2 minute read

Meniti Jati Diri Unhas

Next Article
DAPUR REDAKSI

DAPUR REDAKSI

Pasir putih demikian mengilat, samudra nan luas, berisi berbagai misteri yang belum ditemukan. Indonesia memiliki semua hal itu, bahkan menurut sejarah dan budaya, nenek moyang kami adalah pelaut ulung, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan.

Letak geografis, budaya maritim dan sejarah menjadi alasan mengapa warna keilmuan Unhas adalah Ilmu Kelautan. Jati diri atau biasa disebut Pola Ilmiah Pokok (PIP) menjadi pembeda antara kampus lain. PIP perguruan tinggi sesuai pada potensi di wilayah tersebut.

Advertisement

Identitas universitas secara formal dapat ditemukan dalam statuta perguruan tinggi dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Unhas sendiri menetapkan Ilmu Kelautan dalam rapat Senat Unhas dan dituangkan di Surat Keputusan Rektor No. 1149/UPUH/1975 pada 27 Desember 1975.

Anggota Tim Pembentuk PIP Unhas, Prof Natsir Nessa mengatakan PIP menjadi kebijakan kementerian bahwa tiap perguruan tinggi harus punya identitas sendiri. “Artinya, setiap kampus punya kekhasan,” ungkapnya, Sabtu (29/10).

Seperti yang tertulis pada terbitan identitas Awal Februari 2002, Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto, mengungkapkan harapannya kepada Unhas di bidang Ilmu Kelautan.

“Unhas memilih Ilmu Kelautan, sebab letak geografis universitas berada di timur Nusantara dengan luas wilayah lautnya. Harusnya Unhas tidak hanya memikirkan, tetapi memegang peranan di bidang Ipteks (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) yang berbasis Ilmu Kelautan,” jelasnya pada Dies Natalis Unhas ke-25, September 1981 silam.

Maka tak keliru, Unhas memilih Ilmu Kelautan sebagai PIP dalam pengembangannya di lingkungan akademik. Kemudian akan mewarnai setiap bentuk luaran Unhas di pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Polemik 1980 antara 1990-an

Upaya merealisasikan kekhasan Unhas, melalui Direktorat Jenderal (Dirjen)

Pendidikan Tinggi (Dikti) menunjuk enam perguruan tinggi, salah satunya Unhas untuk membentuk Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan (PSITK) pada 1985.

Pelaksanaan ide tersebut tiga tahun kemudian (1988) terbuka PSITK secara lintas fakultas yakni dibawahi Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, dan Fakultas MIPA.

Pada 1989, Unhas menyusun panitia pembentukan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kelautan (FITK). Seiring berjalannya waktu, FITK diakui secara statuta dan universitas, namun belum diresmikan di pusat (Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara).

Seiring berjalannya waktu, mahasiswa FITK meminta kejelasan terhadap kurikulum lantaran minimnya muatan terhadap Ilmu

Kelautan sendiri. “Bisa dikatakan 95 persen mata kuliah sama dengan disiplin Ilmu

Perikanan, padahal dikelola oleh tiga fakultas,” ucap mahasiswa ITK Lili Yuliati pada terbitan identitas edisi khusus Agustus 1991.

Desakan mahasiswa FITK, berujung dengan pembentukan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) dengan keluarnya SK dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pada 1996. Pembentukan FIKP dari Jurusan ITK dan Jurusan Perikanan yang ada di Unhas. Pengembangan PIP dinilai semakin surut setelah ITK dan Ilmu Perikanan bergabung menjadi satu fakultas (FIKP).

Polemik tahun 2000-an

Langkah lain dalam mewujudkan kekhasan Ilmu Kelautan di Unhas yakni membentuk lembaga penelitian. Lembaga Pengkajian dan Penerapan Pola Ilmiah Pokok (LPP-PIP) dibentuk dalam pengembangan PIP Unhas pada 2000. Akan tetapi hanya bertahan selama setahun, dibubarkan dengan berbagai kendala dalam penerapannya.

Tahun berikutnya (2001), Prof Radi A Gany memperbarui kabinet dengan menambah Pembantu Rektor (PR) V atau yang sekarang disebut Wakil Rektor. PR V khusus menangani PIP, namun pada ujungnya dibubarkan karena dinilai mubazir dan bernuansa politis. Civitas akademika saat itu menilai bahwa PR V dibentuk sebagai loncatan untuk menjadi rektor.

Dalam wawancara dengan Sekretaris LPPPIP, Prof Budimawan kala itu, mengatakan alasan dibubarkan Pembantu Rektor V ini.

“Pada saat itu orang belum memiliki pemahaman sama soal PIP, apalagi petinggipetinggi Unhas. Apa sih itu PIP? Sehingga perlahan-lahan hilang,” tuturnya di Ruangan Sekretaris Senat Akademik Rektorat Unhas, Senin (31/10).

Walaupun mengalami kendala, PIP sebagai roh pengembangan IPTEKS di Unhas tetap dipertahankan. Selain berdirinya FITK dan sejumlah program studi berbasis kelautan, Unhas juga mengupayakan menerjemahkan PIP dalam pengajaran.

Oleh karena itu, awal 2003 pimpinan universitas mengharapkan ada mata kuliah khusus untuk mengakomodir konsepkonsep PIP Ilmu Kelautan. Ditindaklanjuti dengan keluarnya Surat Keputusan Rektor No.2110/J.04/KP.44/2003 tentang pembentukan tim perumus mata kuliah, dari tim lahir satu mata kuliah dengan nama “Wawasan Sosial Budaya Maritim”.

Hingga kini, 47 tahun PIP Unhas sejak ditetapkan pada Desember 1975, bagaimana wujudnya?.

Tim Lipsus

This article is from: