LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 2 LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI PENYUSUNAN PEDOMAN KEHUMASAN DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT BANDUNG
DISUSUN OLEH : Emma Hartina, S.I.Kom NIP. 198501162020122001
BAPELKES CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKTUALISASI PENYUSUNAN PEDOMAN KEHUMASAN DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT BANDUNG
Telah di seminarkan Tanggal 9 Agustus 2021, di Bapelkes Cikarang
COACH,
MENTOR,
Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH
Rita Sri Rahayu, S.Si., M.KM
NIP. 196509141992032004
NIP196707031991022001 PENGUJI
Aulia Fitriani, ST, M.KM NIP. 197508142006042001
i
KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis bisa menyusun laporan aktualisasi ini dengan tujuan memenuhi salah satu kegiatan dalam rangkaian pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Tahun 2021. Dengan ketulusan hati, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr. drg. Maya Marinda Montain, M.Kes, selaku Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. 2. Ibu Rita Sri Rahayu, S.Si., M.KM, selaku mentor sekaligus Kepala Subbagian Administrasi Umum Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung yang telah memotivasi dan membimbing penulis dalam menyusun laporan aktualisasi ini. 3. Ibu Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH, selaku Widyaiswara (Coach) yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian laporan aktualisasi ini. 4. Ibu Aulia Fitriani, ST. M.KM selaku penguji yang telah memberikan masukan pada pelaksanaan aktualisasi yang penulis buat. 5. Orang tua, suami dan keluarga yang telah mendoakan penulis selama mengikuti pelatihan dasar ini sehingga mampu mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. 6. Saudara Arief Yusuf Hakim, S.Kom selaku rekan kerja dan teman seperjuangan dalam kegiatan latsar ini yang sudah memberikan dukungan serta masukan yang membangun. 7. Rekan-rekan peserta latsar Golongan III Angkatan 2 Kelompok D yang telah berbagi ilmu, pengalaman, dan kekompakannya. 8. Rekan-rekan di BBKPM Bandung yang sudah membantu terlaksananya kegiatan aktualisasi yaitu Nurul Wulandari (Arsiparis), Lili Pildhiya (Sekretaris Kepala), Miranti (Analis Keuangan), Kiki Tazkiyah (Kepegawaian) dan rekan-rekan lain yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu di dalam laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan rancangan aktualisasi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
ii
pembaca dan pemerhati sangat diharapkan untuk penyempurnaan rancangan aktualisasi ini. Bandung, Juli 2021 Penulis,
Emma Hartina, S.I.Kom
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………………………….…
i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………..……
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…………………….…....
iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………….…..
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………............................
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..…….……………..…...
1
B. Tujuan dan Manfaat Aktualisasi……………………………………………….……..…..…...
3
1. Tujuan Aktualisasi…………………………………………………………………………….
3
2. Manfaat Aktualisasi…………………………………………………………………………..
4
C. Ruang Lingkup Aktualisasi……………………………………………………….................
4
BAB II GAMBARAN ORGANISASI / INSTITUSI A. Deskripsi Organisasi……………………………..……………………………………………..….
5
1. Profil Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung……………...…..….....
5
2. Visi, Misi dan Nilai-nilai Organisasi……………..…………………………….…...….....
8
B. Tugas Pokok dan Fungsi BBKPM Bandung……………………………………….……..…
9
C. Struktur Organisasi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung….…......
13
D. Profil Peserta dan Uraian Tugas Jabatan…………….…………………………..…………
19
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI A. Identifikasi Isu, Penetapan Isu, Gagasan Pemecahan Isu………….……….…….…
21
1. Identifikasi Isu………………………………………………….………………….…….……. 21 2. Penetapan Isu………………………………………………….……………..…………….... 24 3. Gagasan Pemecahan Isu…………………………………………..……………….……..
25
B. Matriks Kegiatan Aktualisasi…………………………………………………..……..…………
28
C. Jadwal Rencana Kegiatan……………………………………………………………..….…....
36
BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI A. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi………………..……………………….……..
37
B. Deskripsi Capaian…………………………………………………………………….…………….
37
1. Penyampaian Gagasan Aktualisasi………………………………………………….….. 37
iv
2. Mengumpulkan Data dan Informasi Terkait Penyusunan Pedoman kehumasan…………………………………….…...…………………………………….……. 41 3. Menyusun Pedoman Kehumasan……..…………………………………………..……. 44 4. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung……………….. 49 5. Menyusun pedoman kehumasan………………………………………..………………. 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………..………………………………
58
B. Saran………………………………………………………………………………………………………
58
C. Tindak Lanjut………………………………………………………………………………………….
58
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………...
59
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………………
62
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Foto Gedung BBKPM Bandung………………………………………………………………… 5 Gambar 1.2 Foto Gedung BBKPM Bandung UPF Cianjur……………………………………………… 7 Gambar 1.3 Foto Gedung BBKPM Bandung UPF Garut………………………………................... 7 Gambar 1.4 Struktur Organisasi………………………………………………………….......................
12
Gambar 3.1 Diagram Fishbone…………………………………………………………………………………
24
Gambar 4.1 Foto Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi, 19 Mei 2021…………..…
39
Gambar 4.2 Foto Hasil Notulensi Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi…….……..
39
Gambar 4.3 Foto Kumpulan Data Hasil Penelusuran internet………………………………..…….
42
Gambar 4.4 Foto Meminta Masukan Informasi Mengenai Pedoman Kehumasan Ke Bagian Arsiparis, 4 Juni 2021………………………..………….…...........................
42
Gambar 4.5 Konsultasi Draft Pedoman kehumasan Dengan Mentor, 25 Juni 2021..........
45
Gambar 4.6 Mencatat Arahan Yang Diberikan oleh Mentor, 25 Juni 2021………...…………… 46 Gambar 4.7 Foto Notulensi Pembahasan Draft Pedoman Kehumasan…………………………..
46
Gambar 4.8 Finalisasi Draft Pedoman Kehumasan……………………………………………………… 47 Gambar 4.9 Evaluasi Mentor dan Revisi Draft Pedoman Kehumasan……………………………. 47 Gambar 4.10 Penyerahan Draft Pedoman Kehumasan Untuk Kepala BBKPM Bandung Kepada Sekretaris Kepala BBKPM Bandung, 2 Juli 2021…………………………………………….
50
Gambar 4.11 Menyampaikan Draft Pedoman Kehumasan Kepada Kepala Tata Usaha dan Meminta masukan, 6 Juli 2021………………………………………………………………………………..
51
Gambar 4.12 Formulir evaluasi draft pedoman kehumasan dari Kepala Tata usaha BBKPM Bandung, 8 juli 2021……………………………………………………………………………….………………
51
Gambar 4.13 Surat Tugas Penunjukan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung Sebagai Evaluator Kegiatan Aktualisasi……………………………………………………………………….…………
52
Gambar 4.14 Konsultasi Penyusunan Laporan Aktualisasi, 9 Juli 2021…………………………..
55
Gambar 4.15 Notulensi Pembahasan Laporan Aktualisasi…………………………………………….
55
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Analisis APKL………………………………….……………………………………………………….. 23 Tabel 3.2 Metode USG…………………………………………………………………………………………….
23
Tabel 3.3 Penyebab masalah, solusi dan harapan …………………………………………………....
25
Tabel 3.4 Matriks Rancangan Aktualisasi………………………………………………………………....
28
Tabel 3.4 Rancangan Jadwal Aktualisasi………………………………………………..…………….….
36
Tabel 4.1 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Penyampaian Gagasan Aktualisasi……………..
37
Tabel 4.2 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi Terkait Penyusunan Pedoman kehumasan……………………………………………………………
41
Tabel 4.3 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Penyusunan Pedoman Kehumasan…………...
44
Tabel 4.4 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung…..…………………
49
Tabel 4.5 Menyusun Laporan Aktualisasi…………………………………………………………………
54
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aparatur Sipil Negara (disingkat ASN) adalah istilah untuk kelompok profesi bagi pegawai-pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, menyebutkan bahwa ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa, perlu mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN dalam setiap kegiatan kerjanya. Penanaman nilai-nilai dasar ASN ini ditujukan untuk membentuk sosok PNS yang mampu memahami tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan kode etik, nilai dasar, dan kode perilaku PNS. Dalam prosesnya seorang ASN memerlukan pembinaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan (diklat). Oleh karena itu, berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 setiap aparatur sipil negara sebelum diangkat sebagai PNS wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan prajabatan atau saat ini lebih dikenal dengan nama pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil (Latsar CPNS). Pelatihan dasar ini diselenggarakan untuk membentuk PNS yang professional dan berkarakter, yaitu karakter yang dibentuk dengan sikap dan perilaku bela negara, penerapan nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugasnya. Penerapan nilai-nilai dasar PNS yang dimaksud meliputi lima materi pokok yaitu, akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA). Sedangkan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berkaitan dengan manajemen ASN, pelayanan publik, dan whole of government. Pelatihan ini dilakukan dengan cara blended learning yaitu memadukan proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan proses pembelajaran secara daring. Sebagai tugas akhir, setiap peserta diharuskan untuk membuat rancangan aktualisasi yang menerapkan setiap materi yang ada pada proses pembelajaran. Kegiatan aktualisasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menyusun dan menerapkan isu atau permasalahan yang terjadi dan harus segera dipecahkan. 1
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sebagai calon pegawai negeri sipil dengan jabatan Pranata Humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung (BBKPM Bandung) akan mengangkat isu dengan ruang lingkup tugas, tanggungjawab, wewenang untuk melaksanakan kegiatan informasi dan kehumasan. Dalam konteks kehumasan, profesionalisme hubungan masyarakat (humas) sebagai ujung tombak pengelolaan informasi dibangun melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), penguatan struktur dan infrastruktur, sistem dan prosedur, komunikasi organisasi, audit komunikasi, serta manajemen komunikasi krisis, dalam upaya menciptakan tata kelola kehumasan yang baik. Dalam
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/12/M.PAN/08/TAHUN 2007 tentang Pedoman Tata Kelola Hubungan Masyarakat di Lingkungan lnstansi Pemerintah disebutkan bahwa Visi Praktisi Humas Pemerintah adalah terciptanya SDM humas pemerintah yang profesional, terbentuknya sistem manajemen humas pemerintah, serta iklim yang kondusif dan dinamis untuk kelancaran pelaksanaan tugas kehumasan. Misi praktisi humas pemerintah adalah membangun citra dan reputasi positif praktisi humas pemerintah sebagai salah satu aparatur negara, membentuk opini publik, menampung dan mengolah pesan serta aspirasi masyarakat, mengklarifikasi data dan informasi yang berkembang di masyarakat, serta menyosialisasikan kebijakan dan program pemerintah. BBKPM Bandung sebagai organisasi publik di bidang kesehatan, layanan informasi dan komunikasi publik yang dilakukan oleh unit kehumasan merupakan salah satu upaya agar masyarakat menjadi mandiri dalam memahami informasi kesehatan secara positif, obyektif, dan dinamis. Masyarakat diharapkan mampu mengambil keputusan sesuai dengen referensi kebutuhannya, sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Menurut Permenkes RI Nomor 81 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan, pelaksana humas di bidang kesehatan memiliki tugas pokok, fungsi, dan peran yang penting dalam pengelolaan informasi dan komunikasi publik. Dengan semakin berkembangnya isu kesehatan terutama pada masa Pandemi Covid19 ini, seorang Humas memiliki peran sentral yang sangat vital untuk merancang strategi komunikasi yang efektif di masa pandemi Covid-19. Informasi yang disampaikan harus benar, 2
akurat, berdasarkan data, dan mudah diterima. Edukasi kepada masyarakat melalui penyampaian pesan dengan konten yang empatif akan membangun trust dan citra persepsi positif, sekaligus memerangi hoaks agar tidak menimbulkan kepanikan dan multitafsir di tengah masyarakat saat pandemi Covid-19. Untuk menjawab tantangan sekaligus menunjang pencapaian amanah, revitalisasi, visi, dan misi dalam rangka mewujudkan tata kelola kehumasan yang baik, perlu disusun sebuah
Pedoman
kehumasan
dengan
memperhatikan
aspek
prioritas
kebutuhan,
kepraktisan, dan praktik-praktik terbaik (best practices). Petunjuk teknis tata kelola ini akan menjadi sumber rujukan dalam pembuatan petunjuk pelaksanaan dan pedoman kehumasan di BBKPM Bandung. Dalam penyusunan pedoman kehumasan ini tentunya dibutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang baik antara peserta latsar dan pihak-pihak lain seperti mentor, coach, penguji, pimpinan serta pegawai BBKPM Bandung yang terlibat dalam pembuatan pedoman kehumasan. Kolaborasi dan koordinasi ini ditujukan untuk menjalin kerjasama antar semua pihak dalam rangka pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan serta meningkatkan kualitas mutu dari hasil kegiatan. Dalam melaksanakan kolaborasi dan koordinasi ini tentunya diperlukan sikap-sikap yang menjungjung tinggi nilai-nilai etika publik, yaitu dengan meminta ijin setiap pihak yang terlibat untuk memberikan masukan dan arahan dalam membuat pedoman kehumasan. B. Tujuan dan Manfaat Aktulisasi 1. Tujuan Aktualisasi a) Tujuan Umum Adapun tujuan umum aktualisasi pada kegiatan pelatihan dasar CPNS ini adalah mengimplementasikan rancangan kegiatan yang dikaitkan dengan nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mencakup akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi. Mengidentifikasi nilai-nilai dasar Profesi PNS, Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI serta mengaktualisasikannya. b) Tujuan Khusus Untuk mengetahui kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh humas di BBKPM Bandung mulai dari perencanaan, hubungan internal dan ekternal, audit komunikasi, dan pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan. 3
2. Manfaat Aktualisasi 1) Diharapkan dengan terlaksananya kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi humas dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan serta peran PNS dalam NKRI yang mendasari kegiatan bermanfaat bagi masyarakat. 2) Humas dapat mengaktualisasikan tugas dan fungsinya di BBKPM Bandung 3) Humas dapat berkontribusi terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi, serta memperkuat nilai organisasi. C. Ruang Lingkup Aktulisasi
Ruang lingkup rancangan ini dibatasi pada tugas dang fungsi humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. Adapun tahapan pelaksanaan aktualisasi ini adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tiga permasalahan berkaitan dengan tupoksi humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung; 2) Melakukan penapisan isu dengan menggunakan metode APKL dan USG; 3) Menentukan Core Issue; 4) Mencari penyebab terjadinya isu melalui diagram fishbone; 5) Menemukan dampak apabila isu tidak segera diselesaikan; 6) Mencari gagasan pemecah isu 7) Menentukan kegiatan-kegiatan dari pemecahan isu dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA); 8) Membuat jadwal rencana pelaksanaan aktualisasi; 9) Melaksanakan kegiatan dan tahapan kegiatan sesuai dengan rancangan kegiatan aktualisas 10)Membuat pelaporan kegiatan aktualisai.
4
BAB II GAMBARAN ORGANISASI / INSTITUSI DAN NILAI-NILAI ASN A. Deskripsi Organisasi 1. Profil Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
Gambar. 1.1 Foto Gedung BBKPM Bandung
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan. BBKPM Bandung didirikan pada bulan November tahun 1952, dengan nama Balai Penjelidikan dan Pemberantasan Penjakit Paru-Paru (BP5) dengan tujuan sebagai pusat pemberantasan penyakit tuberculosis (TB). Pada tahun 1974, BP5 berubah menjadi BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.144/Menkes/SK/IV/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru yang di dalamnya mengatur tugas pokok, fungsi, klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4. Sehingga tugas pokok dan fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru-paru lainnya. Kemudian merujuk pada Kepmenpan No.62/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Petunjuk teknis tata kelola Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non 5
Departemen, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1352/MENKES/PER/IX/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Kesehatan Paru Masyarakat, menetapkan BP4 Bandung sebagai Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) eselon 3b. Pada tahun 2007 melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 532/MENKES/PER/IV/2007 BKPM Bandung selanjutnya ditetapkan menjadi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) eselon 2b, dengan tugas pokok melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan dan kemitraan serta pengembangan sumber daya di bidang kesehatan masyarakat. Di dalam surat keputusan tersebut juga dinyatakan bahwa wilayah kerja BBKPM Bandung meliputi 13 Provinsi yaitu seluruh Provinsi di Pulau Sumatera, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta. Kemudian pada tanggal 22 November 2011 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2354/Menkes/Per/XI/2011
tentang
Perubahan
Permenkes
Nomor
532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), kedudukan BBKPM Bandung berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. BBKPM Bandung resmi menjadi Instansi Pemerintah di bawah Kementerian Kesehatan yang menjalankan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) melalui surat Kementerian Keuangan Nomor 58/MK.05/2011 tentang Penetapan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Pada Kementerian Kesehatan RI sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada tanggal 28 Februari 2011. Seiring dengan perubahan struktur organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan, terbit Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, dalam peraturan tersebut Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan berubah nama menjadi Direktorat Pelayanan Kesehatan, dengan perubahan tersebut maka BBKPM Bandung saat ini berada di bawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 2020 sejalan dengan penyederhanaan birokrasi, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2354/Menkes/Per/XI/2011 tentang Perubahan
6
Permenkes Nomor 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) kembali diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Gedung utama BBKPM Bandung berlokasi di Jl. Cibadak No. 214 Kota Bandung. BBKPM Bandung juga memiliki 2 (dua) Unit Pelayanan Fungsional (UPF) yang berada di Cianjur dan Garut, yang melayani kesehatan paru masyarakat di kedua wilayah tersebut, namun tetap berada dalam satu satuan kerja BBKPM Bandung. BBKPM Bandung yang terletak di Jalan Cibadak No. 214 Bandung adalah bangunan seluas 6.713 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 3.330 m2, sedangkan sarana BBKPM Bandung di Garut memiliki bangunan seluas 220 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 1.704 m2, dan di Cianjur memiliki bangunan seluas 662 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 2.450 m2. BBKPM Bandung UPF Cianjur
Gambar 1.2 Foto Gedung BBKPM Bandung UPF Cianjur
Alamat: Jalan Siliwangi No.19, Cianjur, Jawa Barat BBKPM Bandung UPF Garut
Gambar 1.3 Foto Gedung BBKPM Bandung UPF Garut
Alamat: Jalan RSUD Dr. Slamet No. 13, Garut Jawa Barat
7
Bangunan Utama BBKPM Bandung memiliki sarana: (1) Gedung A yang terdiri dari :
Lantai 1: Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam dan Instalasi Radiologi
Lantai 2: Instalasi Laboratorium
Lantai 3: Instalasi Rawat Inap
Lantai 4: Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan Lingkungan
(2) Gedung B terdiri dari :
Lantai Basement: Instalasi Gizi/Pantry, Laundry, Gudang, Parkir, Pemulasaraan Jenazah, Workshop, IPSKL, IPAL, Ruang Satpam/C
Lantai 1: Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik), Instalasi Rekam Medis (Pendaftaran), Humas dan Kasir
Lantai 2: Instalasi Farmasi, Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik & Konseling), Ruang Dokter, Instalasi Rehabilitasi Medik, Kantin/Koperasi.
Lantai 3: Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Paru, Ruang Diklat, Ruang Rapat, Ruang ULP, SPI/UPG, Ruang Akreditasi, Ruang YAI serta Ruang Medical Check Up (MCU)
Lantai 4: Ruang Pimpinan dan Tata Usaha serta Auditorium.
2. Visi, Misi dan Nilai-nilai Organisasi Adapun visi, misi, dan nilai-nilai organisasi di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung adalah sebagai berikut:
1) Visi: Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di tingkat Nasional
2) Misi:
Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kepada masyarakat.
Mensinergikan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara paripurna.
Mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan berdaya.
Meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat.
8
3) Nilai-nilai Organisasi Integritas Keselarasan antara pikiran, perkataanm dan perbuatan. Indikatornya adalah konsisten, jujur, menghindari benturan keinginan, berpikiran positif, arif, bijaksana, dan mematuhi peraturan perundang-undangan. Keteladanan Memberikan sikap yang patut menjadi contoh baik bagi orang lain. Profesionalisme Mampu melaksanakan kinerja sesuai dengan tupoksi. Komunikasi Menciptakan hubungan dua arah antara institusi/lembaga dengan masyarakat sehingga tercipta saling keterhubungan antara satu dengan yang lainnya. Sinergi Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan
yang
harmonis
dengan
para
pemangku
kepentingan
untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. B. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung (BBKPM Bandung) Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2354/Menkes/Per/XI/2011, yang kemudian pada tanggal 23 Oktober 2020 diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung mempunyai tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi sebagai berikut:
9
1. Tugas Pokok : Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan, dan kemitraan serta pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat. 2. Fungsi : 1) Penyusunan rencana, program, dan anggaran; 2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan rujukan paru spesialistik dan atau subspesialistik yang berorientasi kesehatan masyarakat; 3) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan paru masyarakat; 4) Pelaksanaan kemitraan dan pengembangan sumberdaya di bidang kesehatan paru masyarakat; 5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis di bidang kesehatan paru masyarakat; 6) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatanparu masyarakat; 7) Pengelolaan data dan sistem informasi; 8) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan 9) Pelaksanaan urusan administrasi BBKPM. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat, maka struktur organisasi BBKPM disederhanakan, dimana susunanya hanya terdiri dari Kepala BBKPM, Subbagian administrasi umum dan Kelompok jabatan fungsional. a. Subbagian Administrasi Umum Subbagian administrasi umum mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara, urusan kepegawaian, organisasi dan tata laksana, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, kearsipan, persuratan, dan kerumahtanggaan BBKPM. b. Kelompok Jabatan Fungsional Di lingkungan BBKPM ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas memberikan pelayanan fungsional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi kepala BBKPM sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan. Dalam pelaksanaan tugasnya, ditetapkan koordinator dan sub-koordinator pelaksana fungsi pelayanan fungsional sesuai dengan ruang lingkup bidang tugas dan fungsi kepala BBKPM masing-masing. c. Instalasi Instalasi merupakan unit pelayanan non struktural yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala BBKPM. Adapun Instalasi yang ada saat ini di BBKPM Bandung adalah sebagai berikut: 1) Instalasi Rawat Jalan 2) Instalasi Rawat Inap 3) Instalasi Gawat Darurat 4) Instalasi Bedah Paru 5) Instalasi Radiologi 6) Instalasi Laboratorium 7) Instalasi Farmasi 8) Instalasi Rehabilitasi Medik 9) Instalasi Rekam Medik 10) Instalasi Gizi 11) Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Kesehatan Lingkungan 12) Unit Layanan Pengadaan d. Dewan Pengawas Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat, untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BBKPM dapat dibentuk dewan pengawas. Pembentukan, tugas, fungsi, tata kerja, dan keanggotaan dewan pengawas ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11
e. Satuan Pemeriksa Internal Satuan Pemeriksa Internal (SPI) merupakan wadah nonstruktural yang terdiri atas kelompok jabatan fungsional auditor. Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala BBKPM. SPI bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal BBKPM. BBKPM Bandung juga memiliki 2 unit pelaksana fungsional yaitu Unit Pelayanan Fungsional BBKPM Bandung di Cianjur dan Unit Pelayanan Fungsional BBKPM Bandung di Garut. Selain melakukan bimbingan teknis dan supervisi secara rutin, BBKPM Bandung juga melakukan fasilitasi serta koordinasi dalam perencanaan program dan kegiatan, pengadaan pegawai, penyusunan kegiatan dan anggaran serta pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya dibebankan pada DIPA BBKPM Bandung. Sebagaimana pasal 31 BAB XII Ketentuan Peralihan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 yang berbunyi “Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh pejabat di lingkungan BBKPM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2354/Menkes/Per/XI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 883), tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan ditetapkannya pejabat, koordinator, dan sub-koordinator pelaksana fungsi pelayanan fungsional berdasarkan Peraturan Menteri ini”. Sehingga pada masa peralihan ini, struktur tugas organisasi masih berjalan seperti sebelumnya sampai ditetapkannya koordinator dan subkoordinator.
12
C. Struktur Organisasi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
Gambar 1.4 Struktur Organisasi
D. Kegiatan BBKPM Bandung Dalam mendukung tugas pokok dan fungsinya, maka BBKPM Bandung mempunyai kegiatan sebagai berikut: 1. Kegiatan Pelayanan dan Penunjang Kesehatan a) Pelayanan Kesehatan (1) Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik) terdiri atas : a. Klinik Spesialis Paru b. Klinik Umum c. Klinik Tuberkulosis (DOTS) d. Klinik Non Tuberkulosis (Non-TB) e. Klinik Asma-PPOK f. Klinik Anak g. Klinik TB-MDR h. Klinik PDP i. Inhalasi Center 13
j. Medical Check Up (MCU+Kebugaran dan Fungsi Paru) Poliklinik ini memberikan layanan rawat jalan selama 5 hari kerja dalam seminggu dari hari senin- jumat mulai jam 07.30-15.30 WIB. (2) Instalasi Gawat Darurat Melayani pasien kegawat-daruratan dengan waktu layanan 24 jam setiap hari (3) Instalasi Rawat Inap Melayani pasien rawat inap dengan kapasitas 14 tempat tidur (Kelas I, II, III). (4) Instalasi Intervensi dan Bedah Paru Melayani tindakan spesialistik paru seperti : FNAB, Punksi Pleura, Brochoscopy b) Penunjang Kesehatan (1) Instalasi Radiologi Kegiatan yang dilakukan pada instalasi ini, antara lain : - Foto thoraks / Rontgen - Ultrasonografi (USG) (2) Instalasi Laboratorium Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
Hematologi: pemeriksaan hitung jenis, laju endap darah, eosinofile, morfologi darah tepi, darah rutin lengkap, trombosit.
Kimia Darah : pemeriksaan glukosa, kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL
Faal Hati : pemeriksaan billirubin, SGOT, SGPT
Faal Ginjal : pemeriksaan ureum, kreatinin, asam urat
Bakteriologi : pemeriksaan mikroskopis BTA, biakan BTA, uji resistensi OAT
Patologi Anatomi : pemeriksaan FNAB, sitologi
Elektrolit : pemeriksaan natrium, kalium, klorida
Pemeriksaan urine rutin
Pemeriksaan tes anti HIV
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
(3) Instalasi Rehabilitasi Medik Kegiatan pada instalasi ini yaitu :
Konsultasi dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
14
Edukasi tentang penyakit dan edukasi untuk home program
Pemeriksaan fungsi paru, daya tahan jantung paru dan fungsi gerak (spirometri, peak
flow
meter,
bronkodilator
test,
EKG,
Treadmill
test,
Ergospiro/Cardiopulmonary exercise test, six minutes walking test, lingkup gerak sendi, kekuatan otot dll)
Fisioterapi
dengan
modalitas
sumber
fisis
meliputi
micro
wave
diathermi/MWD,ultrasound diathermi/USD, infra red, TENS.
Fisioterapi Respirasi (Chest Physical Therapy) meliputi Postural drainage, latihan pernapasan, nebulizer.
Program latihan muskuloskeletal (manual dan En dynamic exercise), kebugaran jantung paru (latihan daya tahan dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis) dan latihan-latihan untuk mengembalikan fungsi gerak lainnya.
(4) Instalasi Rekam Medik Kegiatan instalasi rekam medik antara lain :
Assembling (penerimaan dokumen Rekam Medik)
Pencatatan medik
Coding (pemberian koding untuk penegakan diagnosis)
Filling (penyimpanan RM)
Pelaporan
Komputerisasi pelayanan rekam medik
(5) Instalasi Farmasi Kegiatan instalasi farmasi yaitu :
Perencanaan obat
Pengadaan obat
Penyimpanan obat
Pendistribusian obat
Pelayanan obat pada pasien (obat jadi dan obat racik)
Konsultasi obat
Pencatatan dan pelaporan obat
(6) Instalasi Gizi Kegiatan instalasi gizi antara lain :
Konsultasi Gizi 15
Pengelolaan Pantry
Bahan Makanan Pasien
2. Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pengembangan SDM a) Kegiatan Promosi Kesehatan Kegiatan Promosi Kesehatan Paru Masyarakat (1) Kegiatan Dalam Gedung :
Layanan Penyuluhan Internal
Senam Asma
Pelayanan Konseling Berhenti Merokok
Pelayanan Konseling dan Tes HIV (KT-HIV)
(2) Kegiatan Luar Gedung :
Sosialisasi Advokasi Kesehatan Paru
Penyuluhan Luar Gedung
Penyebaran Informasi Kesehatan Paru (talkshow radio, pembuatan feature radio, penayangan iklan televisi, pembuatan banner/spanduk)
Mengikuti Pameran
Peringatan Hari Besar Bidang Kesehatan
Focus Group Giscussion (FGD)
Paru Komunitas (kunjungan rumah, penyuluhan, pelatihan kader, sosialiasiadvokasi, Desa/Kelurahan Siaga TBC)
b) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan fungsi BBKPM Bandung untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan teknis di bidang kesehatan paru adalah : a. Pendidikan dan pelatihan kesehatan paru
Peningkatan kompetensi dan sertifikasi
On the Job Training / In House Training
Transformasi Budaya Kerja
Tugas belajar / Izin belajar
Simposium Forum Ilmiah Respirasi 16
Bimbingan Teknis
Workshop/Seminar Ilmiah Kesehatan Paru
Magang/Praktek Kerja
Pembinaan Wilayah Kerja 13 Provinsi
b. Penelitian dan pengembangan c) Kegiatan Kemitraan Kegiatan kemitraan antara lain: (1) Kemitraan dalam pelayanan/rujukan kesehatan paru: Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Umum/Swasta, Puskesmas, Balai Laboratorium Kesehatan, Dokter praktek swasta, Lembaga Asuransi Kesehatan, Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Organisasi Profesi, dan lain-lain. (2) Kemitraan dalam program kesehatan paru Program penanggulangan TB (DOTS): Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/ Kota, Rumah Sakit, BKPM, Puskesmas, Pelayanan Kesehatan Swasta. (3) Kemitraan dalam upaya promosi kesehatan paru: Pusat Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Instansi Pendidikan, Organisasi profesi, Organisasi masyarakat, LSM, Yayasan Asma Indonesia, Media Cetak dan Elektonik, dan lain – lain. (4) Kemitraan dan kerjasama dalam Diklat dan penelitian kesehatan paru: Institusi Pendidikan, Badan Diklat dan Badan Litbangkes, dan lain-lain. 3. Kegiatan Ketatausahaan a) Kegiatan Keuangan (1) Perbendaharaan a. Bendahara Penerimaan kegiatannya meliputi:
Memungut PNBP setiap hari dari pasien yang mendapat pelayanan kesehatan di BBKPM Bandung dan memberikan bukti pungutan berupa kuitansi, menerima anggaran dari sumber pendapatan negara bukan pajak lainnya
Membukukan PNBP sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan buktibukti pungutan dan bukti-bukti penyetoran
17
Menyetorkan seluruh uang PNBP ke Bank persepsi/ Giro Pos yang ditunjuk oleh Menkeu.
Membuat Laporan realisasi PNBP setiap bulan.
Membuat Laporan Pertanggungjawaban Bendahara setiap bulan
b. Bendahara Pengeluaran Kegiatannya meliputi: Mengadministrasikan kuitansi tagihan yang diterima (meneliti kelengkapan tagihan, menguji kebenaran perhitungan tagihan, menguji ketersediaan dana, serta membayar tagihan)
Memungut pajak dari pihak ketiga, dan menyetorkan ke kas negara
Membuat usulan permintaan UP/TUP/GUP
Menerima dan membukukan SP2D-UP (uang persediaan), SP2D-TUP (tambahan uang persediaan), SP2D-GUP (Ganti uang persediaan), SP2D-GU nihil (Ganti uang nihil), SP2D-LS (langsung), SP2D Gaji, SP2D lembur dari KPPN
Menerima dan membukukan SP2B BLU dari KPPN.
Membuat laporan pertanggungjawaban bendahara secara bulanan
Menyetorkan sisa dana UP pada akhir tahun anggaran
c. Pejabat Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP)
Membuat perhitungan Gaji Induk Bulanan
Membuat Rapel Perhitungan Kekurangan Gaji
Membuat Perhitungan Uang Lembur
Membuat perhitungan Uang Makan PNS
Membuat Rapel perhitungan Uang Makan PNS
Membuat rincian gaji pegawai (sesuai permintaan pegawai)
Melaporkan pajak bulanan gaji pegawai beserta lampirannya
Membuat SPT Pajak Tahunan setiap pegawai
Membuat Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) jika ada pegawai pindah/pensiun.
(2) Verifikasi dan Akuntansi
Memverifikasi entry data SAIBA
Melakukan rekonsiliasi data SAIBAdengan KPPN
Mengirim laporan bulanan SAIBA ke Koordinator Wilayah Jabar dan Eselon 1 DitjenPelayanan Kesehatan melalui email 18
Memverifikasi data Persediaan dan SIMAK BMN untuk keperluan penyusunan laporan keuangan semesteran/tahunan
Membuat laporan keuangan semesteran
Membuat laporan keuangan tahunan
b) Kegiatan Umum a. Urusan Kepegawaian b. Urusan Perlengkapan (BMN dan Logistik) c. Urusan Umum dan Kerumahtanggaan d. Urusan Perencanaan, Pencatatan dan Laporan e. Urusan Kehumasan f.
Urusan Kearsipan
c) Kegiatan Layanan Pengadaaan Kegiaatan layanan pengadaan barang dan jasa pemerintah d) Kegiatan Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Kesehatan Lingkungan
Pemeliharaan Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Gedung
Pengelolaan Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja
Pengendalian Vektor
Limbah medis dan non medis
Kualitas air dan udara
Pengelolaan IPAL
Pengelolaan TPS
E. Profil Peserta dan Uraian Tugas Jabatan (Peserta) 1. Profil Peserta Nama : Emma Hartina, S.I.Kom NIP
: 198501162020122001
Jabatan: Humas Satker : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
19
2. Uraian Tugas Adapun uraian tugas penulis berdasarkan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yaitu: 1. Mengelola konten media social (Facebook, Instragram, Website, Google Review). 2. Menyusun berita pelayanan informasi dan kehumasan melalui daring (online). 3. Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk bahan tayang. 4. Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media daring (online), sebagai tim kreatif. 5. Melaksanakan tugas peliputan kegiatan kelembagaan. 6. Membuat artikel atau opini untuk penerbitan internal. 7. Melakukan siaran melalui media internal. 8. Melaksanakan administrasi kehumasan.
9. Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat melalui media sosial, email, whatsaap. 10. Melayani telepon masuk dari masyarakat maupun internal satuan kerja. 11. Melaksanakan tugas insidentil dari atasan.
20
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI A. Identifikasi Isu, Penetapan Isu, Pemecahan Isu 1. Identifikasi Isu Organisasi publik dewasa ini menghadapi dua tantangan besar. Pertama, meningkatnya proses transmisi dan pertukaran informasi antarunit di dalam organisasi. Kedua, meningkatnya tekanan dari lingkungan eksternal yang menuntut tingkat partisipasi dan transparansi lebih besar dalam pengelolaan pelayanan publik (external push). Reformasi pada tahun 1998 silam telah membawa perubahan yang signifikan dalam sistem pemerintahan negara. Berbagai krisis yang melanda Indonesia melahirkan kesadaran dan kebutuhan terhadap adanya tata kelola pemerintahan yang baik (good
public governance) yang menjamin transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung dituntut untuk mewujudkan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah dengan meningkatkan profesionalisme aparatur negara untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, bertanggung jawab, dan profesional akan mampu mendukung pembangunan nasional yang mendorong terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Penulis sebagai humas di BBKPM Bandung memiliki tanggung jawab untuk bersamasama mewujudkan pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dikarenakan berdasarkan Permen PAN RB No 30 Tahun 2011, misi praktisi humas pemerintah adalah membangun citra dan reputasi positif praktisi humas pemerintah sebagai salah satu aparatur negara, membentuk opini publik, menampung dan mengolah pesan serta aspirasi masyarakat, mengklarifikasi data dan informasi yang berkembang di masyarakat, serta menyosialisasikan kebijakan dan program pemerintah. Dalam upaya mewujudkan pelayanan yang diharapkan masyarakat ini tentunya masih banyak isu-isu yang perlu dilakukan penyelesaian masalahnya. Berdasarkan hasil
21
konsultasi yang dilakukan bersama dengan mentor, penulis mengangkat tiga isu yang terjadi dalam lingkup kegiatan kehumasan di BBKPM Bandung diantaranya: 1) Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung Alasan pemilihan isu:
Jabatan humas kosong selama 2 tahun sehingga tidak ada tongkat estafet kehumasan.
Jabatan fungsional humas baru terpenuhi pada tahun 2021 sehingga belum memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Belum tersedianya acuan yang bisa digunakan oleh humas dalam mengelola pelayanan kehumasan sehingga tugas masih bersifat insidental.
Humas baru memiliki satu SOP kehumasan yaitu SOP Pengaduan Masyarakat.
Belum maksimalnya perencanaan kegiatan kehumasan
2) Belum optimalnya monitoring penanganan pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung. Alasan pemilihan isu:
Berdasarkan laporan pengaduan masyarakat pada tahun 2020-2021 masih banyaknya kasus pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung.
Terdapat jenis pengaduan yang sama yang ditujukan kepada orang yang sama sehingga mengindikasikan belum optimalnya penanganan kasus pengaduan masyarakat.
Belum adanya alur/cara kerja yang dapat memonitoring penanganan pengaduan masyarakat
3) Belum optimalnya informasi pelayanan rawat inap di BBKPM Bandung Alasan pemilihan isu:
Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) terjadi penurunan kunjungan pasien di rawat inap sebesar 55% pada tahun 2020.
Menurunnya jumlah kunjungan di rawat inap mengakibatkan menurunnya pendapatan lembaga/ Institusi.
Masih minim media informasi rawat inap sehingga belum bisa menyampaikan informasi pelayanan secara optimal. Isu-isu tersebut dibuatkan penapisannya berdasarkan teknik penapisan APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak), yaitu: 22
Tabel 3.1 Analisis APKL
Teknik Tapisan Isu Kekha Proble Aktual layaka matik n
N o
Jenis Isu
1
Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung
2
Belum
optimalnya
Kelay akan
Tota l
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
monitoring
penanganan pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung. 3
Belum optimalnya informasi pelayanan rawat inap di BBKPM Bandung. Keterangan APKL:
Aktual
: Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
Kekhalayakan
: Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
Problematik
: Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif.
Kelayakan
: Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Setelah dilakukannya penapisan isu, maka isu tersebut harus di prioritaskan kembali.
Dalam
memprioritaskan
isu
ini
akan
digunakan
metode
USG
(Urgency,Seriousness & Growth). Berikut dibawah ini merupakan hasil identifikasi isu menggunakan metode USG yaitu : Tabel 3.2 Metode USG
NO
ISU
U
S
G
Total
1
Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di
5
5
4
14
4
5
4
13
4
4
4
12
BBKPM Bandung 2
Belum
optimalnya
monitoring
penanganan
pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung. 3
Belum optimalnya informasi pelayanan rawat inap di BBKPM Bandung.
23
Keterangan Adapun perhitungannya menggunakan skala likert, yaitu; (5= sangat besar, 4 = besar, 3= sedang, 2= kecil, 1= sangat kecil)
Urgency (urgensi)
: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia.
Seriousness (keseriusan) : seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah.
Growth (perkembangan) : Seberapa besar kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan dengan kemungkinan masalah akan lebih buruk jika dibiarkan.
2. Penetapan Isu Berdasarkan hasil analisis isu dengan menggunakan teknik USG, maka diperoleh peringkat kelayakan dari isu-isu yang telah ditemukan. Isu yang menduduki peringkat pertama atau core isu yang perlu dipecahkan solusinya adalah “Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung”. Penyebab terjadinya isu tersebut dapat dilihat dari diagram fishbone berikut ini: Man Humas memahami tupoksinya
Metode
belum Prosedur kehumasan tidak update
Humas BBKPM Bandung tidak memiliki pengalaman kerja dalam bidang kehumasan
Masih sedikitnya Forum Kehumasan
Tugas humas masih bersifat intruksi insidentil
Belum ada sumber rujukan/pedoman mengenai tugas dan fungsi humas
Belum optimalnya Tugas dan Peran Humas di BBKPM Bandung
Belum adanya standar penilaian kinerja humas
Environtment
Material Gambar 3.1 Diagram Fishbone
24
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa belum optimalnya tugas dan peran humas di BBKPM Bandung terjadi akibat tidak adanya update prosedur kehumasan setelah kosongnya posisinya humas selama 2 tahun sehingga saat ini mengakibatkan banyaknya tugas-tugas humas yang masih insidentil. Selain itu, dikarenakan humas BBKPM Bandung yang tidak memiliki pengalaman kerja di bidang kehumasan juga menjadikan humas masih kesulitan dalam memahami tugas dan fungsinya. Belum adanya sumber rujukan atau petunjuk teknis juga menimbulkan kesulitan humas dalam perencanaan kerja humas. Selain itu, belum adanya standar penilaian kerja humas juga menjadikan tidak terukurnya kinerja humas secara optimal. Pengaruh lingkungan bagi humas yang mengakibatkan belum optimalnya tugas dan fungsi humas adalah masih kurangnya forum kehumasan yang diikuti oleh humas BBKPM Bandung, adapun forum kehumasan yang saat ini diikuti masih belum maksimal dalam memberikan informasi atau pemahaman mengenai tugas dan fungsi humas. Dampak jika isu tidak segera dipecahkan, akan mengakibatkan: a. Dampak bagi individu/penulis: 1) Kinerja humas tidak maksimal 2) Tugas dan peran humas tidak maksimal b. Dampak bagi organisasi/lembaga: 1) Visi dan Misi BBKPM Bandung terganggu 2) Branding BBKPM Bandung untuk menjadi pusat rujukan paru nasional tidak tersampaikan secara optimal kepada masyarakat. 3. Gagasan Pemecahan Isu Setelah diperoleh isu utama yang akan diangkat dalam rancangan aktualisasi, perlu dilakukan gagasan pemecahan isu yaitu: Tabel 3.3 Penyebab masalah, solusi dan harapan
No. Kondisi Saat Ini Solusi 1 Tugas humas masih Mengajukan pembuatan bersifat intruksi pedoman kehumasan insidentil
Kondisi yang diharapkan Humas dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksi dan kewenangannya
25
2
3
4
5
6
7
Prosedur kehumasan Melaksanakan update Humas dapat melaksanakan prosedur kehumasan tugas dan fungsinya sesuai tidak update dengan prosedur kehumasan Humas tidak memiliki Mengajukan pendidikan Humas dapat memahami pengalaman kerja dan pelatihan kehumasan tugas dan fungsinya. dalam bidang kehumasan Humas memahami humas
belum Mengajukan pembuatan Humas dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksi pedoman kehumasan tupoksi dan kewenangannya Belum ada sumber Mengajukan pembuatan Adanya petunjuk teknis tata pedoman kehumasan kelola/sumber rujukan bagi rujukan/petunjuk sebagai sumber rujukan humas dalam menjalankan teknis tata kelola tugas dan fungsi dalam menggambarkan tugas dan fungsinya. tugas dan fungsi humas humas sesuai dengan harapan lembaga/instansi. Belum adanya Mengajukan pembuatan Adanya standar penilaian standar penilaian standar penilaian kinerja kinerja humas yang dapat humas mengukur tercapainya kinerja humas tugas dan peran humas Forum kehumasan Mengajukan usulan Humas memperoleh banyak kunjungan kerja ilmu dan pengalaman dari masih sedikit kehumasan ke humas-humas lain dalam meningkatkan lembaga/instansi lain. rangka Mengajukan untuk efektifitas tugas dan fungsi humas. mengikuti keanggotaan organisasi kehumasan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan mentor, pemecahan isu yang akan dilakukan sebagai implementasi kegiatan aktualisasi latsar berdasarkan isu yang dipilih adalah dengan dibuatkannya pedoman kehumasan yang akan menjadi dasar bagi humas dalam melaksakan tugas dan fungsinya di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. Di dalam penyusunan pedoman kehumasan ini diperlukan kegiatan-kegiatan agar dapat mewujudkan gagasan rancangan aktualisasi tersebut. Selain untuk mencapai tujuan pemecahan masalah, diharapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dapat menjadi media
26
penerapan nilai-nilai dasar ASN. Rancangan kegiatan aktualisasi beserta hubungannya dengan penerapan nilai-nilai dasar ASN dan tujuan organisasi terhimpun dalam sebuah matriks.
27
B. MATRIKS RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI Unit Kerja
: Pranata Humas Ahli Pertama, Sub bagian Administras Umum, Bidang Tata Usaha Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya Tugas dan Fungsi Humas di BBKPM Bandung. 2. Belum optimalnya monitoring penanganan pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung. 3. Belum optimalnya informasi pelayanan rawat inap di BBKPM Bandung. Isu yang diangkat : Belum optimalnya Tugas dan Fungsi Humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung pada tahun 2021 Gagasan Pemecahan Isu : Pembuatan pedoman kehumasan sebagai upaya mengoptimalkan tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung Tabel 3.4 Matriks Kegiatan Aktualisasi
NO 1
Kegiatan Penyampaian Gagasan
Tahapan 1. Menyiapkan gagasan
Output
Penguatan Nilai Organisasi Pemenuhan visi Meningkatkan Menyampaikan gagasan, ditujukan dan misi dalam komunikasi dan untuk memperoleh mensinergikan profesionalisme masukan yang akan upaya secara organisasi meningkatkan kualitas paripurna kegiatan yang akan dilakukan dan merupakan nilai akuntabilitas, yaitu tanggung jawab dan kepercayaan. Penyampaian gagasan merupakan penerapan nilai-nilai nasionalisme dengan menerapkan nilai Sila ke-4 yaitu
Keterkaitan Substansi
1. Tersampaikannya gagasan aktualisasi kepada mentor
Kontribusi visi dan misi
28
NO
Kegiatan
Tahapan
Output
Keterkaitan Substansi
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
Musyawarah untuk mufakat. Penyampaian gagasan merupakan penerapan sikap jujur terhadap pelaksanaan tugas dengan melibatkan atasan kita, sehingga atasan kita paham dengan jelas apa yang sedang kita lakukan, hal ini termasuk penerapan nilai-nilai anti korupsi. 2. Minta izin 2. Diperoleh jadwal Meminta ijin bertemu waktu rapat atau diskusi dengan mentor bertemu dengan mentor merupakan bentuk rasa hormat dan kesopanan kepada atasan sebagai penentu kebijakan merupakan penerapan nilai-nilai etika publik. 3. Melaksanakan 3. Adanya notulensi Selain itu, Melaksanakan pertemuan rapat atau diskusi pertemuan dengan mentor dengan merupakan perwujudan mentor nilai-nilai komitmen mutu yaitu kerjasama
29
NO
Kegiatan
Tahapan
Output
Keterkaitan Substansi
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
Pemenuhan visi dan misi dalam mensinergikan upaya secara paripurna
Meningkatkan Keteladan, profesionalisme dan integritas organisasi
4. Meminta izin 4. Disetujuinya Meminta ijin pelaksanaan pelaksanaan gagasan yang kegiatan merupakan implementasi disampaikan bentuk rasa hormat dan gagasan kesopanan kepada atasan sebagai penentu kebijakan merupakan penerapan nilai-nilai etika publik. 2
Mengumpulkan 1. Mengumpulkan 1. Terkumpulnya data-data data-data yang data yang informasi diperlukan diperlukan terkait penyusunan pedoman kehumasan
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan informasi yang seimbang dan konsisten yang dapat diterapkan didalam pelaksanaan kegiatan, hal ini merupakan penerapan akuntabilitas. Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan merupakan bentuk penerapan sila ke-4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
30
NO
Kegiatan
Tahapan
Output
2. Meminta 2. Diperoleh masukan masukan dari mengenai data rekan kerja atau informasi data yang mengenai diperlukan pedoman kehumasan 3
Menyusun pedoman kehumasan
1. Membuat draft 1. Tersusunnya Draft pedoman pedoman kehumasan kehumasan
Keterkaitan Substansi Mengumpulkan data yang diperlukan merupakan bentuk kerja keras kita untuk menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan penerapan nilai-nilai anti korupsi. Proses pengumpulan data dan meminta masukan kepada rekan kerja ditujukan untuk agar kegiatan yang dilaksanakan memiliki kualitas yang baik, kegiatan ini berorientasi pada nilai Komitmen mutu. Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan yang disampaikan dengan bahasa yang baik merupakan penerapan etika publik yaitu rasa hormat. Menyusun pedoman kehumasan merupakan tanggungjawab dan integritas penulis dalam menyelesaikan kegiatan aktualiasi, hal ini
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
Pemenuhan visi dan misi dalam mensinergikan upaya pelayanan secara paripurna
Meningkatkan profesionalisme, keteladanan dan integritas organisasi
31
NO
Kegiatan
Tahapan
Output
Keterkaitan Substansi
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
merupakan penerapan nilai akuntabiltas.
2. Meminta ijin untuk melaksanakan konsultasi dengan mentor mengenai draft pedoman kehumasan
2. Diperoleh jadwal konsultasi draft pedoman kehumasan dan persetujuan dari mentor
3. Mencatat hasil diskusi
3. Notulensi hasil diskusi
Menyusun pedoman kehumasan merupakan penerapan nilai sila ke-4 yaitu Musyawarah, karena dalam pengolahan kegiatannya melibatkan pihak-pihak lain Menyusun pedoman kehumasan merupakan bentuk kedisiplinan agar setiap kegiatan humas dapat terarah dan sesuai dengan visi dan misi dari instansi. Hal ini merupakan bentuk penerapan nilai anti korupsi. Meminta ijin untuk melaksanakan konsultasi dengan mentor mengenai draft pedoman kehumasan merupakan tindakan yang menghargai komunikasi dan konsultasi, serta bersikap professional & netral. Hal ini merupakan penerapan nilai etika publik. Mencatat hasil diskusi merupakan kegiatan yang 32
NO
4
Kegiatan
Tahapan
Output
Keterkaitan Substansi
beorientasi mutu agar setiap masukan yang diberikan oleh mentor dapat terdokumentasi dengan baik. Evaluasi 1. Menyerahkan 1. Diperoleh Menyerahkan draft pelaksanaan draft pedoman masukan dari pedoman kehumasan kegiatan oleh kehumasan Kepala BBKPM kepada Kepala BBKPM Kepala BBKPM dan meminta Bandung. Bandung merupakan Bandung masukan bentuk kepercayaan kepada Kepala terhadap pemimpin BBKPM sebagai penentu kebijakan Bandung dalam mengotimalkan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini merupakan bentuk penerapan nilai akuntabilitas. Pelaksanaan evaluasi kegiatan merupakan penerapan nilai sila-4 yaitu musyawarah karena pelaksanaan evalusi kegiatan menyertakan pendapat dari Kepala BBKPM Bandung.
Kontribusi visi dan misi
Pemenuhan visi dan misi dalam mensinergikan upaya secara paripurna
Penguatan Nilai Organisasi
Meningkatkan Komunikasi, keteladanan, profesionalisme, dan integritas organisasi
33
NO
Kegiatan
Tahapan
Output
2. Melaksanakan 2. Disetujui revisi atau disahkannya menambahkan pedoman masukan kehumasan. kepala BBKPM Bandung
Keterkaitan Substansi
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
Meminta masukan Kepala BBKPM Bandung mengenai kegiatan yang dilaksanakan merupakan wujud etika publik yaitu rasa hormat, menghargai kerjasama dan komunikasi. Pelaksanaan evaluasi kegiatan merupakan bentuk nilai kesederhanaan karena kita tidak merasa lebih baik dari orang lain sehingga membutuhkan masukan untuk meningkatan kualitas kegiatan yang kita laksanakan. Merupakan penerapan nilai-nilai anti korupsi. dan Melaksanakan revisi atau menambahkan masukan kepala BBKPM Bandung merupakan bentuk penerapan komitmen mutu dalam hal pengawasan atau kontrol terhadap kualitas kegiatan yang dilaksanakan. 34
NO 5
Kegiatan Menyusun Laporan Aktualisasi
Tahapan 1. Penyusunan laporan aktualisasi
Output 1. Tersusunnya draft laporan aktualisasi
2. Melaksanakan 2. Notulensi kegiatan konsultasi konsultasi dengan dengan mentor mentor mengenai hasil laporan aktualisasi 3. Melaksanakan 3. Disetujuinya revisi sesuai laporan aktualisasi arahan mentor
Penguatan Keterkaitan Substansi Nilai Organisasi Menyusun laporan Pemenuhan visi Meningkatkan aktualisasi merupakan dan misi dalam Komunikasi, bentuk mensinergikan keteladanan, pertanggungjawaban upaya secara profesionalisme, kegiatan aktualisasi dan paripurna dan integritas merupakan bentuk organisasi penerapan nilai akuntabilitas. Melaksanakan konsultasi dengan mentor merupakan penerapan sila ke-4 yaitu musyawarah. Menyusun laporan aktualisasi merupakan bentuk kejujuran dan kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan yang merupakan penerapan nilai anti korupsi. Melaksanakan konsultasi dengan mentor merupakan penerapan nilai etika publik yaitu menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama. Melaksanakan revisi sesuai arahan mentor adalah bentuk kerjasama yang Kontribusi visi dan misi
35
NO
Kegiatan
Output
Tahapan
Keterkaitan Substansi
Kontribusi visi dan misi
Penguatan Nilai Organisasi
dapat menghasilkan kualitas kegiatan dengan lebih baik lagi dan merupakan penerapan dari nilai komitmen mutu.
C. Jadwal Rancangan Aktualisasi Tabel 3.5 Rancangan Jadwal Aktualisasi
NO
Kegiatan
MEI 1
1 2 3 4 5
2
3
JUNI 4
1
2
JULI 3
4
1
2
3
4
Penyampaian Gagasan Mengumpulkan datadata informasi terkait monitoring Menyusun pedoman kehumasan Evaluasi pelaksanaan kegiatan Menyusun Laporan Aktualisasi
36
BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI A. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Di dalam penyusunan pedoman kehumasan ini diperlukan kegiatan-kegiatan agar dapat mewujudkan gagasan rancangan aktualisasi tersebut. Selain untuk mencapai tujuan pemecahan masalah, diharapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dapat menjadi media penerapan nilai-nilai dasar ASN. Rancangan kegiatan aktualisasi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penyampaian Gagasan Aktualisasi 2. Mengumpulkan data-data informasi terkait monitoring 3. Menyusun pedoman kehumasan 4. Evaluasi pelaksanaan kegiatan 5. Menyusun Laporan Aktualisasi
Output atau capaian utama yang akan didapatkan dari keseluruhan kegiatan sebagai gagasan penyelesaian isu yang diangkat adalah suatu acuan atau pedoman yang dapat memberikan arahan bagi humas di BBKPM Bandung dalam rangka mengelola setiap kegiatan humas dengan cara yang efektif dan efisien sehingga optimalisasi tugas dan fungsi humas dapat terlaksana. Selain itu, dalam proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan diatas diharapkan peserta latsar mampu menerapkan nilai-nilai dasar PNS.
B. Deskripsi Capaian Berikut adalah deskripsi pelaksaan masing-masing kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS. Setiap kegiatan dideskripsikan muatan nilai-nilai dasar PNS yang relevan sesuai dengan indikator masing-masing. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap kendalakendala serta dampak apabila kelima nilai-nilai dasar PNS diaplikasikan pada masing-masing kegiatan. 1. Penyampaian Gagasan Aktualisasi a. Deskripsi kegiatan penyampaian gagasan aktualisasi Tabel 4.1 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Penyampaian Gagasan Aktualisasi
Kegiatan
Menyampaikan
gagasan
aktualisasi
kepada mentor 37
Waktu Kegiatan Tahapan Kegiatan
17-28 Mei 2021 1) Menyiapkan gagasan aktualisasi latsar 2) Minta izin waktu bertemu 3) Melaksanakan
pertemuan
dengan
mentor 4) Meminta
izin
pelaksanaan
implementasi gagasan
Output/Capaian
1) Tersampaikannya gagasan aktualisasi kepada mentor 2) Diperoleh jadwal rapat atau diskusi dengan mentor 3) Adanya notulensi rapat atau diskusi 4) Disetujuinya
gagasan
yang
disampaikan Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi
Pelaksanaan aktualisasi pada kegiatan ini sesuai dengan rancangan kegiatan.
Kegiatan menyiapkan gagasan aktualisasi kepada mentor diawali dengan melakukan
environtment scanning atau peninjauan lingkungan. Kegiatan ini merupakan pemantauan, pencarian informasi dan evaluasi berkaitan dengan isu-isu yang sedang berkembang di BBKPM Bandung dan berkaitan dengan kegiatan kehumasan. Setelah memperoleh isu-isu yang sesuai, penulis terlebih dahulu meminta ijin kepada mentor untuk menyampaikan rancangan aktualisasi dan mentor pun menyetujui permintaan penulis dengan menjadwalkan kegiatan keesokan harinya yaitu tanggal 20 Mei 2021. Penulis menyampaikan gagasan rancangan aktualisasi yang akan dilakukan dengan cara yang baik dan penuh sopan santun. Kemudian, mentor memberikan arahan dengan baik dengan mempertimbangkan berbagai macam penyelesaian isu dari gagasan yang disampaikan oleh penulis. Setelah penyampaian gagasan dan banyaknya masukan yang disampaikan oleh mentor, maka gagasan yang disetujui untuk dijadikan kegiatan aktualisasi latsar adalah belum optimalnya tugas dan fungsi humas sehingga perlu dibuatkan suatu pedoman yang berkaitan dengan kehumasan. 38
Gambar 4.1 Foto Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi, 20 Mei 2021
Gambar 4.2 Foto Notulensi Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi
b. Kendala-kendala yang terjadi pada tahapan kegiatan Pada kegiatan penyampaian gagasan rancangan aktualisasi ini tidak terjadi kendala berarti karena mentor sangat mendukung dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan pada latsar 39
CPNS ini. Dengan adanya kegiatan ini penulis mulai memahami sedikit demi sedikit tugas dan fungsi yang diharapkan oleh Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. c. Penerapan Nilai-nilai ASN (ANEKA)
Akuntabilitas Menyampaikan gagasan ditujukan untuk memperoleh masukan yang akan meningkatkan kualitas kegiatan yang akan dilakukan dan merupakan penerapan nilai-nilai akuntabilitas, yaitu tanggung jawab dan kepercayaan.
Nasionalisme Penyampaian gagasan merupakan penerapan nilai-nilai nasionalisme dengan menerapkan nilai Sila ke-4 yaitu Musyawarah untuk mufakat.
Etika Publik Meminta ijin bertemu dan pelaksanaan kegiatan merupakan bentuk rasa hormat dan kesopanan kepada atasan sebagai penentu kebijakan merupakan penerapan nilai-nilai etika publik.
Komitmen Mutu Melaksanakan pertemuan dengan mentor merupakan perwujudan nilai-nilai komitmen mutu yaitu kerjasama
Anti Korupsi Penyampaian gagasan merupakan penerapan sikap jujur terhadap pelaksanaan tugas dengan melibatkan atasan kita, sehingga atasan kita paham dengan jelas apa yang sedang kita lakukan, hal ini termasuk penerapan nilai-nilai anti korupsi.
d. Analisis Dampak Substansi mata pelatihan nilai-nilai dasar ASN yang paling menggambarkan kegiatan ini adalah nilai akuntabilitas, etika publik, komitmen mutu, Manajemen ASN dan WOG. Luarannya adalah tersampaikannya gagasan sampai disetujuinya gagasan rancangan aktualisasi yang akan dilakukan. Penerapan nilai-nilai ASN pada persiapan kegiatan memiliki dampak positif bagi penulis sebagai peserta latsar dan humas di BBKPM Bandung.
40
Dengan adanya penyampaian gagasan rancangan aktualisasi, penulis belajar bertanggungjawab dengan ide-ide yang penulis ingin sampaikan. Penyampaian yang baik dengan menerapkan rasa hormat berarti kita menghargai setiap orang yang terlibat dalam pembuatan pedoman kehumasan ini. Dengan sikap saling hormatmenghormati ini maka penyampaian gagasan bisa tersampaikan. Dengan adanya masukan dari mentor tentu saja membuka wawasan penulis lebih luas lagi mengenai isu-isu yang berkembang di BBKPM Bandung. Dampak jika nilai-nilai ANEKA pada kegiatan ini tidak diterapkan adalah tidak tercapainya kesepakatan dalam memutuskan isu yang akan diangkat karena timbul arogansi pegawai karena merasa paling benar. 2. Mengumpulkan Data dan Informasi Terkait Penyusunan Pedoman Kehumasan a. Deskripsi kegiatan mengumpulkan data dan informasi terkait penyusunan pedoman kehumasan Tabel 4.2 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi Terkait Penyusunan Pedoman kehumasan
Kegiatan
Mengumpulkan data dan informasi terkait penyusunan pedoman kehumasan
Waktu Kegiatan Tahapan Kegiatan
3-8 Juni 2021 1) Mengumpulkan
data-data
yang
diperlukan 2) Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan
Output/Capaian
1) Terkumpulnya data yang diperlukan 2) Diperoleh masukan mengenai data atau informasi mengenai pedoman kehumasan
Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi
Pelaksanaan aktualisasi pada kegiatan ini sesuai dengan rancangan kegiatan.
Tujuan utama kegiatan ini adalah mendapatkan data-data yang relevan yang akan menjadi acuan dalam menciptakan produk aktualisasi. Pada tahapan ini penulis melakukan pencarian dengan menelusuri internet sehingga mendapatkan berbagai 41
literatur terkait dengan pedoman kehumasan. Setelah melakukan penelusuran kemudian dikumpulkan keseluruhan data referensi dalam satu folder tersendiri sehingga mudah diakses.
Gambar 4.3 Foto Kumpulan Data Hasil Penelusuran Internet
Setelah mengumpulkan data-data yang relevan, kemudian penulis meminta pendapat rekan kerja mengenai penyusunan pedoman kehumasan kepada bagian arsiparis karena penulis belum mengetahui tentang tata naskah dari pedoman kehumasan yang biasa dibuatkan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. Bagian arsiparis memberikan contoh petunjuk teknis kearsipan dinamis.
Gambar 4.4 Foto Meminta Masukan Informasi Mengenai Pedoman Kehumasan ke Bagian Arsiparis, 4 Juni 2021.
42
b. Kendala-kendala yang terjadi pada tahapan kegiatan Pada kegiatan mengumpulkan data dan informasi terkait dengan pedoman kehumasan ini tidak terjadi kendala karena terjalin kerjasama yang baik antara penulis dan bagian arsiparis. Penulis juga mendapat ilmu baru mengenai tata naskah berdasarkan
pemaparan
yang
disampaikan
oleh
bagian
arsiparis.
Dengan
mengumpulkan data dan informasi, penulis juga mulai memahami tugas dan fungsi humas berdasarkan informasi yang penulis peroleh melalui penelusuran internet. c. Penerapan Nilai-nilai ASN (ANEKA)
Akuntabilitas Pengumpulan data merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan informasi yang seimbang dan konsisten yang dapat diterapkan didalam pelaksanaan kegiatan, hal ini merupakan penerapan akuntabilitas.
Nasionalisme Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan merupakan bentuk penerapan sila ke-4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Etika Publik Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan dan disampaikan dengan bahasa yang baik merupakan penerapan etika publik yaitu rasa hormat.
Komitmen Mutu Proses pengumpulan data dan meminta masukan kepada rekan kerja, ditujukan untuk agar kegiatan yang dilaksanakan memiliki kualitas yang baik, kegiatan ini berorientasi pada nilai Komitmen mutu.
Anti Korupsi Mengumpulkan data yang diperlukan merupakan bentuk kerja keras kita untuk menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan penerapan nilai-nilai anti korupsi.
43
d. Analisis Dampak Keterkaitan substansi mata pelatihan nilai-nilai dasar ASN yang paling utama pada kegiatan ini adalah nilai akuntabilitas, komitmen mutu, etika publik, manajemen ASN dan WOG. Mengumpulkan data dan informasi terkait penyusunan pedoman kehumasan luarannya adalah terkumpulnya data yang akurat yang dapat mendukung penyusunan
pedoman
kehumasan.
Kemudian
meminta
rekan
kerja
untuk
memberikan masukan juga merupakan bentuk penguatan pada kualitas hasil kegiatan. Sementara itu, meminta masukan kepada rekan kerja dengan menggunakan bahasa yang baik merupakan penerapan dari nilai-nilai etika publik. Penerapan nilainilai dasar ASN dalam kegiatan ini memiliki dampak yang positif yaitu tersajinya data dan informasi yang relevan mengenai tugas dan fungsi humas. Jika nilai-nilai ANEKA tidak diterapkan pada kegiatan ini, maka informasi yang diperoleh minim serta tidak mampu mengaktualisasikan pembuatan pedoman karena dari datalah semua informasi akan muncul yang kemudian menjadi fakta-fakta yang bisa kita manfaatkan untuk membuat perencanan dan mengatur langkah strategis ke depannya. 3. Menyusun Pedoman kehumasan a. Deskripsi kegiatan menyusun pedoman kehumasan Tabel 4.3 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan penyusunan pedoman kehumasan
Kegiatan
Menyusun pedoman kehumasan
Waktu Kegiatan
9-28 Juni 2021
Tahapan Kegiatan
1) Membuat draft petunjuk pedoman kehumasan 2) Meminta
ijin
untuk
melaksanakan
konsultasi dengan mentor mengenai pedoman kehumasan. 3) Mencatat hasil diskusi
Output/Capaian
1) Tersusunnya pedoman kehumasan
44
2) Diperoleh
jadwal
konsultasi
draft
pedoman kehumasan dan persetujuan dari mentor 3) Notulensi hasil diskusi Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi
Pelaksanaan aktualisasi pada kegiatan ini sesuai dengan rancangan kegiatan. Akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan target waktu pengerjaan.
Pada kegiatan ini penulis mempelajari setiap temuan data dan informasi mengenai tugas dan fungsi humas. Berdasarkan data dan informasi tersebut kemudian penulis mencoba menuangkannya dalam bentuk draft pedoman kehumasan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. Setelah menyelesaikan draft pedoman kehumasan, penulis menyerahkan draft tersebut kepada mentor untuk dikaji terlebih dahulu. Setelah mendapat kajian pedoman kehumasan oleh mentor, penulis meminta ijin bertemu dengan mentor untuk melaksanakan pembahasan mengenai isi draft tersebut. Setelah menemui mentor, penulis mendapatkan arahan terkait isi draft pedoman kehumasan. Penulis ditekankan untuk memperbaiki penulisan-penulisan yang salah, kajian isi dengan landasan hukum, keterkaitan isi dengan visi dan misi BBKPM Bandung, serta kaitannya dengan pengelolaan kehumasan pada masa pandemi.
Gambar 4.5 Konsultasi Draft Pedoman kehumasan Dengan Mentor, 25 Juni 2021.
45
Gambar 4.6 Mencatat Arahan Yang Diberikan oleh Mentor, 25 Juni 2021.
Gambar 4.7 Foto Notulensi Pembahasan Draft Pedoman Kehumasan
46
Setelah melaksanakan konsultasi dengan mentor penulis melaksanakan revisi sesuai arahan yang diberikan oleh mentor.
Gambar 4.8 Finalisasi Draft Pedoman Kehumasan, 28 Juni 2021.
Gambar 4.9 Evaluasi Mentor dan Revisi Draft Pedoman Kehumasan.
47
b. Kendala-kendala yang terjadi pada tahapan kegiatan Pada kegiatan ini penulis mengalami hambatan dalam waktu pelaksanaan yang melebihi target waktu rencana kegiatan. Kegiatan yang direncanakan akan selesai pada minggu ke-3 bulan Juni 2021 menjadi minggu ke-4 bulan Juni 2021. Hal ini karena humas terlibat dalam kegiatan pelayanan vaksinasi sehingga proses tahapan kegiatan ini sempat tertunda selama satu minggu. Solusi yang dilakukan pada tahapan ini adalah tetap berkoordinasi dengan mentor dan mengikuti arahan dari mentor, yaitu tetap menyelesaikan tugas yang diminta BBKPM Bandung sekaligus menyelesaikan draft pedoman kehumasan. c. Penerapan Nilai-nilai ASN (ANEKA)
Akuntabilitas Menyusun pedoman kehumasan merupakan tanggungjawab dan integritas penulis dalam menyelesaikan kegiatan aktualiasi, hal ini merupakan penerapan nilai akuntabiltas.
Nasionalisme Menyusun pedoman kehumasan merupakan penerapan nilai sila ke-4 yaitu Musyawarah, karena dalam pengolahan kegiatannya melibatkan pihak-pihak lain.
Etika Publik Meminta ijin untuk melaksanakan konsultasi dengan mentor mengenai draft pedoman kehumasan merupakan tindakan yang menghargai komunikasi dan konsultasi, serta bersikap professional & netral. Hal ini merupakan penerapan nilai etika publik.
Komitmen Mutu Mencatat hasil diskusi merupakan kegiatan yang beorientasi mutu agar setiap masukan yang diberikan oleh mentor dapat terdokumentasi dengan baik.
Anti Korupsi Menyusun pedoman kehumasan merupakan bentuk kedisiplinan agar setiap kegiatan humas dapat terarah dan sesuai dengan visi dan misi dari instansi. Hal ini merupakan bentuk penerapan nilai anti korupsi.
48
d. Analisis Dampak Keterkaitan substansi mata pelatihan nilai-nilai dasar ASN yang paling utama pada kegiatan ini adalah komitmen mutu dan etika publik. Selain nilai-nilai tersebut, tahapan kegiatan membuat pedoman kehumasan ini memiliki nilai-nilai kolaborasi yang merupakan ciri dari penerapan whole of government. Tahapan kegiatan ini memiliki dampak yang positif karena dengan adanya arahan dan pengawasan dari mentor mengenai pembuatan pedoman kehumasan, kualitas dari hasil kegiatan ini akan memiliki mutu yang baik. Jika nilai-nilai ANEKA tidak diterapkan pada setiap tahapan kegiatan ini, tentu saja akan mengurangi rasa saling menghargai antara penulis dan mentor serta tidak tercapainya kualitas mutu yang baik pada hasil atau capaian kegiatan. 4. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung a. Deskripsi kegiatan evaluasi kegiatan oleh kepala BBKPM Bandung Tabel 4.4 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung
Kegiatan
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung
Waktu kegiatan
2-8 Juli 2021
Tahapan Kegiatan
1) Menyerahkan draft pedoman kehumasan dan meminta masukan kepada Kepala BBKPM Bandung 2) Melaksanakan
revisi
atau
menambahkan
masukan kepala BBKPM Bandung
Output/Capaian
1) Diperoleh
masukan
dari
Kepala
BBKPM
Bandung. 2) Disetujui
dan
disahkannya
Pedoman
kehumasan. Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi
Tahapan kegiatannya: 1. Menyerahkan draft pedoman kehumasan dan meminta masukan kepada Kepala Tata Usaha. 2. Melaksanakan revisi sesuai arahan dari kepala tata usaha.
49
Output/Capaiannya: 1. Diperoleh masukan dari Kepala Tata Usaha. 2. Disetujuinya Draft Pedoman kehumasan. Pada kegiatan ini, penyerahan draft usulan tidak langsung penulis serahkan kepada Kepala BBKPM Bandung akan tetapi diserahkan melalui sekretarisnya. Penulis meminta masukan kepada sekretaris mengenai draft yang sudah penulis buat mengenai apa saja yang diperlukan atau disertakan untuk mendapatkan masukan dari Kepala BBKPM Bandung. Kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan oleh Kepala BBKPM Bandung ini belum tercapai karena bertepatan dengan pelaksanaan diklat pimpinan yang sedang dilaksanakan oleh Kepala BBKPM Bandung sehingga beliau belum sempat memberikan ulasan terhadap draft pedoman kehumasan yang dibuat oleh penulis. Kepala BBKPM Bandung menyampaikan langsung kepada mentor agar proses kegiatan ini dialihkan kepada Kepala Tata Usaha. Sehingga output kegiatan ini adalah memperoleh masukan dari Kepala Tata Usaha dan disetujuinya draft pedoman kehumasan oleh Kepala Tata Usaha.
Gambar 4.10 Penyerahan Draft Pedoman Kehumasan Untuk Kepala BBKPM Bandung Kepada Sekretaris Kepala BBKPM Bandung, 2 Juli 2021.
50
Gambar 4.11 Menyampaikan Draft Pedoman Kehumasan Kepada Kepala Tata Usaha dan Meminta masukan, 6 Juli 2021.
Gambar 4.12 Formulir evaluasi draft pedoman kehumasan dari Kepala Tata usaha BBKPM Bandung, 8 juli 2021.
51
Gambar 4.13 Surat Tugas Penunjukan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung Sebagai Evaluator Kegiatan Aktualisasi.
e. Kendala-kendala yang terjadi pada tahapan kegiatan Pada evaluasi pelaksanaan kegiatan aktualisasi oleh kepala BBKPM Bandung terjadi kendala karena penyerahan pedoman kehumasan bertepatan dengan pelaksanaan diklat pimpinan yang dilaksanakan oleh Kepala BBKPM Bandung, sehingga pada tahapan kegiatan keempat yaitu evaluasi pelaksanaan Kegiatan Oleh Kepala BBKPM Bandung tidak tercapai. Solusi yang dilakukan adalah dengan meminta arahan dari mentor terkait evaluasi draft pedoman kehumasan. Kemudian mentor meminta ijin kepada pimpinan untuk membantu mengevaluasi draft tersebut, akan tetapi karena bersamaan dengan kegiatan diklat pimpinan, Kepala BBKPM Bandung mengarahkan agar evaluasi dilaksanakan oleh Kepala Tata Usaha, sehingga pada kegiatan keempat aktualisasi ini terjadi perubahan tahapan kegiatan dan capaiannya.
52
f. Penerapan Nilai-nilai ASN (ANEKA)
Akuntabilitas Menyerahkan draft pedoman kehumasan kepada Kepala BBKPM Bandung dan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung merupakan bentuk kepercayaan terhadap pemimpin sebagai penentu kebijakan dalam mengotimalkan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini merupakan bentuk penerapan nilai akuntabilitas.
Nasionalisme Pelaksanaan
evaluasi
kegiatan
merupakan
penerapan
nilai
sila-4
yaitu
musyawarah karena pelaksanaan evalusi kegiatan menyertakan pendapat dari Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung. Selain itu, pelaksanaan evaluasi ini juga merupakan bentuk penerapan nilai sila-1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana kita harus bertawakal kepada Tuhan terhadap hasil-hasil yang diperoleh dalam setiap pelaksanaan tugas, salah satunya ketika tujuan kita atau harapan kita belum tercapai.
Etika Publik Meminta masukan Kepala BBKPM Bandung dan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung mengenai kegiatan yang dilaksanakan merupakan wujud etika publik yaitu rasa hormat, menghargai kerjasama dan komunikasi.
Komitmen Mutu Evaluasi kegiatan aktualisasi oleh kepala BBKPM Bandung dan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung merupakan bentuk penerapan komitmen mutu dalam hal pengawasan atau kontrol terhadap kualitas kegiatan yang dilaksanakan.
Anti Korupsi Pelaksanaan evaluasi kegiatan merupakan bentuk nilai kesederhanaan karena kita tidak merasa lebih baik dari orang lain sehingga membutuhkan masukan untuk meningkatan kualitas kegiatan yang kita laksanakan. Merupakan penerapan nilainilai anti korupsi.
g. Analisis Dampak Penerapan Nilai-Nilai ANEKA Keterkaitan substansi mata pelatihan nilai-nilai dasar ASN yang paling utama pada kegiatan ini adalah akuntabilitas, etika publik, dan komitmen mutu. Selain nilai-nilai tersebut, tahapan kegiatan membuat pedoman kehumasan ini juga menerapkan nilai-
53
nilai Manajemen ASN yaitu melaksanakan tugas dengan jujur dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Dengan adanya penerapan nilai ANEKA dan Manajemen ASN penulis belajar bahwa setiap kegiatan yang dilakukan perlu membangun kerjasama yang baik dengan pegawai dari berbagai tingkatan agar kita dapat meningkatkan kualitas hasil kegiatan berdasarkan masukan yang diberikan dari jajaran struktural maupun rekan kerja kita. Jika Penerapan nilai-nilai dasar ASN ini tidak dilakukan maka tentu saja kita tidak akan mengetahui kekurangan yang kita memiliki sehingga kita cenderung merasa selalu benar dan tidak dapat meningkatkan kemampuan kita karena tidak adanya masukan positif yang diberikan oleh rekan kerja kita untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil kegiatan yang kita lakukan. 5. Menyusun Laporan Aktualisasi a. Deskripsi kegiatan menyusun laporan aktualisasi Tabel 4.5 Menyusun Laporan Aktualisasi
Kegiatan
Menyusun Laporan Aktualisasi
Waktu Kegiatan
5-9 Juli 2021
Tahapan Kegiatan
1) Penyusunan laporan aktualisasi 2) Melaksanakan mentor
konsultasi
mengenai
hasil
dengan laporan
aktualisasi 3) Melaksanakan revisi sesuai arahan mentor
Output/Capaian
1) Tersusunnya draft laporan aktualisasi 2) Notulensi kegiatan konsultasi dengan mentor 3) Disetujuinya laporan aktualisasi
Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi
Pelaksanaan aktualisasi pada kegiatan ini sesuai dengan rancangan kegiatan.
Pada tahapan ini penulis melakukan penulisan laporan akhir pelaksanaan aktualisasi yang telah dilaksanakan selama lebih dari satu bulan. Laporan disusun 54
dengan pemaparan setiap tahapan yang dilalui oleh penulis beserta bukti dan penjelasan produk aktualisasi yang dihasilkan. Setelah melaksanakan penulisan laporan, kemudian penulis menyerahkan hasil laporan kepada mentor untuk di kaji. Setelah penyerahan laporan penulis meminta ijin untuk melaksanakan konsultasi dengan mentor. Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan persetujuan mentor agar laporan aktualisasi dapat diseminarkan. Saat konsultasi mentor memberikan beberapa masukan mengenai laporan yang penulis buat. Setelah melaksanakan konsultasi dengan mentor penulis melaksanakan revisi sesuai dengan arahan mentor.
Gambar 4.14 Konsultasi Penyusunan Laporan Aktualisasi, 9 Juli 2021.
Gambar 4.15 Notulensi Pembahasan Laporan Aktualisasi.
55
b. Kendala-kendala yang terjadi pada tahapan kegiatan Pada tahapan kegiatan ini tidak terjadi kendala berarti karena mentor dapat meluangkan waktunya untuk melaksanakan kegiatan konsultasi penyusunan laporan aktulisasi dan terlaksananya revisi laporan aktualisasi sesuai arahan yang diberikan oleh mentor. c. Penerapan Nilai-nilai ASN (ANEKA)
Akuntabilitas Menyusun laporan aktualisasi merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan aktualisasi dan merupakan bentuk penerapan nilai akuntabilitas.
Nasionalisme Melaksanakan konsultasi dengan mentor merupakan penerapan sila ke-4 yaitu musyawarah.
Etika Publik Melaksanakan konsultasi dengan mentor merupakan penerapan nilai etika publik yaitu menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
Komitmen Mutu Melaksanakan revisi sesuai arahan mentor adalah bentuk kerjasama yang dapat menghasilkan kualitas kegiatan dengan lebih baik lagi dan merupakan penerapan dari nilai komitmen mutu.
Anti Korupsi Menyusun laporan aktualisasi merupakan bentuk kejujuran dan kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan yang merupakan penerapan nilai anti korupsi.
d. Analisis Dampak Penerapan Nilai-Nilai ANEKA Keterkaitan substansi mata pelatihan nilai-nilai dasar PNS yang paling utama pada kegiatan ini adalah akuntabilitas. Selain nilai akuntabilitas, tahapan kegiatan membuat pedoman kehumasan ini juga menerapkan nilai-nilai Manajemen ASN yaitu melaksanakan tugas dengan jujur dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Dampak penerapan nilai-nilai ANEKA pada kegiatan ini sangat baik karena nilai-nilai tersebut mengajarkan kita untuk selalu menghargai proses setiap kegiatan
56
yang kita lakukan dengan melibatkan orang lain atau atasan kita sebagai kontrol dalam pelaksaan kegiatan, agar hasil yang diperoleh bisa memiliki kualitas yang baik dan dapat mewujudkan visi dan misi dari BBKPM Bandung. Jika nilai-nilai ANEKA tidak dilakukan maka terdapat kecenderungan ASN yang melaksanakan tugasnya tanpa tanggung jawab sehingga kinerja yang dihasilkan tidak baik.
57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penerapan nilai-nilai dasar profesi ASN, kedudukan, dan peran ASN di NKRI terlaksana dengan sangat baik melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama habituasi. 2. Terdapat kerjasama yang baik antara penulis, mentor, coach, serta pegawai BBKPM Bandung yang terkait dalam pelaksanaan pembuatan pedoman kehumasan. 3. Terdapat tahapan kegiatan yang belum tercapai sesuai dengan rancangan aktualisasi pada kegiatan latsar CPNS tahun 2021, yaitu pengesahan pedoman kehumasan oleh Kepala BBKPM Bandung. B. Saran 1. BBKPM Bandung diharapkan bisa mendukung secara penuh penyelesaian pedoman kehumasan sehingga dapat disahkan dan diaplikasikan guna meningkatkan tugas dan fungsi humas. 2. Pedoman kehumasan bisa menjadi dasar bagi unit atau bidang lain untuk melaksanakan kerjasama terkait bidang kehumasan.
C. Tindak Lanjut Pedoman
kehumasan
merupakan
suatu
acuan
yang
dapat
digunakan
dalam
melaksanakan kegiatan kehumasan, oleh karena perlu dilakukan tindak lanjut dari kegiatan latsar.: 1. Meminta masukan kepada bidang atau unit lain di BBKPM Bandung untuk meningkatkan kualitas pedoman kehumasan. 2. Menyelesaikan pedoman kehumasan sampai sampai proses pengesahan serta dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Perlu dibuatkan SOP-SOP berdasarkan pemaparan pada pedoman kehumasan agar kegiatan kehumasan bisa lebih terarah dan mampu mendukung terwujudnya visi dan misi BBKPM Bandung.
58
Daftar Pustaka LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ManajemenASN. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ETIKA PUBLIK. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : AKUNTABILITAS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS :.NASIONALISME. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : Pelayanan Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : Whole of Government. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ANTI KORUPSI. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : KOMITMEN MUTU. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. Media Indonesia. (2019). Citra PNS yang Bobrok di Mata Publik Masih Bertahan Sumber: https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/231965/citra-pns-yang-bobrok-dimata-publik-masih-bertahan diakses pada 29 April 2021 Pkl. 22.10 WIB Jurnal Caraka Prabu. (2017). Faktor Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Publik dalam Birokrasi
Pemerintah.
https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-caraka-
prabu/article/view/50# diakses pada 29 April 2021 Pkl. 22.20 WIB Media Indonesia. (2019). Kualitas ASN Masih Rendah. https://mediaindonesia.com/politikdan-hukum/96192/kualitas-asn-masih-rendah diakses pada 29 April 2021 Pkl. 23.32 WIB Riyadi, Urip. (2019). Penyusunan Konsep Prosedur Penyedian Informasi dalam Bentuk Artikel Berita Website di Lingkungan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/adminbalai5/post/20210108101433
diakses
pada 18 Mei 2020 Pkl. 10.10 WIB
59
QWORDS.
(2020).
Pengertian
Komunikasi,
Tujuan,
Fungsi
&
Macamnya.
https://qwords.com/blog/pengertian-komunikasi/ diakses pada 19 Mei 2021 Pkl. 21.05 WIB Kemenkeu Learning Center (2019). Bagaimana Mewujudkan Sinergi Sebuah Upaya Menyempurnakan
Kinerja.https://klc.kemenkeu.go.id/bagaimana-mewujudkan-sinergi-
sebuah-upaya menyempurnakan-kinerja/ diakses pada 19 Mei 2021 Pkl. 21.15 WIB https://perpus.menpan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YmM0YWViMWU2N mIwNzAzMzZlYWMyNDJlZmQ1NmZhMTgxZjFkZThlZA==.pdf diakses pada 29 Mei 2021 Pkl. 20.30 WIB http://repositori.uij.ac.id/bitstream/handle/123456789/144/Pedoman%20Kehumasan%20UI J%202019.pdf?sequence=3&isAllowed=y di akses pada 3 Juni 2021 Pkl. 09.17 WIB https://www.regulasip.id/electronic-book diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 08.49 WIB https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk812015.pdf diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 13.25 WIB http://jdih.kukarkab.go.id/produk-hukum/798a4ee0-b7b9-11ea-aff6dd8061578c04?purpose=bacaonline&file=http://jdih.kukarkab.go.id/storage/Peraturan/2018-12/31/pedomanpelaksanaan-kehumasan-pemerintahan-daerah-kabupaten-kukar68.pdf diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 09.35 WIB https://www.researchgate.net/publication/339180384_Pemahaman_petugas_kehumasan_K ementerian_Dalam_Negeri_tentang_peran_Humas_Pemerintah diakses pada 3 Juni Pkl. 09.30 WIB https://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2015/11/PERKA-BKN-NOMOR-12-TAHUN-2012PEDOMAN-PENGELOLAAN-INFORMASI-PUBLIK-DAN-DOKUMENTASI-DI-LINGKUNGANBKN.pdf diakses pada 5 Juni 2021 Pkl. 08.48 WIB https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_No_14_Tahun_2008.pdf diakses pada 11 Juni 2021 Pkl. 08.46 WIB
60
https://regional.kompas.com/read/2021/06/20/132808178/ini-jadwal-lokasi-dan-syaratpendaftaran-vaksin-covid-19-gratis-di-bandung?page=all diakses pada 31 Juli 2021 Pkl. 13.40 WIB.
61
Lampiran Foto Kegiatan Coaching
62
63
64
65
66
67
68
69
AKTUALISASI PENYUSUNAN PEDOMAN KEHUMASAN DI BALAIBESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT BANDUNG Peserta Latsar Golongan 3 Angkatan 2 Bapelkes Cikarang
NAMA NIP Jabatan Satker
: : : :
EMMA HARTINA, S .I.KOM 108501162020122001 Humas BBKPM Bandung
BBKPM Bandung
Uraian Tugas
VISI: Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di tingkat Nasional MISI: • Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kepada masyarakat • Mensinergikan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara paripurna • Mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan berdaya • Meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat
TUGAS BERDASARKAN SKP: • Mengelola konten media social (Facebook, Instragram, Website, Google Review) • Menyusun berita pelayanan informasi dan kehumasan melalui daring (online) • Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk bahan tayang • Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media daring (online), sebagai tim kreatif
Nilai-nilai Organisasi: Integritas, Keteladanan, Profesionalisme,
• Melaksanakan tugas peliputan kegiatan kelembagaan
Komunikasi, Sinergi.
• Membuat artikel atau opini untuk penerbitan internal
Tugas Pokok: melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan dan kemitraan serta pengembangan sumber daya di bidang Kesehatan Paru Masyarakat. Fungsi:
• Melakukan siaran melalui media internal • Melaksanakan administrasi kehumasan • Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat melalui media sosial, email, whatsaap. • Melayani telepon masuk dari masyarakat maupun internal satuan kerja
• Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan paru
• Melaksanakan tugas insidentil dari atasan
• Kemitraan dan pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru
• Mengelola pengaduan masyarakat
masyarakat • Pendidikan dan pelatihan teknis dibidang kesehatan paru • Penelitian dan pengembangan kesehatan paru • Pelayanan kesehatan rujukan paru spesialistik dan/atau subspesialistik • Penunjang pelayanan kesehatan • Pelaksanaan urusan tata usaha
PENETAPAN ISU AKTUALISASI IDENTIFIKASI ISU (APKL) • Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung • Belum optimalnya monitoring penanganan pengaduan masyarakat di BBKPM Bandung. • Belum optimalnya informasi pelayanan rawat inap di BBKPM Bandung.
TABEL USG
Belum optimalnya tugas dan fungsi humas di BBKPM Bandung
KEGIATAN 1 PENYAMPAIAN GAGASAN
Dokumentasi Kegiatan
(17-28 Mei 2021)
1) Tahapan Kegiatan • • • •
Menyiapkan gagasan Minta izin waktu bertemu dengan mentor Melaksanakan pertemuan dengan mentor Meminta izin pelaksanaan implementasi gagasan
3) Kendala & Solusi Tidak ada karena terjalin kerjasama yang baik dengan mentor
2) Capaian Kegiatan • Tersampaikannya gagasan aktualisasi kepada mentor • Diperoleh jadwal rapat atau diskusi dengan mentor • Adanya notulensi rapat atau diskusi • Disetujuinya gagasan yang disampaikan
4) Nilai-nilai ASN
Foto Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi, Kamis 20 Mei 2021.
• Akuntabilitas: tanggung jawab dan kepercayaan, Nasionalisme: Sila ke-4, Etika Publik: rasa hormat dan kesopanan, Komitmen mutu: Kerjasama, Antikorupsi: jujur • Manajemen ASN dan WOG
5) Dampak Jika Nilai-Nilai ASN Tidak Dilaksanakan Dampak jika nilai-nilai ANEKA pada kegiatan ini tidak diterapkan adalah tidak tercapainya kesepakatan dalam memutuskan isu yang akan diangkat karena timbul arogansi pegawai karena merasa paling benar
Foto Notulensi Penyampaian Gagasan Rancangan Aktualisasi
KEGIATAN 2 MENGUMPULKAN DATA DAN INFORMASI TERKAIT PENYUSUNAN PEDOMAN KEHUMASAN
Dokumentasi Kegiatan
(3-8 Juni 2021)
1) Tahapan Kegiatan
2) Capaian Kegiatan • Terkumpulnya data yang diperlukan • Diperoleh masukan mengenai data atau informasi mengenai pedoman kehumasan
• Mengumpulkan data-data yang diperlukan • Meminta masukan dari rekan kerja terkait data yang diperlukan
3) Kendala & Solusi
4) Nilai-nilai ASN
Tidak ada karena terjalin kerjasama yang baik dengan bagian arsiparis
Foto Kumpulan Data Hasil Penelusuran Internet.
• Akuntabilitas: seimbang dan konsisten, Nasionalisme: Sila ke-4, Etika Publik: rasa hormat, Komitmen mutu: berorientasi mutu, Antikorupsi: kerja keras • Manajemen ASN dan WOG
5) Dampak Jika Nilai-Nilai ASN Tidak Dilaksanakan Jika nilai-nilai ANEKA tidak diterapkan pada kegiatan ini, maka informasi yang diperoleh minim serta tidak mampu mengaktualisasikan pembuatan pedoman karena dari datalah semua informasi akan muncul yang kemudian menjadi fakta-fakta yang bisa kita manfaatkan untuk membuat perencanan dan mengatur langkah strategis ke depannya.
Foto Meminta Masukan Informasi Mengenai Pedoman Kehumasan ke Bagian Arsiparis, 4 Juni 2021
KEGIATAN 3 MENYUSUN PEDOMAN KEHUMASAN (9-28 Juni 2021)
1) Tahapan Kegiatan • Membuat draft pedoman kehumasan • Meminta ijin untuk melaksanakan konsultasi dengan mentor mengenai pedoman kehumasan. • Mencatat hasil diskusi
3) Kendala & Solusi Kendala: waktu pelaksanaan melebihi target waktu pada jadwal rencana aktualisasi Solusi: Berkoordinasi dengan mentor dan mengikuti arahan dari mentor, yaitu tetap menyelesaikan tugas yang diminta BBKPM Bandung sekaligus menyelesaikan draft pedoman kehumasan.
5) Dampak Jika Nilai-Nilai ASN Tidak Dilaksanakan tidak ada saling menghargai antara peserta dan mentor serta tidak tercapainya kualitas mutu yang baik pada hasil atau capaian kegiatan.
2) Capaian Kegiatan
Dokumentasi Kegiatan Mencatat Arahan Yang Diberikan oleh Mentor, 25 Juni 2021
• Tersusunnya Draft pedoman kehumasan • Diperoleh jadwal konsultasi draft pedoman kehumasan dan persetujuan dari mentor • Notulensi hasil diskusi
4) Nilai-nilai ASN • Akuntabilitas: tanggung jawab dan integrasi, Nasionalisme: Sila ke-4, Etika Publik: komunikasi dan konsultasi, serta bersikap professional & netral, Komitmen mutu: berorientasi mutu, Antikorupsi: kedisiplinan • WOG
Foto Notulensi Pembahasan Draft Pedoman Kehumasan
Finalisasi Draft Pedoman Kehumasan, 28 Juni 2021.
Evaluasi Mentor dan Revisi Draft Pedoman Kehumasan.
KEGIATAN 4 EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN OLEH KEPALA BBKPM BANDUNG
Dokumentasi Kegiatan
(2-8 Juli 2021)
1) Tahapan Kegiatan
2) Capaian Kegiatan
• Menyerahkan draft pedoman kehumasan dan meminta masukan kepada Kepala BBKPM Bandung • Melaksanakan revisi atau menambahkan masukan kepala BBKPM Bandung
• Diperoleh masukan dari Kepala BBKPM Bandung. • Disetujui dan disahkannya Pedoman kehumasan.
3) Kendala & Solusi
Foto Kumpulan Data Hasil Penelusuran Internet.
Kendala: Kepala BBKPM Bandung tidak bisa memberikan evaluasi Solusi: Solusi yang dilakukan adalah dengan meminta arahan dari mentor terkait evaluasi draft pedoman kehumasan.
Tahapan Kegiatan Baru • Menyerahkan draft pedoman kehumasan dan meminta masukan kepada Kepala Tata Usaha. • Melaksanakan revisi atau menambahkan masukan dari Kepala Tata Usaha
Capaian Kegiatan Baru • Diperoleh masukan dari Kepala Tata Usaha. • Disetujui draft Pedoman kehumasan.
Formulir evaluasi draft pedoman kehumasan dari Kepala Tata usaha BBKPM Bandung, 8 juli 2021.
KEGIATAN 4 (LANJUTAN) EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN OLEH KEPALA BBKPM BANDUNG
Dokumentasi Kegiatan
(2-8 Juli 2021)
4) Nilai-nilai ASN • Akuntabilitas: Kepercayaan, Nasionalisme: Sila ke-4 dan sila ke-1, Etika Publik: rasa hormat, menghargai kerjasama dan komunikasi, Komitmen mutu: pengawasan, Antikorupsi: kesederhanaan. • Manajemen ASN
5) Dampak Jika Nilai-Nilai ASN Tidak Dilaksanakan Jika Penerapan nilai-nilai dasar ASN ini tidak dilakukan maka tentu saja kita tidak akan mengetahui kekurangan yang kita memiliki sehingga kita cenderung merasa selalu benar dan tidak dapat meningkatkan kemampuan kita karena tidak adanya masukan positif yang diberikan oleh rekan kerja kita untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil kegiatan yang kita lakukan.
Surat Tugas Penunjukan Kepala Tata Usaha BBKPM Bandung Sebagai Evaluator Kegiatan Aktualisasi.
KEGIATAN 5 MENYUSUN LAPORAN AKTUALISASI
Dokumentasi Kegiatan
(5-9 Juli 2021)
1) Tahapan Kegiatan • Penyusunan laporan aktualisasi • Melaksanakan konsultasi dengan mentor mengenai hasil laporan aktualisasi • Melaksanakan revisi sesuai arahan mentor
2) Capaian Kegiatan • Tersusunnya draft laporan aktualisasi • Notulensi kegiatan konsultasi dengan mentor • Disetujuinya laporan aktualisasi
3) Kendala & Solusi
4) Nilai-nilai ASN
Tidak ada karena terjalin kerjasama yang baik dengan mentor
• Akuntabilitas: tanggung jawab, Nasionalisme: Sila ke4, Etika Publik: komunikasi, konsultasi dan kerjasama, Komitmen mutu: Kerjasama, Antikorupsi: kejujuran dan kedisiplinan • Manajemen ASN
Konsultasi Penyusunan Laporan Aktualisasi, 9 Juli 2021.
5) Dampak Jika Nilai-Nilai ASN Tidak Dilaksanakan Jika nilai-nilai ANEKA tidak dilakukan maka terdapat kecenderungan ASN yang melaksanakan tugasnya tanpa tanggung jawab sehingga kinerja yang dihasilkan tidak baik.
Notulensi Pembahasan Laporan Aktualisasi
KESIMPULAN, SARAN,DAN TINDAK LANJUT Kesimpulan • Penerapan nilai-nilai dasar profesi ASN, kedudukan, dan peran ASN di NKRI terlaksana dengan sangat baik melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama habituasi. • Terdapat kerjasama yang baik antara penulis, mentor, coach, serta pegawai BBKPM Bandung yang terkait dalam pelaksanaan pembuatan pedoman kehumasan. • Terdapat tahapan kegiatan yang belum tercapai sesuai dengan rancangan aktualisasi pada kegiatan latsar CPNS tahun 2021, yaitu pengesahan pedoman kehumasan oleh Kepala BBKPM Bandung.
Saran •
BBKPM Bandung diharapkan bisa mendukung secara penuh penyelesaian pedoman kehumasan sehingga dapat disahkan dan diaplikasikan guna meningkatkan tugas dan fungsi humas.
•
Pedoman kehumasan bisa menjadi dasar bagi unit atau bidang lain untuk melaksanakan kerjasama terkait bidang kehumasan.
Tindak Lanjut • Menjalin kerjasama dengan bidang/unit lain di BBKPM Bandung untuk melaksanakan evaluasi terhadap pedoman kehumasan agar meningkatkan kualitas pedoman kehumasan. • Menyelesaikan pedoman kehumasan sampai sampai proses pengesahan serta dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. • Perlu dibuatkan SOP-SOP berdasarkan pemaparan pada pedoman kehumasan agar kegiatan kehumasan bisa lebih terarah dan mampu mendukung terwujudnya visi dan misi BBKPM Bandung.
REFERENSI LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ManajemenASN. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ETIKA PUBLIK. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : AKUNTABILITAS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS :.NASIONALISME. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : Pelayanan Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : Whole of Government. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : ANTI KORUPSI. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar CPNS : KOMITMEN MUTU. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. Media Indonesia. (2019). Citra PNS yang Bobrok di Mata Publik Masih Bertahan Sumber: https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/231965/citra-pns-yang-bobrok-di-mata-publik-masih-bertahan diakses pada 29 April 2021 Pkl. 22.10 WIB Jurnal Caraka Prabu. (2017). Faktor Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Publik dalam Birokrasi Pemerintah. https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-carakaprabu/article/view/50# diakses pada 29 April 2021 Pkl. 22.20 WIB Media Indonesia. (2019). Kualitas ASN Masih Rendah. https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/96192/kualitas-asn-masih-rendah diakses pada 29 April 2021 Pkl. 23.32 WIB Riyadi, Urip. (2019). Penyusunan Konsep Prosedur Penyedian Informasi dalam Bentuk Artikel Berita Website di Lingkungan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/adminbalai5/post/20210108101433 diakses pada 18 Mei 2020 Pkl. 10.10 WIB QWORDS. (2020). Pengertian Komunikasi, Tujuan, Fungsi & Macamnya. https://qwords.com/blog/pengertian-komunikasi/ diakses pada 19 Mei 2021 Pkl. 21.05 WIB Kemenkeu Learning Center (2019). Bagaimana Mewujudkan Sinergi Sebuah Upaya Menyempurnakan Kinerja.https://klc.kemenkeu.go.id/bagaimana-mewujudkan-sinergi-sebuah-upaya menyempurnakan-kinerja/ diakses pada 19 Mei 2021 Pkl. 21.15 WIB https://perpus.menpan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YmM0YWViMWU2NmIwNzAzMzZlYWMyNDJlZmQ1NmZhMTgxZjFkZThlZA==.pdf diakses pada 29 Mei 2021 Pkl. 20.30 WIB http://repositori.uij.ac.id/bitstream/handle/123456789/144/Pedoman%20Kehumasan%20UIJ%202019.pdf?sequence=3&isAllowed=y di akses pada 3 Juni 2021 Pkl. 09.17 WIB https://www.regulasip.id/electronic-book diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 08.49 WIB https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk812015.pdf diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 13.25 WIB http://jdih.kukarkab.go.id/produk-hukum/798a4ee0-b7b9-11ea-aff6-dd8061578c04?purpose=baca-online&file=http://jdih.kukarkab.go.id/storage/Peraturan/2018-12/31/pedomanpelaksanaan-kehumasan-pemerintahan-daerah-kabupaten-kukar68.pdf diakses pada 3 Juni 2021 Pkl. 09.35 WIB https://www.researchgate.net/publication/339180384_Pemahaman_petugas_kehumasan_Kementerian_Dalam_Negeri_tentang_peran_Humas_Pemerintah diakses pada 3 Juni Pkl. 09.30 WIB https://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2015/11/PERKA-BKN-NOMOR-12-TAHUN-2012-PEDOMAN-PENGELOLAAN-INFORMASI-PUBLIK-DAN-DOKUMENTASI-DI-LINGKUNGAN-BKN.pdf diakses pada 5 Juni 2021 Pkl. 08.48 WIB https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_No_14_Tahun_2008.pdf diakses pada 11 Juni 2021 Pkl. 08.46 WIB
DRAFT
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BBKPM BANDUNG NOMOR HK.02.03/XLV.1/1234 /2021 TENTANG PEDOMAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Reformasi pada tahun 1998 silam telah membawa perubahan yang signifikan dalam sistem pemerintahan negara. Berbagai krisis yang melanda Indonesia melahirkan kesadaran dan kebutuhan terhadap adanya tata kelola pemerintahan yang baik (good public governance) yang menjamin transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan RI. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor 36 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, yaitu melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
kesehatan, promosi kesehatan dan kemitraan, serta pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat. Menurut Permenkes RI Nomor 81 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan, pelaksana humas di bidang kesehatan memiliki tugas pokok, fungsi, dan peran yang penting dalam pengelolaan informasi dan komunikasi publik. Layanan informasi dan komunikasi publik yang dilakukan oleh unit kehumasan di BBKPM Bandung sebagai organisasi publik di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya agar masyarakat menjadi mandiri dalam memahami informasi kesehatan secara positif, obyektif, dan dinamis. Masyarakat diharapkan mampu mengambil keputusan sesuai dengen referensi kebutuhannya, sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Organisasi publik dewasa ini menghadapi dua tantangan besar. Pertama, meningkatnya proses transmisi dan pertukaran informasi antar unit di dalam organisasi. Kedua, meningkatnya tekanan dari lingkungan eksternal yang menuntut tingkat partisipasi dan transparansi lebih besar dalam pengelolaan pelayanan publik. Dengan semakin berkembangnya isu kesehatan terutama pada masa Pandemi Covid-19 ini, seorang Humas memiliki peran sentral yang sangat vital
untuk merancang strategi komunikasi yang efektif. Informasi yang disampaikan harus benar, akurat, berdasarkan data, dan mudah diterima. Edukasi kepada masyarakat melalui penyampaian pesan dengan konten yang bernilai empati akan membangun trust dan citra persepsi positif, sekaligus memerangi hoaks agar tidak menimbulkan kepanikan dan multitafsir di tengah masyarakat saat pandemi Covid-19. Dalam upaya agar terlaksana secara baik tugas dan fungsi BBKPM Bandung, diperlukan suatu pedoman bagi pelaksana humas. Pedoman kehumasan ini menjadi acuan bagi pelaksana humas di BBKPM Bandung dalam memberikan informasi dan komunikasi publik secara efektif dalam membangun pemahaman yang baik antara organisasi dengan publiknya.
B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 3. Undang-Undang
Nomor
25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan
Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 4. Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informasi
Nomor
371/Kep/M.Kominfo/8/2007 tentang Kode Etik Humas Pemerintah; 5. Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informasi
Nomor
373/M.KOMINFO/8/2007 tentang Revitalisasi Fungsi Hubungan Masyarakat dan Informatika pada Instansi Pemerintah, kesekretariatan Lembaga Negara, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah; 6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/12/M.Pan/08/Tahun
2007
tentang
Pedoman
Umum
Hubungan
Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah; 7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Infrastruktur Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah; 9. Peratuan Pemerintah Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras No. 6 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat dan Angka Kreditnya;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan; 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat.
C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud disusunnya Pedoman kehumasan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung ini adalah sebagai acuan atau panduan bagi penyelenggaraan kehumasan agar dapat bekerja secara optimal, efektif, efesien, dan akuntabel. 2. Tujuan a. Pedoman kehumasan ini bertujuan untuk memberikan arahan strategi kehumasan serta menciptakan pengelolaan kehumasan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung secara efektif dan efisien sesuai dengan Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan. b. Membantu perancang kehumasan dalam memilih dan menetapkan unsur-unsur komunikasi yaitu analisis situasi (pengumpulan data dan fakta), strategi (perencanaan dan program), implementasi (tindakan dan komunikasi), monitoring dan evaluasi (pengukuran hasil kerja).
D. Sasaran Sasaran dari Pedoman kehumasan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung ini adalah: 1. Pranata humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung mampu mengelola
dan
memberikan
layanan
informasi
dan
melaksanakan
komunikasi publik yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang profesional. 2. Pranata humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung mampu memberikan pelayanan informasi dan melaksanakan komunikasi publik secara akurat, cepat, dan mudah diakses serta terjangkau oleh publik. 3. Pranata humas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung mampu melaksanakan tugas yang mencerminkan kinerja yang transparan, efektif, efesien dan akuntabel.
E. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman kehumasan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung adalah proses tata kelola kehumasan yang meliputi kegiatan analisis situasi (pengumpulan data dan fakta), strategi (perencanaan
dan program), implementasi (tindakan dan komunikasi), monitoring dan evaluasi (pengukuran hasil kerja).
F. Manfaat Pedoman kehumasan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung ini dirancang agar dapat memberikan penjelasan tentang aspek terkait dengan cara menyelenggarakan komunikasi publik agar setiap program dan kegiatan komunikasi berlangsung secara padu dengan berpijak pada kerangka kerja komunikasi yang sama. Selain itu, manfaat lain petunjuk teknis tata kelola ini yaitu:
1. Meningkatan kualifikasi, kapasitas, dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di Bidang Kehumasan. 2. peningkatan akuntabilitas, pengawasan, dan budaya kerja positif yang berorientasi pada visi dan misi organisasi. 3. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan kehumasan. 4. Terwujudnya hubungan baik antar pegawai di BBKPM Bandung, terjalinnya kerjasama yang baik antara instansi dan stakeholders/jejaring, serta adanya keseimbangan arus informasi dari dan kepada masyarakat.
G. Pengertian Umum 1. Pedoman adalah hal atau pokok yang menjadi dasar, pegangan, acuan, atau petunjuk untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu. 2. Hubungan
masyarakat
adalah
usaha
yang
sengaja
dilakukan
dan
direncanakan secara berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara lembaga dan institusi dengan publiknya. 3. Hubungan masyarakat di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung adalah praktisi humas yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang informasi dan komunikasi yang persuasif, efektif, dan efisien, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi yang positif bagi BBKPM Bandung. 4. Pedoman kehumasan adalah proses yang meliputi kegiatan analisis situasi (pengumpulan data dan fakta), strategi (perencanaan dan program), implementasi (tindakan dan komunikasi), evaluasi (pengukuran hasil) dengan tetap berpegang kepada komitmen, etika kehumasan, dan praktik-praktik terbaik. 5. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, tanda-tanda, yang mengandung nilai, makna, pesan, baik data, fakta maupun penjelasan yang dapat dilihat, didengar, dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan,
format, sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik. 6. Layanan
informasi
dan
komunikasi
publik
adalah
menyediakan,
menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan komunikasi publik secara akurat, cepat, tepat (waktu dan sasaran), terjangkau serta mudah diperoleh. 7. Komunikasi publik adalah pertukaran pesan antara organisasi kesehatan dengan publiknya, baik internal maupun eksternal. 8. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung yang selanjutnya disebut BBKPM Bandung adalah Unit Pelayanan Teknis yang menyelenggarakan upaya kesehatan paru secara menyeluruh.
BAB II DASAR-DASAR PEDOMAN KEHUMASAN
A. Visi BBKPM Bandung Visi BBKPM Bandung adalah menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di tingkat Nasional. Oleh karena itu, tugas humas adalah menciptakan pengelolaan kehumasan yang proporsional, professional, efektif dan efisien yang mendukung terwujudnya visi BBKPM Bandung.
B. Misi BBKPM Bandung 1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kepada masyarakat; 2. Mensinergikan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara paripurna; 3. Mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan berdaya; 4. Meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat.
Dalam menjalankan misi BBKPM Bandung, berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh humas, yaitu; 1. Membangun citra dan reputasi positif BBKPM Bandung; 2. Membentuk, meningkatkan, dan memelihara opini positif publik; 3. Menampung dan mengolah aspirasi masyarakat; 4. Mencari, megklarifikasi, serta menganalisis data dan informasi; 5. Menyosialisasikan kebijakan dan program-program di BBKPM Bandung; 6. Membangun kepercayaan publik (Public Trust). C. Nila-nilai Organisasi BBKPM Bandung 1. Integritas 2. Keteladanan 3. Profesionalisme 4. Komunikasi 5. Sinergi Untuk menerapkan nilai-nilai organisasi, humas BBKPM Bandung harus melaksanakan komunikasi yang baik antara publik internal maupun publik eksternal agar tercapainya tujuan yang diinginkan dari setiap pihak dalam rangka mewujudkan visi dan misi BBKPM Bandung.
D. Strategi BBKPM Bandung Sasaran strategis BBKPM Bandung adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya optimalisasi pendapatan dan efisiensi belanja; 2. Terwujudnya kepuasan stakeholders; 3. Terwujudnya pelayanan kesehatan paru masyarakat yang berfokus pada pelanggan; 4. Menjadikan BBKPM sebagai pilihan utama dalam bidang kesehatan paru masyarakat; 5. Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik dan bersih berbasis IT; 6. Terwujudnya SDM yang kompeten, sesuai kualifikasi dan berkinerja tinggi; 7. Terwujudnya budaya kerja yang sehat. Dalam mewujudkan rencana strategi BBKPM Bandung, humas juga perlu memiliki strategi dalam pelaksanaan kegiatannya yaitu: 1. Pembangun hubungan internal dan eksternal; 2. Penyelenggara pertemuan dan koordinasi antar instansi; 3. Penyedia informasi; 4. Pengatur pertemuan instansi dengan media massa; 5. Pendorong upaya pemberdayaan masyarakat; 6. Pengelola sarana dan prasarana kehumasan; 7. Pembentuk citra dan reputasi positif instansi; 8. Pengelola informasi instansi.
E. Arah Penyelenggaaan Humas BBKPM Bandung Penyelenggaraan kehumasan di BBKPM Bandung diarahkan pada: 1. Penanganan opini publik untuk membangun dan menjaga kepercayaan publik; Kehadiran media sosial yang memungkinkan publik untuk saling berbagi informasi berpotensi isu-isu mengenai organisasi berkembang dan sulit dikendalikan. Fenomena tersebut menuntut humas untuk proaktif dan mampu mengelola opini publik yang diarahkan pada tujuan utama yakni membangun dan menjaga kepercayaan publik (public trust). 2. Komunikasi dua arah. Kehadiran media sosial yang memungkinkan publik untuk merespon dan menyampaikan opini mengenai organisasi juga memunculkan konsekuensi yang lain yang harus dipenuhi oleh humas saat ini, yakni komunikasi dua arah. Dengan demikian, pelaksana humas di BBKPM Bandung mampu memerankan perannya sebagai mediator atau bahkan menjadi fasilitator yang mampu menjembatani kepentingan instansi dengan publik.
F. Asas Umum Humas BBKPM Bandung Asas umum humas BBKPM Bandung adalah: 1. Keterbukaan, yaitu asas yang menuntut praktisi humas terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif; 2. Objektif, yaitu asas yang menuntut praktisi humas tidak memihak dalam melaksanakan tugas; 3. Jujur, yaitu asas yang menuntut setiap praktisi humas memiliki ketulusan hati, keikhlasan, dan mengutamakan hati nurani dalam bersikap, berperilaku, berucap, tidak berbohong, tidak berbuat curang, serta tidak memanipulasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab; 4. Tepat janji, yaitu asas yang menuntut praktisi humas menepati janji dan konsisten dalam melaksanakan tugas; 5. Etis, yaitu asas yang menuntut praktisi humas menjalankan nilai-nilai etika dalam melaksanakan tugas kehumasan; 6. Profesional, yaitu asas yang menuntut praktisi humas mengutamakan keahlian, keterampilan, pengalaman, dan konsisten dalam melaksanakan tugas; 7. Akuntabel,
yaitu
asas
yang
menuntut
praktisi
humas
mempertanggungjawabkan setiap kegiatan dan hasilnya; 8. Integritas, yaitu asas yang menuntut praktisi humas bersikap independen dengan komitmen yang tinggi. G. Prinsip Dasar Humas BBKPM Bandung Prinsip dasar humas BBKPM Bandung meliputi: 1. Tata kelola kehumasan yang berorientasi pada proses pencitraan dan penciptaan nilai; 2. Tata kelola kehumasan yang mendorong pencapaian visi, misi, dan tujuan instansi, serta berorientasi pada kepentingan publik; 3. Tata
kelola
kehumasan
berpegang
pada
komitmen,
peraturan
perundangundangan, etika kehumasan, serta praktik-praktik umum (common practices) yang sehat; 4. Tata kelola kehumasan membutuhkan perencanaan, pengembangan, kepemimpinan dan tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi, serta perbaikan yang berkelanjutan.
H. Fungsi Humas BBKPM Bandung Fungsi humas BBKPM Bandung adalah 1. Membentuk, meningkatkan, serta memelihara citra dan reputasi positif BBKPM Bandung dengan menyediakan informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan instansi; 2. Menciptakan iklim hubungan internal dan eksternal yang kondusif dan dinamis; 3. Menjadi penghubung BBKPM Bandung dengan publiknya; 4. Melaksanakan fungsi manajemen komunikasi, yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemberian masukan dalam pengelolaan informasi.
I.
Peran Humas BBKPM Bandung Peran humas BBKPM Bandung meliputi unsur-unsur berikut. 1. Komunikator Humas BBKPM Bandung berperan membuka akses dan saluran komunikasi dua arah, antara BBKPM Bandung dan publiknya, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui sarana kehumasan. 2. Fasilitator Humas BBKPM Bandung berperan menyerap perkembangan situasi dan aspirasi publik untuk dijadikan masukan bagi pimpinan BBKPM Bandung dalam pengambilan putusan. 3. Diseminator Humas BBKPM Bandung berperan dalam pelayanan informasi terhadap internal instansi dan publiknya, baik langsung maupun tidak langsung, mengenai kebijakan dan kegiatan di BBKPM Bandung. 4. Katalisator Humas BBKPM Bandung berperan dalam melakukan berbagai pendekatan dan strategi guna mempengaruhi sikap dan pendapat publik untuk menyelaraskan kepentingan BBKPM Bandung dengan publik. 5. Konselor, Advisor, dan Interpreter Humas merupakan konsultan, penasihat, dan penerjemah kebijakan BBKPM Bandung. 6. Prescriber Humas berperan sebagai salah satu instrumen strategis pemimpin puncak penentu kebijakan.
J. Kode Etik Humas BBKPM Bandung Humas BBKPM Bandung memiliki kode etik yang harus ditegakkan yang mengacu Keputusan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor 371/Kep/M.
Kominfo/8/2007 tentang Kode Etik Humas Pemerintahan dengan ketentuan umum sebagai berikut: 1. Secara kelembagaan, tunduk kepada kode etik humas pemerintah yang berlaku; 2. Secara individu, praktisi humas dapat menjadi anggota organisasi profesi humas yang ada, baik nasional, regional maupun internasional, dan taat pada kode etik masing-masing organisasi profesi; 3. Sebagai tenaga profesional, praktisi humas BBKPM Bandung menegakkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan dan asas umum penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas,
profesionalitas,
dan
akuntabilitas),
serta
efisiensi,
efektivitas, tanggung jawab, bebas, jujur, adil, dan otonom; 4. Humas BBKPM Bandung menjunjung tinggi kehormatan sebagai pegawai instansi pemerintah; 5. Humas BBKPM Bandung mengutamakan kompetensi, objektivitas, kejujuran, serta menjunjung tinggi integritas dan norma-norma keahlian serta menyadari konsekuensi tindakannya; 6. Humas BBKPM Bandung memegang teguh rahasia negara, sumpah jabatan, serta wajib mempertimbangkan dan mengindahkan etika yang berlaku agar sikap dan perilakunya dapat memberikan citra yang positif bagi pemerintahan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Humas BBKPM Bandung menyampaikan informasi publik yang benar dan akurat serta membentuk citra humas pemerintahan yang positif di masyarakat; 8. Humas
BBKPM
Bandung
menghargai,
menghormati,
dan
membina
solidaritas serta nama baik rekan seprofesi; 9. Humas BBKPM Bandung akan berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kerja serta memajukan profesi humas pemerintahan di Indonesia; 10. Humas BBKPM Bandung loyal terhadap kepentingan organisasi/ instansinya, bukan kepada kepentingan perseorangan/ golongan; 11. Humas BBKPM Bandung wajib: a. menjalin komunikasi kepada semua pegawai di organisasi/instansinya agar tercapai iklim organisasi yang mendukung peningkatan kompetensi organisasi; b. mengingatkan rekan seprofesinya yang melakukan tindakan di luar batas kompetensi dan kewenangannya dalam mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik Humas Pemerintahan.
12. Humas BBKPM Bandung tunduk, mematuhi, dan menghormati Kode Etik Humas Pemerintahan sesuai dengan perundangan yang berlaku; 13. Humas BBKPM Bandung wajib menyediakan dan memberikan informasi publik yang benar dan akurat kepada masyarakat, media massa, dan insan pers sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi/institusinya sesuai dengan perundangan yang berlaku; 14. Humas BBKPM Bandung tidak diperkenankan melakukan penekanan terhadap media massa dan insan pers serta mencegah pemberian barang dan jasa kepada media massa dan insan pers dengan dalih kepentingan publikasi (publisitas) pribadi/golongan/ organisasi/ instansinya; 15. Humas
BBKPM
Bandung
menghargai,
menghormati,
dan
membina
hubungan baik dengan profesi lainnya; 16. Humas
BBKPM
Bandung
wajib
bertukar
informasi
dan
membantu
memperlancar arus informasi dengan sesama anggota; 17. Humas BBKPM Bandung bersedia mendukung pelaksanaan tugas sesama anggota; 18. Humas BBKPM Bandung tidak dibenarkan mendiskreditkan sesama anggota. K. Publik Pemangku Kepentingan (stakeholder) Humas 1. Publik pemangku kepentingan berfungsi sebagai mitra praktisi humas di BBKPM Bandung dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi kehumasan. 2. Publik pemangku kepentingan humas BBKPM Bandung adalah publik yang terdiri dari publik internal primer, publik internal sekunder, publik internal marginal, publik ekstemal primer, publik ekstemal sekunder, publik ekstemal marginal, publik pendukung (proponent), publik penentang (opponent), publik mengambang (uncommitted), publik minoritas vocal (vocal minority), dan publik mayoritas pasif (silent majority). 1) Publik internal primer, yang meliputi pimpinan dan karyawan instansi yang bersangkutan; 2) Publik internal sekunder, yang meliputi keluarga pimpinan dan keluarga karyawan instansi yang bersangkutan; 3) Publik internal marginal, yang meliputi pensiunan, pegawai tidak tetap, alih daya (outsourcing); 4) Publik eksternal primer, yang merupakan lembaga pemerintah, yaitu sesama instansi pemerintah pusat dan daerah; 5) Publik eksternal sekunder, yaitu a. mitra BBKPM Bandung baik pusat maupun daerah; b. media massa (media cetak, elektronik, dan on-line); c. lembaga lainnya.
6) Publik eksternal marginal, yaitu komunitas yang berada di luar instansi, tetapi mempunyai pengaruh menekan yang perlu diperhatikan: a. komunitas,
yaitu
masyarakat
yang
terkena
dampak
kebijakan
pemerintah; b. lembaga swadaya masyarakat, lembaga kemasyarakatan, lembaga sosial budaya, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. 7) Publik pendukung (proponent), yang meliputi publik yang menerima atau sejalan dengan kebijakan pemerintah; 8) Publik penentang (opponent), yang meliputi publik yang menolak atau tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah; 9) Publik mengambang (uncommited), meliputi publik yang tidak memiliki sikap yang jelas (mudah berubah dan terpengaruh) terhadap kebijakan pemerintah; 10) Publik minoritas vokal (vocal minority), yang meliputi publik yang jumlahnya kecil, tetapi lantang dalam menyuarakan pendapatnya; 11) Publik mayoritas pasif (silent majority), yang meliputi publik yang jumlahnya besar, tetapi tidak menyatakan pendapatnya secara terbuka.
BAB III TATA KELOLA KEHUMASAN A. Sistem Manajemen Komunikasi Kehumasan Manajemen kehumasan terdiri dari manajemen kehumasan dalam sistem komunikasi terbuka dan sistem komunikasi tertutup. 1. Manajemen kehumasan dalam sistem komunikasi terbuka adalah komunikasi dua arah yang mampu mendengarkan umpan balik dari publik. 2. Manajemen kehumasan dalam sistem komunikasi tertutup hanya melakukan fungsi komunikasi satu arah dengan publik yang berkepentingan.
Fungsi Strategis Humas BBKPM Bandung dengan menggunakan komunikasi dua arah
Kepala BBKPKM Bandung
Publik Publik Internal Publik Eksternal Primer Sekunder Tersier Proponent Opponent Uncommited Silent Majority Vocal Majority
Kepala Sub Bagian Administrasi Umum
BAGAN MANAJEMEN KOMUNIKASI TERBUKA
B. Proses Tata Kelola Kehumasan Tata kelola kehumasan merupakan proses yang berkelanjutan. Tahap awal dimulai dengan pengumpulan data dan fakta, yang dilanjutkan dengan perencanaan
dan
pengambilan
putusan
untuk
menghasilkan
program
kehumasan selama periode tertentu. Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan kehumasan yang telah direncanakan dan dikomunikasikan secara terpadu. Selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala serta modifikasi untuk perbaikan berkelanjutan. Analisis Situasi Evaluasi
Strategi Implementasi BAGAN PROSES TATA KELOLA KEHUMASAN
Rincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Analisis Situasi a. Acuan Analisis situasi adalah pengumpulan data dan fakta yang merupakan usaha untuk memperoleh fakta dan data, serta mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran) dengan cara formal dan nonformal. Cara formal dilakukan melalui penelitian dengan metode survei, kuesioner, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan lain lain. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode ilmiah untuk menghasilkan simpulan dan rekomendasi. Cara nonformal dilakukan dengan cara mendengarkan, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data (informasi dan keterangan) serta dikerjakan dengan sistematis. Definisi cara nonformal adalah sebagai berikut:
Mendengarkan adalah proses memahami, mengingat, dan menginterpretasi informasi yang didengar dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk meningkatkan keefektifan berkomunikasi,
memberikan respons, serta
mengambil putusan yang cepat dan tepat.
Mengumpulkan adalah menyatukan setiap data informasi yang diperoleh.
Mencatat adalah adalah praktik merekam informasi yang diambil dari sumber lain. Dengan mencatat, humas merekam inti dari informasi yang diperoleh melalui percakapan, rapat, diskusi, dan lain-lain.
Analisis situasi baik dengan cara formal maupun nonformal dilakukan untuk memperoleh simpulan dan rekomendasi yang akurat, konsisten, dan dapat tepercaya, yang penting bagi bahan perencanaan dan pengambilan putusan.
b. Metode Metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis situasi adalah sebagai berikut. 1) Metoda Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti wawancara terbuka, wawancara mendalam, observasi, diskusi
kelompok
fokus
(focus
group
discussion/FGD),
lokakarya
(workshop), analisis dokumen, studi kasus, serta kajian-kajian yang mendukung obyek penelitian. Penelitian kualitatif dalam tata kelola kehumasan meliputi: a) Penelitian terhadap kredibilitas dan reputasi instansi pemerintah di mata publik; b) Penelitian terhadap sistem komunikasi terbuka (hubungan instansi pemerintah dengan publik);
c) Penelitian terhadap mekanisme kerja, struktur organisasi dan kelembagaan humas; d) Penelitian terhadap potensi dan kapasitas kompetensi praktisi humas; e) Penelitian terhadap optimalisasi sarana dan prasarana humas; f)
Penelitian terhadap efektivitas komunikasi organisasi yang telah berjalan;
g) Penelitian terhadap kecepatan dan ketepatan penanganan krisis; h) Penelitian terhadap hasil audit komunikasi.
2) Metode Penelitian Kuantitatif Metode kuantitatif menggunakan angka-angka dan data statistik, seperti eksperimen, kajian korelasi menggunakan survei dan observasi terstandar, tabulasi dan perhitungan tabel serta diagram, simulasi, dan data sekunder serta pendukung. Penelitian kuantitatif dalam tata kelola kehumasan meliputi: a) Penelitian terhadap perkembangan peringkat instansi dalam pelayanan publik; b) Penelitian terhadap peningkatan dan penurunan jumlah keluhan masyarakat; c) Penelitian terhadap jumlah, proporsi, dan kategorisasi isu yang beredar dalam masyarakat; d) Penelitian terhadap beban kerja dan jumlah praktisi humas yang optimum dalam instansi.
3) Metode Observasi Metode observasi merupakan metode yang cara mengumpulkan datanya dengan cara pengamatan langsung. Metode ini digunakan sebagai pengamatan terhadap fokus masalah yang di teliti. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome) Kegiatan analisis situasi yang dilakukan secara benar dimulai dengan menghimpun data dan masukan yang akan menghasilkan gambaran kondisi nyata pada saat ini yang menyeluruh dan prediksi kondisi yang akan datang, serta pemanfaatan hasil sehingga bermanfaat dalam membantu proses perencanaan secara optimal, efektif, dan efisien. d. lndikator Keberhasllan lndikator keberhasilan proses analisis situasi, antara lain terpantaunya isu secara cepat dan akurat, terpetakannya permasalahan yang berkembang
dalam publik, dan terhimpunnya informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan program tepat sasaran.
2. Strategl (Perencanaan dan Program) a. Acuan Perencanaan merupakan tahap lanjutan dari analisis situasi yang berisi langkah-langkah kegiatan kehumasan yang akan dilaksanakan. Perencanaan dilakukan secara berkesinambungan berdasarkan hasil analisis situasi dan evaluasi
setiap
menghasilkan
program program
sebelumnya
dengan
kehumasan
yang
audit
komunikasi
terukur
dan
untuk dapat
dipertanggungjawabkan. Sepanjang diperlukan, dilakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga mitra dalam rangka penyusunan program humas yang komprehensif. b. Metoda Humas dapat memakai metode pencapaian kesepakatan bersama (brainstorming and consensus building) untuk menyusun program. Penyusunan program meliputi proses: 1) pemanfaatan hasil telitian kualitatif, kuantitatif; dan/atau observasi. 2) perumusan masalah; 3) formulasi tujuan dan strategi program; 4) rincian dan rencana eksekusi program; 5) jadwal waktu dan penggunaan sumber daya; 6) rincian anggaran; 7) metode pemantauan dan evaluasi. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome) Kegiatan
perencanaan
dimulai
dengan
analisis
situasi
dengan
mengumpulkan data dan masukan, untuk menghasilkan gambaran kondisi nyata pada saat ini yang menyeluruh dan prediksi kondisi yang akan datang, serta pemanfaatan hasil sehingga bermanfaat dalam membantu proses perencanaan secara optimal, efektif, dan efisien. Kegiatan perencanaan yang baik akan menghasilkan program kehumasan yang tepat sasaran.
d. lndikator Keberhasilan lndikator keberhasilan proses perencanaan, antara lain kepastian pelaksanaan, ketepatan waktu, kejelasan anggaran dan biaya, jumlah dan kompetensi sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana.
3. lmplementasi (Tindakan dan Komunlkasi) a. Acuan Tindakan adalah implementasi dan pelaksanaan kegiatan perencanaan program yang telah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus mengacu kepada perencanaan agar strategi, eksekusi, waktu, biaya, dan penggunaan sumber daya dapat berjalan sesuai dengan rencana sehingga tujuan program yang telah ditetapkan dapat tercapai. Komunikasi adalah penyampaian pesan kepada publik tentang program kehumasan yang sedang dan akan dilaksanakan sehingga publik dapat memahami, mendukung, dan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. b. Metode Humas dapat memakai metode komunikasi, antara lain tatap muka, diskusi, seminar, lokakarya, pameran, promosi keliling (roadshow), debat publik, temu wicara, rapat kerja, siaran berita, temu media, dan kunjungan media serta metode lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, antara lain studio radio daerah (sturada), radio komunitas, dan pemanfaatan perangkat seni budaya. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome) Kegiatan tindakan dan komunikasi yang baik dimulai dengan menghimpun data yang akan menghasilkan harmonisasi hubungan humas dengan publik, terciptanya citra dan reputasi positif humas, partisipasi aktif publik, kepercayaan publik terhadap humas dan BBKPM Bandung, serta pelaksanaan kegiatan kehumasan sesuai dengan program secara efektif dan efisien.
d. lndikator Keberhasilan lndikator keberhasilan proses komunikasi dan tindakan, antara lain terlaksananya program kehumasan sesuai dengan rencana dan terciptanya komunikasi dua arah timbal-balik antara BBKPM Bandung dan publik. 4. Evaluasi (Pengukuran Hasil} a. Acuan Pelaksanaan kegiatan humas BBKPM Bandung perlu dipantau, dievaluasi, dan dimodifikasi secara reguler, periodik, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dibuat secara jelas program, aktivitas, strategi, tujuan, keluaran, hasil, dan manfaat yang diinginkan. Perlu dibedakan antara mengukur keluaran humas, yang biasanya berjangka pendek: 1) Output (seperti jumlah liputan/press clipping);
2) Outcome yang lebih luas cakupannya dan berdampak lebih besar (siapa saja yang menerima pesan, memperhatikan pesan, dapat mengingat pesan, dan apakah program berhasil mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku tertentu). Hasil evaluasi akan digunakan sebagai acuan dan masukan dalam modifikasi penyusunan program humas BBKPM Bandung berikutnya.
b. Metode Ada tiga jenis pengukuran atau evaluasi yang bisa dilakukan, yaitu masukan, keluaran, dan hasil/manfaat. 1) Pengukuran Masukan (Input) Mengukur seberapa baik BBKPM Bandung menampilkan dirinya pada publik, serta jumlah umpan balik yang diterima oleh BBKPM Bandung. 2) Pengukuran Keluaran dan Hasil (Output) Mengukur apakah publik sasaran benar-benar menerima pesan yang dikirim, memahami pesan, dan mampu mengingat, serta melaksanakan pesan tersebut. 3) Pengukuran Manfaat (Outcome) Mengukur apakah program kehumasan yang dilakukan menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku publik, dan manfaat sebagaimana yang diharapkan. c. Masukan, Keluaran, dan Manfaat (Input, Output, dan Outcome) Kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap masukan, keluaran dan manfaat akan menghasilkan umpan balik yang sangat penting dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja kehumasan di masa yang akan datang. d. lndikator Keberhasilan lndikator keberhasilan proses pemantauan, evaluasi, dan modifikasi, antara lain terciptanya proses berkesinambungan yang terfokus bagi kelanjutan program
kehumasan
pelaksanaan program.
yang
akan
datang,
berkurangnya
penyimpangan
BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA KEHUMASAN
A. Struktur Tata Hubungan Kehumasan Unit kehumasan BBKPM Bandung adalah Unit kerja yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan kehumasan di lingkungan BBKPM Bandung. Unit kehumasan ada dibawah wewenang dan tanggung jawab Subbagian Administrasi Umum.
B. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Kepala Bagian Tata Usaha a.
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kehumasan yang tercipta dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di BBKPM Bandung;
b.
menugaskan humas untuk melaksanakan kegiatan kehumasan sesuai ketentuan.
2. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum a.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan kehumasan;
b.
melaksanakan pembinaan pengelolaan kehumasan;
c.
melakukan koordinasi dengan Unit kehumasan dan Unit kehumasan Kementerian
3. Humas 1. Memastikan arus informasi berjalan dengan baik; 2. Mengkomunikasikan visi, misi, dan nilai organisasi kepada pegawai secara terus menerus dalam berbagai cara dan bentuk komunikasi; 3. Membantu pimpinan organisasi dan unit lain dalam pengambilan keputusan terkait internal organisasi; 4. Membuat standar operasional prosedur (SOP) dan format komunikasi internal organisasi; 5. Melaksanakan butir kegiatan kehumasan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 6 Tahun 2014. - Rincian kegiatan Pranata Humas Tingkat Terampil sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai berikut: a. Pranata Humas Pelaksana, meliputi: 1) Mengumpulkan data untuk perencanaan pelayanan informasi; 2) Mengumpulkan data untuk perencanaan pengembangan pelayanan informasi; 3) Mengumpulkan data untuk perencanaan hubungan eksternal; 4) Mengumpulkan data untuk perencanaan hubungan internal;
5) Mengumpulkan data untuk penyusunan statistik pelayanan informasi dan kehumasan; 6) Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan biaya penyelenggaraan
kegiatan
pelayanan
informasi
dan
kehumasan; 7) Mengumpulkan data dan informasi untuk pelayanan informasi; 8) Mengumpulkan konten media; 9) Mengentri data dan informasi untuk pelayanan informasi dan kehumasan; 10) Memutakhirkan data dan informasi publik; 11) Memilih bahan untuk pembuatan kliping; 12) Menyusun materi layanan informasi untuk media tatap muka; 13) Menyusun materi layanan informasi untuk media daring (online); 14) Melakukan pelayanan informasi secara stasioner (telepon, faksimile, surat elektronik, bantuan informasi (help desk), sms, pusat layanan informasi (call center), atau jejaring sosial); 15) Mengumpulkan
data
dan
informasi
untuk
pelaksanaan
dan
informasi
untuk
pelaksanaan
hubungan eksternal; 16) Mengumpulkan
data
hubungan internal; 17) Membuat desain baliho untuk peningkatan pelaksanaan hubungan eksternal, dalam bentuk foto atau slide; 18) Membuat desain baliho untuk peningkatan pelaksanaan hubungan internal, dalam bentuk foto atau slide; 19) Memantau penempatan sarana dan fasilitas konferensi pers, seminar, lokakarya, atau pertemuan sejenis; 20) Mengorganisir peningkatan pelaksanaan hubungan internal; 21) Melakukan siaran melalui media internal; dan 22) Mentranskrip ceramah atau briefing.
b. Pranata Humas Pelaksana Lanjutan, meliputi: 1) Mengolah data untuk perencanaan pelayanan informasi; 2) Mengolah data untuk perencanaan hubungan eksternal; 3) Mengolah data untuk perencanaan hubungan internal; 4) Mengolah data untuk perencanaan pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan; 5) Menyusun rencana kerja pelayanan informasi; 6) Menyusun rencana kerja hubungan eksternal; 7) Menyusun rencana kerja hubungan internal;
8) Menyusun statistik pelayanan informasi dan kehumasan; 9) Merancang tata letak (lay out) ruang konferensi pers, resepsi pers, seminar, lokakarya, rapat kerja, pameran atau kegiatan sejenis; 10) Merancang penyelenggaraan open house publik internal; 11) Melakukan
survei
lokasi
atau
tempat
penyelenggaraan
konferensi pers, seminar, lokakarya, rapat kerja, pameran, atau kegiatan sejenis; 12) Mengikuti rapat kerja pimpinan yang berkaitan dengan pelayanan informasi dan kehumasan; 13) Mengolah data dan informasi untuk pelayanan informasi; 14) Membuat desain brosur, leaflet, atau terbitan sejenis lainnya dalam rangka pelayanan informasi; 15) Membuat desain alat peraga pameran atau merchandise; 16) Membuat
laporan
kegiatan
pelayanan
informasi
dan
pelayanan
informasi
dan
pelayanan
informasi
dan
kehumasan yang bersifat program; 17) Membuat
laporan
kegiatan
kehumasan yang bersifat rutin; 18) Membuat
laporan
kegiatan
kehumasan yang bersifat berkala; 19) Menyusun materi layanan informasi untuk media pertunjukan rakyat; 20) Menyusun materi layanan informasi media pameran; 21) Melakukan
tugas
sebagai
penanggung
jawab
teknis
pertunjukan rakyat, pameran, atau forum diskusi; 22) Melakukan tugas sebagai petugas pelayanan informasi dalam kegiatan pameran; 23) Memberikan pelayanan informasi dalam bentuk ceramah; 24) Memberikan pelayanan informasi dalam bentuk presentasi; 25) Memberikan pelayanan informasi dalam bentuk pidato; 26) Melaksanakan pelayanan informasi secara mobile; 27) Memantau pelaksanaan pameran; 28) Memantau konten media daring (online); 29) Mengolah data dan informasi dalam rangka pelaksanaan hubungan eksternal; 30) Mengolah data dan informasi dalam rangka pelaksanaan hubungan internal; 31) Menyusun
pedoman
untuk
konferensi
lokakarya, pameran, atau pertemuan sejenis;
pers,
seminar,
32) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk dialog; 33) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk ceramah; 34) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk briefing; 35) Menyusun konten yang tidak dipublikasikan untuk kehumasan dalam rangka hubungan antar lembaga, dalam bentuk infografis; 36) Membuat press release; 37) Membuat
desain
baliho
untuk
pelaksanaan
hubungan
eksternal; 38) Membuat desain untuk peningkatan pelaksanaan hubungan eksternal dalam bentuk spanduk, banner, atau backdrop; 39) Menyelenggarakan kegiatan pertemuan dengan kalangan media atau pers sebagai peserta; 40) Mengikuti seminar, lokakarya, pertemuan yang terkait dengan pelayanan
informasi
dengan
pemangku
kepentingan
(stakeholders) atau pertemuan sejenis sebagai peserta; 41) Mengikuti kunjungan kerja atau acara seremonial pimpinan; 42) Menghimpun bahan untuk penyelesaian sengketa informasi; 43) Melaksanakan kegiatan kunjungan jurnalistik sebagai peserta; 44) Melaksanakan tugas sebagai pemandu acara (master of ceremony); 45) Melaksanakan tugas peliputan kegiatan kelembagaan; 46) Melaksanakan tugas sebagai instruktur dalam bimbingan teknis pembinaan hubungan eksternal; dan 47) Melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan pelaksanaan hubungan internal sebagai pemandu.
c. Pranata Humas Penyelia, meliputi: 1) Menyusun rencana kerja kunjungan jurnalistik; 2) Merancang penyelenggaraan open house publik eksternal; 3) Mengumpulkan isu publik; 4) Mengolah konten media; 5) Menyusun materi layanan informasi untuk media cetak; 6) Menyusun materi layanan informasi untuk media elektronik; 7) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk ceramah;
8) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk pidato; 9) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk bahan tayang; 10) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media cetak, sebagai tim kreatif; 11) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media daring (online), sebagai tim kreatif; 12) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media elektronik, sebagai tim kreatif; 13) Membuat konten informasi untuk penerbitan eksternal, dalam bentuk artikel atau opini; 14) Melaksanakan
kegiatan
kunjungan
jurnalistik
sebagai
pemandu; 15) Memberikan ceramah dalam rangka pelaksanaan hubungan eksternal; 16) Melaksanakan tugas sebagai penanggungjawab teknis dalam kegiatan teleconference; 17) Menganalisis data dan informasi hubungan internal; 18) Melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan pelaksanaan hubungan internal, sebagai penanggungjawab teknis; 19) Melakukan wawancara dalam kegiatan pelayanan informasi dan kehumasan; 20) Memberikan konsultasi atau advokasi kepada pegawai; dan 21) Mengevaluasi penyelenggaraan konferensi pers, seminar, lokakarya, atau pertemuan sejenis yang bersifat lokal.
-
Rincian kegiatan Pranata Humas Tingkat Ahli sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai berikut: a. Pranata Humas Pertama, meliputi: 1) Menganalisis data dan informasi dari media dan masyarakat; 2) Menyusun program pelayanan informasi dan kehumasan sebagai anggota tim; 3) Merancang rapat kerja kehumasan; 4) Mengumpulkan isu publik; 5) Mengolah konten media; 6) Menyusun informasi strategis pemerintah sebagai anggota tim; 7) Menyusun materi layanan informasi untuk media elektronik; 8) Menyusun berita pelayanan informasi dan kehumasan melalui media cetak;
9) Menyusun berita pelayanan informasi dan kehumasan melalui media elektronik; 10) Menyusun berita pelayanan informasi dan kehumasan melalui media daring (online); 11) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk ceramah; 12) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk pidato; 13) Menyusun naskah pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk bahan tayang; 14) Menyusun naskah profil lembaga; 15) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media cetak, sebagai tim kreatif; 16) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media daring (online), sebagai tim kreatif; 17) Mengumpulkan isu tentang hubungan internal; 18) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk dialog; 19) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk ceramah; 20) Menyusun bahan pelayanan informasi dan kehumasan dalam bentuk briefing; 21) Menyusun konten yang tidak dipublikasikan untuk kehumasan dalam rangka hubungan antar lembaga dalam bentuk artikel atau opini; 22) Menganalisis data dan informasi dalam rangka pelaksanaan hubungan eksternal; 23) Melaksanakan tugas peliputan kegiatan kelembagaan; 24) Membuat artikel atau opini untuk penerbitan internal; 25) Melakukan siaran melalui media internal; 26) Mengumpulkan data dalam rangka audit komunikasi; dan 27) Menyusun instrumen audit komunikasi.
b. Pranata Humas Muda, meliputi: 1) Menyusun rencana kerja pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan; 2) Mengikuti rapat pimpinan yang berkaitan dengan pelayanan informasi dan kehumasan; 3) Mengevaluasi program pelayanan informasi dan kehumasan; 4) Mengolah isu publik;
5) Memberikan pelayanan informasi dalam bentuk presentasi; 6) Memberikan pelayanan informasi dalam bentuk pidato; 7) Melaksanakan
tugas
sebagai
narasumber
dalam
forum
konsultasi pelayanan informasi dan kehumasan; 8) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media cetak, sebagai anggota dewan redaksi; 9) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media daring (online), sebagai anggota dewan redaksi; 10) Menyelenggarakan penerbitan materi pelayanan informasi untuk media elektronik, sebagai anggota dewan redaksi; 11) Membuat
laporan
kegiatan
pelayanan
informasi
dan
pelayanan
informasi
dan
pelayanan
informasi
dan
kehumasan, yang bersifat program; 12) Membuat
laporan
kegiatan
kehumasan, yang bersifat rutin; 13) Membuat
laporan
kegiatan
kehumasan, yang bersifat berkala; 14) Mengevaluasi model layanan informasi dan kehumasan; 15) Mengolah isu hubungan internal; 16) Menyelenggarakan kegiatan pertemuan dengan kalangan media atau pers sebagai peserta; 17) Menyelenggarakan kegiatan pertemuan dengan kalangan media atau pers sebagai moderator; 18) Mengikuti seminar, lokakarya, pertemuan yang terkait dengan pelayanan
informasi
dengan
pemangku
kepentingan
(stakeholders) atau pertemuan sejenis, sebagai peserta; 19) Mengikuti seminar, lokakarya, pertemuan yang terkait dengan pelayanan
informasi
dengan
pemangku
kepentingan
(stakeholders) atau pertemuan sejenis, sebagai moderator; 20) Melaksanakan kegiatan kunjungan jurnalistik sebagai peserta; 21) Melaksanakan tugas sebagai pemandu acara (master of ceremony); 22) Melakukan wawancara dalam kegiatan pelayanan informasi dan kehumasan; 23) Menelaah bahan untuk penyelesaian sengketa informasi; 24) Mengikuti kunjungan kerja atau acara seremonial pimpinan; 25) Melakukan evaluasi penyelenggaraan kunjungan jurnalistik sebagai anggota; 26) Mengevaluasi pelaksanaan advokasi hubungan kelembagaan; 27) Mengevaluasi pelaksanaan hubungan eksternal; 28) Mengevaluasi pelaksanaan hubungan internal;
29) Mengolah data dalam rangka audit komunikasi; 30) Menyusun laporan dalam rangka audit komunikasi sebagai anggota; 31) Mengidentifikasi kasus atau masalah komunikasi; 32) Menganalisis data dalam rangka audit komunikasi; 33) Mengolah isu hubungan internal; dan 34) Menyusun konsep pengembangan model layanan informasi dan kehumasan.
c. Pranata Humas Madya, meliputi: 1) Menyusun
program
pelayanan
informasi
dan
kehumasan,
sebagai ketua; 2) Mengevaluasi pelaksanaan strategi pelayanan informasi dan kehumasan; 3) Mengevaluasi model layanan informasi dan kehumasan; 4) Menyusun informasi strategis pemerintah, sebagai ketua; 5) Menyusun briefing note untuk pimpinan; 6) Menganalisis konten media terpilih; 7) Menganalisis isu publik; 8) Memberikan konsultasi, advokasi, atau negosiasi pada pelayanan informasi dan kehumasan; 9) Mengevaluasi
pelaksanaan
penyediaan
dan
penyebaran
informasi; 10) Menyelenggarakan kegiatan pertemuan dengan kalangan media atau pers sebagai narasumber; 11) Mengikuti seminar, lokakarya, pertemuan yang terkait dengan pelayanan
informasi
dengan
pemangku
kepentingan
(stakeholders) atau pertemuan sejenis sebagai narasumber; 12) Melaksanakan kegiatan kunjungan jurnalistik sebagai pemandu; 13) Memberikan ceramah dalam rangka pelaksanaan hubungan eksternal; 14) Melakukan pelayanan advokasi penanganan kasus hubungan eksternal; 15) Melakukan
evaluasi
penyelenggaraan
kunjungan
jurnalistik
sebagai ketua; 16) Menganalisis isu hubungan internal; 17) Menyusun rencana kerja audit komunikasi; 18) Menyusun laporan dalam rangka audit komunikasi sebagai ketua; 19) Menyusun kehumasan;
konsep
pengembangan
sistem
informasi
dan
20) Menyusun konsep strategi pelayanan informasi dan kehumasan; 21) Mengembangkan standar layanan informasi dan kehumasan; dan 22) Mengembangkan sistem layanan informasi.
BAB IV KEGIATAN KEHUMASAN A. Prinsip Kegiatan Pada prinsipnya kegiatan-kegiatan kehumasan di BBKPM Bandung meliputi: 1. Sosialisasi Pada poin ini kegiatan yang dilakukan humas ditujukan untuk membangun pemahaman publik mengenai kebijakan, program, dan kegiatan di BBKPM Bandung. Tujuan akhir dari kegiatan sosialisasi humas adalah adanya pemahaman, sikap, dan tindakan publik mengenai isu-isu yang disosialisasikan. 2. Diseminasi informasi Kegiatan ini hampir sama dengan sosialisasi. Namun tujuan akhir dalam diseminasi informasi tidak sampai pada perubahan sikap, tetapi hanya sampai pada diketahuinya informasi tersebut oleh publik. 3. Advokasi Tujuan advokasi dalam kehumasan adalah untuk memperoleh dukungan penentu kebijakan terhadap program yang akan dilakukan oleh BBKPM Bandung. 4. Koordinasi Kegiatan koordinasi yang dilakukan humas untuk menjembatani berbagai kepentingan BBKPM Bandung dengan instansi lain, atau publik. 5. Promosi Selain kegiatan-kegiatan di atas, humas juga memiliki peran untuk mempromosikan BBKPM Bandung kepada publik. Namun demikian konteks promosi di sini diartikan luas, yakni membangun citra BBKPM Bandung, produk kebijakan BBPKM Bandung, atau tokoh BBKPM Bandung di mata publik. B. Internal Kegiatan kehumasan dalam komunikasi internal di antaranya adalah: 1. Pertemuan resmi. Menyusun dan melaksanakan pertemuan-pertemuan resmi internal, seperti: a. Pertemuan berkala b. Pelatihan c. Peringatan ulang tahun organisasi 2. Publikasi internal. Menyusun dan mempublikasikan materi komunikasi untuk internal seperti: a. Pengumuman b. Media internal
c. Laporan tahunan
C. Eksternal Humas dalam kegiatan eksternal menjalin kerja sama diantaranya melalui: 1. Hubungan Media (Media Relations) a. Mengundang wartawan mengunjungi Instansi untuk memperkenalkan program-program yang sedang dilaksanakan oleh BBKPM Bandung yang menyangkut pelayanan kesehatan kepada masyarakat. atau lokasi workshop tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dsb. b. Media Tour memberikan kesempatan lebih besar kepada wartawan untuk dapat melihat langsung dan mempublikasikan proses kejadian dan success story program kesehatan. Kegiatan ini dapat memberikan mereka lebih banyak materi untuk ditulis atau ditayangkan tentang kinerja/keberhasilan implementasi program BBKPM Bandung, termasuk mengambil foto dan video di lokasi. c. Media Pitching Cara ini dilakukan dengan ‘menjual’ cerita kepada media untuk dibuat artikel baik dalam bentuk profil wawancara, opini dan sebagainya. Konten yang ditawarkan kepada media tentunya eksklusif, tidak ditawarkan ke media lain. Karena bersifat spesifik, humas juga harus Menyesuaikan cerita yang akan menarik minat media tersebut. d. Round Table Discussion biasanya hanya mengundang sekitar tiga hingga lima media tertentu yang ingin menjadi sasaran. cara ini dapat digunakan untuk meluruskan suat pemberitaan yang keliru dengan memberikan informasi yang lebih spesifik dan mendalam kepada media agar lebih memahami isu yang dibahas. e. Humas harus dapat mengakomodasi permintaan wawancara dari media. Narasumber untuk wawancara harus dilatih terlebih dahulu oleh humas pada organisasi kesehatan untuk membawa diri di depan media. Siapkan daftar pertanyaan dan jawaban yang mungkin akan muncul serta siapkan data pendukung. Jika memungkinkan minta wartawan untuk mengirimkan pertanyaan terlebih dahulu. Wawancara media merupakan kesempatan baik untuk mengekspos profil personal
2. Kegiatan Tatap Muka Secara Langsung Dalam rangka melaksanakan komunikasi eksternal, humas di BBKPM Bandung juga dapat melaksanakan kegiatan tatap muka langsung dengan publik seperti melalui:
a. Pameran Dalam rangka berhubungan dengan publik eksternal, humas di BBKPM Bandung dapat melakukan pameran berupa produk atau program kesehatan. Humas dapat menyelenggarakan pameran sendiri tentang kesehatan atau terlibat dalam pameran yang diselenggarakan pihak lain. b. Seminar Membangun hubungan dengan publik eksternal juga dapat dilakukan melalui penyelenggaraan seminar kesehatan. Humas dapat melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan seminar tersebut. Selain itu, humas pada organisasi kesehatan juga dapat terlibat dengan seminar yang dilakukan oleh pihak lain yang berhubungan dengan tema kesehatan.
3. Kegiatan Humas Digital Kegiatan tatap muka secara langsung di masa pandemi tentu saja sudah tidak lagi menjadi pilihan masyarakat. Protokol kesehatan pandemi Covid-19 membuat keterbatasan untuk melakukan komunikasi tatap muka karena menjaga jarak dan kontak fisik. Sementara kinerja humas tidak mungkin untuk berhenti, malah dituntut untuk lebih produktif dan kreatif lagi. Di masa pandemi humas bertranformasi menjadi humas digital. Berikut adalah beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh humas BBKPM Bandung di masa pandemi:
Layanan informasi publik, yang sebelum masa pandemi banyak permintaan dengan kunjungan tatap muka langsung dengan humas. Pandemi menggeser kebiasaan layanan informasi menjadi via online melalui kanal-kanal informasi seperti e-mail koorporat, website koorporat maupun media sosial resmi koorporat. Tak jarang pula media whatsapp pribadi humas juga digunakan. Humas dituntut untuk lebih maksimal menggunakan kanal-kanal informasi online tersebut.
Humas menyajikan informasi yang dibutuhkan publik melalui media online untuk menjangkau publik yang lebih luas. Media sosial juga dapat membuat humas dapat berinteraksi dengan publik dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan publik. Hal ini memungkinkan karena sifat khas media sosial yang mempunyai karakteristik interaksivitas.
Layanan
kerja
sama
pun
harus
mengikuti
protokol
kesehatan.
Perundingan inisiasi kerja sama yang biasanya dilakukan dalam ruangan pun beralih menjadi pertemuan virtual. Contohnya pada proses seremonial penandatanganan kerja sama yang biasanya disiapkan humas dalam ruangan menjadi scene to scene.
Webinar merupakan salah satu program yang paling banyak digunakan oleh humas saat ini. Sebagai media diseminasi informasi webinar sangat
efektif dan dapat menarik minat publik. Peserta dapat mengikuti webinar tanpa harus datang ke lokasi acara dan tetap dapat menjalankan protokol kesehatan. D. Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Penanganan Keluhan Pelanggan Kegiatan kehumasan di BBKPM Bandung lainnya adalah menangani pengaduan masyarakat atau keluhan pelanggan. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas penting humas. Kepercayaan publik yang merupakan salah satu kunci sukses organisasi di bidang kesehatan, salah satunya ditentukan oleh kemampuan organisasi dalam menangani pengaduan masyarakat atau keluhan pelanggan. Bagi organisasi publik seperti BBKPM Bandung, humas memiliki tugas dalam rangka penanganan pengaduan masyarakat. Faktor kunci dalam penanganan pengaduan masyarakat dan keluhan pelanggan adalah cara pandang organisasi terhadap pengaduan dan keluhan tersebut. Dalam sudut pandang yang positif, pengaduan dan keluhan dapat bermakna: 1. Informasi berharga bagi
BBKPM Bandung
untuk memperbaiki
dan
meningkatkan pelayanannya. Pengaduan dan keluhan tidak dipandang sebagai kegagalan organisasi. Tidak adanya pengaduan dan keluhan tidak secara otomatis dapat diartikan sebagai kesuksesan organisasi. Tidak adanya pengaduan dan keluhan dapat terjadi karena sikap pesimis publik atau pelanggan mengenai pengaduan dan keluhannya dapat direspon dan ditindaklanjuti secara positif. Oleh karena itu, cara pandang organisasi terhadap pengaduan dan keluhan sebagai informasi berharga akan melahirkan sikap positif organisasi dalam menyikapinya. 2. Potensi meningkatkan hubungan baik dengan publik atau pelanggannya. Penanganan pengaduan dan keluhan yang baik akan membuat publik atau pelanggan merasa diperhatikan. Hal ini akan meningkatkan loyalitas publik atau pelanggan terhadap BBKPM Bandung. Melalui sudut pandang yang positif
terhadap
pengaduan
masyarakat
atau
keluhan
pelanggan,
penyelenggara humas yang bertugas menanganinya akan memiliki sikap positif dalam memperlakukan publik atau pelanggan yang menyampaikan pengaduan atau keluhan. Hal ini akan menciptakan kemungkinan langkahlangkah penanganan pengaduan publik atau keluhan pelanggan yang baik terdiri dari: 1) Memperlakukan publik atau pelanggan yang menyampaikan pengaduan atau keluhan dengan baik - bahkan ketika mereka bertanya atau mengadu mengenai persoalan-persoalan kecil. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Dengarkan pengaduan atau keluhan dengan seksama, dan biarkan publik atau pelanggan menyelesaikan apa yang disampaikannya. b. Ajukan pertanyaan dengan sikap empati. Semakin banyak informasi yang didapatkan, semakin baik kita memahami perspektif dan persoalannya. c. Letakkan diri kita pada posisinya. Sikap empati ini diperlukan agar publik atau pelanggan merasa dihargai. d. Meminta maaf atas ketidaknyamanan mereka tanpa menyalahkan pihak lain, seperti instansi atau unit lain. e. Sampaikan ucapan terima kasih atas informasi yang diberikan dan kesediaannya menghubungi. f.
Membuat catatan mengenai identitas dan pengaduan/keluhan. Hal ini penting untuk langkah selanjutnya dan evaluasi.
2) Menindaklanjuti pengaduan atau keluhan dengan langkah sebagai berikut: a. Jika pengaduan atau keluhan sudah diketahui atau telah tersedia solusinya, segera sampaikan kepada mereka. b. Jika pengaduan atau keluhan memerlukan keterlibatan pihak atau unit lain
dalam
penyelesaiannya,
sampaikan
bahwa
organisasi
memerlukan waktu dan akan menginformasikan perkembangannya. c. Teruskan pengaduan atau keluhan kepada pihak yang memiliki kewenangan
menyelesaikannya
dan
tanyakan
kapan
dapat
diselesaikan. d. Informasikan perkembangan penyelesaian
kepada publik
atau
pelanggan. e. Setelah penyelesaian masalah yang diadukan atau dikeluhkan, informasikan
kepada
publik
atau
pelanggan
dan
sampaikan
permintaan maaf atas ketidaknyamanan dan harapan semoga situasi tersebut tidak terjadi lagi dan ucapkan terima kasih atas kesediaannya menghubungi.
BAB V MANAJEMEN KRISIS
Tidak ada organisasi yang kebal terhadap krisis. Di era teknologi informasi, organisasi tidak mungkin hidup tanpa risiko krisis, sehingga reputasi organisasi menjadi semakin rentan. Reputasi yang dibangun bertahun-tahun bisa jadi hancur dalam hitungan jam karena krisis. Dalam menghadapi krisis ini, Humas BBKPM Bandung perlu memiliki kemampuan untuk mengelola krisis, baik pada masa sebelum, selama, maupun setelah terjadi krisis. Kesalahan dalam pengelolaan krisis dapat menimbulkan risiko yang berdampak negatif, seperti penurunan reputasi dan gangguan pada kegiatan organisasi.
A. Identifikasi Krisis Organisasi di bidang kesehatan perlu memiliki sistem peringatan dini untuk mengidentifikasi situasi yang berpotensi menjadi krisis. Beberapa situasi yang dapat diidentifikasi kemungkinannya menjadi sebuah krisis adalah sebagai berikut: 1. Kecelakaan Krisis dapat ditimbulkan karena adanya kecelakaan fisik yang dialami organisasi kesehatan. Misalnya kebakaran, karena ancaman hilangnya dokumen penting. 2. Kegagalan teknologi Krisis Bandung.yang ditumbulkan karena perilaku peretas data yang dapat mencuri atau merusak data base di BBKPM 3. Kesalahan manusia (human error) Potensi-potensi terjadinya kesalahan manusia yang dapat menimbulkan krisis bagi BBKPM Bandung juga perlu diidentifikasi. Sebagai contoh, potensi terjadinya malpraktek dalam penyembuhan pasien. 4. Penyalahgunaan kewenangan Krisis juga dapat terjadi karena adanya penyalahgunaan kewenangan oleh orang-orang yang ada di BBKPM Bandung, seperti penyalahgunaan anggaran (korupsi), penyalahgunaan jabatan dan profesi (kolusi, pelecehan seksual, dan sebagainya). 5. Kebijakan Adanya pihak-pihak yang dirugikan dari suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh BBKPM Bandung juga dapat menimbulkan krisis. Hal ini dapat terjadi antara lain melalui pergerakan massa ataupun pembangunan opini negatif melalui media massa. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang sudah dan akan diterapkan oleh BBKPM Bandung perlu diidentifikasi kemungkinannya menjadi
krisis melalui penelaahan terhadap pihak-pihak yang mungkin dirugikan karena kebijakan tersebut. Melalui deteksi dan identifikasi potensi krisis seperti dicontohkan di atas, humas
dapat
membuat
perencanaan
komunikasi
yang
tepat
sesuai
karakteristik potensi krisis, sehingga memiliki kesiapan dalam mengelola krisis baik dalam kepentingan pencegahan atau penanganan ketika krisis tersebut terjadi.
B. Cara Penanganan Krisis Kepanikan adalah perihal yang biasanya terjadi pada saat terjadi krisis, yang justru dapat mengakibatkan krisis semakin sulit dikendalikan. Hal ini biasanya dikarenakan tidak adanya persiapan dan perencanaan pengelolaan krisis. Melalui teknik pengelolaan krisis seperti diuraikan sebelumnya, humas BBKPM Bandung dapat melakukan antisipasi dan lebih siap dalam menangani krisis. Ketenangan dan fokus pada penyebab, dampak, dan solusi krisis merupakan kunci keberhasilan penanganan krisis suatu organisasi. Langkahlangkah penanganan krisis terdiri dari: 1. Identifikasi penyebab, dampak, dan solusi yang mungkin diambil untuk menangani dan memulihkan krisis. 2. Tim manajemen krisis selalu berhubungan satu sama lain melalui surat/email, telepon, rapat, untuk memantau krisis dari waktu ke waktu. 3. Menentukan juru bicara organisasi sebagai satu-satunya pihak yang berhubungan dengan media. 4. Menyiapkan pesan-pesan kunci dan antisipasi pertanyaan publik tentang halhal yang terkait dengan krisis. 5. Bersikap profesional, transparan, jujur, dan tidak spekulatif. 6. Memperhatikan isu-isu dan kerisauan publik tentang informasi yang tidak jelas sumbernya dan kontroversial. 7. Memberikan informasi terkini secara cepat, akurat, dan berkesinambungan. 8. Mengklarifikasikan informasi yang salah sesegera mungkin dan terusmenerus mengikuti perkembangan situasi dan memberikan respons.
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring Keberhasilan dalam mencapai tujuan komunikasi, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi oleh fungsi pengawasan atau monitoring. Monitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengikuti perkembangan pelaksanaan program yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Tujuan
monitoring
adalah
untuk
memperoleh
informasi
tentang
pelaksanaan program komunikasi sebagi umpan balik bagi pengelola dan pelaksana program kehumasan di BBKPM Bandung. Informasi yang diperoleh menjadi masukan untuk: 1. Perbaikan dan peningkatan efektivitas strategi dan pelaksanaan program komunikasi; 2. Menemukan
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
program; 3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan program dalam rangka pencapaian tujuan. B. Evaluasi Evaluasi adalah langkah mengukur efektivitas program dan memberikan rekomendasi perbaikan atau peningkatan program komunikasi yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan program. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui: 1. Apakah tujuan komunikasi yang telah ditentukan dapat dicapai? 2. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana? 3. Dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan?
Fungsi evaluasi dapat dibagi dalam kategori: 1. Fungsi formatif Evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan/program komunikasi yang sedang berjalan. 2. Fungsi sumatif Evaluasi dipakai untuk pertanggung jawaban, seleksi, atau kelanjutan sebuah program komunikasi.
C. Langkah-Langkah Langkah-langkah pokok untuk melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rancangan monitoring dan evaluasi merujuk pada sasaran yang telah ditetapkan; 2. Menentukan aspek-aspek yang akan dimonitor dan dievaluasi; 3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program; 4. Menentukan pendekatan metode, teknik dan instrument Monev; 5. Menentukan waktu dan jadwal kegiatan monitoring dan evaluasi; 6. Menentukan biaya monitoring dan evaluasi. D. Penyusunan Pelaporan Evaluasi Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan evaluasi, yakni: 1. Substansi Laporan evaluasi program komunikasi kehumasan harus memperhatikan sejumlah aspek terkait substansi laporan yang berhubungan dengan keabsahan data dan metode yang digunakan, di antaranya: a. Penentuan aspek yang dievaluasi harus merujuk pada tujuan dan sasaran program komunikasi yang telah ditetapkan. Jika sasaran program adalah perubahan perilaku, maka aspek-aspek perubahan perilaku harus menjadi unit analisisnya. b. Pemilihan data atau sampel yang akan dianalisis juga harus merujuk pada sasaran dan karakteristik program komunikasi. Jika sasaran program melibatkan kuantitas audiens, maka data atau sampel harus representatif. c. Pemilihan teknik dan metode analisis harus sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dan data yang digunakan. 2. Pengemasan Pengemasan laporan evaluasi meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan kemudahan laporan dibaca dan dipahami. Hal ini dapat meliputi: a. Struktur laporan; b. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar; c. Penggunaan ilustrasi, seperti foto, infografis, chart, dan sebagainya yang dapat memperkaya laporan; d. Layout yang menentukan jenis huruf (font) dan penggunaan warna.
BAB VII PENUTUP
Keputusan Kepala BBKPM Bandung tentang Pedoman kehumasan di Lingkungan BBKPM Bandung adalah suatu acuan yang digunakan untuk pengelolaan kegiatan kehumasan di BBKPM Bandung yang sesuai dengan standar, norma dan ketentuan perundang-undangan. Dengan dilaksanakannya tata kelola kehumasan berdasarkan Pedoman kehumasan diharapkan dapat tercipta suatu kegiatan kehumasan yang lebih efektif dan efisien yang akan menunjang kelancaran penyelenggaraan tugas dan fungsi BBKPM Bandung.
Ditetapkan di Pada Tanggal Kepala,
: Bandung :
drg. Maya Marinda Montain, M.Kes