2 minute read
INOVASI MUTAKHIR INVERTER DC-AC
Penelitian ini menginovasikan
Inverter dengan sistem baru yang mendukung percepatan perputaran arus listrik agar dapat digunakan pada peralatan elektronik.
Advertisement
Setiap tahun tarif dasar listrik akan mengalami peningkatan akibat konsumsi listrik yang terus meningkat. Berdasarkan
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Nomor 143K/20/MEM/2019 tentang
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional Tahun 2019 sampai dengan
2038, ESDM memproyeksikan rata-rata pertumbuhan kebutuhan energi listrik nasional mencapai 6,9 persen per tahun.
Seiring meningkatnya populasi manusia, krisis listrik sangat mungkin terjadi.
Ditambah lagi dengan peningkatan harga bahan bakar dan ketersedian sumber daya fosil untuk pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang semakin menipis.
Krisis listrik harus menjadi perhatian semua masyarakat dan perlunya alternatif energi lain. Saat ini peralihan menggunakan energi terbarukan masif dilakukan dengan pemasangan panel surya. Panel surya memanfaatkan energi cahaya matahari yang dapat berfungsi di pembangkit listrik dalam skala rumahan.
Panel surya dipasang pada atap rumah dengan menggunakan dudukan panel yang terbuat dari alumunium dan kemudian disambung secara rangkaian seri. Sambungan panel surya tersebut selanjutnya dihubungkan dengan arus listrik yang menghasilkan keluaran Listrik Searah atau disebut Direct Current (DC).
Sedangkan arus listrik yang digunakan pada umumnya di rumah-rumah menggunakan Listrik Bolak-Balik atau disebut Alternating Current (AC). Maka untuk mengubah arus DC ke AC dibutuhkan Inverter.
Inverter adalah peralatan elektronik yang mampu mengubah arus DC yang dihasilkan panel surya yang selanjutnya diubah menjadi AC. Perubahan arus listrik DC ke AC dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik rumah, dengan besaran dan frekuensi yang diinginkan.
Dosen Fakultas Teknik, Prof Dr Ing Faizal Arya Samman ST MT menginovasi Inverter dengan teknik menyuplai dari sumber tegangan DC sendiri. Alat yang digunakan yakni sistem Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM) sehingga tidak memerlukan proses sinkron yang kerap kali bermasalah.
“Teknik yang digunakan untuk memperoleh gelombang AC dari konversi gelombang DC adalah memodulasi lebar sinyal gelombang DC, yaitu dengan sistem SWP (Square Wave Pulse) dan SPWM,” jelas Prof Faizal, Rabu, (30/10).
Adapun untuk memperoleh sinyal gelombang DC atau sinusoidal murni menggunakan filter agar dapat digunakan untuk segala jenis beban listrik. Setelah itu, sinyal direduksi dengan Total Harmonic Distortion (THD) pada distribusi alur yang menghasilkan alur AC.
Biasanya inverter lain cukup lama untuk melakukan konversi arus DC ke AC. Oleh karena itu, Guru Besar Teknik Elektro ini membuat Inverter dengan sistem lengkap, terdiri dari unit pelacakan titik daya maksimum (MPPT), berbasis Silicon Controlled Rectifier (SCR) penyearah, konverter DC-DC dan pengontrol muatan dan inverter DC-AC yang berguna dalam mempercepat perputaran arus listrik.
Inverter dengan jenis satu frasa ini berbasis mikrokontroler yang dapat mengontrol rangkaian arus. Sistem tersebut dikendalikan oleh unit kontrol yang akan diimplementasikan menggunakan Complex Programmable Logic Device (CPLD) atau FPGA yang mempercepat proses konversi alur.
Alat ini bukan saja dapat mengubah tenaga listrik AC menjadi tegangan listrik DC, tetapi sebaliknya juga. Kemudian dipecah lagi menjadi AC dan frekuensi, sehingga aliran listrik yang digunakan dapat dikontrol sesuai kecepatan yang dikehendaki.
Inovasi penelitian ini berguna mengonversi arus listrik dengan proses sinkron yang lebih mudah dibandingkan
Inverter lainnya, dan tentunya dapat digunakan pada skala rumahan. Inverter dapat
DC-AC: mengubah arus listrik DC yang bisa didapatkan dari energi terbarukan dari sel surya, baterai, dan aki yang diubah menjadi arus listrik yang bersifat bolak-balik atau AC. Sehingga dapat digunakan untuk menjalankan berbagai jenis alat elektronik skala rumahan seperti setrika, mesin cuci, kipas angin, dan lain sebagainya.
Nampak Mahasiswa Unhas yang sedang mengoperasikan alat inverter DC-AC di Lab Elektronika dan Divais, Fakultas Teknik Unhas, Kamis (1/12).
Dengan menggunakan alat Inverter maka setiap orang dapat merasakan listrik dengan sangat merata. Apalagi Indonesia dianugerahi potensi energi terbarukan (EBT) yang melimpah. Potensinya mencapai
10 kali lipat dari panas bumi yang mencapai sebesar 207,8 giga watt (GWT). Maka itu, masyarakat dapat beralih menggunakan energi panel surya yang ramah lingkungan ketimbang bahan bakar fosil.
Prof Faizal mengatakan harga Inverter ini sekitar tujuh juta. Namun produk ini belum dikomersilkan, dan hanya bisa diproduksi pada industri skala besar.
Inovasi ini merupakan bagian dari proyek penelitian lanjutan dalam merancang listrik dengan sistem energi terbarukan bernama Solar Electric Controller yang menggabungkan energi panel surya dengan listrik biasa.
Penggunaan Inverter ini diharapkan ke depannya dapat digunakan masyarakat Indonesia. Pemakaian energi listrik dengan lebih bijak dan juga ramah terhadap lingkungan sekitar, energi terbarukan.