4 minute read
Situs Warung Boto
by ARÇAKA
Text By: Bryan Dharmanta Photos By: Romualdus Romy
Advertisement
Tempat apa yang pertama kali terlintas di benak kita jika kita mendengar kata “Yogyakarta”? Kebanyakan orang tentu saja akan menyebut tempat-tempat seperti, Malioboro, Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Candi Borobudur yang bahkan tidak berlokasi di Yogyakarta pun tak luput dari itinerary para turis ketika berkunjung ke kota wisata ini. Yogyakarta dapat kita ibaratkan sebagai tambang emas yang belum sepenuhnya digali dan dimanfaatkan potensinya. Banyak sekali tempat-tempat wisata yang terlupakan bahkan bagi penduduk lokalnya sendiri salah satunya adalah Situs Warungboto.
Pada masa kejayaan Keraton Yogyakarta, banyak tempat-tempat khusus yang dibangun dan digunakan sebagai tempat istirahat bagi raja dan ratu yang dikenal sebagai pesanggrahan. Pesanggrahan ini dilengkapi dengan fasilitas kolam pemandian, secara namanya sendiri pesanggrahan berarti pemandian. Banyak pesanggrahan yang dibuat dan salah satunya adalah Situs Warungboto yang dahulu dikenal dengan sebutan Pesanggrahan Rejawinangun.
Berdiri pada tahun 1785, ketika itu Sultan Hamengkubowono II masih bergelar sebagai seorang putra mahkota. Sebelum masa renovasinya setelah terkena dampak dari gempa pada tahun 2006, tempat ini digunakan sebagai guesthouse untuk menjamu tamu-tamu kerajaan.
GEMPA 27 NOVEMBER 2006 & BPCB
27 November 2006 menjadi tanggal duka bagi warga Yogyakarta, gempa berkekuatan 6.2 SR menurut United States Geological Survey yang berdurasi 57 detik itu telah berhasil merusak banyak properti daerah. Banyak perumahan, pertokoan, dan obyek wisata yang hancur dibuatnya, salah satunya adalah Situs Warungboto. Sejak saat itu, kondisi situs ini menjadi sangat memprihatinkan, banyak reruntuhan dan puing-puing, dinding ditumbuhi tumbuhan liar. Tempat yang pada zamannya digunakan untuk kepentingan petinggi daerah telah dilupakan dan terbengkalai dan akan rusak dimakan zaman.
Badan Pelestarian Cagar Budaya atau BPCB menanggapi hal ini dan mengupayakan usaha untuk memperbaik kawasan lingkungan ini agar pulih seperti sediakala dan proses renovasi selesai pada tahun 2016. Sejak saat itu, banyak turis dan masyarakat lokal yang mulai berkunjung kembali ke tempat ini. Selain itu, ada beberapa renovasi yang terjadi pada saat itu, renovasi pada tahun 2009 bertujuan untuk melakukan pemugaran di beberapa pendopo, lalu pada tahun 2016 dilakukan renovasi kembali untuk melakukan pemugaran di bagian tengah bangunan kolam, bangunan bertingkat yang ada di sisi selatan, barat, dan area pagar.
Tempat bersejarah yang pernah menjadi tempat persinggahan bagi raja dan ratu sempat hilang dari pikiran warga Yogyakarta dan rusak terkena bencana alam. Warungboto kini di restorasi dan hadir kembali sebagai wisata sejarah yang wajib di kunjungi dikarenakan keunikannya dan keindahan arsitekturalnya“
POPULER KEMBALI
Salah satu penyebab kembalinya aktivitas pengunjung di Situs Warungboto ini dikarenakan pernah dipakai sebagai tempat bagi pasangan Kahiyang Ayu putri dari Presiden RI, Joko Widodo mengadakan pemotretan pra nikah bersama calon suaminya, Bobby Nasution. Pengaruh dari orang-orang yang memiliki nama dan cepatnya berita yang tersebar juga membuat masyarakat menjadi penasaran dan ingin mengunjungi tempat ini, pasalnya, mereka ingin tahu juga apa daya tarik tempat ini sehingga digunakan sebagai tempat pemotretan pernikahan.
Pesanggrahan Rejawinangun terletak di perbatasan antara Kabupaten Rejawinangun, Kecamatan Kotagede dan Desa Warungboto, Kecamatan Umbulharja, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan saat ini sisa-sisa bangunan Pesanggrahan Rejawinangun hanya dikenal dengan nama Umbul “Warung Bata”. Pesanggrahan
Rejawinangun berbatasan langsung dengan penduduk lokal di utara dan selatan. Sisi timur berbatasan dengan Sungai Gajah Wong, dan sisi barat berbatasan dengan Jalan Veteran Yogyakarta.
Kompleks ini terdiri dari pagar pembatas dan bangunan tempat tinggal. Ketika masih digunakan sebagai pesanggrahan milik sultan,
Pesanggrahan Rejawinangun didirikan di menghadap kedua sisi barat dan timur Sungai Gajah Wong dengan memanfaatkan undakan sungainya. Antara sisi timur kompleks bangunan dan sisi barat sungai memiliki sumbu imajiner yang membentang dari timur ke barat.
Situs Warungboto buka setiap hari dan beroperasi dari pukul 8 pagi hingga 5 sore. Cukup dengan merogoh dompet seharga 3000 rupiah saja, anda sudah dapat masuk dan merasakan pengalaman baru tempat wisata tua ini. Tentu saja karena ini tempat bersejarah, kalian juga bisa menambah banyak ilmu pengetahuan baru, baik sejarah, alam, dan bahkan arsitektur. Ayo kita sebagai generasi muda ikut dalam upaya pelestarian warisan peninggalan nenek moyang dan pendahulu kita, meskipun merupakan tempat wisata tua, dijamin akan membawa kalian kembali ke zaman dahulu dan merasakan suasana sejarah yang begitu kuat dan pastinya, kalian tidak akan menyesal deh!
Kompleks bangunan pesanggrahan di sisi barat Sungai Gajah Wong saat ini masih menyisakan ruang yang cukup luas. sisa bangunan di sisi barat sungai di Desa Warungboto, yaitu peninggalan kuno Pesjrahan Rejowinangun disebut “Warungboto Umbul”. Pesanggrahan Rejawinangun di sisi barat Sungai Gajah Wong terdiri dari bangunan inti yang terletak di pagar pembatas dan memiliki ruang utama yang merupakan pusat keramat. Bangunan diindikasikan sebagai bangunan imitasi. Selain itu ada dua kolam yang bulat dan persegi. Kedua bangunan itu berdinding bata dengan perekat dan lepa. Bangunan pertama di bagian barat berbentuk bulat, dengan udara di tengah. Kolam kedua terletak di sebelah timur kolam pertama. Sumber air berasal dari kolam pertama yang dialirkan melalui saluran terbuka yang menghubungkan kolam pertama dan kedua. Dua kolam renang bertingkat dengan istilah jendela persegi panjang. Selain itu, Anda juga dapat menemukan fasilitas yang tersedia dari beberapa kamar dan juga menemukan bangunan pendapa.
Berdasarkan papan informasi di lokasi, kompleks Pesanggrahan Rejowinangun di sisi timur Sungai Gajah Wong lebih rendah dari sisa tanah di sisi barat. Ada kolam berbentuk “U” yang juga dikelilingi oleh dinding bata dengan panjang 6 m, tinggi 3 m, dan tebal 60 cm. Di salah satu sudut kolam terdapat pot bunga yang cukup besar, terbuat dari batu bata. Bagian utara dan selatan bangunan ini, masingmasing dengan patung manuk (burung) Beri. Sampai sekarang, tidak diketahui penggunaan tertentu dari kompleks bangunan sisi
timur ini. Namun, sampai tahun 1936 masih terbukti jika kompleks bangunan sisi timur dibagi menjadi tiga kompleks yang membentang utara-selatan dengan pagar pembatas dan terhubung oleh jalan berpagar dengan lebar sekitar 30 meter.