi Pengambilan Pesan Infanteri di Tugu Arcamanik.
GEMA INFANTERI
3
DAFTAR ISI HAL 3
Pengantar Redaksi
HAL 5
Sambutan Danpussenif Kodiklat TNI AD
/// TAKTIK&TEKNIK HAL 32 HAL 37
Pentahapan Latihan Pembentukan Kompi Pengintai Tempur Kostrad Oleh : Letkol Inf Hidayat Suryono
Optimalisasi Penerapan Teknologi Komunikasi dan Informasi Brigade Infanteri Lintas Udara Guna Mendukung Keberhasilan Operasi Lintas Udara Oleh : Mayor Inf Dwi Sasongko
HAL 50
Latma Teak Iron 12-1 Oleh : Letda Inf Bony Prima
/// BERITA UTAMA
Menggagas Formulasi Keterpaduan Guna Mensinergikan Kekuatan HAL Kecabangan TNI AD dalam rangka Meningkatkan Kualitas Pembinaan Latihan Antar Kecabangan
6
Oleh : Mayjen TNI M. Nasir
/// TREND & ATENSI HAL 54 HAL 57
Budaya Bersepeda Di Yonif 111/Karma Bhakti Aceh Tamiang Oleh : Kapten Inf Hamzah Budi Susanto Optimalisasi Peran Lembaga Penddikan dan Latihan Infanteri TNI AD Oleh : Staf Dirbindiklat Pussenif Kodiklat TNI AD
HAL
18
Menata Peradaban Demi Tegak Kokohnya NKRI Oleh : Mayjen TNI Sonny Widjaja
HAL 62 Terorisme dan Pemberontakan/ Insurgens Oleh : Mayor Inf Polsan Situmorang, SE HAL 65
Daftar Nama Danrindam, Danbrigif, Dangrup & Danyonif
HAL
24 4 GEMA INFANTERI
Konflik dan Solusi Laut China Selatan dan Dampaknya Bagi Ketahanan Nasional Oleh : Kolonel Inf Karmin Suharna
SAMBUTAN DANPUSSENIF KODIKLAT TNI AD PADA PENERBITAN MAJALAH GEMA INFANTERI EDISI KHUSUS HARI INFANTERI TAHUN 2012 engan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, atas berkat Rahmat dan Ridho-Nya, kita masih diberikan kemampuan dan kekuatan untuk mengabdi kepada Negara dan Bangsa. Saya selaku Danpussenif Kodiklat TNI AD dan atas nama keluarga besar Korps Infanteri menyambut gembira dengan diterbitkannya Majalah Gema Infanteri edisi Khusus Hari Infanteri tahun 2012. Majalah Gema Infanteri merupakan wahana dan media komunikasi antara Pussenif Kodiklat TNI AD selaku LKT dengan Satuan Infanteri di seluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan terbitnya Majalah Gema Infanteri diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan disiplin, soliditas serta tingkatkan sinergitas untuk mewujudkan profesionalisme TNI AD, khususnya Korps Infanteri di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, saya mengajak seluruh warga Korps Infanteri dapat menyerap dan memahami makna tulisan dari para narasumber, sehingga akan memberikan nilai tambah yang positif serta memperluas cakrawala dan pengetahuan, menuju prajurit yang profesional, tangguh dan berwawasan luas. Kepada para penulis yang berperan serta dalam penerbitan Majalah Gema Infanteri edisi Khusus Hari Infanteri tahun 2012, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas sumbangan pikiran, ide dan masukan bagi kemajuan pengetahuan warga Korps Infanteri. Tak lupa pula kami selaku Komandan Pussenif Kodiklat TNI AD mengucapkan selamat “Hari Juang Kartika” tanggal 15 Desember 2012 dan “Hari Infanteri” tanggal 19 Desember 2012. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Petunjuk dan Bimbingan-Nya kepada kita dalam melanjutkan pengabdian kepada TNI Angkatan Darat (Khususnya Korps Infanteri), Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan kita banggakan.
Sekian dan terima kasih.
Bandung, Desember 2012 KOMANDAN PUSAT KESENJATAAN INFANTERI
GEMA INFANTERI
5
MENGGAGAS FORMULASI KETERPADUAN
(1)
GUNA MENSINERGIKAN KEKUATAN KECABANGAN TNI AD DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBINAAN LATIHAN ANTAR KECABANGAN 6 GEMA INFANTERI
GAGAS Seperti halnya esensi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya…. memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Konsekuensi logis sebagai alat pertahanan negara di darat, TNI AD dituntut untuk selalu siap menghadap tantangan tugas ke depan, sehingga latihan merupakan salah satu hal mendasar yang terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
OLEH: MAYJEN TNI M. NASIR
( 1 ) Formulasi keterpaduan yang dimaksud dalam judul tulisan ini lebih pada pemahaman keterpaduan kecabangan TNI AD sehingga diperlukan suatu rumusan formulasi keterpaduan, sedangkan definisi keterpaduan. Seperti pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemendiknas RI terbitan Balai Pustaka tahun 2008 hal 810 esensi dari keterpaduan; sudah padu, disatukan, dilebur menjadi satu, kompak, sudah bercampur dan menjadi satu, utuh dan kuat.
/ PENDAHULUAN LATIHAN yang berkesinambungan sebagai upaya kolektif dalam penyiapan dini perwujudan kekuatan TNI AD yang handal untuk selalu siap dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. TNI AD bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan Negara di darat, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diselenggarakan melalui pola OMP dan OMSP yang didasarkan atas kebijakan dan keputusan politik negara2 . Untuk melindungi kepentingan nasional suatu Negara, diperlukan perwujudan kekuatan pertahanan yang tangguh dan handal. Perwujudan pembangunan kekuatan TNI AD
merupakan prasyarat utama dan mutlak untuk disiapkan bagi terlaksananya tugas pokok TNI AD, dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman secara efektif. Mengacu kepada semboyan “Si Vis Pacem Para Bellum“, kalau menginginkan perdamaian maka harus bersiap berperang3 . Filosofis tersebut memberikan makna perlunya melakukan berbagai pembangunan kekuatan secara komprehensif untuk mempersiapkan secara dini perwujudan kekuatan militer yang handal agar mampu menjaga kepentingan nasional dan merespon berbagai bentuk ancaman. Fenomena kekinian seperti yang dikemukakan dalam berbagai literatur tentang teori generasi peperangan, bahwa abad ke21 merupakan era peperangan generasi keempat (4GW)4 yang bertumpu pada ruang tempur (battlespace) dan meninggalkan pendekatan medan tempur (battlefield), karateristik perang menjadi sedemikian kompleks dan bersifat multi dimensional dan sulit diprediksi. Berbagai bentuk perang kekinian tidak lagi bersifat simetris namun lebih pada pola asimetris dan tidak selalu konvensional dengan menggunakan cara-cara yang bersifat regular, dan juga tidak linier. Potret model pola peperangan tersebut menjadikan hal penting artinya untuk digunakan sebagai critical review bagi satuan-satuan Infanteri khususnya dan seluruh satuan jajaran TNI AD, untuk merevisi, mereaktualisasikan kembali serta meredifinisi berbagai pengembangan taktik dan teknik bertempur yang ada pada, doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklak dan sebagainya. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membawa berbagai perubahan perkembangan lingkungan strategis
yang semakin dinamis. Pada aspek realitas hakekat ancaman militer ke depan akan semakin kompleks, tidak pernah tunggal melainkan jamak dan bersifat multidimensional serta sedemikian sulit diprediksi, maka penanganannya harus mencerminkan interoperabilitas yang tinggi. Respon berbagai negara di dunia menyikapi perubahan karateristik bentuk ancaman di abad ke-21, dengan mengembangkan RMA (Revolution in Millitary Affairs)5 dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan pola peperangan modern (modern warfare) yang sekaligus merubah karakteristik perang di masa mendatang. Walaupun perang bukan pilihan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan antar negara, namun demikian pembangunan kekuatan militer di dunia tetap menonjol mengingat kekuatan militer merupakan bagian dari alat diplomasi. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan George Friedman yang memformulasikan prediksi masa depan, mengatakan bahwa; “masa depan kekuatan ekonomi Negara ditentukan oleh kekuatan pertahanan Negara, tetapi kekuatan ekonomi yang tangguh dalam jangka panjang ditentukan oleh seberapa tangguh kekuatan militernya …”. 6 Seperti Negara; Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, China, Korea Selatan dan Jepang, bukan saja Negara-negara yang kuat secara ekonomi, melainkan juga kuat dan canggih secara militer. Kekuatan militer yang modern tersebut diimbangi dengan kualitas SDM, Alutsista, strategi, hingga sistem pendidikan militernya yang modern dan profesional. Pengembangan teknologi militer Negara-negara tersebut terus dimodernisasikan untuk mampu mengimbangi berbagai trend kemajuan zaman.
GEMA INFANTERI
7
GAGAS
Mencermati fenomena kekinian tersebut tentu saja keberadaan TNI AD tidak serta merta mengikuti berbagai pengembangan model RMA yang dilakukan di belahan dunia. TNI AD lebih mengedepankan pada perwujudan SDM berkualitas, seperti yang saat ini berjalan proses kaji ulang pembinaan personel, dan perlunya proses kaji ulang kesinambungan pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Kekuatan utama TNI AD terletak pada profesionalitas, soliditas dan kualitas prajurit TNI AD serta kedekatannya dengan rakyat, maka peran sumber daya manusia dalam pembinaan TNI AD bersifat mutlak, karena bagaimanapun keberhasilan atau kegagalan pembinaan kekuatan dan kemampuan TNI AD di antaranya ditentukan oleh kualitas personel7. Sejalan pengembangan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD yang tentunya perlu di awaki oleh SDM prajurit berkualitas yang antara lain dilahirkan dari perwujudan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD yang modern dan mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Format modern dalam pembahasan ini lebih pada meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama seperti; bersama untuk meninggalkan pemikiran-pemikiran primodial korps,
8 GEMA INFANTERI
yang hanya membanggakan korps, namun tidak jelas apa yang dibanggakannya. Pengembangan taktik dan teknik bertempur ke depan, tidak lagi membenarkan kebiasaan-kebiasaan yang berorientasi pada pola peperangan lama dan sudah ditinggalkan oleh Negara di dunia. Namun mindset ke depan adalah membiasakan penggunaan taktik dan strategi yang benar dan sesuai dengan fenomena kekinian. Hal sensitif lainnya yang perlu ditinggalkan adalah pemikiran-pemikiran yang masih bersifat linier dan regular, perlu mengembangkan inisiatif dan kreativitas yang lebih cerdas untuk berpikir non-linier dan non-reguler. Pemikiran ke depan tidak terbelenggu dengan pola peperangan masa lalu dan keraguan untuk berubah perlu ditinggalkan. Ke depan menjadi penting untuk mengembangkan formulasi berbagai aspek keterpaduan yang mampu mensinergikan kecabangan TNI AD dalam mengoptimalkan pencapaian tugas. Dalam kondisi seperti itu, pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) TNI AD tahun 2010 s.d. 2029 merupakan langkah yang paling relevan untuk diimplementasikan secara berkesinambungan dan konsisten, untuk mewujudkan kemampuan TNI AD yang memiliki efek tangkal terhadap berbagai bentuk ancaman yang mungkin timbul pada masa mendatang8. Respon terhadap hal tersebut secara bertahap TNI AD
melakukan modernisasi Alutsista serta perlengkapan dan persenjataan perorangannya. Tentu saja perlu juga diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempurnya secara bersinergi. Sinergitas kekuatan kecabangan perlu dikembangkan, salah satu hal mendasarnya adalah memformulasikan berbagai aspek keterpaduan yang akan mewujudkan kekuatan kecabangan TNI AD mampu bersinergi secara optimal, yang akan meningkatkan kualitas berbagai model latihan antar kecabangan, yang merupakan latihan puncak TNI AD ke depan. (2) Undang-Undang RI Nomor: 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 7 hal 74. (3) Sayidiman Suryohadiprojo Letjen TNI ( Purn ) pada buku Si Vis Pacem Para Bellum membangun pertahanan negara yang modern dan efektif PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2005 hal 13. (4) Fourth Generation Warfare (4GW) adalah peperangan generasi keempat yang menggunakan semua jaringan yang tersedia; politik,ekonomi, sosial, dan militer untuk menyakinkan keputusan lawan bahwa tujuan strategi mereka tidak dapat dicapai atau terlalu mahal untuk diwujudkan.( Lihat; Letjen TNI (Purn) JS. Prabowo pada kebijakan dan strategi pembinaan TNI AD Tahun 2009 ).
GAGAS
( 5 ) Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: 16 Tahun 2008 tanggal 10 september 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara substansi pada Tantangan dan Ancaman Pertahanan Negara. RMA (Revolution in Millitary Affairs) adalah perubahan besar dalam karakter peperangan yang diakibatkan oleh aplikasi inovatif teknologi baru yang dibarengi perubahan dramatis di bidang doktrin, konsep operasi dan organisasi yang mengubah karakter dan penyelenggaraan operasi militer secara mendasar. ( 6 )George Friedman dalam bukunya The Next 100 years, 2009. Esensi yang dikemukakan, meramal bahwa kebangkitan China tahun 2020 akan meneggelamkan dominasi Amerika Serikat di dunia. Kekuatan mliter suatu negara masih mendominasi terhadap kuatnya ekonomi negara tersebut.
Sebagai salah satu contoh pada konteks pertempuran sampai saat ini kita mengenal sistem yang memadukan tembakan yang disebut dengan Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Sedemikian sederhananya rumusan tersebut sehingga mekanisme Korbantem hampir dilupakan, pada lingkup pendidikan dan latihan bukan menjadi hal menarik untuk dikemukakan dan dilatihkan. Pengembangan berbagai program pendidikan dan latihan saat ini korbantem kurang dikembangkan. Konsekuensi logis dengan pengembangan modernisasi Alutsista TNI AD saat ini yang secara bertahap akan semakin modern, maka format Korbantem menjadi penting artinya untuk terus dikembangkan dan dilatihkan. Tentu saja perlu juga diarahkan secara berkesinambungan dalam pengembangan siklus latihannya yang mensinergikan kecabangan, dengan tidak harus menunggu sampai pada waktu pelaksanaan latihan antar kecabangan TNI AD yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Dalam upaya meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD perlu dijembatani melalui perwujudan berbagai aspek keterpaduan yang berkesinambungan dan konsisten antara pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan kecabangan TNI AD dengan pola pembinaan latihan TNI AD ke depan. Perwujudan kekuatan sinergitas kecabangan TNI AD yang tangguh dan berdaya tangkal tinggi, diperlukan komitmen bersama untuk mewujudkannya. Berbagai aspek keterpaduan yang saat ini belum diformulasikan secara utuh sehingga perlu untuk dirumuskan secara bijak dan cerdas sebagai bagian dari upaya kolektif untuk mengakomodir berbagai kepentingan kecabangan TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD
ke depan dapatnya bersinergi dan saling mendukung serta bekerjasama secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna, serta mampu menjembatani berbagai kepentingan dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan tulisan ini dimaksudkan memberikan gambaran sekilas tentang pentingnya formulasi berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD yang merupakan latihan puncak TNI AD. Adapun tujuan tulisan ini untuk memberikan solusi alternatif dalam merumuskan formulasi keterpaduan yang tepat, cerdas dan bijak untuk menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD ke depan yang mampu merespon berbagai bentuk ancaman. LINGKUP BAHASAN. Penggunaan terminologi formulasi keterpaduan pada lingkup bahasan ini, lebih pada pemikiran berbagai upaya menggagas formulasi berbagai aspek keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD secara optimal, sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang menjadi latihan puncak TNI AD. Adapun lingkup bahasannya lebih pada potret sinergitas kecabangan TNI AD dan pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek untuk mampu mewujudkannya, yang merupakan upaya kolektif dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan ke depan.
//POTRET SINERGITAS KECABANGAN TNI AD MENCERMATI berbagai fenomena kekinian tersebut, pentingnya mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis, yang merupakan kesiapan dini kekuatan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Untuk mewujudkannya ada hal sensitif yang menjadi pertanyaan yaitu; formulasi keterpaduan apa yang mampu menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis ?..... tentu saja perlu diletakkan kembali secara cerdas dan bijak dengan berbagai upaya kolektif untuk mampu merespon dan menyikapinya. Respon untuk menyikapi fenomena kekinian dengan berubahnya karateristik bentuk ancaman di abad ke-21, yang sedemikian kompleks dan bersifat multidimensional serta penggunaan teknologi yang semakin canggih, menuntut kehadiran kualitas SDM yang cerdas dan profesional. Hal tersebut diantaranya diawali melalui penataan kembali kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan antar kecabangan. Implementasi kesinambungan pola pembinaan pendidikan dan pembinaan latihan dalam perspektif sinergitas antar kecabangan TNI AD saat ini, belum optimal dan belum berkesinambungan dalam menjembatani kepentingan sinergitas kecabangan tersebut. Pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan belum ada, masing lebih didominasi pada tataran kecabangan masing-masing. Pada strata pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan belum dirancang suatu pendidikan ataupun kursus yang mensinergikan kecabangan TNI AD dalam berbagai materi yang belum dikembangkan seperti Korbantem, komunikasi terpadu, penyelenggaraan dukungan terpadu, Nikgarlat Ancab, serta berbagai hal lainnya yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Pada pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD, belum terlihat
GEMA INFANTERI
9
GAGAS adanya kreatifitas dan inovasi cerdas terhadap perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD, masih menggunakan siklus pembinaan latihan rutinitas setiap tahun anggaran, yaitu rentang waktu yang terlalu lama untuk masuk pada program latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Tidak adanya program materi latihan yang mensinergikan kecabangan sebagai latihan awal yang menjembataninya. Potret program latihan masih bersifat rutinitas, belum mengembangkan kepentingan sinergitas kecabangan seperti berbagai bentuk olah yudha dengan diskusi, geladi peta, geladi model, geladi medan maupun geladi posko masih mengedepankan kecabangan masing-masing. Model latihan masih mengedepankan berbagai asesoris bahkan lebih pada untuk penyiapan kepentingan protokoler peninjauan latihan, sehingga mengorbankan realisme latihan. Berbagai BujuklapTNI AD tentang berbagai taktik dan teknik bertempur belum diakomodasikan untuk kepentingan sinergitas kecabangan lainnya, masih lebih didominasi pada satu kecabangan saja. Demikian juga pada mekanisme proses pengesahan suatu produk atau buku petunjuk lapangan, yang di kenal dengan model UT (uji teori) belum dikembangkan kreatifitas dan inovasi baru untuk mencerminkan sinergitas kecabangan. Format baku pada tataran UT I, II dan III belum optimal untuk mewadahi pencapaian sinergitas kecabangan TNI AD. UT pada tahap awal belum menjadi wadah sebagai
10 GEMA INFANTERI
forum diskusi olah yudha yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Belum dikembangkan model olah yudha dalam UT antar kecabangan melalui TFG (tactical floor game). Model UT yang larut dengan debat kusir tanggapan, sehingga terjadi UT sudah sampai tingkat pusat dapat mentah kembali, artinya proses UT belum optimal mensinergikan kecabangan. Hal tersebut mencerminkan masih mengedepankan kebiasaan lama pada saat melakukan olah yudha dengan sebutan prememori atau diasumsikan peran kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD belum mencerminkan sinergitas kecabangan secara optimal. Belum adanya formulasi yang tepat dalam mewujudkan berbagai aspek keterpaduan yang dapat digunakan sebagai perekat dalam upaya mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan sinergitas kecabangan belum sepenuhnya terpelihara dan teruji dengan baik melalui wadah latihan antar kecabangan yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Pola pembinaan latihan yang dikembangkan saat ini, belum diimbangi dengan berbagai kesiapan peranti lunak yang up to date untuk mampu mengoptimalkan perwujudan berbagai model organisasi BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan juga tingkat Brigade bahkan dapat dikembangkan sampai pada tingkat Divisi. Format latihan antar kecabangan sampai saat ini masih merupakan bentuk “Latihan Puncak TNI AD“ yang mewadahi kerjasama antar kecabangan meliputi Satpur, Banpur, Satter dan Banmin dan diujicoba kemampuan dan sinergitasnya dalam wadah latihan antar kecabangan merupakan tahapan tertinggi dalam siklus pembinaan latihan TNI AD yang diterapkan sampai saat ini. Bertahap, bertingkat dan berlanjut merupakan format yang dikemas dalam sistem pembinaan latihan TNI AD. Hal tersebut menunjukan strata pembinaan latihan sampai dengan strata tertinggi yaitu latihan antar kecabangan TNI AD. Mencermati format siklus pembinaan latihanTNI AD tersebut memberikan gambaran bahwa efektifitas wak-
GAGAS (7) Letjen TNI (Purn) JS. Prabowo pada Transformasi TNI AD dalam sistem pertahanan Negara RI. Esensi yang di kemukakan antara lain menegaskan bahwa kualitas SDM menjadikan sangat penting artinya untuk di kembangkan melalui pembinaan pendidikan dan pembinaan latihan yang juga berkualitas (8) Peraturan Presiden RI Nomor: 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara..
tu untuk menuju sinergitas kecabangan TNI AD yang dikemas pada latihan puncak TNI AD tersebut, masih membutuhkan waktu sedemikian lama dan belum dijembatani oleh berbagai aspek keterpaduan kecabangan yang mengantarnya. Alokasi waktu latihan dalam wadah latihan antar kecabangan TNI AD sedemikian singkat dengan berbagai materi, sehingga perlu dijembatani sebelumnya dengan berbagai aspek keterpaduan. Respon untuk menyikapi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya. Memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Belum adanya kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pembinaan latihan yang mencerminkan sinergitas kecabanganTNI AD, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lathan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD ke depan. TNI AD tidak dapat terlepas dari kebijakan pertahanan Negara tentang postur pertahanan Negara yang mensinergikan antara kekuatan pertahanan militer dengan kekuatan pertahanan nir militer8 . Sehingga pada aspek militer respon TNI AD untuk menyikapi berbagai bentuk ancaman tidak dapat diatasi dengan mengedepankan hanya satu kecabangan semata, hal tersebut menuntut sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman ke depan. Pada kepentingan TNI AD dalam mendesain pertahanan darat, yang saat ini secara bertahap dan berkelanjutan telah melakukan berbagai transformasi mengembangkan doktrin, strategi dan taktik dengan mordenisasi Alutsista TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD akan bersinergi secara optimal apabila adanya rumusan formulasi keterpaduan, untuk dapat diwujudkan secara berkesinambungan dan konsisten. Formulasi berbagai aspek keterpaduan ini belum diletakan sebagai hal prioritas dalam mewujudkan sinergitas kecabangan, dikarenakan tidak akan pernah terjadi suatu pertempuran hanya mengedepankan satu kecabangan. Kekuatan kecabangan TNI AD belum sepenuhnya bersinergi secara optimal dapat saling bekerjasama dan saling mendukung baik dalam keadaan damai maupun dalam suatu
pertempuran, belum mengembangkan dan memformulasikan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD. Pembangunan kekuatan TNI AD dititikberatkan pada keterpaduan kecabangan TNI AD, guna 15 kecabangan TNI AD dapat bersinergi dan saling mendukung secara maksimal. Kapabilitas dan struktur kecabangan TNI AD dapatnya mencerminkan keterpaduan antar kecabangan TNI AD. Belum adanya rumusan formulasi keterpaduan yang menjadikan perekat untuk mewujudkan mensinergikan kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dalam menjembatani dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Potret pola pembinan penyiapan dini masih mengedepankan kecabangan secara mandiri dan selanjutnya bertemu pada latihan puncak antar kecabangan
TNI AD, belum disinergikan dengan berbagai aspek keterpaduan yang mampu menjembatani perwujudan sinergitas tersebut. Belum adanya formulasi keterpaduan tersebut akan menjadikan kecabangan TNI AD belum optimal bersinergi, saling mendukung dan bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya guna. Kemajuan IPTEK serta perubahan karateristik bentuk ancaman abad 21, perlu direspon dan disikapi bersama melalui penyamaan persepsi pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek. Tidaklah berlebihan perwujudan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD akan meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, yang merupakan cerminan kekuatan TNI AD yang profesional dan proporsional untuk siap menghadapi berbagai bentuk ancaman terhadap NKRI ke depan
GEMA INFANTERI
11
GAGAS
PENTINGNYA FORMULASI KETERPADUAN DALAM MEWUJUDKAN SINERGITAS KECABANGAN TNI AD
MENCERMATI berbagai hal tersebut, bahwa formulasi keterpaduan menjadikan penting artinya dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Hal tersebut perlu didukung dengan profesionalitas dan soliditas serta kualitas para prajuritnya maupun kedekatannya dengan rakyat, maka peran SDM prajuritTNI AD menjadi sedemikian penting untuk terus ditingkatkan kualitasnya, untuk mampu mewujudkan tugas, peran dan fungsinya secara bersinergi antar kecabangan TNI AD. Melalui perwujudan formulasi keterpaduan terhadap berbagai aspek diharapkan mampu men-driver perubahan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan formulasi keterpaduan tersebut akan mampu meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD ke depan. Untuk menuju pencapaian latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, perlu dijembatani dengan formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek yaitu; terpadu dalam doktrin, strategi dan taktik, terpadu dalam perencanaan, terpadu dalam pendidikan dan latihan, terpadu dalam operasi, terpadu dalam penyelenggaraan dukungan dan terpadu dalam pengadaan alutsista. Berbagai
12 GEMA INFANTERI
aspek keterpaduan tersebut akan mengantar perwujudan sinergitas kecabangan, sebagai hal fundamental dalam mendukung peningkatan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD ke depan. Pertempuran tidak dapat dimenangkan oleh satu Kecabangan saja. Gabungan kecabangan tidak menjamin kemenangan pertempuran, kecuali bila diorganisir secara solid & memiliki unity of effort, dan keberhasilan Operasi Darat memerlukan koordinasi, integrasi & sinkronisasi semua Kecabangan TNI AD secara bersinergi secara optimal. Perwujudan optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD, akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tanggkal tinggi, dan berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan Doktrin, strategi serta taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif dan efisien serta berdayaguna tinggi apabila dapatnya diwujudkan formulasi keterpaduan yang mencakup
GAGAS RUMUSAN FORMULASI KETERPADUAN
01
ASPEK KETERPADUAN DALAM DOKTRIN, STRATEGI DAN TAKTIK
Keterpaduan dalam aspek doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklap (Buku Petunjuk Lapangan) TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Saat ini perlu disinergikan secara utuh, seperti pengembangan berbagai taktik dan teknik bertempur infanteri semestinya bersinergi juga dengan berbagai pengembangan mordenisasi Alutsista kecabangan lainnya demikian juga sebaliknya. Keterpaduan doktrin, strategi, taktik yang dikembangkan perlu diwujudkan di lapangan dengan duduk bersama untuk melakukan olah yudha, pada kepentingan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri maupun kecabangan yang terkait. Kajian akademik yang disusun dilakukan olah yudha secara komprehensif secara detail pada berbagai kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam pola OMP maupun OMSP. Perwujudan berbagai Bujuklap TNI AD diharapkan sepenuhnya mensinergikan kecabangan. Hal tersebut perlu menghilangkan primodial korps, dan selalu mengembangkan kreatifitas dan inovasi baru pada pengembangan taktik dan teknik bertempur sesuai perubahan zaman yang mengedepankan sinergitas kecabangan. Sinergitas kecabangan tersebut dapatnya dicerminkan pada berbagai Bujuklap TNI AD, pola pengembangan pada proses mekanisme pengesahan produk melalui UT (Uji Teori) sesuai tingkatannya dapat dikembangkan sebagai forum diskusi dengan berbagai model olah yudha yang mampu mensinergikan kecabangan TNI AD dan menghasilkan berbagai Bujuklap yang up to date.
02
ASPEK KETERPADUAN DALAM PERENCANAAN
Keterpaduan dalam aspek perencanaan, implementasi sistem bottom up maupun top down perlu diawali dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD, tidak semata mengedepankan kepentingan satu kecabangan saja namun perlu diolahyudhakan bersinergi pada berbagai kecabangan TNI AD. Berbagai proses perencanaan perlu mengedepankan sinergitas kecabangan. Mekanisme perencanaan dan kepentingan kecabangan masing-masing diharapkan dapat sepenuhnya disinergikan yang berorientasi kepada keterpaduan dalam perencanaan, sehingga peran dan dominasi masing-masing kecabangan tidak lagi mengemuka. Salah satu akibat dari model bottom up planning adalah munculnya kepentingan kecabangan yang lebih dominan karena perencanaan berawal dari masing-masing kecabangan. Dominasi kecabangan tersebut perlu diadakan perubahan mind set pada tataran perencanaan yang mengedepankan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam setiap perumusan program. Perencanaan ke depan perlu memadukan berbagai kecabangan TNI AD secara bersinergi dihadapkan pada perwujudan kekuatan dan kemampuan TNI AD yang diinginkan. Pada implementasinya tidak hanya sebatas menyalurkan kepentingan masing-masing kecabangan ke tataran yang lebih tinggi namun perlu kepentingan masing-masing kecabangan tersebut mampu di sinergikan dan diakomodir, sehingga sistem perencanaan“bottom up planning�tetap terwadahi. Sebagai gambaran mekanisme pada aspek perencanaan terpadu ditingkat kecabangan diharapkan telah melibatkan berbagai kecabangan yang terkait. Pengembangan Alutsista akan berimplikasi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau sebaliknya. Tuntutan perubahan zaman juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan sehingga pada tataran kecabangan yang bersinergi tersebut, mampu memberikan keterpaduan perencanaan, yang selanjutnya dapat diteruskan pada tataran yang lebih tinggi.
GEMA INFANTERI
13
GAGAS
03
ASPEK KETERPADUAN DALAM OPERASI
Keterpaduan pada aspek operasi, diharapkan sepenuhnya mensinergikan kekuatan kecabangan TNI AD secara optimal, kebiasaan dominasi pada salah satu kecabangan dapatnya dihilangkan. Sinergitas kecabangan menjadi penting artinya dalam mendukung suatu pertempuran. Optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Pentingnya sinergitas kecabangan. Keterpaduan untuk saling mendukung antar kecabangan dalam berbagai operasi militer yang dilaksanakan di harapkan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD dapat mewujudkan pencapaian tugas yang lebih optimal. Ke depan tidak lagi mengedepankan salah satu kecabangan seperti berbagai pengalaman operasi selama ini yang masih menonjolkan kecabangan tunggal. Aspek Kodal. Kodal berperan penting dalam pelaksanaan operasi, penerapan kodal yang tepat memungkinkan operasi dapat dikendalikan sesuai dengan rencana dan terukur. Penyelenggaraan Kodal dalam berbagai operasi peranan Kodal harus bersinergi secara terpadu, keberadaan Puskodal perlu dikembangkan tidak hanya pada kepentingan masa damai. Perlunya dikembangkan suatu sistem kodal terpadu yang akan mampu mengakomodir sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam suatu penyelenggaraan operasi ke depan dalam penyiapan dini pertahanan di darat. Aspek Komunikasi. Sistem, sarana dan prosedur komunikasi belum sama antar kecabangan TNI AD, maupun berbagai satuan yang sampai saat ini terus dikembangkan dalam mensinergikan sarana komunikasi. Konsekuensi logis perwujudan pertahanan di darat yang sedemikian luas perlu didukung sarana komunikasi yang modern dan mampu menjangkau satuan terdepan, dengan sarana satelit menjadi pertimbangan untuk dikembangkan ke depan. Komunikasi yang bersinergi untuk mencegah terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan berbagai operasi, perlu membangun sistem dan prosedur komunikasi terpadu yang mampu mensinergikan kecabangan TNI AD di seluruh wilayah NKRI. Aspek Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Korbantem yang ada saat ini dapatnya diimplementasikan secara optimal sehingga pemahaman terhadap prosedur koordinasi bantuan tembakan pada lingkup kepentingan operasi perlu disinergikan kembali. Perlu memformulasikan kembali prosedur koordinasi bantuan tembakan secara terpadu yang dikembangkan dalam berbagai implementasi pada pola OMP maupun OMSP sesuai dengan perubahan zaman saat ini yang mengedepankan kompleksitas berbagai bentuk ancaman yang bersifat multidimensional.
14 GEMA INFANTERI
04
ASPEK KETERPADUAN DALAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
. Keterpaduan pada aspek pendidikan dan latihan, pada aspek realitas kesinambungan pola pembinaan pendidikan dan pola pembinaan latihan, rentang waktu untuk bersinergi antar kecabangan perlu dijembatani dengan berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan sejak dini, sesuai dengan strata kepentingan. Pola pembinaan pendidikan, kursus maupun penataran yang mensinergikan antar kecabangan perlu dikembangkan kembali seperti, Korbantem yang melibatkan berbagai kecabangan, pendidikan yang bersinergi terhadap materi tersebut dapatnya diwadahi. Demikian juga berbagi hal lainnya seperti; pengambilan keputusan militer, komunikasi terpadu dll, dapatnya mengedepankan sinergitas kecabangan. Kesinambungan pola pendidikan. SDM prajurit TNI AD yang berkualitas diwujudkan melalui kesinambungan pola pembinaan pendidikan yang terintegrasi, mencerminkan sinergitas kecabangan. Pengembangan pendidikan kedepan diharapkan mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, sesuai strata pembinaan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Orientasi pola pembinaan pendidikan pada strata taktis dan operasional diharapkan sepenuhnya mentransformasikan lingkup sinergitas kecabangan sesuai porsi pada semua strata pembinaan pendidikan. Pada aspek realitas penyelenggaraan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan baru terselenggara pada tingkat pendidikan pengembangan umum seperti Diklapa dan Seskoad, dengan materi yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Demikian juga peserta didik yang heterogen diharapkan dapat mewakili kecabangan, sehingga pengetahuan sinergitas kecabangan dalam konteks pertempuran maupun lingkup materi latihan antar kecabangan dapat merata. Pada aspek kelembagaan, perlu pengembangan terhadap Dikbangspes yang mengakomodasikan materi sinergitas kecabangan TNI AD seperti Sus Korbantem, Sus komunikasi terpadu, Sus penyelenggaraan dukungan terpadu, Sus Nikgarlat Ancab dsb, yang berorientasi pada kepentingan penyelenggaraan operasi yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Kesinambungan pola pembinaan latihan. Dalam memformulasikan keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan merupakan prasyarat utama dan mutlak dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD dalam merespon ancaman. Diharapkan implementasinya dapat berkesinambungan dengan pola pembinaan pendidikannya. Perlunya pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan, dapatnya mentransformasikan berbagai kepentingan pada pola OMP dan OMSP yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Demikian juga pola pengembangan pembinaan Latihan yang telah diprogramkan sebaiknya tidak lagi seragam, namun lebih mencerminkan kelima model satuan infanteri, demikian juga kemampuan yang ingin dicapai dari kecabangan lainnya. Tipologi satuan merupakan cerminan konstelasi geografis NKRI, sehingga kualifikasi kelima model satuan Infanteri perlu dirancang kembali tuntutan kemampuannya seperti pertempuran kota, hutan gunung dan kepulauan (Ralasuntai). Pengembangan ini secara komprehensif perlu diawali dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang berorientasi pada fenomena kekinian.
GAGAS
05
ASPEK KETERPADUAN DALAM PENYELENGGARAAN DUKUNGAN
Salah satu aspek yang dapat memenangkan pertempuran dalam peperangan di abad modern adalah adanya sustainability dalam melaksanakan pertempuran. Sustainability tersebut sangat bergantung terhadap kelancaran dukungan kepada satuan yang sedang bertempur. Oleh karena itu dalam memberikan dukungan diperlukan formulasi keterpaduan pada aspek dukungan yang mampu mensinergikan kepentingan kecabangan untuk saling mendukung dan bekerjasama secara optimal. Dukungan untuk salah satu kecabangan, sebaiknya dapat juga digunakan oleh kecabangan yang lain dan sebaliknya, sehingga akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Pengembangan penyelenggaraan dukungan secara terpadu perlu diorientasikan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan. Pelibatan satuan-satuan TNI AD dalam berbagai operasi perdamaian dunia, bantuan kemanusiaan untuk mengatasi bencana alam dan bantuan kemanusiaan lainnya, sebaiknya tetap berorientasi pada sinergitas kecabangan TNI AD akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Hal tersebut dapat diwujudkan secara optimal apabila di didukung dengan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD ke depan.
06
ASPEK KETERPADUAN DALAM PENGADAAN ALUTSISTA
Keenam, . Cerminan berbagai aspek keterpaduan tersebut perlu diimplementasikan secara cerdas dan bijak, dalam berbagai kreatifitas dan inovasi-inovasi baru dan upaya kolektif untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Cerminan kualitas tersebut sebagai wujud kesiapan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Dalam mengimplementasikan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD tidak terlepas dari kemampuan Alutsista untuk mampu mewujudkan daya tangkal yang tinggi dalam merespon berbagai bentuk ancaman. Mekanisme pengadaan Alutsista TNI AD dapatnya mencerminkan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD, yang berorientasi pada keleluasaan kepentingan dan kemampuan kecabangan yang diolahyudhakan pada kepentingan taktis dan strategis, selanjutnya dapat diakomodir pada Strata Mabes TNI AD. Modernisasi Alutsista kecabangan perlu disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur, sejalan dengan penggelaran kekuatan Alutsista TNI AD akan mencerminkan keterpaduan yang saling mendukung antar kecabangan dalam kepentingan pertempuran. Perwujudan mordenisasi Alutsista TNI AD tidak hanya berorientasi pada kuantitas Alutsista namun tuntutan kemampuan Alutsista tersebut menjadikan penting untuk dipertimbangkan. Dalam pola peperangan modern di abad ke-21 yang mengedepankan teknologi canggih, di samping jumlah Alutsista, maka kemampuan Alutsista tersebut sangat menentukan perimbangan daya tempur relatif. Keterbatasan jumlah Alutsista dapat diimbangi dengan kemampuan Alutsista yang handal, sehingga imbangan daya tempur relatif TNI AD menjadi semakin tinggi. Konstelasi geografis Indonesia sangat beragam dan berbeda antara wilayah/pulau yang satu dengan lainnya. Keberagaman konstelasi geografis tersebut juga berpengaruh terhadap kebutuhan Alutsista yang akan digelar di masing-masing wilayah. Oleh karena itu dalam pengadaan dan penggelaran Alutsista juga perlu dipertimbangkan kesesuaian antara Alutsista dengan kondisi geografis wilayah setempat dan diselaraskan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri serta kualifikasi kelima model satuan Infanteri yang terus dikembangkan.
GEMA INFANTERI
15
GAGAS
IMPLEMENTASI FORMULASI KETERPADUAN
Kekuatan Utama Tni Ad Terletak Pada Profesionalitas, Soliditas Dan Kualitas Prajurit Tni AD Serta Kedekatannya Dengan Rakyat,
16 GEMA INFANTERI
RESPON TNI AD dalam menyikapi berbagai pemikiran tersebut perlunya untuk menata kembali berbagai perangkat lunak seperti ; Doktrin, strategi dan taktik yang mencerminkan sinergitas kecabangan, merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalitas kecabangan TNI AD. Perwujudan tersebut dapat dijadikan sebagai momentum untuk mensinergikan kembali kecabangan TNI AD secara cerdas dan bijak, melalui kegiatan bersama dalam mendiskusikan kembali action plan keterpaduan kecabangan TNI AD. Kesinambungan modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang lebih up to date diharapkan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Adapun implementasi formulasi keterpaduan dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut ; Pertama, Optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Kedua, Sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif, efesien serta berdayaguna tinggi apabila dapat diwujudkan dalam suatu formulasi keterpaduan yang mencakup; aspek keterpaduan dalam doktrin dan strategi, aspek keterpaduan dalam perencanaan, aspek keterpaduan dalam operasi, aspek keterpaduan dalam pendidikan dan latihan, aspek keterpaduan dalam penyelenggaraan dukungan dan aspek keterpaduan dalam pengadaan Alutsista. Ketiga, modernisasi Alutsista, yang diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur serta keterpaduan kekuatan kecabangan yang bersinergi. Ke depan disarankan perlunya didalami kembali dan ditindak lanjuti pada kelompok-kelompok kerja yang terintegrasi dalam rangka penyempurnaannya secara bertahap. Keempat, Saatnya secara bertahap melakukan perubahan dan pembenahan serta pengembangan secara cerdas dan bijak untuk merevisi, mereaktualisasi serta meredifinisi kembali berbagai buku petunjuk TNI AD tentang taktik dan teknik bertempur maupun berbagai perangkat lunak seperti doktrin, strategi dan taktik, yang mengatur tentang caracara berperang di darat secara berkesinambungan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD. Sehingga manakala negara dan bangsa Indonesia terpaksa dihadapkan pada opsi perang, TNI AD siap dan diandalkan dalam memenangkan pertempuran.
GAGAS
////KESIMPULAN DAN SARAN PEMBAHASAN menggagas perwujudan formulasi keterpaduan menjadikan penting dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD, yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Hal tersebut merupakan cerminan perwujudan kekuatan TNI AD yang handal dan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Berbagai aspek keterpaduan yang dianalisis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini perlu mengedepankan formulasi keterpaduan sebagai hal mendasar dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD yang merupakan prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD. Untuk menjembatani hal tersebut perlu implementasi formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek antara lain; keterpaduan pada aspek perencanaan, aspek operasi, aspek pendidikan dan latihan, aspek penyelenggaraan dukungan serta aspek pengadaan Alutsista. Perwujudan formulasi keterpaduan menjadi sedemikian penting untuk di wujudkan dalam upaya mengakomodir berbagai kepentingan strategis dari mas-
ing-masing kecabangan sehingga mampu bersinergi dan saling mendukung secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna. Proses perencanaan merupakan ujung tombak dalam menentukan seluruh program agar keterpaduan masing-masing kecabangan TNI AD dapat terwujud. Mabes TNI AD dalam menentukan kebutuhan pokok minimal tetap mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD. Mordenisasi Alutsista secara bertahap dapatnya disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau sebaliknya. Sehingga tuntutan kualitas kemampuan satuan Infanteri ke depan mencerminkan geograifis NKRI perlu dikembangkan sejalan dengan mordenisasi Alutsista. Kesinambungan antara kepentingan pola pembinaan pendidikan dengan kepentingan pola pembinaan latihan perlu disinergikan kembali sehingga mampu mewujudkan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD ke depan. Disarankan dalam pembinaan kemampuan TNI AD perlunya Mabes TNI AD merumuskan kembali tentang formulasi keterpaduan yang dikembangkan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD dengan mengedepankan Pertama,
aspek keterpaduan dalam proses perencanaan, disarankan agar keterpaduan antara Staf Umum dan Staf Perencana dilaksanakan di semua tingkatan organisasi, mengedepankan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD, yang diolahyudhakan pada berbagai kepentingan. Kedua, Dalam setiap pelaksanaan operasi TNI AD pada kepentingan pola OMP maupun OMSP disarankan tetap berorientasi pada sinergitas kecabangan TNI AD mulai dari proses perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Ketiga, Disarankan dapatnya untuk merumuskan jenis pendidikan / kursus yang mensinergikan kecabangan TNI AD sesuai kebutuhan pengembangan operasi darat yang perlu dikoordinasikan dalam menyiapkan komponen pendidikan lainnya. Keempat, Dalam penyelenggaraan latihan antar kecabangan TNI AD disarankan perlunya mengembangkan berbagai model pendidikan maupun pembinaan latihan yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, guna membiasakan kerjasama dalam sinergitas kecabangan TNI AD yang perlu dipersiapkan sejak dini kemampuannya, dalam rangka meningkatkan kualitas latihan puncak TNI.
GEMA INFANTERI
17
MENATA PERADABAN
DEMI TEGAK KOKOHNYA NKRI OLEH //MAYJEN TNI SONNY WIDJAJA
H
HEDONIS. Seiring dengan era globalisasi dan reformasi yang tengah terjadi yang diiringi semakin kuatnya arus keterbukaan dan demokratisasi yang tengah berlangsung di negeri ini, disatu sisi memunculkan sebuah harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa dan negara di masa kini dan yang akan datang, namun disisi lain juga memunculkan kekhawatiran terhadap eksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Fenomena yang sangat
18 GEMA INFANTERI
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup bangsa ini antara lain adalah menguatnya tuntutan demokratisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Potret nyata sisi gelap dalam kehidupan demokratisasi yang terus membudaya ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain adalah munculnya prilaku hedonis dan serakah akan materi dan kekuasaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat saat ini. Hedonisme adalah sikap gaya hidup instant yang berorientasi pada kenikmatan badani atau
yang oleh aliran filsafat pemikiran disebutkan bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah untuk memperoleh kenikmatan badani yang berupa materi, kekuasaan dan kepuasan. Implikasi dari budaya hedonisme di bidang politik misalnya politik berjalan sekedar mekanisme rutin, dangkal dan simbolik atau dikenal dengan politik uang. Hukum tergeletak menjadi formalisme, perekonomian masyarakat bercorak kapitalisme yang membuat korupsi, suap, politik uang dan berbagai bentuk kejahatan lainnya meraja lela dan sulit dikendalikan dineg-
TATA eri ini. Apabila kondisi tersebut terus berjalan tanpa ada solusi penanganan yang sungguh-sungguh dari seluruh elemen bangsa untuk mencegah dan menanggulanginya, maka permasalahan tersebut dapat menjadi faktor dominan bagi hancurnya karakter yang dapat mengantarkan pada arah kehancuran bangsa dan negara. Teori siklus peradaban. Ibnu Khaldun dalam karya monumentalnya yang berjudul “The Muqaddimah an Introduction to History�mengingatkan prilaku hedonisme ditandai dengan tabiat serba serakah, haus kekuasaan dan egoistis, sementara itu kekuasaan yang tidak dikelola dengan baik akan menggiring bangsa dan negara ke jurang kehancuran. Melalui teori siklus peradaban Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa proses kehancuran negara terbagi dalam 3 (tiga) fase :
Pertama
Kedua
Ketiga
Tabiat kekuasaan yang serakah dan menumpuk disatu tangan (the royal authority by its very nature, must claim all glory far it self) kondisi tersebut terjadi apabila kekuasaan pada awalnya diperjuangkan oleh banyak orang, namun demikian kemudian dimonopoli oleh satu atau sekelompok orang dengan kekayaan dan segala fasilitas dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang, maka kekuasaan negara menjadi rapuh dan tidak kuat menahan peradaban yang sedemikian kompleks.
Tabiat kekuasaan yang menghendaki kemewahan dan berselimutkan kemalasan, ingin cepat kaya dengan cara menempuh jalan pintas (the royal authority by its very nature, requises luxury) yang ditandai dengan prilaku korupsi, suap dan aneka kejahatan moral lainnya yang kian merusak akhlak dan peradaban suatu bangsa.
Tabiat kekuasaan yang melumpuhkan keberanian, kejuangan dan kejujuran karena dapat dibungkus oleh pola hidup mewah dan semangat hidup hedonisme yang semakin menggila, padahal idealnya negara semakin tua semestinya membutuhkan sebuah tabiat kekuasaan yang stabil dan tenang.
GEMA INFANTERI
19
TATA KEHANCURAN
NEGARA
Kehancuran suatu negara dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu akibat bencana alam (kehendak tuhan), akibat serangan dari negara lain dan akibat konflik internal yang tidak bisa dikelola dengan baik. 20 GEMA INFANTERI
APABILA teori tersebut dihadapkan dengan perkembangan dan realita yang terjadi di Indonesia saat ini, maka terdapat korelasi yang mendekatkan Indonesia pada kondisi sebagaimana digambarkan dalam teori siklus peradaban sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Khaldun tersebut disisi lain apabila dilihat secara teoritis, kehancuran suatu negara dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu akibat bencana alam (kehendak tuhan), akibat serangan dari negara lain dan akibat konflik internal yang tidak bisa dikelola dengan baik. Bagi bangsa Indonesia dua permasalahan besar yang pernah dihadapi adalah adanya serangan dari luar (agresi militer Belanda I dan II) dan adanya pergolakan akibat konflik internal. Jenis ancaman internal dipandang merupakan faktor paling dominan bagi kehancuran suatu negara. Dengan menarik sejarah bangsa-bangsa di dunia, hampir sebagian negara di dunia hancur karena tidak mampu mengelola permasalahan dalam negerinya. Contoh riil dari deskriptif tersebut adalah hancurnya Uni Soviet akibat program Glassnoest dan Veristroica, disusul kehancuran Yugoslavia, Irak, Afganistan dan berbagai negara lainnya yang porak po-
randa akibat tidak mampu mengelola permasalahan internal. Setback sejarah telah mencatat kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 yang hancur akibat permasalahan dalam negerinya, tidak lama kemudian kerajaan Majapahit yang memiliki kekuasaan hampir ke seluruh wilayah nusantara pada abad ke-14 juga hancur bukan karena invasi dari luar melainkan karena persoalan dalam negeri. Permasalahan yang muncul adalah akankah di abad ke-21 ini Indonesia juga menghadapi permasalahan yang sama ?, sudah tentu sebagai anak bangsa tidak menghendaki dan harus berkomitmen agar tragedi tersebut tidak terjadi di negeri ini, oleh karenanya maka kewajiban seluruh elemen bangsa untuk mencegah dan menghindari bayangan gelap ditengah suasana kegaduhan yang mengemuka saat ini. Pe r s o a l a n m a s a d e p a n bangsa tersebut mengharuskan seluruh elemen bangsa termasuk didalamnya Tentara Nasional Indonesia, khususnya prajurit TNI AD untuk bisa berperan maksimal guna mencegah dan mananggulangi merosotnya rasa nasionalisme kebangsaan, memudar dan melemahnya jati diri bangsa, melebarnya seman-
gat primordialisme dan tergerogotinya persatuan dan kesatuan bangsa, menjamurnya konflik kepentingan dalam masyarakat dan membudayanya hedonisme di semua ranah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini.
PERANG MODERN.
Seiring dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara serta dampak dari globalisasi yang terjadi diberbagai belahan dunia saat ini mengakibatkan pula bergesernya ancaman dan strategi penguasaan dunia dengan memanfaatkan keunggulan teknologi dan budaya dari suatu bangsa, kondisi tersebut telah menggeser pola dan prilaku negara-negara adidaya dalam menguasai dunia tidak lagi mengandalkan kekuatan angkatan perang sebagai satu-satunya cara karena dinilai terlalu mahal biaya dan resiko yang akan terjadi. Menghadapi kecenderungan tersebut maka penguasaan terhadap suatu bangsa cenderung menggunakan media lain yaitu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana utama untuk menghancurkan moral, budaya dan peradaban suatu bangsa. Penjajahan tanpa kekerasan dan perang tanpa pasukan
TATA kepada robeknya persatuan dan kesatuan bangsa, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan telah dirusak dengan politik uang, budaya menghalalkan segala cara dimana kekuatan dan uang merupakan sumber kekuasaan, hakekat demokrasi Pancasila “musyawarah untuk mufakat� telah digadai dengan demokrasi individualisme yang lebih condong kearah liberalisme, nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia telah dirusak dengan berbagai penyalahgunaan wewenang dan hilangnya semangat toleransi, kesetiakawanan sosial serta rasa senasib sepenanggungan sebagai sesama warga dan elemen bangsa. Karenanya itu memberikan bukti konkrit bahwa bangsa ini sedang menghadapi problem yang cukup rumit sebagai akibat luntur dan melemahnya jati diri bangsa serta bergesernya peradaban sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
MEMBANGUN KEMBALI PERADABAN
Menghadapi problematika kebangsaan segaimana digambarkan di atas maka sudah selayaknya apabila seluruh elemen bangsa termasuk didalamnya prajurit TNI dimanapun berada dan bertugas untuk senantiasa bersikap, berpikir dan berprilaku : tersebut dinilai cukup strategis dengan pertimbangan; Tidak memerlukan kekuatan senjata yang modern dan mahal, tidak perlu ada pernyataan perang sehingga tidak ada resiko pampasan perang, tidakberesikotimbulnyakematianakibatsenjatadan sistem senjata, tidak terjadi penghancuran secara phisik karena proses penghancuran menyatu dengan kegiatan normal sehari-hari dan tidak perlu ada mobilitas kekuatan angkatan perang dengan biaya yang mahal. Dipilihnya methode ini karena dengan biaya yang relatif murah dan dengan tingkat resiko yang sedemikian kecil akan mampu mencapai hasil yang lebih optimal karena dampaknya dapat merusak sendi-sendi moral dan budaya secara meluas tanpa disadari oleh negara sasaran. Selain itu dampaknya juga dapat memutuskan ikatan kebangsaan, dan menghancurkan norma-norma kemanusiaan serta terjadi pembusukan dari dalam yang dapat menggiring kearah pertumpahan darah antar sesama anak bangsa. Indikasi yang mengarah kepada tanda-tanda zaman tersebut saat ini sudah terlihat dan terjadi di Indonesia antara lain adalah banyaknya bermunculan aliran sesat, terorisme, konflik komunal, menjamurnya LSM dan organisasi kemasyarakatan yang masing-masing merasa lebih baik, lebih berjasa, lebih berhak dan lebih berkuasa dari yang lain. Selain itu
budaya korupsi yang merambah kesemua lini, konflik elit politik yang berkepanjangan, menguatnya semangat primordialisme dan menajamnya kepentingan individu/kelompok dari pada kepentingan negara dan bangsa, konflik antar daerah akibat pengelolaan sumber daya alam dan berbagai permasalahan lainnya memberikan sinyal dan indikasi yang kuat bahwa tanpa disadari bangsa ini sudah terperangkap dalam perang modern yang apabila tidak segera disadari pada akhirnya dapat mengancam terhadap keutuhan wilayah, kedaulatan negara dan keselamatan bangsa. Ideologi negara Pancasila. Pemahaman dan pengenalan ideologi Pancasila saat ini berada pada titik kritis karena nilai-nilai Pancasila telah tergerogoti dengan nilai-nilai lain yang bertolak belakang dengan nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dirusak dengan issue radikalisasi yang dibungkus dengan issue terorisme, aliran sesat dll. Nilai kemanusian yang adil dan beradab telah dirusak dengan budaya korupsi dan berbagai penyalahgunaan kekuasaan lainnya, nilai persatuan Indonesia telah dirusak dengan menguatnya semangat primordialisme dan politik praktis, provokasi, konflik vertikal dan horizontal sehingga menimbulkan diskriminasi sosial yang mengarah
PERTAMA.
Mengimplementasikan Pancasila sebagai nilai moral bangsa yang dapat dilakukan dengan menajamkan visi, persepsi, langkah dan tindakan yang senantiasa berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila dalam sikap dan prilaku kehidupan prajurit TNI yang secara jelas dan tegas dijabarkan dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI, membangun dan membudayakan loyalitas kepada tugas dan pengabdian, membangun dan memupuk soliditas dan kekompakan untuk mewujudkan suatu ikatan yang kokoh kuat antar sesama anggota TNI maupun antara anggota TNI dengan komponen masyarakat lainnya dengan mengedepankan azas kesetaraan dalam prilaku pergaulan dan penugasan, mengembangkan semangat untuk saling membantu antar anggota TNI maupun sesama elemen bangsa. Tidak membangun dan membudayakan semangat primordialisme dan eksklusifisme, mampu mengembangkan sikap berpikir dan berprilaku positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, senantiasa berpikir jauh kedepan, membuat dan mengedepankan wawasan dan kreatifitas yang positif untuk pembangunan dan kemajuan bangsa.
GEMA INFANTERI
21
TATA
KEDUA.
Mampu mengimplementasikan nilai-nilai budaya bangsa dengan membangun dan mengembangkan sikap dan prilaku yang mengedepankan toleransi dan kesetiakawanan sosial, karena bangsa ini ada justru karena adanya kemajemukan suku, agama, ras, antar golongan, bahasa, adat istiadat dan berbagai azas ke-Bhinekaan lainnya. Adalah bukan Indonesia apabila tidak ada umat Islam, Kristen, Hindu, Budha dll, bukan pula Indonesia kalau tidak ada suku Jawa, Sunda, Batak, Minang dll, berbagai bahasa, adat istiadat dan berbagai perbedaan lainnya adalah nilai-nilai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, justru dari berbagai perbedaan itulah bangsa ini terbangun. Oleh karena itu sikap yang harus dikembangkan adalah saling membantu antar sesama anak bangsa, membangun nasionalisme dan patriotisme dalam artian menempatkan kepentingan negara dan bangsa diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, membangun semangat gotong
22 GEMA INFANTERI
royong yang akhir-akhir ini dirasakan mulai meluntur dan hilang ditengah-tengah kehidupan masyarakat, padahal semangat gotong royong adalah ruh dan budaya bangsa sebagai implementasi dari nilai-nilai ideologi Pancasila. Sebagai bangsa yang besar, setiap orang, kelompok, golongan dan apapun namanya dituntut memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap nasib dan masa depan bangsanya. Oleh karenanya sikap yang perlu dibangun adalah senantiasa berpikir jauh kedepan dengan mengembangk an gagasan, kreatifitas dan aktivitas untuk kemajuan bangsa dan negara dengan mengembangkan sikap dan prilaku tidak lagi saling menyalahkan, tidak saling mengedepankan egoisme pribadi dan kelompok yang melahirkan sikap dan perbuatan merasa paling benar, paling berjasa, paling utama, paling berhak dan sikap-sikap arogansi lainnya. Mau mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara daripada kepentingan diri pribadi, kelom-
pok dan golongan, taat pada aturan hukum yang berlaku di negara sebagai manifestasi dari suatu negara hukum dimana setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum (equality before the law).
KETIGA.
Mengembangkan budaya dan semangat silih asih, silih asah, silih asuh dan silih wangi, motto dan budaya yang telah mengakar kuat dalam tradisi prajurit Siliwangi dan masyarakat Jawa Barat tersebut dapat berlaku universal di seluruh lapisan masyarakat Indonesia, mengembangkan sikap dan budaya silih asih atau saling mengasihi antar sesama anak bangsa memberikan ruang dan kedamaian sehingga masing-masing merasa aman, tentram dan nyaman untuk melakukan berbagai kegiatan dan beraktivitas sehari-hari, dengan demikian akan mendorong meningkatnya produktivitas dan etos kerja bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, seluruh warga bangsa harus merasa hidup dalam satu kesatuan yang saling memiliki, saling ketergan-
TATA tungan dan mengembangkan kasih sayang serta menghindarkan diri dari sikap saling membenci, saling memusuhi, saling menyakiti dan sikap negatif lainnya yang justru dapat menjadi benih-benih awal bagi rusaknya keharmonisan sosial, persatuan dan kesatuan bangsa. Mengembangkan sikap silih asah atau saling menuntun, saling mencerdaskan dan saling mengarahkan kepada hal-hal yang positif bukan mengembangkan sikap saling membodohi dan saling membohongi. Terbangunnya sikap tersebut akan menjadi penopang dalam mengakselerasi kehidupan masyarakat yang dapat membawa dampak positif bagi sebuah peradaban, persatuan dan kesatuan. Mengembangkan sikap
silih asuh atau saling menguatkan bukan saling menjatuhkan, saling melemahkan dan saling menjegal antar sesama anak bangsa seperti yang akhir-akhir ini mengemuka dan muncul secara terbuka diruang publik terutama dalam ruang demokratisasi dan penegakan hukum, apabila budaya saling menjatuhkan terus berkembang maka bangsa ini rentan di “adu domba� satu dengan yang lain sehingga menimbulkan perpecahan. Apabila semangat tersebut terus dibangun dan dikembangkan maka sangat berpotensi bagi munculnya konflik internal yang dapat menggoyah sendi-sendi dasar kehidupan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Setelah mengembangkan sikap silih asih, silih asah dan silih asuh maka
yang terakhir harus dikembangkan adalah budaya silih wangi atau budaya saling mengharumkan bukan saling membusukan antara yang satu dengan yang lain. Sifat semangat, kultur, budaya yang terbangun dengan semangat silih asih, silih asah, silih asuh dan silih wangi merupakan ruh dan filosofis azas sosial kemasyarakatan yang menempatkan kesetaraan dalam hubungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai implementasi dari nilai kekeluargaan dalam kultur masyarakat Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai dasar Pancasila. Akhirnya harus disadari bahwa bangsa Indonesia ada karena adanya Sumpah Pemuda yang menjadi pengikat dan faham nasionalisme ke-
bangsaan. IndonesiaadakarenaPancasilasebagaiideologidanpandanganhidupbangsayangmenjadiperekatdalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia ada karenaadanyake-Bhinekaandanbangsa Indonesia ada karena konsepsi dan konsistensinya terhadap NKRI. Sebagai bangsayangmerdekadanberdaulatkita tidakbolehberkeluhkesahmenghadapi berbagai problematika kebangsaan dan sudah saatnya kita bangkit untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara, konsisten dengan jati diri bangsa, memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme, menjaga persatuan dan kesatuan serta menghindarkan diri dari sikap dan prilaku hedonisme. Rukunlah bangsaku, bekerja keraslah untuk negeriku, bersatulah bangsaku, maka damai dan sejahtera serta jayalah bangsaku.
GEMA INFANTERI
23
Konflik
Dan Solusi Laut China Selatan
dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional Benturan kepentingan antar negara-negara dikawasan manapun berpotensi menyebabkan konflik dan bisa menciptakan instabilitas baik secara global maupun regional, konflik kepentingan yang bersumber dari kepentingan ekonomi, politik, dan sosial apabila tidak dimanage dengan baik, bisa berujung terjadinya konflik secara langsung yang melibatkan kekuatan militer antar negara-negara tertentu yang merasa national interest mereka terusik.
OLEH : KOLONEL INF KARMIN SUHARNA
24 GEMA INFANTERI
GEOGRAFIS DEMIKIAN halnya dengan perkembangan konflik klaim wilayah teritori di laut China selatan yang melibatkan 6 (enam) negara, 4 (empat) negara anggota ASEAN (Malaysia, Philipina, Vietnam, Brunei) dengan China dan Taiwan, menurut argumennya masing–masing bahwa sebagian wilayah laut China Selatan adalah wilayah kedaulatannya, bagi Indonesia meskipun tidak termasuk Claimant state tapi ada bagian dari pulau Natuna apabila China memaksakan klaim teritori akan masuk wilayah China, maka konflik di Laut China Selatan (LCS) akan melibatkan Indonesia juga. Apabila konflik LCS berkelanjutan dan tidak ada solusi yang tepat, maka tidak mustahil akan terjadi konflik terbuka yang menggunakan kekuatan militer seperti apa yang menjadi salah satu prinsip klasik Clausewitz tentang perang di buku The Nature of War yang menyatakan sebagai berikut “War is a mere continuation of policy by other means”War is not merely a political act, but also a real political instrument, a continuation of political commerce, a carrying out of the same by other means, yang artinya bahwa perang hanyalah kelanjutan sebuah kebijakan menggunakan cara lain, Perang bukanlah hanya sebuah tindakan politik tetapi merupakan sebuah alat politik nyata, kelanjutan dari politik perdagangan dan dikerjakan seperti cara lainnya. Benturan kepentingan antar negara-negara dikawasan manapun berpotensi menyebabkan konflik dan bisa menciptakan instabilitas baik secara global maupun regional, konflik kepentingan yang bersumber dari kepentingan ekonomi, politik, dan sosial apabila tidak dimanage dengan baik, bisa berujung terjadinya konflik secara langsung yang melibatkan kekuatan militer antar negara-negara tertentu yang merasa national interest mereka terusik. Demikian halnya dengan perkembangan konflik klaim wilayah teritori di laut China selatan yang melibatkan 6 (enam) negara, 4 (empat) negara anggota ASEAN (Malaysia, Philipina, Vietnam, Brunei) dengan China dan Taiwan, menurut argumennya masing–masing bahwa sebagian wilayah laut China Selatan adalah wilayah kedaulatannya, bagi Indonesia meskipun tidak termasuk Claimant state tapi ada bagian dari pulau Natuna apabila China memaksakan klaim teritori akan masuk wilayah China, maka konflik di Laut China Selatan (LCS) akan melibatkan Indonesia juga. Apabila konflik LCS berkelanjutan dan tidak ada solusi yang tepat, maka tidak mustahil akan terjadi konflik terbuka yang menggunakan kekuatan militer seperti apa yang menjadi salah satu prinsip klasik Clausewitz tentang perang di buku The Nature of War yang menyatakan sebagai berikut “War is a mere continuation of policy by other means”War is not merely a political act, but also a real political instrument, a continuation of political commerce, a carrying out of the same by other means, yang artinya bahwa perang hanyalah kelanjutan sebuah kebijakan menggunakan cara lain, Perang bukanlah hanya sebuah tindakan politik tetapi merupakan sebuah alat politik nyata, kelanjutan dari politik perdagangan dan dikerjakan seperti cara lainnya. Ungkapan ini terbukti karena konflik militer skala kecil sudah terjadi antara China, Taiwan dan 2 Claimant states (Vietnam dan Philipina) di Laut China Selatan dengan fakta sebagai berikut: China vs Vietnam tahun 1988, kedua ang-
GEMA INFANTERI
25
GEOGRAFIS katan laut bentrok di Johnson Reef Kepulauan Spratly yang menyebabkan beberapa kapal laut Vietnam tenggelam dan 70 prajurit AL Vietnam. gugur, Taiwan vs Vietnam tahun 1995, Taiwan menembakan artileri ke kapal angkatan laut Vietnam, China vs Philipina tahun 1996 tiga kapal patroli AL China terlibat baku tembak hampir 90 menit dengan Kapal AL Philipina di kepulauan Spratly . Potensi konflik militer skala besar bisa saja terjadi kedepan apabila sengketa wilayah ini tidak terselesaikan dengan baik. Ketika hal ini terjadi maka perang tidak hanya antara China dan Claimant states di LCS (4 anggota ASEAN), juga akan melibatkan konflik China dengan Amerika Serikat. Sebagai negara power Amerika Serikat pasti mempunyai kepentingan Ekonomi, Politik juga Militer di laut China selatan. Karena saat ini harus jujur diakui sudah ada persaingan pengaruh antara Amerika Serikat dan China diberbagai aspek, dilingkungan global termasuk di Asia, meskipun hal ini dibantah secara halus oleh Amerika Serikat seperti apa yang diungkapkan oleh Hilary Clinton pada saat kunjungan ke China yang mengatakan bahwa “President Barack Obama’s administration did not want “unhealthy competition” between the Pacific powers” , yang artinya bahwa Amerika Serikat tidak menginginkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara dua kekuatan di Pasifik. Walaupun ada sengketa wilayah di LCS, Sebagai Smart Super Power China sadar betul kemungkinan keterlibatan militer Amerika Serikat apabila terjadi serangan militer oleh China terhadap salah satu Claimant states di LCS, dan China tidak akan gegabah bertindak menggunakan kemampuan militernya untuk memenuhi ambisi menguasai wilayah yang di klaim di LCS, oleh karena itu kemungkinan China policy untuk kasus LCS masih akan mengedepankan kepentingan ekonominya. Bagi Claiman States LCS anggota ASEAN (Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei)
26 GEMA INFANTERI
termasuk Indonesia meskipun statusnya saat ini non Claimant States, kerangka penyelesaian sengketa wilayah secara Hukum Politik dan Diplomatik dengan frame work ASEAN harus menjadi prioritas karena langkah ini sangat adaptable ditinjau dari berbagai aspek. Potensi konflik di Laut China Selatan apabila tidak solusi yang tepat akan memberi dampak bagi kondisi regional dan punya efek bagi kondisi Ketahanan Nasional Indonesia.
MENGAPA LAUT CHINA SELATAN SANGAT PENTING
Sebuah kawasan atau negara dibelahan bumi ini akan menjadi primadona bagi kawasan atau negara lain manakala kawasan atau Negara tersebut mempunyai aspek strategis yang bisa mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan kawasan dan negara tertentu. Demikian halnya dengan kasus LCS, ada dua aspek yang membuat LCS menjadi penting bagi Negara manapun sebagai berikut: Letak Strategis. Secara Geografi Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh negara pantai (RRC dan Taiwan, Vietnam, Kamboja,Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina). Luas perairan Laut Cina Selatan mencakup Teluk Siam yang dibatasi Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi Vietnam dan RRC . Kawasan Laut Cina Selatan (LCS) merupakan kawasan bernilai ekonomis, politis dan strategis yang sangat penting,
GEOGRAFIS kondisi geografis posisinya yang strategis sebagai jalur pelayaran perdagangan (SLOT) dan Jalur komunikasi internasional (SLOC) yang menghubungkan Samudera Hindia dan samudera Pasifik. Hal ini telah merubah jalur laut China selatan menjadi rute tersibuk di dunia, karena lebih dari setengah perdagangan dunia berlayar melewati Laut China Selatan setiap tahun. (lihat slide Why South China Sea Important? Ttg data perdagangan 3 Negara raksasa ekonomi: India, Amerika Serikat dan Jepang ). Diperkirakan lebih dari setengah dari jumlah kapal kapal super tanker dunia melewati jalur laut ini. lihat peta). Potensi ekonomi dan pentingnya geopolitik termasuk kandungan kekayaan Alam yang ada di dalamnya telah menyebabkan terjadinya konflik klaim wilayah antara China dan sebagian negara–negara anggota ASEAN yang berada wilayah laut China Selatan . Menurut data Kementrian Geologi dan Sumber Daya Mineral Daya Republik Rakyat Cina (RRC) memperkirakan bahwa wilayah Spratly mempunyai cadangan minyak dan gas alam 17,7 miliar ton (1.60 × 1010 kg), lebih besar di banding Kuwait negara yang menempati ranking ke 4 yang mempunyai cadangan minyak terbesar dunia saat ini dengan jumlah 13 miliar ton (1,17 × 1010 kg). Potensi kandungan cadangan minyak dan gas di LCS ini juga telah memicu semakin intensifnya situasi klaim teritorial dari negara-negara yang terlibat. Sementara kandungan gas alam di Laut Cina Selatan mungkin merupakan sumber hidrokarbon yang paling melimpah. Sebagian besar hidrokarbon kawasan LCS dieksplorasi oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Perkiraan menurut United States Geological Survey dan sumber lain-lain menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% dari hidrokarbon di LCS adalah gas, sementara itu penggunaan gas alam di wilayah ini diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5% per tahun selama dua dekade mendatang, diperkira-
kan bisa mencapai sebanyak 20 triliun kaki kubik (Tcf) per tahun lebih cepat daripada bahan bakar lainnya .(lihat peta urutan angka yang ada dikotak adalah sumber daya alam yang sudah di ekplorasi Claimant states dan non Claimant States di LCS Kedua faktor penting yang diuraikan di atas adalah alasan rasional yang menyebabkan wilayah LCS menjadi sengketa antara 4 (empat ) negara ASEAN (Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei) dengan Cina dan Taiwan, penyelesaian permanen masalah LCS berdasarkan hukum internasional dan harus disepakati oleh semua fihak yang bertikai agar tidak menimbulkan potensi konflik militer. Namun harus diakui bahwa sengketa LCS adalah persoalan yang tidak mudah serta membutuhkan waktu yang panjang, bagi Indonesia meskipun tidak termasuk Claimant State tetapi juga punya kepentingan di LCS, karena konflik klaim wilayah secara tidak langsung dengan China telah terjadi sekarang, menyangkut wilayah NKRI yakni Pulau Natuna, Khususnya Natuna Blok A.
PERSEPSI MASINGMASING CLAIMANT STATES TENTANG LEGALITAS KEPEMILIKAN WILAYAH LCS.
Fihak yang bertikai mempunyai argument argument mas-
ing–masing untuk melegetimasi klaim kepemilikan wilayah yang disengketakan menurut versinya masing- masing seperti dibawah ini sebagai berikut: China beranggapan bahwa LCS merupakan wilayah kedaulatannya, China berpedoman pada latar belakang sejarah China kuno tentang peta wilayah kedaulatan China. Menurut China Pulau, pulau dan wilayah laut LCS ditemukan oleh pendahulu China yakni Dinasti Han sejak 2 abad sebelum Masehi yang pada abad 12 sebelum Masehi oleh Dinasti Yuan pulau pulau dan wilayah laut di LCS di masukkan kedalam peta teritori China kemudian diperkuat dengan Dinasti Ming dan Dinasti Qing pada abad ke 13 sebelum masehi. Pada awal ke-19 dan abad ke 20 Cina mengemukakan bahwa kepulauan Spratly jaraknya kurang lebih 1.100 km dari pelabuhan Yu Lin (P.Hainan) sebagai bagian dari kepulauan Nansha dan Kepulauan Paracel yang terletak di sebelah utara Kepulauan Spratly, jaraknya kurang lebih 277,8 km dari Pulau Hainan sebagai bagian dari Kepulauan Xisha bagian dari provinsi Hainan. Pada tahun 1947 China memproduksi peta Laut China Selatan dengan 9 garis putus-putus dan membentuk huruf U, serta menyatakan semua wilayah yang ada di dalam di garis merah terputus putus itu adalah wilayah teritori China. Sejak tahun 1976
Cina telah menduduki beberapa pulau di Kepulauan Paracel dan pada tahun 1992 hukum Cina menegaskan kembali klaim tersebut. Meskipun Taiwan masih dianggap bagian utuh dari Cina, tapi Taiwan pun sama mengklaim kepemilikan di wilayah LCS, klaim oleh Taiwan juga tidak ada argumen hukum yang jelas, saat ini Taiwan menguasai Pulau Aba [Taiping Dao], satu-satunya pulau terbesar di antara pulau- pulau di kepulauan Spratlys. Klaim Vietnam didasarkan pada latar belakang sejarah ketika Perancis tahun 1930-an masih menjajah Vietnam saat itu kepulauan Spratly dan Paracel dibawah kontrol Perancis. Setelah merdeka dari Perancis Vietnam mengklaim kedua pulau tersebut, serta memakai argumen dasar landas kontinen. Vietnam mengklaim kepulauan Spratly sebagai daerah lepas pantai provinsi Khanh Hoa. Klaim Vietnam mencakup area yang cukup luas di Laut Cina Selatan dan Vietnam telah menduduki sebagian Kepulauan Spratly serta Kepulauan Paracel sebagai wilayahnya. Philipina mengklaim Spratly berdasarkan pada prinsip landas kontinen serta eksplorasi Spratly oleh seorang penjelajah Filipina pada tahun 1956, menurut data penjelajah Philipina bahwa pulau-pulau yang diklaim adalah: 1) bukan bagian dari Kepulauan
GEMA INFANTERI
27
GEOGRAFIS
Spratly, dan 2) tidak milik oleh negara manapun serta terbuka untuk diklaim. Tahun 1971, Philipina secara resmi menyatakan 8 pulau di Spratly sebagai bagian dari provinsi Palawan. Ada 8 pulau yang klaim dan dikuasai Philipina di Spratly, luas total lahan pulau-pulau ini adalah 790.000 meter persegi. Klaim Malaysia berdasarkan atas sebagian wilayah di Spratly didasarkan pada prinsip landas kontinen, berkaitan dengan hal itu Malaysia telah membuat batas yang diklaimnya dengan koordinat yang jelas. Malaysia telah menempati tiga pulau yang dianggap berada dalam landas kontinennya. Malaysia telah mencoba untuk membangun garis antar pulau dengan mengunakan pasir dan tanah. Brunei Tidak mengklaim pulau-pulau, tetapi mengklaim bagian dari Laut Cina Selatan terdekat sebagai bagian dari landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pada tahun 1984, Brunei mengumumkan ZEE yang meliputi Louisa Reef di Kepulauan Spratly . Indonesia tidak termasuk claimant states wilayah laut China selatan khususnya Kepulauan Spratly. Namun, klaim Cina dan Taiwan di Laut China Selatan dengan 9 garis terputus dan bentuk hurup U mencakup kepada landas kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, ZEE secara otomatis mencakup ladang gas Indonesia yang di pulau Natuna. Pijakan hukum resmi Claiman States terhadap LCS khususnya 4 anggota ASEAN (Vietnam, Malaysia, Philipina dan Brunei) mengacu pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS (United Nation Convention Law Of The Sea) yang ditandatangani oleh 119 Negara di Teluk Montego Jamaika tanggal 10 Desember 1982. Konvensi ini ditujukan untuk memperjelas ketentuan batas laut suatu neg-
28 GEMA INFANTERI
ara. UNCLOS 1982 merupakan Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang memuat upaya paling komprehensif PBB untuk menciptakan sebuah peraturan terpadu untuk tata kelola hak-hak negara di dunia terhadap lautan. Perjanjian itu membahas sejumlah topik, termasuk hak navigasi, hak-hak ekonomi, pencemaran laut, konservasi kehidupan laut, eksplorasi ilmiah, pembajakan, dan banyak lagi. Dengan diberlakukannya UNCLOS PBB, berharap sengketa perbatasan setiap Negara yang mempunyai wilayah laut bisa diselesaikan. Untuk memperjelas lihat peta yang dikeluarkan PBB berdasarkan UNCLOS1982. Konvensi PBB tentang Hukum laut (UNCLOS) yang ratifikasi oleh negara anggota PBB tahun 1982 memberikan pengaruh terhadap sengketa wilayah oleh claimant states dan non claimant state di LCS, bagian penting dari UNCLOS ini adalah memberikan hak kepa-
GEOGRAFIS da setiap Negara untuk menjadikan lautan dengan radius 200 mil dari daratan sebagai EEZ (Exclusive Economic Zone). EEZ merupakan lautan yang diberikan hak aktor Negara untuk dieksploitasi dan digunakan kepentingan perekonomian secara domestik Negara. Wilayah lautan diluar dari wilayah EEZ ini akan dianggap sebagai International Waters (Perairan Internasional) yang tidak boleh dieksploitasi oleh Negara. Vietnam, Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia dan AS merupakan beberapa Negara yang terus menerus memaksa agar China mentaati resolusi yang berdasarkan pada UNCLOS yang disebutkan diatas . Bagi China ratifikasi ini merugikan karena wilayah teritori yang klaim China berupa titik merah yang membentuk hurup U bertentangan dengan prinsip Konvensi PBB tentang Hukum laut (UNCLOS 1982 ). Lihat peta klaim wilayah di Laut China Selatan masing-masing Negara di LCS.
PROSPEK MANAJEMEN PENYELESAIAN KONFLIK.
Konflik secara umum merupakan perbedaan kepentingan yang melibatkan oleh 2 pihak atau lebih Demikian halnya pertikaian dan sengketa wilayah antara China dan Claimant states di LCS yang selama ini terjadi karena adanya disintegrasi kepentingan antar kedua pihakyang bertikai, ada beberapa kemungkinan solusi sengketa LCS sbb: 1. Penggunaan kekuatan Militer. Clausewitz, mengungkapkan bahwa“ War therefore is an act of violence intended to compel our opponent to fulfil our will”. Perang adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk menundukkan musuh agar mau mengikuti keinginan kita (fihak tertentu). Timbul pertanyaan di benak kita, apakah akan terjadi ungkapan ini untuk kasus LCS, mari kita cermati peta kekuatan militer, China vs Claimant states di LCS. Secara matematis kekuatan militer China jauh diatas baik dari aspek kwantitas dan kwalitas dibandingkan dengan 5 negara (4 Claimant States dan 1 non Claimant State) meskipun anggaran pertahanan dan kekuatan militer mereka di gabung, tetap masih terjadi ketidak seimbangan kekuatan,
ini bisa lihat dari besarnya jumlah anggaran pertahanan, man power dan kondisi alut sista China terkini. Lihat tabel . Apabila China menggunakan kekuatan militer untuk memaksakan kehendaknya penguasaan sebagian besar wilayah LCS, maka tidak mustahil akan terjadi konflik militer yang akan melibatkan Amerika Serikat sebagai salah satu negara Super power yang mempunyai kepentingan strategis secara Ekonomi, Politik dan Militer di kawasan LCS. Begitu pentingnya kawasan Laut China Selatan bagi Amerika Serikat, sehingga kebijakan A.S mengenai LCS dituangkan di buku strategi pertahanan Amerika Serikat 2012 hal 2, yang menyatakan “while the U.S. military will continue to contribute to security globally, we will of necessity rebalance toward the Asia-Pacific region. Our relationships with Asian allies and key partners are critical to the future stability and growth of the region. The maintenance of peace, stability, the free flow of commerce, and of U.S. influence in this dynamic region will depend in part on an underlying balance of military capability and presence. Over
the long term, China.’s emergence as a regional power will have the potential to affect the U.S. economy and our security in a variety of ways” , artinya sebagai berikut: Militer AS akan terus memberikan kontribusi terhadap keamanan global, tetap menyeimbangkan kepentingan terhadap kawasan Asia-Pasifik. Hubungan dengan sekutu dan mitra kunci di Asia sangat penting bagi stabilitas masa depan serta pertumbuhan kawasan. Terciptanya perdamaian, stabilitas, jalur bebas perdagangan, serta pengaruh AS di kawasan yang dinamis akan tergantung pada keseimbangan yang mendasari
GEMA INFANTERI
29
GEOGRAFIS kemampuan militer dan kehadiran. Munculnya China sebagai kekuatan regional dalam jangka panjang akan memiliki potensi yang mempengaruhi perekonomian dan keamanan AS dalam berbagai aspek. Dari tulisan yang termuat di dalam buku terungkap bahwa bagi Amerika Serikat China merupakan ancaman jangka panjang yang perlu diperhitungkan. Harus diakui bahwa meskipun saat ini perekonomian Amerika Serikat sedang mengalami krisis, tapi dominasi Amerika Serikat di bidang inovasi tehnologi termasuk militer masih belum bisa tersaingi oleh negara manapun termasuk oleh China,hal ini bisa di lihat perbandingan besarnya Defence Budget (anggaran pertahanan) dan jumlah alut sista yang dimiliki China saat masih kalah sama Amerika Serikat. Lihat tabel perbandingan . Dominasi Amerika Serikat di bidang Militer di dunia termasuk di kawasan Asia Pasific sudah lama ada sejak Perang dingin di mulai dan berahir hal ini sejalan dengan doktrin militer Amerika Serikat yang di jamin dengan UUnya agar AS ikut bertanggung jawab untuk keamanan Global, telah diimplementasikan sejak lama, hal ini bisa dilihat dengan cara Amerika Serikat membagi dunia menjadi 6 (tujuh) wilayah tanggung jawab militernya sebagai berikut: USNORTHCOM (United States Northern Command) wilayah Alaska, Canada, Mexico, USSOUTHCOM (United States Southern Command ) untuk Amerika tengah dan selatan, USEUCOM (United States European Command) Eropa, USCENTCOM (United States Central Command) untuk Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Tengah, USSOCOM (United States Special Opera-
tions Command) (Komando operasi khusus), USA-
30 GEMA INFANTERI
FRICOM (United States Africa Command) untuk Afrika. Sedangkan USPACOM (United States Pacific Command) bertanggung jawab untuk Asia Pacific, dimana China menjadi satu wilayah tanggung jawabnya.) Dari aspek dislokasi, disposisi dan kemampuan alut sista yang dimiliki sangat mudah bagi AS untuk mengerahkan kekuatan militernya ke wilayah manapun didunia demikian halnya di Asia A.S ada dalam posisi yang menguntungkan karena mempunyai perjanjian pertahanannya terutama Australia, Jepang dan Korea Selatan, aspek ini semakin membuat China ada di posisi yang tidak menguntungkan, hal ini di yakini menjadi salah satu pertimbangan bahwa China tidak akan menggunakan kekuatan militer menyerang Claimant sates di LCS untuk menyelesaikan sengketa wilayah, meskipun China capable untuk hal tersebut, karena China tahu betul bahwa Amerika Serikat tidak akan berpangku tangan apabila Cina menyerang salah satu Claimant sate di LCS. Bagi China penyelesaian kasus LCS saat ini kemungkinan berpedoman pada salah satu Prinsip teori perang Sun Tzu seorang Jenderal ahli strategis China yang hidup pada akhir abad ke 7 sebelum masehi yang terkenal sebagai pengarang buku The Art of War di mana dalam salah satu teorinya tentang offensive strategi mengungkapkan bahwa “Know the enemy and know your self : In hundreds battles you will never be in peril�, artinya ketahuilah musuhmu dan ketahuilah dirimu : Dalam ratusan pertempuran kau tidak akan pernah kalah. Oleh karena untuk masalah laut China selatan, China tidak akan menggunakan kekuatan militernya karena kemungkinan China sudah mempertimbangkan untung dan ruginya, China sangat faham betul apabila dipaksakan penyelesaian secara militer akan kalah serta membuat posisi China semakin terpojok. 2 Penyelesaian secara Hukum dan upaya Politik serta Diplomatik melalui ASEAN frame work mer-
upakan cara yang paling tepat saat ini untuk sengketa di LCS. Semangat kerja sama dan prinsip ASEAN untuk sengketa LCS di LCS ialah tidak menjadikan aksi saling mengklaim itu sebagai ajang rivalitas dan saling menghantam antar beberapa kekuatan, namun harus dicarikan solusi damai yang mengikat bagi semua fihak oleh karena itu kerangka ASEAN dalam penyelesaian sengketa LCS harus tetap mengedepankan langkah-langkah sbb: Secara Hukum. Sengketa LCS sebenarnya murni masalah hukum dan seyogyanya penyelesaian secara hukum adalah solusinya. PBB sebenarnya sudah mempunyai UNCLOS 1982 untuk penyelesaian sengketa LCS, sehingga langkah ini harus terus menerus diupayakan ASEAN sebagai solusi permanen jangka panjang yang komprehensip bagi penyelesaian sengketa di LCS, memang disadari bukan hal yang mudah karena akan menyangkut prinsip kedaulatan Negara masing masing fihak yang bertikai yang memerlukan komitmen terutama China, proses ini membutuhkan waktu . Meskipun harus diakui penuntasan sengketa melalui legal frame work ini bukan hal yang mudah untuk dicapai karena kuatnya posisi China di PBB, sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan bagian dari 5 anggota tetap PBB lainnya. China mempunyai hak veto yang bisa membatalkan setiap resolusi Dewan Keamanan apabila dirasakan merugikan China. Kita berharap suatu saat ada reformasi di PBB yang mengatur hak veto di Dewan Keamanan PBB, sehingga penyelesaian sengketa melalui hukum di LCS bisa diwujudkan. Secara Politik dan Diplomatik. Meskipun langkah ini hanya merupakan langkah penyelesaian jangka pendek namun upaya ini dianggap merupakan solusi yang menyentuh akar pemasalahan penyelesaian sengketa LCS melalui kerangka ASEAN. Sebagai organisasi kerjasama regional yang dianggap solid dan mewadahi semua kepentingan
yang bertikai di LCS. ASEAN sudah memprakarsai sejak tahun 2002 dengan penanda tangani DOC ( Declaration Of Conduct) antara ASEAN dan China yang mengatur pedoman saling menguntungkan yang harus disepakati oleh semua fihak yang mempunyai kepentingan di LCS, dikeluarkan DOC adalah sebuah upaya menyikapi beberapa insiden yang terjadi di LCS, namun harus diakui bahwa DOC ini bukan perjanjian yang mengikat bagi yang menandatanganinya dan memerlukan upaya tindak lanjut yang komprehensip. Menyadari betapa rumitnya sengketa LCS, maka ASEAN perlu mengambil langkah langkah sbb: Memperkuat Skope, kapasitas dan ketentuan kepemimpinan bagi setiap anggota yang akan menjabat sebagai ketua ASEAN, sesuai dengan aturan rotasi jabatan yang telah ditentukan agar setiap pergantian ada penekanan upaya berkelanjutan untuk menuntaskan terhadap masalah penting bersama yang sedang dihadapi khususnya solusi konstruktip masalah sengketa Laut China Selatan.(untuk menghindari ketidak sepakatan sesama anggota yang bisa dimanfaatkan oleh China, contoh saat Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun 2011, semua mempunyai kesepakatan satu suara tentang sengketa LCS, namun saat kepemimpinan Kamboja tahun 2012 terjadi perbedaan pendapat yang prinsip diantara anggota ASEAN karena sikap Kamboja yang dianggap terlalu menguntungkan fihak China untuk sengketa LCS. Mengupayakan perubahan status DOC menjadi COC (Code Of Conduct), sehingga kesepakatan perjanjian konstruktif tentang LCS bisa mengikat masing-masing fihak (China dan anggota ASEAN yang mempunyai kepentingan di LCS). Memaksimalkan fungsi mekanisme kerja lembaga internal ASEAN yang sudah di sepakati khususnya di bidang Maritim seperti ADMM (ASEAN Defence Maritime Meeting), AMM (ASEAN Matime Forum) dan mengimplementasikan dilapangan terkait
GEOGRAFIS bidang maritime. Sedangkan melalui forum ARF (ASEAN Regional Forum) diharapkan bisa menghasilkan suatu konsensus kuat yang bisa memperkuat Posisi ASEAN khusus untuk penyelesaian sengketa di LCS. Mempertimbangkan melibatkan kekuatan luar yang mempunyai pengaruh kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, India agar telibat aktif kegiatan ADMM dan AMM bersama sama ASEAN, hal ini dilakukan sebagai upaya penyeimbang dengan kekuatan China. Memperkuat upaya meningkatkan kerja sama bilateral secara terus menerus dengan tujuan pemanfaatan bersama secara simbiosis mutualisma potensi sumber daya alam yang ada di wilayah sengketa baik antar sesama anggota ASEAN maupun antar masing-masing anggota yang punya sengketa dengan China.
DAMPAK SENGKETA LCS BAGI KETAHANAN NASIONAL.
Bagi Indonesia meskipun sengketa LCS berstatus Non Claimant States, namun apabila tidak ada solusi yang tepat baik jangka pendek, maupun jangka panjang akan berdampak terhadap ketahanan nasional. Karena apabila kita telaah hakekat Ketahanan Nasional adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam perjuangan mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanahkan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional berupa pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan yang meliputi seluruh aspek kehidupan Bangsa dan Negara. Sengketa wilayah di LCS bagi Indonesia apabila tidak terselesaikan dengan baik, disadari
dan tidak disadari bisa mengarah pada sengketa mendalam dengan China, seperti halnya Vietnam dan Philipina yang sudah melibatkan penggunaan kekuatan militer meskipun dalam skala kecil hal yang sama bisa terjadi kepada Indonesia, karena sengketa tidak langsung sudah terjadi apabila China memaksakan ingin menguasai LCS sesuai yang diklaimnya akan menyangkut salah satu wilayah kedaulatan NKRI yakni kepulauan Natuna, yang secara langsung menyangkut 2 aspek Ketahanan Nasional, yakni Geografi dan Sumber Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya. Indonesia sangat menyadari bahwa penyelesaian sengketa di LCS mempunyai dampak terhadap Ketahanan Nasional oleh karena itu Indonesia ikut proaktif sebagai bagian dari ASEAN mencari solusi masalah ini. Langkah proaktif ditunjukkan secara nyata melalui peran Indonesia sebagai salah satu inisiator dalam pembuatan Draft DOC tahun 2002 di Kamboja. Sikap Indonesia yang mempunyai kepentingan terhadap sengketa LCS tetap konsisten, seperti diungkapkan oleh Pak SBY pada KTT ASEAN ke 18 di Jakarta pada tanggal 7- 8 Mei, 2011 “Kita ingin ada yang disebut code of conduct, yang harus dihadirkan. Sudah cukup lama, lebih dari 15 tahun untuk membentuk code of conduct yang belum rampung. Kita ingin mempercepat akselerasi declaration of conduct menjadi code of conduct dengan demikian bisa mengatur semuanya untuk tidak terjadi apa pun di Laut China Selatan”. Bagi Indonesia upaya Hukum dan Politik serta Diplomatik penyelesaian sengketa laut China Selatan lewat ASEAN frame work merupakan solusi yang paling tepat, dan harus diupayakan terus menerus. Lihat gambar dampak sengketa LCS terhadap Tahnas.
PENUTUP
Sengketa wilayah antara China
dan 4 Claimant States (Vietnam, Philipina, Malaysia , Brunei dan Indonesia sebagai non Claimant State di LCS adalah konflik yang rumit yang bisa menjurus ke konflik terbuka, menggunakan kekuatan militer dan bisa mengundang kehadiran Amerika Serikat. China sangat faham betul tentang hal ini dan kelemahan yang dimilikinya, sehingga pendekatan kebijakan China saat ini di wilayah sengketa masih pendekatan kepentingan ekonomi. Wilayah LCS yang menjadi sengketa adalah tempat yang strategis bagi siapa saja yang menguasainya karena letak geografis serta kemungkinan potensi kandungan sumber daya alamnya yang melimpah. Apabila diakui secara jujur sengketa laut Cina Selatan sebenarnya murni masalah hukum mengenai batas laut antara beberapa
negara ASEAN dengan RRC yang menyangkut beberapa wilayah yang berupa gugusan pulau di wilayah laut China Selatan, namun penyelesaian lewat hukum sulit untuk di capai, sehingga pendekatan pemecahan permasalahan yang adaptable dengan situasi dilapangan terkini adalah solusi masalah lewat jalur Politik dan Diplomatik. ASEAN adalah kerangka yang tepat untuk solusinya. Apabila sengketa ini tidak terselesaikan bisa berdampak dan ketahanan regional serta mempengaruhi ketahanan Nasional Indonesia. Komitmen ASEAN untuk LCS sangat jelas ialah keinginan menghasilkan pedoman yang mengikat negara yang saling mengklaim wilayah di laut Cina Selatan sehingga semua masalah bisa dikelola dengan baik, tidak memunculkan konflik yang tidak dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA 1. Makalah, Penelitian, dan Kajian a. Brent Smith, “China Maritime claims in The South China Sea, The threat to the regional Stability and the U.S interest”. b. Christopher C. Joyner, “The Spratly Islands Dispute in the South China Sea : Problems, Policies, and Prospects for Diplomatic Accommodation”. c. Defense Strategic Guidance, “United States Department of Defense (Infographic) Top Ten Defence Budgets 2011”, The Paltry Sapien. d. IMS Maritime Security International Conference,12 September di hotel Borobudur, Jakarta. e. Konvensi Hukum Laut 1982 sekarang sudah diratifikasi oleh lebih 160 Negara. f. Makalah, “South China Sea”. g. UNCLOS, 1982. h. Vo Xuan Vinh, “South China Sea Oil and Natural Gas”, Institute for Southeast Asian Studies, Vietnam Academy of Social Sciences, IODAS (Institute of Defense and Security Studies), IMS (Institute for Maritime Studies), CASS Stratcore Group India, Conni Rahakundini Bakrie, “Energi Security :The building of ASEAN+China SPR and Maritime Security Architecture”, “IMS Maritime Security International Conference”,12 September, Jakarta, 20 September 2012. 2. Internet a. www.channel newsasia.com/stories/afp_asiapasific/.../html-Singapore, “South China Sea code”, in Everyone interest : Clinton – Channel. b. www.chinatouristmaps.com, China Sea Maps, “Enlarged Map of South China Sea - Map of China” c. www.global security.org, South China Sea –Back Ground d. www.defense.gov/news/defense_strategic_guidance.pd e. www.globafire_power.com f. www.globalpost, “south China Sea Conflict Generates Uncertainty” g. www.globalsecurity.org, “World War Spratly Islands, South China Sea Oil and Natural Gas” h. www.global power.com, “PRC Military Strengh” i. www.ml.scribd.com/.../makalah-cina-South-.. j. www.south china sea conflict generates uncertainty and ... - globalpo k. www.thepaltrysapien.com/.../infographic-top-ten-defence-bud. l. www.wikipedia.org/south_china_sea/dispute_map
GEMA INFANTERI
31
PENTAHAPAN LATIHAN PEMBENTUKAN KOMPI PENGINTAI TEMPUR KOSTRAD
OLEH LETKOL INF HIDAYAT SURYONO
32 GEMA INFANTERI
P
rajurit Pengintai Tempur Kostrad merupakan pasukan yang bergerak dalam unit-kelompok kecil yang mana setiap individu telah dibekali kemampuan khusus three matra guna mengatasi rintangan alam yang dihadapi untuk kesuksesan dalam infiltrasi penyusupan dan memperoleh hasil yang lebih besar dalam pelaksanaan tugas operasi. Agar terwujud prajurit handal, mereka prajurit Pengintai Tempur Kostrad harus melakukan sejumlah tahap pelatihan dalam berbagai pentahapan latihan pembentukan Taipur, yang memakan waktu cukup lama ratarata lebih dari 7 bulan selain pra latihan. Fase demi fase harus mereka tempuh dan lewati, dimana tidak semua prajurit mampu lulus dalam menempuh kualifikasi sebagai prajurit yang memiliki kemampuan khusus Peleton Pengintai Tempur ini. Walaupun sudah 5 (lima) angkatan/ perekrutan, prajurit Taipur belum banyak jumlahnya. Hingga saat ini, personel Kompi Taipur Yonintel Kostrad yang memiliki kemampuan dan kualifikasi Taipur hanya berkisar 500 Orang dari seluruh prajurit TNI AD.
TAKTIK Memang mereka bukanlah prajurit biasa. Para prajurit yang dilatih dalam Kompi Pengintai Tempur, nantinya akan menjadi prajurit TNI yang memiliki kualifikasi khusus dengan kemampuan Tri Matra, yakni baik kemampuan darat, laut, maupun udara. Bukan main‌! Anggotanya direkrut dari satuan-satuan Kostrad, yang masih harus menempuh sejumlah seleksi ketat. Mereka yang tak mampu mengikuti perjalanan dalam seleksi itu, mustahil akan bisa ikut pendidikan Taipur. Oleh karenanya, hanya mereka yang benar-benar mampu secara fisik, kesehatan, karakter, mental dan ketrampilan militer saja yang dapat mengikuti latihan ini. Para prajurit yang digodok dalam latihan Taipur ini benar-benar hasil saringan yang sangat ketat. Mereka harus melalui sejumlah tahap seleksi, mulai dari tahap pertama, berupa latihan tempur Hutan Gunung yang berlangsung di medan latihan Kostrad yang terletak di Gunung Sangga Buana. Tahap kedua, adalah latihan Intelijen Aspek Laut , yang dilaksanakan di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat. Tahap ketiga, latihan Sandi Yudha di Pusdik Kopassus, Batujajar, mengingat mereka yang memiliki kualifikasi ini harus punya kemampuan intelijen tempur.Dan pada tahap keempat, merupakan latihan aplikasi dari seluruh kegiatan yang pernah dilatihkan, bertempat
di Sanggabuana, Cianjur, Cariu, Purwakarta dan kembali lagi ke Sanggabuana. Latihan ini tentunya untuk menguji kemampuan mereka dalam satu latihan yang utuh. Latihan ini juga diikuti oleh level Perwira, Bintara dan Tamtama. Mereka yang mengikuti latihan Kitaipur ini sebelumnya harus memiliki kualifikasi Para Dasar karenanya, mereka yang belum menempuh kualifikasi Para akan diikutkan Para Dasar terlebih dahulu di Pusat Pendidikan Para-Kopassus Batujajar, Bandung. Persyaratan lainnya adalah memiliki dedikasi tinggi, kesemaptaan jasmani minimal mencapai nilai 70, kemampuan menembak 75 persen, memiliki kemampuan navigasi darat tingkat mampu dan diutamakan bagi mereka yang pernah mengikuti operasi. Hal tersebut memang menjadi persyaratan mutlak yang harus dipenuhi bagi prajurit Pengintai Tempur Kostrad. Gagasan awal pelatihan pasukan Pengintai Tempur ini lebih banyak ditimba dari pengalaman di lapangan dan berbagai penugasan tempur. Dari pengalaman tersebut banyak ditemukan kenyataan bahwa satuan kecil lebih efektif dalam melaksanakan manuver di lapangan. Dengan pengalaman ini maka timbullah sebuah gagasan dari Pangkostrad waktu itu di tahun 2001, Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk membentuk satu
pasukan kecil yang dilatih khusus dengan ketrampilan-ketrampilan tempur serta persenjataan dan perlengkapan khusus guna melaksanakan operasi tempur dengan hasil yang optimal. Gagasan ini kemudian diwujudkan kedalam program pembentukan Taipur, yang diawali dengan penyusunan konsep latihan dan alat perlengkapan yang digunakan hingga pelaksanaannya dan dilakukan secara tahap demi tahap. Dalam latihan pembentukan Taipur juga digagas tentang materi pelatihannya, antara lain menyangkut berbagai taktik tempur, selain kemampuan satuan kecil maupun kemampuan perorangan. Materi-maateri ini harus dilatihkan untuk mengasah dan membentuk sosok prajurit yang mempunyai keterampilan, taktik, teknik, dedikasi, kesemaptaan jasmani serta mentalitas handal, yang memang merupakan syarat mutlak bagi seorang prajurit Taipur. Gagasan ini tentu juga disandingkan dengan kondisi factual, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. Karenanya sebagai satuan yang senantiasa siap digerakkan ke segala penjuru tanah air, pasukan ini harus memiliki kemampuan baik di darat, laut, maupun di udara untuk melaksanakan infiltrasi ke sasaran sebelum melaksanakan pertempuran yang menentukan. Oleh karena itu, personel Ki Taipur dilatihkan
GEMA INFANTERI
33
TAKTIK dan dibekali kemampuan three matra guna menghadapi rintangan medan yang ada di Indonesia khususnya dan medan operasi tempur pada umumnya. Untuk melaksanakan infiltrasi dengan baik, maka Kitaipur harus dilatih oleh para pelatih khusus yang ahli di bidangnya serta berpengalaman di medan operasi sesungguhnya. Untuk materi aspek udara, Kitaipur dilatih oleh pelatih ahli dari jajaran Kostrad dan Kopassus. Sedangkan untuk materi kelautan, Kitaipur dilatih secara khusus oleh Paska, dari Satuan Pasukan Katak TNI AL di Armada Barat. Tak bisa dipungkiri, sesungguhnya berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa satuan yang paling banyak bermanuver pada saat penugasan operasi adalah tingkat peleton sampai dengan kompi. Oleh sebab itu, merekalah yang harus dibekali berbagai kemampuan tempur. Kostrad sebagai Bala Kekuatan Terpusat, yang setiap saat siap bergerak untuk diterjunkan kapanpun dan dimanapun, mau tidak mau harus membina para prajuritnya agar memiliki kemampuan handal. Tak heran ketika Letjen TNI Ryamizard menjabat sebagai Pangkostrad, gagasan itu segera bisa direalisasikan. Intinya, satuan di jajaran Kostrad harus mendidik prajuritnya memiliki kualifikasi ini, yang mana saat ini berkembang menjadi Kompi Pengintai Tempur dibawah kendali Satuan Batalyon Intelijen Kostrad. Sebagai mata dan telinga Kostrad, maka Kitaipur mempunyai tugas mengumpulkan keterangan. Caranya tentu saja dengan melakukan pengintaian, penyusupan ke daerah lawan, introgasi, wawancara, mencari keterangan di daerah operasi untuk kepentingan tehnis taktis tempur. Bukan hanya itu saja, Taipur juga memiliki tugas pengamanan terhadap orang-orang penting, baik VVIP maupun VIP dari kegiatan lawan. Mereka juga bertugas melakukan pengaman-
34 GEMA INFANTERI
an instalasi vital dan kontra dari setiap kegiatan lawan serta pengamanan terhadap sarana dan material. Mengingat tugas-tugas yang diemban sedemikian beresiko, maka latihan Taipur harus lebih bukan hanya melakukan latihan operasi tempur seperti kerjasama pesawat terbang, komunikasi tempur dan proses bantuan tempur, tetapi juga mencakup operasi psikologi, hukum humaniter dan HAM. Kerjasama pesawat terbang merupakan mata latihan penting dalam mendukung patroli tempur dan patroli pengintaian yang merupakan bagian dari perang hutan. Latihan teknik dasar tempur bagi Taipur dilakukan di medan latihan Kostrad di Gunung Sanggabuana, Jawa Barat. Di area seluas 160 hektar itu mereka berlatih, termasuk materi latihan perang hutan gunung. Medan latihan itu adalah milik Yonif Linud-305/Tengkorak, yang telah digunakan sejak tahun 1990 dan sekarang Kostrad telah membentuk satu detasemen yang lebih dikenal Den Har Rahlat yaitu detasemen khusus menjaga dan merawat medan latihan Kostrad agar latihan Kostrad dapat dilaksanakan dengan maksimal tanpa mengurangi realisme latihan. Di atas lahan yang demikian luas itu para prajurit Kostrad menempa diri menjadi prajurit yang handal, professional, dengan dedikasi tinggi. Berbagai fasilitas pelatihan dan sarana penunjang latihan disediakan, yang setiap saat siap digunakan untuk menyelenggarakan latihan bagi para prajurit tanpa ada kekhawatiran mengganggu milik masyarakat, merusak lingkungan atau tuntutan ganti rugi sebab areal itu adalah milik Kostrad. Dengan mudah kita akan menemukan para prajurit ini berlatih di medan yang sesungguhnya. Di Gunung Sanggabuana, yang masih pure gunung, hutan dan sungai memang sangat ideal untuk latihan patroli, mountainering, menembak curam, terjal, mengesan jejak, mengenal jebakan ranjau darat maupun
TAKTIK jebakan tradisional, jungle survival dan mata latihan lainnya yang erat kaitannya dengan perang hutan. Khusus untuk latihan jungle survival, di hutan tropis Jawa Barat, paling sedikit terdapat 130 jenis tumbuhan yang daun, batang, kulit kayu maupun akarnya dapat dimanfaatkan untuk bertahan hidup di hutan. Medan latihan Gunung Sangga Buana ini merupakan aset yang sangat berharga sebagai sarana penunjang dalam membina kesiapan operasional satuan jajaran Kostrad melalui latihan. Para prajurit Tontaipur itu melaksanakan latihan selama 4 bulan untuk mengasah kemampuan aspek tempur hutan gunung. Latihan intelijen aspek laut ditempuh oleh para prajurit Taipur di Sat Paska TNI AL. Meliputi teknik tempur bawah air, yang diajarkan dengan menggunakan fasilitas Kopaska. Pada tahap inipun mereka masih disaring untuk memenuhi persyaratan toleransi fisik penyelaman. Uji toleransi dilakukan di decompression chamber RSAL. Toleransi fisik diuji dalam ruang udara bertekanan tinggi dengan simulasi penyelaman pada kedalaman 20 M di bawah permukaan laut. Di Kopaska, Taipur mendapat pembekalan teknik tempur bawah air selama empat minggu oleh para instruktur yang handal. Materi latihan diantaranya ialah Renang gaya bebas dan gaya katak; Renang dengan Pins dan Snorkle; Renang laut dengan perlengkapan siang dan malam; Kompas bawah air; Selam Militer; Renang Terikat; Cast and Recovery; Helly Cast; Terjun Laut; Rubber Duck; Renang Gaya gunting; Pancangan kaki pantai; Taktik satuan kecil; Pengetahuan motor tempel; Long Range Navigation; dan Full Mision Profile. Taipur dilatih lebih dari sebulan, yakni 40 hari untuk aspek intelijen laut. Latihan terjun laut dilakukan dengan pesawat NC-212 Skadron-600 Penerbangan TNI AL dan NC-212 Skadron-212 Skadron-2 Penerbangan TNI AD di teluk Jakarta.Penerjunan dengan mengenakan wet suit dan fins, meng-
gunakan parasut MC1.1B dan parasut cadangan T-7A. Pendaratan laut dilakukan dengan cara cut away pada ketinggian antara lima sampai tiga meter di atas permukaan laut. Kitaipur dipersenjatai dengan senapan serbu buatan Bulgaria masing-masing AK-47 versi SNUP untuk perwira dan bintara serta AK-47 versi SN untuk tamtama. Sebagian AK47SN dilengkapi dengan pelontar granat 40mm jenis PG-40. Senjata itu ditempatkan dalam rubber duck Avon W-400 yang diterjunkan dengan dua cargochute PG1336. Setelah rubber duck yang berisi packing LCR diterjunkan melalui ramp door, maka unit kecil Taipur segera menyusul terjun dengan penerjunan static maupun free fall sesuai kebutuhan tugas operasi. Jumlah anggota tim maupun jenis senjata yang digunakan, ditentukan sesuai dengan kebutuhan tugas yang akan dilaksanakan. Penyusupan mendekati sasaran dapat dilakukan dengan jalan penerjunan dari pesawat bersayap tetap, helly cast atau disusupkan ke pantai dengan perahu karet yang diturunkan dari kapal perang maupun kapal selam. Mereka para prajurit harus memiliki rasa percaya diri yang tebal. Hal ini tentu sesuai pula dengan semboyan pada sebuah papan di pinggir lapangan apel Komando Latihan Kostrad di gunung Sangga Buana Komplek yang berbunyi "Hari ini latihan, besok ber temp u r, l u s a menang." Latihan tahap ketiga adalah latihan Sandi Yu d -
ha. Latihan ini biasanya dilaksanakan di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdik Passus) Batujajar - Bandung, Jawa Barat. Dimana waktunya lebih kurang selama 40 hari. Materi latihan cukup padat, yang harus ditempuh juga oleh prajurit Taipur. Materi latihan itu antara lain : Penyelidikan (Interogasi, Wawancara, KODO, Elisitasi, dan Matbar). Pengamanan (Pengamanan Personel, Pengamanan berita, Pengamanan Materiil, Pengamanan Instalasi, dan Pengamanan Kegiatan). Penggalangan, Administrasi Intelijen, Teknik Cover, Safe House dan Komunikasi Rahasia. Sedangkan latihan tahap ke empat, yakni tahap aplikasi, yang merupakan aplikasi dari seluruh rangkaian kegiatan latihan yang pernah dilatihkan. Latihan ini juga menggunakan areal latihan Sanggabuana, Cianjur, Cariu, Purwakarta dan kembali lagi ke Sanggabuana. Waktunya cukup lama, yakni selama 1 bulan. Materi latihan yang harus ditempuh antara lain: Intelijen, patroli tempur, patroli pantai, Patroli Pemburu dan lainnya. Perjalanan latihan yang
GEMA INFANTERI
35
TAKTIK dilalui oleh para prajurit itu tidak otomatis mulus. Mereka yang tidak mampu menempuh pelatihan-pelatihan yang demikian padat itu, juga tidak akan diberi kualifikasi sebagai prajurit Kitaipur. Karenanya bisa dikatakan, bahwa penyaringan demi penyaringan untuk menjadi prajurit Kitaipur memang sangat berat. Misalnya, pada pelatihan Taipur I, dari 105 personel yang mengikuti latihan, hanya 97 yang dinyatakan lulus. Pada pelatiihan Taipur II, dari 110 personel yang mengikuti kegiatan latihan, hanya 87 dinyatakan lulus. Pelatihan Taipur III, dari 72 personel yang mengikuti kegiatan latihan, yang dinyatakan lulus sebanyak 65 orang. Dan seterusnya, hal ini menunjukkan betapa tidak mudahnya melewati pelatihan sebagai Tontaipur.
ATRIBUT TAIPUR
Untuk mengenali prajurit Kitaipur tidaklah terlalu sulit. Atributnya memiliki ciri khas, yang sangat membedakan dengan prajurit Kostrad atau TNI AD umumnya. Mereka lebih sering menggunakan pakaian seragam hitam-hitam, dengan lambang perisai. MAKNANYA ADALAH Untuk dasar Perisai. Melambangkan bahwa Ki Taipur merupakan pelindung Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala bentuk ancaman baik yang datang dari Dalam maupun Luar Negeri yang dapat mengganggu stabilitas Nasional.
senantiasa siap mempertahankan kedaulatan Negara sampai titik darah penghabisan. Pisau. Melambangkan keberanian prajurit Taipur yang tidak gentar dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Anak Panah Melintang. Mengandung arti kecepatan dan ketepatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Tulisan Cepat Tepat Tuntas. Mengandung arti bahwa Ki Taipur Cepat dalam bertindak, Tepat pada sasaran dan Tuntas dalam melaksanakan berbagai tugas. Baju Hitam Tempur. Baju hitam yang dikenakan Taipur pada saat event khusus, baik yang sifatnya protokoler ataupun penugasan yang sifatnya rahasia, pertempuran jarak dekat ataupun aksi khusus. Lambang Merah Putih Pada Lengan Kanan Baju PDL. Mengandung arti bahwa semangat pengabdian untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa, siap sedia dalam mempertahankan setiap jengkal wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitulah Pasukan Kompi Taipur, kehadirannya sangat membanggakan dan mampu menjadi cermin sebagai prajurit yang handal, professional, berdedikasi tinggi.Semoga dengan kehandalan yang dimilikinya ini, mereka tetap menjadi prajurit yang komit terhadap jati dirinya sebagai prajurit pejuang, prajurit rakyat, prajurit nasional, sekaligus prajurit professional.
TAIPUR I 36 GEMA INFANTERI
TAIPUR II
65 PERSONEL
72 PERSONEL
87 PERSONEL
ket:
110 PERSONEL
jumlah peserta jumlah peserta yang lulus
97 PERSONEL
Bendera Merah Putih Melintang, Mengandung arti bahwa dalam dada Prajurit Taipur selalu tertanam jiwa Merah Putih dan
105 PERSONEL
Warna Dasar Hijau. Mengandung arti bahwa Ki Taipur merupakan bagian dari TNI AD.
TAIPUR III
OPTIMALISASI PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI BRIGADE INFANTERI LINTAS UDARA GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN OPERASI LINTAS UDARA
OLEH GEMA MAYORINFANTERI INF DWI SASONGKO 37
TEKNOLOGI PENGETAHUAN dan penerapan teknologi komunikasi dan informasi (TI) dalam meningkatkan kemampuan operasi militer adalah suatu hal yang perlu untuk segera menjadi prioritas dalam Transformasi TNI AD saat ini. Dengan semakin meluasnya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TI) di bidang pertahanan oleh berbagai negara tetangga di cakupan lingkungan strategis Indonesia, maka akan sangat riskan jika TNI AD tidak segera mengambil langkah-langkah optimalisasi bagi pengembangan penerapan teknologi komunikasi dan informasi tersebut dalam struktur komponen pertahanan nasional. Langkah tersebut termasuk penerapan teknologi komunikasi dan informasi (TI) di Brigif Linud yang selalu dihadapkan pada pelaksanaan operasi gabungan dalam bentuk Operasi Lintas Udara yang sudah seharusnya didukung oleh pembangunan sistem secara top-down mulai dari tataran Mabesad, Makostrad , Madivif sampai ke Satuan Lintas Udara. Pembangunan aplikasi teknologi tersebut bagi kepentingan pertahanan dan militer mencakup pola pembangunan sistem yang komprehensif meliputi hardware, software, database, human resources, dan main infrastructure. Penerapan teknologi komunika-
si dan informasi (TI) pada Opslinud bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas komponen pengambil keputusan, perencanaan, pendukung hingga pelaksana operasi. Lebih spesifik lagi, sistem TI diarahkan untuk mengungguli musuh dalam proses C4I2 (komando, kendali, komunikasi, koordinasi, Informasi dan Interoperabilitas) yang sensitif terhadap waktu (Real Time) dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan hingga pelaksanaan operasi. Jika pengambil keputusan maupun perencana operasi mendapatkan informasi geospatial secara real-time maka prediksi kemungkinan cara bertindak musuh dapat dilaksanakan secara lebih akurat dan dalam tempo pendeteksian yang lebih awal. Bertitik tolak dariTeknologi Komunikasi dan Informasi sangat penting dalam upaya pencapaian Keberhasilan Operasi Lintas Udara . maka Optimalisasi penerapannya merupakan suatu hal yang harus diprioritaskan. Optimalisasi penerapan teknologi komunikasi dan informasi menuntut upaya yang nyata untuk mengimplementasikan suatu tingkat kemampuan yang ingin dikembangkan melalui sinergitas berbagai aspek pendukung lainnya seperti Sumber Daya Manusia serta Sarana -Prasarana Komunikasi dan Informasi.
KUANTITAS SARANA DAN PRASARANA .
jaringan dengan perangkat keras dan lunak yang belum terintegrasi dengan baik antar unsur Kogasgablinud maupun dengan Mabes TNI AD , Makostrad , dan Madivif. Hardware khususnya komputer yang digunakan dalam sistem informasi data sebagian masih menggunakan teknologi lama sehingga sering mengalami gangguan dalam memproses data dan komputer tersebut tidak dapat di set up untuk dimasukkan ke dalam sistem. Software yang digunakan juga sebagian masih berteknologi lama sehingga kemampuan cara kerjanya juga tidak sama , kondisi ini menjadi kendala pada saat akan diintegrasi ke dalam sistem.kondisi ini akan berpengaruh terhadap kesiapan Satuan Lintas Udara dalam menerapkan teknologi komunikasi dan informasi yang handal dalam komando dan pengendalian.
Kondisi alat komunikasi dan informasi di satuan Brigif Linud dalam segi jumlahbelumsepenuhnyaterdukung sesuai dengan TOP/ DSPP . Hal ini berpengaruh terhadap kesiapan satuan lintas udara dihadapkan pada intensitas operasi maupun latihan yang relatif tinggisertatuntutankesiapsiagaanuntuk setiap saat siap digerakkan untuk melaksanakan tugas .
KUALITAS SARANA DAN PRASARANA.
Beberapa materiil komunikasi masih ada yang rusak ringan dan berat terutama alkom Radio HF SSB TR 2400 / 610 Greentek , Radio VHF FM KE 999, Radio UHF / HT DIGILOCK . Pada Komponen Teknologi Informasi sistem yang telah terpasang di Puskodal Satuan 38 LintasGEMA Udara masih berupa INFANTERI
KONDISI PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI BRIGIF LINUD SAAT INI Kuantitas SDM | Kondisi jumlah personel kompi perhubungan di Detasemen markas
NO SATUAN
Kecabangan Kecabangan TOP NYATA Perhubungan Lain
1 Brigif Linud 17
106
101
76
25
2 Brigif Linud 18
106
83
51
32
106
91
64
27
3
Brigif Linud 3
Kuantitas SDM | Kondisi di lapangan masih ditemukan kualitas SDM yang belum sesuai dengan harapan.seperti yang ditunjukan data dibawah ini
NO SATUAN
Kecabangan Kualifikasi Teknologi Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Jumlah Dalam %
1 Brigif Linud 17
76
4
5,3%
2 Brigif Linud 18
51
9
17,6%
64
7
10,9%
3
Brigif Linud 3
Sumber : Laporan kondisi satuan Kihub denma Brigif 17,18, dan 3 Tahun 2012
TEKNOLOGI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN INTERNAL SDM PRAJURIT LINUD YANG SIAP MELAKSANAKAN TUGAS Prajurit Linud merupakan prajurit terpilih dari begitu banyak prajurit di TNI AD khususnya Kostrad dengan kondisi intelektual , kepribadian dan jasmani yang melebihi dari prajurit lainnya karena telah melewati tahapan seleksi sehingga mempunyai kesiapan tugas yang baik. Khususnya Perwira satuan linud mempunyai kemampuan dan kecakapan taktis dan teknis, serta kemampuan memadukan pengetahuan dengan kecakapan tersebut.
ORGANISASI TUGAS Organisasi Tugas. Brigif LInud merupakan salah satu Organisasi TNI AD sesuai Keputusan Panglima Angkatan Bersenjata Nomor : KEP/ 12 / IX / 1997 tanggal 19 September 1997 memberikan banyak kesempatan bagi prajuritnya untuk mengembangkan diri dalam pengetahuan dan ketrampilan guna menghadapi tantangan tugas satuannya.
PENGALAMAN PENUGASAN Satuan Lintas Udara jajaran Kostrad merupakan satuan yang sudah mengalami rangkaian sejarah penugasan baik latihan dan operasi lintas udara yang sudah banyak intensitasnya. Tentunya pengalaman penugasan tersebut merupakan peluang bagi satuan linud dalam menghadapi penugasan – penugasan ke depan yang akan lebih komplek diiringi dengan persaingan teknologi dalam pencapaian tugas pokoknya.
KELEMAHAN INTERNAL KONDISI MENTAL DAN MOTIVASI Kondisi mental prajurit yang kurang merespon perkembangan penerapan teknologi dan komunikasi merupakan faktor pelemah untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik. Kondisi mental yang belum siap dalam menghadapi perubahan akan semakin memperburuk kondisi penerapan teknologi komunikasi dan informasi apabila disokong dengan minimnya motivasi .
GEMA INFANTERI
39
TEKNOLOGI PELUANG EKTERNAL. PAYUNG HUKUM YANG MENDUKUNG TUGAS . UU NO.34 Tahun 2004 tentang TNI pasal 2 memuat suatu tuntutan Profesionalisme TNI yang selama ini terus diprogramkan oleh unsur Pimpinan TNI sesuai dengan tuntutan masyarakat dan juga untuk kepentingan tugas di masa mendatang .Hal ini merupakan peluang yang memungkinkan adanya dukungan dalam optimalisasi penerapan teknologi komunikasi dan informasi pada operasi linud .
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI Dengan adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat, utamanya di bidang komunikasi dan Informasi telah mendorong penemuan-penemuan baru di bidang tersebut. Hal tersebut memungkinkan untuk pengembangan peralatan komunikasi dan informasi dengan penemuan peralatan yang baru. Penemuan tersebut akan mendorong penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang akan berkembang sejalan dengan tuntutan tugas.
KENDALA EKTERNAL. KETERBATASAN DATABASE TENTANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI Kondisi database Teknologi Komunikasi dan Informasi di satuan TNI AD saat ini khususnya di Brigif Linud masih sangat terbatas dalam rangka menyajikan data yang diperlukan bagi kepentingan Operasi termasuk Operasi Lintas Udara. Data Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam operasi linud hanya terbatas pada lampiran rencana operasi lintas udara sehingga sulit untuk dapat mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi dihadapkan pentingnya mewujudkan satuan linud yang memiliki kemampuan komunikasi dan informasi yang handal.
40 GEMA INFANTERI
PENGARUH LINGKUNGAN Perkembangan lingkungan strategis kawasan yang diwarnai oleh adanya kerja sama Indonesia dengan beberapa negara industri maju dalam dunia perdagangan mengakibatkan adanya masukan barang yang begitu murah dan mendominasi dalam produk barang termasuk alat komunikasi dan informasi. Kondisi ini mempengaruhi perkembangan teknologi satuan TNI yang bergantung kepada produksi negara lain sehingga menjadi kendala dalam pengembangan alat komunikasi dan informasi yang mandiri serta mampu bersaing dengan negara lain.
TEKNOLOGI PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI BRIGIF LINUD YANG DIHARAPKAN A. KOMPI PERHUBUNGAN DETASEMEN MARKAS Kuantitas SDM | Jumlah personel yang diharapkan menguasai teknologi komunikasi dan informasi di Satuan Lintas Udara adalah sebagai berikut :
SATUAN
TOP NYATA
NO 1 Brigif Linud 17
106
106
106
2 Brigif Linud 18
106
106
106
106
106
106
3
Brigif Linud 18
Kecabangan Lain
Kecabangan Perhubungan
KUALITAS SARANA DAN PRASARANA
B. SATUAN LINTAS UDARA ( BATALYON INFANTERI LINTAS UDARA) SATUAN NO
Orgas Data TOP Satlinud Kualifikasi
Keterangan
747
686
120
24 PA. 96 BA
2 KI TIMPURA,B,C 153
153
25
5 PA, 10 BA
3 KI TIMPUR D
62
62
12
3 PA, 9 BA
4 KIMA
76
76
12
3 PA, 9 BA
4 TON MO.81
54
54
6
1 PA, 5 BA
1 YONIF LINUD
Kuantitas SDM | Kondisi yang diharapkan dari Personel Kompi Perhubungan adalah prajurit yang berlatar belakang kecabangan perhubungan yang memiliki ketrampilan dibidang komunikasi maupun teknologi Informasi.
jumlah Jumlah TOP kualifikasi IT
Jumlah (%)
NO 1 Brigif Linud 17
106
106
100%
2 Brigif Linud 18
106
106
100%
106
106
100%
SATUAN
3
Brigif Linud 3
Kuantitas Sarana dan Prasarana. Dihadapkan dengan banyaknya intensitas penugasan dan latihan , maka satuan lintas udara membutuhkan sarana Akom dan Informasi pendukung dalam jumlah yang ideal untuk menjamin kesiapan operasional satuan.Salah satu sarana pendukung yang mutlak siap operasional adalah alat komunikasi dan penyediaan informasi yang cepat dan teliti. Kondisi sarana dan prasarana yang ada yang diharapkan mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok pada satuan lintas udara.
Sumber : Buku Orgas Brigif Linud Perkasad/102/XI/2011 tanggal 9 Nopember 2011
A. Terwujudnya kualitas sarana Komunikasi yang siap operasional meliputi kondisi materiil komunikasi berupa radio dan HT . Kualitas material Komunikasi tersebut tercapai dengan optimal dengan terselenggaranya pemeliharaan material dan rekayasa teknik yang benar dan mampu memperpanjang usia pakai sesuai dengan azas kehematan. Adapun alkom yang diharapkan berkualitas baik adalah PRC117G , AN PRC150,152 ,RAD MICOM RM 500 , ROIP dan BGAN. B.
Terwujudnya kualitas perangkat teknologi komunikasi yang terdiri dari komponen software dan Hardware. Perangkat keras (Hardware) yang terdiri dari peralatan computer, printer, scanner dan lain-lain dapat memanfaatkan peralatan yang tersedia saat ini. Sebelum peralatan keras di set up agar dapat masuk dalam sistem, diadakan inventarisasi semua perangkat keras yang masing-masing terpasang baik di jajaran Brigif Linud . Sedangkan Perangkat Lunak (Software) yang digunakan oleh sistem Brigif Linud harus didapat dari open sourse software agar tidak tergantung oleh perangkat lunak dari satu penyedia jasa saja. Untuk itu, kebutuhan software ini nantinya harus disepakati bersama agar Interopeability dapat dibuat dengan Interface yang tidak terlalu sulit dan memenuhi standard security yang ditentukan oleh TNI. Open sourse software juga sejalan dengan kebijakan menuju kemandirian teknologi Informasi dan komunikasi nasional yang diprogramkan oleh pemerintah.
OPTIMALISASI PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI Keberhasilan Operasi Lintas Udara yang memerlukan komunikasi yang lancar dengan didukung penyediaan data tentang kondisi cuaca dan medan yang tepat dan akurat dapat dicapai melalui upaya optimalisasi dihadapkan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi baik yang bersifat internal maupun ekternal yang meliputi tujuan , sasaran , subyek , obyek , metode , sarana dan prasarana serta upaya peningkatan sehingga terwujud kondisi penerapan teknologi dan komunikasi yang diharapkan. Tujuan. Mengoptimalkan penerapan teknologi komunikasi dan informasi Brigif Linud yang siap operasional guna mendukung keberhasilan Operasi Lintas Udara. Adapun
GEMA INFANTERI
41
TEKNOLOGI
Sasaran yang ingin dicapai dalam optimalisasi penerapan teknologi kumunikasi dan informasi ini adalah terwujudnya Pembinaan Sumber Daya Manusia sehingga memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok.dan tercapainya Sarana dan Prasarana teknologi komunikasi informasi yang siap pakai. Subyek. Yang menjadi Subyek dalam upaya optimalisasi ini adalah : A. Kasad. Sebagai penanggung jawab pembinaan kekuatan di TNI AD melalui p o l a p e nye l e n g g a r a a n latihan yang terarah serta terpadu dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme prajurit termasuk bidang penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. B. Pangkostrad. Menyelenggarakan program pembinaan kesiapan operasional dibidang Teknologi dan Komunikasi satuan lintas udara sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. C. Pangdivif. Melaksanakan pengawasan serta pengendalian kesiapan operasi dan latihan yang dilaksanakan di Brigif Linud dan jajarannya. D. Danbrigif Linud. Melaksanakan pengawasan serta pengendalian latihan yang dilaksanakan di Satuan Lintas Udara. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kesiapan op-
42 GEMA INFANTERI
erasional satuan jajarannya. Obyek. Obyek pembahasan yang akan dioptimalkan adalah penerapan teknologi komunikasi dan informasi Brigif Linud dalam aspek SDM dan Sarana Prasarana dengan Metode yang digunakan dalam upaya optimalisasi kemampuan satuan lintas udara meliputi :Pendidikan ,Latihan ,Penugasan,Pemeliharaan,Kerja sama ,Revisi, Sosialiasi dan Modernisasi. Sarana . Sarana Komunikasi meliputi Radio HF SSB TR 2400/610 Greentek ,Radio VHF FM KE 999. dan Radio UHF /HT DIGILOCK. Sedangkan Sarana Teknologi Informasi meliputi Perangkat keras ( Hardware ) berupa komputer dan modem , Perangkat lunak (Software),aplikasi dan program komputer lainnya dan Koneksi Internet dengan Prasarana meliputi Lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bidang Komunikasi dan Informasi ,Satuan dan lembaga latihan.dan Ruangan Binsat.
UPAYA PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI.
Penerapan Teknologi Komunikasi dan Informasi yang diselenggarakan oleh TNI AD pada dasarnya diarahkan untuk dapat meningkatkan dan atau memelihara kesiapan operasional satuan jajaran TNI AD termasuk Satuan Lintas Udara
yang didalamnya mencakup kemampuan Brigif Linud. Untuk dapat memenuhi tuntutan kemampuan Satuan Lintas Udara, maka perlu dirumuskan berbagai upaya dan langkah-langkah dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan penerapan teknologi komunikasi dan informasi Satuan Lintas Udara yang dapat menjamin terwujudnya kesiapan operasional Satlinud dalam menghadapi tugas-tugas operasi yang diberikan oleh Komando Atas . Upaya-upaya tersebut adalah mencakup Aspek Sumber Daya manusia , Sarana dan Prasarana yang tersedia di Satuan Lintas Udara.
KUANTITAS SUMBER DAYA MANUSIA.
A. Menggunakan personel secara berdaya guna dan tepat guna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menginventarisir kekuatan personel kompi perhubungan yang ada berdasarkan Kecabangan;2) Mengalokasikan personel ke tiap-tiap jabatan di komunikasi dan informasi sesuai dengan prioritas tugas; 3) Mengajukan surat keputusan jabatan definitif ke Perhubungan Kostrad untuk selanjutnya diteruskan ke Kostrad. Dalam hal ini Pangkostrad selaku Pangkotama memberikan
surat keputusan penetapan jabatan definitif kepada perwira pertama, Bintara dan Tamtama. B. Pemenuhan personel siap operasional satuan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Divisi dalam rangka pemenuhan personel dengan menggunakan metode evaluasi diantaranya adalah sebagai berikut :1) Menginventarisir kekuatan personel yang ada berdasarkan kepangkatan; 2) Membuat rekapitulasi kekuatan personel dihadapkan dengan susunan personel organisasi Kompi Perhubungan sesuai kepangkatan; 3) Mengajukan kekurangan kekuatan personel untuk mendukung kesiapan operasional ke Perhubungan Kostrad. Kahub Kostrad akan membuat pengajuan kebutuhan personel ke Kostrad. Pangkostrad akan meneruskan pengajuan ke Mabesad untuk mendapatkan alokasi dukungan personel sesuai kebutuhan. Apabila alokasi personel personel dari Mabesad sudah ada akan didukung ke Kostrad, dari Kostrad akan diteruskan ke Hub Kostrad. Dari Perhubungan Kostrad dukungan personel diteruskan ke Brigif Linud untuk ditempatkan sesuai organisasi dan akan diajukan Skep jabatan definitif sesuai ketentuan.
TEKNOLOGI KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA.
a. Pendidikan Komunikasi dan Informasi. Untuk meningkatkan kemampuan personel Brigif Linud diperlukan adanya pendidikan untuk membekali Perwira, Bintara dan Tamtama tentang pengetahuan dan keterampilan Komunikasi dan Informasi di Pusdikhub Kodiklat TNI AD. Jenis pendidikan spesialisasi Komunikasi dan Informasi yang telah diprogramkan yang dapat diikuti antara lain : 1) Perwira meliputi : Suspakom , Suspanik , Suspapernika ,Suspa bekhar , Manajemen Komsat , Manajemen pengendalian frekwensi, dan Kursus Interoperabiliy . 2) Bintara dan Tamtama meliputi :Susbatakomsal,Susbatakomsat dan Susbatamontir Komputer. b. Latihan gelar Teknologi Komunikasi dan Informasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain : 1) Menyelenggarakan latihan sesuai dengan jadwal latihan, dengan materi ; Foto film militer, Teknik Radio AM dan FM, Teknik Radio FM ,Teknik Telepon,Teknik komputer ,Teknik Foto film militer, 2) Menyelenggarakan UTP/ UTJ dan melaksanakan latihan satuan (gelar Komunikasi dan Informasi) c. Penugasan operasi. Untuk mengaplikasikan kemampuan prajurit dalam bidang pengetahuan dan keterampilan bidang Komunikasi dan Informasi, maka Danbrigif Linud dapat mengikutsertakan satuan perhubungan untuk melaksanakan tugas operasi. d. Kaderisasi melalui penataran. Langkah yang dapat dilakukan adalah :
1) Penataran Perwira komunikasi dan informasi untuk mendapatkan Perwira komunikasi dan informasi TNI AD yang menguasai teori operasi, manajemen pemeliharaan dan pengoperasian sistim Komunikasi dan Informasi secara keseluruhan. 2) Penataran teknisi dan operator komunikasi dan informasi. Untuk mendapatkan teknisi dan operator komunikasi dan informasi diperlukan pendidikan teknisi dan operator yang mampu mencetak personel dalam bidang pemeliharaan dan perbaikan seluruh peranti Komunikasi dan Informasi yang dimiliki oleh Satlinud TNI AD. e. Perekrutan personel. Langkah yang perlu diambil guna mewujudkan kualitas sumber daya manusia dalam penerapan teknologi komunikasi dan informasi adalah dengan melakukan perekrutan Prajurit Lintas Udara yang berkualitas dengan standar yang melebihi dari prajurit lainnya. Hal ini penting dihadapkan prajurit lintas udara khususnya Perwira selain dituntut menguasai tugas pokok juga diharuskan mampu ” Melek Teknologi ” guna mendukung keberhasilan Operasi Lintas Udara.
KUANTITAS.SARANA DAN PRASARANA.
a. Modernisasi peralatan teknologi komunikasi dan informasi. Langkah – langkah pengadaan peralatan teknologi komunikasi dan informasi yang modern melalui kegiatan menginventarisir peralatan teknologi komunikasi dan informasi baik yang sudah ada maupun kekurangannya sesuai organisasi
Brigif Linud , menyarankan kebutuhan peralatan teknologi komunikasi dan informasi ke Perhubungan Kostrad untuk diteruskan ke Direktorat perhubungan TNI Angkatan Darat, memantau pengajuan kebutuhan peralatan teknologi komunikasi dan informasi sesuai kebutuhan,menerima pendistribusian peralatan teknologi komunikasi dan informasi sesuai dengan pengecekan kondisi peralatan tersebut dan melaporkan kondisi peralatan yang diterima ke satuan atas. b. Bekerja sama dengan TNI AU. Langkah – langkah yang perlu diambil adalah dengan melakukan kerja sama dengan TNI AU yang mempunyai tuntutan kemampuan yang sama dengan Satuan Lintas Udara dalam Operasi Lintas Udara itu sendiri. Penggunaan bersama sistem komunikasi dan informasi saat babak perencanaan dan persiapan , pemindahan udara , serbuan dan pertahanan tumpuan udara adalah penting guna mengurangi hambatan komando dan pengendalian selama Operasi Lintas Udara berlangsung.
KUALITAS SARANA DAN PRASARANA (TEKNOLOGI KOMUNIKASI)
a. Pemeliharaan. Menugaskan Komandan Satuan Lintas Udara untuk memelihara semua material komunikasi yang menjadi tanggung jawab pemeliharaan satuan. Pemeliharaan adalah penjagaan dan pelayanan terhadap alat komunikasi oleh personel dengan maksud agar selalu dalam kondisi siap pakai dengan tindakan sistimatis melalui kegiatan pemeriksaan, menemukan dan pembetulan gejala-gejala kerusakan sebelum terjadi kerusakan atau berkembang menjadi kerusakan lebih
berat seperti Radio HF SSB TR 2400/610 Greentek, VHF FM KE 999 dan UHF /HT DIGILOCK. b. Rekayasa teknik. Dihadapkan dengan anggaran yang dialokasikan untuk TNI khususnya TNI AD yang belum optimal maka pengadaan peralatan Komunikasi dan Informasi belum dapat direalisasikan sesuai tuntutan tugas. Untuk mengatasi masalah keterbatasan tersebut maka dapat melaksanakan langkah-langkah rekayasa teknik: 1) Menginventarisir personel yang memiliki kemampuan teknik yang menonjol, meskipun setiap prajurit memiliki basic dasar elektronika. 2) Menginventarisir peralatan yang dapat dilakukan rekayasa teknik. 3) Menyusun rencana kebutuhan rekayasa teknik. 4) Melaksanakan kegiatan rekayasa guna mengembangkan alat – alat Komunikasi dan Informasi seperti alat monitoring maupun signal streng untuk mencari kedudukan sumber pancaran gelombang radio. 5) Melaksanakan sosialisasi hasil rekayasa kepada anggota yang lain. c. Inovasi. Guna mengatasi kekurangan alat peralatan Teknologi Komunikasi dan Informasitek dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan sebagai berikut : 1) Sebelum Penerjunan: Signal Intelijendan EA dapat dilakukan dengan cara: a) Meluncurkan pesawat UAV sebagai alat Surveillance (salah satu fungsi Komunikasi dan Informasi) sehingga UAV tersebut dapat mengirimkan kondisi medan yang akan dilewati pesawat
GEMA INFANTERI
43
TEKNOLOGI
b)
c)
d)
e)
maupun dijadikan DZ. UAV akan mengirimkan gambar secara real time sehingga Komandan akan dapat memonitor langsung dan akan memperkaya keputusannya. Memanfaatkan Camera Surveillance pada pesawat yg mengankut pasukan( jika ada) sehingga update kondisi medan dapat terus termonitor. Melaksanakan EA pada system senjata dan Radar Arhanud musuh dapat melindungi Pesawat yang membawa pasukan. EA pda system system Kodal musuh( BMS) akan mengacaukan Kodal musuh. EA pada system Navigasi musuh akan mengacaukan GPS System yang dipakai oleh musuh sehingga perkiraan lokasi musuh akan salah.
2) Sebelum dan selama Operasi Lintas Udara. Keunggulan dan kelangsungan Gelar Komunikasi merupakan hal yang sangat vital. Selain gelar Komunikasi selama ini perlu adanya inovasi di dalam mendesign siskom yang ada.
44 GEMA INFANTERI
a) Memanfaatkan Pesawat sebagai Rely dan Repeater Radio. b) Menggunakan UAV atau Hely sebagai penambah jangkauan Repeater c) Menggunakan Satelit VHF/UHF (sangat murah) pada lintasan LEO sebagai Repeater yang handal ( karena aman dan tidak ada blank spot). Satelit VHF/ UHF mempermudah menggelar komunikasi Data untuk mengirim dan menerima Gambar maupun Video Streaming sesuai kebutuhan dan permintaan Komandan Satgas. d. Kerjasama. Atas dasar kerja sama dengan para ilmuan dan personel dari Mabes TNI dan Angkatan dapat mengembangkan sistem keamanan electronis yang sudah tersedia dan terinstalasi dalam alat komunikasi tersebut , dalam bentuk membuat program tersendiri pada fasilitas scramble , Encripstion dan Frequency Hooping sesuai dengan yang Brigif Linud inginkan sehingga tidak sama dengan program awal dari
pabrikan alat komunikasi tersebut. e. Latihan Gelar Komunikasi. Gelar Jaringan komunikasi untuk mengirim teks, Video, dan suara dari sensor yang selanjutnya diproses untuk diolah menjadi informasi bagi unsur penindak/ unsur penghancur dari pengambil keputusan dapat tergelar sampai kesemuai titik yang dinginkan. Juga harus memberdayakan komunikasi radio antar angkatan dan pertukaran/ transfer data antara pengguna sistem, komunikasi radio antar pesawat terbang, dan instansi yang mungkin tergabung dalam suatu operasi Linud. Ke depan perlu dipertimbangkan penggunaan satelit mata-mata yang digunakan hanya untuk kebutuhan Operasi TNI, dimana untuk rancang bangun dan rekayasa sistemnya dapat bekerjasama dengan TELKOM, LAPAN, technocrat-technokrat dari Perguruan Tinggi dalam negeri, agar dijamin kerahasiaan Sistemnya.
KUALITAS SARANA DAN PRASARANA (TEKNOLOGI INFORMASI)
Sistem teknologi informasi dalam mendukung suatu Operasi Linud tidak dapat diselenggarakan secara mandiri oleh Kostrad dan Divisi terhadap seluruh Brigif Linud. Sistem tersebut harus berupa sebuah desain sistem yang terkoneksi antar data base hingga ke tataran nasional. Basis data (data base) pada sistem TI yang terkoneksi harus dapat diakses secara aman (secured access) oleh Kogasgab Linud hingga satuan pelaksana operasi. Pentingnya menyediakan main frame (kerangka utama) bagi data base. a. Studi diagnostik. 1) Mengadakan studi tentang desain data base yang dibutuhkan untuk menunjang operasi linud. Data base ini diharapkan dapat terkoneksi oleh tiap Brigif Linud yang ada di Indonesia sesuai dengan kemampuannya. 2) Mengadakan studi tentang jenis-jenis data yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan, perencanaan serta pelaksanaan operasi linud. Studi ini juga harus menemukan metode pengumpulan data serta keterkaitan data base instansi-instansi nasional lainnya untuk mendukung operasi linud (Bakosurtanal, BMG, BPS, dan sebagainya), maupun data base yang dapat diakses secara bebas (Google earth, google maps, CAD system, dan sebagainya). 3) M e n g a d a k a n s t u d i tentang kemungkinan upaya pengembangan kemampuan penginderaan jarak jauh (Remote Sensing) yang terkoneksi
TEKNOLOGI dengan data base Brigif Linud maupun suatu Kogasgab Linud . b. Pengadaan (Procurement). 1) Menginventarisir kebutuhan pengadaan material bagi pembuatan data base di tingkat satuan Brigif Linud hingga ke satuan atas. Berbeda dengan anggapan awam, sebenarnya pengadaan material untuk membangun database seperti ini bukanlah suatu hal yang sulit dan mahal. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, material pendukung database (Server, Router, dan sebagainya) dapat diperoleh dengan murah dan dapat dioperasionalkan tanpa harus menimbulkan biaya pemeliharaan yang mahal. 2) Melakukan pengajuan kebutuhan material bagi database sistem IT dalam mendukung operasi linud kepada Komando atas secara prosedural. 3) Upaya pengadaan sarana prasarana remote sensing merupakan suatu terobosan besar bagi suatu angkatan bersenjata. Perangkat remote sensing yang sempurna masih merupakan suatu hal yang sulit dijangkau dengan keterbatasan anggaran yang ada. Namun beberapa negara tetangga telah mampu mengadakan dan mengaplikasikan sistem remote sensing mereka (Australia, Singapura). c. Edukasi. 1) Melakukan pembekalan pengetahuan kepada para personil baik yang menduduki posisi sebagai pengambil keputusan, perencana maupun pelaksana operasi linud tentang penggunaan
hardware serta software TI. Perwira pengambil keputusan serta perwira perencana di kogasgab linud harus mengerti tampilan maupun dapat memfungsikan hardware khususnya yang terdapat di ruang puskodal linud karena operasi linud membutuhkan kepekaan terhadap perubahan keadaan medan maupun situasi musuh. Dengan demikian perencanaan dapat dibuat secara cermat (rute terbang, bantem, penentuan DZ , penentuan sasaran , Rute Penggabungan) dan seandainya terjadi dinamika operasi maka keputusan dapat diambil secara tepat. 2) Memberikan penataran kepada para unsur komandan satuan pelaksana hingga ke tingkat perwira yang terendah tentang pengaplikasian perangkat TI yang dimiliki ataupun dibekalkan kepadanya untuk dapat terkoneksi ke jaringan sistem TI operasi guna menerima informasi-informasi terbaru seperti perubahan DZ, pergerakan musuh, kecepatan angin, perubahan oleat operasi, oleat bantem, dropping logistik dan yang lainnya. d. Pembinaan tingkat interoperabilitas yang baik antar unsur dalam operasi linud. 1) Melatih dan menguji tingkat interoperabilitas antar unsur linud dengan dukungan sistem TI yang ada pada setiap kesempatan latihan Operasi Linud. 2) Mengevaluasi keberhasilan maupun kekurangan dari Operasi Linud yang pernah dilaksanakan untuk menyempurnakan tingkat interoperabilitas dengan memanfaatkan
sistem TI. 3). Menjalin koordinasi dan tukar menukar informasi tentang perkembangan sistem yang digunakan khususnya antara Brigif Linud dengan Satuan-satuan angkut taktis TNI AU.
PENUTUP
Kesimpulan Dari pembahasan di atas disimpulkan sebagai berikut : a. Pemanfaatan sistem komunikasi dan teknologi informasi Satuan Brigif Lintas Udara yang baik merupakan suatu keharusan dalam pencapaian keberhasilan Operasi Lintas Udara. Hal tersebut diakibatkan oleh tingginya tingkat ancaman dan gangguan selama operasi sehingga memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dari Komandan Satuan melalui sarana komando dan pengendalian yang lancar dengan didukung ketersediaan data dan informasi yang cepat , akurat dan valid.Kondisi Brigade Infanteri Lintas Udara saat ini belum memiliki kemampuan optimal dalam menguasai penggunaan teknologi komunikasi dan informasi akibat,lemahnya kuantitas dan kualitas pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia, serta kurangnya fasilitas Sarana dan Prasarana untuk pengembangan kemampuan satuan. b. Guna mengoptimalkan kemampuan penerapan teknologi komunikasi dan informasi maka diperlukan beberapa metode peningkatan penerapannya yang meliputi pendidikan , latihan, penugasan , kerjasama , pemeliharaan ,modernisasi , validasi , dan sosialisasi. Kesemua metode tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan peluang yang dimiliki satuan lintas udara serta satuan atas berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab pejabat terkait. c. Upaya optimalisasi penerapan teknologi Komunikasi dan Informasi Brigif linud diharapkan tetap memperhatikan adanya faktor dari luar yang berupa kendala dalam ketersediaan sarana dan prasarana serta pengaruh negatif dari lingkungan strategis yang harus dieliminir dengan mengoptimalkan peluang berupa perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung payung hukum dan kebijakan Komando Atas yang selaras dengan kemajuan peran Satuan Lintas Udara. Saran. Dari kesimpulan yang diambil disarankan sebagai berikut : a. Perlu adanya reward terhadap Komandan Satuan Lintas Udara yang berhasil melakukan Inovasi dan Eksperimen terhadap pengembangan teknologi komunikasi dan informasi. b. Perlunya Penambahan program pendidikan spesialisasi Komunikasi dan Infromasi untuk Perwira, Bintara dan Tamtama jajaran satuan lintas udara serta pemenuhan kekurangan personel khususnya Kompi perhubungan yang berlatar belakang kecabangan perhubungan. C. Perlunya dukungan alat peralatan Komunikasi dan Informasi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi guna menjawab tantangan tugas Brigif Linud dalam penyelenggaraan operasi lintas udara. Demikian tulisan tentang optimalisasi penerapan teknologi komunikasi dan informasi Brigade Infanteri Lintas Udara dalam rangka ter wujudnya keberhasilan Operasi Lintas Udara yang dibuat agar dapat dijadikan bahan masukan bagi pimpinan TNI AD dalam menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
GEMA INFANTERI
45
REKAMAN KEGIATAN PUSSENIF Dankodiklat menyerahkan Pataka Yudha Wastu Pramukha kepada Danpussenif yang baru Brigjen TNI M. Nasir
Brigjen TNI M. Nasir menandatangani naskah serah terima jabatan Danpussenif Kodiklat TNI AD
Dankodilat TNI AD memberikan ucapan selamat kepada Danpussenif yang baru Brigjen TNI M. Nasir
Siswa Sesarcabif sedang membacakan pesan pada acara tradisi di bukit Arcamanik
46 GEMA INFANTERI Penyerahan Cinderamata dari Dankodiklat TNI AD kepada Mayor Jenderal TNI Dedi Kusnadi Thamim
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir memberikan pengarahan kepada Siswa Sesarcabif
REKAMAN KEGIATAN PUSSENIF
Peserta uji kompetensi Danyon MK TA. 2012 (Crash Program) sedang melaksanakan tes kesegaran jasamani
Peserta uji kompetensi Danyon MK TA. 2012 (Crash Program) sedang melaksanakan tes Pull Up Peserta uji kompetensi Danyon MK TA. 2012 (Crash Program) sedang melaksanakan tes Akademik tertulis
Kol Inf Tatang Sulaiman menandatangani Naskah serah terima jabatan Wadan Pussenif Kodiklat TNI AD Peserta uji kompetensi Danyon MK TA. 2012 (Crash Program) sedang melaksanakan sidang Pantukhir dipimpin oleh Danpussenif Kodiklat TNI AD Mayjen TNI M. Nasir
Danpussenif Kodiklat TNI AD menyematkan tanda pangkat pada serah terima jabatan Wadan Pussenif Kodiklat TNI AD dari Brigjen TNI Agung Risdhianto kepada Kol Inf Tatang Sulaiman
GEMA INFANTERI
47
REKAMAN KEGIATAN PUSSENIF
Mantan Wadan Pussenif Brigjen TNI Agung Risdhianto memberikan cindera mata Kepada Atase Darat Afganistan
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir berbincang-bincang dengan perwakilan Perusahaan Senjata dari Spanyol
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir berbincang-bincang dengan peserta Junior Officers InteractionProgramme Angkatan Darat Se ASEAN
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir poto bersama dengan para peserta Junior Officers Interaction Programme) Angkatan Darat Se ASEAN
48 GEMA INFANTERI
Ny. M. Nasir menandatangani naskah serah terima jabatan Ketua Persit Cabang VIII PG Kodiklat TNI AD
Mantan Wadan Pussenif Brigjen TNI Agung Risdhianto berbincangbincang dengan tamu Atase Darat Afganistan
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir memberikan cindera mata kepada peserta Junior Officers Interaction Programme Angkatan Darat Se ASEAN
Ny. Tatang Sulaiman menerima ucapan selamat dari Ketua Persit Cabang VIII PG Kodiklat TNI AD
REKAMAN
KEGIATAN SATUAN INFANTERI
Presiden RI Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono sedang meninjau tempat latihan Yonif Linud 330/Kostrad
Kasdam IX/Udy Brigjen TNI Pratimun mengecek gelar pasukan kepada Yonif 743/PSY
Anggota Yonif 721/Mks melaksanakan Gelar perlengkapan dalam rangka Latihan Pratugas Pamtas Papua-PNG Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir memberikan pengarahan kepada Yonif 756/WS
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir memberikan pengarahan kepada Yonif 751/WJS
Anggota Yonif 614/RJP sedang melaksanakan latihan menembak
Danpussenif Mayjen TNI M. Nasir melaksanakan Penanaman pohon di Yonif 752/VYS
Tim Asistensi Binsatif sedang memberikanpengarahan kepada anggota Yonif 644/WLS menembak mortir
GEMA INFANTERI
49
LATMA L TEAK IRON 12-1 OLEH // LETDA INF BONY PRIMA
50 GEMA INFANTERI
ANGKAH proaktif yang diambil oleh TNI-AD dalam meningkatkan latihan bersama antara prajurit TNI dengan personel angkatan bersenjata sejumlah negara sahabat, adalah upaya meningkatkan kualitas dan kemampuan prajurit TNI di dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penjaga kedaulatan NKRI baik di dalam maupun di luar negeri dirasakan sangat efektif. Setiap bentuk latihan militer akan menguntungkan kedua belah pihak, selain saling memahami perkembangan teknologi dan berbagi pengala-
man, personel militer kedua negara dapat memetakan dan merumuskan strategi pertahanan bersama dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman militer di masa depan. Bentuk ancaman yang kita waspadai saat ini tidak hanya ancaman dari luar, melainkan juga dari dalam negeri. Untuk itu profesionalitas TNI terutama TNI-AD sangat diperlukan. TNI-AD sudah sering melaksanakan latihan bersama dengan militer negara sahabat, salah satu bentuk latihan bersama yang dilaksanakan antara TNI-AD dengan militer negara sahabat adalah Latma TEAK IRON 12-1.
LATIHAN TEAK IRON 12-1 adalah latihan yang dilaksanakan antara 6th Special Operations Squadron dan TNI-AD, PENERBAD. Latihan ini meliputi penerbangan tunggal dan formasi Bell-412, UH-1H/Bell-205 and CASA 212 pada waktu siang dan malam hari, penerbangan ketinggian rendah, Operasi Landing Zone (LZ) Taktis, infil/exfil peleton kecil, CASEVAC, SAR, Alternate Insertion/Extraction (AIE), Aerial gunnery/defensive suppressive fire, pengintaian dari udara dan komando pengendalian. Serentak dengan latihan penerbangan, fokus latihan dititik beratkan pada integrasi Penerbad dengan pasukan darat tergabung dan ini akan meliputi pemeliharaan, keamanan, Aircrew Flight Equipment/Persiapan Parasut (AFE), NVGs, medis(TCCC), CASEVAC, Combat SAR (penerjunan presisi), pasukan reaksi cepat (QRF) dan taktik peleton kecil.
PIHAK YANG BERPARTISIPASI
DALAM TEAK IRON 12-1 INDONESIA TNI
ANGKATAN DARAT 1 2 3 4 5 6
Puspenerbad Skadron 11 / Serbu Skadron 21 / Serba Guna Lanumad Ahmad Yani Yonif 412 /R Kostrad Yon Perbekud
AMERIKA SERIKAT
United States Air Force 6th Special Operations\ Squadron (6 SOS)
LATIHAN TEAK IRON 12-1 DILAKSANAKAN DI 1
Pangkalan Udara Ahmad Yani (dan di lokasi sekitar), Semarang, Indonesia.
2
Daerah latihan TNI-AD, Semarang, Indonesia.
3
Lapangan Tembak Plempungan, Magelang, Indonesia.
MATERI YANG DIBERIKAN OLEH 6TH SPECIAL OPERATIONS SQUADRON (6 SOS) KEPADA PERSONEL YONIF 412 / R KOSTRAD MELIPUTI 1 Materi tali-temali 2 Materi aplikasi Mobud (Siang dan Malam) 3 Materi Tactical Combat Casualty Care
(Taktik Pemberian Perawatan Kesehatan) 4 Materi Medical Evacuation
GEMA INFANTERI
51
LATIHAN
Dalam pelaksanaan kegiatan latma TEAK IRON 12-1, untuk pasukan darat yang meliputi personel dari Yonif 412/R Kostrad, Rescue Team dan Air Base Defence, banyak materi yang diberikan dalam 6th Special Operations Squadron (6 SOS). Pemberian materi tersebut dilaksanakan secara bertahap dan sesuai dengan kualifikasi tim, untuk pasukan darat khususnya personel anggota Yonif 412/R banyak diberikan materi terutama dalam teknik pelaksanaan operasi mobud baik pada siang hari ataupun malam hari. Materi yang diberikan dalam 6th Special Operations Squadron (6 SOS) merupakan suatu materi yang baru, seperti melaksanakan teknik operasi mobud di malam hari. Hal yang paling mendasar pada kegiatan tersebut adalah penggunaan NVG (Night Vision Glases) dan teknik masuk ke helikopter menggunakan tangga tali (Roop Ladder). Dalam pelaksanaan selama ini yang sering dilaksanakan untuk pelaksanaan Mobud adalah dilaksanakan pada waktu siang hari. Sedang, pelaksanaan operasi mobud pada malam hari, hal yang menjadi kendala adalah keterbatasan jarak pandang pada malam hari dan koordinasi dengan kru helikopter. Untuk mengatasi kendala tersebut pada latihan TEAK IRON 12-1 kali ini diatasi dengan menggunakan alat bantu yang berupa NVG serta menggunakan Chamstick (fosfor) yang diletakkan baik pada tali fastrop, rapelling maupun rope ladder. Sebelum pelaksanaan kegiatan, diberikan briefing terlebih dahulu agar terjadi persamaan persepsi antara kru helikopter dengan pasukan darat, terutama
52 GEMA INFANTERI
untuk tanda-tanda isyarat maupun kegiatan yang harus dilaksanakan pada saat pasukan berada di dalam heli. Sehingga pada saat pelaksanaan tidak terjadi salah pengertian antara kru pesawat dengan pasukan darat, hal ini sebagai wujud profesionalisme sebagai pasukan Raider, yang salah satunya memiliki kualifikasi dan spesialisasi melaksanakan operasi mobud. Dalam pelaksanaan operasi mobud pada Latma TEAK IRON-12 ini dilatihkan infiltrasi menggunakan teknik rappeling dan fastroping untuk eksfiltrasi menggunakan rope ladder, pelaksanaan rappeling dan fastroping sudah sering kita laksanakan namun untuk eksfiltrasi menggunakan rope ladder merupakan teknik yang jarang kita gunakan. Teknik landing adalah yang sering kita gunakan yaitu helikopter mendarat, kemudian pasukan masuk dan take off kembali. Sedangkan untuk teknik eksfiltrasi dengan rope ladder ini, pesawat helikopter akan hover dengan ketinggian Âą 5 meter, kemudian pasukan masuk dengan menggunakan tangga tali (rope ladder) dan pesawat take off kembali. Selama pelaksanaan kegiatan operasi apabila kita memerlukan suatu bantuan tembakan dari pasukan kawan dikarenakan musuh yang kita hadapi kekutannya lebih kuat dari kita, atau kita dalam keadaan terdesak, selama ini yang kita laksanakan adalah meminta bantuan tembakan dari senjata bantuan seperti mortir maupun dari artileri. Namun pada latihan ini dilatihkan untuk meminta bantuan tembakan dari helikopter. Prosedur permintaan tembakan disampaikan kepada pilot kemudian melak-
sanakan koordinasi dengan kru helikopter dan akan segera memberikan bantuan tembakan yang kita perlukan, sebagai pasukan darat kita yang akan mengarahkan tembakan yang diberikan oleh helikopter tersebut. Teknik menentukan LZ (Landing Zone) juga diberikan dalam latihan kali ini sebagai salah satu materi yang diperlukan karena setelah pelaksanaan suatu operasi kita sebagai pasukan darat harus segera menentukan titik untuk penjemputan kembali dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan medan serta situasi yang ada pada saat itu. Faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi arah angin, luas LZ (Landing Zone ), jumlah helikopter, keadaan tanah, rintangan di sekitar LZ (Landing Zone) baik rintangan alam maupun rintangan yang berbentuk bangunan . Sebagai materi tambahan diberikan juga materi Tactical Combat Casualty Care (Taktik Pemberian Perawatan Kesehatan) karena dalam pelaksanaan suatu operasi tidak menutup kemungkinan akan adanya jatuh korban sehingga setiap pasukan harus mengerti tentang TCCC agar apabila pada suatu saat dalam pelaksanaan sebuah tugas operasi dan terdapat korban akan segera mampu memberikan pertolongan. Setelah itu materi Medical Evacuation juga diberikan, agar setelah pemberian pertolongan pertama kepada korban dapat dilanjutkan dengan teknik cara mengevakuasinya ke tempat yang aman untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut. Dalam pelaksanaan kegiatannya untuk materi TCCC melibatkan pesawat Casa 212 sebagai
LATIHAN
sarana bantu untuk evakuasi korban (Casevac), SAR dan penerjunan presisi (Combat SAR). Selain memberikan bantuan evakuasi korban, pesawat Casa juga dilatihkan untuk memberikan bantuan pengintaian udara, informasi yang didapat tersebut akan disampaikan kepada pasukan darat untuk dijadikan pertimbangan pada saat melaksanakan suatu operasi. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sangat mempengaruhi pola dan konsep perang modern, perang menjadi semakin efektif, namun penggunaan alutsista justru semakin berkurang. Fungsi pengintaian udara sangat efektif sebagai pemberi informasi atas kekuatan dan disposisi musuh, yang pada akhirnya membantu komandan pasukan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam pelaksanaan suatu operasi. Tahap akhir dari latihan bersama ini adalah Full Mission Program, di mana seluruh materi yang diberikan selama latihan diaplikasikan dalam sebuah misi gabungan yang melibatkan seluruh bagian, dimulai dari tahap menerima suatu misi atau perintah kemudian tiap-tiap bagian melaksanakan tahap persiapan dan briefing gabungan pasukan darat dan kru pesawat baik heli maupun casa dilanjutkan pelaksanaan misi. Tujuan dari Full Mission Program ini untuk menggabungkan seluruh materi yang telah diberikan selama pelaksanaan latihan bersama. Tiap-tiap bagian mengaplikasikan seluruh materi menjadi satu kesatuan sesuai dengan
misi yang telah diberikan. Banyak hal yang didapatkan selama pelaksanaan latma Teak Iron, pengetahuan tentang materi-materi yang baru diharapkan dapat diserap dan diaplikasikan sehingga kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI dapat meningkat guna menghadapi tantangan ke depan seiring dengan perkembangan komunikasi dan teknologi . Keterbatasan alutsista tidaklah menjadi suatu hambatan untuk mengembangkan kemampuan dan profesionalisme prajurit
TNI. Namun, sebaliknya kondisi tersebut harus dijadikan sebagai suatu tantangan agar kita selalu meningkatkan kemampuan sebagai prajurit TNI dengan segala keterbatasan yang ada. Kerja sama militer dengan negara sahabat dalam perkembangannya telah memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan profesionalisme TNI, khususnya dalam meningkatkan kemampuan operasional dan pengetahuan dalam mengakses teknologi militer yang lebih maju.
GEMA INFANTERI
53
BUDAYA BERSEPEDA DI YONIF 111/KARMA BHAKTI ACEH TAMIANG OLEH: KAPTEN INF HAMZAH BUDI SUSANTO
54 GEMA INFANTERI
KESEHATAN
B
ATALYON Infanteri 111/Karma Bhakti, merupakan satuan tempur di bawah Korem 011/Lilawangsa yang memiliki kompi-kompi tersebar di tiga Kabupaten. Kompi Senapa A di Karang Baru Aceh Tamiang, Kompi Senapa B berada di Peudawa Aceh Timur, Kompi Senapa C di Keude Grobak Aceh Timur, Kompi Senapan D di Lokop Aceh Timur, Kompi Senapan E berada di Paya Bakong Aceh Utara dan Kompi Markas serta bantuan berada di Tualang Cut Aceh Tamiang. Pada masa konflik, sebagaian besar lokasi kompi-kompi yang tersebar tersebut merupakan basis-basis kekuatan separatis. Sehingga pada masa damai ini, memberikan tantangan tersendiri bagi anggota kompi yang tersebar untuk melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar satuan, agar tidak lagi mempermasalahkan tentang konflik yang telah terjadi di masa lalu atau dengan kata lain melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial terbatas yang melibatkan semua kalangan, baik anggota kompi, aparatur pemerintah setempat maupun masyarakat lain
yang berdomisili di daerah tersebut. Pendekatan tersebut sebagai upaya untuk menjalin silaturahmi dan kebersamaan yang harmonis antara semua elemen masyarakat di daerah binaan satuan. Hal lain yang dilakukan agar anggota TNI diterima sebagai bagian dari masyarakat, maka kita mencoba untuk membaur dengan aktifitas masyarakat baik mengi- k u t i kegiatan rutin maupun insidentil yang biasa dilakukan oleh masyarakat, misalnya bergabung dengan komunitas-komunitas atau perkumpulan keagamaan, olah raga, sosial budaya maupun kegia-
tan-kegiatan lain yang tentunya tidak bertentangan dengan tugas kita sebagai Tentara Nasional Indonesia. Berawal dari Komandan Batalyon Letkol Inf Agus Budi Setyo Raharjo yang terbiasa melakukan kegiatan di dalam maupun di luar Batalyon dengan menggunakan sepeda, tanpa disadari dan tanpa ada paksaan untuk membeli sepeda. Hobi tersebut menular kepada para perwira dan anggota, baik di Mayon maupun di Kompi-kompi tersebar Batalyon Infan-
GEMA INFANTERI
55
KESEHATAN teri 111/KB, sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama, ada sekitar 200 anggota yang memiliki sepeda di Batalyon ini, dengan jenis sepada yang berbeda-beda mulai dari Mountain Bike (MTB) sampai dengan sepada klasik (ontel) sesuai dengan ketertarikan masing-masing anggota terhadap sepada yang meraka inginkan. Sebagian anggota memiliki sepeda tersebut dengan membeli melalui koperasi Batalyon, ada juga beberapa anggota yang sebelumnya sudah memiliki sepeda. Bahkan ada juga sepeda yang sengaja dikirimkan dari kampung halamannya untuk digunakan di Batalyon, saat ini memang pemandangan yang tidak aneh jika kita melihat di garasi-garasi Batalyon parkiran sepeda motor penuh dengan sepeda-sepeda MTB dan sepeda klasik, sehingga sekarang dapat dikatakan kebiasaan bersepeda sudah menjadi hobi dan budaya sebagai anggota Batalyon Infanteri 111/KB. Hal tersebut mendasari timbulnya pemikiran bagaimana jika hobi bersepeda ini selain untuk kesehatan juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah dalam mendukung pelaksanaan tugas sebagai TNI, yaitu diantaranya tugas pembinaan territorial terbatas dan sebagai ajang silaturahmi antara TNI dengan masyarakat. D i a k u i b a hw a d i Ac e h Tamiang dan Langsa memang budaya bersepeda ini belum terlalu memasyarakat seperti di Jakarta dan kota besar lainnya di pulau Jawa. Tetapi walaupun begitu komunitas-komunitas bersepeda ini sudah ada di dua kota tersebut yaitu di antaranya Komunitas Sepeda Antik Langsa (KSA Langsa) dan sebagian besar anggota Yonif 111/Karma Bhakti yang memiliki sepeda telah bergabung dengan ketiga komunitas tersebut. Adapun kegiatan yang sering dilakukan yaitu melaksanakan patroli bersepeda, mengikuti kegiatan sepeda santai yang diadakan di sekitaran Kuala Simpang dan Langsa serta rutin
56 GEMA INFANTERI
2. Ikut serta dalam mensukseskan program pemerintah yaitu program hemat energi. 3. Sebagian sarana transportasi bebas polusi dan murah sehingga dapat menekan pengeluaran harian anggota, yang biasanya digunakan untuk membeli BBM dapat dialihkan ke pos pengeluaran yang lain atau bahkan bias di tabung.
touring bersepeda ke Langsa atau Kuala Simpang bersama komunitas-komunitas sepeda. beberapa manfaat yang kita harapkan dari kebiasaan bersepeda bagi anggota Yonif 111/Karma Bhakti, yaitu : 1. Kesehatan dari beberapa litelatur disampaikan bahwa manfaat bersepeda adalah : a. Mengurangi resiko serangan jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes. Kita ketahui bersama belakangan ini angka kematian anggota TNI yang disebabkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes militus meningkat, oleh karena itu bersepeda adalah salah satu solusi untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh gangguan kesehatan tersebut. b. Mengurangi berat badan. Tuntutan prajurit satuan tempur salah satunya
adalah siap secara fisik, tidak memiliki fisik sakit maupun postur yang gemuk, bersepeda yang secara rutin dan teratur manfaatnya adalah dapat membakar kalori yang menyebabkan kegemukan, sehingga diharapkan anggota Yonif 111/KB memiliki postur-postur yang ideal. c. Mengurangi stress dan depresi. Melakukan rutinitas pekerjaan terkadang menimbulkan kejenuhan dan kejenuhan salah satu penyebab stress dan defresi, dengan bersepeda kita akan merasakan suasana dan sensasi yang baru sehingga fisik maupun mental dapat kembali segar, melihat pemandangan pada saat touring, bertemu dengan orang-orang di komunitas maupun memiliki pengalaman baru yang terkadang kita tidak dapat di satuan.
4. Karena bergabung dengan komunitas-komunitas sepeda yang anggotanya dari berbagai kalangan maka bersepeda di Yonif 111/KB juga dapat digunakan sebagai wadah bersilaturahmi dengan masyarakat serta sarana Pembinaan Teritorial bagi satuan, tak jarang dari obrolan-obrolan ringan pada saat berkumpul dengan anggota komunitas sepeda kita mendapatkan informasi penting mengenai perkembangan situasi yang ada di sekitar Langsa dan Kuala Simpang. 5. Mengurangi angka kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh penggunaan kendaraan bermotor. Bersepeda selain menyehatkan juga dapat mengurangi korban sia-sia akibat kelalaian berkedaraan khususnya kendaraan bermotor. 6. Konflik yang berkepanjangan pada masa lalu di Aceh bagi sebagian orang menimbulkan image negatif TNI dimata masyarakat Aceh, terkesan bahwa TNI ekslusif dan menyeramkan, dengan bergabungnya anggota Yonif 111/KB dengan komunitas-komunitas tersebut diharapkan dapat mengikis image negatif dan menimbulkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa TNI sangat terbuka dan memiliki nilai-nilai positif yang tidak perlu untuk ditakuti oleh masyarakat.
OPTIMALISASI PERAN LEMBAGA
PENDIDIKAN DAN LATIHAN INFANTERI TNI AD MENYAMBUT ALUTSISTA BARU OLEH STAF DIRBINDIKLAT PUSSENIF KODIKLAT TNI AD
GEMA INFANTERI
57
pelatihan
M
E NYA M B U T perkembangan teknologi persenjataan saat ini dalam rangka merancang Postur TNI yang ideal maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya seperti MEF (minimum essential forces) dan zero growth. Kebijakan-kebijakan pemerintah ini ditindaklanjuti diantaranya dengan pengadaan alat utama sistem kesenjataan (alutsista) terbaru baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pidato Presiden RI dalam peringatan HUT TNI pada tanggal 5 Oktober 2012 di Jakarta berkaitan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan postur TNI dengan upaya antara lain pengadaan alutsista terbaru perlu disikapi dengan kesiapan TNI sendiri dalam menerima alutsista terbaru tersebut. Pada pameran senjata di Lapangan Monas dalam rangka HUT TNI digelar alutsista-alutsista terbaru yang dimiliki TNI AD, di antaranya adalah alat persenjataan untuk Infanteri seperti panser dan senapan penembak runduk terbaru PT. Pindad. TNI-AD juga akan mendapatkan alutsista baru seperti Tank Leopard II dan Tank IFV Marder buatan Jerman. Kehadiran alutsista tersebut perlu ditindaklanjuti dengan maksimal oleh TNI khususnya TNI Angkatan Darat guna mempersiapkan personel yang nantinya akan menggunakan alat persenjataan tersebut baik secara teknik maupun taktik. Adanya pengadaan alutsista-alutsista ini akan berpengaruh terhadap rancangan Postur TNI dalam hal ini TNI AD dari segi kekuatan, kemampuan dan gelar.Dari segi kekuatan dan gelar satuan TNI AD penyesuaiannya merupakan kebijaksanaan dari pimpinan TNI AD, sedangkan dari segi kemampuan, khususnya kemampuan sumber daya manusia penyesuaiannya antara lain merupakan tugas satuan pengguna terutama Lembaga Pendidikan dan Latihan. Di sinilah peran lembaga pendidikan dan
58 GEMA INFANTERI
latihan dalam memberikan pembekalan kepada para prajurit sangat dibutuhkan secara maksimal. Satuan pengguna bertugas mempersiapkan personel satuannya yang akan mengawaki alutsista baru tersebut,sedangkan Lembaga Pendidikan dan Latihan ( Lemdiklat ) sesuai dengan tugasnya mempunyai peran membekali para prajurit yang akan mengawaki alutsista baru dengan teknik dan taktik yang sesuai dengan alutsista baru serta perkembangan ilmu pengetahuan teknologi pertahanan saat ini . Dari segi kemampuan dalam hal ini kemampuan sumber daya manusia, pengadaan
alutsista yang baru diharapkan tidak membatasi kemampuan keterampilan prajurit dalam hal tehnik dan taktik, sehingga perlu diingat bahwa “...bukan hanya senjata tetapi...kehebatan prajuritlah yang memenangkan pertempuran...� (J.S Prabowo,2010). Sehebat dan secanggih apapun senjata yang digunakan, namun bila tidak ada personel prajurit yang cakap dan handal dalam mengoperasionalkannya maka kehebatan senjata tersebut tidak ada gunanya. Ditinjau dari pengadaan alutsista baru dari beberapa segi perlu menjadi pertimbangan oleh pimpinan TNI AD khususnya untuk kecabangan In-
pelatihan fanteri: pertama, dari segi teknik, alutsista yang baru tentunya memiliki spesifikasi/karakteristik yang harus segera dikuasai oleh setiap prajurit yang mengawakinya; kedua, dari segi taktik, alutsista yang akan diterima harus diimbangi dan memerlukan pengetahuan dan keterampilan baik tehnik maupun taktik serta organisasi, sehingga dapat dioperasionalkan dengan maksimal secara berdiri sendiri oleh kecabangan atau antar kecabangan; ketiga, pengetahuan dan keterampilan tehnik maupun taktik perlu untuk segera disosialisasikan kepada setiap prajurit yang nantinya akan menggunakan alutsista tersebut. Pembekalan tersebut dapat diberikan melalu lembaga – lembaga pendidikan dan latihan yang ada di setiap kecabangan. Dari beberapa pernyataan di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu “Bagaimanakah optimalisasi peran Lembaga Pendidikan dan Latihan Infanteri dalam menyambut adanya alutsista yang terbaru?�. Lembaga pendidikan maupun latihan mempunyai peran dalam memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan alutsista baru yang akan diterima dan peran ini tidak dapat diabaikan. Di tempat inilah para prajurit dibina, dibentuk , dibekali dan dilatih menjadi prajurit-prajurit yang diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik, dan diantaranya dengan penguasaan maksimal berbagai alutsista baru yang akan diterima. Tulisan ini memberikan gambaran bagaimana optimalisasi peran lembaga pendidikan latihan khususnya kecabangan Infanteri dan saran serta masukan bagi para unsur pimpinan dalam memaksimalkan peran lembaga pendidikan dalam membangun postur TNI AD pada hal kemampuan, terutama kemampuan sumber daya manusia dihadapkan dengan alutsista yang telah dan akan diterima guna tercapainya profesionalisme prajurit Infanteri di masa depan yang ideal.
Alutsista - alutsista baru yang telah dan akan diterima TNI AD terutama satuan Infanteri harus segera dikuasai karakteristik, kemampuan dan batas kemampuannya oleh setiap prajurit yang akan menggunakannya sehingga dapat maksimal dalam penggunaannya. Hal tersebut merupakan suatu keharusan karena alat persenjataan Infanteri walaupun lebih ringan dan kecil sifatnya namun apabila tidak dikuasai dengan baik dapat berakibat negatif dalam penggunaannya sehingga dapat merugikan tidak hanya kepada personel juga kepada satuannya serta kerugian negara. Jangan sampai terulang saat Indonesia sempat menjadi negara super power di kawasan Asia Tenggara dengan kemodernan alat persenjataannya di masa Dwikora (1963) namun personelnya belum mumpuni dalam penguasaan persenjataan dari Rusia (Uni Soviet saat itu). Berkaitan dengan pengadaan alutsista baru,perlu dicermati beberapa permasalahan berkaitan dengan penguasaan teknik,penyesuaian dengan penerapan taktik dan peran Lemdiklat untuk mensosialisasikannya,antara lain diuraikan sebagai berikut: TEKNIK PERSENJATAAN. Pengadaan alutsista saat ini untuk memperbaharui persenjataan Infanteri yang sudah
lama, dan sebagai konsekuensinya memiliki karakteristik yang berbeda pula dengan yang lama sehingga perlu penguasaan lebih lanjut dan ekstra dari personel yang mengawakinya. Senjata-senjata seperti senapan penembak runduk yang dimiliki satuan-satuan Infanteri saat ini beraneka ragam asal pengadaannya dan dengan spesifikasi serta karakteristik yang berbeda-beda. Demikian juga dengan persenjataan Infanteri lainnya seperti senjata laras panjang, senjata laras pendek,mortir 60 dan mortir 81 serta senjata lawan tank. Hal ini terjadi karena pengadaan alat persenjataan tersebut tidak merata ke seluruh satuan Infanteri. Tidak semua persenjataan yang ada berada dalam materi pembekalan dan pelajaran di lembaga pendidikan latihan sehingga terjadi kesulitan dalam pengajaran dan pelatihan bagi personel yang mengawaki persenjataan tersebut,contoh pada pendidikan Susbabakduk TA. 2012 terdapat personel yang mebawa senjata penembak runduk jenis AW (Inggris) dan juga SPR 3 (PT.Pindad) yang tidak masuk dalam materi pelajaran yang ada. Seharusnya Lembaga Pendidikan dan Latihan dapat memberikan pembekalan tentang semua persenjataan yang digunakan oleh setiap personel satuan Infanteri. Teknik kecabangan. Alat persenjataan Infanteri yang ter-
baru saat ini masih terbatas dalam jumlah dan personel yang menguasainya. Untuk panser dan Tank Marder yang dimiliki satuan Infanteri khususnya Batalyon Mekanis baik taktik maupun perlakuan terhadap alutsista tersebut masih dapat dikatakan baru, bahkan baru disusun taktik dan organisasinya, karena selama ini cenderung perlakuan terhadap alat persenjataan ini adalah domainnya kesenjataan Kavaleri.Padahal untuk diketahui untuk menyambut alutsista ini tidak hanya personel saja yang disiapkan tetapi juga sarana dan prasarana lain yang mengikuti keberadaan dari alutsista ini (contohnyaTank Marder). Keberadaan alutsista baru ini tidak serta merta langsung dapat digunakan oleh satuan pengguna ( Batalyon Mekanis) dan harus segera dibekali teknik dan taktik pengoperasionalannya bagi personel yang mengawaki. Lembaga pendidikan Infanteri masih belum dapat mewadahi dalam membekali pengetahuan dan keterampilan tehnik maupun taktik dihadapkan alutsista terbaru yang diperuntukkan untuk kesenjataan Infanteri. Seyogyanya diharapkan dengan pengadaan alutsista yang terbaru, dapat segera diikuti dengan sosialisasi pengoperasionalannya di satuan-satuan Infanteri, sehingga satuan Infanteri dapat lebih maksimal dalam penggunaannya
GEMA INFANTERI
59
pelatihan
untuk mencapai tugas pokoknya. Dalam hal Tank Marder ini untuk menyiapkan personel yang akan mengawakinya khususnya di Batalyon Infanteri Mekanis dapat diwadahi sementara dengan mengadakan kerjasama dengan Lemdiklat kecabangan Kavaleri dalam pembekalan materi-materi yang berkaitan dengan penggunaan tank. TAKTIK BERTEMPUR. Begitu pula dalam hal taktik kesenjataan, pengadaan alutsista ini akan sangat berpengaruh terhadap doktrin taktik yang digunakan . Didengungkan dan dilaksanakannya Taktik Bertempur (J.S Prabowo,2010) adalah untuk menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi persenjataan saat ini yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan taktik bertempur. Saat ini taktik pertempuran tidak lagi terpaku pada first generation warfare (1GW), 2 GW, dan 3 GW namun sudah beranjak pada 4 GW. Tidak hanya pada taktik tetapi berlaku juga kepada organisasi TNI khususnya TNI AD akan mengalami penyesuaian dengan perkembangan saat ini dan berkaitan juga dengan pen-
60 GEMA INFANTERI
gadaan alutsista terbaru. Untuk saat ini taktik yang kita gunakan masih mengacu pada doktrin taktik yang sudah ada dan belum berpedoman kepada doktrin taktik yang baru akibat belum adanya kepastian dan pedoman dalam penggunaannya. Perlu diingat bahwa ada keterkaitan antara teknik dalam penggunaan senjata dengan taktik yang akan digunakan dan diwadahi dalam organisasi yang memudahkan dalam pencapaian tugas pokok. Sementara ini materi-materi pembekalan yang ada di Lemdiklat masih materi-materi taktik lama/ konvensional sehingga belum mewadahi kehadiran alutsista-alutsista baru. Taktik dan Organisasi. Dengan adanya alutsista yang terbaru perlu disadari bahwa penggunaannya masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh prajurit yang mengawakinya dan peruntukannya. Sebagai contoh seperti pada senapan penembak runduk kaliber 12,7 mm buatan PT.Pindad yang memiliki jangkauan lebih jauh masih belum jelas siapa personel yang bertanggung jawab mengawakinya di satuan Infanteri khususnya seandainya senjata ini masuk dalam jajaran
satuan Infanteri TNI AD. Demikian juga dengan Tank Marder maupun Panser Anoa yang berada di Batalyon Mekanis belum ada buku petunjuk yang digunakan sebagai pedoman dalam hal taktik maupun kepada siapa tugas dan tanggung jawab dibebankan. Dengan demikian akan menyulitkan personel prajurit yang akan mengawakinya dalam kejelasan tugasnya (job description). Lemdiklat sendiri juga belum memiliki pedoman untuk memberikan pembekalan tentang taktik dan organisasi yang berkaitan dengan alutsista baru. Lemdiklat dapat memainkan peranannya dalam ikut menyumbang saran dan pikiran mengenai taktik dan organisasi yang dapat mewadahi dalam menyambut alutsista baru dari aspek ilmu pengetahuan tentang taktik di kecabangan Infanteri. Teknik dan taktik serta organisasi sangat berkaitan , sehingga pengadaan alutsista yang baru tidak serta merta akan dapat berfungsi. Apabila telah jelas pedoman dalam pengoperasionalannya baik dalam hal taktik dan organisasi maka alutsista yang terbaru akan segera dapat berfungsi dengan baik dalam mendukung pelaksanaan tugas
satuan-satuan Infanteri di daerah penugasan. LEMBAGA PENDIDIKAN DAN LATIHAN INFANTERI Peranan Lemdiklat Infanteri. Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan khususnya lembaga pendidikan dan latihan Infanteri selalu siap untuk mendidik, membentuk, mengembangkan, melatih dan memelihara kemampuan prajurit Infanteri. Lembaga pendidikan dan latihan dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan program anggaran pendidikan dan latihan yang telah ditetapkan sebelumnya dari satuan atas. Sebagai contoh yaitu dalam menuangkan program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan menyusun dan merevisi kurikulum pendidikan berisi materi-materi pembekalan yang akan diberikan kepada personel yang menjadi siswanya. Materi-materi pembekalan yang diberikan inilah yang menjadi bekal para personel (siswa) nantinya dalam pelaksanaan tugasnya di satuan Infanteri. Berkaitan dengan alutsista terbaru, Lemdiklat belum sepenuhnya dapat membekali prajurit-prajurit dengan materi pembekalan sesuai dengan adanya alutsista
pelatihan baru tersebut. Lemdiklat Infanteri dan Alutsista Baru. Pengadaan alutsista yang terbaru dengan spesifikasi / karakteristik yang baru dan taktik yang mengikuti pengoperasionalannya terkadang belum semuanya diikuti perkembangannya bahkan belum diketahui oleh lembaga pendidikan dan latihan, sehingga alutsista yang nantinya akan diterima belum dapat berfungsi secara maksimal disebabkan belum adanya personel yang memenuhi untuk mengawaki / mengoperasionalkannya. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengadaan alutsista terbaru tidak melalui pengkajian terlebih dahulu mengenai kegunaannya dan kebutuhan sebenarnya dari satuan-satuan Infanteri sebagai pemakai. Masih ditemukan pengadaan persenjataan terbaru ternyata memiliki beberapa kelemahan sehingga tidak dapat digunakan secara maksimal oleh satuan pengguna, seperti Mortir 81 Norinco yang berbeda dengan Mortir 81 Tampella yang berbeda pula dalam tabel penembakan maupun penggunaan alat pendukungnya yaitu Morcos.Seyogyanya, setiap wacana pengadaan alutsista yang baru lembaga pendidikan dan latihan yang diwakili oleh Litbang tiap kesenjataan dapat dilibatkan, sehingga diharapkan nantinya setiap Lemdiklat telah siap untuk mencetak prajurit yang akan mengawakinya,dan diharapkan dapat menguasai dengan baik persenjataan baik karakteristik dan kemampuan serta penggunaannya. Di samping itu dapat dihindari kerugian-kerugian karena tidak dikuasainya persenjataan baru tersebut. Dengan demikian setiap pengadaan alutsista yang baru akan segera dapat dioperasionalkan dalam pelaksanaan tugas satuan-satuan Infanteri di daerah penugasan. Berkaitan dengan beberapa permasalahan di atas untuk mengoptimalkan peran Lemdiklat Infanteri dalam menyambut alutsista terbaru perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
PERTAMA, setiap pengadaan alutsista terbaru perlu segera diketahui spesifikasi atau karakteristiknya, hal ini dengan terlebih dahulu mengirimkan personel-personel termasuk personel pelatih/gumil dari lembaga pendidikan dan latihan untuk mempelajari dan mengkaji terhadap alutsista terbaru sehingga apabila alutsista tersebut telah ada maka lembaga pendidikan dan latihan telah siap untuk menyiapkan personel yang akan mengawakinya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dan dipusatkan di Kodiklat sebagai Pembina Doktrin dan diikuti oleh setiap perwakilan personel dari tiap kesenjataan dan lembaga pendidikan di bawahnya. KEDUA,
mengadakan koordinasi dan penyamaan persepsi (kerja sama) antar kecabangan / kesenjataan, seperti dalam pengadaan alutsista baru untuk kecabangan yang Infanteri yaitu Tank Marder bagi Batalyon Infanteri Mekanis, sehingga dapat melaksanakan koordinasi dan penyamaan persepsi dengan kecabangan Kavaleri mengenai kejelasan tugas yang akan dilaksanakan dan pendidikan / pelatihan personel yang mengawakinya. KETIGA lembaga pendidikan dan latihan harus siap untuk mendidik dan melatih para prajurit yang akan mengawaki alutsista terbaru. Selain itu perlu adanya aturan yang mewadahi untuk memasukkan materi-materi
pembekalan dalam pendidikan berkaitan dengan pengadaan alutsista yang terbaru di luar program anggaran yang telah ditetapkan sehingga lembaga pendidikan dapat dengan segera membekali personel-personel yang akan mengawaki alutsista yang terbaru. Bila tidak bisa masuk dalam program anggaran paling tidak dalam bentuk penataran, sementara lembaga pendidikan juga harus mempersiapkan baik dengan menyusun maupun merevisi kurikulum pendidikan yang mewadahi materi-materi pembekalan untuk alutsista yang terbaru. KEEMPAT pembentukan kelompok kerja yang melibatkan personel dari lembaga pendidikan dan latihan
GEMA INFANTERI
61
pelatihan tiap kecabangan untuk menyusun dan mengkaji taktik dan organisasi yang akan digunakan dalam penggunaan alutsista yang terbaru khususnya dan taktik bertempur secara umum. Taktik akan berkaitan dengan penggunaan setiap senjata dan teknik penggunaan setiap senjata, sehingga perlu juga adanya pengkajian atau kelompok kerja dari lembaga pendidikan dan LKT untuk mengkaji pengorganisasian satuan Infanteri berkaitan dengan alutsista yang terbaru melalui koordinasi dan penyamaan persepsi antar kecabangan/ kesenjataan, contohnya seperti dalam pengadaan alutsista baru untuk kecabangan yang Infanteri yaitu Tank Marder antara kecabangan Infanteri dan Kavaleri. Dari latar belakang dan pokok pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan Postur TNI khususnya TNI AD kecabangan Infanteri yang ideal terutama pada penyesuaian di segi kemampuan khususnya pembinaan kemampuan sumber daya manusia merupakan salah satu tanggung jawab Lemdiklat. Dihadapkan dengan alutsista yang telah dan akan diterima dan sesuai dengan kebijakan MEF dan zero growth, saat ini ditemukan beberapa kendala, diantaranya masalah penguasaan teknik alutsista terbaru di satuan Infanteri oleh personel yang mengawakinya dan penggunaannya berkaitan dengan taktik dan organisasi satuan Infanteri yang mewadahinya. Lembaga Pendidikan dan Latihan Infanteri saat ini pun belum sepenuhnya siap secara maksimal dalam membekali personel-personel tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diminimalisir dengan beberapa langkah melalui pengoptimalan Lemdiklat Infanteri dalam menyiapkan personel pelatih/gumil, penyiapan lembaga pendidikan latihan untuk mencetak prajurit yang akan mengawaki alutsista terbaru ,kerja sama
62 GEMA INFANTERI
dengan kecabangan lain dalam pendidikan dan latihan serta keikutsertaan Lemdiklat dalam pengkajian organisasi dan taktik bertempur secara bersama dengan kecabangan lainnya. Kebijaksanaan untuk pengadaan alutsista baru perlu kita sambut dengan tanggung jawab yang besar sebagai apresiasi atas perhatian pemerintah dan pimpinan TNI AD terhadap pembangunan Postur TNI AD. Untuk memperoleh Postur TNI AD khususnya kecabangan Infanteri yang ideal dengan alutsista yang akan diterima ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain: pertama, perlu adanya pengkajian terlebih dahulu mengenai organisasi dan taktik bertempur yang akan digunakan TNI AD ke depan sebelum dilaksanakan pengadaan alutsista yang terbaru sesuai dengan kebijakan pemerintah minimum essential forces dan zero growth sehingga dapat diketahui kebutuhan yang mendesak yang diperlukan satuan pengguna; kedua, memaksimalkan peran lembaga pendidikan dan latihan dalam pengadaan alutsista terbaru serta pelibatan personel dalam pengkajian organisasi dan taktik juga pengiriman personel untuk mengkaji dan mempelajari alutsista yang terbaru. Demikian tulisan ini dibuat semoga dapat menjadi bahan pemikiran kita bersama guna mengoptimalkan Lembaga Pendidikan dan Latihan Infanteri dalam perannya menyambut kebijaksanaan pemerintah dan pimpinan TNI AD dalam pengadaan alutsista-alutsista terbaru, serta tanggung jawabnya untuk mempersiapkan prajurit – prajurit Infanteri yang profesional guna menghadapi tuntutan dan tantangan tugas ke depan. Jayalah Prajurit Infanteri. YUDHA WASTU PRAMUKHA.
SA NG AT AN MEN DA AR AD IK U AL N AH TU SE K D OR IBA AN CA GM ,K ILI HUS TE US R. N ... YA ... B IL
A
Terorisme dan Pemberontak/ Insurgens
OLEH // MAYOR INF POLSAN SITUMORANG,SE DANYONIF 756/WMS BRIGIF 20/IJK
GEMA INFANTERI
63
TERORIS
SEBAGAIMANA kita ketahui bahwa Terorisme bukanlah sesuatu hal yang baru, dan meskipun nama ini telah dipakai sejak awal sejarah terorisme, namun relatif sulit untuk mendefenisikannya. Defenisi terorisme masih menjadi perdebatan sampai saat ini.Dimana sampai saat ini belum ada defenisi yang baku terhadap terorisme itu sendiri, Bahkan di dalam Pemerintah AS sendiri , badan-badan yang bertanggung jawab untuk berbagai fungsi dalam memerangi terorisme mengartikan terorisme ini dengan defenisi masing- masing Walaupun hampir seluruh dunia pada saat ini mengutuk tindakan teror tersebut namun setiap negara, setiap badan memiliki defenisi yg berbeda terhadap terorisme itu sendiri. Sehingga terdapat tumpang tindih pengertian terorisme itu sendiri sehingga tergantung setiap negara mengartikan apakah terorisme.
64 GEMA INFANTERI
APAKAH TERORISME SAMA DENGAN INSURGENT/ PEMBERONTAK?
Bagi Kalangan Militer, dua konsep yang saling berhubungan dan saling terkait ini barangkali akan mengakibatkan kebingungan lebih dibandingkan dengan persoalan yang lain. Pemberontakan bersenjata/insurgent seringkali dianggap identik dengan terorisme. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa terorisme dan insurgencies memang seringkali memiliki tujuan yang sama .Namun, jika kita menelitik lebih jauh terhadap dua kegiatan ini maka terdapat perbedaan yang spesifik . Perbedaan mendasar dan yang utama adalah bahwa pemberontak atau insurgens adalah merupakan suatu pergerakan bersenjata tapi juga melalui sebuah upaya politik dengan tujuan tertentu seperti yang terjadi Srilanka oleh pemberontak Macan Tamil atau bahkan yang pernah
terjadi di Indonesia di Aceh dan Papua misalnya. Perbedaan lain adalah tujuan dari komponen kegiatan dan operasi Pemberontak/insurgencies versus terorisme. Sebenarnya Tidak ada semacam doktrin yang melekat pada insurgens atau pemberontak untuk menggunakan taktik perang guerilla untuk menggunakan teror. Walau terkadang mereka berhasil menerapkan taktik ini untuk mengkampanyekan tujuan-tujuan nya dan sampai saat ini Taktik Guerilla masih merupakan taktik yang Efektif yang selalu digunakan insurgent atau pemberontak bersenjata. Penggunaan cara- cara teror oleh pemberontak atau insurgens sebenarnya dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan efektivitas dan masa depan dan tujuan dari pemberontakan itu sendiri, yang paling penting adalah boleh menghancurkan pemerintah dengan tujuan mendapatkan dukungan yang besar. Meskipun terkadang ada kalanya dimana terorr, perang gerillya oleh insurgents, dan perilaku kriminal semua tumpang tindih, Kelompok teroris ataupun sayap dari teroris memang dibentuk untuk secara khusus untuk menggunakan taktik teror ini, dari sini sebenarnya cukup jelas menunjukkan perbedaan dari segi tujuan dan operasi. Tujuan akhir dari sebuah pemberontakan adalah menantang kontrol dari pemerintah atas semua atau sebagian dari daerah, atau memaksa kekuatan politik untuk dapat berbagi kekuasaan politik. Pemberontak/Insurgencies memerlukan dukungan aktif atau pun dukungan pasif dari masyarakat setempat. Dukungan dari luar serta pengakuan atau persetujuan dari negara lain atau badan politik sangat penting bagi insurgen, tetapi juga tidak merupakan suatu keharusan. Bandingkan lah dengan Teroris sebuah kelompok teroris tidak memerlukan dan jarang memiliki dukungan aktif atau bahkan simpati dari masyarakat atau penduduk setempat. Semen-
TERORIS tara Pihak pemberontak/insurgents akan selalu menjelaskan dirinya sebagai "insurgents" atau "guerillas", sementara teroris tidak akan menyampaikan bahwa mereka adalah "teroris" tetapi mereka menjelaskan bahwa gerakan mereka menggunakan terminologi militer atau politik ( "Pejuang kebebasan", "tentara", "aktivis"). Terorisme bergantung pada dampak publik, dan karena itu mereka juga sadar akan hal itu itulah sebabnya selalu menghindari konotasi negatif dari istilah "teroris" dalam mengidentifikasi dirinya. Terorisme adalah suatu organisasi yang cenderung tidak berusaha menantang pasukan pemerintah secara langsung, tetapi bertindak untuk mengubah persepsi mengenai efektivitas atau legitimasi dari pemerintah itu sendiri. Sangat jarang teroris berusaha untuk mengontrol suatu daerah atau teritory tertentu, karena bilamana mereka melakukan itu akan membuat mereka menjadi terikat dan dapat teridentifikasi sehingga akan mempersulit mobilitas dan faktor keamanan mereka. Barangkali teroris memiliki aturan sendiri untuk menghindari kontak langsung atau konfrontasi dengan pasukan/aparat pemerintah. Sementara pemberontak memiliki kekuatan untuk untuk mengadakan perlawanan dengan pasukan pemerintah, seperti membuktikan bahwa mereka dapat secara efektif menantang pihak pasukan pemerintah itulah sebab nya mereka akan lebih senang disebut pemberontak daripada kriminal ata teroris. Bagi kelompok teroris tidak akan mendapatkan apa-apa bilamana melancarkan konflik dengan pasukan pemerintah . dalam hal ini bukan berarti mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan militer atau aparat keamanan, tetapi mereka tidak akan melakukan sesuatu yang berupa pelibatan langsung dengan aparat keamanan. Teroris menggunakan metode yang dapat memilikin nilai tawar dengan kekuatan pasukan konvensional. Serangan bom dan mortir pada sasaran sipil dimana militer atau
aparat keamanan sedang tidak tugas, penghadangan, dan dan pembunuhan terhadap personil yg lalai dalam menjaga faktor keamanannya, taktik seperti ini sangat sering dilakukan. Pemberontak tidak menargetkan masyarakat /non combatants, walaupun banyak insurgencies/ pemberontak telah memperluas definisi hukum yang diterima sehingga menempatkan aparat polisi dan aparat keamanan lain sebagai sasaran di samping militer. Teroris tidak membedakan antara combatants dan non combatan, sebab kalau mereka memperluas pengertian itu mereka hanya melakukan kegiatan yang sia-sia. Bagi teroris semuanya adalah sasaran tanpa membedakan apakah itu combatan atau non cambatan artinya semua adalah sasaran selagi hal itu melambungkan namanya. Teroris sering mengembangkan kelompok nya kepada sasaran yang dianggap tepat, dan melakukan operasi terhadap target-target baru tanpa pemberitahuan atau peringatan sebelumnya, disinilah sebenarnya mengapa aparat intelijen sering sekali kesulitan dalam mengantisipasi gerakan nya, karena bagi mereka semua adalah sasaran dan target. Pada akhirnya, perbedaan antara pemberontakan dan terorisme perpaling kepada tujuan dan maksud dari dalang atau pemimpin nya. Pemberontak/ Insurgent melalui gerakan guerilla masih dapat mematuhi norma-norma internasional mengenai hukum perang dalam mencapai tujuan mereka, tetapi Teroris dalam melakukan aksi nya melakukan kejahatan tanpa memperdulikan hukum sipil ataupun militer. Teroris selalu menyatakan bahwa apabila mereka mematuhi semua hukum perang "atau menerima hukuman dari lingkup kekerasan mereka, akan menempatkan mereka pada suatu kerugian besar. Karena sifat dari pemikiran teroris adalah absolutist , tujuan mereka adalah yang paling penting dengan cara apapun akan dilakukan. Penulis adalah Alumni Army war College India
GEMA INFANTERI
65
KOMANDO STRATEGIS CADANGAN ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) mengucapkan
Yuddhawastu Pramuka
Jayalah Selalu Prajurit Infanteri. Terdepan dalam pertempuran
PANGKOSTRAD 66 GEMA INFANTERI M. Munir
Letnan Jenderal TNI
Yuddhawastu Pramuka
“ Semoga Infanteri Tetap Jaya!!” KOMANDAN KODIKLAT TNI-AD
Gatot Nurmantyo Letnan Jenderal TNI
GEMA INFANTERI
67
DAFTAR NAMA KOMANDAN SATUAN INFANTERI LEMDIK -LEMDIK 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
DANPUSDIKIF` DANRINDAM I/BB DANRINDAM II/SWJ DANRINDAM III/SLW DANRINDAM IV/DIP DANRINDAM V/BRW DANRINDAM VI/TPR DANRINDAM VII/WRB DANRINDAM IX/UDY DANRINDAM XII/TPR DANRINDAM XVI/PTM DANRINDAM XVII/TKR DANRINDAM JAYA DANRINDAM IM
= KOL INF KURNIA DEWANTARA = KOL INF TEGUH ARIEF I = KOL INF HANDY GENIARDI = KOL INF ASEP SETIA GUNAWAN = KOL INF UNTUNG BUDIHARTO = KOL INF FERRY ZEIN = KOL INF OERIP SOEKOTJO = KOL INF INDRA JUNJUNGAN NASUTION = KOL INF BENY SULISTIONO = KOL INF NUGROHO BUDI W = KOL INF M. NUR RAHMAD = KOL INF YUSEP SUDRAJAT = KOL INF SUKO BASUKI = KOL INF HARIANTO
BRIGIF 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
DANBRIGIF 1 PIK/JS DANBRIGIF 6/TSBJ DANBRIGIF L-9/DY DANBRIGIF 13-PGR DANBRIGIF L-17/SBB DANBRIGIF L-18/TRISULA DANBRIGIF L-3/TBS DANBRIGIF 15/KUJANG DANBRIGIF 7/RR DANBRIGIF 4/DR DANBRIGIF 16/WY DANBRIGIF 19/KH DANBRIGIF 20-IJK DANBRIGIF 21/KOMODO DANBRIGIF 22/OTO M DANBRIGIF 24/BC
= KOL INF SONNY APRIANTO,SE = KOL INF KUNTO ARIEF W, S.IP = KOL INF SUPARLAN PURWA U = KOL INF FARID MAKRUF = KOL INF BOBBY RINAL M, S.IP = KOL INF SYAFRIAL NRP = KOL INF HARYANTO, S.IP = KOL INF ZUNAN MUCHDLORI = KOL INF SACHONO = KOL INF MAKMUR UMAR = KOL INF ERWIN RUSTIAWAN = KOL INF ASEP SYARIPUDIN = KOL INF IMMANUEL GINTING = KOL INF EDY SUTRISNO = KOL INF IWAN SETIAWAN = KOL INF GABRIEL LEMA
KODAM I/BB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
DANYONIF 100/RAIDER DANYONIF 121/MK DANYONIF 122/TS DANYONIF 123/RAJAWALI DANYONIF 125/SIMBISA DANYONIF 126/KC DANYONIF 131/BS DANYONIF 132/BS DANYONIF 133/YS DANYONIF 134/TS
= MAYOR INF SAFTA FERYANSYAH = LETKOL INF AYUB AKBAR = MAYOR INF SAPTA MARWINDU IBRALY = LETKOL INF MUSA DAVID MH = LETKOL INF PARLUHUTAN MARPAUNG = LETKOL INF AGUSMAN HERI = MAYOR INF DEC JERRY MANUNGKALIT = LETKOL INF ASEP DEDI DARMADI = LETKOL INF REKSO SUKMONO = MAYOR INF PERSADA ALAM (PS)
68 GEMA INFANTERI
KODAM II/SWJ 1. 2. 3. 4. 5.
DANYONIF 200/RAIDER DANYONIF 141/AY DANYONIF 142/KJ DANYONIF 143/TEJ DANYONIF 144/JY
= MAYOR INF SLAMET RIADI = LETKOL INF TARUNAJAYA = MAYOR INF FREDDY SIANTURI = MAYOR INF MARZUKI = LETKOL INF TRI HAKSORO
KODAM III/SLW 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DANYONIF 300/RAIDER DANYONIF 301/PKS DANYONIF 310/KC DANYONIF 312/KL DANYONIF 315/GARUDA DANYONIF 320/BP
= LETKOL INF SEMUEL JEFFERSON ALING = LETKOL INF RADEN UCA MUSA HH = MAYOR INF MOCH. ANDI P = MAYOR INF HENGKI YUDA SETIAWAN = MAYOR INF RUDY M. RAMDHAN = MAYOR INF WIRAWAN EKO PRASETYO
KODAM IV/DIP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
DANYONIF 400/RAIDER DANYONIF 403/WP DANYONIF 405/SK DANYONIF 406/CK DANYONIF 407/PK DANYONIF 408/SB DANYONIF 410/AG
= MAYOR INF FERRY IRAWAN = MAYOR INF RENAL APRINDO S = LETKOL INF M. ASEP APANDI = LETKOL INF THOMAS HERU R = MAYOR INF ARI ARYANTO = LETKOL INF EDY SAPUTRA = LETKOL INF JAELAN
KODAM V/BRW 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DANYONIF 500/RAIDER DANYONIF 511/DY DANYONIF 512/QY DANYONIF 516/CY DANYONIF 521/DY DANYONIF 527/BY
= MAYOR INF LUCKY AVIANTO = MAYOR INF RUDI ANDRIONO = LETKOL INF MURBIANTO ADHI WIBOWO = MAYOR INF PERMADI AZHARI = MAYOR INF HD. ARIFIN SIMANJUNTAK = MAYOR INF VERIANTO NAPITUPULU
KODAM VI/TPR 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DANYONIF 600/RAIDER DANYONIF 611/RAIDER DANYONIF 613/RA DANYONIF 614/RJP DANYONIF 621/MANUNTUNG DANYONIF 623/BWU
= MAYOR INF FRITS WILEM RIZARD P = MAYOR INF ANDY MUSTAFA AKAD = MAYOR INF RUDY SALADIN = MAYOR INF AHMAD HADI AL JUFRI = MAYOR INF ANDIEK PRASETYO A. = MAYOR INF BUDHI UTOMO
DAFTAR NAMA KOMANDAN SATUAN INFANTERI KODAM VII/WRB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
DANYONIF 700/RAIDER DANYONIF 711/RAKSATAMA DANYONIF 712/WIRATMA DANYONIF 713/SATYATAMA DANYONIF 714/SM DANYONIF 715/ DANYONIF 721/MAKASAU DANYONIF 725/WOROAGI DANYONIF 726/TAMATEA
= LETKOL INF FEBRIEL BUYUNG S, SH = MAYOR INF LUKMAN HAKIM = MAYOR INF HARTONO = MAYOR INF SAHAT MONANG SARAGI = MAYOR INF TRIJOKO ADIWIYONO, SH = MAYOR INF ARFIN DAHLAN = LETKOL INF ERON FIRMANSYAH = MAYOR INF IWAN SURYONO = MAYOR INF HENY SETIONO, S.PSi
KODAM IX/UDY 1. 2. 3. 4.
DANYONIF 900/RAIDER DANYONIF 742/SWY DANYONIF 743/PSY DANYONIF 744/SYB
= MAYOR INF AGUS BHAKTI = MAYOR INF RUDDY TRENGGONO = MAYOR INF PINSENSIUS MANIK = LETKOL INF ANDREE SAPUTRO
KODAM XII/TPR 1. 2. 3. 4. 5.
DANYONIF 631/ANTANG DANYONIF 641/BERUANG DANYONIF 642/KAPUAS DANYONIF 643/WS DANYONIF 644/WLS
= MAYOR INF DWI MARYANTO, SE = MAYOR INF ASEP AKHMAD HIDAYAT = MAYOR INF SAUT EDWARD TAMPUBOLON = LETKOL INF SUPARMAN, S.Pd = LETKOL INF ANGGIT EXTON YUSTIAWAN
KODAM XVI/PTM 1. 2. 3. 4.
DANYONIF 731/KABARESI DANYONIF 732/BANAU DANYONIF 733/RAIDER DANYONIF 734/LL
= MAYOR INF TRI BHATARA W = LETKOL INF TRI WAHYU MUTAQIN A = MAYOR INF JONES SASMITA M = MAYOR INF MUSMULYADI Z
KODAM XVII/CEN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DANYONIF 751/WJS DANYONIF 752/VYS DANYONIF 753/AVT DANYONIF 754/ENK DANYONIF 755/YALET DANYONIF 756/WS
= LETKOL INF RAHMANYADI = LETKOL INF ACHMAD RISMAN, SE = MAYOR INF AGUNG UDAYANA = LETKOL INF ERI NASUHI = MAYOR INF I MADE ALIT YUDANA = MAYOR INF POLSAN SITUMORANG
KODAM JAYA 1. DANYONIF 201/JY 2. DANYONIF 202/TM 3. DANYONIF 203/AK
= LETKOL INF GANDA SIMATUPANG = LETKOL INF Rd. AGUS P. UTOMO = LETKOL INF RADEN DWITJAHJO HARSONO
KODAM IM 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DANYONIF 111/KB DANYONIF 112/DJ DANYONIF 113/JS DANYONIF 114/SM DANYONIF 115/SM DANYONIF 116/GS
= LETKOL INF AGUS BUDI SETYO R = MAYOR INF M. ARIEF H = MAYOR INF ARIFUL MUTAQIN = LETKOL INF LALU HABIBBURAHIM WD = MAYOR INF SUHARTONO = MAYOR INF DEKI ZULKARNAEN
KOSTRAD DIVIF 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
DANYONIF L-303/SSM DANYONIF L-305/TKRK DANYONIF 321/GALUH DANYONIF 323/RAIDER DANYONIF L-328/DRGHY DANYONIF L-330/TD DANYONIF L- 431/ DANYONIF L- 432/WSJ DANYONIF L- 433/DS
= LETKOL INF YARNEDI MULYADI = LETKOL INF ELKINES VILIANDO DK = MAYOR INF KHABIB MAHFUD = LETKOL INF SURYA WIBAWA S. = LETKOL INF PUTRA WIDIASTAWA = LETKOL INF ANDI GUNAWAN = LETKOL INF INDARTO KUSNOHADI = LETKOL INF YULIUS IDA BAGUS = LETKOL INF NYAMIN
KOSTRAD DIVIF 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
DANYONIF 411/PANDAWA DANYONIF 412/RAIDER DANYONIF 413/BREMORO DANYONIF L-501/BY DANYONIF L-502/UY DANYONIF L-503/ABY DANYONIF 509/BY DANYONIF 514/RAIDER DANYONIF 515/UTY
= MAYOR INF GUNAWAN PERMADI = MAYOR INF M.TAUFIK ZEGA = MAYOR INF JOKO M = MAYOR INF ANDI KUSWORO, SE = LETKOL INF SUHARTO SUDARSONO = MAYOR INF FREDDINO JS = LETKOL INF ANDI ASMARA DEWA = LETKOL INF FRANS YOHANNES PURBA = LETKOL INF ANHAR PREMANA, SE.
KOPASSUS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
DANPUSDIK PASSUS DANGRUP 1/PARAKO DANGRUP 2/PARAKO DANGRUP 3/SANDA DANSAT 81 GULTOR DANYON 11 GRUP 1 DANYON 12 GRUP 1 DANYON 13 GRUP 1 DANYON 21 GRUP 2 DANYON 22 GRUP2 DANYON 23 GRUP 2 DANYON 31 GRUP 3 DANYON 32 GRUP 3 DANYON 33 GRUP 3 DANYON AKSUS SAT 811 DANYON BAN SAT 812 DEN NIK SAT 81
= KOL INF I NYOMAN CANTIASA = KOL INF MOHAMAD SALEH M = KOL INF SUHARDI = KOL INF IZAK PANGEMANAN = KOL INF R. SIDHARTA WG = MAYOR INF ARDIAN TRIWASANA = MAYOR INF ASEP SUKARNA, S.Sos. = MAYOR INF SUWONDO = MAYOR INF MUHAMMAD AIDI = MAYOR INF DEDDY SURYADI = MAYOR INF WULANG NUR Y = MAYOR INF EDWIN ADRIAN S, SH = LETKOL INF RACHMAD PS, S.IP, MSI. = LETKOL INF JUINTA OMBOH S, SH = MAYOR INF YUDHA A (PS) = MAYOR INF ACHIRUDDIN =
GEMA INFANTERI
69
ORGANISASI PUSSENIF KODIKLAT TNI AD DANPUSSENIF MAYJEN TNI M.NASIR
WADANPUSSENIF BRIGJEN TNI TATANG SULAIMAN
SEKRETARIS
KOL INF WIDHAGDO SW
STAF AHLIBID. KELINUDAN
STAF AHLIBID. TAKTIK & STRATEGI
STAF AHLIBID. BANGORG & DOKOPS
STAF AHLIBID. ILPENGTEK & SDM
KOL INF ARWANDI
KOL INF DEDY AGUS. P,SH
KOL INF SUPARNO
KOL INF MULYONO
DANPUSDIKIF
KOL INF
KURNIA DEWANTARA
DIRBINSEN
DIRBINDIKLAT
DIRBINLITBANG
KOL INF
KOL INF HIFDIZAH
KOL INF ARDI KARTONO
HERMAN ASARIBAB
70 GEMA INFANTERI
Yuddhawastu Pramuka
Gubernur Jawa Barat Mengucapkan
“SELAMAT HARI
INFANTERI
2012”
Semoga Menjadi Prajurit Profesional dan Dicintai Rakyat GEMA INFANTERI
71
Ahmad Heryawan
72 GEMA INFANTERI