3 minute read
MELANKOLI AKTRIS DI BALIK
akan membuat kita mengangguk setuju atau menggelengkan kepala karena gemas, tidak setuju.
Buku ini menceritakan perkembangan jalan pikir tokoh utama dengan sangat baik. Mulai dari bagaimana Ava merasa kesal karena mendapat cibiran dan komentar dari netizen terkait dirinya juga kehidupannya, hingga bagaimana ia mulai mencoba untuk bersikap tidak peduli. Mencoba menerima bahwa risiko bekerja di dunia hiburan sebagai aktris, artinya ia tidak akan memiliki hidup yang ‘normal’ seperti orang pada umumnya.
Advertisement
Ava mulai belajar bahwa hidupnya, kesehariannya, tindakannya, akan menjadi makanan publik. Baik atau benar bukan perkara penting karena orang-orang hanya ingin melihat dan mendengarkan hal yang mereka inginkan dan mereka anggap benar. Seiring perkembangan karirnya, Ava belajar untuk bersikap tidak peduli dan mengabaikan suara-suara sumbang netizen terkait dirinya.
“Begitu kita berhenti terlalu mendengarkan kata orang, hidup memang terasa lebih gampang. Most of them are just noises anyway, not voices. Gaduh itu, jika diberi ruang, hasilnya cuma rusuh.” - Halaman 93.
dunia hiburan, menjadi seorang aktor, penyanyi, komedian, selebriti, dan lainnya, maka kamu harus siap kehilangan ‘kebebasan’ . Akan selalu ada mata yang mengikuti setiap langkah, setiap gerakgerik, dan setiap tindakan yang kamu lakukan. Hal-hal yang dulunya pribadi akan menjadi konsumsi publik.
Itulah kisah yang diungkapkan Ika Natassa dalam bukunya Heartbreak Motel. Sebuah karya yang menampilkan behind the scene seorang aktris bernama Ava Alessandra dalam menjalani kehidupan di dunia hiburan.
Menggunakan sudut pandang pertama, penulis membuat kita merasakan bagaimana jalan pikiran Ava bekerja. Segala kekalutannya, pertanyaannya, hingga proses pengambilan keputusan yang
Membaca buku ini di bab awal, saya bertanya-tanya mengapa ada perbedaan antara sinopsis di belakang buku dengan isi yang ditampilkan? Sebab di awal penulis memulai dengan situasi kekerasan rumah tangga antara Raisa dan Imam, bukannya Ava Alessandra. Namun, masuk bab selanjutnya, saya akhirnya menemukan jawabannya. Penulis menceritakan adegan film yang tengah digarap oleh pemeran utama bersama dengan mantan pacarnya, Reza Malik. Peran yang berhasil membangkitkan lagi kenangan lamanya bersama pria itu.
Dari novel ini saya belajar bahwa sebenarnya profesi seorang aktris/aktor bukan hanya perkara bertindak berpura-pura menjadi orang lain untuk menghasilkan sebuah film, tapi ada lebih dari itu. Seorang aktris/aktor harus menjadi ‘orang lain’ sesuai dengan peran yang diberikan, melupakan dan melepas sepenuhnya siapa dirinya. Sepenuhnya.
Ini jugalah yang membuat pemeran utama selalu pergi ke sebuah hotel setelah merampungkan filmnya. Ava menjadikan hotel tempat pelariannya.Tempatnya mengembalikan dirinya sebagai ‘Ava’ dan melenyapkan sisa-sisa jejak peran yang dimainkannya. Berada di dalam salah satu kamar hotel di lantai 22 yang terletak di pusat kota namun tetap terisolasi menjadi tempat ternyaman meredakan badai setelah menjalani peran sebagai orang lain.
Tidak seperti yang saya harapkan, tidak begitu banyak adegan romance di novel ini, jika pun ada rasanya sebagai pemanis dari jalannya cerita saja, bukan menjadi konflik utamanya. Walau begitu, hal itu tak lantas membuat novel ini jadi tidak menarik. Menurut saya porsinya sudah pas, tidak berlebihan. Walau dalam kisah percintaan pemeran utama bukanlah sebuah plot twist, dan bahkan sedikit bisa ditebak, namun tetap membuatnya menarik.
Selain itu, interaksi antara Ava dan sahabatnya Lara juga menjadi bumbu tersendiri yang membuat kisah ini menjadi lebih menarik. Saya tidak bisa menahan tawa dan senyum tiap kali adegan interaksi keduanya muncul. Bagi saya, sosok Lara adalah satu tokoh yang memberikan kesan mendalam, terutama kesetiaannya dan cara lucunya menghibur Ava.
Namun, saya harus mengakui, di beberapa bab saya sempat merasa bingung dan kurang nyaman karena penulisan masa lalu dan masa kini yang tidak memiliki batasan. Saat saya sedang asyik membaca adegan masa kini, tiba-tiba saja adegan melompat ke masa lalu, kemudian melompat lagi dari masa lalu ke masa lalu lainnya, dan tanpa aba-aba atau tanda apapun akan melompat kembali ke adegan masa kini. Sebagai pembaca, hal itu cukup mengganggu saya dalam menikmati jalannya cerita yang ingin disampaikan penulis. Seolah imajinasi yang saya bangun dari membaca dibuyarkan oleh adegan lain. Walau begitu, di bab-bab selanjutnya saya mulai terbiasa dan menikmati jalannya kisah dalam novel tersebut. Ada pepatah yang mengatakan setiap buku adalah jendela ilmu, artinya di setiap buku yang kita baca akan ada pesan atau pelajaran yang dapat kita petik. Dari buku setebal 400 halaman ini pembaca dapat mengenal lebih jauh dunia entertainer, mulai dari orang-orang yang terlibat hingga rahasia-rahasia di dalamnya, yang mungkin selama ini tidak diketahui oleh orang pada umumnya. Selain itu saya belajar bahwa setiap pekerjaan memiliki risiko yang harus ditanggung, mungkin mempengaruhi keseharianmu hingga perasaanmu.
Annur Nadia F. Denanda
Judul Buku:
Heartbreak Motel
Penulis:
Ika Natassa
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2021
Halaman: 400
Kategori: Novel