3 minute read

Universitas Ini yang Akan Menghidupi Kamu

Penulis: Ahimsa Sirait

Warung Bambu atau “Warbam” adalah salah satu tempat makan yang akrab di kalangan mahasiswa UNPAR. Lokasinya yang tepat seberang gerbang pintu masuk kampus menjadi sangat strategis untuk membuka sebuah bisnis. Tak tanggung-tanggung, Warung Bambu juga merangkap sebagai rumah tinggal dan indekos. Pemilik dari warung ini, Beatrix Louise Antoinette Lopulalan atau akrab dipanggil Oma Trix, menanggapi rasa ingin tahu kami terhadap sejarah rumah/warung/indekos ini dan bagaimana Oma Trix ikut andil dalam menghidupi kawasan Ciumbuleuit.

Advertisement

Bagaimana cerita Oma bisa tinggal di rumah ini?

Oma setelah menikah dengan Opa pada tahun 70-an, dulu tinggal di rumah sewa dekat Bumi Sangkuriang. Karena dulu pindah-pindah terus, oma bujuk opa untuk kita beli rumah. Oma cek di koran rupanya ada rumah dijual tipe bungalow di Ciumbuleuit. Dulu harganya 3,5 juta rupiah, mahal sekali pada zaman itu. Opa itu arsitek dan waktu itu proyek dapat gaji 2 juta saja. Kita bayar bertahap dan cari pinjaman 1 juta dari kenalan papanya oma yang orang chinese. Dia lihat fengshui rumah ini bagus karena menghadap arah timur jadi dia kasi pinjaman itu. Sebelum ada universitas, cuma ada beberapa orang yang masih hidup susah di rumah-rumah kayu di seberang rumah oma. Mereka dulu suka datang minta bantuan. Oma dulu suka dengar anjing dipukul di pohon beringin untuk mereka makan. Oma dulu tidak tahan tinggal disini tapi ya mau gimana lagi, dulu hanya punya uang untuk beli rumah ini.

Opa dulu punya hobi olahraga menembak, jadi di depan itu suka tembak kalong-kalong. Lalu hobi itu jadi hobi keluarga dan halaman belakang rumah dijadikan lapangan tembak. Kita dulu sekeluarga pernah ikut PON (Pekan Olahraga Nasional) untuk lomba menembak. Nah, setelah ada UNPAR Oma mulai buka indekos di dalam rumah dan halaman belakang juga jadi tempat latihan anak-anak UNPAR yang suka juga olahraga menembak.

Apa yang mendorong Oma untuk membangun warung depan rumah Oma?

Pada tahun 2000-an itu Opa mulai sakit berat dan Oma mulai cari uang untuk perobatannya. Oma hampir mau jual rumah ini, tapi Opa titip pesan ke Oma: “Trix, jangan kamu jual rumah ini. Kamu bisa hidup dari rumah ini karena kamu tinggal depan universitas, kamu bisa jualan kue.” Setelah Opa meninggal, Oma sama anak oma buka warung dari bambu tapi tidak jualan kue. Oma buka warung jual makanan rumahan seperti sayur bayam dan frikadel. Lama-lama, Oma capek jualan sendiri, jadi Oma sewa lapak-lapak dan ajak orang jualan disini. Sempat dulu ada merk rokok yang mau bantu Oma buat warungnya lebih besar. Indekos pun Oma buat lebih besar juga dengan uang warisan dari buyut Oma. Warung Bambu ini Oma buat dengan penuh perjuangan.

Lalu bagaimana tetangga-tetangga oma yang dulu tinggal di samping?

Tetangga-tetangga oma perlahan juga jual rumahnya, ada yang beli lalu di kotak-kotak jadi ruko. Rumah Oma itu sebenarnya sampai indomaret, sampai 750 meter persegi luasnya. Indomaret dulu sewa kecil di garasi depan saja, tapi setelah itu diperluas sampai sebelah rumah Oma. Indomaret hanya kontrak 10 tahun saja. Tapi karena mantu Oma kemarin sakit dan butuh uang perobatan, Oma sudah jual tanah itu ke orang lain. Oma berat hati jual tanah itu tapi ya sekarang Oma fokus sama warung saja. Warung dan indekos Oma bangun semua dengan pertolongan orang-orang. Dulu yang punya C159 izin sama Oma untuk bangun indekosnya di belakang rumah sampai setengah dinding saja, tapi kok makin tinggi? Oma tidak mau orang lain bisa lihat halaman belakang rumah dari indekos. Jadi pemiliknya buatkan Oma kanopi di belakang dan ditinggikan dindingnya.

Oma merasa terusik tidak dengan kehadiran mahasiswa di warung depan

Oma senang dengan adanya indekos dan warung, Oma ada teman bicara karena Oma tidak tahan sepi. Oma tidak merasa terganggu karena sekarang oma buat gang kecil di sebelah rumah supaya orang bisa ke indekosnya tanpa lewat ruang makan oma. Oma senang lihat anak-anak belajar dan kumpul. Kemarin ada yang berniat sewa semua warung untuk buat kafe, tapi oma kasihan dengan para pedagang yang sudah disini. Oma juga merasa aman-aman saja dan tidak pernah kunci pintu. Dari dulu pun tidak ada kemalingan. Anak-anak kos sudah dewasa dan bertanggung jawab.

This article is from: