2 minute read

Jejak Aturan Birokrasi yang Ditentang Mahasiswa A

turan adalah serangkaian ketentuan, petunjuk, patokan, atau perintah yang dibuat dengan maksud untuk mengatur kehidupan manusia agar tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Universitas Hasanuddin yang merupakan lembaga akademis juga memiliki aturan-aturan untuk mengatur para civitas akademik.

Namun, dari banyaknya aturan yang telah dikeluarkan oleh kampus, baik itu aturan rektor maupun dekan, rupanya masih banyak yang mendapat pertentangan. Hal ini karena dianggap tidak wajar, aneh, atau cenderung mengekang, khususnya bagi mahasiswa.

Advertisement

Melansir berita identitas Unhas 2015, terdapat beberapa aturan yang membuat mahasiswa melakukan aksi protes karena dianggap mengekang lembaga. Salah satunya tercantum dalam SK Rektor Unhas Nomor 16890/UN4/ KP.49/2012 dan 1595/UN4/05.10/2013 tentang mahasiswa hanya boleh beraktivitas hingga pukul 22.00 Wita.

Pada saat itu terjadi penahanan kunci delapan sekretariat lembaga mahasiswa di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Hal ini membuat Rahmat, selaku nahkoda Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIKP melakukan dialog bersama. Ia menggandeng beberapa ketua lembaga mahasiswa lainnya untuk mengkritisi aturan tersebut. Pasalnya Wakil Dekan (WD) II FIKP Prof Dr Amran Saru ST MSi mengeluarkan surat pernyataan bahwa para ketua lembaga harus menyetujui larangan aktivitas malam.

Hal serupa juga dilakukan oleh Fakultas Ekonomi (FE) perihal larangan aktivitas malam. Andi Reza selaku anggota Divisi Pengkaderan BEM FE saat itu mengatakan larangan ini akan menghambat kinerja lembaga.

“Ketika adanya larangan aktivitas malam, maka kegiatan lembaga mahasiswa akan terhambat,” ujar Reza, Jumat (6/2).

Selaras dengan itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga tidak mengindahkan aturan jam malam tersebut. Bagi Ketua UKM Search and Rescue (SAR), Akbar Tahir Maulana, aturan yang ada bertolak belakang dengan operasi SAR.

“Jika larangan ini diterapkan, kami akan susah bila ada operasi karena butuh banyak orang. Kalau hanya sedikit yang di sekretariat

FOTO ILUSTRASI : IDENTITAS/MUKRAM

maka akan butuh waktu lagi,” ujar Akbar, Jumat (6/2).

Masih di tahun yang sama, Fakultas Kehutanan turut mengeluarkan aturan jam malam, ditambah mahasiswa dilarang untuk berambut gondrong. Larangan ini jelas saja menuai polemik di kalangan mahasiswa.

Ketua BEM Kehutanan, Mis’al, menyatakan pelarangan gondrong dan jam malam tidaklah menyentuh esensi untuk membentuk mahasiswa.

“Saya sepakat bila dikatakan melemahkan lembaga, karena itu semua bukan ukuran mahasiswa. Dengan adanya aturan jam malam sangat krusial bagi kegiatan lembaga,” pungkas Mis’al.

Di lain pihak, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr Ir Abd Rasyid J MSi, saat itu menepis keresahan mahasiswa dengan mengatakan kalau aturan tersebut tidak ada dampak negatif yang akan ditimbulkan.

“Tidak ada dampaknya karena aturan ini sudah ada dari dulu. Harusnya sekarang jika kita sudah dewasa, kita lebih cerdas,” tutur Rasyid.

Masih berada di tahun 2015, peraturan yang sangat unik juga pernah ditemukan di Perpustakaan Fakultas Teknik (FT) Unhas Kampus Gowa. Hal ini karena di pintu masuk perpustakaan terpampang jelas aturan yang berbunyi “Mahasiswa berambut gondrong dilarang masuk perpustakaan ini”.

Ketika membaca tulisan tersebut sontak saja membuat mahasiswa keheranan mengingat perpustakaan merupakan fasilitas umum dan aturan itu sangat diskriminatif bagi mahasiswa yang memilih untuk memanjangkan rambutnya.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad N Faydil menyatakan jika banyaknya larangan di FT akan membuat Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas (OKFT UH) bubar.

“Semua hal ditekan birokrasi, hingga kini muncul aturan gondrong, mahasiswa jadi susah berekspresi,” ujar mahasiswa angkatan 2011 itu, Minggu (20/9).

Melihat deretan kejadian tersebut, pihak pembuat kebijakan di lingkungan kampus Unhas seharusnya bisa berkoordinasi dengan mahasiswa dalam membuat suatu aturan. Selain untuk mengontrol civitas akademik, khususnya mahasiswa, juga bijaksana dalam memandang kondisi yang ada. Mahasiswa juga selayaknya patuh akan aturan yang telah terbentuk sebagai upaya menciptakan suasana kampus yang lebih tentram dan nyaman untuk menimba dalamnya pengetahuan.

Achmad Ghiffary M

This article is from: