5 minute read

PENCAK SILAT Banggai Pencak Silat, Hayati Nilainya

BANGGAI PENCAK SiLAT Hayati Nilainya

Indonesia seharusnya patut berbangga diri setelah beberapa kekayaan alam dan budayanya diakui sebagai warisan dunia oleh

Advertisement

UNESCO di antaranya adalah Ombilin

Coal Mining Heritage Of Sawahlunto (OCMHS) yang ditetapkan sebagai

World Heritage Culture pada tanggal 6 Juni 2019 di Azervaijan. Berselang enam bulan kemundian tepatnya 12

Desember 2019 UNESCO kembali menginkripsi satu karya budaya

Indonesia yaitu Pencak Silat Indonesia sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) yang ditetapkan di Bogota Kolombia. Dua momen penting itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Sumatera Barat khususnya, karena dua warisan dunia tersebut berada dan berasal dari Sumbar.

Kebanggaan Sumbar ini adalah wajar. Seperti kita mafhum, pencak silat merupakan tradisi khas Indonesia yang bermula dari Sumbar dan Jawa Barat, kemudian berkembang ke seluruh wilayah Indonesia dengan keunikan gerakan masing-masing yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sumbar dengan etnik Minangkabau-nya memiliki catatan sejarah sebagai sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Silat Minangkabau atau silek juga telah menjadi WBTb Indonesia dan terdaftar di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan nomor registrasi 201400096. Setelah berkembang secara nasional, seni bela diri pencak silat bahkan telah tersebar ke puluhan

Dari Indonesia, pencak silat kini menjadi salah satu jenis beladiri dunia -

Taufik Imran - https://www.shutterstock. com/g/taufik-imran

negara di dunia. UNESCO mengakui bahwa pencak silat telah menjadi identitas serta pemersatu bangsa yang memuat nilai-nilai persahabatan, sikap saling menghormati, serta kampanye kohesi sosial. Pencak silat tidak hanya mengajarkan teknik menyerang, namun juga mengajarkan kita untuk menahan diri.

Masyarakat Minangkabau mengenal silat/silek dalam berbagai aktivitas. Jika silat dikaitkan dengan aneka gerakan yang ditampilkan di gelanggang dengan berbagai jurus yang mereka miliki maka silat dengan fungsi ini dinamakan pancak/pencak, atau bapancak yang bermakna melakukan gerakan pencak silat. Sementara itu, bersilat dalam konteks kemahiran berbicara atau bersilat lidah, masyarakat Minangkabau menerapkannya dalam bentuk basurah adaik (menyurah perkara adat) dan pidato pasambahan (tuturan adat) yang digunakan dalam berbagai kegiatan dan siklus hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau mulai dari kelahiran, aqiqah, khitan, pernikahan, dan kematian. Semuanya menggunakan kepandaian bersilat lidah dalam menjalaninya. Silat sebagai aktivitas aneka gerak dan permainan baik merupakan seni beladiri maupun permainan rakyat yang tumbuh serta hidup dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau digunakan dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan harga diri.

Jika dalam sebuah permainan silat seseorang tidak dapat menangkis dan mengelak dari serangan lawannya maka dalam bahasa Minangkabau dikenal dengan istilah buluih (mati langkah) yang berakibat mereka yang buluih tersebut tidak berani lagi ke gelanggang dalam arti kata mereka telah kalah dalam segala hal. Biasanya surau menjadi tempat mereka untuk introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Selain itu, para maestro silat juga berpandangan bahwa sajian yang terdapat pada silat sebagai sebuah bentuk permainan seni beladiri, merupakan serangkaian olah gerak yang ditampilkan dengan pola-pola yang meraka tetapkan yang didalamnya terdapat muatan nilai budaya masyarakat, artinya dalam setiap gerak silat muatan nilai budaya tersebut memiliki keterkaitan antara kesiapan

lahir (gerak silat) dan bathin (spiritualitas) suatu kelompok masyarakat budaya dalam menjaga dan memelihara harga diiri dan kehormatan.

Setelah Dicatat di UNESCO, Lalu….

Ketika pencak silat telah telah menjadi WBTb dunia, apa yang dapat kita berbuat sesudahnya? Apakah hanya menjadi kebanggaan yang akan diceritakan kepada anak–cucu di kelak kemudian hari? Pertanyaan itu perlu kita pikir dan renungkan, karena banyak terjadi dan dapat dilihat dengan kasat mata. Bangunan-bangunan yang telah dipasangi plang warisan budaya dan dilindungi oleh undang-undang hanya menjadi sebatas pelabelan. Tindak lanjut dari pelabelan warisan budaya tersebut sangat kurang kalaupun tidak bisa dikatakan tidak ada. Begitu juga pencak silat, sejauh mana nilai ketakbendaan itu merasuk dan dapat dilestarikan. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, namun patut diingat agar jangan sampai nilai-nilai di dalamnya justru terabaikan. Gelanggang Silih Berganti (GSB) merupakan sebuah kegiatan yang digagas oleh pemerintah daerah Sumatera Barat dan dilaksanakan secara bergantian di berbagai kota dan kabupaten di Sumatera Barat dalam rangka untuk melestarikan silat tradisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sebelum bernama GSB kegiatan yang berkaitan dengan apresiasi terhadap silat tradisional Minangkabau ini bernama Festival Silat Tradisional Minangkabau (FSTM) yang diadakan di Padang tahun 1981. Pada tahun 1984 dan seterusnya diganti namanya menjadi Gelanggang Silih Berganti melalui keputusan IPSI Sumatra Barat No.074-BX /PENGDA /1984 hingga sekarang. Silek Art Festival (SAF) merupakan program yang tergabung dalam kegiatan Indonesiana yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Program ini bertujuan mengangkat jati diri dan menggali nilainilai yang ada tersimpan dan dijadikan sebagai rumusan pengetahuan dan pemahaman leluhur Minangkabau. Kegiatan SAF ini dimulai sejak tahun 2018 yang melibatkan 8 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatra Barat. SAF pertama dibuka di Kota Padang dengan menampilkan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan silek dan budaya yang terkait dengan silek. Selama rangkaian kegiatan SAF berlangsung, diadakan juga seminar yang berkaitan dengan silek, pemutaran film karya seni yang berkaitan silek. Acara ditutup di Kota Bukittinggi dengan mempertunjukkan tari berbasis silek oleh Nan Jombang Dance Company.

Maurak Balabek di Pauh V dan Pauh IX Kota Padang adalah sebuah ajang budaya yang dilakukan masyarakat Pauh dalam mengangkat Tuo Tapian (Tetua Silat) di 14 tepian atau perguruan silek yang ada di sekitar Pauh V dan Pauh IX. Kegiatan ini rutin diadakan oleh masyarakat Pauh guna mempertahankan eksistensi silek dan pencak silat. Tuo Tapian adalah pimpinan tapian yang bertugas untuk memimpin tapian sebagai penunjang tugas Ninik Mamak Bajinih di suku masing-masing tapian tadi. Adapun tapian yang dimaksud adalah Jambak Batujuh di Kuranji, Caniago Korong Gadang, Suku Koto Batujuh di Pasa Ambacang, tapian Suku Sikumbang di Anduriang. Selanjutnya adalah tapian Suku Malayu di Lubuk Lintah, tapian Suku Tanjuang di Ampang, Koto Baduo di Kalumbuk, Jambak Baduo di Gunung Sarik dan Guci di Sungai Sapih. Begitu juga di Pauh V yang terdiri dari lima suku dan lima tapian. Penampilan silek lanyah di kampung wisata Kubu Gadang biasanya diadakan setelah masa panen sawah. Setiap gerakan yang diperagakan dalam silek lanyah merupakan turunan dari gerakan silat yang ada di Minangkabau. Silek lanyah biasanya dimulai ketika membajak sawah setelah panen raya usai. Aksi silek lanyah ini ditampilkan oleh pemuda-pemudi di kampung setempat yang peduli dengan kearifan lokal. Walaupun terlihat sederhana, tantangan bersilat dalam medan kubangan tentu sangat sulit dan berat. Namun, karena Kubu Gadang telah menjadi sebuah kampung wisata yang banyak dikunjungi, silek lanyah pun saat ini ditampilkan tidak hanya ketika panen raya, akan tetapi pegiat kampung wisata menyediakan jadwal khusus dalam menampilkannya. Dengan adanya beberapa program dan kegiatan yang diprakarsai dan diinisiasi oleh pemerintah serta masyarakat, diharapkan pencak silat sebagai WBTb dunia yang bermula dari silek Sumatera Barat dapat menjadi kekayaan budaya yang tidak sekadar untuk romantisasi namun lebih dari itu, sebagai praktik budaya yang lestari. Telah banyak upaya dilakukan sebagai bentuk komitmen dalam pengembangan dan pemertahanan, sehingga kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam pencak silat mungkin dapat dihindari.

(Bahren, S.S., M.A/Dosen Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

Salah satu atraksi silat yang dilakukan di Bukittinggi -

Taufik Imran - https://www.shutterstock.com/g/taufik-imran

This article is from: