2 minute read

DARI BAHARI KE BENUA MARITIM

Next Article
DAPUR REDAKSI

DAPUR REDAKSI

Pelbagai perubahan dilakukan, tetapi tujuan yang diidam-idamkan masih jauh di depan. Mampukah peralihan slogan dari Bahari ke Maritim membentuk jati diri Unhas?

Setelah 47 tahun dicetuskan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Ilmu Kelautan di Unhas, penerapan kekhasan ini mengalami pasang surut. Unhas mengubah slogannya dari Ilmu Kelautan menjadi Bahari pada 2003. Visi universitas adalah pusat unggulan pengembangan Budaya Bahari.

Advertisement

Budaya Bahari menjadi landasan pokok dalam penentuan rencana jangka panjang menjabat Sekretaris Lembaga Pengkajian dan Penerapan Pola Ilmiah Pokok (LPP-PIP) Unhas, mengatakan Budaya Bahari tidak lepas dari kehidupan masyarakat pesisir.

“Bahari melekat pada budaya masyarakat yang menggantungkan banyak hal pada sektor kelautan. Dari menetap, menangkap ikan, hingga menciptakan wisata di laut,” jelasnya di Ruangan Sekretaris Senat Akademik Unhas, langkah untuk menginternalisasi PIP terhadap mahasiswa.

“Unhas telah memaknai PIP sebagai jiwanya yang tercantum pada visi dan misi untuk menjadikan pola ilmiah kelautan sebagai konstruksi dasar kurikulum. Hal ini terbukti dengan dibentuknya WSBM untuk semua jurusan yang ada di Unhas,” ungkap Hilda, Kamis (13/10).

Rektor Unhas periode 2006-2014, Prof Idrus A Paturusi, melihat pelaksanaan PIP saat masa kepemimpinannya masih kurang maksimal. Ia menilai mata kuliah WSBM tidak berjalan merata di setiap fakultas.

“Dulu kita sebarkan (WSBM), tapi tidak berkorelasi dengan fakultas lain. Kalau Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mungkin masih berhubungan, tapi fakultas lain susah. Misalnya pertanian, bagaimana caranya? Jadi terus terang tidak begitu berjalan mulus,” katanya kepada identitas, Sabtu (15/10).

Era kepemimpinan Idrus

Pada kepemimpinan periode pertama Idrus pada 2010 mengambil langkah berani dengan merombak visi Unhas. Kampus almamater merah awalnya memiliki visi berbasis Budaya Bahari diubah menjadi Benua Maritim.

Benua Maritim dimaknai sebagai cara pandang bahwa Indonesia secara maritim merupakan sebuah benua yang tercipta dari hamparan pulau-pulau. Di dalamnya terkandung kesatuan alami antara darat, laut, dan udara.

Dalam terbitan identitas Edisi Mei 2010, perubahan dari Bahari ke Maritim disebabkan adanya perbedaan persepsi dan kurangnya upaya penerapan di kalangan civitas akademika

Unhas. Wajah baru Benua Maritim Unhas dalam bentuk perubahan statuta perguruan tinggi dan ditetapkan dalam Rencana Panjang (RP) Unhas 2030.

Perubahan Bahari ke Benua Maritim tidak menjadikan titik akhir dari permasalahan terkait gagasan PIP Ilmu Kelautan yang dicetuskan sejak awal. Idrus berharap sekalipun ada pergantian kepimpinan, jati diri Benua Maritim dapat tetap dijadikan kekhasan Unhas.

“Saya tidak tahu atau tidak bagaimana perkembangan Benua Maritim sekarang. Setelah saya diganti, skala prioritas itu berbeda hingga apakah Benua Maritim masih jalan atau tidak, saya tidak tahu,” ungkap Rektor Unhas ke-11 itu, sembari mengulas masa lalu.

Saat dikonfirmasi, Rektor Unhas periode 2022-2026, Prof Jamaluddin Jompa, punya pendapat bahwa Benua Maritim memiliki makna yang luas. “Benua Maritim tidak melulu fokus dalam menjelajah dan mengeksplorasi laut, tapi juga membangun melalui daratan dan dua hal tersebut bergabung dalam satu kesatuan,” terangnya saat ditemui di Rektorat Lantai 8, Selasa (22/11).

Tidak hanya itu, Idrus mengakui bahwa sulit menjelaskan terkait konsepsi atau gagasan Benua Maritim pada visi Unhas. “Ini ‘berlian’ (Benua Maritim), yang berkaitan dengan visi misi Unhas. Tetapi saya rasa sulit untuk mendefinisikannya,” jelasnya.

Rupanya sejak 2003, telah terjadi perubahan Ilmu Kelautan menjadi Bahari, kemudian berubah menjadi Benua Maritim pada 2010 silam. Meski sampai saat ini, konsepsi Benua Maritim sudah ada pedoman pelaksanaan pada RP Unhas 2030, sayangnya belum terimplementasi di beberapa fakultas.

Koordinator: Muhammad Alif Anggota: Nur Alya Azzahra Zidan Patrio

This article is from: