KAJIAN 3_KASUS BAYI DI INDONESIA YANG TERINDIKASI COVID-19

Page 1

1


“Kasus Bayi di Indonesia yang Terindikasi COVID-19� I.

Latar Belakang WHO telah nenetapkan bahwa COVID-19 ini sebagai pandemi dunia. Dan juga kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui keputusan Nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui Keputusan Nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Dan untuk kelanjutannya pemerintah menerbitkan peraturan Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan Nasional Bersekala Besar dalam Rangka percepatan penanganan Nasional Berskala Besar dalam Rangka percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), keputusan ini didasari oleh peningkatan kasus dan meluas antar wilayah. Berdasarkan pernyataan diatas dapat kita ketahui bersama bahwa, pemerintah Indonesia sedang dihadapi persoalan baru yaitu pandemi COVID-19 ini, namum dengan adanya pandemi ini pemerintah di sisi lain harus tetap memperhatikan upaya-upaya penurunan angka kematian bayi di Indonesia. Dalam kasus tersebut pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan anak yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Upaya Kesehatan Anak, Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan NSPK terkait lainnya. Bayi adalah anak mulai usia 0 sampai dengan 28 hari, dalam upaya Kesehatan anak yang diatur oleh peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 bayi merupakan salah satu pengupayaan Kesehatan anak yang dimaksud melalui pelayanan Kesehatan. Pengupayaan Kesehatan anak terutama pada bayi berupa pelayanan kesehatan merupakan salah satu strategi pengupayaan penurunan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan prioritas pembangunan Kesehatan sebagaimana yang tertera dalam peraturan presdien (perpres) nomor 18 tahun 2020 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020-2024. Menurut data SDKI tahun 2017 angka kematian bayi sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Pada masa pandemic COVID-19 pelayanan Kesehatan anak khususnya pada pelayanan Kesehatan bayi menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan karena akan menyangkut angka AKB pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Untuk saat ini, dari pemerintah Indonesia belum membuka data berapa jumlah persis anak yang positif

1


COVID-19. Menurut data yang ada di Jakarta, yang dimana Jakarta merupakan kota episenter COVID-19 di Indonesia, menunjukkan ada lebih dari 170 balita masuk dalam kategori pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP). Data tersebut berdasarkan data pemprov DKI Jakarta per 6 april 2020. Kasus bayi yang terkena COVID-19 juga dialami beberapa wilayah kabupaten dan kota di Indonesia. Permasalahan ini juga menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia. Begitu banyak faktor bayi dapat tertular COVID-19 ini. Berdasarkan data pada kasus tersebut diperlukan upaya kebijakan pembangunan Kesehatan diarahkan pada upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan Kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif. Serta dibutuhkan pula dukungan dan inovasi serta pemanfaatan teknologi, sehingga pada Bonus Demografi mendatang Indonesia dapat memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing tinggi. II.

Diskusi 1. Bagaimana Proses Penyebaran COVID-19 pada Bayi ? a. WHO menyatakan bahwasannya penularan COVID-19 – 19 dapat melalui airborne Dalam penjelasannya, WHO menjelaskan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan lama di udara dalam ruang tertutup dan bisa menyebar antar manusia. Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Transmisi SARS-CoV-2 melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang menghasilkan aerosol (“prosedur yang menghasilkan aerosol�). Dalam suatu penelitian eksperimen mengukur jumlah droplet berbagai ukuran yang tetap melayang di udara (airborne) selama kegiatan berbicara biasa. Namun, para penulisnya mengakui bahwa pengukuran ini merupakan hipotesis aksi independen (independent action hypothesis), yang belum divalidasi untuk manusia dan SARSCoV-2. Sebuah model eksperimen lain menemukan bahwa orang yang sehat dapat menghasilkan aerosol dengan cara batuk dan berbicara, dan sebuah model lain mengindikasikan angka emisi partikel oleh setiap orang saat berbicara dapat sangat berbeda-beda, di mana terdapat korelasi antara tingkat emisi yang semakin tinggi dengan semakin tingginya amplitudo dalam menghasilkan suara. Sampai sekarang, transmisi SARS-CoV-2 melalui rute aerosol jenis ini belum

2


didemonstrasikan dan perlu lebih diteliti karena kemungkinan implikasi-implikasi dari rute transmisi ini. Salah satu penelitian eksperimental yang menghasilkan sampel aerosol infeksius menggunakan nebuliser jet berdaya tinggi dalam kondisi laboratorium yang terkontrol menemukan adanya RNA virus SARS-CoV-2 di dalam aerosol pada sampel udara yang bertahan hingga 3 jam. Penelitian sejenis lain menemukan RNA virus ini bertahan hingga 16 jam dan menemukan virus hidup yang dapat bereplikasi. Laporan-laporan klinis baru di mana tenaga kesehatan yang terpapar kasus indeks COVID-19 dimana prosedur yang menghasilkan aerosol dilakukan tidak menemukan transmisi nosokomial jika kewaspadaan kontak dan droplet digunakan secara tepat, seperti mengenakan masker medis sebagai bagian dari alat pelindung diri (APD). Di luar fasilitas medis, beberapa laporan kejadian luar biasa (KLB) terkait tempat dalam ruangan yang padat mengindikasikan kemungkinan transmisi aerosol, yang disertai transmisi droplet, misalnya pada saat latihan paduan suara, di restoran, atau kelas kebugaran. Jika dikaitkan dengan kejadian COVID-19 pada bayi, kemungkinan penyebaran ini bisa melalui penjengukan bayi/ pembesukan bayi oleh tetangga atau orang lain yang terinfeksi COVID-19 namun tidak bergejala. Dalam kejadian-kejadian ini, kemungkinan terjadinya transmisi aerosol dalam jarak dekat, terutama di lokasi lokasi dalam ruangan tertentu seperti ruang yang padat dan tidak berventilasi cukup di mana orang yang terinfeksi berada dalam waktu yang lama, tidak dapat dikesampingkan. b. penularan COVID – 19 melalui plasenta dan air susu ibu menurut WHO belum diketahui secara pasti apakah seorang ibu hamil yang terjangkit COVID-19 dapat menularkan virus tersebut ke janin atau bayi selama keahmilan atau persalinannya dan sampai saat ini, virus ini belum ditemukan di dalam sampel cairan amniotic atau ketuban,plasenta atau ASI. Semua ibu hamil, termasuk mereka yang terkonfirmasi, terjangkit atau dicurigai terjangkit COVID-19, mempunyai hak akan perawatan yang berkualitas tinggi sebelum, selama, dan setelah persalinan. Perawatan yang dimaksud meliputi perawatan antenatal, bayi baru lahir, pasca kelahiran (nifas), dan Kesehatan mental. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang dikonfirmasi terjangkit atau dicurigai terjangkit COVID-19 tidak harus melakukan persalinan secara Caesar kecuali adanya indikasi tindakan itu dibenarkan secara medis. Persalinan dilakukan secara per individu dan berdasarkan keinginan ibu

3


hamil serta indikasi kebidanan. Dan untuk ibu yang dikonfirmasi terjangkit atau dicurigai terjangkit COVID-19 tetap bisa menyusui bayinya, namun tetap dengan menjaga kebersihan dan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan seperti menerapkan kebersihan pernapasan selama menyusui, mengenakan masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi, rutin mencuci dan membersihkan permukaan-permukaan yang disentuh. 2. Apa gejala COVID-19 pada Bayi yang Terinfeksi ? Virus Corona sejauh ini memang terlihat lebih banyak menyerang orang dewasa. Namun, sebenarnya beberapa kasus infeksi virus Corona pada bayi juga sudah ditemukan. Virus Corona lebih mudah menyerang dan menyebabkan komplikasi yang fatal pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, seperti lansia atau orang yang kekurangan gizi. Meski begitu, risiko infeksi virus Corona pada orang dewasa, ibu hamil, dan anak-anak juga tidak bisa diremehkan, apalagi jika infeksi virus Corona terjadi pada bayi. Dengan itu kita harus mengetahui gejala-gejala infeksi virus COVID-19 bisa berbeda-beda pada setiap individu manusia. Sebagian penderita COVID-19 menunjukkan gejala yang ringan atau mirip gejala flu, tapi ada juga penderita yang mengalami gejala berat akibat pneumonia. Gejala ini dapat muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona. Sedangkan gejala yang dialami bayi yang terjangkit COVID-19 ini sedikit berbeda dengan gejala yang muncul pada orang dewasa. Pada bayi gejala yang menyertai adalah demam, batuk, sesak nafas, kurangnya minat untuk menyusu atau minum, lemas dan kurang aktif bergerak, dan diare. 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi bayi tersebut tertular COVID-19 ? Faktor yang mempengaruhi bayi dapat terjangkit COVID-19 sangatlah beragam seperti halnya dalam laporan-laporan klinik baru dimana kejadian-kejadian yang telah terjadi transmisi dari lingkungan sekitar terhadap bayi tersebut. Lingkungan dapat menjadi kontak erat untuk penyebaran COVID-19 pada bayi, terutama jika kebersihan tangan tidak dijaga, masker tidak digunakan, penjagaan jarak fisik tidak dilakukan, itu akan menyebabkan resiko terjangkit COVID-19 sangat besar. Menurut beberapa kasus yang ada di beberapa daerah di Indonesia menyatakan faktor bayi terinfeksi COVID-19 diakibatkan kontak erat dengan tetangga yang menjenguk bayi tersebut. Dalam kasus tersebut dikatakan bayi diduga terpapar saat digendong oleh warga yang menjenguk dan warga tersebut terpapar COVID-19. Dalam kegiatan tersebut indikasi peningkatan transmisi droplet dan fomit juga akan

4


terjadi. Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dapat mengkontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS-CoV-2 yang hidup dan terdeteksi melalui RT PCR dapat ditemui di permukaan-permukaan tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan sekitarnya (termasuk suhu dan kelembaban) dan jenis permukaan. transmisi juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui lingkungan sekitar atau benda-benda yang terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer), yang dilanjutkan dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata. 4. Bagaimana Penanganan COVID-19 Pada Bayi yang Terinfeksi ? Jika bayi mengalami gejala ringan COVID-19 yang mirip flu biasa, yakni demam, hidung meler, batuk, muntah, dan diare. Jika si kecil punya riwayat penyakit serius atau sistem kekebalan tubuhnya lemah, maka orang tua patut mengambil langkah ekstra.seperti halnya berlakukan pembatasan fisik terhadap bayi dan lakukan upaya preventif untuk kesehatan seperti tetap menjaga kebersihan, jauhkan anak dari kaum rentan COVID-19. Gejala infeksi virus corona pada bayi dan orang dewasa umumnya akan serupa. Namun, virus corona pada bayi akan menunjukkan gejala yang lebih ringan. Saat ibu mencurigai adanya gejala, ibu dapat langsung bergegas menuju rumah sakit terdekat untuk memastikan jika kondisi bayi bukan disebabkan oleh infeksi COVID-19. Ketika virus COVID-19 pada bayi telah diidentifikasi, kehilangan nyawa merupakan komplikasi paling parah yang bisa saja terjadi. 5. Bagaimana upaya pencegahan penularan COVID-19 pada Bayi ? Pada umumnya, gejala seseorang yang terinfeksi COVID-19 pada bayi atau orang dewasa sedikit banyak hampir sama. Gejala anak dengan virus corona ditandai dengan gejala sistemik dan saluran napas. Saat gejala sistemik muncul, bayi akan terusmenerus menangis atau bahkan diam saja karena merasa tidak enak badan, rasa nyeri, demam, serta menurunnya kemauan untuk menyusu. Sedangkan saat gejala pada saluran napas muncul, bayi akan mengalami batuk atau pilek, yang ditandai dengan intensitas ringan hingga parah. Jika gejala parah dibiarkan begitu saja, kondisi tersebut akan berakibat fatal bagi bayi. Ibu perlu mengetahui beberapa hal berikut saat mencurigai adanya virus corona pada bayi. Bayi akan menunjukkan gejala kesulitan bernafas, bayi mengalami batuk yang terus-

5


menerus disertai dengan nafas pendek, bayi mengalami penurunan jumlah urine karena terus-menerus menolak untuk menyusui, bayi mengalami demam tinggi tidak mereda meski telah mengkonsumsi obat penurun demam, bayi terlihat gusar dan tidur tidak tenang karena rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Berdasarkan pernyataan diatas sangat diperlukan adanya Langkah-langkah pencegahan infeksi COVID-19 pada bayi yang meliputi : a. Jika bayi masih mengkonsumsi ASI, berikan secara rutin dalam jumlah yang banyak. ASI sendiri mengandung nutrisi yang baik dalam membangun sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh akan terlindungi dari berbagai penyakit dan infeksi. b. Tetap di rumah saja. Upaya ini dilakukan guna menjauhkan bayi dari orang-orang sakit, atau orang-orang yang terlihat sehat, tapi tidak baik-baik saja. c. Biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir sebelum menyentuh bayi. d. Praktikkan etika batuk dan bersin yang baik dengan menutup mulut dan hidung. Jika tidak dilakukan dengan tisu, segera cuci tangan. e. Pastikan untuk menggunakan masker jika ibu sedang sakit agar tidak menulari bayi. Orang tua perlu segera membawa bayi ke dokter jika bayi terlihat mengalami gejala infeksi virus Corona, terutama jika ada riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi virus Corona atau bepergian ke daerah yang mengalami wabah COVID-19 dalam waktu 2 minggu terakhir. III.

Kesimpulan WHO telah menetapkan bahwa COVID-19 ini sebagai pandemi dunia. Dan juga kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui keputusan Nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui Keputusan Nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Dalam kasus tersebut pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan anak yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Upaya Kesehatan Anak,

6


Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan NSPK terkait lainnya. Dalam penjelasannya, WHO menjelaskan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan lama di udara dalam ruang tertutup dan bisa menyebar antar manusia. Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Jika dikaitkan dengan kejadian COVID-19 pada bayi, kemungkinan penyebaran ini bisa melalui penjengukan bayi atau pembesukan bayi oleh tetangga atau orang lain yang terinfeksi COVID-19 namun tidak bergejala. Namun untuk saat ini, WHO belum mengetahui secara pasti apakah seorang ibu hamil yang terjangkit COVID-19 dapat menularkan virus tersebut ke janin atau bayi selama keahmilan atau persalinannya dan sampai saat ini, virus ini belum ditemukan di dalam sampel cairan amniotic atau ketuban, plasenta atau ASI. Beberapa kasus infeksi virus Corona pada bayi juga sudah ditemukan. gejala yang dialami bayi yang terjangkit COVID-19 ini sedikit berbeda dengan gejala yang muncul pada orang dewasa. Pada bayi gejala yang menyertai adalah demam, batuk, sesak nafas, kurangnya minat untuk menyusu atau minum, lemas dan kurang aktif bergerak, dan diare. Faktor yang dapat mempengaruhi adalah faktor lingkungan, Lingkungan dapat menjadi kontak erat untuk penyebaran COVID-19 pada bayi, terutama jika kebersihan tangan tidak dijaga, masker tidak digunakan, penjagaan jarak fisik tidak dilakukan, itu akan menyebabkan resiko terjangkit COVID-19 sangat besar. Saat ibu mencurigai adanya gejala, ibu dapat langsung bergegas menuju rumah sakit terdekat untuk memastikan jika kondisi Si Kecil bukan disebabkan oleh infeksi COVID-19. Ketika virus corona pada bayi telah diidentifikasi, kehilangan nyawa merupakan komplikasi paling parah yang bisa saja terjadi.

7


DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan RI. 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Pandemi COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan. Revisi I .Direktorat Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat : KEMENKES RI PERMENKES RI.2014. Upaya Kesehatan Anak. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 Tahun 2014. KEMENKES RI.2020.Surat Edaran No. HK.02.02/D.III/548/2020 Tentang Peningkatan Peran Rumah Sakit Dalam Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI : Jakarta Afifah,Fadhila,.2020. 6 Bayi dan Balita di Indonesia Positif Terinfeksi COVID-19, WaspadaiResikonya!. https://id.theasianparent.com. Diakses pada 25 Juli 2020. KEMENKES RI. 2020. Rakerkesnas 2020 : Promotif Preventif Kesehatan Membentuk SDM Unggul Menuju Indonesia Maju 2045. http://p2p.kemkes.go.id. Diakses pada 25 Juli 2020. KEMENKES

RI.

2020.

5

Fokus

Masalah

Kesehatan

Tahun

2020.

https://www.kemkes.go.id. Diakses pada 25 juli 2020. World Health Organization. 2020. Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap kewaspadaan pencegahan infeksi. https://www.who.int/ . Diakses pada 26 Juli 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2020). Himbauan Ikatan Dokter Anak Indonesia Tentang Pneumonia (2019 N-COV). Wei, et al. (2020). Novel Coronavirus Infection in Hospitalized Infants Under 1 Year of Age in China. JAMA Network. Doi:10.1001/jama.2020.2131. United Nations International Children's Emergency Fund. Coronavirus Disease (COVID-19): What Parents Should Know. World Health Organization. 2020.QA During Pregnancy : Pertanyaan dan jawaban terkait COVID-19 untuk masa kehamilan, persalinan, dan menyusui. https://www.who.int/. South East Asia Indonesia. Diakses pada 26 juli 2020. CNN Indonesia. 2020. Bayi Usia 28 Hari Positif Covid-19, Diduga Tertular Penjenguk. https://www.cnnindonesia.com/. Diakses pada 26 juli 2020.

8


Unicef. 2020. Coronavirus disease (COVID-19): What parents should know : How to protect yourself and your children. https://www.unicef.org/. Diakses pada 26 juli 2020. Detik News. 2020. Bayi 9 Bulan Asal Inhil Riau Meninggal Dunia Akibat Virus Corona. https://news.detik.com/. Diakses pada 26 juli 2020.

9


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.