2 minute read

DAPUR REDAKSI

Next Article
bingkai identitas

bingkai identitas

Ketua Penyunting (Dr. Ahmad Bahar, ST, M.Si.)

Tahun 1990-an merupakan awal perjalanan Kak Abe mengenal identitas. Secara gamblang ia mengaku bahwa kemampuan menulis di identitas membuat skripsi dan disertasinya tidak banyak dikoreksi pembimbing. Redaktur pelaksana tahun 1996 ini sangat bersyukur karena identitas banyak membantunya dalam menciptakan berbagai tulisan hingga sekarang.

Advertisement

Ketua Penerbitan (Fajar S. Djuanda)

Sebagai angkatan magang 1990-an, Kak Fajar banyak bercerita tentang susahnya menjadi reporter identitas saat itu. Dahulu reporter hanya bisa menggunakan telepon koin untuk menghubungi narasumber adalah yang paling berkesan. Meski demikian, pengalaman ber-identitas membuatnya menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

Redaktur Pelaksana (Risman Amala Fitra)

Pria yang hobi menulis cerita ini mengaku, identitas melatihnya untuk berpikir kritis dan memahami lingkungan. Dalam hal ini, identitas menempanya menjadi pribadi yang mampu melihat perbedaan karakter tiap orang, pandai menempatkan diri pada posisi netral, hingga belajar memandang isu dari sudut pandang berbeda.

Koordinator Liputan (Annur N. F. Denanda)

Aktif ber-identitas membuat Nanda merasakan banyak perubahan positif.

Ia merasa lebih cekatan dalam mengerjakan sesuatu dalam satu waktu.

Kemampuan layouting yang sebelumnya sama sekali tidak dimiliki, ia dapatkan berkat identitas. Perempuan yang juga aktif menulis novel ini juga merasa identitas telah meningkatkan kemampuan menulisnya.

Litbang SDM (Anisa Luthfia Basri)

“Berjalan tanpa arah”, begitulah yang dirasakan Anisa sebelum mengenal identitas. Dulu, perempuan kelahiran Palopo ini selalu bingung dengan minatnya bahkan tidak pernah berusaha mencari tahu potensinya dimana. Namun, semenjak berada di identitas, ia mulai menemukan hobi dan minatnya lalu mencoba mengembangkannya secara konsisten.

Litbang Data dan Riset (Nur Ainun Afiah)

Sebelum bergabung dengan identitas, Ainun tidak banyak tahu tentang kampus. Namun setelah ber-identitas, ia mengaku banyak memperoleh informasi seputar Unhas. identitas juga membuat perempuan yang banyak menggeluti bidang fotografer itu berkesempatan mempelajari berbagai bidang keilmuan lain selama peliputan.

Sekretaris Redaksi (Nurul Hikma)

Nuning merasakan kontribusi nyata identitas dalam dirinya. Mahasiswa Agroteknologi tersebut menjadi lebih paham banyak hal tentang dunia kampus, kemampuan menulis dan desainnya lebih meningkat, hingga mampu menyampaikan pendapat dengan baik. Identitas baginya semacam pegangan untuk melanjutkan ke hal-hal baik setelahnya.

Bendahara Redaksi (Friskila Ningrum)

Masalah public speaking ternyata jadi hambatan Friskila sebelum mengenal identitas. Perempuan asal polewali ini dulunya merupakan orang yang tidak berani menyampaikan pendapat dan membuka pembicaraan. Namun seiring berjalannya waktu, kelemahan itu mampu diatasinya, ia juga menjadi lebih peka terhadap isu kampus.

Koordinator Desain (Ivana Febrianty)

“Saya terserang culture shock setelah berada di identitas,” demikianlah perkataan Ivana, reporter sekaligus ilustrator identitas. Sebenarnya ia tidak punya bayangan untuk berkarier dalam dunia kepenulisan. Namun pandemi membuatnya keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal baru, salah satunya menulis di identitas.

Webmaster (Muhammad Alif M.)

Sebelum menjadi reporter, Alif tergolong mahasiswa apatis yang tidak peduli dengan dinamika kampus. Namun setelah bergabung di identitas, mahasiswa angkatan 2019 tersebut menjadi lebih tahu tentang dunia kampus. Ia juga bersyukur karena berkesempatan melakukan wawancara dengan banyak pejabat.

Marketing (Nur Alya Azzahra)

Ber-identitas memang membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Namun bagi Alya, tantangan ini juga sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, seperti ilmu seputar kampus, keterampilan, pengalaman, teman, dan relasi. Identitas berhasil membuatnya keluar dari zona nyaman dan menjadi pribadi yang lebih baru dan lebih baik.

Sekretaris Redaksi (Nurul Hikma)

Koordinator Foto (Oktafialni R)

Mahasiswa Ilmu Ekonomi ini mengaku merasa tekanan hidupnya lebih banyak selama ber-identitas. Perubahan drastis ia rasakan karena tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Namun terlepas dari itu, ia merasa identitas tak hanya jadi tempat menimba ilmu, tapi juga membangun kepekaan sosial.

Redaktur Harian (Winona Vanessa)

Menyelesaikan satu tulisan dengan kemampuan menulis seadanya memang cukup sulit dilakukan. Hal inilah yang dirasakan Winona sebelum beridentitas. Namun setelah menjadi reporter, ia merasa tak bertanggung jawab ketika tidak menyelesaikan penugasan. identitas membuatnya tersadar bahwa tulisan dapat menjadi media yang membuatnya merasa penting.

This article is from: