2 minute read
Perspektif Tata Wilayah Universitas
Penulis: Sofian Johan
Keberadaan Universitas selalu didampingi kawasan kota sebagai ruang pelingkupnya, yang tidak bisa dihindari bahwa ruangruang pelingkup tersebut adalah sistem yang bekerja untuk membantu kehidupan universitas, berperan sebagai sebuah support system, sebut Franseno Pujianto, salah satu dosen Arsitektur UNPAR. Begitu pula universitas juga turut berperan dalam pembentukan ruang-ruang pelingkup tersebut. Keduanya saling memberikan dampak, menawarkan sebuah pasar. Suatu interaksi yang berdinamika dalam keberlangsungan pemenuhan kebutuhan. Terciptanya sebuah ruang informal sebagai median antar 2 ruang berbeda, masyarakat kota dan masyarakat mahasiswa. Franseno menjelaskan bahwa masyarakat berkembang selama universitasnya berkembang. Pasar itu akan selalu menjadi alasan ruang-ruang informal terbentuk dan meluas selama ada wilayah yang tersedia dimana selama ada ruang ekonomi untuk diokupasi dan karena eksistensi universitas mempengaruhi. Pertanyaannya, apakah universitas bisa menyediakan segala fasilitas untuk kebutuhan partisipan ruangnya? nyatanya tidak. Universitas tidak akan sanggup menyediakan semua kebutuhan, karena kebutuhan sendiri secara individu akan berbeda - beda dan terus berkembang. Universitas akan tetap dibantu oleh lingkungan dan mutualisme dalam bentuk apapun akan tetap terjadi secara naluriah. Maka tidak seharusnya pula universitas berusaha untuk memenuhi desain yang sanggup menyediakan semuanya. Seakanakan ingin menjadi eksklusif dalam tata kota yang kolektif ini.
Advertisement
Bagaimana ruang informal ini pula terbentuk dalam tata kota menjadi sebuah hal yang rancu, sementara masyarakat dan kita sendiri tidak tahu keadaan awalnya. Apakah ditata atau malah menata. Padahal, ruang informal sendiri belum tentu dibentuk setelah adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan belum tentu terbentuk sebelum adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Karena, ruang informal ini sendiri adalah sebuah detail yang tidak dalam cakupan sebuah tata ruang kota. Ruang ini akan selalu luput dalam pengawasan pemerintah terhadap perencanaan tata kota, yang menariknya bahwa ruang ini malah menjadi sebab pemerintah memulai penataan kota. Dimana, pada awalnya ruang tersebut tidak terencana dan muncul, maka akhirnya pemerintah melakukan survei dan dihasilkan sebuah rancangan tata kota.
01 Franseno Pujianto 02 Suasana Jl. Ciumbuleuit
Terkait tertata atau tidak, itu sebuah perspektif yang tidak bisa dibenarkan keduanya. Seseorang akan lebih nyaman dalam rumah yang ia desain sendiri dibandingkan rumah susun yang didesain untuk semua orang. Seperti hal nya masyarakat menata sebuah ruang berdasarkan kebutuhannya, bukan estetika nya. Hal yang lumrah dalam arsitektur, desain lahir dari sebuah konteks. Bahwa tertata itu menjadi sebuah persepsi yang tercipta karena ada sebuah sistem yang berjalan di dalamnya. Maka penataan ulang pun menurut Franseno menjadi sebuah konsep yang tidak perlu, karena ruang informal di sekitar universitas adalah sebuah sistem yang mendukung dinamika didalamnya. Menghidupkan manusia serta tata kotanya. Sebuah ruang yang tidak dipaksakan.