4 minute read

Wajah Ciumbuleuit, Sebuah Tatanan yang Eksklusif atau Inklusif?

Wajah Ciumbuleuit, Sebuah Tatanan yang Inklusif atau Eksklusif?

Penulis: Pininta Taruli

Advertisement

Ciumbuleuit sebagai sebuah kawasan yang keberadaannya terdapat di dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan sebuah lingkungan yang cukup menarik jika dipelajari dan di ceritakan sejarahnya. Sebenarnya, apakah kita sebagai mahasiswa yang tinggal di kawasan Ciumbuleuit sendiri mengenal jelas tentang asal usul perkembangan dari kawasan ini? Bagaimana ruang dan sudut-sudut di berbagai tempat yang berbeda di area sekitar kampus? Atau mungkin kita layaknya sebagai mahasiswa hanya berdiam sebagai penduduk temporer di kawasan kampus ini? Wawancara yang dilakukan dengan F.X. Budiwidodo Pangarso atau akrab dipanggil pak FX yang merupakan dosen arsitektur UNPAR menceritakan tentang sejarah dan bagaimana Ciumbuleuit dapat berubah menjadi kawasan dengan keadaan sekarang. Dimulai sejak Belanda menduduki Indonesia, kawasan Ciumbuleuit sendiri merupakan kawasan villa estate yang didirikan oleh orang-orang Belanda dan kawasan permukiman orang-orang asli Ciumbuleuit yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang sayur.

Dapat dikatakan sebagai salah satu kawasan elite pada masanya di tahun 1970-an, jalan utama yang terbentang linier dari bawah Gandok hingga ke penghujung area Ciumbuleuit di kawasan Kiputih merupakan sebuah axis yang jelas dan mengikat kawasan menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan dari sejak dahulu kala, area Gandok ke atas masih memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai pasar dan area pemukiman penduduk asli. Sejak dibangunnya villa estate dan fungsi asli yang merupakan permukiman, dibangun juga sebuah sanatorium atau rumah sakit paru-paru di tengah kawasan yang masih dingin dan berkabut yang dinamakan ‘Sol Sana’. Sanatorium yang dibangun di tanah seluas kurang lebih 3 hektar itu tidak bertahan lama setelah kekurangan pembiayaan dari pemerintah sendiri dan tanah dijual kepada UNPAR. Namun sejak didirikannya UNPAR, yang merupakan sebuah fungsi memberikan dampak kontras yang tinggi, diantara fungsi asli yang merupakan permukiman, kampus ini didirikan untuk menimba pendidikan di kawasan Bandung Utara yang tinggi dan jauh dari keramaian di jamannya.

Dibangunnya UNPAR di kawasan Ciumbuleuit dengan pendiri-pendiri UNPAR yaitu Monsieur Arntz dan Geise menerapkan satu hal bahwa lingkungan kampus harus menjadi lingkugan yang bersifat inklusif terhadap masyarakat sekitarnya. Ruang yang sifatnya publik di jaman dahulu berubah pada akhirnya karena perkembangan jaman. Kawasan kampus dengan spirit Katolik dan sifat yang sekuler memiliki visi untuk menjadi sebuah lingkungan yang terbuka. Tetapi, apakah tatanan ruang di kawasan Ciumbuleuit mencerminkan sebuah permeabilitas yang sudah tidak dapat lagi dikontrol? Sementara mendidik orang-orang terpelajar Pak F.X juga mengatakan bahwa salah satu konsep yang dipegang oleh mantan Ketua Jurusan alm. Ir. Suhartono Susilo yang mengatakan bahwa ruang yaitu lingkungan kampus yang berkembang harus terbuka kepada publik dan masyarakat sekitarnya sehingga, ada sebuah transparansi yang diciptakan oleh kampus UNPAR.

Seiring perkembangannya ruang yang tadinya bersifat publik, kawasan kampus juga merupakan dampak dari perkembangan lingkungan sekitarnya yang semakin padat untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Sebenarnya tatanan yang sifatnya organik sudah lama berdiri di kawasan Ciumbuleuit, tetapi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan yang meningkat, kawasan dengan tatanan organik khas dari penduduk asli di daerah menjadi semakin padat. Sifat yang sangat kontras juga dapat dilihat ketika kita berada di jalan utama dan kawasan di balik jalan utama dimana terdapat tatanan organik yang terlihat sangat berbeda dengan tatanan yang formal peninggalan Belanda. Tatanan organik ini merupakan salah satu ciri khas ruang yang umumnya diterapkan di berbagai bagian perkampungan di Indonesia, rumah-rumah yang letaknya jarang dan memiliki sebuah lahan di sebelah kanan dan kirinya merupakan suatu tatanan yang khas yang dapat dilihat di Ciumbuleuit sebelum perkembangan dan kepadatan terjadi. Tatanan ini juga yang menciptakan sebuah unexpected space ditegaskan oleh Pak F.X karena ruang-ruang yang diciptakan tidak dapat dilihat dari sisi luar jalan utama tetapi dirasakan seiring memasuki area kampus dalam dan di sekitarnya. Tetapi, karena perkembangan yang terjadi kampus juga menjadi sebuah activity generator bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar kampus dan menjadi sebuah penggerak ekonomi yang sangat baik. Meskipun dengan kepadatan dan pembangunan yang semakin banyak di daerah sekitar kampus, hal ini juga tidak dapat dihambat karena dari Pemerintah Kota pun tidak ada tata perencanaan yang jelas bagi masyarakat di sekitar kampus untuk membenahi tatanan organik yang sudah terlalu padat. Keberadaan kawasan kampus baik di Ciumbuleuit maupun bagian-bagian lain di Bandung akan selalu menghidupkan sebuah kehidupan baru dan menjadi pendukung kehidupan kampus yang tidak dapat dihindari, hal ini juga didukung karena tidak ada kesepakatan jelas dari pemerintah kota yang mencoba untuk menyusun penataan ruang yang baik untuk penunjang kampus.

Sekarang, kawasan Ciumbuleuit sudah tidak dapat dihindari permeabilitasnya karena semua kawasan telah terhubung dengan jelas dan baik sehingga permeabilitas sifatnya besar dan akan terus bertambah. Dengan aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan tatanan yang makin organik tapi sifatnya abstrak apabila pemerintah kota tidak mengambil sebuah tindakan rencana tata ruang yang efektif, kepadatan dan ketidakteraturan akan semakin berkembang. Lalu, apa wajah yang akan diperlihatkan kawasan Ciumbuleuit dan kawasan-kawasan kampus lainnya di masa depan? Akankah menjadi sebuah utopia atau dystopia yang dicapai?

This article is from: