4 minute read

Pura Besakih

REPRESENTASI KESEIMBANGAN ALAM YANG MEMIKAT WISATAWAN

Mother Temple, begitulah sebutan Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali. Terletak di kaki Gunung Agung, menjadikan pura ini semakin megah dengan suasana pegunungan yang berpadu dengan pemandangan alam, ritual, dan budaya masyarakat Bali. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan spiritual umat Hindu di Bali yang keasliannya masih terjaga hingga saat ini.

Advertisement

Sebelum berdiri megah seperti sekarang, Pura Besakih dulunya merupakan hutan belantara. Menurut penuturan Bendesa Adat Besakih, Jero Mangku Widiarta, mengatakan bahwa, asal muasal Pura Besakih bermula ketika Rsi Markandeya, seorang guru spiritual yang berasal dari India menetap di Pulau Jawa, dan melakukaan pertapaan di Gunung Hyang (Gunung Dieng, di Jawa Tengah). Beliau mendapatkan wahyu untuk merambas hutan di lereng barat daya Gunung Agung. Di tempat ini, Rsi Markandeya menanamkan kendi yang berisikan logam dan air suci, oleh masyarakat Bali disebut dengan Pancadatu. Tempat penanaman kendi ini kemudian diberi nama Basuki yang artinya selamat, inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya Pura Besakih.

Text by Gede Krishna Photos by Hasan Aji M.

Bale Kulkul dan Bale Pegat merupakan salah satu bangunan yang akan dilihat pertama kali ketika memasuki Pura Penataran Agung.

Pura Basukian Puseh Jagat diyakini merupakan tempat pertama Rsi Markandeya menanam Panca Datu

KONSEP TRI HITA KARANA YANG MENCERMINKAN KEHAROMONISAN

Konsep yang digunakan sebagai dasar tatanan Pura Besakih adalah konsep Tri Hita Karana yang bermakna keharmonisan antara Tuhan, alam semesta dan manusia. Pura Agung ini dibangun berdasarkan arah mata angin sebagai cerminan keseimbangan alam semesta. Pura Agung Besakih memiliki 18 kompleks pura yang menjadikannya sebagai pura terbesar di Bali, terdiri dari 1 pura utama yaitu Pura Penataran Agung dan 17 pura lainnya dengan fungsi dan luas yang berbeda-beda.

PURA PENATARAN AGUNG

Pura Penataran Agung menjadi bukti sejarah peradaban nenek moyang Bangsa Indonesia, dikarenakan terdapat punden berundak yang digunakan oleh nenek moyang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yang bersemayam di gunung-gunung. Gaya

Arsitektur ini tidak ditemukan di tempat lain di luar Indonesia.

Selain itu di dalam area Pura Penataran Agung terdapat tiga candi yang melambangkan konsep ketuhanan umat Hindu Bali yang dijadikan sebagai pemujaan utama di pura ini, yaitu Tri Murti, yang terdiri dari Dewa Brahma (Dewa Pencipta), Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara), dan Dewa Siwa (Dewa Pelebur).

Salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan di Pura Besakih adalah Meru. Meru sebagai ciri khas dari penggayaan arsitektur Bali juga terdapat di pura ini. Meru merupakan bangunan suci dengan bentuk atap yang bertumpang tinggi. Bangunan meru di Pura Besakih memiliki jumlah atap yang berbeda-beda yaitu tumpang 1, 3, 5, 7, 9, 11 sesuai dengan makna dan filosofisnya. Dua bangunan suci Meru Tumpang Sebelas terdapat di Pura Penataran Agung, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Ratu Manik Makatel.

ANTUSIASME WISATAWAN

Dari banyaknya keunikan dan kekhasan Pura Besakih tak heran jika banyak wisatawan lokal maupun macanegara datang berkunjung tiap harinya. Mereka datang dengan berbagai maksud dan tujuan dari yang hanya sekedar berfoto-foto sampai dengan bersembahyang, ataupun mendalami sejarah dan keagungan Pura Besakih.

Pura Besakih yang buka setiap hari kecuali Hari Raya Nyepi ini, mendapat respon yang baik dari para pengunjung. Mereka dengan antusias melihat bentuk bangunan, upacara-upacara adat, pementasan kesenian, dll. yang dilaksanakan di Pura Besakih, namun dengan tetap menghormati tata krama yang berlaku.

Walaupun pada tanggal 29 Juni sampai dengan 2 Juli 2018 kemarin Gunung Agung sempat beberapa kali terjadi hembusan, tak mengurangi daya tarik pengunjung untuk datang kesini. MOPKPA, yang berdiri sejak 2016 dan merupakan badan yang berfokus pada pengelolaan kawasan Pura Besakih tepatnya perihal pelemahan, yaitu yang berhubungan dengan manusia, menuturkan bahwa pada tahun 2018 sebanyak 179.925 wisatawan mancanegara datang ke Pura Agung Besakih, tiga negara yang menyumbang pengunjung terbanyak adalah Prancis, Spanyol, Jerman. Sedangkan, untuk wisatawan lokal yang berkunjung adalah sebanyak 30.866. Merupakan angka yang sangat banyak, mengingat Pura Besakih bukan merupakan objek yang sengaja dibangun untuk pariwisata, melainkan tempat yang digunakan sebagai pusat kegiatan spiritual di Bali.

DAYA TARIK SPIRITUAL, ADAT ISTIADAT DAN ALAM

Dilihat dari jumlah pengunjung yang datang per tahunnya di Pura Besakih, dapat dikatakan bahwa pura ini memiliki magnet tersendiri untuk menarik wisatawan. Pura ini mempunyai daya tarik yang tinggi dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat dan nilai luhur yang terkandung. Walaupun Pura besakih bukan merupakan objek yang sengaja dibangun untuk pariwisata, tetapi Pura Besakih memiliki sarana pokok kepariwisataan yang baik. Dengan adanya paket perjalanan tour ke pura ini, yang tersedia dalam bentuk travel agent, tour operation, dan lainnya dapat mempermudah wisatawan untuk datang. Bagi para pengunjung yang ingin menginap dan bermalam, juga homestay di sekitar kawasan Pura Besakih. Sedikit turun dari area pura, terdapat warung-warung makan, disekitarnya juga tersedia pusat perbelanjaan tradisional yang menjual oleh-oleh khas Bali.

Salah satu hal yang tak kalah penting yang membuat pengunjung betah adalah kebersihan dan keamanan. Kebersihan di area Pura Besakih sangat terjaga, terdapat kotak sampah di setiap sudut pura, petugas DKP (Dinas Kebersihan Pertamanan) yang terdiri dari tiga armada, yaitu petugas kebersihan dari pihak manajemen, pihak kecamatan dan dari Propinsi Bali, petugas kebersihan ini bekerja dari pukul 07.00-16.00 dan bertanggung jawab atas kebersihan di wilayah Pura Besakih. Pecalang atau pihak keamanan adat bertugas untuk menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah Pura Besakih. Dengan keberadaan Pura Besakih yang kental akan arsitektur lokal, nilai spiritual dan keaslian adat istiadatnya sendiri sebagai objek utama yang dibantu dengan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan dan usaha yang dikelola dengan baik, menjadikan Pura Besakih diserbu ratusan ribu pengunjung dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya.

This article is from: